• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.W DAN BY.W DI PUSKESMAS TANJUNGPINANG TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.W DAN BY.W DI PUSKESMAS TANJUNGPINANG TAHUN 2018"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.W DAN BY.W DI PUSKESMAS TANJUNGPINANG TAHUN 2018

Nanda Amelia, Shinta Ayu Retnawati Akademi Kebidanan Anugerah Bintan

nandaamelia007@gmail.com ABSTRAK

Latar Belakang: Terdapat banyak faktor yang berkontribusi terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI di Prpvinsi Kepulauan Riau tercatat sepanjang tahun 2015 terdapat 66 kasus kematian ibu dari 45.041 kelahiran hidup. Dari data Dinkes Kota Tanjungpinang tercatat 7 kasus kematian terbesar pada ibu nifas, sebanyak 4 orang. Tujuan laporan ini yaitu mampu memberikan pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana.

Metode: Pelaksanaan pengkajian dilakukan di Puskesmas Tanjungpinang dan di rumah Ny. W, pada bulan April sampai Mei 2018 dengan subyek penelitian Ny. W dan By. Ny. W. Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan format pengkajian sebagai anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan peralatan medis, serta sumber lain yaitu buku KIA dan hasil USG

HasiL: Dari laporan ini, penulis mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.W dan By. Ny.W yang dalam pelaksanaannya ditemukan masalah yaitu terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR) dan sudah diberikan asuhan sesuai dengan masalah yang terjadi.

Kesimpulan: Adapun saran dalam pembuatan laporan ini adalah klien dapat terus menerapkan dan melaksanakan asuhan serta pendidikan kesehatan yang telah diberikan sehingga nantinya ibu dan bayi sehat tanpa komplikasi.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian utama dalam penanganan kesehatan. Menurut Word Healthy Organization (WHO), AKI di seluruh dunia diperkirakan 400 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang didapatkan dari Dinas kesehatan kota Tanjungpinang tahun 2017 menyatakan jumlah AKI dari

tahun 2014 sampai 2016 mengalami penurunan yaitu dari tahun 2014 sebanyak 11 orang, tahun 2015 sebanyak 7 orang dan pada tahun 2016 sebanyak 0 orang. Namun, pada tahun 2017 dari bulan Januari sampai dengan November AKI di kota Tanjungpinang sebanyak 2 orang dengan kasus preeklamsi berat dan solusio plasenta. Sedangkan penyebab lainnya dari tahun ke tahun antara lain perdarahan, infeksi dan asma kronis (Dinkes, 2017).

(2)

Dalam rekapitulasi AKN (Angka Kematian Neonatus) dan AKB (Angka Kematia Bayi) di kota Tanjungpinang pada Januari sampai dengan November tahun 2017 dinyatakan masih ada kasus kematian AKN dan AKB dengan jumlah AKN sebanyak 14 kasus dan AKB sebanyak 21 kasus. Penyebab AKN di kota Tanjungpinang tahun 2017 antara lain BBLR sebanyak 6 orang, asfiksia sebanyak 4 orang, kelainan kongenital sebanyak 3 orang dan pneumonia sebanyak 1 orang. Sedangkan penyebab AKB di kota Tanjugpinang tahun 2017 antara lain BBLR sebanyak 6 orang, asfiksia sebanyak 5 orang, infeksi sebanyak 3 orang, aspirasi sebanyak 1 orang, kelainan jantung sebanyak 3, diare sebanyak 1orang, anemia sebanyak 1 orang, dan pneumonia sebanyak 1 orang (Dinkes, 2017).

Melihat batasan tersebut, perlu dipahami bahwa sebenarnya tingginya jumlah AKI dan AKB dapat ditanggulangi antara lain dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan kesehatan dan hak reproduksi seperti program Keluarga Berencana (KB), Program Perencanaan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan penempelan stiker, serta pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan

buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Hal ini karena fenomena di masyarakat di temukan bahwa 65% ibu hamil memiliki kondisi empat terlalu, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak (Kemenkes, 2015).

Tujuan dari penelitian ini yaitu memberikan pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif yang di mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir, imunisasi dan KB sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan dengan pola vikir varney dan dituangkan dalam bentuk SOAP. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada pelaksanaan kasus Ny. W dan By. W yaitu observasional deskriptif dengan menerangkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, pola hidup, dan lain-lain. Tempat pelaksanaan dilakukan di Puskesmas Tanjungpinang dan di rumah Ny. W di Jl. Dr. Sutomo No 14. Subjek pada penelitian ini yaitu Ny. W dan By. W yang merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh penulis, yang dilaksanakan pada tanggal 02 April 2018 sampai 24 Mei 2018. Jenis data yang digunakan untuk

(3)

penelitian yaitu data primer dan sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data ini dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kehamilan

Sebelum memberikan asuhan komprehensif pada Ny.W, penulis melakukan pengkajian awal pada saat kehamilan. Pengkajian meliputi informed consent yang diberikan kepada Ny.W sebagai bukti persetujuan dalam memberikan asuhan kehamilan sampai KB, anamnesa yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dan keluhan dari responden serta melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi secara dini perubahan pada ibu selama masa kehamilan.

Pemeriksaan kehamilan Ny. W usia 25 tahun G1P0A0 pada tanggal 2 April 2018 memasuki usia kehamilan 35 minggu dengan tanggal HPHT 25 Juli 2017 dan tanggal tafsiran persalinan yaitu 5 Mei 2018. Terhitung dari tanggal HPHT sampai tanggal tafsiran persalinan Ny. W memeriksakan kehamilannya sebanyak 4 kali di Puskesmas dan di dokter. Hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2010), yang

mengemukakan bahwa batas minimal jadwal pemeriksaan kehamilan dilaksanakan minimal 4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I. 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Pemeriksaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pada masa kehamilan. Pemeriksaan laboratorium pada Ny. W dilakukan di Puskesmas Tanjungpinang pada tanggal 2 April 2018 dan di dapatkan hasil laboratorium dengan golongan darah O+, Hb 12 gr%, HIV : negatif, RPR : negatif, dan HbsAg : negatif. Dari hasil pemeriksaan antenatacal care pada Ny.W telah sesuai dengan standar pelayanan. Adapun standar dalam pelayanan

antenatal care menurut buku KIA

antara lain : (1) Timbang berat badan dan tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3) Nilai status gizi (LILA), (4) Ukur tinggi fundus uteri, (5) Tentukan Presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), (6) Pemberian tablet Fe, (7) Pemberian imunisasi TT, (8) Test laboratorium, (9) Tatalaksana kasus, (10) Temu wicara (konseling).

Pada kasus Ny. W penambahan berat badan selama kehamilan yaitu sebesar 8

(4)

kg. Hal ini terdapat kesenjangan antara praktek dan buku acuan Midwifery update yang

menyatakan bahwa

penambahab berat badan pada ibu hamil yang kurang dari 9 kg selama kehamilan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pada hasil anamnesa, Ny. W mengatakan memiliki keluhan sering BAK selama kehamilan trimester III lebih banyak dari kehamilan trimester I dan II sehingga penulis memberikan asuhan dengan menginformasikan bahwa termasuk gejala normal yang terjadi selama ibu dalam kehamilan trimester III dan penulis menjelaskan frekuensi BAK lebih sering terjadi karena adanya tekanan dari perut ibu ke kandung kemih akibat janin semakin membesar. Hal ini sesuai dengan hasil studi menurut Sholiha (2015), yang mengemukakan bahwa pada trimester III ibu mengalami pertumbuhan janin sehingga adanya tekanan pada kandung kemih yang menyebabkan frekuensi buang air kecil lebih banyak.

Pada asuhan antenatal care penulis memberikan KIE tentang istirahat, mengurangi minum di malam hari, olahraga ringan,

konsumsi makanan bergizi, P4K, tanda bahaya pada trimester III, persiapan persalinan, dan tanda bahaya persalinan. KIE ini bertujuan agar ibu dapat mempersiapkan diri secara dini dalam menghadapi proses persalinan

Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).

Proses persalinan pada Ny. W diawali dengan mules-mules sejak tanggal 22 April 2018 jam 07.00 WIB kemudian datang ke Puskesmas Tanjungpinang pada pukul 13.30 WIB dan sudah keluar lendir bercampur darah. Kemudian pada saat his muncul dilakukan pemeriksaan dalam dengan pembukaan 1 dengan lama kontraksi 2x10’x25’’. Pada pukul 16.00 WIB his semakin adekuat yaitu 4x10’x45’’. Pada pukul 17.00 WIB pembukaan lengkap dengan kontraksi 5x10’x50’’. Proses persalinan berjalan dengan lancar sesuai dengan kala pembukaan tanpa adanya komplikasi, sehingga

(5)

penulis dapat memberikan asuhan persalinan sayang ibu yang bertujuan menciptakan persalinan yang minim trauma dan nyaman.

Menurut Johariyah (2012) kala 1 (kala pembukaan) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks mulai membuka

(dilatasi) dan mendatar

(effacement). Pada Ny. W kala I

dimulai pada pukul 13.30 WIB dengan pembukaan 1 cm. Asuhan yang diberikan yaitu teknik relaksasi, memberikan pemenuhan nutrisi (makan dan minum), mobilisasi, serta dukungan dari suami/keluarga sebagai pendamping pada proses persalinan. Pada kala I dengan pembukaan 1 penulis melakukan pemantauan persalinan meliputi tekanan darah, nadi, suhu, kandung kemih, kontraksi, dan DJJ tetapi tanpa menggunakan partograf.

Pemantauan ini dilakukan karena Ny. W tetap berada di Puskesmas hingga ia melahirkan sehingga memungkinkan memberikan asuhan terutama untuk mengurangi nyeri dengan massase. Massase dapat meningkatkan relaksasi tubuh, mengurangi stress, yang merupakan asuhan efektif, aman,

sederhana dan tidak

menimbulkan efek yang merugikan baik pada ibu maupun janin sehingga dapat menurunkan angka kesakitan pada ibu. Kemudian pada pukul 17.00 WIB Ny.W merasakan adanya dorongan ingin meneran seprti BAB yang tidak tertahankan, dilakukan pemeriksaan dalam dengan pembukaan 10, penurunan 0/5 bagian. Dari pembukaan 1 hingga 10 berlangsung selama 3½ jam, dimana fase laten pada Ny. W berlangsung dengan cepat dikarenakan ibu menerapkan asuhan teknik relaksasi dengan berjalan, jongkok, dan massase. Hal ini sesuai dengan hasil studi menurut Farida (2016) yang mengemukakan bahwa teknik relaksasi berpengaruh terhadap intensif nyeri pada kala I sehingga dapat membuat persalinan dapat berlangsung cepat.

Menurut Johariyah (2012), pada kala II (kala pengeluaran janin) his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Kala II pada primi

(6)

berlangsung selama 1 ½ jam, pada multi ½ - 1 jam dengan tanda dan gejala pada kala II yaitu adanya dorongan ingin meneran, tekanan yang semakin meningkat pada rektum, perineum menonjol,dan vulva membuka. Pada pukul 17.00 WIB Ny. W mengatakan perutnya mules diiringi dengan his yang adekuat dan terasa seperti ingin BAB yang tidak bisa ditahan setiap ada kontraksi. Dilakukan pemeriksaan dalam pembukaan 10 cm (lengkap). Ibu dipimpin untuk meneran sampai kepala lahir seluruhnya, terdapat lilitan tali pusat longgar. Sesuai dengan Buku Acuan APN Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi kemudian biarkan kepala melakukan putaran paksi luar kemudian turun kebawah untuk dapat melahirkan bahu depan, tarik keatas untuk melahirkan bahu belakang dilanjutkan dengan sanggah susur untuk melahirkan seluruh tubuh bayi. Bayi lahir spontan pada pukul 17.30 WIB, jenis kelamin laki-laki, menangis kuat, tonus otot lemah, kulit kemerahan. Kemudian bayi dikeringkan dan diletakkan diatas perut ibu. Kemudian dilakukan inisiasi menyusu dini

selama ±1 jam. Kemudian menilai keadaan bayi dengan BB : 2300 gr, PB : 40 cm, LK : 32 cm, LD : 33 cm, LILA : 8 cm, Apgar score 8/8/9. Menurut hasil studi Halimatussakdiyah (2017), lamanya persalinan kala II dimana normalnya untuk ibu primi (60 menit) dan multi (30 menit) yang berdampak pada lamanya bayi di PAP ibu sehingga terdapat kesenjangan pada Ny.W dimana kala II berlangsung selama 30 menit.

Pada kala III (kala pengeluaran uri) setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Tanda pengeluaran plasenta yaitu adanya semburan darah, tali pusat memanjang, dan uterus globuler. Pada pukul 17.25 WIB, Ny. W mengatakan perutnya masih terasa mules dan ia merasa kelelahan tetapi senang atas

(7)

kelahiran bayinya, dan masih dilakuan IMD pada ibu dan bayi selama ±1 jam. Hal ini sesuai dengan hasil studi menurut Purwarini (2012), yang mengemukakan bahwa lamanya persalinan kala III dan proses involusi uterus mempengaruhi IMD pada ibu postpartum. kemudian dilakukan palpasi untuk memastikan janin kedua kemudian dilakukan injeksi oksitosin IU secara intramuskuler di paha kanan ibu, kemudian dilakukan manajemen aktif kala III dengan tanda-tanda adanya semburan darah, tali pusat memanjang dan uterus globuler. Plasenta lahir lengkap pada pukul 17.35 WIB. Hal ini sesuai dengan teori Johariyah (2012), bahwa

pengeluaran plasenta

berlangsung selama 5-10 menit. Kemudian dilakukan masase untuk pencegahan perdarahan. Pada saat proses persalinan terdapat laserasi derajat II sehingga dilakukan penjahitan dengan menggunakan lidokain 1 amp.

Kala IV (kala pengawasan) dilakukan selama 2 jam setelah bayi lahir dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu. Pengawasan yang dilakukan yaitu tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu,

kandung kemih, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, perdarahan. Pengawasan dilakukan dengan tujuan tidak terjadinya atonia uteri yan dapat mengancam jiwa, salah satu penyulit saat persalinan kala IV adalah atonia uteri dimana uterus tidak segera berkontraksi setelah plasenta lahir yang dapat menyebabkan perdarahan setelah ibu bersalin. Pengawasan dilakukan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Pengawasan harus dilakukan 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

Pada pukul 17.45 WIB, mulai dilakukan pengawasan pada Ny. W sampai 2 jam postpartum, hasil observasi pada 15 menit pertama adalah keadaan umum ibu baik, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,70C,

pernapasan 20x/menit, tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, dan perdarahan ±50 cc. Hal ini sesuai dengan hasil studi Putri (2014), yang mengemukakan bahwa kontraksi uterus yang baik maka perdarahan juga akan normal.

Berdasakan kasus diatas, setelah plasenta lahir perdarahan normal dan kontraksi uterus baik.

(8)

TFU 2 jari dibawah pusat dan hal tersebut normal sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa setelah kelahiran plasenta, uterus secara normal ditemukan berada pada garis tengah dari abdomen kira-kira dua pertiga atau perempat antara simphisis pubis dan umbilikus.

Nifas

Masa nifas yang terjadi pada Ny. W dimulai pada pukul 10.45 WIB dan dari hasil anamnesa ibu mengatakan bahwa perutnya masih terasa mules dan nyeri di bagian luka jahitannya. Penulis memberikan asuhan berupa pemantauan tanda vital, menjelaskan pada ibu bahwa mules yang dirasakan ibu saat ini dalam keadaan normal karena rasa mules menunjukkan bahwa rahim berkontraksi dengan baik untuk memulihkan keadaan seperti sebelum hamil. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada payudara ibu dan ASI keluar tetapi bayi masih memiliki refleks hisap yang kurang sehingga proses laktasi tidak berjalan dengan baik, penulis memberikan asuhan pada ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayi dengan cara on demand, menganjurkan memberikan ASI

ekslusif kepada bayi, serta mengajarkan cara dan teknik menyusui yang baik dan benar. Pada Hal ini menjadi kesenjangan antara teori Manuaba (2010) dengan praktek yaitu kejadian penting pada masa nifas yaitu proses laktasi.

Penulis melakukan kunjungan masa nifas di mulai sejak tanggal 22 April 2018 sampai 20 April 2018 sehingga hal ini sesuai dengan teori menurut Manuaba (2010), dimana masa nifas yang berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya organ kandungan pada keadaan yang normal. Kunjungan masa nifas ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah dan dapat mendeteksi secara dini jika terjadi masalah-masalah yang terjadi pada masa nifas.

Menurut Saifuddin (2009), dikatakan bahwa selama masa nifas kunjungan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu kunjungan 1 pada 6-8 jam, kunjungan II 6 hari post partum, kunjungan III 2 minggu post partum, dan kunjungan IV pada 6 minggu post partum. Pemeriksaan postpartum pada Ny. W dilakukan sesuai dengan kunjungan nifas sehingga

(9)

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Adapun pendidikan kesehatan yang diberikan pada Ny. W yaitu :

Asuhan pada nifas 2 jam yaitu ibu mengatakan ASI-nya keluar tetapi reflek hisap bayi masih kurang sehingga penulis memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik dan posisi menyusui yang baik dan benar dan anjurkan ibu untuk sering menyusui, memeriksa TFU dan kontraksi, mobilisasi, memberikan obat, personal hygiene, serta menganjurkan mengkonsumsi makanan bergizi. Hal ini sesuai dengan hasil studi menurut Mutiarasari (2015), yaitu asuhan nifas pada 2 jam adalah melakukan IMD dengan baik, ibu sudah bisa melakukan mobilisasi miring kiri dan miring kanan dan ibu juga bisa duduk sudah dilakukan pemeriksaan TTV, TFU, kontraksi dan perdarahan. Asuhan pada nifas 6 jam yaitu ibu mengatakan ASI-nya keluar dan reflek hisap bayi sudah baik dengan menerapkan prinsip on

demand atau tetap menyusui bayi

sesering mungkin, penulis memberikan pendidikan kesehatan tentang teknik dan posisi menyusui yang benar dan anjurkan ibu untuk sering

menyusui. Asuhan pada nifas 6 hari yaitu ibu mengatakan ASI-nya keluar dan bayi menyusui dengan baik, penulis memberikan pendidikan kesehatan berupa menganjurkan ibu untuk menyusui bayi secara ekslusif, menganjurkan menjemur bayi agar bayi tidak kuning, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau untuk melancarkan ASI ibu, menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dan memperhatikan personal hygiene ibu. Asuhan pada nifas 2 minggu yaitu ibu mengatakan tidak memiliki keluhan, penulis memberikan pendidikan kesehatan antara lain menganjurkan tetap memberi ASI secara ekslusif, merencanakan untuk melakukan imunisasi lanjutan pada bayi saat usia bayi 1 bulan serta perencanaan menggunakan KB. Asuhan pada nifas 6 minggu yaitu ibu mengatakan tidak ada keluhan, dan dari hasil pemeriksaan yang dilakukan ibu tidak ada komplikasi dan ibu memberikan ASI kepada bayi secara ekslusif dan

merencanakan akan

(10)

Bayi baru lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke

ekstrauterine (Nanny, 2010). Dari

kasus diatas pada pukul 17.25 WIB bayi Ny. W lahir dengan berat badan rendah pada , jenis kelamin laki-laki, menangis kuat, tonus otot lemah, kulit kemerahan. Kemudian bayi diletakkan diatas perut ibu dan dikeringkan. Kemudian dilakukan inisiasi menyusu dini selama ±1 jam. Kemudian menilai keadaan bayi dengan BB : 2300 gr, PB : 40 cm, LK : 32 cm, LD : 33 cm, LILA : 8 cm, Apgar score 8/8/9. Asuhan kebidanan dilakukan dengan

komprehensif dengan

penanganan khusus pada bayi baru lahir dengan BBLR. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Saputra, 2014). Menurut hasil studi Sholiha (2015), yang

mengemukakan bahwa

penambahan berat badan ibu pada saat hamil mempengaruhi lahirnya BBLR. Pada kasus Ny.W terjadi penambahan yaitu sebesar

8 kg selama masa kehamilannya. Hal ini tidak sesuai dengan buku acuan Midwifery update yang

menyatakan bahwa

penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada By.W antara lain stabilisasi suhu menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan metode kangguru, jaga jalan nafas tetap bersih, melakukan pemantauan pada tanda vital antara lain frekuensi pernafasan, frekuensi denyut jantung, warna kulit dan aktivitas bayi. Bayi mendapatkan Asuhan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan reflek hisap bayi lemah sehingga dibutuhkan penatalaksanaan komprehensif sesuai kasus BBLR. Asuhan pada bayi baru lahir

dilaksanaakan dengan

pemeriksaan 2 jam, 6 jam, 3 hari, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu.

Peran bidan pada saat ini sangat berarti, kunjungan rumah sangat penting dilakukan oleh bidan sehingga bidan dapat melakukan deteksi dini dan dapat melakukan tindakan yang harus dilakukan agar kondisi bayi baru lahir dalam keadaan baik.

(11)

Asuhan pada bayi baru lahir 2 jam yaitu tanda bahaya BBLR, menganjurkan memberikan ASI awal, pemantauan pemberian ASI, jaga kehangatan bayi, beri ASI sesering mungkin. Asuhan pada bayi baru lahir 6 jam yaitu menganjurkan memberikan ASI awal, pemantauan pemberian ASI, jaga kehangatan bayi, beri ASI sesering mungkin, perawatan pada tali pusat dan menjaga personal hygiene bayi. Asuhan pada bayi baru lahir 3 hari yaitu susui sesering mungkin secara on

demanda, memantau pemberian

ASI, menjaga kehangatan, perawatan tali pusat dan personal hygiene, dan menjemur bayi dipagi hari. Asuhan pada bayi baru lahir 7 hari yaitu menjemur bayi, jaga kehangatan, personal hygiene, perawatan tali pusat. Asuhan pada bayi baru lahir 2 minggu yaitu menjemur bayi di pagi hari, personal hygiene dan pemantauan pemberian ASI. Asuhan pada bayi baru lahir 6 minggu yaitu menjemur bayi, jaga kehangatan, personal hygiene, perawatan tali pusat dan imunisasi.

Berdasarkan pemantauan pada By.Ny.W dengan BBLR dari lahir hingga 28 hari memiliki perkembangan yang baik dengan

menunjukkan kenaikan berat badan dari 2300 gram ke 2600 gram, pada hari ke-3, kemudian pada hari ke-7 berat badan bayi menjadi 2900 gram, pada hari ke-28 berat badan bayi menjadi 3200 gram. Hal ini dikarenakan ibu menerapkan asuhan yang diberikan yaitu dengan memberikan ASI kepada bayi sesering mungkin (on demand). Hal ini sesuai dengan teori Saputra (2016) yang mengemukakan bahwa makanan terbaik bagi bayi hingga usia 6 bulan yang mengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi.

Imunisasi

Imunisasi berarti diberikan kebebasan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Rukiyah, 2012). Pemberian imunisasi Hb0 pertama pada By.Ny.W setelah 1 jam Vitamin K tidak diberikan karena berat badan By.Ny.W kurang yaitu 2300 gram untuk mencegah timbulnya komplikasi lain dari pemberian imunisasi tetapi imunisasi diberikan pada tanggal 23 April 2018 pukul 16.30 WIB dilakukan pemeriksaan umum pada bayi di dokter dan diberikan

(12)

imunisasi Hb0 pertama, pemberian Hb0 pada By.Ny.W memiliki keterlambatan setelah 1 jam pemberian vit.k. Hal ini sesuai dengan studi kasus Dompas (2014), yang mengemukakan bahwa imunisasi dengan

keterlambatan tidak

mempengaruhi kekebalan karena dosis vaksin yang diberikan tidak dikurangi pada waktu pemberian. Pemberian imunisasi lanjutan pada By.Ny.W usia 1 bulan dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2018 dengan usia bayi 32 hari. Hal ini sesuai dengan teori (Rukiyah, 2012) dimana imunisasi lanjutan setelah 24 jam pertama yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat. Imunisasi sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahuan adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara intradermal di bawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Untuk polio untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu.

Tujuan diberikan imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari

penyakit dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Rukiyah, 2012). Keluarga berencana

Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Prinsip dasar dari metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi sel telur wanita (fertilitas) atau mencegah sel telur yang sudah dibuahi untuk melekat (implantasi) dan berkembang di dalam rahim (Purwoastuti, 2015).

Asuhan keluarga berencana pada Ny. W dilakukan setelah kunjungan nifas ke empat, dimana ibu sudah memutuskan kontrasepsi jenis apa yang akan ibu gunakan setelah penjelasan dari penulis mengenai jenis-jenis metode dan alat kontrasepsi serta

kegunaannya. Penulis

menjelaskan kepada ibu bahwa tujuan dari penggunaan KB itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Penulis sebelumnya sudah memberikan penjelasan mengenai macam- macam KB

(13)

cara kerja dan efek samping dikarenakan ibu sebelumnya tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi, sehingga ibu dapat memilih sendiri alat kontrasepsi yang dianggap cocok dan mendiskusikan dengan suami alat kontrasepsi mana yang akan dipilih. Kemudian ibu memilih alat kontrasepsi mini dikarenakan ibu masih menyusui bayi. Hal ini sesuai dengan hasil studi Montolalu (2013), yang mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal yang berisi progesteron saja seperti mini pil tidak berpengaruh terhadap kualitas ASI dan dapat meningkatkan volume ASI dibandingkan kontrasepsi non hormonal. Penulis menjelaskan keuntungan dan kekurangan pada KB mini pil. Adapun keuntungan dari KB mini pil adalah sangat efektif bila diminum teratur, tidak mengganggu hubungan suami istri, dapat dipakai oleh semua wanita usia produktif, aman untuk wanita menyusui dapat dihentikan pemakaiannya kapan saja jika menginginkan kehamilan. Sedangkan kerugian dari KB mini pil adalah sakit kepala ringan, nyeri payudara, dapat meningkatkan berat badan, mual, dan tidak cocok untuk pelupa. Mengajarkan pada ibu cara

meminum KB pil. Jika baru pertama kali menggunakan KB pil mulai minum pil saat hari pertama haid. Untuk mencegah lupa minum pil, minumlah KB pil secara teratur setiap harinya pada jam yang sama, disarankan untuk mengonsumsi pil pada malam hari. Jika lupa minum satu KB pil (aktif buka placebo) minum segera saat teringat dan minum pil dosis hari itu di saat waktu rutin biasanya. Jika lupa satu hari, maka masih dapat diminum dua tablet langsung, namun jika lupa lebih dari satu hari buang pil yang terlupa dan lanjutkan minum pil sesuai harinya namun karena effektifitas berkurang perlu dikombinasikan dengan kontrasepsi kondom saat berhubungan intim.

Simpulan

Berdasarkan pengkajian dan pembahasan, asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. W dan By.W telah dilakukan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan berdasarkan teori yang ada. Telah dilaksanakan asuhan kebidanan dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, imunisasi, dan keluarga berencana. Pengkajian asuhan komprehensif pada Ny.W dan

(14)

By.W didapatkan masalah dengan BBLR dan telah di berikan asuhan komprehensif sesuai dengan kebutuhan By. W, Dalam memberikan asuhan di lahan praktik maupun dirumah ada terdapat beberapa kesenjangan dengan teori.

Saran

Bagi lahan praktik, agar

mempertahankan mutu

pelayanan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar yang berlaku.

Bagi Institusi/Pendidikan, diharapkan dapat memberikan bimbingan yang lebih intensif sehingga mahasiswi dapat mengerti dan lebih memahami tentang manajemen asuhan kebidanan.

Bagi klien, diharapkan dapat selalu menjaga kesehatannya dan kesehatan bayinya.

Bagi Penulis, agar dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen asuhan kebidanan

Ucapan Terimakasih

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari semua pihak . Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati, penulis

mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nining Sulistyowati, SST, M.Kes selaku Direktur Anugerah Bintan, Ibu Yeti Trisnawati, SST. M.K.M selaku Pembimbing Akademik yang telah begitu banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir, dr. Lisa Riantuti selaku

pimpinan Puskesmas

Tanjungpinang yang telah mengizinkan untuk melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif, Ibu Desi Eka Sari Amd. Keb selaku Pembimbing

Lahan di Puskesmas

Tanjungpinang yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dalam Laporan Tugas Akhir, Ny.W yang telah bersedia untuk menjadi pasien dalam asuhan kebidanan komprehensif, seluruh keluarga tercinta yang telah mendukung, membantu, mencurahkan kasih sayang dan selalu mendoakan sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik, seluruh teman-teman mahasiswa di Kebidanan Anugerah Bintan terimakasih atas dukungan dan kebersamaanny.

Daftar Pustaka

Dompas, R. (2014). Gambaran Pemberian Imunisasi Dasar

(15)

Pada Bayi Usia 0-12 Bulan. Jurnal Ilmiah Bidan. 2 (2), 71. Web. 17 Juli 2018

Farida, S. (2016). Efektivitas Teknik

Relaksasi Terhadap Nyeri

Persalinan kala 1. Jurnal

Kebidanan dan Ilmu Kesehatan. 3 (3), 93. Web. 27 Juli 2018

Johairiyah dan Ningrum, E. 2012.

Buku Asuhan Kebidanan

Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta:TIM

Kemenkes RI. 2015. Profil

Kesehatan Indonesia.

Jakarta:Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Manuaba, Ida Ayu Chandranita.

2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:EGC

Montolalu, A, Dkk. (2013).

Pengaruh Kontrasepsi

Hormonal Dan Non Hormonal Terhadap Lamanya Menyusui

Di Indonesia. Jurnal Ilmiah

Bidan. 1 (1), 11. Web. 17 Juli 2018

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:Salemba Medika

Purwarini, J, dkk. (2012). Lama Persalinan Kala III dan Proses Involusi Uteri Mempengaruhi Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu

Postpartum. Jurnal

Keperawatan Indonesia. 15 (2), 98. Web. 17 Juli 2018 Putri, Fariza. (2014). Kondisi

Pembeda Volume

Perdarahan Kala IV. Jurnal

Biometrika dan

Kependudukan. 3 (2), 123. Web 17 Juli 2018

Saifuddin. 2009. Pelayanan

Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta:PT Bina

Pustaka

Saputra, Lyndon. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tangeramg:Binarupa Aksara Sholihah, Lutfiatus. 2012. Panduan

Lengkap Hamil Sehat. Jogjakarta:

Referensi

Dokumen terkait

9. Pada system demokrasi liberal hanya partai-partai besar yang dapat berperan dalam pemerintahan. Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapat dukungan mayoritas dari parlemen.

Peningkatan volume perasan jeruk Citrus medica yang diberikan dapat menurunkan jumlah bakteri sehingga ada kecenderungan bahwa jumlah bakteri akan semakin sedikit

Umumnya digunakan oleh manajemen non-akuntansi yang lebih tinggi untuk

Diagram Alir Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah dengan Alat – Alat yang Digunakan, Jumlah Unit, dan Kapasitas Masing - Masing Alat………... Diagram Alir Proses Beserta Neraca

Apakah sebelum memasak Anda mencuci peralatan yang akan Ya / Tidaka. digunakan

– Menyediakan sebuah mekanisme yang siap untuk hidup dan bekerja lagi dengan cepat setelah terjadi kesalahan, kerusakan atau bencana, dimana semua data dapat diakses pada

Therefore, in this study, the distribution of DNA polymorphisms in the putative MADS-box gene located near the quantitative trait loci (QTL) for flowering time and maturity was

A comparison of lineament and fracture trace extraction from LANDSAT ETM+ panchromatic band and panchromatic aerial photograph in Gunungsewu karst area, Java-Indonesia.. To cite