• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. LANDASAN TEORI A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. LANDASAN TEORI A."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Friska Mariana Aritonang (2012:74) mengenai Analisis Usahatani Pembesaran Ikan Mas di Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk mengusahakan usahatani ikan mas di Kabupaten Sragen sebesar Rp 201.163.133,00 per 324,44 m2/4bulan atau sebesar Rp 620.026,00 per m2 /4 bulan sedangkan penerimaan petani dari usahatani perikanan di Kabupaten Sragen sebesar Rp 244.323.026,00 per 324,44 m2/4bulan atau sebesar Rp 753.060,74 per m2 /4bulan. Usahatani perikanan ikan mas di Kabupaten Sragen yang dijalankan telah efisien, terlihat dari nilai R/C rasio sebesar 1,21, sedangkan tingkat risiko usaha sebesar Rp 85.557.317.00 dimana batas bawah keuntungannya sebesar minus Rp 127.952.742,00.

Menurut penelitian Ratih Ayu Dwi Ratnawati (2012:85) mengenai

Analisis Usahatani Pembesaran Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) di Kolam Air Deras di Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk mengusahakan usahatani ikan mas di Kabupaten Klaten sebesar Rp 49.074.295,36 per usaha pembesaran ikan nila merah sedangkan penerimaan petani dari usahatani perikanan di Kabupaten Klaten sebesar Rp 51.461.465,83 per usaha pembesaran ikan nila merah. Usahatani perikanan ikan nila merah di Kabupaten Klaten memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,05, sedangkan batas bawah keuntungannya sebesar minus Rp 827.755,83.

Menurut penelitian Cicik Gamiarsi (2015:67) mengenai Analisis Usahatani Pembesaran Ikan Nila Merah di Waduk Kedung Ombo Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk mengusahakan usahatani ikan nila merah di Waduk Kedung Ombo Kabupaten Sragen sebesar Rp 108.220.902,00 per 775 m2/ 5 bulan atau sebesar Rp 139.639,87 per m2 /4 bulan sedangkan penerimaan petani dari usahatani perikanan di Kabupaten Sragen sebesar Rp 137.633.276,67 per 775 m2/ 5

(2)

bulan atau sebesar Rp 177591,32 per m2 / 5 bulan. Usahatani perikanan ikan nila merah di Kabupaten Sragen yang dijalankan telah efisien, terlihat dari nilai R/C rasio sebesar 1,27, sedangkan koefisien variasi (CV) sebesar 0,59902179 dimana batas bawah keuntungannya sebesar minus Rp 5.824.931,94

Menurut penelitian Nursetyo et al (2012:83) mengenai Analisis Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaues vannamei) Di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk mengusahakan usahatani udang vannamei di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo sebesar Rp 8.910.476,00 per 0,784 Ha/3 bulan sedangkan penerimaan petani dari usahatani perikanan di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo sebesar Rp 4.889.435,00 per 0,784 Ha/3 bulan. Usahatani perikanan udang vannamei di Desa Gedangan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo yang dijalankan telah efisien, terlihat dari nilai R/C rasio sebesar 1,3.

Berdasarkan hasil penelitian Friska, Ratih dan Cicik dapat diketahui bahwa obyek yang dikaji sama dengan penelitian ini yaitu tentang usaha pembesaran dengan permasalahan dan metode yang diteliti pada penelitian-penelitian di atas juga hampir sama, yaitu tentang analisis biaya, analisis penerimaan, analisis efisiensi dan analisis risiko usaha pembesaran, sedangkan dengan penelitian Nursetya menggunakan analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan analisis efisiensi. Oleh karena itu, hasil analisis dari penelitian-penelitian di atas digunakan sebagai acuan dalam penentuan hipotesis pada penelitian ini. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi dan waktu penelitian serta obyek yang digunakan dalam penelitian.

(3)

B. Tinjauan Pustaka 1. Udang Vannamei

Udang vannamei atau udang putih (Litopenaeus vanname) adalah salah satu spesies unggulan, yang sejak tahun 2002 mulai dikulturasi di tambak-tambak di Indonesia. Secara ekologis udang vannamei memiliki siklus hidup yaitu melepaskan telur di tengah laut kemudian terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas menjadi nauplius, stadia zoea, mysis, postlarva dan juveni lalu kembali di tengah laut untuk proses pendewasaan. Udang vannamei memiliki toleransi lebih luas terhadap perubahan lingkungan (seperti salinitas dan temperatur) daripada udang windu. Udang vannamei dapat hidup di salinitas 0,1-60 ppt dan suhu 12-37oC (Ghufran, 2010:19-21).

Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) memiliki beberapa nama internasional dikenal sebagai udang whiteleg shrimp (Inggris), creventte pattes balnces (Perancis), dan camaron patiblanco (Spanyol). Sebelum dikembangkan di Indonesia, udang vannamei sudah dikembangkan di Amerika Selatan, seperti Ekuador, Meksiko dan Panama. Udang vannamei adalah binatang malam, dengan aktivitas yang lebih aktif dilakukan di saat malam hari (Ruswahyuni et al, 2010:2).

Menurut Isdiati (2013:1) taksonomi udang vannamei adalah sebagai berikut : Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Subclass : Malacostraca Series : Eumalacostraca Superorder : Eucarida Order : Decapoda Suborder : Dendrobrachiata Infraorder : Peneidea Superfamily : Penaeoidea Family : Penaeidae

(4)

Genus : Penaeus Subgenus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vannamei

Beberapa keunggulan yang dimiliki udang vannamei adalah mampu memanfaatkan seluruh kolam, yaitu udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dalam pertumbuhannya menyebar ke seluruh sisi kolam. Selain itu, udang vannamei tahan terhadap penyakit dan tingkat produktivitas yang tinggi. Kebutuhan udang vannamei akan kandungan protein pakan yang relatif rendah, dan tumbuh cepat, toleran terhadap suhu air, oksigen terlarut dan salinitas yang relatif rendah (Sudrajad, 2011:11).

Karakteristik budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya udang vanname meliputi : 1) persiapan lahan tambak (persiapan kolam pembesaran, pengeringan tanah, pengapuran, pemupukan, pemasangan kincir tambak, pengisian air, dan penebaran benih,); 2) proses pembesaran (manajamen pakan, pengontrolan, kualitas air, checking anco, sampling, pengelolaan media budidaya, pengendalian hama, dan penyakit) dan 3) pemanenan. Sistem budidaya yang digunakan dalam usaha pembesaran udang vanname yaitu sistem semi intensif dan secara intensif (Andriyanto, 2013:95).

Dalam budidaya udang vannamei, pendekatan modifikasi air pada udang vannamei akan meningkatkan kolam profil ionik, khususnya dengan menambahkan K dan Mg, lebih efektif untuk meningkatkan pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan produksi Litopenaeus vannamei dari strategi modifikasi diet. Berdasarkan dekade terakhir penelitian dan pertanian produksi Litopenaeus vannamei di LSW dari barat Alabama kita menemukan bahwa modifikasi dari air kolam dengan pupuk yang mengandung K dan Mg adalah solusi efektif bagi petani udang vannamei. Petani harus menyesuaikan rasio Na:K di kolam mereka untuk erat mencerminkan rasio ditemukan dalam air laut yaitu (28:1) untuk mencapai pertumbuhan maksimum, kelangsungan hidup, dan produksi udang yang dipelihara di LSW (Lincoln, 2010:72).

(5)

2. Usahatani

Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien dan kontinu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani meningkat (Rahim, 2008:158). Menurut Prawirokusuma (1990:2) ilmu usahatani dapat diartikan sebagai ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada usaha pertanian.

Menurut Mubyarto (1995:66) usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian. Sumber-sumber alam tersebut dapat berupa tanah dan air. Usahatani dapat berupa usaha bercocok taanam atau memelihara ternak.

Usahatani (farm) adalah organisasi dalam alam (lahan), tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi tersebut ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh sekumpulan sebagai pengelolanya. Dengan istilah usahatani tersebut telah mencakup pengertian yang luas, dari bentuk yang paling sederhana sampai yang paling modern (Firdaus, 2008:6).

Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan melalui produksi pertanian yang berlebih diharapkan memperoleh pendapatan yang tinggi. Perencanaan yang baik untuk menentukan dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga diperoleh pendapatan yang maksimal. Perlu juga memperhatikan pertimbangan ekonomis di samping pertimbangan teknis dalam usahatani (Suratiyah, 2011:9)

3. Tambak Air Payau

Di Indonesia, prospek untuk budidaya udang di tambak bersalinitas rendah maupun sawah tambak sangat menjanjikan. Hal ini disebabkan di beberapa daerah, tambak yang berjarak 2-3 km dari pantai dan bersalinitas

(6)

rendah, bahkan bersalinitas 0 ppt sangat luas. Asalkan, di tambak tersebut cukup memiliki stock air yang merupakan media hidup udang dan aman dari gangguan hama (Sudrajad, 2011:7-8).

Tambak yang biasa digunakan untuk pembudidayaan udang sama dengan tambak-tambak air payau yang digunakan untuk pemeliharaan ikan bandeng dan ikan nila. Persyaratan tambak air payau sebagai berikut : 1). Perbedaan pasang surut air laut berkisar 1,5-2 meter dengan kondisi air tidak berlumpur, 2). Areal tambak harus dekat dengan pantai dan memiliki kontruksi yang landai, 3). Salinitas di dalam tambak diusahakan tidak terlalu tinggi, yakni berkisar 5-15%, dan 4). Petakan-petakan tambak bisa dialiri sepanjang tahun (Amri dan Khairuman, 2013).

Budidaya udang laut umumnya dilakukan di tambak dengan membabat hutan mangrove atau hutan bakau di sepanjang pantai. Dengan perkembangan teknologi, pembangunan tambak tidak hanya dilakukan di hutan mangrove, tetapi juga di lahan berpasir atau lahan bergambut. Budidaya udang juga tidak hanya dilakukan di tambak air payau yang salinitas antara 15-25 ppt (part per thousand). Akan tetapi pada air yang memiliki salinitas yang lebih rendah dari 15 ppt. Udang juga dapat dipelihara di laut dengan menggunakan pagar keliling, keramba jaring apung, dan jaring kurung kasar (Gufran, 2010:25).

4. Analisis Usaha

Analisis usaha adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu jenis usaha. Tujuan analisis usaha adalah untuk mengetahui nilai keuntungan, pengembalian investasi, maupun titik impas suatu usaha. Berbagai antisipasi untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan perusahaan juga dapat dilakukan apabila dilakukan analisis usaha. Analisis usaha pada usaha perikanan sangat diperlukan, mengingat ketidakpastian usaha yang cukup besar (Effendi, 2006:135).

Dalam analisis usahatani, sering dilakukan dengan dua cara yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial, data biaya yang dipakai adalah data riil yang sebenarnya dikeluarkan. Sedangkan analisis

(7)

ekonomi data upah yang dipakai adalah upah menurut ukuran harga bayangan (Soekartawi, 1995:81)

a. Biaya Usaha

Dalam proses produksi diperlukan sejumlah faktor produksi tertentu. Untuk memenuhi faktor produksi harus mengeluarkan biaya untuk membeli faktor produksi tertentu. Biaya produksi usahatani adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa dalam proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk dan obat-obatan (Soekartawi, 2003:55-56).

Menurut Rahim (2008:162) biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap atau fixed cost merupakan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, misalny pajak. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas yang diperoleh. Misalnya biaya untuk saprodi atau sarana produksi pertanian.

Biaya total merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan, yaitu merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Secara matematis menurut Firdaus (2008:63), dapat ditulis sebagai berikut:

TC = TFC + TVC Keterangan :

TC (Total Cost) = biaya total

TFC (Total Fixed Cost) = total biaya tetap TVC (Total Variable Cost) = total biaya variabel

(8)

b. Penerimaan Usaha

Penerimaan usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Dalam menaksir penerimaan, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar (Soekartawi, 2011:78-79).

Menurut (Soekartawi, 2006:54), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y x Py Keterangan :

TR = Penerimaan total

Y = Jumlah produk yang dihasilkan dalam usahatani Py = Harga Y

Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan industri tapi berhubungan dengan adanya kegiatan industri, seperti penerimaan dalam bentuk bonus karena pembelian barang-barang kebutuhan kegiatan industri, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan dan lain sebagainya (Ibrahim 2003:97). c. Keuntungan Usaha

Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa perusahaan mendapatkan keuntungan (Ibrahim, 2003:139). Menurut Soekartawi (2011:80) pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor

(9)

dengan pengeluaran usaha tani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengolahan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani.

Menurut Rahim (2008:166) pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya. Pendapatan usahatani dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pd = TR –TC Keterangan :

Pd = pendapatan usahatani

TR = total penerimaan (total revenue) TC = total biaya (total cost)

d. Profitabilitas Usaha

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Oleh karena itu istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator yang berbeda unttuk menentukan profitabiltas dan prestasi kerja perusahaan (Downey, Erickson 1992:177). Menurut Prawirokusumo (1990:136) profitabilitas adalah suatu ukuran dari keuntungan yang besifat relatif terhadap nilai input yang dipakai untuk menghasilkan suatun profit. Suatu usaha dapat mempunyai laba yang positif akan tetapi mempunyai nilai profitabilitas yang kecil terhadap ukuran usahanya.

Menurut Riyanto (1997:35) profitabilitas dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Oleh karena itu perhitungan tingkat profitabilitasnya membandingkan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan dan dinyatakan dalam persen. Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:

(10)

Keterangan :

Π = Keuntungan usaha TC = Biaya usaha

Kriteria yang diperhitungkan dalam profitabilitas adalah : Profitabilitas > 0 berarti usaha yang diusahakan menguntungkan Profitabilitas = 0 berarti usaha yang diusahakan mengalami BEP

(impas)

Profitabilitas < 0 berarti usaha yang diusahakan tidak menguntungkan. e. Efisiensi Usaha

Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana baiknya sumber-sumber daya ekonomi digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik proses yang mengukur performansi aktual dari sumber daya relatif terhadap standar yang ditetapkan. Peningkatan efisiensi dalam proses produksi akan menurunkan biaya per unit output, sehingga produk dapat dijual dengan harga yang lebih kompetitif di pasar (Gasperz, 2000:175)

Efisiensi dapat diketahui dengan menghitung R/C Ratio. R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total (Soekartawi, 1994:41-42). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Efisiensi = Keterangan:

R = Penerimaan total (Rupiah) C = Biaya total (Rupiah)

Kriteria yang digunakan dalam penentuan efisiensi usaha adalah: R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien

R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi impas (tidak untung dan tidak rugi)

(11)

f. Risiko Usaha

Mengembangkan sektor pertanian yang berpotensi mempunyai keunggulan komparatif adalah tidak mudah, karena dihadapkan dengan masalah risiko (risk) dan ketidapastian. Masalah iklim, masalah serangan hama dan penyakit yang sulit terduga, serta masalah lain yang dihadapi adalah kehidupan tanaman tunduk pada risiko dan ketidakpastian. Dikatakan risiko (risk) bila tidak mengetahui berapa besarnya peluang terjadinya resiko tersebut (Soekartawi, 1993:2)

Macam dan resiko di bidang pertanian dibandingkan dengan bidang lainnya lebih mengharuskan petani memiliki kemampuan untuk menanggulangi resiko. Ini disebabkan penerimaan dan pengeluaran di bidang pertanian lebih tidak stabil (Kadarsan, 1995:174). Menurut Soeisno (1999:2) Risiko selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak terduga/tidak diinginkan. Risiko merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadi sesuatu yang terjadi akan mengakibatkan kerugian. Dengan demikian risiko mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa

b. Merupakan ketidakpastian, apabila terjadi akan menimbulkan kerugian

Dalam setiap proses produksi, produsen harus selalu mempertimbangkan berapa risiko yang ditanggungnya dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh. Pada umumnya risiko yang ditanggung oleh petani dibagi menjadi dua macam yaitu risiko produksi dan risiko harga. Risiko produksi disebabkan oleh ketidakpastian iklim, intensitas serangan hama penyakit, dan faktor-faktor teknis biaya yang berada di luar kontrol petani. Sedangkan risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran di pasar.

Menurut Kadarsan (1995:165-166) risiko dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

(12)

Keterangan :

CV = Koefisen variasi usahatani pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo

V = Simpangan baku pendapatan usahatani pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo (Rupiah)

E = Pendapatan rata-rata usahatani udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah)

Koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung petani dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanam dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi ini menunjukan bahwa risiko yang harus ditanggung petani semakin besar dibanding dengan keuntungannya. Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan rata-rata usahatani pembesaran udang vannamei dan simpangan bakunya. Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku (standar deviation), secara matematis dirumuskan sebagai berikut: V2 =

Keterangan :

V2 = Keragaman

Ei = Pendapatan yang diterima usahatani pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah).

E = Pendapatan rata-rata usahatani udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah)

(13)

Keuntungan rata-rata usaha pembesaran udang vannamei dapat dihitung secara matematis dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n = Jumlah petani udang vannamei di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo (orang).

Ei = Pendapatan yang diterima usahatani pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah).

E = Pendapatan rata-rata usahatani udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah) Sedangkan simpangan baku merupakan akar dari ragam, secara matematis sebagai berikut :

Keterangan :

V = Simpangan baku

Untuk mengetahui batas bawah pendapatan usahatani pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo digunakan rumus :

L = E – 2V Keterangan:

L = Batas bawah pendapatan usahatani pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah).

V = Simpangan baku pendapatan usahatani pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah).

E = Pendapatan rata-rata usahatani udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo (Rupiah)

(14)

Semakin besar nilai CV menunjukan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥0 menyatakan bahwa petani akan selalu terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang akan menderita kerugian.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usaha pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah usaha yang dilakukan petani untuk membesarkan udang vannamei mulai dari benih udang sampai udang yang siap konsumsi dengan berat rata-rata 18 gram/ekor. Usaha pembesaran udang vannamei mempuyai tujuan untuk pendapatan bagi keluarga petani udang vannamei. Besarnya pendapatan ini dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani udang vannamei) di dalam mengelola usahanya. Usaha pembesaran udang vannamei dikatakan berhasil atau tidak ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dalam satu musim.

Usaha pembesaran udang vannamei) tidak terlepas dari prinsip ekonomi dimana segala tindakan dilakukan dengan pertimbangan antara biaya yang harus dikeuarkan dengan pendapatan yang akan diterima. Proses pembesaran udang vannamei dilakukan selama 3 bulan dan akan menimbulkan biaya (cost). Biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Penjumlahan biaya tetap dan variabel adalah biaya total usaha pembesaran udang vannamei.

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo adalah biaya penyusutan peralatan. Biaya variabel merupakan biaya yang berubah ubah sesuai dengan perubahan output. Biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha pembesaran udang vannamei) di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo adalah adalah biaya pengadaan saprodi (benih udang vannamei, pakan udang vannamei, kapur, dan probiotik serta vitamin), biaya tenaga kerja, biaya iuran desa, biaya oli, dan biaya listrik, serta biaya makan tenaga kerja.

(15)

Penerimaan dalam usaha pembesaran udang adalah besarnya produksi udang vannamei yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual udang vannamei Selisih antara penerimaan dan biaya total akan diperoleh pendapatan usaha pembesaran udang vannamei. Selain pendapatan, dalam analisis usaha dilakukan dengan mengukur tingkat profitabilitas. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan/pendapatan dengan biaya total.

Usaha pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo selain berusaha mencapai keuntungan yang besar, efisiensi usahatani juga harus dipertimbangkan oleh petani udang vannamei.. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi. Dalam menjalankan usaha untuk memperoleh keuntungan, petani akan menghadapi risiko atas kegiatan usaha tersebut. Risiko merupaka suatu investasi dapat diartikan sebagai probabilitas tidak tercapainya tingkat keuntungan yang diharapkan. Risiko yang terdapat dalam usaha pembesaran udang vannamei adalah risiko harga dan dan risiko produksi. Dalam penelitian ini, variabel risiko harga dan produksi tidak diamati, melainkan dapat dihitung dengan ukuran keragaman (variance) dan simpangan baku (standar deviation). Koefien variasi adalah perbandingan antara risiko yang harus ditanggung petani pembesaran udang vannamei dengan jumlah keuntungan rata-rata yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan pada proses produksi pembesaran udang vannamei.

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

(16)

Keterangan :

= Variabel-variabel yang diamati pada penelitian ini.

--- = Variabel-variabel yang berpengaruh pada penelitian ini tetapi tidak diamati.

Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usahatani Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Proses pembesaran udang vannamei output

Penerimaan Total Biaya Total Risiko Efisiensi Keuntungan Harga Udang vannamei Profitabilitas

Usaha Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo

Input :

1. Benih Udang Vannamei 2. Pakan Udang Vannamei

Risiko Harga Risiko Produksi

Risiko Harga Biaya Tetap :

- Biaya penyusutan peralatan

Biaya Variabel :

- Biaya tenaga kerja (dalam dan luar)

- Biaya pengadaan saprodi

seperti : benih udang, pakan

udang, dan lain-lain

(probiotik dan kapur serta vitamin)

- Biaya listrik - Biaya oli

- Biaya BBM

- Biaya makan TK - Biaya Iuran Wajib

(17)

D. Hipotesis

1. Diduga usaha pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo menguntungkan dan profitabel.

2. Diduga usahatani pembesaran udang vannamei di Kabupaten Purworejo sudah efisien.

3. Diduga usahatani pembesaran udang vannamei yang dijalankan di Kabupaten Purworejo mempunyai resiko.

E. Asumsi

1. Petani bertindak rasional untuk memperoleh pendapatan yang maksimal. 2. Keseluruhan output dijual.

3. Harga produksi udang vannamei dan harga faktor produksi tidak berubah selama periode penelitian.

4. Keseluruhan input/ saprodi yang digunakan dalam usahatani pembesaran udang vannamei diperoleh dari pembelian.

F. Pembatasan Masalah

1. Data yang diambil pada usaha pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo dibatasi data pembesaran udang vannamei antara bulan Oktober 2015 sampai bulan Desember 2015.

2. Petani tambak yang dimaksud yaitu petani yang melakukan usaha pembesaran udang vannamei dengan kriteria petani yang melakukan minimal 1 tahun usaha budidaya di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo .

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Usaha pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah usaha untuk membesarkan udang vannamei mulai dari benih udang sampai menjadi udang yang siap konsumsi dengan berat rata-rata 18 gram/ekor yang dilakukan di Kecamatan Ngombol kabupaten Purworejo.

2. Analisis usaha adalah analisis terhadap kelangsungan suatu usaha dengan meninjau dari berbagai hal yang meliputi : biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, dan efisiensi, serta besarnya risiko.

(18)

3. Udang vannamei adalah udang air payau yang dapat hidup di salinitas yang rendah yaitu 0,1-60 ppt (part per thousand).

4. Petani udang vannamei) adalah seseorang yang melakukan usaha pembesaran udang vannamei di Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo minimal 1 tahun .

5. Biaya total usaha pembesaran udang vannamei merupakan seluruh nilai korbanan yang dikeluarkan untuk proses usahatani pembesaran udang vannamei meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel.

6. Biaya tetap usaha pembesaran udang vannamei merupakan biaya yang digunakan dalam proses pembesaran udang vannamei yang besarnya tidak dipengaruhi jumlah udang vannamei yang dihasilkan dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya tetap dalam penelitian adalah penyusutan peralatan.

7. Biaya penyusutan merupakan pengurangan nilai barang-barang modal karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi atau karena faktor waktu, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya penyusutan peralatan meliputi penyusutan pipa paralon, pipa besi, bambu, genset, waring, bambu patok, daun kincir, dan mesin diesel, serta bangunan. Biaya penyusutan peralatan adalah dengan mengurangi nilai awal peralatan dikurangi nilai akhir peralatan dibagi umur ekonomis peralatan.

8. Biaya variabel usaha pembesaran udang vannamei merupakan biaya yang digunakan dalam proses pembesaran udang vannamei yang besarnya berubah tergantung dari jumlah udang vannamei yang dipanen, yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Biaya variabel dalam penelitian ini meliputi :

a. Biaya tenaga kerja baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar

b. Biaya pengadaan sarana produksi yang berupa pakan udang, benih udang, kapur, probiotik dan vitamin.

(19)

c. Biaya listrik berupa biaya yang dikeluarkan untuk penerangan di tambak.

d. Biaya Oli berupa biaya pergantian oli satu kali dalam satu musim. e. Biaya BBm berupa biaya yang dikeluarkan untum membeli bensin dan

solar.

f. Biaya makan tenaga kerja berupa biaya yang dikeluarkan untuk biaya makan Tenaga kerja

g. Biaya iuran wajib berupa biaya yang dikeluarkan ke desa pada saat setelah panen udang.

9. Output merupakan hasil dari proses budidaya pembesaran udang vannamei, yaitu udang vannamei yang siap panen dan siap dijual.

10.Harga udang vannamei adalah nilai rupiah dari udang vannamei yang dijual pada saat bulan Oktober-Desember 2015. Harga udang ditentukan berdasarkan jumlah ekor udang dalam 1 kilogram udang.

11.Penerimaan usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan dihitung dengan mengalikan antara jumlah produksi udang vannamei dengan harga per kilogram udang vannamei yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

12.Pendapatan adalah nilai lebih (profit) yang didapatkan oleh petani dari usahatani yang dijalankan. Pendapatan usaha pembesaran udang vannamei dihitung dengan mencari selisih antara penerimaan total dengan biaya total usaha pembesaran udang vannamei yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

13.Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas dihitung dengan membandingkan antara keuntungan dengan biaya total usaha pembesaran udang vannamei yang dinyatakan dalam satuan persen (%).

14.Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana baiknya sumber-sumber daya ekonomi digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi usaha pebesaran udang vannamei dihitung

(20)

dengan membandingkan antara penerimaan usaha pembesaran udang vannamei dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha pembesaran udang vannamei yang dinyatakan dalam angka. Kriteria R/C sebagai berikut : R/C > 1 berarti usaha yang dijalankan sudah efisien

R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi impas (tidak untung dan tidak rugi)

R/C < 1 berarti usaha yang dijalankan belum efisien

15.Risiko usaha pembesaran udang vannamei adalah kemungkinan merugi yang dihadapi usaha pembesaran udang vannamei yang dapat diperhitungkan terlebih dahulu, dinyatakan dalam angka. Cara mengukur risiko usaha pembesaran udang vannamei adalah dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi (CV) dan batas bawah pendapatan (L). 16.Koefisien variasi (CV) adalah hasil bagi antara simpangan baku dengan

keuntungan rata-rata usaha pembesaran udang vannamei.

17.Batas bawah pendapatan (L) adalah pengurangan antara keuntungan rata-rata usaha pembesaran udang vannamei dan dua kali dari simpangan baku usaha pembesaran udang vannamei.

18.Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa usaha pembesaran udang vannamei akan selalu terhindar dari kerugian. Apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diterima petani dalam melakukan usaha pembesaran udang vannamei.

Referensi

Dokumen terkait

Pariwara, peneliti melihat bahwa walaupun menggunakan program Huddle Up sudah cukup efektif dan berhasil dalam menciptakan signifikansi relasi internal perusahaan,

TENGAH SULAWESI SELATAN JAMBI KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN BELITUNG BANGKA MALUKU UTARA KEPULAUAN RIAU SUMATERA SELATAN KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TIMUR

Pada masa pandemi covid-19 pembelajaran apresiasi sastra hendaknya dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara baik untuk melihat ketercapaian tujuan

Di bawah ini adalah hasil analisis terhadap terhadap kata, frasa, klausa, dan kalimat dari hasil percakapan antara sampel guru terhadap peserta didik ketika

Komponen – komponen yang terdapat dalam sistem pakar yaitu User Interface yang dalam sistem ini adalah halaman cek penyakit kucing, basis pengetahuan yang

Seperti yang terjadi di wilayah RT 05 RW 06 Kelurahan Tanjung Rhu, Kecamatan Limapuluh, Kota Pekanbaru, panitia yang telah ditunjuk oleh Ketua RW 06 telah diberikan

Kemampuan menulis kalimat efektif siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rambah pada aspek koherensi secara klasikal dikategorikan sangat mampu karena memperoleh presentase nilai