• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANDUNG BARAT"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Administrasi

Kabupaten Bandung Barat adalah daerah ke-26 Provinsi Jawa Barat yang terdiri dari 15 kecamatan dengan 165 desa. Ibukota Kabupaten Bandung berada di Kecamatan Ngamprah. Dilihat dari sisi banyaknya desa, Kecamatan Lembang mempunyai jumlah desa terbanyak (16), adapun Kecamatan Parongpong dengan jumlah desa tersedikit (7). Secara geografis Kabupaten Bandung Barat terletak diantara 107° 1,10' sampai dengan 107° 4,40' Bujur Timur dan 6° 3,73 sampai dengan 7o 1,031 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sekitar 130.577 Ha (Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007). Kecamatan terluas di kabupaten ini adalah Kecamatan Gununghalu dengan luas 16.079,62 Ha (12,29 %) dan Kecamatan Ngamprah dengan luas 3.608,58 Ha (2,76 %). Luas kecamatan dan jumlah desa di Kabupaten Bandung Barat tertera pada Tabel 9 berikut ini

Tabel 9 Administrasi Kabupaten Bandung Barat

Kecamatan Luas Jumlah Desa

Ha % Cililin 8.154,52 6,23 11 Cihampelas 4.662,71 3,57 10 Sindangkerta 12.034,79 9,20 11 Gununghalu 16.079,62 12,29 9 Rongga 11.312,00 8,65 8 Cipongkor 7.614,65 5,82 14 Batujajar 8.368,39 6,40 13 Lembang 9.826,54 7,44 16 Parongpong 4.339,38 3,45 7 Cisarua 5.536,41 4,24 8 Ngamprah 3.608,58 2,76 11 Padalarang 5.157,63 3,94 10 Cipatat 12.549,69 9,59 12 Cipeundeuy 10.124,66 7,74 12 Cikalongwetan 11.207,81 8,68 13 Total 130.577,40 100,00 165 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

(2)

Adapun batas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: Utara : Kecamatan Cikalong Kulon (Kabupaten Cianjur); Kecamatan

Maniis, Kecamatan Darangdan, Kecamatan Bojong, Kecamatan Wanayasa (Kabupaten Purwakarta); Kecamatan Sagalaherang, Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Cisalak (Kabupaten Subang)

Timur : Kecamatan Cilengkrang, Kecamatan Cimenyan, Kecamatan Margaasih, Kecamatan Soreang (Kabupaten Bandung); Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari (Kota Bandung); Kecamatan Cimahi Utara, Kecamatan Tengah, dan Kecamatan Cimahi Selatan (Kota Cimahi)

Selatan : Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Rancabali (Kabupaten Bandung); Kecamatan Pagelaran (Kabupaten Cianjur)

Barat : Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan Ciranjang dan Kecamatan Mande (Kabupaten Cianjur)

Secara detail, visualisasi Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.

4.2 Fisik Dasar Wilayah 4.2.1 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Bandung Barat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu: kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi luas 48.339,4 Ha atau 36,9 % sedangkan kawasan budidaya pertanian 68.271,89 Ha atau 52,19 % dan kawasan budidaya non pertanian 12.536,45 Ha atau 9,58% dan lainnya 1.759,29 Ha atau 1,34%.

Berdasarkan data perkembangan guna lahan di Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, dapat dilihat perkembangan luas lahan dari setiap kawasan telah terjadi konversi kawasan lindung menjadi budidaya baik perdesaan maupun perkotaan.

(3)
(4)

Tabel 10 Data Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2007

No JENIS GUNA LAHAN

2004 2007 Total Luas (Ha) Persentase (%) Total Luas (Ha) Persentase (%) A KAWASAN LINDUNG 1 kawasan lindung 48,339.40 36.95 19,171.04 14.65 JUMLAH A 48,339.40 36.95 19,171.04 14.65 B KAWASAN BUDIDAYA 1 Kebun Campur a. kebun campur 13,622.62 10.41 8,758.76 6.70 b. Perkebunan 13,453.61 10.28 9,562.95 7.31 c. Sawah 22,101.56 16.89 16,309.44 12.47 d. Sawah Tadah Hujan 60.66 0.05 19,342.69 14.79

e. Tegal/Ladang 19,003.55 14.53 24,472.31 18.71

JUMLAH B1 68,271.89 52.19 78,446.16 59.96

2 Budidaya Non Pertanian

a. Bandara 4.85 0.00 4.85 0.00

b. Industri 465.86 0.36 2,270.73 1.74 c. Institusi/fasum 258.73 0.20 247.09 0.19 d. Jalan 1,965.69 1.50 2,000.00 1.53 e. Jalan Kereta Api 47.79 0.04 52.76 0.04

f. Lapangan Golf g. Pasar / Pertokoan 7.86 0.01 776.79 0.59 h. Perumahan 9,281.11 7.09 20,260.16 15.49 i. Stadion/ Lapangan 51.48 0.04 50.02 0.04 j. Taman 20.66 0.02 35.11 0.03 k. Tambang 432.12 0.33 114.31 0.09 JUMLAH B2 12,536.45 9.58 25,812.82 19.73 JUMLAH B 80,807.44 61.77 104,256.98 79.69 C LAINNYA 1 Tanah Kosong 1,109.71 0.85 3,702.29 2.83 2 Rumput 107.65 0.08 3,689.94 2.82 3 Awan dan Bayangan 536.93 0.41

JUMLAH C 1,754.29 1.34 7,391.54 5.65

JUMLAH TOTAL A,B,C 130,821.73 100.00 130,821.73 100.00 Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029

Pada tahun 2004, kawasan lindung di Kabupaten Bandung Barat mencapai 48.339,40 ha atau mencapai 36,95% dari luas keseluruhan Kabupaten Bandung Barat. Namun Pada tahun 2007 sudah mengalami penurunan dan hanya tertinggal sebanyak 19.171,04 ha atau 14,65%.

Kawasan budidaya pertaniaan di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2004 seluas 68.271,89 ha atau sekitar 52,19% dari luas Kabupaten Bandung

(5)

Barat. Namun pada tahun 2007 sudah sudah mencapai 78.446,16 ha atau sekitar 59,96% dari total keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar 10.174,27 ha.

Kawasan terbangun di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2004 seluas 12.536,45 ha atau sekitar 9,58% dari luas Kabupaten Bandung Barat. Namun pada tahun 2007 sudah mencapai 25.812,82 ha atau sekitar 19,73% dari total keseluruhan Kabupaten Bandung Barat atau naik sekitar 13.276,372.

Sedangkan untuk kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat pada umumnya terjadi permintaan akan lahan. Permintaan akan perubahan fungsi lahan untuk kawasan industri pada umumnya terjadi pada Kecamatan Padalarang, Batujajar dan Cipatat. Keseluruhan kawasan industri di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 berjumlah sebesar 2270,73 ha atau sebanyak 1,74% dari luas total Kabupaten Bandung Barat.

4.2.2 Sumber Daya Air

Kabupaten Bandung Barat memiliki ± 90 sungai dengan sungai utamanya adalah Sungai (1) Citarum, (2) Cimahi, (3) Cibeureum, (4) Citarum Hulu, dan (5) Cikarial yang melewati Kecamatan (1) Cipongkor, (2) Cililin, (3) Cihampelas, dan (4) Batujajar.

Seluruh Wilayah Kabupaten Bandung Barat merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Luas daerah tangkapan DAS Citarum ± 268.130 ha. Selain itu, di Kabupaten Bandung Barat seperti di Kecamatan Cikalongwetan, Cipatat, Batujajar, Gununghalu dan Rongga relatif kering dengan debit sungai rata-rata kurang dari 200 m3/det. Sedangkan di wilayah lainnya debitnya lebih dari 200 m3/det, antara lain kecamatan-kecamatan :

• Cisarua (3 buah sungai, total debit + 418 m3/det) • Lembang (10 buah sungai, total debit +244 m3/det)

Di Kabupaten Bandung Barat terdapat 2 danau/situ alam dan 2 waduk, yaitu Situ Lembang dan Situ Ciburuy serta Waduk Saguling dan Cirata yang merupakan sumber tenaga listrik (PLTA).

(6)

Situ Ciburuy yang terdapat di Kecamatan Padalarang digunakan untuk irigasi dengan kapasitas penyimpanan sekitar 4 juta m3. Situ Lembang digunakan untuk irigasi dan terletak di bagian hulu DAS Cimahi, kapasitanya sebesar 3,7 m3 dengan daerah tangkapan situ tersebut diperkirakan 6,3 km3.

Waduk Saguling terletak di sungai Citarum yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu di Kecamatan Cililin, Batujajar, dan Cipongkor. Waduk tersebut digunakan untuk PLTA, irigasi dan penyediaan air minum. Kapasitas waduk direncanakan 1.000 juta m3.

Waduk Cirata terletak ke arah hilir dari Waduk Saguling yang lokasinya berada di Kecamatan Cipeundeuy, volume direncanakan sekitar 2.000 juta m3, dengan ketinggian muka air + 220 m/dpl.

Menurut RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, sumber air bawah tanah di Wilayah Kabupaten Bandung dibagi ke dalam beberapa zona, yaitu:

1. Zona kritis untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3 per bulan. Penyebaran zona kritis pengambilan air tanah di Kabupaten Bandung Barat berada di Kecamatan Batujajar.

2. Zona rawan untuk pengambilan air tanah hanya diperuntukan bagi keperluan air minum dan rumah tangga dengan debit maksimum 100 m3 per bulan. zona rawan untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Batujajar. Daerah resapan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Lembang dan Cisarua.

3. Daerah aman pengambilan air tanah, pengambilan baru diperbolehkan dengan debit 170 m3 per hari dengan jumlah sumur terbatas. Daerah aman untuk pengambilan air tanah penyebarannya ada di Kecamatan Cikalongwetan, Padalarang, Ngamprah, dan Parongpong.

4. Daerah resapan, tidak dikembangkan bagi peruntukan kecuali untuk air minum dan rumah tangga dengan pengambilan maksimum 100 m3 per bulan. Daerah resapan ini meliputi Kecamatan Lembang dan Cisarua. 5. Zona bukan cekungan air tanah, produktivitas aquifer rendah sehingga

kurang layak dikembangkan, kecuali aquifer dangkal di daerah lembah untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan pengambilan

(7)

maksimal 100 m3 per bulan per sumur zona bukan cekungan air tanah penyebarannya di Kecamatan Cipeundeuy, Cipatat, Cipongkor, Cililin, Sindangkerta, Gununghalu, dan Rongga.

Setelah tahun 1970, penambahan jumlah sumur bor di wilayah Cekungan Bandung meningkat tajam sehingga debit air yang dieksploitasi juga meningkat. Penurunan muka air tanah statis yang cukup signifikan antara 3,0 m/tahun hingga 18,80 m/th terdapat di Kecamatan Padalarang, Ngamprah, dan Batujajar.

Menurut air tanah dangkal di Cekungan Bandung sebesat 129 juta m3 per tahun, sedangkan air yang meresap ke dalam tanah sebasar 369 juta m3 per tahun. Ini berarti potensi air tanah dangkal masih bisa diandalkan. Namun muka air tanah dangkal ini setiap tahun mengalami penurunan yang perlu diwaspadai, yang menunjukan pengambilan air tanah dangkal yang tidak merata (Tabel 11).

Tabel 11 Muka Air Tanah di Daerah Padat Industri No. Kecamatan

Muka Air Tanah Periode Juni – Juli

1997 (m.bmt)

Perubahan Muka Air Tanah

(m/tahun)

1 Batujajar 2,50 – 11,98 -0.1

2 Padalarang dan Ngamprah 3,95 – 5,60 -0.17

Sumber : RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029

Penurunan muka air tanah cukup signifikan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, air yang meresap pada akifer tengah adalah sebesar 102,0 juta m3/tahun, sedangkan air yang diambil melalui deep well

sebesar 215,0 juta m3/tahun, sehingga muka air tanah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pengendalian dan pembatasan pemakaian air tanah tengah harus sudah dilaksanakan (Tabel 12).

Tabel 12 Muka Air Tanah Akuifer Tengah

No. Wilayah Kecamatan

Muka Air Tanah Perubahan

Muka Air Tanah (m/tahun) Kondisi Awal (tahun) Periode Juni – Juli 1997 1 Batujajar -13.27 (1990) (-46.72) – (-77.96) (-6.63) – (-9.52) 2 Padalarang dan Ngamparah +6.70 (1921) (-2.46) – (-27.08) (-1.76) – (-6.31) 3 Lembang -8 (-19.80) – (-42.30) (-0.28) – (-5.30)

(8)

Kawasan resapan air di Kabupaten Bandung Barat tersebar di Kecamatan Parongpong, Cisarua dan Lembang. Berdasarkan hasil RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, kondisi eksploitasi sumber daya air tanah berlebih di Kabupaten Bandung pada tahun 2000 dan 2006, beberapa kecamatan telah mengalami eksploitasi berlebihan di mana tingkat esploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah. Dari data tersebut terlihat bahwa Kecamatan Batujajar dan Ngamprah adalah kecamatan yang eksploitasi air tanahnya berlebihan. Hal ini terjadi karena di kecamatan tersebut kegiatan industri banyak terdapat dan sebagian besar menggunakan air tanah dalam proses produksinya.

Tabel 13 Kecamatan yang Mengalami Eksploitasi Sumber Daya Air Tanah No Kecamatan Eksploitasi Tahun 2000 Eksploitasi Tahun 2006

1 Padalarang + + 2 Batujajar - - 3 Cipatat + + 4 Ngamprah + - 5 Cililin + + 6 Sindangkerta + + 7 Cipongkor + + 8 Gununghalu + + 9 Cikalong Wetan + + 10 Cipeundeuy + + 11 Lembang + + 12 Cisarua + + 13 Parongpong + +

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 Keterangan :

( - ) Tingkat eksploitasi air tanah telah melampaui daya dukung sumber daya air tanah atau telah terjadi eksploitasi berlebihan

( + ) Tingkat eksploitasi air tanah belum melampaui daya dukung sumber daya air tanah dan masih mampu mendukung kegiatan

4.3 Perekonomian Daerah 4.3.1 Ekonomi Makro

Kabupaten Bandung Barat merupakan suatu wilayah yang tidak terpisahkan dari wilayah yang lebih luas yang tentunya juga akan terkait dengan pembangunan ekonomi wilayah yang lebih luas tersebut. Sebagai bagian Provinsi Jawa Barat dan Metropolitan Bandung,

(9)

4.3.1.1Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Provinsi Jawa Barat

PDRB Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2006 sebesar Rp 6.062.007,04 (juta) atau sekitar 2,35 % PDRB Provinsi Jawa Barat. Persentase ini relatif lebih tinggi dibandingkan beberapa kabupaten yang ada. Kabupaten bekasi adalah daerah yang mempunyai kontribusi tertinggi (17,22 %) terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Tentunya besar kecilnya PDRB sangat tergantung dari luas wilayah dan aktivitas ekonomi yang berlangsung.

Tabel 14 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%)

1 Kab Bogor 27.166.716,14 10,55 2 Kab Sukabumi 8.025.400,38 3,12 3 Kab Cianjur 7.668.758,79 2,98 4 Kab Bandung 15.996.752,74 6,21 5 Kab Bandung Barat 6.062.007,04 2,35 6 Kab Garut 9.749.337,80 3,79 7 Kab Tasikmalaya 5.131.902,14 1,99 8 Kab Ciamis 6.608.868,88 2,57 9 Kab Kuningan 3.929.205,71 1,53 10 Kab Cirebon 7.220.215,70 2,80 11 Kab Majalengka 4.175.794,59 1,62 12 Kab Sumedang 4.694.276,21 1,82 13 Kab Indramayu 13.241.604,37 5,14 14 Kab Subang 6.794.383,69 2,64 15 Kab Purwakarta 6.584.525,18 2,56 16 Kab Karawang 15.725.217,21 6,11 17 Kab Bekasi 44.358.433,46 17,22 18 Kota Bogor 4.402.803,61 1,71 19 Kota Sukabumi 2.129.548,61 0,83 20 Kota Bandung 23.043.103,77 8,95 21 Kota Cirebon 5.744.267,64 2,23 22 Kota Bekasi 13.073.244,18 5,08 23 Kota Depok 5.686.658,96 2,21 24 Kota Cimahi 5.367.983,87 2,08 25 Kota Tasikmalaya 3.718.498,28 1,44 26 Kota Banjar 1.236.466,17 0,48 Jumlah 257.535.975,14 100,00

Sumber: Jawa Barat dalam Angka, 2007

4.3.1.2Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Metropolitan Bandung

Metropolitan Bandung merupakan salah satu metropolitan utama di Indonesia. Kawasan ini ini meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, dan Kota Cimahi. Pada tahun

(10)

2006, Kabupaten Bandung Barat memberikan kontribuszsi terhadap perkembangan perekonomian Metropolitan Bandung sebesar 10,99 %.

Tabel 15 Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat Terhadap PDRB Metropolitan Bandung Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No Wilayah PDRB (Juta Rupiah) Kontibusi (%)

1 Kota Bandung 23.043.103,77 41,77 2 Kota Cimahi 5.367.983,87 9,73 3 Kab Bandung 15.996.752,74 29,00 4 Kab Bandung Barat 6.062.007,04 10,99 5 Kab Sumedang 4.694.276,21 8,51

Jumlah 55.164.123,63 100,00

Sumber : Jawa Barat dalam Angka, 2007

4.3.1.3Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dalam Lingkup Internal

PDRB Kabupaten Bandung Barat tentunya dibentuk oleh sektor-sektor ekonomi yang ada. Dari 9 (sembilan) sektor yang ada, sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat, yaitu sebesar Rp 5.110.400,64 (juta) atau 47,10 %. Adapun sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar Rp 50.372,04 (juta) atau 0,46 %. Dapat dikatakan secara kasar, jika melihat dari struktur PDRB-nya, Kabupaten Bandung Barat sangat tergantung secara ekonomi pada sektor industri pengolahan. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini.

Tabel 16 Struktur PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No Sektor PDRB (juta rupiah) %

1 Pertanian 1,176,470.08 10.84

2 Pertambangan dan Penggalian 50,372.04 0.46

3 Industri Pengolahan 5,110,400.64 47.10

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 750,971.05 6.92

5 Bangunan/Kontruksi 248,035.52 2.29

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,965,591.51 18.12

7 Pengangkutan dan Komunikasi 706,213.57 6.51

8 Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan 285,361.53 2.63

9 Jasa – Jasa 555,600.37 5.12

PDRB 10,849,016.31 100

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007

(11)

Masing-masing kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki karakteristik perekonomian yang berbeda-beda. Ada beberapa kecamatan yang sangat dominan mendorong perekonomian Kabupaten Bandung Barat (ditandai dengan PDRB kecamatan yang relatif lebih besar); namun terdapat pula yang sangat lemah.. Untuk menlihat detail kontribusi PDRB per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Kontribusi PDRB Tiap Kecamatan Tahun 2006 Berdasarkan Atas Dasar Konstan Tahun 2000

No Kecamatan PDRB (Juta Rupiah) Kontribusi (%) 1 Cililin 247.308,49 4,08 2 Cihampelas 235.185,16 3,88 3 Sindangkerta 178.292,02 2,94 4 Gununghalu 190.583,56 3,14 5 Rongga 116.950,23 1,93 6 Cipongkor 182.176,81 3,01 7 Batujajar 667.543,31 11,01 8 Lembang 640.123,45 10,56 9 Parongpong 286.573,75 4,73 10 Cisarua 253.999,30 4,19 11 Ngamprah 614.669,29 10,14 12 Padalarang 1.155.938,40 19,07 13 Cipatat 720.205,22 11,88 14 Cipeundeuy 190.291,01 3,14 15 Cikalongwetan 382.167,04 6,30 Jumlah 6.062.007,04 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007

Dari Tabel 17 di atas dapat dijelaskan bahwa Kecamatan Padalarang mempunyai kontribusi PDRB terbesar, yaitu Rp 1.155.938,40 (juta) atau 19,07 %. Kecamatan lainnya yang mempunyai kontribusi relatif besar adalah: (1) Cipatat, (2) Batujajar, (3) Lembang, (4) Ngamprah. Adapun kecamatan yang mempunyai PDRB relatif rendah adalah: (1) Rongga, (2) Sindangkerta, (3) Cipongkor, (4) Gununghalu, (5) Cipeundeuy.

(12)

Pada dasarnya PDRB per kapita atau lebih jamaknya digunakan istilah pendapatan per kapita adalah rata-rata nilai tambah bruto yang dihasilkan setiap penduduk. Meskipun seringkali digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk, namun komponen ini sebenarnya masih terlalu kasar untuk digunakan sebagai indikator riil kesejahteraan penduduk.

Besarnya PDRB per kapita bervariasi di tiap kecamatan. PDRB per kapita berada di Kecamatan Padalarang, yaitu Rp 7.791.967,64 / jiwa. Adapun kecamatan yang memilki PDRB per kapita paling rendah adalah Kecamatan Rongga, yaitu Rp 2.093.855,95 / jiwa. Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini.

Tabel 18 PDRB Per Kapita Kabupaten Bandung Barat Tahun-2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

No Kecamatan PDRB Per Kapita (Rp/Jiwa)

1 Cililin 2.916.648,86 2 Cihampelas 2.408.129,59 3 Sindangkerta 2.832.459,89 4 Gununghalu 2.631.351,96 5 Rongga 2.093.855,95 6 Cipongkor 2.217.341,89 7 Batujajar 6.254.856,55 8 Lembang 3.970.865,98 9 Parongpong 3.387.076,28 10 Cisarua 4.017.514,20 11 Ngamprah 4.617.615,65 12 Padalarang 7.791.967,64 13 Cipatat 6.127.424,49 14 Cipeundeuy 2.464.717,90 15 Cikalongwetan 3.511.790,05 Rata-Rata 4.161.651,37

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2007, Diolah

4.3.2 Ekonomi Sektoral 4.3.2.1Industri

Seperti telah dibahas pada sub-bab sebelumnya jika sektor industri merupakan sektor ekonomi yang dominan di Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan industri hanya memusat di beberapa kecamatan saja. Kawasan industri dan sentra

(13)

industri hanya terdapat di Kecamatan Padalarang, adapun LIK/PIK juga banyak terdapat di Kecamatan Padalarang. Jumlah industri besar dan sedang terbanyak berada di Kecamatan Padalarang. Beberapa jenis industri kecil yang paling banyak terdapat di Kabupaten Bandung Barat adalah anyaman (1.253 unit) dan makanan (1.410 unit). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19 Pemusatan dan Jumlah Industri

No Kecamatan

Jumlah Industri (unit)

Indu st ri B esa r Ind u str i S e d a ng Industri Kecil

Kulit Kayu Logam

A n yaman Ge ra b a h Ka in M akanan L ainnya 1 Cililin 0 0 0 4 0 589 0 0 219 0 2 Cihampelas 0 0 0 3 0 24 0 0 24 4 3 Sindangkerta 0 0 0 37 0 67 0 0 235 204 4 Gununghalu 1 0 1 64 0 79 0 0 87 4 5 Rongga 0 0 0 27 0 34 0 0 20 305 6 Cipongkor 0 0 0 35 0 201 0 0 391 0 7 Batujajar 48 9 0 3 0 1 0 0 16 10 8 Lembang 3 14 1 40 0 2 0 36 35 4 9 Parongpong 0 2 0 12 1 2 6 4 20 2 10 Cisarua 0 0 0 3 0 6 0 0 0 0 11 Ngamprah 10 10 0 6 0 38 0 15 133 5 12 Padalarang 108 59 1 5 2 7 5 5 33 0 13 Cipatat 4 10 1 26 1 1 10 0 2 0 14 Cipeundeuy 0 0 0 23 3 157 0 0 65 11 15 Cikalongwetan 2 3 0 23 8 45 0 0 130 17 Total 176 107 4 311 15 1253 21 60 1410 566 Sumber: PODES BPS Pusat, 2006

4.3.2.2Perdagangan dan Jasa

Sarana perdagangan yang paling banyak terdapat di kabupaten ini adalah toko kelontong yang berjumlah 12.919 unit dan tersebar di setiap kecamatan. Toko kelontong banyak terdapat di Kecamatan Lembang dengan jumlah 1.871 unit. Sarana perdagangan dengan jumlah paling sedikit adalah pasar non permanen dengan jumlah 42 unit dan hanya tersebar di 9 (sembilan) kecamatan. Tabel 20 Jumlah Sarana Perdagangan

(14)

Permanen Makan Kelontong 1 Cililin 1 2 20 10 975 2 Cihampelas 3 0 16 5 1.001 3 Sindangkerta 4 0 5 18 961 4 Gununghalu 9 1 0 30 989 5 Rongga 8 1 0 100 290 6 Cipongkor 9 3 14 163 1.190 7 Batujajar 0 5 10 248 1.246 8 Lembang 6 19 68 280 1.871 9 Parongpong 0 8 25 82 690 10 Cisarua 0 2 11 375 1.244 11 Ngamprah 1 3 23 112 1.323 12 Padalarang 0 3 41 120 154 13 Cipatat 0 3 12 167 415 14 Cipeundeuy 0 2 26 368 412 15 Cikalongwetan 1 2 26 390 158 Jumlah 42 54 297 2.466 12.919

Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES. 2006

Sarana jasa yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Bandung Barat adalah koperasi dengan jumlah keseluruhan 157 unit yang tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan Sindangkerta dan Rongga merupakan kecamatan yang hanya memiliki 1 (satu) jenis sarana jasa yaitu koperasi.

Tabel 21 Jumlah Sarana Jasa

No Kecamatan Hotel Penginapan Bank Umum Koperasi BPR

1 Cililin 0 0 1 12 1 2 Cihampelas 0 0 1 3 0 3 Sindangkerta 0 0 0 20 0 4 Gununghalu 0 0 2 15 1 5 Rongga 0 0 0 5 0 6 Cipongkor 0 0 2 16 0 7 Batujajar 52 11 0 5 3 8 Lembang 13 20 7 15 4 9 Parongpong 0 1 1 9 1 10 Cisarua 0 1 1 16 0 11 Ngamprah 0 1 8 13 1 12 Padalarang 0 1 1 11 2 13 Cipatat 0 0 1 12 1 14 Cipeundeuy 0 0 1 4 1 15 Cikalongwetan 0 0 1 5 1 Jumlah 65 64 35 25 157

Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007 PODES. 2006

(15)

Sektor pertanian akan dibagi dalam beberapa sub-sektor, yaitu: (1) tanaman pangan, (2) perkebunan, (3) peternakan, (4) perikanan, (5) kehutanan.

A. Tanaman Pangan Padi dan Palawija

Tanaman padi dan palawija ini terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kecang hijau, kacang tanah dan kacang merah. Komoditas padi merupakan komoditas produksi padi dan palawija yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 197.339 ton. Sedangkan produksi komoditas kacang hijau merupakan komoditas yang paling kecil yaitu sebesar 51 ton.

Tabel 22 Produksi Komoditas Padi dan Palawija

No Jenis Tanaman Produksi (ton)

1 Padi Sawah 197.339 2 Padi Ladang 17.886 3 Jagung 24.708 4 Ubi Kayu 81.904 5 Ubi Jalar 11.827 6 Kacang Kedelai 1.137 7 Kacang Hijau 51 8 Kacang Tanah 1.243 9 Kacang Merah 11.827 Jumlah 347.922 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

Hortikultura

Komoditas pada subsektor hortikultura terdiri dari 16 komoditas, yaitu bawang daun, bawang merah, bawang putih, kubis, tomat, cabe, kentang, sawi, kacang panjang, buncis, terung, ketimun, kangkung, bayam, labu siam dan wortel. Komoditas labu siam merupakan komoditas produksi hortikultura yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 668.461 ton. Adapun komoditas bawang putih sama sekali tidak terdapat di Kabupaten Bandung Barat.

(16)

No Jenis Komoditas Produksi (ton) 1 Bawang Daun 96.735 2 Bawang Merah 5.576 3 Bawang Putih 0 4 Kubis 245.441 5 Tomat 213.998 6 Cabe 144.422 7 Kentang 52.244 8 Sawi 116.383 9 Kacang Panjang 79.318 10 Buncis 166.036 11 Terung 25.476 12 Ketimun 120.988 13 Kangkung 7.528 14 Bayam 22.748 15 Labu Siam 668.461 16 Wortel 20.988 Jumlah 1.986.342

Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

Buah-Buahan

Sub-sektor buah-buahan terdiri dari 15 komoditas dengan buah pisang sebagai komoditas yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 359.185 ton, sedangkan produksi komoditas buah manggis merupakan komoditas yang produksinya paling kecil di yakni sebesar 64 ton.

Tabel 24 Produksi Komoditas Buah-Buahan

No Jenis Komoditas Produksi (ton)

1 Pisang 359.185 2 Pepaya 3.630 3 Rambutan 23.273 4 Alpukat 51.125 5 Durian 7.837 6 Belimbing 1.383 7 Mangga 3.340 8 Jeruk 374 9 Nangka 20.609 10 Manggis 64 11 Nenas 19.166 12 Salak 2.502 13 Sawo 851 14 Sirsak 343 15 Sukun 397 Jumlah 494.079

Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

(17)

Sub-sektor tanaman hias tediri dari 11 komoditas, yaitu anggrek, anthurium, gladiul, heliconia, krisan, mawar, melati, palem, sedap malam, gerbera, anyelir. Tanaman krisan mempunyai produksi terbanyak yaitu 801.800 tangkai.

Tabel 25 Produksi Komoditas Tanaman Hias

No Komoditas Produksi (tangkai)

1 Anggrek 22.752 2 Anthurium 187.900 3 Gladiul 8.838.000 4 Heliconia 124.500 5 Krisan 34.417.800 6 Mawar 7.961.700 7 Melati 2.000 8 Palem 13.650 9 Sedap Malam 6.314.875 10 Gerbera (Hebras) 4.117.520 11 Anyelir 1.133.450 Jumlah 63.134.147

Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

Tanaman Obat-Obatan

Sub-sektor tanaman obat-obatan tediri dari 9 komoditas, yaitu jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temu lawak, keji beling, kapulga, mengkudu. Tanaman lengkuas mempunyai produksi terbanyak yaitu 5.508.831 kg.

Tabel 26 Produksi Komoditas Tanaman Obat-Obatan

No Komoditas Produksi (kg) 1 Jahe 3,562,750 2 Lengkuas 5,508,831 3 Kencur 298,261 4 Kunyit 1,893,442 5 Lempuyang 70,101 6 Temu Lawak 74,434 7 Keji Beling 91 8 Kapulaga 480 9 Mengkudu 20,038 Jumlah 11,428,428 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

(18)

Komoditas sub-sektor perkebunan berjumlah 8 komoditas, yaitu karet, cacao, aren, kelapa, kopi, teh, cengkeh dan melinjo. Komoditas karet merupakan komoditas produksi perkebunan yang paling besar di Kabupaten Bandung Barat yakni sekitar 520.407,53 ton. Sedangkan produksi komoditas cengkeh merupakan komoditas yang produksinya paling kecil yakni sebesar 66,38 ton.

Tabel 27 Produksi Komoditas Perkebunan

No Jenis Komoditas Produksi (ton)

1 Karet 520.407,53 2 Cacao 374,63 3 Aren 124.850,00 4 Kelapa 797,40 5 Kopi 221,99 6 Teh 145,84 7 Cengkeh 66,38 8 Melinjo 60,39 Jumlah 646.924,16 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

C. Peternakan

Komoditas sub-sektor peternakan terdiri dari 2 tipe ternak dengan 7 komoditas, yaitu ternak besar (sapi, kerbau, kuda, domba dan kambing) dan ternak kecil (ayam dan itik). Komoditas ayam merupakan komoditas yang jumlahnya paling besar yakni sebesar 3.011.097 ekor. Sedangkan kerbau merupakan komoditas yang jumlahnya paling kecil yakni sebesar 2.764 ekor.

Tabel 28 Produksi Komoditas Peternakan

No Jenis Ternak Besar & Kecil Jumlah (ekor)

1 Sapi 29.393 3 Kerbau 2.764 4 Kuda 2.754 5 Domba 325.202 6 Kambing 30.906 7 Ayam 3.011.097 8 Itik 83.157 Jumlah 3.485.273 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

(19)

Menurut tempat pemeliharaannya, produksi ikan di Kabupaten Bandung Barat terdiri dari kolam air tenang, mina padi, kolam jaring apung, dan perairan umum. Produksi perikanan yang terbesar di Kabupaten Bandung Barat berasal dari kolam jaring apung yaitu sebesar yaitu sebesar 18.204 ton. Sedangkan produksi ikan mina padi menghasilkan ikan paling kecil yaitu sebesar 112 ton.

Tabel 29 Produksi Komoditas Perikanan

No Tempat Pemeliharaan Produksi (ton)

1 Kolam Air Tenang 464,0

2 Mina Padi 112,0

3 Kolam Jaring Apung 18.204,0

4 Perairan Umum 524,2

Jumlah 19.304,2 Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

E. Kehutanan

Penggunaan lahan kawasan hutan di Kabupaten Bandung sebesar kurang lebih 26 %. Demikian juga dengan produksi hasil hutan berupa kayu pertukangan, kayu bakar dan getah pinus, rumput gajah.

Tabel 30 Produksi Hasil Hutan

No Komoditas Produksi Satuan

1 Getah Pinus 91.445 Kg

2 Rumput Gajah 1.981.075 Kg

3 Kayu Pertukangan 57.761.812 Batang

4 Hasil Hutan Lainnya 321.862.332 Batang

Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2007

4.3.2.4Wisata

Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat banyak merupakan jenis wisata alam. Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat ini dibagi menjadi 3 (tiga) zona. yaitu: (1) Bandung Utara. (2) Bandung Selatan dan (3) Bandung barat. Kecamatan Lembang merupakan kecamatan dengan objek wisata terbanyak, yaitu 10 obyek wisata. Ada 3 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang tidak mempunyai obyek wisata sama sekali, yaitu Kecamatan Rongga, Cihampelas, dan Batujajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini.

(20)

Zona Lokasi Nama Objek Wisata Bandung Utara Kecamatan Lembang Gunung Tangkubanparahu

Bumi Perkemahan Cikole Penangkapan Buaya Cikole Maribaya

Yunghun Situ Lembang

Jaya Giri (Lintas Hutan)-Lembang Situ Umar

THR Juanda. Gua Jepang

Wisata Ilmiah Observatarium Boscha Curug Omas

Kecamaatn Cisarua Curug Panganten Curug Cimahi

Kecamatan Parongpong Taman Bunga Cihideung Taman Wisata Berkuda Bandung Selatan Kecamatan Sindangkerta Gunung Padang Bandung Barat Kecamatan Padalarang Situ Ciburuy

Kecamatan Cipatat Gua Pawon

Gua Terusan air Sanghiang Tikoro Waduk Saguling

Pemandian Air Panas Cisameng Curug Jawa

Kecamatan Ngamprah Air Panas Cibaligo

Kecamatan Cikalongwetan Bumi Perkemahan Sela Gombong Perkebunan Teh Panglejar Kecamatan Cipendeuy Waduk Cirata

Kecamatan Cililin Bumi Perkemahan Curug Sawer Obyek wisata Situs Batu Payung Obyek wisata Situs Mundinglaya Kecamatan Gununghalu Curug Malela

Kecamatan Cipongkor Tiga Walilulloh

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Bandung Barat. 2006

Aksesibilitas menuju objek wisata bisa dilihat salah satunya dari jarak tempuh dari pusat kota (Kota Bandung). Setiap objek wisata mempunyai jarak tempuhnya masing-masing dimana Taman Bunga Cihideung merupakan objek wisata terdekat dari Kota Bandung dan objek wisata yang berada di Kecamatan Cipeundeuy mempunyai jarak paling jauh. Jarak tempuh menuju obyek wisata ini tentunya bisa mempengaruhi orang untuk mengunjungi obyek wisata yang ada. Namun menurut data yang ada, obyek wisata Gunung Tangkuban Perahu mempunyai jumlah pengunjung terbanyak meski jaraknya relatif sangat jauh. Hal ini tentunya berkaitan dengan nilai historis, promosi, fasilitas, dan berbagai hal yang terkait lainnya sehingga membuat objek wisata menjadi menarik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 32 dan Tabel 33 berikut ini.

(21)

No Kecamatan Jarak dari Pusat

Kota (Km) Nama Objek Wisata

1 Lembang 30 Gunung Tangkuban Perahu 2 Lembang 41 Wana wisata Cikole 3 Lembang 45 Jaya giri (lintas Hutan) 4 Lembang 44 Situ Lembang 5 Lembang 26 Maribaya

5 Lembang 20 Teropong Bintang Boscha 6 Lembang 26 Curug Omas

7 Lembang 20 Yunghun 7 Cisarua 18 Curug Panganten 9 Parongpong 17 Taman Bunga Cihideng 10 Sindangkerta 37 Gunung Padang 11 Padalarang 22 Situ Ciburuy 12 Cipatat 28 Goa Pawon 13 Cipatat 28 Air Panas Cisameng 14 Cipatat 28 Saguling 15 Cipatat 28 Curug Bedil 16 Cipatat 45 Sanghilang Tikoro 17 Cipatat 48 Waduk Saguling 18 Ngamprah 20 Air Panas Cibaligo 19 Cikalong Wetan 38 Wana Wisata Sela Gombong 20 Cipeundeuy 49 Waduk Cirata

21 Cililin 30 Bumi Perkemahan Curug Sawer 22 Cikalong Wetan 36 Perkebunan The Panglejar 23 Gununghalu 45 Curug Malela

24 Cipongkor 42 Tigawalilullah 25 Cipeundeuy 49 Gunung Kuda

Sumber : Dinas Pariwisata kabupaten Bandung Barat. 2006

Tabel 33 Kunjungan Wisatawan Ke Objek Wisata

No Nama ODTW Jumlah Kunjungan Wisatawan

Mancanegara Nusantara Total

1 Gunung Tangkuban Perahu 16.232 232.635 248.867 2 THR Juanda 39.654 4.361 44.015 3 Wana Wisata Cikole - 6.549 6.549 4 Wana Wisata Jayagiri 6.161 377 6.549 5 Situ Lembang 17.669 98 17.767 6 Taman Wisata Maribaya 91.492 11.669 103.161 7 Observatorium Boscha 15.056 158 15.214 8 Curug Omas 87.576 8.897 96.473 9 Wisata Bunga Cihideung - - - 10 Taman Yunghun - - - 11 Taman Wisata Oray Tapa 2.011 19 2.030 12 Taman Wisata Batu Kuda 2.076 3 2.079 13 Situ Ciburuy 100 12.343 12.443

14 Gua Pawon - - -

15 Arum Jeram (Saguling) - - - 16 Sanghiang Tikoro - - - 17 Waduk Saguling - - - 18 Waduk Cirata - - - 19 Wana Wisata Curug Sawer - - -

Jumlah 287.027 277.109 555.147

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029

(22)

Di Kabupaten Bandung Barat, bahan batuan dan tanah, berlangsung di beberapa tempat. Di beberapa lokasi, batuan dimanfaatkan sebagai bahan batu gali seperti terdapat di daerah Cililin dan Lembang. Batuan di Batujajar pada umumnya berupa batuan beku (lava intrusiv) yang sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan galian. Khusus untuk perbukitan Rajamandala kaya akan batu gamping sebagai bahan baku industri kapur, marmer dan semen serta terdapat pula batu andesit, kaolin dan pasir kuarsa.

Tabel 34 Pertambangan Umum

No Kecamatan Jumlah

Perusahaan Jenis Tambang

Luas Areal (Ha)

A. Ekploitasi

1 Batujajar 10 Andesit 81,94

2 Cililin 5 Andesit 23,55

3 Cipatat 14 Marmer, Pasir, Kuarsa 118,97

4 Padalarang 10 Pasir, Kapur, Andesit 61,03

5 Cikalongwetan 1 Pasir 5,00

B. Eksplorasi

1. Cipatat 1 Pasir 1.573,20

Sumber: RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029

4.4 Sosial Kependudukan

Pada dasarnya, bahasan tentang sosial kependudukan dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal utama, yaitu: (i) kependudukan, (ii) ketenagakerjaan.

4.4.1 Jumlah Penduduk

Pada tahun 2007, jumlah penduduk di Kabupaten Bandung Barat sebanyak 1.493.238 jiwa yang terdiri dari 758.670 laki-laki dan 734.568 perempuan. Kecamatan yang mempunyai paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Lembang dengan penduduk berjumlah 165.786 jiwa atau sebesar 11,10% jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat. Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Rongga, yaitu 57.471 jiwa atau 3,85 % dari penduduk Kabupaten Bandung Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 35.

(23)

No Kecamatan

Jumlah Penduduk (jiwa)

Distribusi (%) L P Total 1 Cililin 45.067 41.293 86.360 5,78 2 Cihampelas 49.084 49.331 98.415 6,59 3 Sindangkerta 33.030 31.477 64.507 4,32 4 Gununghalu 37.607 36.685 74.292 4,98 5 Rongga 28.516 28.956 57.471 3,85 6 Cipongkor 41.415 42.814 84.229 5,64 7 Batujajar 55.450 54.001 109.451 7,33 8 Lembang 87.511 78.274 165.786 11,10 9 Parongpong 44.642 42.267 86.909 5,82 10 Cisarua 31.957 31.749 63.706 4,27 11 Ngamprah 68.070 68.530 136.600 9,15 12 Padalarang 78.842 72.894 151.736 10,16 13 Cipatat 60.895 59.387 120.282 8,06 14 Cipeundeuy 40.790 41.254 82.044 5,49 15 Cikalong Wetan 55.794 55.656 111.450 7,46 Jumlah 758.670 734.568 1.493.238 100

Sumber: Suseda Kabupaten Bandung Barat 2007

Distribusi penduduk yang relatif rendah pada umumnya terdapat di Kecamatan Cipatat, Cipeundeuy, Cikalongwetan, Rongga, Sindangkerta dan Gununghalu atau yang relatif bercirikan perdesaan.

4.4.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah rasio antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Dengan luas 130.577,4 ha dan jumlah penduduk sebesar 1.493.238 jiwa, kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung Barat adalah 11 jiwa/ha pada tahun 2007. Banyak kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang mempunyai kepadatan di atas rata-rata, yaitu Kecamatan Cihampelas, Lembang, Parongpong, Ngamprah, Padalarang. Kecamatan Ngamprah sendiri mempunyai kepadatan tertinggi diantara lainnya, yaitu 37 jiwa/ha. Kecamatan Gununghalu adalah kecamatan dengan kepadatan terendah, yaitu 7 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 36 berikut ini.

(24)

No Kecamatan Luas (ha) Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/ha) 1 Cililin 8154,52 86360 11 2 Cihampelas 4662,71 98415 21 3 Sindangkerta 12034,79 64507 5 4 Gununghalu 11312 74292 7 5 Rongga 7614,65 57471 8 6 Cipongkor 8368,39 84229 10 7 Batujajar 9826,54 109451 11 8 Lembang 9826,54 165786 17 9 Parongpong 4339,38 86909 20 10 Cisarua 5536,41 63706 12 11 Ngamprah 3608,58 133054 37 12 Padalarang 5157,63 151736 29 13 Cipatat 12549,69 120282 10 14 Cipeundeuy 10124,66 82044 8 15 Cikalongwetan 11207,81 111450 10 Jumlah 130577,4 1493238 11

Sumber: Suseda Kabupaten Bandung 2007, Diolah

4.4.3 Penduduk Menurut Angkatan Kerja

Angkatan kerja dan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia 10 tahun ke atas; bedanya penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk yang tidak bekerja karena alasan sekolah. mengurus rumah tangga. dan lainnya. Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja relatif lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja, yaitu penduduk yang bukan merupakan angkatan berjumlah 905.218 jiwa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk angkatan kerja yang berjumlah 636.640 jiwa. Mayoritas penduduk bukan angkatan kerja adalah karena mengurus rumah tangga dengan jumlah 427.979 jiwa. Hal ini tentunya terkait dengan partisipasi wanita dalam aktivitas pekerjaan.

Kecamatan Lembang merupakan kecamatan yang jumlah penduduk angkatan kerjanya terbanyak, yaitu 81.912. Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk angkatan kerjanya paling sedikit adalah Kecamatan Cipongkor yaitu 28.348 jiwa.

Pada dasarnya kategori angkatan kerja yang sedang mencari kerja adalah pengangguran terbuka. Adapun kategori angkatan kerja yang bekerja biasa disebut sebagai tenaga kerja. Dilihat dari jumlahnya, tampaknya tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung Barat relatif tinggi (rasio antara angkatan kerja

(25)

mencari kerja dengan angkatan kerja bekerja). Untuk lebih jelasnya pada Tabel 37.

Tabel 37 Jumlah Penduduk Berdasarkan Angkatan Kerja

No. Kecamatan

Angkatan Kerja (jiwa) Bukan Angkatan Kerja (jiwa)

Jumlah Bekerja Me n ca ri Kerja Juml ah Se ko la h M engur us RT La innya J uml ah 1 Cililin 25.862 3.489 29.351 12.074 23.961 10.152 46.187 71.508 2 Cihampelas 33.126 7.174 40.300 15.103 28.449 5.901 49.453 78.880 3 Sindangkerta 26.348 2.726 29.074 10.357 30.164 25.621 66.142 51.778 4 Gununghalu 25.997 8.669 34.666 8.912 22.389 9.649 40.950 64.043 7 Rongga 22.882 7.627 30.509 7.273 24.478 13.481 45.232 45.413 6 Cipongkor 26.991 1.357 28.348 12.940 19.550 3.411 35.901 66.232 7 Batujajar 36.210 6.722 42.932 15.423 25.900 34.846 76.169 89.832 8 Lembang 65.382 16.530 81.912 21.993 52.469 39.600 114.062 134.142 9 Parongpong 32.929 2.176 35.105 8.735 25.110 15.367 49.212 68.056 10 Cisarua 26.187 2.910 29.097 8.729 17.604 10.567 36.900 52.894 11 Ngamprah 54.714 6.244 60.958 21.474 35.170 11.208 67.852 111.931 12 Padalarang 53.448 2.056 55.504 18.260 36.780 16.334 71.374 123.373 13 Cipatat 35.234 12.259 47.493 18.686 32.588 24.115 75.389 98.497 14 Cipeundeuy 22.871 9.244 32.115 15.317 23.358 9.964 48.639 69.741 15 Cikalongwetan 38.925 20.351 59.276 12.462 30.009 39.285 81.756 89.211 Total 527.106 109.534 636.640 207.738 427.979 269.501 905.218 1.215.531

Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun 2007

4.4.4 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa tenaga kerja adalah angkatan kerja yang bekerja. Tenaga kerja dapat dikategorikan berdasarkan lapangan usaha, yaitu: (i) pertanian, (ii) industri, (iii) perdagangan, (iv) jasa, (v) lainnya. Jumlah tenaga kerja terbanyak ada di sektor pertanian, yaitu 180.063 jiwa atau 34,16 %. Tenaga kerja pertanian terbanyak ada di Kecamatan Lembang (18.212 jiwa) dan Cisarua (18.140 jiwa). Jumlah tenaga kerja tersedikit adalah di sektor industri, yaitu 78.999 jiwa atau 22,76 %. Tenaga kerja industri paling banyak terdapat di Kecamatan Ngamprah (21.482 jiwa). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 38.

(26)

Tabel 38 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha

No Kecamatan

Jumlah Tenaga Kerja (jiwa) Jumlah

(jiwa) Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya

1 Cililin 11.597 3.334 4.251 4.036 2,644 25.862 2 Cihampelas 7.339 8.660 7.186 3.947 5,994 33.126 3 Sindangkerta 15.055 1.197 3.251 3.252 3,592 58.988 4 Gununghalu 10.078 2.445 3.756 4.243 5,475 25.997 5 Rongga 16.258 483 2.110 2.973 1,058 505.399 6 Cipongkor 12.919 1.432 5.042 4.054 3,544 531.396 7 Batujajar 7.137 10.625 5.980 8.580 3,887 36.209 8 Lembang 18.212 3.612 10.797 12.969 19,792 65.382 9 Parongpong 8.869 1.500 6.986 9.884 5,691 101.591 10 Cisarua 18.140 390 4.747 2.450 459 874.337 11 Ngamprah 9.481 21.482 7.883 8.831 7,036 54.713 12 Padalarang 7.849 14.337 12.435 8.856 9,970 929.050 13 Cipatat 13.773 4.787 5.077 7.057 4,539 35.233 14 Cipeundeuy 10.409 256 2.985 7.282 1,939 278.615 15 Cikalongwetan 12.947 4.459 5.721 11.893 3,905 313.848 Jumlah 180.063 78.999 88.207 100.307 79.525 527.106 Persentase (%) 34.16 22.76 32.91 55.78 34.16 100

Sumber: Suseda. Kabupaten Bandung Tahun 2007

4.5 Lembaga dan Keuangan Daerah 4.5.1 Lembaga Daerah

Pada tahun 2008 awal. struktur organisasi pemerintahan daerah (SOPD) Kabupaten Bandung Barat terdiri atas 8 (delapan) dinas. 1 (satu) badan. 3 (tiga) sekretariat. dan 4 (empat) kantor.Setiap unit dalam struktur ini mempunyai fungsi dan wewenang membantu Bupati Kabupaten Bandung Barat untuk mewujudkan dan menjalankan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 39

Tabel 39 Struktur Organisasi Perangkat Daerah

No Lembaga Pemerintahan

Kabupaten Bandung Barat

Jumlah Pegawai (Jiwa) Dinas

1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 7631 2 Dinas Kesehatan dan Sosial 575 3 Dinas Pekerjaan Umum 164 4 Dinas Pertanian. Perkebunan. Peternakan dan Perikanan 170 5 Dinas Perhubungan. Pariwisata. Komunikasi dan Informasi 84 6 Dinas Perindustrian. Perdagangan. Koperasi dan Penanaman Modal 150 7 Dinas Kependudukan. Catatan Sipil. Tenaga Kerja dan Transmigrasi 159 8 Dinas Pendapatan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 100

(27)

Lanjutan Tabel 39

No Lembaga Pemerintahan

Kabupaten Bandung Barat

Jumlah Pegawai (Jiwa) Sekretariat 9 Seketariat Daerah 99 10 Sekretariat DPRD 25 11 Sekretariat KPU 13 Badan

12 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) 32

Kantor/Lain-Lain

13 Kantor Lingkungan Hidup 22 14 Kantor Kesatuan Bangsa. Politik dan Perlindungan Masyarakat 11 15 Kantor Perpustakaan. Arsip dan Data Elektronik 16 16 Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa 14

17 Inspektorat 26

18 Satuan Polisi Pamong Praja 27

19 Kecamatan (15) 319

Sumber: Badan Kepegawaian. Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Bandung Barat 2008

4.5.2 Keuangan Daerah 4.5.2.1Pendapatan

Pada dasarnya struktur keuangan Kabupaten Bandung Barat terdiri dari (i) pendapatan. (ii) belanja. dan (iii) pembiayaan daerah. Sumber penerimaan (pendapatan) daerah. terdiri atas: (i) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari: Pajak Daerah. Restribusi Daerah. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah; (ii) Dana Perimbangan yang meliputi: Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Alokasi Umum (DAU). dan Dana Alokasi Khusus (DAK); (iii) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. meliputi: Hibah. Dana Darurat. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. serta Dana Bantuan Keuangan dari Pemerintah Daerah lainnya.

Secara keseluruhan. struktur pendapatan Kabupaten Bandung Barat masih banyak bergantung pada dana perimbangan. hal ini menyebabkan ketergantungan pada pusat terlalu besar.

Tabel 40 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

No Uraian Jumlah (Rp) %

1 Pendapatan Asli Daerah 29.656.248.550 4,30 1.1 Pajak daerah 18.322.050.000 2,66 1.2 Retribusi daerah 9.195.108.550 1,33 1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 300.000.000 0,04 1.4 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah 1.839.090.000 0,27

(28)

Lanjutan Tabel 40

No Uraian Jumlah (Rp) %

2 Dana Perimbangan 545.553.887.056 79,06 2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 55.068.337.056 7,98 2.2 Dana alokasi umum 486.211.550.000 70,46 2.3 Dana alokasi khusus 4.274.000.000 0,62 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 114.805.994.549 16,64 3.1 Hibah 5.997.103.500 0,87 3.2 Dana darurat 0,00 3.3 Bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya 39.873.400.000 5,78 3.4 Dana penyesuaian dan otonomi khusus 4.051.044.400 0,59 3.5 Bantuan keuangan dari pemerintah daerah lainnya 64.884.446.649 9,40 Jumlah Pendapatan 690.016.130.155 100,00

Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2008

Dari Tabel 40 di atas dapat dilihat bahwa dominasi sumber penerimaan APBD Kabupaten Bandung Barat. adalah dari Dana Alokasi Umum sebesar Rp 486.211.550.000.- (70,46 %). Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bandung Barat sendiri sejumlah Rp 29.656.248.550.- (4,30 %). Tentunya hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi kemandirian Kabupaten Bandung Barat khususnya dalam hal finansial.

4.5.2.2Belanja

Secara umum. belanja daerah dapat dibagi menjadi belanja langsung dan tidak langsung. Belanja langsung erat kaitannya dengan belanja rutin daerah termasuk belanja pegawai (Rp 403.747.014.875.-) yang menyedot sebagian besar pos ini. Adapun belanja langsung erat kaitannya dengan pelaksanaan program dan proyek di setiap SKPD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 41 Rincian Belanja Daerah

No Uraian Jumlah (Rp) %

1 Belanja Tidak Langsung 496.890.586.682 70,96 1.1 Belanja pegawai 403.747.014.875 57,66 1.2 Belanja bunga 0 0,00 1.3 Belanja subsidi 0 0,00 1.4 Belanja hibah 30.694.000.000 4,38 1.5 Belanja bantuan sosial 18.377.850.000 2,62 1.6 Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintahan Desa 20.719.170.000 2,96 1.7 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Desa 15.399.300.000 2,20 1.8 Belanja Tidak Terduga 7.953.251.807 1,14

(29)

Lanjutan Tabel 41

No Uraian Jumlah (Rp) %

2 Belanja Langsung 203.320.400.800 29,04 2.1 Belanja pegawai 34.582.915.600 4,94 2.2 Belanja Barang dan Jasa 70.286.475.736 10,04 2.3 Belanja Modal 98.451.009.464 14,06 Belanja Daerah 700.210.987.482 100,00

Sumber: DP2AKD Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2008

4.6 Kebijakan

Pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat tentunya harus melihat dari kebijakan yang ada khususnya yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan wilayah, perencanaan pembangunan daerah, dan perencanaan tata ruang. Kebijakan yang akan dipaparkan adalah: (1) Rencana Tata Ruang Jawa Bali, (2) RTRW Provinsi Jawa Barat 2005-2010, (3) RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013, (4) RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029, (5) RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025, (6) RPJMD Kabupaten Bandung Barat 2008-2013.

Dalam konteks regional, Kabupaten Bandung Barat bersama Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kota Bandung masuk dalam Metropolitan Bandung. Namun seringkali istilah Metropolitan Bandung juga disebut sebagai Bandung Raya. Untuk menyamakan definsi, dalam penelitian ini dipakai istilah Metropolitan Bandung. Metropolitan Bandung saat ini merupakan salah satu kawasan yang mempunyai peranan penting di tingkat regional Provinsi Jawa Barat dan nasional.

4.6.1 Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali

Dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Jawa Bali, Metropolitan Bandung mempunyai fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan jenis pelayanan: (1) jasa pemerintahan, (2) pendidikan, (3) jasa perdagangan, (4) pariwisata, dan (6) industri.

Khusus bagi kawasan perkotaan Metropolitan Bandung sebagai pusat pelayanan primer (selain Jabodetabek, Gerbangkertosusila, dan Perkotaan

(30)

Denpasar) fokusnya adalah upaya pengendalian pengembangan secara fisik dengan memperhatikan daya dukung lingkungannya.

Adapun pembangunan sistem jaringan jalur kereta api di Metropolitan Bandung dikembangkan dengan prioritas tinggi. Oleh karena itu, kereta api merupakan sarana transportasi strategis bagi pengembangan wilayah.

4.6.1.1Pengelolaan Ruang

Ada beberapa hal penting menyangkut pengelolaan ruang di Metropolitan Bandung yang berkaitan dengan wilayah Kabupaten Bandung Barat, yaitu pengelolaan pada:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan di bawahnya dengan mempertahankan keberadaan zona-zona resapan tinggi

2. Kawasan yang suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi CA Gunung Tangkuban Perahu (1.290 ha)

3. Taman wisata alam dan taman buru meliputi TWA Tangkuban Perahu (370 ha)

4. Kawasan rawan bencana lingkungan dengan mengendalikan perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya dari bencana gerakan tanah atau longsor

5. Kawasan perkebunan dimana Metropolitan Bandung masuk di dalamnya 6. Kawasan pariwisata memantapkan kota pusat pelayanan wisata

7. Kawasan industri yang meliputi upaya untuk memanfaatkan industri teknologi tinggi dan non polutif

8. Kawasan permukiman meliputi upaya untuk mengendalikan pengembangan metropolitan

9. Kawasan andalan dimana Metropolitan Bandung termasuk di dalamnya

4.7.1.2Strategi Pengembangan Metropolitan Bandung

Ada beberapa strategi pengembangan Metropolitan Bandung yang terdapat dalam RTR Jawa Bali. Beberapa strategi kurang terkait dengan Kabupaten Bandung Barat; beberapa ada yang terkait. Strategi pengembangan tersebut adalah sebagai berikut:

(31)

1. Mempertahankan fungsi Metropolitan Bandung sebagai pusat pertumbuhan wilayah nasional yang mendukung pelayanan pengembangan wilayah di sekitarnya dan bahkan untuk seluruh wilayah nasional, dengan tetap memantapkan fungsi-fungsi keterkaitan dengan pusat-pusat pertumbuhan wilayah

2. Mendorong keterpaduan penataan kota antara Kota Bandung sebagai kota inti dan kota-kota Cimahi, Soreang, dan Jatinangor sebagai kota satelit. 3. Memantapkan pembagian peran dan fungsi kota Cimahi sebagai pusat jasa

dan perdagangan dan Soreang sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, agroindustri dan permukiman.

4. Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang tidak terkendali

(urban sprawl) dan pertumbuhan menerus (konurbasi) di koridor

Bandung-Soreang dan Bandung-Cimahi.

5. Meningkatkan aksesibilitas antara kota inti Bandung dengan kota-kota satelitnya melalui penataan pembangunan fisik dan peningkatan kapasitas pelayanan transportasi di sepanjang koridor Bandung-Soreang dan Bandung-Cimahi.

6. Mendorong pengurangan beban kota Bandung melalui relokasi kegiatan-kegiatan industri pada kawasan-kawasan industri di Kota Soreang.

7. Menyiapkan RIS prasarana wilayah untuk keterpaduan program antara kota inti dan kota-kota satelit serta permukiman skala besar di pinggiran Bandung.

8. Mengembangkan sistem transportasi masal yang sinergis dengan pusat-pusat permukiman dan pengembangan kegiatan usaha.

9. Mencegah pertumbuhan kawasan perkotaan (terbangun) kota Bandung yang mengkonversi kawasan resapan air di bagian utara dan selatan Kota Bandung (750 m dpl).

10.Mendorong pengaturan dan pembatasan daerah pengambilan air tanah pada zona-zona konservasi air tanah di Cekungan Bandung.

11.Memantapkan kerterkaitan fungsional kota dengan kota-kota yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah di P. Jawa dan di luar P. Jawa.

(32)

12.Diarahkan untuk meningkatkan spesialisasi fungsi jasa pendidikan, teknologi sistem informasi, industri, dan pariwisata (urban tourism).

13.Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan sistem perangkutan massal intra urban.

14.Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan PSD kota yang memenuhi standar internasional.

15.Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang mendukung terjaganya minat investasi di sektor perkotaan.

16.Memantapkan aksesibilitas Kota Bandung ke kota-kota PKN lainnya di Pulau Jawa dan wilayah nasional lainnya, melalui peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi darat dan udara.

17.Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kota dan pengendalian pemanfaatan ruang dan sumber daya di wilayah Metropolitan Bandung.

18.Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreativitas masyarakat Kota Bandung.

19.Menyiapkan aturan pemintakatan (zoning regulation) sebagai pelengkap dari RTRW kota.

4.6.2 RTRW Provinsi Jawa Barat 2000-2010

Arahan pengembangan PKN Metropolitan Bandung dapat dilakukan dengan mengarahkan perkembangandi Kabupaten Bandung dengan catatan tidak memberikan arahan pengembangan yang tinggi di bagian Barat Daya Metropolitan Bandung karena kondisi DAS Citarum yang memiliki tingkat erosi tinggi dan target 45 % kawasan lindung di Provinsi Jawa Barat.

Adapun Cekungan Bandung dikategorikan sebagai salah satu Kawasan Andalan di Provinsi Jawa Barat. Sektor unggulan di kawasan ini adalah: (1) industri, (2) perdagangan dan jasa, (3) pariwisata, (4) pertanian hortikultura, (5) perkebunan, (6) perikanan, (7) peternakan, (8) pendidikan dan pengetahuan. Arahan di kawasan ini adalah sebagai pusat pengembangan sumberdaya manusia dalam rangka mendukung sektor unggulan tersebut.

(33)

Program pengembangan struktur ruang terdiri dari: (1) program pengembangan sistem kota-kota dan (2) program pengembangan infrastruktur wilayah, (3) program pengembangan kawasan andalan, (4) program pengembangan kawasan pertahanan. Beberapa hal yang terkait dengan program pengembangan struktur ruang di Kabupaten Bandung Barat dijelaskan di bawah ini.

Pengembangan sistem kota-kota di Metropolitan Bandung diarahkan melalui penataan bukan lagi pengembangan karena urbanisasi yang terjadinya sudah terlampau pesat. Salah satu kegiatan penataan ini di Kabupaten Bandung Barat adalah membangun terminal agribisnis di Lembang.

Adapun program pengembangan infrastruktur wilayah dibagi menjadi (1) pengembangan transportasi darat, laut, dan udara; (2) pengembangan sumberdaya air dan irigasi; (3) pengembangan jaringan energi listrik dan telekomunikasi; (4) pengembangan prasarana perumahan dan permukiman.

4.6.3 RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013

Pada dasarnya RPJMD adalah dokumen pembangunan daerah yang erat kaitannya dengan kebijakan dan program yang harus dijalankan SKPD. Oleh karena, ada beberapa hal yang terkait dengan konteks pengembangan wilayah penelitian ini; ada beberapa yang kurang relevan. RPJMD juga merupakan dokumen perencanaan pembangunan yang mengejawantahkan visi dan misi dari kepala daerah terpilih menjadi kebijakan dan program.

4.6.3.1Visi dan Misi

RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013 mempunyai Visi Tercapainya Masyarakat Jawa Barat Mandiri, Dinamis dan Sejahtera Tahun 2013. Untuk mewujudkan visi ini diperlukan 7 misi, yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial dengan mengutamakan pemberdayaan perempuan dan perlindungan terhadap anak

2. Menciptakan kehidupan beragama yang rukun, toleran dan penuh kesejukan, serta memelihara dan mengembangkan budaya yang

(34)

mengedepankan kearifan lokal

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat berbasis potensi ekonomi lokal dan ramah lingkungan

4. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan

5. Reformasi birokrasi menuju aparatur yang bersih, berorientasi kepada pelayanan publik dan penggunaan anggaran yang pro publik

6. Mengokohkan ketahanan bangsa dan kualitas demokrasi dengan pendidikan politik yang menyertakan masyarakat dalam pembangunan politik

7. Mewujudkan pemerataan pembangunan melalui peningkatan peran masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya dan investasi

4.6.3.2Skenario Pembangunan

Dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat 2008-2013 dijelaskan skenario pembangunan yang relevan dengan konteks pengembangan wilayah penelitian ini khususnya berkaitan dengan pengembangan beberapa sektor ekonomi seperti: pertanian dan agribisnis, industri, perdagangan, pariwisata, KUKM.

Pengembangan agribisnis di Provinsi Jawa Barat dimulai dengan penataan dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi di setiap subsistem agribisnis. Dari segi sistem agribisnis yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah: (1) penataan agribisnis yang ada, (2) perbaikan subsistem agribisbnis yang bermasalah, (3) revitalisasi agribisnis untuk pembangunan ekonomi, (4) mengubah proporsi peran agribisnis dalam struktur PDRB Provinsi Jawa Barat, dan (5) realokasi sumber daya, pendanaan, dan wilayah pertumbuhan agribisnis. Revitalisasi agribisnis dalam kerangka pembangunan ekonomi Provinsi Jawa Barat terkait dengan koreksi, pemantapan, dan pengembangan, kebijakan yang telah dibuat. Koreksi dilakukan untuk menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem yang lebih luas, bukan hanya identik dengan sektor pertanian primer. Dengan menempatkan agribisnis sebagai suatu sistem, konsekuensinya akan mengubah proporsi peran agribisnis dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Implikasi lebih lanjut dari

(35)

reposisi ini adalah realokasi sumber daya ekonomi yang lebih berat ke pengembangan agribisnis.

Aspek industri dan perdagangan, diarahkan untuk meningkatkan konsolidasi dan jejaring (networking), melalui peningkatan peran sektor industri kecil dan menegah dalam struktur industri, peningkatan kemitraaan antarindustri, dan peningkatan tumbuhnya industri-industri andalan masa depan Jawa Barat sebagai kekuatan penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada sektor perdagangan diarahkan untuk mengoptimalkan pasar dalam negeri, menata distribusi barang yang efektif dan efisien serta meningkatkan ekspor produk Jawa Barat .

Pengembangan kepariwisataan diarahkan pada peningkatan keunggulan daya tarik wisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat yang berakar pada alam dan budaya, peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata yang berdaya saing serta pemanfaatan potensi sumber daya alam secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pada tahap ini dilakukan juga peningkatan kualitas sarana dan prasarana pariwisata dengan standard internasional.

Pembangunan KUKM dilakukan melalui melalui optimalisasi sumber daya produktif melalui peningkatan pemberdayaan KUKM yang sejalan dengan perkembangan dunia usaha untuk mengakselerasi upaya perwujudan dan pencapaian kesejahteraan masyarakat. KUKM diharapkan dapat menjadi andalan dalam penyediaan tenaga kerja di Jawa Barat. KUKM pada tahap ini diharapkan dapat unggul dalam persaingan dalam lingkup nasional.

Pada aspek infrastruktur wilayah, diarahkan untuk penyempurnaan pranata dan melanjutkan pembangunan infrastruktur wilayah strategis yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya, memantapkan revitalisasi infrastruktur yang telah ada serta meningkatkan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur. Pada tahap ini akan ditandai dengan meningkatnya aksesibilitas untuk pergerakan orang, barang, dan jasa; meningkatnya ketersediaan air baku, konservasi sumber daya air, optimalisasi pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air dan pengamanan pantai, serta optimalisasi pengelolaan jaringan irigasi; meningkatnya ketersediaan energi terbarukan; meningkatnya cakupan pelayanan telekomunikasi;

(36)

meningkatnya ketersediaan air bersih dan kualitas sanitasi lingkungan; serta meningkatnya ketersediaan rumah susun di perkotaan.

4.6.3.3Kebijakan

Misi ke-3 Meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat berbasis potensi ekonomi lokal dan ramah lingkungan adalah misi yang sangat terkait dengan pengembangan wilayah penelitian. Di dalam misi ada beberapa kebijakan yang mendukung, yaitu:

1. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang agro industri dan bisnis kelautan

2. Mengembangkan infrastruktur pendukung agro industri dan bisnis kelautan

3. Menguatkan kelembagaan, pembiayaan, dan peluang pasar KUMKM 4. Merperluas Kesempatan Kerja di Bidang Agroindustri dan Bisnis Kelautan 5. Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang agro

industri dan bisnis kelautan

6. Meningkatkan produksi dan nilai tambah produk pertanian

7. Meningkatkan keunggulan daya tarik wisata melalui pengembangan produk wisata yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat

8. Meningkatkan akses dan distribusi perdagangan 9. Meningkatkan nilai tambah produk industri 10.Meningkatkan pengelolaan sumber daya kelautan

11.Peningkatan kapasitas produksi pangan (beras, jagung, kedelai, ternak, dan ikan), distribusi, pengamanan ketersediaan dan cadangan pangan

12.Mengembangkan aneka usaha non kayu sekitar hutan 13.Menciptakan iklim usaha yang kondusif

4.6.4. RTRW Kabupaten Bandung Barat 2009-2029 4.6.4.1Konsep Pendekatan Pengembangan Wilayah

Dalam pengembangan tata ruang Kabupaten Bandung Barat digunakan beberapa konsep pendekatan pengembangan wilayah sebagai berikut:

(37)

1. Konsep Pengembangan Agropolitan. Pengembangan kota pertanian/agropolitan (kecamatan di bagian utara) dengan penekanan pada tanaman pangan dan perkebunan serta potensi untuk pengembangan budidaya perikanan ikan air tawar.

2. Keseimbangan Pembangunan Antar Wilayah. Saat ini terjadi ketimpangan pembangunan antara wilayah tengah dan selatan.

3. Pengembangan Wilayah Berbasis Pertanian 4. Keterpaduan Antar Moda Transportasi

4.6.4.2Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut: 1. Mengembangan pusat primer untuk wilayah Kabupaten Bandung Barat

(Pusat Primer Ngamprah).

2. Membagi wilayah kabupaten menjadi 3 (tiga) Wilayah Pengembangan yaitu di WP Padalarang-Ngamprah, WP Cililin dan WP Lembang.

3. Mengembangkan sistem pusat Desa Pusat Pertumbuhan secara seimbang/ proporsional sesuai pembagian jenjang pelayanannya.

4. Penciptaan fungsi-fungsi baru di kawasan yang potensial untuk dikembangkan di sekitar kota Bandung Barat, yaitu pada pusat-pusat WP yang akan dikembangkan: Ngamprah-Padalarang sebagai pusat utama Kabupaten Bandung Barat yang didukung oleh kota hirarki yang lebih kecil. Pusat-pusat ini harus didukung dengan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan yang memadai, untuk mengalihkan pemusatan pergerakan ke kota inti.

5. Pengembangan sistem transportasi terutama diarahkan untuk menata fungsi dan struktur jaringan jalan yang sesuai dengan sebaran fungsi kegiatan primer dan sekunder, pada pembentukan struktur jaringan jalan dengan pola ring-radial, sehingga pusat-pusat WP yang akan terbentuk saling dihubungkan dengan jaringan jalan tersebut.

(38)

4.6.4.3Rencana Pola Pemanfaatan Ruang A. Pemanfaatan Kawasan Lindung

Pengembangan kawasan lindung diarahkan dengan mengembangkan kawasan lindung yang telah ditetapkan, dan kawasan-kawasan lain yang dapat berfungsi lindung (pertanian, perkebunan), serta mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam dan buatan pada kawasan lindung.

Pengembangan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap, kawasan bawahannya dilakukan dengan mempertahankan dan mengfungsikan kembali kawasan resapan air untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi. Untuk kawasan perlindungan setempat, pengembangannya adalah dengan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan dari alih fungsi lahan, serta mengembangkan kawasan yang potensial sebagai jalur hijau, terutama sempadan sungai. Sementara Untuk kawasan pelestarian alam, pengembangnnya adalah dengan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan dari alih fungsi lahan.

B. Pemanfaatan Kawasan Budidaya

Pengembangan kawasan budidaya diupayakan melalui pengendalian alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan dalam RTRW, dan mendorong pengembangan kawasan budidaya yang sesuai dengan RTRW. Pengembangan kawasan budidaya ini meliputi:

1. Pengembangan Kawasan Perumahan diarahkan untuk:

a. Membatasi pengembangan kawasan perumahan di bagian utara dan selatan di kawasan yang berfungsi lindung. Pembatasan dalam hal luas lahan perumahan, maupun besaran KLB pada setiap kavling rumah. b. Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 60 % dari luas

lahan yang sesuai untuk perumahan,

c. Mengembangkan perumahan secara vertikal di kawasan padat penduduk diantaranya Padalarang-Ngamprah serta kecamatan-kecamatan lain yang padat penduduk, meliputi rumah susun 4 lantai, apartemen 8 lantai dan apartemen lebih dari 8 lantai.

(39)

d. Revitalisasi kawasan permukiman kumuh, dan diarahkan untuk clikembangkan menjadi rumah susun sederhana.

2. Pengembangan Kawasan Jasa Pemerintahan adalah kawasan pemerintahan tingkat kabupaten, yaitu di Ngamprah.

3. Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa

a. Pengembangan pasar dilakukan melalui: (1) Mengatur, menata dan mengendalikan pasar yang mengganggu lalu lintas yang diintegrasikan dengan keberadaan terminal serta fasilitas penduduk lainnya, dan (2) Merelokasi pasar bila tidak didukung prasarana yang memadai.

b. Pengembangan pusat belanja dan jasa dilakukan melalui: (1) Mengarahkan pengembangan pusat belanja dan jasa terutama di pusat Ngamprah, untuk mengurangi ketergantungan masyarakat ke Kota Bandung. (2) Kemudian diikuti pengembangan pusat belanja dan jasa hirarki lebih rendah di setiap pusat WP.

4. Pengembangan Kawasan Industri

Pengembangan industri ringan (pengolahan makanan, dan garmen), dan industri rumah tangga yang tidak boros air, dipertahankan di kawasan industri yang telah ada saat ini, yaitu di Padalarang dan rencana pengembangan di Cipeundeuy.

5. Pengembangan Kawasan Pertanian

Pengembangan kawasan pertanian diarahkan terutama terkait dengan daya dukungnya sebagai kawasan pertanian, yaitu :

a. Pengembangan Pertanian Tanaman Lahan Basah diarahkan pada sawah-sawah yang telah ada saat ini, terutama yang didukung oleh prasarana irigasi. Rencana alih fungsi lahan sawah harus diikuti dengan pencetakan lahan sawah seluas paling sedikit lahan yang dialih fungsikan, yang lokasinya sesuai untuk kesesuaian lahan sawah dan didukung prasarana irigasi. Lahan yang sesuai untuk sawah terdapat di Cihampelas.

b. Pengembangan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering diarahkan pada lahan-lahan yang saat ini telah berkembang, dan dilakukan

(40)

pembatasan kawasan terbangun, yaitu di Lembang, Parongpong, Cisarua.

c. Pengembangan Pertanian Tanaman Tahunan (Perkebunan) dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya fungsi lindung, sehingga luasannya dipertahankan tidak berkurang, yaitu pada kawasan perkebunan yang telah ada saat ini (Cikalongwetan, Cipeundeuy, Sindangkerta, Gununghalu).

d. Pengembangan Kawasan Perikanan Darat diarahkan di Cikalongwetan, serta beberapa waduk yang ada serta beberapa lokasi pada perairan umum.

6. Pengembangan Kawasan Hutan

Pengembangan kawasan hutan terutama terkait dengan fungsi konservasi yang juga dapat dimanfaatkan fungsi ekonominya yaitu hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan hutan rakyat. Seperti halnya kawasan perkebunan, maka kawasan-kawasan hutan ini akan menjadi kawasan pelindung hutan lindung dari kemungkinan alih fungsi lahan. Alih fungsi lahan akan sangat dibatasi untuk mempertahankan fungsi lindungnya. 7. Pengembangan Kawasan Pariwisata

Pariwisata yang akan dikembangkan terutama pariwisata alam, yaitu di Lembang dan di Waduk Saguling dan Waduk Cirata. Serta lokasi lain yang mempunyai potensi dikembangkan sebagai pariwisata alami. Selain itu dikembangkan pula pariwisata buatan/pariwisata terpadu.

4.6.4.4Kawasan Strategis

Kawasan strategis adalah kawasan yang penataaruangnnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting bagi pengembangan Kabupaten Bandung Barat dan wilayah regional Metropolitan Bandung. Kawasan strategis yang didorong perkembangannya adalah:

1. Kawasan yang memiliki fungsi strategis untuk mendorong perkembangan Wilayah Metropolitan Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Pengembangan kawasan ini akan memiliki dampak luas terhadap pengembangan regional, nasional dan internasional

Gambar

Tabel 9 Administrasi Kabupaten Bandung Barat  Kecamatan  Luas   Jumlah Desa  Ha  %  Cililin 8.154,52  6,23 11  Cihampelas 4.662,71  3,57  10  Sindangkerta 12.034,79  9,20  11  Gununghalu 16.079,62 12,29 9  Rongga 11.312,00  8,65  8  Cipongkor 7.614,65  5,8
Tabel 10 Data Perbandingan Penggunaan Lahan Tahun 2004-2007
Tabel 14  Kontribusi PDRB Kabupaten Bandung Barat terhadap PDRB Jawa  Barat Tahun 2006 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Tabel 16  Struktur PDRB Kabupaten Bandung Barat Tahun 2006 Atas Dasar  Harga Konstan Tahun 2000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode ONFIT yang diikuti dengan teknik identifikasi secara konvensional melalui karakter morfologi dan teknik molekuler melalui perunutan basa nukleotida DNA akurat dan

siswa juga terlihat lebih bisa kooperatif saat presentasi hasil kerja kelompok yang. dilakukan

Analisis materi merupakan tahap di mana peneliti menganalisis materi-materi apa saja yang perlu dikembangkan, baik itu materi-materi pokok, subbagian dari materi pokok dan

Selain itu tingginya kadar Nitrit disebabkan juga oleh limbah domestik dari asrama tersebut yang mengandung Amonia yang banyak yang akan dioksidasi menjadi

tidak dikelompokkan ke dalam tiga kategori di atas. Aset keuangan yang tersedia untuk dijual selanjutnya diukur pada nilai wajar. Perubahan nilai wajar aset keuangan

1) Siswa dapat ikut serta dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani melalui permainan sepak bola untuk meningkatkan kelincahan menggiring bola. 2) Siswa dapat

Brosur merupakan alat pengenalan kepada calon nasabah, akan tetapi brosur bukan menjadi alat yang paling unggul untuk merekrut nasabah karena di BMT Fajar Mulia

Berbagai masalah tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang terjadi belakangan ini terutama tindak pidana yang dilakukan oleh anak, dimana dalam tahap penyidikan masih