• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROGRAM TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROGRAM TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 1

BAB III

PRO

GRAM TATA BANGUNAN

DAN LINGKUNGAN

3.1. PROGRAM TATA BANGUNAN

3.1.1. JJeenniissPPeerruunnttuukkaannBBaanngguunnaan n

Macam-macam bangunan yang diperuntukkan di koridor wilayah perencanaan berdasarkan pada Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Pangkalan Bun tentang Peruntukan Bangunan. Penyediaan bangunan berdasarkan peruntukannya yang ada di koridor wilayah perencanaan sampai 5 tahun mendatang adalah:

a. Bangunan Permukiman

Bangunan permukiman ataupun perumahan adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau tempat hunian bagi penduduk. Bangunan permukiman ini tidak boleh bercampur dengan bangunan industry, atau bangunan-bangunan lain yang berpotensi menimbulkan polusi, kebisingan, dan resiko kebakaran. Bangunan permukiman yang baru tidak boleh dibangun pada daerah tepian sungai Arut karena kawasan tersebut merupakan area konservasi bagi permukiman tradisional tepi Sungai Arut.

b. Bangunan Jasa Komersial

Bangunan jasa komersial adalah bangunan dimana di dalamnya digunakan sebagai tempat transaksi penjualan jasa (bank, hotel, wartel, bengkel, salon, dsb). Bangunan jasa komersial harus memiliki Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal 10 % berupa taman dari luas lahan yang dimiliki, serta dilengkapi alat pencegah menjalarnya kebakaran antar bangunan lain. Bangunan jasa komersial juga tidak boleh dibangun di dalam area permukiman tradisional tepi Sungai Arut dan permukiman lain yang bernilai sejarah.

c. Bangunan Ruko

Bangunan ruko adalah bangunan yang dalam satu kapling terdapat fungsi ganda berupa tempat tinggal (rumah) dan fungsi perdagangan (toko). Luasan bangunan rumah toko diatur tidak boleh melebihi 70% dari luas lahannya. Agar tetap menyisakan ruang terbuka untuk areal parkir, taman, dan sebagainya.

(2)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 2

d. Bangunan Pemerintahan

Bangunan pemerintahan yaitu bangunan atau bagian dari bangunan yang diperuntukan bagi instansi pemerintahan termasuk kantor Pajak, Kantor PLN, Kantor Dinas Perikanan dan Kelautan, Kantor KODIM, Kantor Lurah, dan sebagainya. Bangunan perkantoran diatur agar dalam pembangunan atau pengembangannya memiliki Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimal 20% yang berupa taman.

e. Bangunan Situs Bersejarah

Bangunan ini merupakan jenis bangunan yang tergolong kuno dan bernilai sejarah dengan usia bangunan minimal diatas 50 tahun. Beberapa bangunan utama yang tergolong bangunan bersejarah ini antara lain Kediaman Mangkubumi, Rujab Bupati Kotawaringin Barat, Komplek Makam Raja, dan sebagian permukiman tradisional bersejarah di tepi Sungai Arut. Bangunan-bangunan kuno tersebut perlu dilestarikan, dan jika perlu direnovasi maka tidak boleh merombak bentuk dan konstruksi asli bangunan tersebut.

f. Bangunan Fasilitas Sosial

Yang termasuk dalam golongan bangunan fasilitas sosial adalah:

 Bangunan fasilitas peribadatan

 Bangunan fasilitas pendidikan

 Bangunan fasilitas kesehatan

Bangunan-bangunan yang termasuk fasilitas umum dalam pembangunan atau pengembangannya memiliki Koefisien Dasar Hijau (KDH) minimal 20% yang diwujudkan berupa taman di dalam kapling lahan.

3

3..11..22.. LLuuaassaannTTiiaappBBaanngguunnaann

Luas bangunan merujuk pada ketentuan KDB dan KLB yang diusulkan pada program ini : a. Rumah tinggal biasa

Rumah tinggal biasa diusulkan dengan klasifikasi luas sebagai berikut :

 Luas kapling 250 m2 kebawah (jumlah lantai maksimum 2 lantai)

- Luas lantai dasar memiliki luas maksimum 60% dari luas kapling - Luas lantai dua memiliki luas maksimum 100 % dari luas lantai dasar

 Luas kapling antara 251- 600 m2 (jumlah lantai maksimum 2 lantai)

- Luas lantai dasar memiliki luas maksimum 50% dari luas kapling - Luas lantai dua memiliki luas maksimum 100% dari luas lantai dasar

 Luas kapling lebih dari 600 m2 (jumlah lantai maksimum 2 lantai)

- Luas lantai dasar memiliki luas maksimum 30% dari luas kapling - Luas lantai dua memiliki luas maksimum 100% dari luas lantai dasar

b. Rumah tinggal yang bergabung pada bangunan lain kelas

Rumah tinggal yang bergabung pada bangunan toko dan kantor, luasnya dibatasi maksimum 50% dari total luas lantai. Untuk bangunan yang luasnya 600 m2 keatas luas maksimum rumah tinggal 200 m2

c. Bangunan Kantor

Pada bangunan kantor pemerintah (jumlah lantai maksimum 2 lantai)

 Luas lantai dasar, maksimum 60 % dari luas kapling

 Luas lantai dua maksimum 100% dari luas lantai dasar. Pada bangunan kantor swasta (jumlah lantai maksimum 2 lantai)

 Luas lantai dasar, maksimum 70 % dari luas kapling

 Luas lantai dua maksimum 100% dari luas lantai dasar. d. Bangunan Pertokoan

 Luas lantai dasar maksimum 70% dari luas kavling

 Luas lantai dua maksimum 100 % dari luas lantai dasar e. Bangunan Industri/Gudang

Bangunan Industri/Gudang Skala Pelayanan Sedang (jumlah lantai maksimum 2 lantai)

 Luas lantai dasar maksimum 40% dari luas kapling

 Luas lantai dua maksimum 100 % dari luas lantai dasar f. Bangunan Peribadatan

 Luas lantai dasar maksimum 60% dari luas persil

 Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar g. Gedung pertemuan umum, dan balai umum

 Luas lantai dasar, maksimum 60% dari luas persil

 Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar. h. Bangunan Pendidikan

 Luas lantai dasar, maksimum 40% dari luas persil

 Luas lantai 2 maksimum 100% dari luas lantai dasar. i. Pasar

 Luas bangunan agar dipertahankan sebagaimana yang ada sekarang dan tidak diarahkan untuk melakukan pengembangan baru.

(3)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 3

3.1.3. BBeessaarraannddaannMMaassssaaBBaanngguunnaan n

Besaran dan massa tiap jenis bangunan di wilayah perencanaan diprogramkan berdasarkan pertimbangan terhadap arahan atau rencana. Arahan program penetapan jumlah bangunan adalah sebagai berikut:

a. Pertokoan dan Perkantoran

Jumlah bangunan pertokoan dan perkantoran yang terdapat di sepanjang koridor Jalan Pangeran Antasari yang diprogramkan berada di dalam satu blok luas lahan antara 1.000 – 5.000 m2, adalah sebanyak 4 – 10 bangunan.

Sementara itu untuk bangunan pertokoan dan jasa yang dikembangkan oleh investor, jumlah tiap jenis bangunannya sulit diperkirakan karena sangat tergantung pada kebutuhan investor bersangkutan. Sedangkan berdasarkan pada kondisi yang telah ada dimana kemungkinan untuk dilakukan penggeseran lahan terbangun adalah sangat kecil, maka untuk arahan pengembangannya adalah dengan upaya pengendalian terhadap peningkatan lahan terbangun yang baru.

b. Bangunan Fasilitas Sosial

Khusus untuk bangunan fasilitas sosial yang ada di wilayah perencanaan arahan pengembangannya adalah untuk tetap dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan khususnya bagi peruntukan lahan ruang terbuka hijau atau tata hijau berupa taman maupun vegetasi peneduh pada setiap bangunan. Hal tersebut perlu diupayakan mengingat peran dari lingkungan khususnya tata hijau adalah sebagai penyeimbang kualitas lingkungan dan kota akibat adanya proses pembangunan.

3.1.4. Pengaturan Wujud Bangunan

Secara keseluruhan pengaturan wujud bangunan di kawasan perencanaan harus harmonis, sekuensial dan menyatu. Untuk itu, wilayah studi dibagi dalam 3 kawasan koridor jalan. Masing-masing kawasan koridor jalan yang terdiri dari gabungan kapling-kapling tersebut, tampilan bangunannya dirancang sebagai satu kesatuan yang harmonis. Rencana kontras dapat dituangkan pada kawasan koridor yang berbeda, namun dalam satu kesatuan kawasan koridor tersebut tampilan bangunan tetap dirancang dalam satu kesatuan yang harmonis (laras dan laras varian). Dengan demikian wujud bangunan pada setiap kapling yang tercakup di dalam kawasan koridor perencanaan akan memberikan kontribusinya secara proporsional sesuai dengan luas kaplingnya masing-masing. Antara satu sistem kawasan koridor dengan sistem kawasan koridor yang berbeda/kontras minimal ada jarak pemisah tertentu sehingga memang terlihat sebagai suatu bagian yang berbeda.

Dalam program perencanaan ini, secara spesifik tampilan bangunan secara umum di sepanjang kawasan koridor di wilayah studi yaitu Koridor Antasari, Koridor Pakunegara, dan Koridor Diponegoro, memiliki karakteristik yang tersendiri, sesuai dengan bangunan induk atau bangunan kunci yang ada pada masing-masing koridor tersebut. Perencanaan tampilan bangunan ini meliputi rencana façade, material eksterior, dan elemen pagar bangunan.

1. Pengaturan Fasade Bangunan

Persyaratan untuk rancangan facade bangunan, utamanya diperuntukkan bagi bangunan-bangunan perdagangan dan jasa yang berada di sepanjang jalan utama. Panduan rancangannya adalah sebagai berikut :

a. Facade dirancang sebagai satu kesatuan yang utuh dengan bangunan.

b. Pewarnaan fasade perlu mengkombinasikan warna khas Kutaringin yaitu merah, kuning, dan hijau agar mencerminkan citra dan identitas kawasan bersejarah Kutaringin di Pangkalan Bun

c. Untuk mendapatkan tampilan sekuensial yang harmonis, perlu dikendalikan dengan merujuk pada bangunan kunci. Unsur-unsur yang dirujuk dari bangunan kunci adalah peil lantai, garis level, garis atap, pola tampang facade. Bangunan kunci bisa berupa bangunan lama yang dipertahankan (karena tidak terkena pelebaran jalan, pembangunannya telah sesuai dengan ketentuan rencana kota, mencirikan karakter lingkungan setempat), atau menciptakan bangunan baru.

d. Pada facade diperbolehkan untuk menempatkan reklame, dengan syarat:

 Dirancang sebagai bagian dari bangunan, dan ditempatkan pada bagian yang khusus disediakan untuk keperluan tersebut.

 Tidak menutupi jendela, atap, lubang ventilasi dan pencahayaan.

 Lebih dititikberatkan pada unsur estetika dengan mengakomodasi motif dan ekspresi desain arsitektur lokal untuk memperkuat identitas kawasan.

Facade bangunan-bangunan kuno yang dilestarikan, wajib dipertahankan. Apabila tertutup wajah iklan, maka perlu dilakukan restorasi untuk mengembalikan ke wajah asal bangunan.

(4)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 4

Rencana persyaratan penggunaan material exterior bangunan adalah sebagai berikut:

 Penggunaan material exterior bangunan harus memperhatikan keserasian ditinjau dari segi eststika, serta kenyamanan lingkungan.

 Penggunaan material exterior agar dipertimbangkan dari ketahanan terhadap pengaruh iklim (panas, hujan), umur dan ketahanan bahan, bahaya kebakaran, dan pemeliharaan.

 Dalam hal digunakan bidang kaca lebar yang menutupi sebagian besar bangunan, harus dipertimbangkan terhadap kesilauan, pantulan cahaya, dan meningkatnya temperature udara di sekitamya.

3. Pengaturan Elemen Pagar

Persyaratan untuk pagar halaman adalah sebagai berikut: a. Pagar Depan:

 Pagar depan dibutuhkan pada persil yang mempunyai GSB minimal 3 meter.

 Dilarang menggunakan kawat berduri sebagai pemisah di sepanjang jalan umum untuk halaman muka.

 Tinggi pagar depan maksimum 1,25 meter.

 Perbandingan antara bagian dinding pagar yang tembus pandang dan tertutup, sekurang-kurangnya 50% untuk bagian yang tembus pandang dan 50% untuk yang tertutup.

 Pagar diperkenankan untuk menempatkan reklame, dengan proporsi maksimum 50% dari luas bidang pagar.

b. Pagar Belakang:

 Antara halaman belakang dan jalur-jalur drainase kota harus diadakan pemagaran. Pada pemagaran itu tidak boleh dibuat pintu-pintu masuk kecuali jika pada jalur-jalur drainase direncanakan jalur belakang untuk umum.

 Pada saluran-saluran kota yang terbuka (sistem campuran) pagarnya harus ada tembok pemisah yang tingginya sekurang- kurangnya 2 meter di atas tanah halamon belakang di tempat tembok tersebut.

 Antara halaman-halaman belakang, satu sama lain, sebagai pagar harus didirikan tembok pemisah. 4. Pengaturan Ketinggian Bangunan

Ketinggian bangunan di kawasan koridor Jalan Antasari, Pakunegara, dan Diponegoro ditetapkan maksimum 2 lantai (9-10 m). Ketinggian maksimum ini hanya direncanakan pada bangunan komersial, pemerintahan, dan fasilitas social, sementara bangunan permukiman tetap satu lantai. Dasar pertimbangan ketentuan ini adalah mengacu pada Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) Pangkalan Bun 2004, dan pertimbangan kepadatan bangunan khususnya di Kawasan Koridor Antasari dan Tepian Sungai Arut.

5. Pengaturan Elevasi Bangunan

 Elevasi Lantai Dasar (ELD):

Elevasi lantai dasar (ELD) bangunan ditentukan pada posisi lantai dasar terendah yang boleh dibangun yaitu pada elevasi 1,00 meter di atas permukaan jalan. Elevasi (peil) ini selanjutnya diperhitungkan sebagai elevasi 0,00 meter.

 Elevasi Lantai Tingkat (ELT):

Elevasi lantai tingkat (ELT) ditentukan untuk membentuk proporsi yang sama bangunan di semua kawasan perencanaan, ELT ditentukan 4,80 meter diukur dari elevasi 0,00 meter, atau dapat ditentukan karena pertimbangan variabel perencanaan yang bersifat unik dan khusus.

T= 9 m Peil lantai 1 meter di atas jalan Permukaan jalan ELT ELD

Gambar 3.2. Pengaturan Elevasi Lantai Bangunan Gambar 3.1. Pengaturan Elemen Pagar

(5)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 5

3.2. PROGRAM TATA LINGKUNGAN

3.2.1. Program Penataan Kawasan Bersejarah

Kebijakan penataan kawasan bersejarah di kawasan perencanaan diarahkan pada hal-hal sebagai berikut:

 Menjaga dan melestarikan lingkungan kawasan serta kondisi sosial budaya masyarakat kutaringin

 Menjaga dan melestarikan pola tata lingkungan dan bangunan tradisional bersejarah khas kutaringin.

 Bangunan-bangunan kuno yang bernilai sejarah tidak boleh dirombak bentuk aslinya, tetapi jika perlu direnovasi maka harus tetap mempertahankan desain arsitektur aslinya

 Untuk menjaga nilai kesakralan kawasan bersejarah, maka tidak boleh ada tempat hiburan malam seperti diskotik, panti pijat, tempat karaoke, dan sejenisnya di sekitar kawasan urban heritage ini

 Pada setiap bangunan bersejarah harus memiliki papan informasi yang berisikan keterangan-keterangan asal-usul maupun desain bangunan yang diletakkan di depan bangunan dekat jalur pejalan kaki dengan ukuran dan jarak yang diatur secara proporsional agar mudah dilihat dari tepi jalan

 Di setiap koridor jalan pada kawasan urban heritage (Jalan Antasari, Diponegoro, dan Pakunegara perlu di lengkapi beberapa papan informasi dengan ukuran lebih besar dan tampak menonjol yang berisikan peta wisata sejarah, dan petunjuk arah untuk membantu para wisatawan

 Ketinggian pagar bangunan di sepanjang koridor maksimal 1,25 meter untuk menghindari kesan tertutup.

 Ruang-ruang terbuka hijau yang ada baik berupa kuburan, jalur hijau, taman maupun lapangan olah raga tetap dipertahankan.

 Setiap pembangunan blok-blok bangunan baru seperti pertokoan harus memperhatikan keserasian visual dengan bangunan kuno disekitarnya.

 Bangunan-bangunan yang ada di sekitar bangunan kuno/bersejarah (radius 100 meter) tidak boleh lebih tinggi ukurannya dibanding bangunan kuno/bersejarah tersebut

 Pada jalan utama lingkungan harus menempatkan hidrant-hidrant umum untuk pemadam kebakaran, terlebih-lebih pada kawasan padat perumahan seperti permukiman di tepi sungai Arut.

 Untuk menjaga keseimbangan tata air, maka setiap rumah dan setiap pembangunan rumah harus dilengkapi dengan sumur-sumur resapan.

 Setiap lingkungan permukiman penduduk harus dilengkapi oleh tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dijangkau oleh kendaran pengangkut sampah. Sedangkan untuk setiap rumah yang tidak memiliki tempat untuk mengolah sampah misalnya dengan cara dibakar harus menyediakan tong sampah.

3.2.2. Program Penataan Landscape

 Jenis dan penataan vegetasi diarahkan untuk mendukung kenyamanan pergerakan manusia dalam beraktivitas di lingkungan kawasan permukiman.

 Penataan vegetasi diarahkan jangan sampai menutup tampilan muka bangunan-bangunan penting/focal point atau landmark kawasan.

 Penataan vegetasi mengarah pada kombinasi pola transparan dan tertutup sesuai dengan konsep - konsep pengembangan taman yang dibuat.

 Pada titik-titik tertentu, penataan vegetasi juga harus bisa mendukung upaya pengembangan view-view potensial, sebagai titik-titik pengamatan bagi pengamat seperti view dari bukit Istana Kuning.

 Pemanfaatan vegetasi khas Kalimantan/tropis yang mempunyai karakter kuat, anggun, formal dan prestisius.

 Perletakan vegetasi diarahkan membentuk pola yang transparan, sehingga memungkinkan pengendara melakukan pengamatan terhadap bangunan dan reklame pada fasilitas perdagangan dan jasa.

 Jenis vegetasi merupakan jenis yang memberi keteduhan misalnya pohon beringin, pohon kenari, dan sejenisnya, sehingga mendukung kenyamanan pergerakan manusia antar bangunan dalam fasilitas perdagangan dan jasa.

 Perletakan vegetasi memungkinkan akses/bukaan ke lahan yang memadai, sehingga mampu mengakomodasikan kebutuhan pergerakan keluar-masuk dari dan ke dalam lahan.

3.2.3. Program Penataan Sistem Pergerakan

A.

Pengaturan Parkir

Keberadaan parkir sangat diperlukan di wilayah perencanaan karena sebagian besar wilayah perencanaan mempunyai fungsi pelayanan umum, yakni sebagai kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan. Gambar 3.3.

Pengaturan desain papan informasi keterangan bangunan bersejarah

Nama Bangunan/Judul Informasi Keterangan bagian-bagian bangunan

Tinggi Huruf min 10 cm agar jelas

Warna papan gelap atau natural agar selaras dengan warna-warna bangunan kuno

Tinggi papan sekitar 1,8-2,2 meter Keterangan sejarah bangunan

Konstruksi dari kayu atau beton dengan ketebalan min 5 cm agar tahan lama dan tak mudah rusak Peta lokasi

(6)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 6

Rencana parkir harus berorientasi terhadap kepentingan pejalan kaki, memudahkan pejalan kaki, memudahkan aksesibilitas dan tidak mengganggu sirkulasi kendaraan lain. Karena parkir itu mempunyai hubungan yang erat dengan jalur pedestrian. Besaran, distribusi dan perletakan fasilitas ini harus tidak mengganggu kegiatan bangunan dan lingkungannya dan disesuaikan dengan daya tampung lahan yang ada. Sistem perparkiran yang diusulkan pada wilayah perencanaan adalah :

Parkir pada jalur jalan (on-street parking)

Parkir on-street pada kawasan perencanaan tetap bisa dipertahankan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Pola parkir yang direncanakan mempunyai pola parkir yang sudut kemiringannya tetap 1800

dan diperlukan pengaturan arah hadap parkir kendaraan terutama kendaraan roda empat di koridor Jalan perencanaan.

Penempatan tempat parkir diusahakan 6 meter setelah dan sebelum tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra cross) yang telah ditentukan, atau sepanjang 6 meter sebelum dan sesudah tikungan tajam dengan radius kurang dari 500 m. Sesudah 6 meter sesudah dan sebelum hidran/kran pemadam kebakaran.

Parkir di Luar Jalur Jalan (off-street parking)

Sistem parkir di luar jalan (off-street parking) berupa parkir di halaman yang disediakan oleh masing-masing kapling. Sistem parkir ini tetap dipertahankan terutama pada kapling bangunan perkantoran dan fasilitas umum dan hanya perlu pengaturan sistem sirkulasinya agar tidak sampai menimbulkan kemacetan bila intensitas keluar masuk kendaraan cukup tinggi. Pada parkir halaman ini diusahakan untuk mengunakan perkerasan tertentu seperti paving blok agar tidak menganggu penyerapan air. Sistem parkir yang dipakai adalah dengan sudut 900

Tanaman pelindung dalam areal parkir dapat memakai tanaman yang sudah ada atau dengan menanam baru dengan membuat pulau-pulau tanaman diantara kendaraan yang parkir yaitu menggunakan ratio 4 kendaran : 1 pohon

Untuk kawasan perdagangan menggunakan sistem central parking untuk para pengunjung

Material parkir dari grass block yang mampu menyerap air dan meredam panas matahari

Pada tahun rencana (10 tahun yang akan datang) parkir tepi jalan diijinkan hanya pada sore dan malam hari berupa parkir pararel satu sisi jalan. Pada pagi hingga sore hari wilayah perencanaan dimasa mendatang sebaiknya dibebaskan dari parkir tepi jalan.

Untuk masa 10 tahun mendatang kebijakan parkir on-street dihapuskan secara bertahap sehingga persil-persil yang menimbulkan bangkitan kegiatan yang tinggi agar mengupayakan penyediaan tempat parkir sendiri jika tempat parkir yang sudah ada/disediakan sudah tidak dapat menampung beban.

Perlu disediakan elemen-elemen parkir seperti tanda masuk-keluar area parkir, batas-batas kendaraan parkir, penghijauan sebagai peneduh kendaraan dan juga untuk mengurangi polusi udara.

Dalam menyediakan kebutuhan tempat parkir harus ditentukan besaran standar kebutuhan parkir. Adapun

standar yang diusulkan adalah merujuk pada pengalaman empiris kota - kota lain, Luas tempat parkir 1 mobil = 25 m2 termasuk sirkulasi. Dari seluruh luas parkir, 30% disediakan untuk parkir sepeda motor,

dengan kebutuhan tempat parkir untuk 1 buah sepeda motor = 2,1 m2.

Untuk lebih jelasnya rencana parkir on-street di wilayah perencanaan dapat dilihat padagambar 3.4. Gambar 3.4

Pola Pengaturan Parkir

B.

Rencana Pedestrian

Pedestrian sebagai jalur pejalan kaki, keberadaannya tidak lepas dari seluruh sistem pergerakan dari masyarakat kota. Pedestrian juga dapat memberi karakter lingkungan dan ruang publik dengan rancangan yang menarik dan sesuai dengan fungsi kawasan dan bangunannya. Prinsip utama jalur pejalan kaki ini adalah tidak terganggu oleh sirkulasi kendaraan, yang dapat membahayakan kedua belah pihak.

Pedestrian sepanjang koridor wilayah perencanaan membentuk satu sistem pergerakan yang berkesinambungan, yang mampu merangsang terciptanya ruang gerak yang nyaman dan aman. Pedestrian juga dilengkapi dengan perabot jalan, elemen pengaruh serta fasilitas publik lainnya. Jalur pejalan kaki berupa pedestrian ways dengan elemen pelindung dan pengarah vegetasi yang keberadaannya di kanan-kiri jalan

Jalur pedestrian sebagai media penghubung suatu lokasi kegiatan dengan suatu lokasi kegiatan lainnya dengan keterikatan yang erat. Rencana pedestrian harus mampu merangsang terciptanya ruang yang layak digunakan dan memberikan pemandangan yang menarik. Selain itu, perencanaan pedestrian juga harus memberikan kenyamanan dan kemudahan pejalan kaki dalam bergerak dengan cukup terlindung dari lalu lintas kendaraan.

(7)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 7

Pedestrian yang terletak di koridor Jalan Pangeran Antasari, Koridor Jalan Pakunegara dan Koridor Jalan Pangeran Diponegoro ini juga harus bebas dari hambatan dan gangguan yang disebabkan oleh ruang yang sempit seperti adanya PKL maupun kondisi permukaan pedestrian yang naik turun terlalu tinggi.

Perletakan-perletakan elemen pedestrian harus berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki di samping memenuhi persyaratan kesinambungan, kejelasan, dan kenyamanan. Untuk menghindari ketidaknyamanan maka kendaraan dilarang masuk pada jalur pedestrian, kendaraan hanya boleh diparkir di luar jalur pedestrian.

Yang ditetapkan sebagai jalur pedestrian adalah semua jalur trotoar yang ada pada wilayah perencanaan di koridor Jalan Pangeran Antasari, Pakunegara dan Koridor Jalan Pangeran Diponegoro ini. Rencana pedestrian di wilayah perencanaan adalah sebagai berikut :

Pada ketiga koridor jalan, elemen pedestrian dapat dilengkapi dengan elemen-elemen yang dapat menimbulkan daya tarik dan kenyamanan seperti unsur estetika yang berupa pot-pot bunga secara kontinyu. Penempatan pot-pot bunga diusahakan tidak terlalu banyak mengambil lahan trotoar sehingga masih memberikan kenyamanan pejalan kaki menggunakan trotaoar.

Parkir kendaraan yang sering mengambil lahan trotoar, harus ditindak tegas dengan memarkir pada jalur-jalur parkir yang telah disediakan.

Material penutup jalur pedestrian adalah paving blok, sedangkan elemen-elemen street funiture yang dirancang untuk kenyamanan pejalan kaki adalah pohon peneduh, tempat sampah, lampu jalan dan papan informasi.

Pada setiap titik perpotongan dengan jalan atau akses ke bangunan maka jalur pedestrian tersebut memiliki

ramp (dibuat dengan kemiringan permukaan, bukan berupa step tangga) untuk memberikan kemudahan bagi pejalan kaki.

C.

Rencana Elemen Penyeberangan

Elemen penyeberangan berupa sarana penyeberangan zebra cross ditempatkan pada kawasan dengan arus lalu lintas yang tinggi. Konsep untuk zebra cross yaitu perbaikan kembali zebra cross yang sudah ada dengan pengecatan kembali garis-garis pada zebra cross yang telah memudar, sehingga keberadaannya dapat difungsikan secara optimal dan perlu adanya pemeliharaan untuk masa yang akan datang. Rata - rata ukuran lebar zebra cross ini berkisar antara 2 meter hingga 2,2 meter dengan panjang relatif mengikuti lebar jalan. Prinsip perancangannya adalah kemudahan, kenyamanan, bagi pejalan kaki untuk bergerak bersirkulasi mendapatkan prioritas yang utama. Elemen penyeberangan berupa zebra cross pada kondisi eksisting perlu direncanakan untuk kebutuhan 5 tahun mendatang.

D.

Rencana Shelter

Bentuk dan jenis shelter yang diusulkan adalah shelter yang beratap, shelter yang tidak beratap (tetapi

dibuat dibawah pepohonan yang rindang) dan berupa rambu-rambu saja.

Shelter diletakkan pada jalur pejalan kaki, dengan membuat perbedaan ketinggian lantai dengan satu atau dua trap yang membedakan shelter dan pedestrian yang dibuat memutari shelter tersebut. Dimungkinkan menggabung dengan boks telepon dalam satu bangunan, tetapi penempatannya dipisahkan secara fisik agar tidak saling mengganggu.

Posisi jalan dibuat masukan sedikit ± 2 meter kedalam shelter, sehingga sewaktu kendaraan angkutan kota menepi tidak menghambat sirkulasi kendaraan dibelakangnya.

Penempatanan shelter yang dilakukan dengan menggadakan sigi/survey terlebih dahulu lokasi-lokasi potensial tempat simpul distribusi pergerakan pejalan kaki yang akan melakukan perpindahan moda angkutan kota.

Bentuk dan tampilan shelter dirancang sedemikian sehingga tidak menutupi dan mendominasi bangunan dan lingkungan disekitarnya.

Bisa dimanfaatkan untuk memasang reklame yang dirancang sebagi bagian dari bangunan shelter, dengan proporsi maksimum 20% dari bidang tampak shelter.

Memisahkan secara fisik penempatan shelter dengan tempat sampah.

Memperjelas identitas shelter agar mudah dikenali, terutama pada tempat-tempat pemberhentian angkutan kota yang berupa rambu-rambu saja, antara lain dengan memisahkan secara jelas dengan trotoar, mebuat kemunduran pagar, ditanami dengan tanaman peneduh yang khas.

(8)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 8

3.2.4. Persyaratan Utilitas Lingkungan

Meliputi arahan penataan jaringan listrik, air bersih, telepon, saluran pematusan, dan sarana penanggulangan kebakaran.

1. Jaringan Listrik

Sesuai konsep yang telah dirumuskan penataan jaringan listrik diarahkan sebagai berikut: a. Memanfaatkan jaringan SUTM dan SUTR yang sudah ada.

b. Untuk mengatasi gangguan visual kabel udara, diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

 Pada tahap awal agar merapihkan jaringan kabel udara di sepanjang tepi jalan maupun yang menyeberangi jalan (antara lain penyeragaman posisi tiang, merapihkan kabel yang semrawut). Kabel udara yang menyeberangi jalan disyaratkan mempunyai tinggi minimum 5 meter di atas permukaan jalan.

 Dalam jangka panjang (10 tahun mendatang) koridor utama agar menggunakan kabel bawah tanah. Pertimbangannya adalah:

 Penggunan kabel tanah mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungannya yang utama adalah kehandalannya karena bias terhindar dari gangguan pohon, manusia dan lainnya; di samping aman

bagi makhluk hidup di sekitarnya. Sedang kerugiannya yang utama adalah biayanya mahal dan sulit mendeteksi lokasi gangguan.

 Di koridor utama terdapat bangunan-bangunan dengan overdek trotoar, yang mengakibatkan rentangan kabel menjadi tidak berjarak dengan bangunan, sehingga bisa membahayakan pemakai: terdapat deretan pepohonan yang rimbun, yang bisa membahayakan rentangsn kabel sehingga harus seringkali dipangkas.

 Untuk mempermudah pemeliharaan kabel bawah tanah bisa menggunakan shaft khusus agar tidak seringkali melakukan penggalian dan pengurugan yang mengganggu latu-lintas dan keindahan lingkungan. Untuk memulainya. sistem ini perlu dicobakan lebih dulu pada areal terbatas guna menguji efektifitamya. - Jaringan kabei tanah agar tidak ditempatkan pada deretan yang sama dengan jaringan air bersih.

2. Jaringan Air Bersih

Arahannya adalah sebagai berikut:

 Sistem jaringan air bersih di koridor perencanaan merujuk sepenuhnya pada sistem jaringan menurut rencana kota.

 Penempatan jaringan air bersih diupayakan agar tidak berada dalarn deretan yang sama dengan jaringan listrik dan telepon yang menggunakan jaringan kabel tanah, guna meminimalkan gangguan pada jaringan tersebut. Sehingga apabila suatu saat tejadi kebocoran pipa, maka kebocoran tersebut tidak akan membayakan atau mengganggu jaringan kabel tanah.

3. Jaringan Telepon

Usulan pengembangannya adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan jaringan telepon yang sudah ada.

b. Untuk mengatasi gangguan visual kabel udara. diusulkan penyelesaian sebagai berikut:

 Pada tahap awal, langkah yang bisa dilakukan adalah merapihkan jaringan kabel udara di sepanjang tepi jalan maupun yang menyeberangi jalan (antara lain penyeragaman posisi tiang merapihkan kabel yang semrawut).

 Selanjutnya adalah mengganti kabel udara yang telah habis masa pakainya, dengan kabel tanah yang pelaksanaanya disesuaikan dengan program Telkom. Salah satu keuntungan penggunaan kabel tanah adalah mendapatkan pandangan yang bersih dari segi keindahan.

 Untuk mempermudah pemeliharaan, bisa menggunakan shaft tersendiri atau digabungkan dengan kabel listrik yang dilengkapi manhole di beberapa tempat.

 Jaringan kabel tanah agar tidak ditempatkan pada deretan yang sama dengan jaringan air bersih. Gambar 3.5

(9)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 9

4. Saluran Drainase

Pembuatan saluran drainase harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Di dalam tiap-tiap pekarangan harus diadakan saluran-saluran pembuangan air hujan.

b. Saluran-saluran tersebut di atas harus cukup besar dan miring untuk dapat mengalirkan air hujan dengan baik. c. Air hujan yang jatuh di atas atap harus segera dapat disalurkan ke saluran di atas permukaan tanah dengan

pipa-pipa atau bahan lain dengan jarak antara sebesar-besarnya 25 meter.

d. Curahan air hujan yang langsung dari atas atap atau pipa talang bangunan tidak boleh jatuh keluar batas pekarangan dan harus dialirkan ke bak peresapan pada kaveling bangunan bersangkutan, dan selebihnya ke saluran umum kota.

e. Pemasangan dan perletakan pipa-pipa dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan mengurangi kekuatan dan tekanan bangunan.

f. Bagian-bagian pipa harus dicegah dari kemungkinan tersumbat kotoran.

g. Saluran-saluran selanjutnya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan PUBB-N.1.3. 5. Tempat Pembuangan Sampah

Pedoman penyediaannya adalah sebagai berikut:

a. Setiap pembangunan baru, perluasan suatu bangunan yang diperuntukkan sebagai tempat kediaman harus dilengkapi dengan tempat atau kotak atau lubang pembuangan sampah yang ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga kesehatan umum masyarakat sekitarnya terjamin.

b. Dalam hal lingkungan di daerah pertokoan yang mempunyai dinas pembersihan kota, kotak-kotak sampah yang tertutup disediakan sedemikian rupa sehingga petugas-petugas dinas tersebut dapat dengan rnudah melakukan tugasnya.

c. Penyediaan tempat sampah agar mempertimbangkan segi estetika dengan desain arsitektur lokal. d. Dalam peletakan tempat sampah perlu dipisahkan antara tempat sampah basah dan sampah kering 6. Sarana Penanggulangan Kebakaran

Penyediaan sarana penanggulangan kebakaran di koridor perencanaan diarahkan sebagai berikut: a. Melengkapi sarana penanggulangan kebakaran berlingkup lingkungan, tapak, maupun bangunan. b. Untuk yang berlingkup lingkungan:

 Lingkungan bangunan hacus mempunyai jalan lingkungan yang memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.1.

 Dalam lingkungan perumahan, sekolah, rumah sakit. dan perkantoran, tidak diperkenankan adanya bangunan-bangunan yang digunakan untuk usaha yang mempunyai potensi kebakaran, seperti bengkel, tempat las, penjualan bensin eceran, penjualan bahan kimia, tempat-tempat yang menggunakan tenaga uap air, gas bertekanan tinggi, dan generator listrik.

 Untuk lingkungan perumahan perlu dipertimbangkan kemungkinan. disediakan jalur evakuasi kebakaran atau jalur khusus yang memudahkan akses petugas pemadam kebakaran

 Lingkungan perumahan dan Lingkungan bangunan gedung harus dilengkapi hidran atau sumur gali atau reservdir kebakaran. Bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter dan jalan Lingkungan harus dilengkapi hidran tersendiri.

 Dalam jangka menengah (5 tahun) Perlu disediakan hidran/sumur kebakaran maksimum pada setiap jarak 500 meter; dan dalam jangka panjang (10 tahun) diupayakan penyediaan pada setiap jarak maksimum 200 meter. Hidran/sumur kebakaran ditempatkan di sekitar persimpangan jalan utama.

 Jalan-jalan Lingkungan di dalam blok harus kuat menahan beban berat mobil PMK (berat mobil pompa 14 ton, dan mobil tangga 20,155 ton).

c. Untuk yang berlingkup tapak atau persil:

 Dalam suatu Lingkungan bangunan, jarak bangunan yang bersebelahan dengan bukaan yang saling berhadapan harus memenuhi syarat jarak sebagaimana disebutkan

 Bangunan-bangunan atau kompleks bangunan yang luasnya lebih dari 8.000 m2 harus menyediakan hydran kebakaran di dalam tapak dan bangunannya.

 Pada bangunan menerus, dinding batas antar bangunan harus menembus atap dengan tinggi sekurang-kurangnya 0,5 meter dari permukaan atap

 Pada bangunan bertingkat, pada setiap lantai harus ada sekurang-kurangnya satu bukaan vertik.al pada dinding bagian luar bertanda khusus yang mudah dicapai oleh Unit Pemadam Kebakaran.

 Bangunan-bangunan bertingkat harus dilengkapi dengan tangga kebakaran.

 Jarak antara bangunan dengan mobil tangga maksimum 12 meter dan lebar jalan minimal 5 meter.

Tabel 3.1.

Syarat Lebar Jalan Lingkungan Untuk Mitigasi Kebakaran

Luas Blok

Lebar Minimum Perkerasan Jalan Searah Buntu Bolak-Balik Menerus Besar > 5 Ha sedang 4 m 3,5m 5 m

Sedang 1-5 Ha 3.5m 3.5m 4 m

Kecil < 1 Ha 3.5 m 3.5m 4 m

Sumber : Hasil Rencana

(10)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 10

Program perencanaan mengenai pengaturan keselamatan bangunan meliputi perencanaan struktur bagi tanah untuk bangunan, bahan bangunan, konstruksi atap, dinding. lantai, kolom dan pondasi.

1. Tanah untuk Bangunan

a. Setiap badan atau perorangan yang melaksanakan pekerjaan pembangunan penting atau berat, sebelumnya harus mengadakan penyelidikan tanah untuk memastikan kekokohan landasan dari bangunan.

b. Tanah landasan bangunan harus dipadatkan sebelum mendirikan bangunan. 2. Konstruksi Atap

a. Syarat-syarat umum konstruksi atap ditetapkan sebagai berikut:

 Konstruksi atap harus didasarkan atas perhitungan- perhitungan yang dilakukan secara ilmiah.

 Kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup yang akan digunakan, sehingga tidak mengakibatkan kebocoran.

 Bidang atap sebaiknya mengadopsi bentuk atap mahkota dengan list bersilang pada bagian ujungnya yang merupakan bentuk khas arsitektur wilayah kutaringin

 Untuk konstruksi atap yang sederhana, atas pertimbangan Pengawas Bangunan tidak diperlukan adanya perhitungan.

b. Konstruksi atap kayu harus memenuhi syarat-syarat:

a) Bahan dan tegangan-tegangan harus memenuhi ketentuan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI-N.I.5).

b) Ukuran kayu yang digunakan harus disesuaikan dengan ukuran yang dinormalisasikan. c) Untuk ketentuan yang tidak diatur dalam PKKI-N.I.5 berlaku ketentuan PUBB-N.I.3. c. Konstruksi atap beton bertulang harus memenuhi syarat-syarat:

 Bahan dan tegangan-tegangan harus memenuhi ketentuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBl-N.t.2).

 Untuk ketentuan yang tidak tercantum dalam PBI-N.I.2, berlaku ketentuan PUBB-N.I.3. d. Konstruksi atap baja harus memenuhi syarat-syarat:

 Bahan dan tegangan-tegangan harus memenuhi ketentuan konstruksi atap baja.

 Untuk sambungan digunakan baut-baut, paku keling atau las, yang masing-masing harus memenuhi ketentuan.

 Sudut-sudut pelat pertemuan sekurang-kurangnya 2 mm di dalam batang-batang profil.

 Untuk batang-batang dengan profit rangkap harus diadakan kopeling batang tekan maupun tarik.

 Pada satu baris jumlah paku keling sebanyak-banyaknya 6 buah. 3. Dinding-dinding

Syarat umum yang harus dipenuhi untuk pembuatan dinding:

 Dinding harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memikul berat sendiri, tekanan angin, dan bila merupakan dinding pemikul harus dapat memikul beban di atasnya.

 Dinding di bawah. permukaan tanah harus dibuat sedemikian rupa sehingga kedap air.

 Dinding-dinding kamar mandi dan WC, tinggi sekurang- kurangnya 1.50 meter di atas muka lantai harus kedap air.

 Dinding-dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan kedap air sekurang-kurangnya 15 cm di bawah permukan lapisan tanah lembab sampai 20 cm di atas lantai tersebut.

 Pengawas Bangunan dapat memberikan ijin untuk menggunakan suatu lapisan tanah Iembab dengan susunan lain.

 Adukan perekat yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Pengawas Bangunan.  Di atas lubang dengan panjang horisontal lebih dari 1 meter dalam dinding, harus diberi balok lantai dari

beton bertulang, baja atau kayu awet. 4. Lantai

Lantai harus cukup kuat dan mampu menahan beban yang akan timbul dan harus diperhatikan kelenturannya. a. Syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi untuk membuat lantai:

 Lantai kayu:

(1). Lantai-lantai kayu yang merupakan lantai yang tidak dapat dijamin kerapatannya harus sekurang-kurangnya 60 cm di atas tanah dan di bawahnya udara harus dapat mengalir dengan baik.

(2). Dalam hal menggunakan papan lantai tebal 2 cm, jarak antara anak-anak baloknya tidak boleh lebih dari 0,75 m.

(3). Balok-balok yang masuk ke dalam pasangan tembok harus dimeni lebih dahulu.  Lantai beton, lantai beton bertulang:

 Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan PBI-N.1.2.

 Untuk lantai beton harus memenuhi ketentuan PUBB-N.1.3.

 Lantai beton sekunder yang ditahan langsung di atas tanah harus diberi lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurang-kurangnya 5 cm.

 Di dalam plat-plat lantai beton bertulang yang lebih tebal dari 25 cm harus digunakan tulang rangkap kecuali pada plat-plat kolom.

 Lantai baja:

(1). Bahan-bahan yang digunakan harus memenuhi ketentuan PUBB-N.1.3.

(2). Tebal plat harus sedemikian rupa sehingga pelenturannya tidak terlalu besar.

(3). Sambungan-sambungan harus rapat betul dan bagian-bagian yang tertutup harus dimeni atau dilebur dengan bahan-bahan lain untuk mencegah tirnbulnya karatan.

(11)

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL)

URBAN HERITAGE KOTA PANGKALAN BUN

III - 11

a. Pembuatan kolom-kolom harus cukup kuat untuk menahan berat sendiri, gaya-gaya dan macam-macam yang diakibatkan oleh konstruksi yang dipikul.

b. Syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi untuk pembuatan kolom:

 Kolom kayu:

(1). Pada umumnya harus memenuhi ketentuan PKKI-N.1.5. dan PUBV-N.1.3.

(2). Penyimpangan dari ketentuan-ketentuan tersebut dapat dilakukan atas pertimbangan Pengawas Bangunan.

 Kolom-kolom pasangan batu:

(1). Batu-batunya harus memenuhi ketentuan PUBB-N.I.3.

(2). Adukan-adukan pasangan yang digunakan sekurang-kurangnya mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan 1 kapur: 1 semen : 3 pasir.

(3). Selanjutnya berlaku ketentuan-ketentuan PUBB-N.1.3.

 Kolom-kolom beton bertulang:

(1). Kolom-kolom beton bertulang yang dicor setempat sekurang-kurangnya harus mempunyai tebal 15 cm.

(2). Untuk kolom pengaku tebalnya dapat menyimpang dari ketentuan di atas sesuai pertimbangan Pengawas Bangunan.

(3). Kolom beton bertulang harus mempunyai 4 tulangan membujur, masing-masing satu di tepi sudut. (4). Selanjutnya harus memenuhi ketentuan PBI-N.I.2.

6. Pondasi

a. Persyaratan umum untuk membuat pondasi suatu bangunan;

 Pondasi bangunan harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban berguna dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain.

 Pondasi bangunan tidak boleh turun setempat.

 Pondasi bangunan tidak boleh turun merata lebih dari yang telah ditentukan oleh masing-masing jenis bangunan.

 Macam-macam pondasi ditentukan oleh beratnya bangunan dan kedaaan tanah bangunan.

 Dalam hal kemiringan tanah bangunan lebih besar dari 10%, maka pondasi bangunan harus dibuat rata atau merupakan tangga dengan bagian atas dan bawah pondasi yang datar.

 Dalamnya pcndasi ditentukan oleh dalamnya tanah padat dengan daya dukung yang cukup kuat. b. Persyaratan pembuatan pondasi langsung:

Kedalaman pondasi harus sedemikian rupa sehingga terletak di atas tanah padat dengan daya dukung yang cukup kuat dan di bawah lapisan tanah yang masih dipengeruhi oleh iklim, antara lain susut muainya.

Pondasi dapat dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.

Pondasi dinding dibuat sekurang-kurangnya 5 cm lebih tebal dari tebal dindingnya. Selanjutnya pondasi harus memenuhi ketentuan-ketentuan PUB3-N.1.3 dan PBI-N.1.2. c. Persyaratan pembuatan pondasi tiang:

 Pada lapisan tanah dengan daya-dukung yang terletak jauh di bawah permukaan tanah, maka digunakan pondasi tiang.

 Tiang-tiang pondasi bisa dari kayu, beton bertulang, baja atau beton pratekan.

 Tiang-tiang dari beton bertulang. beton pratekan yang dibuat dahulu harus cukup kuat untuk diangkat dan dikerjakan.

 Panjangnya tiang tidak boler; melebihi 45 kali diameternya.

 Dalam hal digunakan tiang-tiang baja, harus diadakan peresapan untuk mencegah kemungkinan timbulnya karatan.

7. Bahan/material Bangunan

Persyaratannya adalah sebagai berikut:

a. Bahan-bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Urnum untuk pemeriksanaan bahan bangunan (PUBB-N.1.3), Peraturan Beton Bertulang untuk Indonesia (PBB- N.I.2) dan sebagainya.

b. Persyaratan-persyaratan sebagaimana dimaksud di dalam butir (a) harus dicantumkan secara lengkap di dalam dokumen perencanaan.

Gambar

Gambar 3.2.  Pengaturan Elevasi Lantai Bangunan Gambar 3.1.  Pengaturan Elemen Pagar
Gambar 3.4  Pola Pengaturan Parkir
Gambar 3.5  Rencana Shelter/Halte

Referensi

Dokumen terkait

dan sejak tahun ini pula nama MII (Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah) Baros diganti nama menjadi MI NU (Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama) Baros memakai nama MI

Tujuan Tugas Tujuan tugas adalah agar mahasiswa mampu:menjawab pertanyaan tentang materi pada isi bacaan, mengerti kelas kata dari kosakata bacaan dan menjawab soal-soal

Target terapi hipertensi emergency sampai tekanan darah diastolic kurang lebih 110 mmHg atau berkurangnya mean arterial blood pressure 25% (pada stroke penurunan hanya boleh 20%

Rencana Anggaran Biaya (RAB) Sekolah Dasar Kelas Jauh Rekap RAB, Daftar Harga Satuan Upah Bahan Dan Alat, RAB Rencana Anggaran Biaya (RAB) Sekolah Dasar Kelas Jauh Rekap RAB,

Untuk itu dibuat sebuah media yang mampu memberikan informasi dan hiburan kepada anak-anak tentang sejarah kepahlawanan Kapitan Pattimura ini, dengan demikian

Menurut statusnya, jalan dikelompokkan menjadi jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. 1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam

Berikut adalah isi pembicaraan sekaligus urutan Marhata Sinamot yang umum dilakukan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi

• mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.. • konsistensi antara nilai