• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Dengan Metode Diskusi Kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran Dengan Metode Diskusi Kelas"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN DENGAN METODE DISKUSI KELAS

Nurul Afiefah

STAIN Jurai Siwo Metro

Email:

afiefah2278@yahoo.com

Abstract

In the democratic education today , the method of discussion

gets considerable attention because it is more importance in

stimulate the students to think and express opinions and ideas freely

and independently.

Discussion method is a method of teaching that is closely

associated with learning to solve problems . Application students

were given the task to solve a problem by working with the group , or

discussed together. Objectives to be achieved in the method of

discussion include: the student can think democratically, can

appreciate the difference, to train students to think with deep

reflection, and train them to be responsible for his opinion.

The variety discussion models are: a whole group, buzz

groups, panels, syndicate groups, brainstorming groups, symposia,

colloqium, informal debate and fish bowl . All of discussion models is

hope give the learning to the students that many alternatives to

solving the problems. Perhaps from the others opinions can be found

the best solution to solve the problems.

Keywords : teaching, discussion method, solving a problem.

A. Pendahuluan

Adalah fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia selalu dan pasti akan memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Demikian juga dalam kehidupan bermasyarakat, banyak masalah-masalah yang komplek yang harus dihadapi. Sedemikian kompleknya masalah yang ada, sehingga hampir tidak mungkin untuk dipecahkan dengan satu jawaban saja, melainkan membutuhkan berbagai pengetahuan untuk memecahkan masalah tersebut.

(2)

Salah satu cara untuk memecahkan masalah adalah dengan cara bermusyawarah untuk mencapai satu mufakat. Banyak hal yang dapat kita pelajari dalam musyawarah. Antara lain musyawarah mengajarkan pada kita bagaimana menghargai pendapat orang lain, bagaimana kita harus menjauhkan sikap egois dan menang sendiri. Oleh karenanya perlu diajarkan sejak dini cara bermusyawarah pada anak-anak kita. Hal itu dimaksudkan agar kelak ketika ia tumbuh dewasa dan dituntut untuk bisa bersosial ia mampu mejawab berbagai masalah yang mungkin akan timbul di lingkungan masyarakatnya.

Aplikasi bermusyawarah di sekolah salah satunya diajarkan dalam pembelajaran melaui metode diskusi. Metode diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan permasalahan, dalam berdiskusi siswa juga dilatih untuk bersikap lapang dada dalam menghadapi perbedaan pendapat.

B. Kajian Teori

Pembelajaran dengan metode diskusi kelas adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu masalah.1

Metode ini lazim disebut diskusi kelompok (group discussion). Dalam metode diskusi menghasilkan keterlibatan siswa kerena meminta untuk menafsirkan pelajaran. Sehingga dapat diartikan pengetahuan yang mereka miliki bersumber dari fikiran mereka sendiri. Siswa dan guru tidak hanya sekedar tanya jawab, melainkan seluruh kelas berusaha untuk mencapai suatu pengertian dalam suatu bidang, memperoleh pemecahan bagi suatu masalah, menjelaskan sebuah ide atau menetukan tindakan yang akan diambil.

Aplikasi metode ini biasanya melibatkan seluruh siswa yang diatur dalam bentuk-bentuk kelompok. Kemudian tiap kelompok tersebut diberi tugas untuk meyelesaikan masalah, hingga pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan. Tujuan yang ingin dicapai dalam metode diskusi antara lain : siswa dapat berfikir demokratis, bisa menghargai perbedaan, melatih siswa untuk berfikir dengan renungan yang dalam, serta

1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses

(3)

melatih mereka untuk bersikap bertanggung jawab atas pendapatnya.

Selama jalannya diskusi pemimpin akan memakai pertanyaan dan komentar untuk memusatkan perhatian pada pokok permaslahan sehingga diskusi dapat berjalan terus. Menurut Muhibbin Syah, kemungkinan timbulnya banyak alternatif jawaban tidak perlu dipersoalkan. Dalam hal ini seorang guru atau siswa sebagai pemimpin diskusi jika perlu dapat bermusyawarah dengan para peserta diskusi untuk menentukan pilihan jawaban yang paling mendekati kebenaran atau yang sekiranya tepat untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.2

Dalam proses pembelajaran di Perguruan Tinggi, menurut pengamatan Made Pidarta (1990) sebagian besar diskusi bersifat diskusi kelas dengan proses yang tidak pernah formal.3 Metode

diskusi biasanya muncul secara spontan untuk menyambung metode lain. Begitu juga hasilnya tidak pernah dilaporkan secara resmi oleh ketua diskusi. Dosen cukup mendengarkan jawaban salah seorang mahasiswa atau mendengarkan secara umum percakapan selama proses diskusi. Disni yang menjadi titik poin bagi dosen adalah proses diskusi itu sendiri, yaitu bagaimana mendidik mahasiswa untuk saling bertukar fikiran secara ilmiah, berfikir secara kritis, dan berusaha mendalami materi kuliah secara bersama-sama.

Dalam berdiskusi tidak dibenarkan adanya kritik terhadap pendapat (baik pendapat pribadi maupun pendapat orang lain). Dengan demikian siswa dapat mengeluarkan pendapat mereka tanpa merasa takut bersalah. Siswa diberi kebebasan mengeluarkan ide-ide dan semua imajinasi dalam alam fikiran mereka. Masing-masing individu bebas mengeluarkan saran, bahkan bisa jadi pendapat yang diangggap lucu dan sekedarnya bisa memunculkan ide-ide cemerlang sebagai jalan keluar memcahkan maslah yang dihadapi.

2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan denga Pendekatan Baru

(Bandung : Remaja Rosydakarya, 2004), 205.

3 Made Pidarta, Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju(Jakarta: Bumi Aksara, 1990), 60.

(4)

C. Peran Guru Dalam Metode Diskusi

Peran guru dalam metode diskusi adalah mempersiapkan bahan yang akan disiskusikan, kemudian menentukan jenis diskusi yang akan diterapkan, apakah diskusi kelas ataukah diskusi kelompok. Peran guru sebagai pemimpin yang demokratis, menjadi penilai dan terkadang mengajukan komentar terhadap pendapat anggota diskusi, disamping itu guru bisa juga mengajukan pendapatnya sendiri sebagai anggota diskusi. Guru memberi kesempatan kepada anggota diskusi untuk berfikir, menyampaikan pendapat, berargumentasi dan mengeluarkan idenya. Guru dituntut untuk bisa mengkoordinasi bagaimana proses diskusi dapat berlajan dengan semarak.4

Terkadang guru mengulangi atau meringkas apa yang telah dibicarakan untuk menjadi suatu kesimpulan. Gurulah yang menentukan suasana selama proses diskusi. Guru dituntut untuk mengambil sikap ketika proses diskusi berlajan lambat, atau guru harus bisa membatasi anggota yang terlalu banyak berbicara juga mereka yang ragu-ragu dalam mengeluarkan pendapat.

Jadi peran seorang guru dalam berdiskusi dapat diklasifikasikan bahwa guru harus bisa mengatur kondisi agar setiap siswa dapat :

1. Mengeluarkan gagasan dan pendapatnya secara langsung 2. Mendengarkan pendapat orang lain

3. Harus saling memberi respon

4. Dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting

5. Dapat mengembangkan pengetahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi.

D. Model-Model Diskusi

Dari beberapa buku yang penulis baca tersimpul bahwa secara umum ada dua model metode diskusi yang biasa diterapkan dalam proses pembelajaran, pertama adalah diskusi kelompok atau yang dikenal dengan diskusi kelas (group discussion). Metode diskusi ini biasanya dipimpin oleh guru dan diikuti seluruh anggota kelas, peran guru disini sebagai

(5)

pemimpin sekaligus moderator yang mengatur jalannya diskusi.

Kedua adalah diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setipa kelompok terdiri dari 3-6 orang. Proses diskusi ini dimulai dengan guru yang menyajikan masalah dan beberapa submasalah, maka tugas kelompok kecil ini adalah menyelesaikan submasalah yang disampaikan oleh guru, dan diakhiri dengan laporan hasil diskusi kecil.5

Adapun secara terperinci ada beberapa model diskusi yang penulis dapat jabarkan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Whole group

Pada model ini kelas merupakan satu kelompok diskusi, proses pemecahan masalah dilakukan oleh seluruh anggota kelas. Aplikasi diskusi model ini seluruh siswa duduk dalam satu formasi setengah lingkaran atau berbentuk letter “U” dan salah satu peserta dipilih untuk menjadi fasilitator atau moderator. Diskusi model ini biasanya membicarakan topik tertentu dengan moderator sebagai pemandunya. Fasilitaror atau moderator bertugas untuk mengelola dan mengemukakan permaslahan, membuat bagaimana permasalahan yang diajukan menjadi menarik untuk dibahas, menciptakan suasana informal dan membantu peserta mengemukakan pendapat.

Whole group yang ideal apabila jumlah peserta tidak lebih dari 20 orang.

Prosedur yang dilakukan dalam model diskusi ini adalah : 1) Guru membagi tugas sebagai pelaksana diskusi (moderator,

penulis)

2) Sumber masalah ( guru,siswa, atau ahli tertentu yang didatangkan dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit.

3) Siswa diberi kesempatan menanggapi permaslahan setelah mendaftar ke moderator

4) Sumber masalah memberi tanggapan dan 5) Moderator menyimpulkan hasil diskusi.6

2. Buzz Group

5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, 154. 6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran,. 155.

(6)

Diskusi model ini pertama kali diterapkan oleh J.D Phillips atau yang dikenal dengan “66 tehnik Phillips”. Aplikasinya satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (2-3 orang). Ruangan kelas diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat saling berhadapan dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi ini diadakan di tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.7

Hasil belajar yang diharapkan dari diskusi model ini ialah, agar masing-masing individu bisa membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interprestasi dan informasi yang diperoleh masing-masing. Dengan demikian masing-masing individu dapat memperbaiki pengertian, persepsi, informasi dan interprestasi sehingga dapat dihindari adanya beberapa kekeliruan.

3. Panel

Diskusi panel adalah model diskusi yang membahas satu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis ( biasanya 3-6 orang) yang dipimpin oleh seorang moderator. Aplikasinya peserta diskusi duduk dalan susunan semi melingkar membahas satu objek masalah dipimpin oleh moderator. Diskusi panel dapat dilakukan secara langsung, dalam hal ini panelis berhadapan langsung dengan audiance, maupun tidak langsung ( misalnya diskusi panel di televisi).

Pada diskusi panel murni, audience hanya meninjau para panelis yang sedang berdiskusi. Audience tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya, ia hanya sebagai penyimak dan pendengar para panelis yang telibat dalam berdiskusi. Oleh sebab itu, akan lebih efektif jika diskusi panel dikolaborasikan dengan metode lainnya. Sebagai contoh siswa diberi tugas untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi panel yang telah diikutinya.

Aturan dan tata tertib yang dipakai dalam diskusi panel jelas, ketat dan rapi, seperti halnya diskusi formal. Agenda masalah dalam diskusi ini biasanya lebih luas dan terkadang

7 Jj. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung : Remaja

(7)

merupakan akumulasi agenda yang sebelumnya telah didiskusikan pada forum diskusi lain.8

Kelebihan dan kelemahan diskusi ini adalah : Kelebihan :

a. Memberikan kesempatan pada audience untuk mengikuti berbagai pandangan sekaligus.

b. Semakin sengit pro kontra pandangan dalam diskusi, semakin menarik bagi audience.

c. Para panelis biasanya akan berhati-hati dalam mengemukakan pendapatnya, karena dapat langsung digugat atau dibantah.

Kelemahan :

a. Diskusi akan membosankan jika para panelis takut untuk mengungkapkan pendapatnya, karena sungkan jika terjadi perbedaan pendapat.

b. Diskusi akan tidak seimbang jika salah satu panelis terlalu mendominasi jalannya diskusi.

c. Diskusi akan tidak seimbang jika ada salah satu panelis yang lebih tangkas dalam menyampaikan pandangannya.

d. Moderator harus mampu mengatasi ketidak seimbangan dalam diskusi, dengan cara menghentikan atau membatasi waktu yang sama bagi panelis dalam mengungkapakan pendapatnya.

4. Syndicate Group

Diskusi model syndicate group adalah metode diskusi dengan cara suatu kelompok besar (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan anggota tidak lebih dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil tersebut melakukan diskusi tertentu, dan tugas ini bersifat sementara. Sedangkan guru memberikan penjelasan secara umum dan garis besar permasalahan; guru menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok kecil (syndicate) diberi tugas mendiskukan (mempelajari suatu praktek tertentu) yang berbeda dengan kelompok kecil lainnya. Jika memungkinkan guru menyediakan referensi atau sumber-sumber bahan lainnya.9

8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 206.

(8)

Setelah masing-masing syndicate berdiskusi sehingga menghasilkan kesimpulan, guru meminta kepada ketua (pemimpin) syndicate untuk melaporkan hasil diskusinya masing-masing pada sidang pleno untuk dibahas

5. Brainstorming Group

Metode curah pendapat (brainstorming group) dalam suatu bentuk diskusi adalah untuk menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan dan pengalaman dari semua siswa. Pemberi nama diskusi model ini adalah Alexander Osborn.10

Berbeda dengan diskusi biasa, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi atau tidak disepakati) oleh peserta lain. Pada penggunaan brainstorming group pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Karena tujuan dari brainstorming group adalah untuk membuat kompilasi pendapat, informasi, pengalaman peserta yang sama dan berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan untuk menjadi pembelajaran bersama.

Hasil belajar yang diharapkan dalam brainstorming group

adalah agar siswa dapat belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa percaya diri dalam mengembangkan ide-ide yang dikemukakan yang dianggap benar.

6. Symposium

Symposium merupakan suatu pembahasan masalah yang

bersifat lebih formal. Beberapa orang (sedikitnya 2 orang) membahas tentang suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian.11 Dimulai oleh penyaji

yang memaparkan suatu permasalahan dihadapan peserta

symposium secara singkat (5-20 menit), setelah itu para peserta

symposium diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan

ataupun sanggahan terhadap masalah yang dipaparkan dipandu oleh seorang moderator. Symposium diakhiri dengan membacakan kesimpulan hasil kinerja tim perumus yang telah

10 Pendiri perusahaan periklanan Batten, Barten, Durstine dan Osborn. 11 Biasanya masalah yang dibicarakan mengandung kontroversi atau

pertentangan pendapat. Tokoh-tokoh yang berbeda pendapat memberikan keterangan dari berbagai sudut pandang atas masalah tersebut. Nasution , Diktatik

(9)

ditentukan sebelumnya. Tujuan adanya symposium ini adalah memberikan wawasan yang luas terhadap siswa.

7. Colloqium

Colloqium adalah strategi diskusi yang dilakukan dengan melibatkan satu atau beberapa narasumber (manusia sumber) yang berusaha menjawab pertanyaan audience. Audience

menginterview narasumber selanjutnya para peserta (audience) lain diminta untuk memberikan pertanyaan lain hingga diperoleh informasi dari tangan pertama.

Biasanya topik yang menjadi pembahasan dalam colloqium

adalah topik baru yang sedang hangat dibicarakan, baik dimedia elektronik maupun media massa. Dengan menghadirkan manusia sumber diharapkan tujuan colloqium

tercapai yaitu untuk mendapatkan informasi dari tangan pertama.

8. Informal Debate

Salah satu kegiatan mengajar interaktif yang terkesan dan menarik, guna untuk meningkatkan partisipan kelas serta untuk memunculkan ide-ide baru dari siswa adalah perdebatan. Informal debate dipaparkan sebagai alat yang mendorong siswa untuk berfikir kritis tentang isu atau masalah yang disajikan di kelas dan memungkinkan untuk didikusikan. Dengan demikian kegiatan ini dapat difasilitasi secara spontan di kelas untuk membahas materi pelajaran.

Pelaksanaan informal debate di kelas adalah sebagai berikut, kelas dibagi menjadi dua tim yang sama besarnya untuk mendiskusikan suatu masalah yang sesuai untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan formal. Kemudian guru memberikan dua permasalahan yang sama kepada kedua tim dan memberi tugas kepada mereka sebagai tim “pro” dan “kontra”. Masalah yang diperdebatkan hendaknya bersifat problematis bukan aktual.

Adapun langkah-langkah dalam diskusi informal adalah sebagai berikut :

1) Menyampaikan problema 2) Mengumpulkan data-data 3) Mencari alternatif penyelesaian

4) Memilih cara penyelesaian yang terbaik

Informal debate diterapkan pada proses pembelajaran dengan tujuan melatih siswa agar bisa menghargai pendapat orang lain,

(10)

terbiasa mengeluarkan pendapat, mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah.

9. Fish Bowl

Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap ke peserta diskusi. Dinamakan fish bowl karena kelompok pendengar mengelilingi kelompok diskusi, sehingga seolah-olah peserta melihat ikan dalam mangkok.

Aplikasi diskusi model fish bowl adalah para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok, salah satu kelompok disebut “kelompok dalam” mendiskusikan suatu masalah tertentu, dan “kelompok luar” (kelompok lainnya) sebagai pendengar. Jika kelompok luar (pendengar ingin menyumbangkan gagasannya maka ia duduk di kursi kosong yang telah disediakan. Setelah boleh berbicara. Setelah selesai berbicara maka ia kembali lagi ke posisi semula.12 Sebagai contoh, kelompok dalam merupakan

panitia pengarah (OC) sedangkan kelompok luar adalah panitia pelaksana (SC) yang tugasnya mendengarkan, menganalisa serta menterjemahkan apa yang dibahas, didiskusikan dan dibicarakan menjadi suatu tindakan nyata.

E. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi

Ada beberapa kelebihan metode diskusi manakala diterapkan pada kegiatan pembelajaran, antara lain :

1. Menumbuhkan sikap ilmiyah dan jiwa demokratis, karena: a. Mendorong siswa untuk berpartisipasi serta memiliki rasa

percaya diri untuk mengemukakan pendapat.

b. Membiasakan siswa untuk menghargai perbedaan pendapat serta mendapat dudkungan dan sanggahan atas pendapatnya.

2. Tergalinya gagasan-gagasan baru yang memperkaya dan memperluas pemahaman siswa terhadap materi yang akan dibahas.

3. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar fikiran dalam menyelesaikan setiap masalah.

(11)

4. Membina perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan atau keputusan yang akan atau telah diambil.

Selain beberapa kelebihan di atas adabeberapa kelemahan metode diskusi, antara lain :

1. Tidak semua topik pembelajaran dapat dijadikan metode diskusi, hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

2. Memerlukan waktu yang panjang, terkadang tidak sesuai dengn yang direncanakan.

3. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi, sehingga bisa jadi kesimpulan yang diambil menjadi kabur.

4. Biasanya tidak semua siswa berani mengeluarkan pendapat, sehingga bisa saja waktu diskusi terbuang sia-sia karena menunggu pensiswa mengeluarkan pendapat.

5. Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani dan telah terbiasa berbicara. Siswa yang pendiam dan pemalu tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.

6. Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan anatar kelompok atau menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu dari kelompok lain.13

F. Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi

Agar pelaksanaan diskusi berjalan efektif, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut ini :

1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan. perlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Bisa juga pokok masalah yang akan dididskusikan ditentukan bersama oleh guru dan siswa. Dalam hal ini guru harus merumuskan dengan jelas masalah yang akan dibahas sehingga dapat difahami dengan baik oleh siswa.

2. Guru mengatur pembagian kelompok, memilih pemimpin diskusi, mengatur tempat duduk, ruangan dan peralatan pendukung lainnya.

13 Abdorrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajara

(12)

3. Menentukan jenis-jenis didkusi yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.14

4. Selama diskusi berlangsung, guru memperhatikan apakan jalannya diskusi sesuai yang diharapkan. Hal ini bisa terlihat dari partisipasi siswa, fokus pembicaraan, ketertiban diskusi, peran pemimpin, pemanfaatan wakatu dan hasil yang ingin dicapai.

5. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.

6. Mereview jalnnya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh pesertasebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.15

E. KESIMPULAN

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat kaitannya dengan belajar memcahkan masalah. Aplikasinya siswa diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah dengan cara bekerjasama dengan kelompoknya, atau didiskusikan bersama.

Tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi antara lain : siswa daat berfikir sikap demokratis, bisa menghargai perbedaan, dan melatih siswa untuk berfikir dengan renungan yang dalam, serta melatih mereka untuk bersikap bertanggung jawab atas pendapatnya.

Berbagai model diskusi yang didapat dilaksanakan oleh siswa anatara lain, whole group, buzz group, panel, syndicate group, brainstorming group, symposium, colloqium, informal debate dan fish

bowl. Model-model diskusi tersebut dapat memberikan

pembelajaran kepada siswa bahwa banyak alternatif yang bisa dipilih dalam menyelesaikan masalah.

14 Jika tujuan utama diskusi untuk menambah wawasan siswa tentang

suatu persoalan maka bisa menggunakan diskusi panel. Atau jika tujuannya untuk mengembangkan ide-ide siswa bisa menggunakan symposium, dsb...

15 Abdorrahman Ginting, eselajar memecahkan masalah. ensi Praktik

belajar dan Pembelajaran, 52-53. JJ Hasibuan , Proses Belajar Mengajar, 23, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, 156-157.

(13)

DAFTAR PUSTKA

Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2005.

Ginting, Abdurrahman. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Humanoria, 2008.

Hasibuan, JJ. Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosydakarya, 1995.

Lipton, Laura, Hubble, Deborah. More than 50 Ways to Learner Centered Lirerary. Terj. Raisul Muttaqien. Sky Light, USA, 1997.

Rosyada, Dede. Paradigma Pendidikan Demokratis, Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelengaraan Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2008.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana, 2008.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosydakarya, 2004.

Uno, Hamzah. Model Pembelajaran : Menciptakan Proses belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara, 2008.

Pidarta, Made. Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju. Jakarta : Bumi Akasara, 1990.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berusaha mencari jawaban ritel mana yang menawarkan harga paling murah dan menganalisis bagaimana perbandingan harga murah pada produk sabun mandi cair di

Penalaran yang dilakukan sudah mengarah dengan tepat dan dari empat indikator penalaran sudah hampir semuanya terpenuhi, (3) Siswa kelas X-A di MA Darul Huda dengan gaya

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Jl. kutipan buku Image Of The City secara umum ialah kota harus mempunyai ciri khas dari sebuah kota. Dikarenakan kota

membatasi jenis-jenis tanaman yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah jenis tanaman yang hampir seluruhnya dapat ditemui di dalam dusung di Desa

Citra tempat tujuan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai.. yang

Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual

Hal ini dapat membuktikan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa Motivasi kerja berpengaruh terhadap Kinerja karyawan PT.. KAN dapat

penelitian berjumlah 32 pasien usia 6-8 tahun yang akan menjalani penambalan gigi di Puskesmas Pembina Palembang yang dibagi menjadi dua kelompok, 16 anak pada