• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil di luar nikah : studi kasus pernikahan di Kabupaten Kendal tahun 2013-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan wali nikah anak hasil kawin hamil di luar nikah : studi kasus pernikahan di Kabupaten Kendal tahun 2013-2015"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

Tahun 2013 – 2015)

TESIS

Dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan untuk Memperoleh gelar Magister Studi Islam

Oleh :

ADIB MUHLASIN NIM : 135112018

PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG

TAHUN 2016

(2)

ii

PASCASARJANA

Jl. Walisongo 3-5, Semarang. Telp/Fak: 024-7614454

PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan telah menyetujui tesis mahasiswa:

Nama : Adib Muhlasin

NIM : 135112018

Program Studi : Studi Islam

Konsentrasi : Hukum Islam

Judul : Penentuan Wali Nikah Anak Hasil dari Kawin

Hamil di Luar Nikah Studi Kasus di Kabupaten Kendal Tahun 2013- 2015

Untuk diujikan dalam Ujian Tesis Program Magister.

Nama Tanggal Tandatangan

_______________________ _________ _____________

(3)

iii

1. Seluruhnya merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan dalam bentuk dan untuk keperluan apapun.

2. Tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan judul rujukan dalam penulisan tesis ini.

Saya bersedia menerima sanksi dari Pascasarjana apabila dikemudian hari ditemukan ketidak benaran dari pernyataan saya ini.

Semarang, 24 Juni 2016 Penulis,

(4)

iv

pada Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam (KHI), Peraturan Menteri Agama (PMA) dan Keputusan Menteri Agama (KMA) serta peraturan lain tentang pencatatan nikah.

Dalam praktek di lapangan, telah terjadi perbedaan penentuan wali nikah di kalangan PPN di Kabupaten Kendal dalam menentukan wali nikah bagi pengantin wanita yang terlahir akibat Kawin Hamil di luar nikah. Perbedaan ini disebutkan dalam Pasal 99 UU nomor 1 tahun 1974 yang menyatakan “Anak yang sah adalah anak yang lahir dalam atau akibat pernikahan yang sah.” yang berimplikasi hukum yang berbeda pula.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis–sosiologis. Pendekatan yuridis digunakan untuk menganalisa pelaksanaan penentuan wali nikah berdasarkan hukum normatif yang melihat sisi kepastian hukum setiap anak. Sedangkan pendekatan sosiologis untuk mengetahui tradisi fiqh munakahat yang berlaku di Kabupaten Kendal. serta bagaimana sikap PPN untuk melakukan pengawasan dan pencatatan nikah.

Penelitian ini merujuk pada data pernikahan tahun 2013 – 2015 yang ada pada buku register pernikahan di KUA masing-masing. Setiap tahunnya ada sekitar 9.640 peristiwa dari jumlah tersebut terdapat 775 atau 8% dilaksanakan dengan jalan tahkim atau wali hakim. dari 775 Peristiwa terdapat 480 (62%) terjadi karena usia kehamilan kurang dari 6 bulan . Ini berarti 480 Peristiwa tersebut berpotensi terjadi perbedaan dalam wali nikah di kalangan PPN di Kab. Kendal

Dalam pelaksanaanya, 20 PPN se. Kab. Kendal, ada yang menghitung usia kehamilannya dan ada yang tidak. bagi yang tidak menghitungnya maka kapanpun anak lahir selagi setelah terjadinya pernikahan sah, maka anak memiliki hubungan nasab dengan ayahnya dan menjadi wali nikahnya, Namun bagi yang menghitung usia kehamilan, maka akan dirinci kapan terjadinya pernikahan orang tua? dan kapan anak dilahirkan? Apabila kelahirannya kurang dari 6 bulan, maka diambil jalan tahkim, namun apabila 6 bulan atau lebih, maka ayah berhak menjadi walinya. Perbedaan ini disebabkan karena berbeda memahami ketentuan anak sah dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 42.

Tradisi fiqh munakahat yang berjalan di Kab. Kendal adalah Fqh Syafi‟i. Ini berarti nasab seorang anak didasarkan pada usia kehamilan, ketika PPN mengambil jalan tahkim sesuai tradsi masyarakat Kab. Kendal, ada satu gajalan dalam hukum administrasi yaitu penulisan nama ayah kandung, satu sisi diakui sebagai ayah kandung dan sisi lainnya terhalang perwalianya, sementara dalam Undang-Undang tentang perkawinan tidak diatur hubungan perdata seperti itu.

Kata Kunci : Penentuan Wali Nikah, Anak Hasil Kawin Hamil, Kabupaten Kendal

(5)

v

ىلاعت لاق

اوُعيِطَأ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأاَي

ءأيَش يِف أمُتأعَزاَنَ ت أنِإَف أمُكأنِم ِرأمَألْا يِلوُأَو َلوُسَّرلا اوُعيِطَأَو َوَّللا

ِوأأَت ُنَسأحَأَو ٌرأ يَخ َكِلَذ ِرِخ ألْا ِمأوَ يألاَو ِوَّللاِب َنوُنِمأؤُ ت أمُتأنُك أنِإ ِلوُسَّرلاَو ِوَّللا ىَلِإ ُهوُّدُرَ ف

اًي

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu

benarbenar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."QS An Nisa‟ 59

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa akal dan fikiran sehingga manusia mampu merenungi kebesaran dan kuasa-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar sayyidinā Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan limpahan syafā’at-nya di akhirat kelak.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis bersyukur dapat menyelesaikan karya ilmiyah yang sederhana berupa Tesis dengan judul “Penentuan Wali Nikah Anak Hasil dari Kawin Hamil di Luar Nikah Studi Kasus di Kabupaten Kendal Tahun 2013- 2015” dengan lancar dan baik.

Penulis menyadari bahwa terselesaikanya tesis ini bukanlah dengan hasil jerih payah penulis secara pribadi, melainkan semua itu bisa terwujud berkat akumulasi dari bimbingan, pertolongan dan do‟a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh sebab itu sudah sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. selaku Rektor UIN Walisongo Semarang. 2. Direktur Pascasarjana UIN Walisongo Semarang

(7)

vii

4. Segenap pegawai dan staf Pasca Sarjana UIN Walisongo Semarang.

5. Kepada kedua orang tua tercinta yang telah mendorong penulis untuk selalu menimba ilmu dan meningkatkan pengetahuan.

6. Kepada seluruh teman di Pasca Sarjana UIN Walisongo Semarang.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kasih sayangnya kepada pihak-pihak yang penulis sebutkan diatas. Penulis menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka lebar semua masukan baik kritik maupun saran demi kelengkapan tesis ini. Penulis berharap, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca yang budiman pada umumnya. Amiin ya rab al-‘ālamȋn.

Semarang, Agustus 2016 Penulis,

(8)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN

Berdasarkan surat keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor : 158/ 1987 dan 0543 b/ U/ 1987 tanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf

Latin Keterangan

أ Alif A Huruf A

ب Ba‟ B Huruf B

خ Ta‟ T Huruf T

ث Tsa‟ Ts Huruf T dan S

ج Jim J Huruf J

ح Ha‟ H Huruf H (titik dibawah)

خ Kha Kh Huruf K dan Huruf H

د Dal D Huruf D

ذ Zal Z Huruf Z (titik di atas)

ز Ra‟ R Huruf R

ش Z Z Huruf Z

ض Sin S Huruf S

ش Syin Sy Huruf S dan Huruf Y

ص Sad S Huruf S (titik di bawah)

ض Dad D Huruf D (titik di bawah)

(9)

ix ف Fa F Huruf F ق Qaf Q Huruf Q ك Kaf K Huruf K ل Lam L Huruf L م Mim M Huruf M ن Nun N Huruf N و Wau W Huruf W ي Ha‟ H Huruf H ء Hamzah ˇ Apostrof ي Ya Y Huruf Y

II. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap yang disebabkan oleh syaddah tulis rangkap. Contoh : ل ّصو = nazzala

ّههت = bihinna

III. Vokal Pendek

Fathah ( َ_ ) ditulis a, kasrah ( َ_ ) ditulis i, dan dammah ( َ_ ) ditulis u.

IV. Vokal Panjang

1. Fathah + Alif ditulis ā حيلهاج ditulis Jāhiliyyah 2. Fathah + Ya‟ mati ditulis ā

ىعسي ditulis yas‟ā

(10)

x

5. Fathah + ya‟ mati ditulis ai ىليهصلا ditulis al-Zuhaili 6. Fathah + wawu ditulis au

حلودلا ditulis al-Daulah

V. Ta’ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan ditulis ha kata ini tidak diperlukan terhadap kata Arab yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti : shalat, zakat, dan sebagainya kecuali bila dikehendaki kata aslinya.

2. Bila disambung dengan kata lain (frase) ditulis h. Contoh : دهتجملا حيادت ditulis Bidayah al-Mujtahid

VI. Hamzah

1. Bila terletak di awal kata, maka ditulis berdasarkan bunyi vokal yang mengiringnya. Seperti نإ ditulis inna.

2. Bila terletak di akhir kata, maka ditulis lambang apostrof (). Seperti ئيش di tulis Syaiun

3. Bila terletak di tengah kata setelah vokal hidup, maka ditulis sesuai dengan bunyi vokalnya. Seperti ةئاتز ditulis raba‟ib.

4. Bila terletak ditengah kata dan dimatikan, maka ditulis dengan lambang apostrof (). Seperti نورخأت ditulis ta‟khuzūna.

VII. Kata Sandang Alif + Lam

(11)

xi

yang bersangkutan ءاسىلا ditulis an-Nisa‟.

VIII. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Dapat ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dan menurut penulisannya. ضوسفلا ىوذ ditulis zawi al-furud

(12)

xii

cet. : cetakan

Depag : Departemen Agama

H : Hijriyah (kalender yang dihitung berdasarkan perjalanan

Bulan dihitung sejak Hijrah Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah

H. : Haji

hal : halaman

KanKemenag : Kantor Kementerian Agama

Kec. : Kecamatan

Kemenag : Kementerian Agama

KH. : Kyai Haji

KHI : Kompilasi Hukum Islam

KMA : Keputusan Menteri Agama

KUA : Kantor Urusan Agama

M : Masehi/Miladiyah (kalender yang dihitung berdasarkan

Perjalanan Matahari, dan dimulai sejak lahirnya Nabi Isa A.S.)

PMA : Peraturan Menteri Agama

PPN : Pegawai Pencatat Nikah

R.A : Radiyallah 'anh

S.Ag : Sarjana Agama

S.Sy :Sarjana Syariah

SAW ;Sallallâhu 'alaihiwasallam

SE : Surat Edaran

SWT. : Subhanâhuwata'âla

t.t. : Tanpa tahun penerbitan

terj. : Terjemahan

hkm : Hakim

Nsb : Nasab

(13)

xiii

Zahro Atira Kholida dan Dewi Hajar Aufa Nisa

Orang Tua Tersayang : Bapak H. Sachmad Afini dan , Ibunda Hj.

Shalihah atas Keikhlasan dan hak-haknya yang terkurangi serta

(14)

xiv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... xii

PERSEMBAHAN ... xiii

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I :PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Signifikasi Penelitian ... 10 E. Telaah Pustaka ... 11 F. Metode Penelitian ... 14 1. Jenis Penelitian ... 14 2. Pendekatan ... 14 3. Sumber data ... 15

4. Metode Pengumpulan Data ... 15

5. Metode Analisis Data ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II : STATUS HUKUM DAN PERWALIAN NIKAH ANAK KAWIN HAMIL SERTA FUNGSI PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) DALAM PERNIKAHAN A. Urgensi Kenasaban dalam Keluarga ... 19

1. Hukum Kawin Hamil dalam Prespektif Fiqh Munakahat ... 22

a. Boleh secara Mutlak ... 22

b. Boleh Bersyarat ... 23

c. Haram Secara Mutlak ... 24

2. Status Hukum Anak Kawin Hamil dalam Fiqh Munakahat dan Hukum Positif ... 26

a. Madzhab Hanafi ... 27

b. Madzhab Syafi‟i ... 29

(15)

xv Madzhab... 39 1) Madzhab Hanafi ... 39 2) Madzhab Maliki ... 41 3) Madzhab Syafi‟i ... 42 4) Madzhab Hambali ... 43

c. Wali nikah dalam Prespektif Hukum Positif ... 44

B. Tugas Dan Fungsi Pegawai Pencatat Nikah (Ppn) dalam Kerangka Perundang- Undangan ... 45

1. PPN Selaku Petugas Pencatat Nikah ... 45

2. PPN Selaku Wali Hakim ... 48

BAB III PELAKSANAAN PERNIKAHAN DI KABUPATEN KENDAL A. Profil Kabupaten Kendal ... 51

1. Letak Geografis Kabupaten Kendal ... 51

2. Jumlah Penduk dan Pemeluk Agama di Kabupaten Kendal ... 53

B. Pelaksanaan Pernikahan di Kabupaten Kendal ... 54

1. Data Pernikahan di Kabupaten Kendal Tahun 2013 - 2015 ... 55

2. Data Pejabat dan Latar Belakang Pendidikan PPN di Kabupaten Kendal Tahun 2013 - 2015 ... 55

a. Data Pejabat PPN Tahun 2013 - 2015 ... 57

b. Latart Belakang PPN Tahun 2013 - 2015 ... 60

3. Penentuan Wali Nikah Pengantin Hasil Kawin Hamil Tahun 2013 - 2015 di Kabupaten Kendal. ... 61

a) Kabupaten Kendal Bagian Atas... 61

b) Kabupaten Kendal Bagian Tengah ... 65

c) Kabupaten Kendal Bagian Pantai Utara ... 68

BAB IV ANALISIS PENENTUAN WALI NIKAH ANAK HASIL KAWIN HAMIL DI LUAR NIKAH DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA DI KABUPATEN KENDAL A. Analisis Penentuan Wali Nikah Bagi Wanita Akibat dari Kawin Hamil ... 72

1. Perwalian Nikah dengan Wali Hakim dan Alasan PPN ... 72

2. Perwalian Nikah dengan wali Nasab dan Alasan PPN ... 75

3. Perwalian Nikah Menurut Para Kyai di Kab. Kendal ... 77

(16)

xvi

undangan ... 84

b. Hak-hak anak dalam Perundang-undangan ... 87

2. Aspek Sosiologis ... a. Masyarakat dan struktur Sosial ... 88

b. Kyai dan Peran sosial dalam masyarakat ... 91

c. Anak hasil kawin hamil dalam kehidupan bermasyarakat .. 93

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 98

B. Rekomendasi dan Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... xvii

(17)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

A.Yasid, 2012, Logika Induktif dan Deduktif dalam tradisi pemikiran ushul Fiqh, Asy Syir’ah, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum. Vol 46 No. I Januari – Juni 2012

Ab Al Qasim Bin Ubaidillah Bin Al Husain Bin Al Hasan Ibn Al Jallab Al Bashri, 1971, Al Tafrī’ fī fiqh al Imām Mālik Bin Anas, Dār al Kutub Al Ilmiyah, Juz II

Abu Bakar Ali Bin Muhammad Al Haddad Al Yamani, tt, Al Jawhar Al Nayyirah

‘Ala Muḥtașar al Quduri,Makatabah Haqoniyah, Pakistan Abu Zahrah,Muhammad, tt, IlmuUshūl al FiqhDār al Fikri al araby

Ahmad Darir dkk,tt, Ḥasiyah Al Dasuki ‘ala asy syarh al Kabir,‟Isa al Babi al Halaby, II

Al Thufi, Najmudin Al Thufi, 1993, Risalah Fī ri’ayah Al Maslaḥaḥ , Ad Dar Al Misriyah al lubnaniyah, cetakan I

Al Anṣāri, Zakariya Bin Muhammad Bin Zakariya, 2000, Asn al Maṭālib fii Syarh ar Raudhah at Ṭālib, Beirut: Dar al Kutub al ilmiah

Al Bukhari, Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Mughiroh Bin Bardizbah Al-Ja‟fi, tt, Shahih Al-Bukhari, Dār al- Fikr, Beirut Libanon.

Al Daruqutni, Ali Bin Umar Al Daruqutni, tt; Sunan Al daruqutni, Dar Ibnu Hazm, Al Ḥafiż Abu Dawud Sulaiman Bin Abi Al Asy‟āṡ Al Sajistanī, 2005, Sunan Abī

Dāwud, Dār al Fikri, Beirut Libanon

Al Hafiẓ Abu Zakariya Muhyiddin Bin Syarof Al Nawawi,tt, Al Majmuk Syar Al Muhażżab, Syirkah min Ulama‟ Al Azhar, mesir, Juz XVII,

Al Ḥambali, Al Ḥāfidz Abū Abdillah Bin Ahmad Bin Muhammad, 1998, Musnad

al Ḥāfidz Abi Abdillah Bin Aḥmad Bin Ḥanbal, Riyadz: Bait al afkār ad Dauliyah

(18)

xviii

Tahqiqat Muhtarah Min Majalah Al Hikmah , Abu Muhnadin an Najdi, Al Mawardi, Abi al Ḥasan „Ali Bin Muhammad Bin Ḥabib Bin al Mawardi al

Basri, 1994, Al Ḥawi al Kabir Fī al Fiqh al Imam Al Syafi’i, Dār al kutub al Ilmiah, Beirut Libanon, Cetakan pertama

Al Nasfi, Abdullah Bin Ahmad Bin Mahmud Hafiżuddin An Nasfi, al Bahru al Raiq Syarh kanzu ad daqaiq, Dar al Kutub al Ilmiah, Beirut Libanon, Juz III

Al Syafi‟i, Abu Abdilah Muhammad Bin Idris Al Syafi‟i, Al Um, Bait Al Afkar Al Dauliyah, „Oman Yordania

Al Syarbini, Samsuddin Bin Muhammad Bin Muhammad al Khotib, 2010 Al Iqna’ fî ḥalli alfāẓ abī Syujak, Dirasah, wa Tahqiq wa Ta’liq, Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah,

Al Syarbini, Samsudin Bin Muhammad Bin Muhammad al Khotib, 1997, Mugni al Muhtāj ila Ma’rifat Ma’āni alfāẓ al Minhāj, Beirut: Dar al Ma‟arif.

Al Syarozi, Abu Ishaq bin Ibrahim bin Ali bin Yusuf al Fairuzabadi, 1995, Al Muhaddzab Fi Al Fiqh Al Imam Asy Syafi’i, Beirut: Dar al Kutub al Ilmiah.

Al Syaukani, Muhammad „Ali Bin Syaukani, Irsyad Al Fukhul Ila Taḥqiq Al Ḥaq Min Ilm al Usūl, 2000, Dār al fadhilah Riyaż saudi Arabia, Juz I

Al Zuhaily, Wahbah,1985, Al-Fiqh al-IslamywaAdillatuh, Dimasqo, Syiria: Dār al Fikri. Juz. VII

Al Zuhaily, Wahbah,1995: Al Fiqh asy Syafi’I al Muyassar, Dimasqo: Dar al Fikri.

Ali, Mohammad Daud : 2006: Hukum Islam, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata hukum di Indonesia, Jakrata: Raja Grafindo Persada

Ambo Upedan Damsit; 2010, Asas-Asas Multiple Reseahes, Dari Norman K. DenzinHingga W. Creswell danPenerapannya, Sleman: Tiara Wacana. Andi Gadjong, Agus salim 2011, “Kedudukan Anak di luar Pernikahan Menurut

KUH Perdata dan Menurut Hukum Islam”,Jurnal Asy-Syir’ah Vol. 45, No. 1, 2011,1.

Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik .Jakarta :Rineka Cipta

(19)

xix

registration for Muslims in Indonesia: a plea for pragmatism. Utrecht Law Review, 6(2), 175-191.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan Faridl, Miftah, 2007, Peran Sosial Politik Kyai di Indonesia, Jurnal Sosio

teknologi Edisi 11 Tahun 6 , Agustus 2007 dalam bentuk PDF

Ibnu „Abidin, 2003, Rad al Muḥtar ‘Ala Dur al Muḥtar Syarah tanwir al abșar wa Jami’i al biḥar, Dār al Kutub al Ilmiyah, kutub Baeirut Libanon cetakan khusus Juz IV

Ibnu Majah, Abu Abdillah Bin Muhammad Bin Yazid al Quzwaini,tt,Sunan Ibn Majah, Riyadl: Maktabh al Ma‟arif

Ibnu Qudamah, Abdullah Bin Ahamd Bin Muhammad Bin Qudamah,tt, Al Mugni Wa Yalihi Asy Syarh Al Kabir, Dar al Kitab al Arabiy,

Imam Syarafudin Musa al Hajawi Al Muqoddasi,tt; Al iqnā’ fī fiqh Imām Ahmad Bin Hambal,Beirut Libanon

Isna Wahyudi, Muhammad,2007, Membaca ulang konsep perwalian dalam Dalam Perspektif Mohammed Arkoun, Jurnal Studi Gender dan Islam, Vol. 5, No. 2, April 2007, 259-260

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2004, Sosiologi; Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta, Prenadamedia Grop

Lembaga Bahasa Arab Mesir, 2004, al Mu’jam Al Wasit, Maktabah al Syuruq al Dauliyah Cetakan ke- 4 hal. 1058

Mardani, 2009, Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional, Jurnal Hukum No. 2 Vol. 16 April 2009

Mastur,tt, Peranan Dan Manfaat Sosiologi Hukum Bagi Aparat penegak Hukum, Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QIST , makalah dalam bentuk PDF Di Unduh Pada Tanggal 3 Mei 2016

Muhammad Bin ahmad bin Muhammad Bin Rusydi al Qurtubi, 2007; Bidayah al Mujtahid wa Nihayah al Muqtashid, Baitul Afkar Al Duliyah Yordania

(20)

xx

Ad Dur Al Muḣtār Syarah Tanwīr Al Absār Wa Jami’i Al Biḣār, Beirut: Dar Al Kutub Al Ilmiah.

Munawwir, Ahmad WarsonMunawwir, 1994, Kamus Al Munawwir Arab -

Indonesia, Yogyakarta: PP Al Munawwir, 1984, Halaman 1582

Mustika, Dian,tt, Marriage Registration, Family Law, Islamic World Pencatatan Perkawinan dalam Undang-Undang Hukum Keluarga di Dunia Islam, Makalah PDF

Panitera MK,2010, Putusan Nomor 46/PUU-VIII/2010 tentang uji meteriil Pasal 2 Ayat (2) dan Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang perkawinan (PDF)

Rahardjo, Satjipto, 2006, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti

Rofiq, Ahmad, 2004, Fiqh Kontekstual dari normatif ke pemaknaan Sosial, Yogyakarta Pustaka Pelajar Ofset.

____________, 2004, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada Rokhmat, Abu, 2012, Hukum Progresif, pemikiran Satjipto Rahardjo dalam

Prespektif Teori Maslahahh, Semarang, Program Pasca Sarjana IAIN Walisongo Semarang

Samsul Hadi, 2012,“Legalitas Perkawinan Di Luar Islam (Nikah Al-Kuffar) Menurut Ibnu Taimiyah”, Asy-Syir’ahJurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol.,46 No. I, Januari-Juni 2012,139

Saryono,2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, penuntun Praktis bagi Pemula, Jakarta: Mitra Cendikia.

Shomad, Abu, 2010, Hukum Islam, Panorama Prinsip Syaria’ah dalam Hukum Islam, Jakarta, Kencana.

Sirajuddin M, 2008, Legislasi Hukum Islam di Indonesia,Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Sugiyono,2012, MetodePenelitian Kombinasi (mixed Methods), Bandung: Alfabeta CV.

Syarifuddin, Amir, 2007, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana.

(21)

xxi

Kaitannya Dengan Putusan Kepailitan Pengadilan Niaga. (artikel pribadi) Fakultas Hukum Universitas Gajah mada

Zein, Satria Efendi M :2010:Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Analisis Yurisprodusensi dengan Pendekatan Ushuliyah. Jakarta: Kencana

(22)

xxii

NAMA LENGKAP : ADIB MUHLASIN

NIM : 135112018

Tempat, tanggal lahir : Kendal, 10 November 1971

Alamat : Desa Jambearum Rt.01/01 Patebon

Status : Kawin

Pekerjaan : PNS Kemenag Kab. Kendal

Telephon/HP : 081326767785

PENDIDIKAN FORMAL :

1. SDN 2 Gemuhblanten Kendal, Lulus th.: 1984

2. MTs NU 08 Gemuh Kendal Lulus th. 1987

3. MA Futuhiyyah 1 Mranggen Demak Jur. Agama Lulus th. 1990

4. S1 IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Lulus th. 1995 Fak. Adab Jurusan Bahasa dan Sastra Arab sekarang menjadi UIN Sunan Kalijaga

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai mahluk sosial, manusia akan berinteraksi antara satu dan lainnya kemudian membentuk suatu komonitas yang diikat dalam satu norma yang disepakati bersama. Mereka berinterkasi dan saling mengenal satu sama lainnya sehingga menimbulkan kecenderungan untuk hidup bersama secara berpasang-pasanganyang disatukan ikatan pernikahan. Namun adanya interaksi dan hubungan antara laki dan perempuan yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan pada suatu kondisi yang tidak diinginkan seperti kehamilan di luar nikah. Terjadinya kehamilan di luar nikah telah melanggar norma- norma sosial di masyarakat. Untuk menutupi aib diri dan keluarga karena kehamilan tersebut, lalu dilaksanakanlah perkawinan. Perkawinan dengan wanita hamil ini memiliki makna dan tujuan ganda , selain bertujuan untuk menutupi aib keluarga juga bertujuan agar setiap anak yang lahir ke dunia tetap memiliki hak–hak asasinya sebagai warga negara sebagaimana di atur dalam UUD 1945 Pasal 28D “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum”

Adanya pemahaman keagamaan dan keyakinan yang berlaku dalam masyarakat tentang kebolehan menikahi wanita hamil di luar nikah ini sejalan dengan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 53 (1) “Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya”. Namun implikasi dan akibat hukum dari pelaksanaan pernikahan ini menimbulkan

(24)

perbedaan pandangan yang serius di masyarakat. Apakah anak yang lahir dari kawin hamil memiliki hubungan nasab dengan ayahnya atau tidak? Dan apakah ada perbedaan antara hubungan nasab dengan hubungan perdata?. Pada saat yang sama kenasaban dalam keyakinan mereka menjadi dasar dalam menentukan wali nikah bagi wanita yang akan menikah. Lantas bagaimana status hukum anak dari kawin hamil tersebut dalam prespektif hukum positif dan menurut tradisi hukum dalam masyarakat?. Persoalan ini adalah khilafiyah yang masih terjadi hingga sekarang.

Pernikahan bagi warga Negara Indonesia yang memeluk agama Islam di Indonesia telah diatur oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Jo Undang Undang No. 22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk. UU No. 1 Tahun 1974 merupakan hukum material perkawinan sedangkan hukum formalnya diatur dengan UU No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. sebagai pelengkap dalam menyelesaikan kasus atau sengketa masalah perkawinan disusunlah Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang telah ditetapkan dan disebarluaskan melalui Isntruksi Presiden No. 1 tahun 1991 (Syarifuddin, 2007 :1). Dari segi historis, undang-undang perkawinan telah memperkuat diskursus tentang hak-hak wanita sekaligus memperkuat hukum Islam secara formalistik.1

Pemerintah telah membuat regulasi yang menunjuk Kantor Urusan Agama (KUA)2 selaku instansi yang menangai pernikahan dan Pegawai

1

Bedner, A., & Van Huis, S. (2010). Plurality of marriage law and marriage registration for Muslims in Indonesia: a plea for pragmatism. Utrecht Law Review, 6(2), 175-191.

2 Dalam Peraturan Menteri Agama No 11 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1) disebutkan Kantor

(25)

Pencatat Nikah (PPN) selaku pejabat yang bertanggung jawab melaksanakan pengawasan dan pencatatannya. seorang Kepala KUA atau Pegawai Pencatat Nikah (PPN) bertugas melaksanakan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan (Peraturan Menteri Agama No. 11 Tahun 2007), PPN juga ditunjuk sebagai Wali Hakim sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2005 pasal 1 ayat (2) “Kepala KUA selaku Wali Hakim yang ditunjuk oleh Menteri Agama untuk bertindak sebagai wali nikah bagi calon mempelai wanita yang tidak mempunyai wali nikah 3”

Dalam administrasi pencatatan nikah, seorang PPN atau penghulu berkewajiban untuk melakukan pemeriksaan dan verifikasi dokumen calon suami, istri dan wali nikahnya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan kebenaran formil maupun materiil calon pengantin dan wali nikahnya. Dari proses pemeriksaan ini dapat diketahui apakah rencana pernikahan bisa dilanjukan pada tahap pernikahan atau tidak, siapa yanag akan menjadi wali nikahnya, kapan pernikahan akan dilaksanakan dan di mana. Apabila dari hasil pemeriksaan petugas melihat ada kekurangan atau halangan syarat, maka petugas harus menerbitkan N8 (kekurangan syarat). Kemudian apabila sampai waktu yang ditentukan persayaratan tidak juga dipenuhi, maka harus diberikan penolakan dengan menerbitkan N9 ( surat keterangan penolakan),

Agamayang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama kabupaten/kota di bidangurusan Agama Islam dalam wilayah kecamatan.

3

Seorang kepala KUA bisa melaksanakan tugasnya selaku wali hakim apabila calon pengantin tidak mempunyai wali nasab yang berhak atau wali nasabnya tidak memenuhi syarat, atau mafqud, atau berhalangan, atau adhal sebagaimana diatur dalam KHI pasal 23, jo. PP no. 30 pasal 2 jo. PMA no 11 Tahun 2007 Pasal 18.

(26)

terhadap penolakan ini yang bersangkutan bisa mengajukan keberatan ke Pengadilan Agama 4

Terkait dengan calon istri yang merupakan hasil kawin hamil, maka PPN / Penghulu akan meneliti apakah calon istri dilahirkan setelah 6 bulan atau kurang dari 6 bulan sejak terjadinya akad nikah?. Dalam kasus calon istri yang lahir kurang 6 bulan, telah terjadi perbedaan sikap dan pandangan di kalangan PPN dalam penentuan wali nikah, Apakah ayah biologisnya bisa menjadi wali nikah atau tidak dan bagaiaman dalam pencatatan nama ayah dalam administrasinya? Perbedaan sikap dan pandangan ini muncul karena berbeda dalam memahami status hukum anak sah yang termaktub dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 42 “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”. Perbedaan di antara mereka ini menimbulkan beberapa pertanyaan besar yaitu apakah setiap anak sah berarti mempunyai hubungan nasab dengan ayahnya dan berhak menjadi wali nikah serta mewarinya? atau anak sah dari kawin hamil ini adalah dalam hukum formalnya saja tetapi secara hakikinya adalah anak zina sehingga perwaliannya terhalang, lalu bagaimana dengan hubungan kewarisan antara keduanya? Apakah ikut terhalang juga? sementara dalam buku nikahnya ia tercatat sebagai anak kandungnya. Ataukah antara keduanya hanya memiliki

4

Dalam pasal 12 PMA 11 Tahun 2007 disebutkan “dalam hal hasil pemeriksaan membuktikan bahwa syarat-syarat perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) tidak terpenuhi atau terdapat halangan untuk menikah, maka kehendak perkawinannya ditolak dan tidak dapat dilaksanakan. 2. PPN memberitahukanpenolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada calon suami dan walinikah disertai alasan-alasan penolakannya.3. Calon suami atau wali nikah dapat mengajukan keberatan atas penolakan sebagaimana dimaksud ayat(1) kepada pengadilan setempat. Apabila pengadilan memutuskan atau menetapkan bahwapernikahan dapat dilaksanakan, maka PPN diharuskan mengizinkan pernikahan tersebutdilaksanakan.

(27)

hubungan perdata saja sebagaimana dalam perubahan pasal 43 ayat (1) UU No 1/1974?

Putusan MK Nomor 46/PUU-VIII/2010 tahun 2010 tentang perubahan Pasal 43 ini adalah “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya” Putusan MK jelas terkait dengan anak luar nikah, sementara yang menjadi pokok permasalahan di sini adalah anak sah yang lahir dari pernikahan sah. Terhadap putusan MK ini, MUI membuat reaksi keras dengan mengeluarkan fatwa No. 11 Tahun 2012 Tentang “Kedudukan Anak Zina dan Perlakuan Terhadapnya”. Dalam fatwa ini, secara jelas MUI menyatakan tentang kedudukan anak Zina dalam Hukum islam tidak memiliki hubungan nasab, kewarisan dan nafkah dari lelaki yang mengakibatkan kelahirannya. Namun bila dikaji lebih detail sebetulnya fatwa MUI ini tidak secara langsung bertentangan dengan putusan MK karena yang menjadi obyek hukum keduanya berbeda, dalam Putusan MK yang menjadi obyek hukum adalah anak luar nikah yaitu anak yang lahir dari orang tua yang tidak terikat pernikahan sah menurut hukum positif atau pernikahannya tidak tercatat dalam register perniakahan di KUA. Sehingga boleh jadi anak ini hasil pernikahan syara’ sedangkan dalam fatwa MUI yang menjadi obyek hukum adalah anak zina yang mana anak zina ini tidak dikenal dalam hukum positif.

(28)

Dalam petunjuk teknik pengisian data, pemerintah, dalam hal ini adalah Kemeterian Agama juga telah menerbitkan Surat Edaran Dirjen Bimas Islam dan Urusan haji No. D/ED/PW.01/03/1992, tanggal 9 Maret 1992 tentang petunjuk pengisian formulir NTCR pada Bab III “Teknik pemeriksaan wali dan mempelai” huruf B yang berbunyi “Bila calon mempelai wanita anak pertama dan walinya adalah ayahnya, maka perlu ditanyakan tanggal nikah dan tanggal lahir anak pertamanya, bila terdapat ketidakwajaran, seperti baru 5 bulan menikah anak pertama sudah lahir, maka anak tersebut masuk kategori anak ibunya, dengan demikian perlu diambil jalan tahkim (wali hakim)” Edaran ini seakan menyelesaikan masalah, namun sesungguhnya tidaklah demikian, karena semua Dokumen dan data dalam formulir NTCR mengacu pada hubungan kandung semua, lalu bagaimana memposisikan ayah kandung yang sah tetapi tidak bisa menjadi wali nikah dalam administrasinya, di samping itu apakah alasan PPN menjadi wali hakim sementara dalam UU No. 1 tahun 1974, KHI dan juga PMA tidak ditemukan alasan perpindahan wali nasab ke wali hakim karena usia kehamilan kurang dari 6 bulan.

Apabila setiap anak yang sah berarti memiliki hubungan nasab dengan ayahnya, maka ini bertentangan dengan realitas dan tradisi masyarakat di Kabupaten Kendal sebagai satu komonitas yang telah memiliki tradisi dan fiqh munakahat sendiri. Dalam pandangan kebanyakan masyarakat, kyai merupakan pewaris para Nabi (al Ulama’ warasah al anbiya’). Posisi ini membuat mereka dianggap lebih benar dan lebih tahu

(29)

terkait masalah keagamaan. Menurut tradisi fiqh munakahat mereka, kenasaban anak ditentukan oleh usia kehamilan sebagaimana dalam ketentuan fiqh Syafi’iyah

Kabupaten Kendal salah satu dari 35 Kabupaten/Kota yang berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, dengan nama resmi Pemerintahan Kabupaten Kendal yang beribukota di Kota Kendal,dengan luas wilayah 1.118,13 Km² yang terbagai dalam beberapa wilayah Administrasi yang meliputi 20 Kecamatan, 20 kelurahan dan 267 Desa (Permendagri No.66 Tahun 2011). Dari sisi topografi, Kabupaten Kendal terbagi dalam tiga daerah yaitu: daerah pegunungan yang terletak di bagian paling selatan dengan ketinggian antara 0 sampai dengan 2.579 m dpl. Suhu berkisar 25 C. Kemudian daerah perbukitan sebelah tengah dan dataran rendah serta pantai di sebelah utara dengan ketinggian antara 0 s/d 10 m dpl dan suhu berkisar 27 C dalam data yang dirilis Oleh BPS Kab. Kendal tahun 2015. Penduduk Kab. Kendal mulai tahun 2013 – 2015 mengalami penurunan. Pada tahun 2013 jumlah penduduk 955.945 jiwa kemudian menurun pada tahun 2014 menjadi 950.463 dan kembali naik pada tahun 2014 dengan jumlah mencapai 952.966 (BPS Kab. Kendal: 2015,17). Sedangkan jumlah pemeluk Agama berdasarkan data dari Kantor Kemenag Kab. Kendal5 pada tahun 2015 adalah 99% adalah Muslim artinya 99 % pernikahan yang terjadi dilaksanakan dengan hukum Islam dan dicatat di KUA kecamatan masing-masing

5Data ini berasal dari laporan data pemeluk agama oleh masing masing KUA yang

(30)

Kantor Urusan Agama atau KUA di Kabupaten Kendal, merupakan perangkat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undang. Dalam PMA No. 11 Tahun 2007 Pasal ayat (1) dan (2) dinyatakan “(1) Pegawai Pencatat Nikah yang selanjutnya disebut PPN adalah pejabat yang melakukan pemeriksaan persyaratan, pengawasan dan pencatatan peristiwa nikah/rujuk, pendaftaran cerai talak, cerai gugat, dan melakukan bimbingan perkawinan. (2). PPN dijabat oleh Kepala KUA”.

Praktek di lapangan menunjukkan adanya perbedaan perlakuan terhadap mempelai perempuan akibat dari kawin hamil. Kepala KUA Kec. Kaliwungu dalam menentukan wali nikah menggunakan ketentuan Fiqh Syafi’i yaitu menggunakan ketentuan ketentuan aqalul haml (minimal masa kehamilan) Apabila usia kandungan kurang dari 6 bulan maka ayah formalnya tidak bisa menjadi wali nikahnya dan perwalian menggunakan jalan tahkim atau menggunakan wali hakim, namun dalam pencatatanya nama ayah dalam kolom nama ayah kandung.6 Sedangkan kepala KUA Kec. Patean menyatakan apabila di saat pemeriksaan, orang tua pengantin mengakui telah melakukan hubungan tidak sah di luar nikah sebelum pernikahan maka akan diambil jalan tahkim sedangkan penulisan nama ayah ditafsil, apabila kurang dari 6 bulan maka ditulis nama Ibu dan apabila 6 bulan atau lebih ditulis nama ayahnya.7 Sedangkan kepala KUA Kec. Sukorejo menyatakan bahwa setiap anak yang lahir dari pernikahan yang

6

Wawancara dengan Kepala KUA Kec. Kaliwungu pada tanggal 14 januari 2015 di KUA Kaliwungu Selatan pada acara Rapat Kerja Teknis KUA Se kab. Kendal Pukul 09.00 WIB

7Wawancara dengan Kepala KUA kec. Patean pada hari Kamis, 15 Januari 2015 Pukul,

(31)

sah adalah sah dan memiliki hubungan nasab yang penuh dengan ayahnya, apabila dia seorang perempuan maka ayahnya bisa menjadi wali nikah baginya karena hubungan nasab tanpa melihat berapa usia kehamilan orang tua apakah ada 6 bulan atau kurang8

Adanya perbedaan sikap di kalangan PPN di Kabupaten Kendal ini, apabila dilihat dari prespektif kepastian hukum menjadi tidak jelas. Adanya ketidak samaan hukum dalam satu kasus yang sama akan mengakibatkan hukum yang berbeda-beda, Pengertian kepastian tersebut dapat dimaknai adanya kejelasan dan ketegasan terhadap berlakunya hukum di dalam masyarakat. Kepastian hukum merupakan perlidungan yustiabel terhadap tindakan sewenang wenang yang berarti seorang dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam kedaan tertentu. Hukum bertugas mencipkan kepastian hukum karena bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat, hukum tanpa kepastian hukum akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang (Wijayanta, 2013, 226-227). Dari aspek sosiologi hukum perbedaan penetuan wali nikah ini boleh saja terjadi, karena sosiologi hukum merupakan cabang khusus dari sosiologi yang berperhatian untuk mempelajari hukum tidak sebagai konsep-konsep normatif melainkan sebagai fakta sosial.

Dari uraian diatas, ditemukan adanya problematika serius dikalangan PPN di Kabupaten Kendal. Problematika ini terkait dengan tidak adanya kesamaan hukum dalam penentuan wali nikah bagi mempelai wanita akibat

8

Wawancara dengan Kepala KUA Kec. Sukorejo pada tanggal 14 januari 2015 pukul 19.00 WIB via telephon

(32)

kawin hamil ibunya perbedaan ini sebagai akibat dari adanya perbedaan persepsi diantara mereka dalam memahami ketentuan anak sah dan akibat hukumya dalam UU No. 1 Rahun 1974.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian Tesis ini adalah :

1. Apakah pertimbangan dan alasan penentuan wali nikah pengantin akibat dari kawin hamil di Kabupaten Kendal bila ditinjau dari aspek hukum formal?

2. Bagaimanakah diskursus penentuan wali nikah bagi pengantin akibat kawin hamil ditinjau dari aspek sosial?

3. Bagaimana implikasi perbedaan tersebut dari aspek kepastian hukum dalam kehidupan sosial keagamaan masyarakat di Kabupaten Kendal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pertimbangan dan landasan yang menjadi dasar bagi PPN di Kabupaten Kendal dalam menentukan wali nikah bagi pengantin akibat dari kawin hamil.

2. Untuk mengetahui apakah perbedaan dalam menentukan wali nikah ini mempengaruhi kehidupan sosial keagamaan masyarakat di Kabupaten Kendal.

(33)

1. Memperoleh data yang akurat adanya perbedaan sikap dan pandangan di antara tokoh masyarakat yang ada di kabupaten Kendal tentang status kenasaban anak akibat dari kawin hamil.

2. Mengetahui hujjah mereka dalam menentukan wali nikah bagi anak akibat dari kawin hamil.

3. Dari sisi akademis diharapkan dapat menjadi kekayaan intelektual bagi peneliti khususnya juga bagi orang lain dalam rangka memberikan gambaran tentang sikap PPN di wilayah Kabupaten Kendal

E. Telaah Pustaka

Kajian pustaka adalah merupakan previous finding atau telaah terhadap penelitian terdahulu. Penelitian mengenai perkawinan dengan segala aspeknya telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti. Namun, kajian yang membahas munculnya perbedaan dan sikap PPN dalam menentukan wali nikah bagi perempuan yang lahir akibat ibunya hamil di luar nikah sampai saat ini belum penulis temukan, karena itu, penulis bermaksud memberikan data otentik tentang perbedaan tersebut dan mencari tahu sebab dan kenapa terladi perbedaan serta apa yang menjadi dasar dan landasan PPN kabupaten Kendal dalam menentukan wali nikah.

Untuk memperoleh gambaran tentang posisi penelitian ini di antara karya-karya yang sudah ada, penulis uraikan sebagai berikut :

(34)

1. Tesis Arif Kholil yang berjudul “Konflik dan Ketegangan Antara Fiqh dan Hukum Formal Islam (Studi Kasus Perkawinan di Kabupaten Demak) pada Pascasarjana IAIN Walisongo tahun 2003.

Dalam tesisnya, dia menemukan adanya ketidaksepahaman

masyarakat Demak terhadap aturan terjadinya jatuh talak di depan sidang Pengadilan Agama. Menurutnya, hal itu terjadi karena masyarakat memahami hukum Islam secara sempit dan dangkal. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membandingkan fiqh munakahat yang ada dengan undang undang yang legal formal. Sedangkan perbedaannya adalah terkait materi penelitian

2. Tesis Imron Jauhari yang berjudul “Penerapan Diskresi dalam Dunia Kepenghuluan, Studi Kasus Diskresi Penghulu Kota Semarang” yang ditulis pada Pascasarjana IAIN Walisongo Tahun 2007. Fokus pembahasannya adalah munculnya diskresi Penghulu dalam menyelesaikan kasus-kasus perkawinan dengan pendekatan struktur informal (aturan fiqh) bukan merupakan pelanggaran peraturan. Tema yang dibahas Imron Jauhari berkaitan dengan implementasi peraturan perundang-undangan perkawinan kesamaan dengan tesis ini adalah sama-sama meneliti adanya pelaksaan nikah dengan pendekatan informal (aturan fiqh) yang tidak sesuai dengan aturan formal (UU Pernikahan) dan perbedaanya adalah masalah lokasi penelitian, pada Tesis Imron Jauhari locusnya adalah Kota

(35)

semarang sedangkan Penelitian ini locusnya adalah Kab. Kendal dan hanya terkait perwalian pengantin akibat dari kawin hamil

3. Tesis Zainal Fatah dengan judul “Rivalitas antara kyai dan pegawai pencatat nikah dalam interpretasi dan implementasi tentang ketentuan umur wali nikah” (Studi kasus di Kab. Kendal) pada Pascasarjana IAIN Walisongo yang ditulis Tahun 2010. Abstraksi dari Tesis tersebut adalah telah terjadi rivalitas dalam antara PPN dan kyai lokal terkait wali nikah yang sudah baligh dalam pemahaman fiqh sentris dan belum memenuhi persyaratan umur menurut ketentuan yang ada dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 11 Tahun 2007 Pasal 18 ayat (2) c yang mensyaratkan usia wali nikah berumur sekurang-kurangnya 19 tahun dalm pelaksanaanya apabila kekuasaan dominan ada di tanggan kyai maka pelaksanaanya mengikuti ketentuan kiyai dan sebaliknya bila pengaruh PPN lebih kuat maka penentuan wali nikah menurut PPN. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti kasus perwalian di Kabupaten kendal, sedangkan perbedaanya adalah dalam Tesis diatas terkait ahliyatul ada’ bagi wali itu sendiri sedangkan penelitian ini adalah karena

akibat perilaku orang tuanya.

Berdasarkan telaah pustakadiatas, kajian yang membahas tentang penentuan wali nikah bagi anak hasil kawin hamil dalam yang melibatkan PPN selaku Petugas Pencatat Nikah dan Juga Tokoh Agama yang menjadi

(36)

panutan masyarakat Kendal serta hujjah yang menjadi dasar dalam penentuan wali tersebut belum pernah dibahas.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam Tesis ini pada dasarnya adalah field research atau penelitian lapangan terkait dengan perbedaan sikap dan pandangan tentang kenasaban anak dari kawin hamil dan walinikhanya antara PPN selaku Kepala KUA Kecamatan dengan Tokoh agama dimana KUA itu berada.

2. Pendekatan

Pernikahan merupakan perilaku hukum yang mengakibatkan tindakan hukum yang lainnya, sebagai perilaku hukum maka dalam pelaksanaannya bisa di digugat secara hukum apabila tindakannya melawan hukum. Pernikahan juga merupakan bagian dari perilaku agama yang pelaksanaan disesuaikan dengan keyakinan dan tradisi mereka dalam suatu komonitas lingkungan sosial. Karena itulah pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis – sosiologis

Pendekatan yuridis digunakan untuk bisa menganalisa pelaksanaan penentuan wali nikah berdasarkan hukum normatif. Sedangkan pendekatan sosiologis untuk mengetahui hukum lapangan atau law in action di masyarakat Kab. Kendal yang hidup dalam

(37)

sebuah komunitas sosial keagamaan dengan perilaku dan keyakinan yang dimilikinya

3. Sumber Data

yang dimaksud Sumber data dalam penelitian adalah subyek dimana data dapat diperoleh (Suharsimi Arikunto,2010: 172.)

a). Primer

Data Primer disebut juga data tangan pertama, data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian (Saryono,2011:77) yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah informasi dari PPN tentang alasan penentuan wali nikah bagi perempuan akibat ibunya telah hamil di luar nikah yang tertuang dalam akta nikah atau register. Akta nikah adalah akta autentik tentang pencatatan peristiwa perkawinan. Akta Nikah merupakan arsip pernikahan yang tersimpan di KUA

Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak lansung diperoleh peniliti dari subyek penelitiannya (Saryono,2011:78) data sekunder dalam penelitian adalah seluruh karya yang terkait dengan konsep wali nikah, perundang-undangan dan lainnya yang terkait perwalian dalam nikah 4. Metode Pengumpulan Data

a). Wawancara (interview)

Esterberg (2002) mendifinisikan wawancara “a meeting of two personsto exchange information and idea trough question and

(38)

responses, resulting in communication and joint controuction of meaning about a particular topic” wawancara adalahpertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu

(Sugiyono,2012:316) .

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada beberapa Kepala KUA Kab. Kendal secara samplingyang mewakili daerah wilayah Kendal daerah pegunungan, pertengahan dan wilayah bagian pantai utara. Wawancara juga dilakukan kepada tokoh agama / kyai di mana terjadinya pernikahan sebagai bahan perbandingan antara pendapat dan alasan PPN dengan pendapat dan alasan para kyai. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang penentuan wali nikah menurut keduanya.

b). Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya lain yang monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012: 326) sedangkan dokumentasi adalah memperoleh data dengan menelusuri dan mempelajari dokumen, catatan, buku-buku, peraturan perundang-undangan. (Suharsimi Arikunto, 2010:274). Dalam penelitian ini penulis mencari informasi dari dokumen-dokumen yang memberikan penjelasan tentang wali nikah, baik berupa buku-buku karya ilmiah

(39)

atupun dokumen yang ada dalam KUA Kabupaten Kendal yang menjelaskan tentang wali nikah pada kasus tersebut di atas.

4. Metode Analisis Data

Analis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis. Data bisa diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri ataupun orang lain. (Sugiyono,2012: 333).

Dari data nikah yang telah diperoleh akan diklasifikasi dan diuraikan sesuai kebutuhan dalam penelitian ini 9

G. Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian muka meliputi judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, deklarasi, abstraksi, kata pengantar dan daftar isi

Pada bagian kedua merupakan bagian isi yang dimulai dengan pendahuluan sebagai bab pertama. Pada bab pendahuluan ini yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah , tujuan, dan signifikasi penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

9Ambo Upe &Damsit dalam “

Asas Asas Multiple ReseachesDari Norman K. Denzin Hingga W. Creswell dan Penerapannya” 2010: 39” menjelaskan bahwa rancangan dalam

penelitian Kualitatatif sekedar sebagai pedoman awal bukan sebagai “kerangkeng” yang membatasi ruang gerak peneliti dalam melakukan penelitian.

(40)

Bab kedua akan diuraikan kajian teoritis perbedaan pandangan ulama’ madzhab dan hukum positif serta fungsi dan peranan PPN dalam pernikahan yang meliputi hukum kawin hamil, status anak yang lahir dari pernikahan tersebut dan wali nikahnya dalam prespektif fiqh munakahat dan hukum positif dan sebab terjadinya perbedaan pendapat serta fungsi dan peraran PPN dalam kerangka perundang-undangan di Indonesia

Bab ketiga akan disajikan tentang pernikahan di kabupaten kendal mulai dari data nikah secara menyeluruh di Kabupaten Kendal mulai tahun 2013 – 2015 lalu dari data tersebut akan diambil sampel perkawinan pengantin akibat kawin hamil orang tuanya mewakili daerah pegunungan, pertengahan dan pesisir pantai utara. Selanjutnya data akan diklasifikasi sesuai penentuan hukumnya dan terakhir pendapat PPN dan tokoh agama terkait perwalian nikah ini.

Bab keempat akan dianalisis penetuan wali nikah bagi pengantin akibat kawin hamil di Kabupaten Kendal dan landasan hukum dalam menetukannya menurut PPN dan akibat perbedaan hukum dalam aspek kepastian hukum dan sosilogis serta implemtasinya dalam kehidupan sosial beragama di Kabupaten Kendal.

Bab kelima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran dan rekomendasi.

(41)

BAB II

STATUS HUKUM DAN PERWALIAN NIKAH ANAK KAWIN HAMIL SERTA FUNGSI PEGAWAI PENCATAT NIKAH (PPN) DALAM

PERNIKAHAN

A. Urgensi Kenasaban Anak dalam Keluarga

Pertalian nasab merupakan hubungan yang sangat penting dalam keluarga. Kenasaban merupakan hak setiap anak yang dilahirkan ke dunia nyata10. Menjaga nasab merupakan salah satu tujuan syariat Islam yang lima atau al ḍaruriyah al khamsi karena itu, syari‟at Islam melarang keras seorang ayah mengingkari kenasaban anaknya sendiri dan seorang ibu diharamkan menasabkan anak kepada yang bukan ayahnya. Rosulullah SAW bersabda

ِٓ

ٝػدج

ٌٝئ

ش١غ

ٗ١ذأ

ٛ٘ٚ

ٍُؼ٠

ٗٔأ

ش١غ

ٗ١ذأ

سٕجٌحف

ٗ١ٍػ

َجشد

“Seseorang yang menasabkan diri kepada selain ayahnya, padahal sesungguhnya dia mengetahui yang sebenarnya, maka surga haram baginya” (al Bukhari,tt:1054 hadiṡ no. 4326).

Kenasaban, di samping hak bagi seorang anak, juga menjadi dasar dalam penentuan wali nikah. Keberadaan wali menjadi penentu sah dan tidaknya suatu pernikahan. Seorang wanita tidak bisa menikahkan dirinya bahkan seandainya dia telah mendapat ijin dari walinya sekalipun (Taqyuddin,2001;423).

10UUD 1945 Pasal 28D “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan

(42)

)

لا

ؼٚضض

زأشٌّج

زأشٌّج

لاٚ

ؼٚضض

حٙغفٔ

)

حٕوٚ

يٛمٔ

(

ٟطٌج

ؼٚضض

حٙغفٔ

ٟ٘

س١ٔجضٌج

)

ٓػٚ

سشتحػ

ٟضس

الله

حٕٙػ

ْأ

ٟرٌٕج

ٍٝص

الله

ٗ١ٍػ

ٍُعٚ

يحل

(

حّ٠أ

)

زأشِج

صذىٔ

ش١غذ

ْرئ

حٙ١ٌٚ

حٙدحىٕف

ًطحذ

ظلاغ

شجشِ

11

)

يحلٚ

ٓذج

ٓ١ؼِ

ٗٔأ

خصأ

حِ

ٟف

خحرٌج

ٌٗٛلٚ

شور

صشطدج

ٗذ

ٓػ

ٝػٕخٌج

زأشٌّجٚ

لاف

خصض

زسحرػ

زأشٌّج

ٟف

ححىٌٕج

حذحج٠ئ

لاٛرلٚ

لاف

ؼٚضض

حٙغفٔ

ْراذ

ٌٌٟٛج

لاٚ

ش١غذ

ٗٔرئ

لاٚ

ح٘ش١غ

لا

س٠لاٛذ

لاٚ

سٌحوٛذ

سحرخلأٌ

Seorang perempuan memerlukan laki-laki yang bertindak sebagai wali dalam pelaksanaan di atas akad nikahnya. Ini sesuai dengan hadiś Nabi yang diriwayatkan oleh Abu dawud dari Aisyah diatas

Ketentuan nikah hamil yang diatur dalam KHI pasal 53 bisa berjalan baik dan diterima oleh masyarakat, tidak terkecuali dalam masyarakat di Kabupaten Kendal yang akan menjadi obyek penelitian di sini. Pelaksanaan nikah hamil atau kawin hamil terlaksana tanpa ada ekses, karena sejalan dengan Tradisi fiqh munakahat yang berlaku dalam masyarakat, namun terjadinya pernikahan ini membawa problem baru yaitu bagaimana status hukum dan kedudukan anak yang lahir dari pernikahan tersebut?.

Terkait dengan kelahiran anak yang lahir kurang dari 6 bulan ada 2 kemungkinan. Pertama kehamilannya dengan orang yang kemudian menjadi suaminya. Dalam hal ini, berarti anak tersebut murni dari benih

11 ًٌِطحَذ حَُٙدحَىَِٕف حَٙ١ٌِجََِٛ ِْْرِئ ِشْ١َغِذ ْصَذَىَٔ ٍزَأَشِْج حَُّّ٠َأ .» ٍشجَّشَِ َظَلاَغ « َخحَصَأ حَِّذ حٌََٙ ُشٌَّْْٙحَف حَِٙذ ًََخَد ِْْاَف ٌَُٗ ٌََِّٝٚ َلا َِْٓ ٌَُِّٝٚ ُْحَطٍُّْغٌحَف جُٚشَجحَشَض ِْْاَف حَِِْٕٙ (Abu Dawud,tt;388)

(43)

suaminya karena yang menikahi adalah yang menyiram sebelumnya12. Namun perlu diketahui juga bahwa ketika terjadi akad nikah kondisi janin dalam perut ibunya telah bernyawa atau telah ditiupkan kepadanya ruh13 sesuai dengan sabda Nabi SAW

ْئ

كٍخ

ُوذدأ

غّج٠

ٟف

ٓطذ

ِٗأ

ٓ١ؼذسأ

حِٛ٠

ٓ١ؼذسأٚ

سٍ١ٌ

ُغ

ْٛى٠

سمٍػ

ٍٗػِ

ُغ

ْٛى٠

سغضِ

ٍٗػِ

ُغ

عؼر٠

ٗ١ٌئ

هٌٍّج

ْرإ١ف

غذسأذ

شحٍّو

دطى١ف

ٗلصس

ٍٗجأٚ

ٍّٗػٚ

ٟمشٚ

َأ

ذ١ؼع

ُغ

خفٕ٠

ٗ١ف

حٚشٌج

ْاف

ُوذدأ

ًّؼ١ٌ

ًّؼذ

ً٘أ

سٕجٌج

ٝطد

لا

ْٛى٠

حٕٙ١ذ

ٕٗ١ذٚ

لائ

عجسر

كرغ١ف

ٗ١ٍػ

خحطىٌج

ًّؼ١ف

ًّؼذ

ً٘أ

سحٌٕج

ًخذ١ف

سحٌٕج

.

ْئٚ

ُوذدأ

ًّؼ١ٌ

ًّؼذ

ً٘أ

سحٌٕج

ٝطد

حِ

ْٛى٠

حٕٙ١ذ

ٕٗ١ذٚ

لائ

عجسر

كرغ١ف

ٗ١ٍػ

خحطىٌج

ًّؼ١ف

ًّػ

ً٘أ

سٕجٌج

حٍٙخذ١ف

“Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 (empat puluh) hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia ( al Bukhari,tt; 1212)

12Tidak halal bagi seorang mukmin yang beriman pada Allah dan hari akhir untuk

menyiramkan airnya pada tanaman orang lain yaitu mengumpuli wanita hamil yang bukan istrinya (Abu Dawud, tt; III,486)

13

Normal masa kehamilan adalah 9 bulan. Dan janin akan bernyawa setelah melewati 120 hari (setelah 4 bulan) sejak terjadi pembuahan. Dan minimal masa kehamilan adalah 6 bulan, maka apabila terjadi kelahiran kurang dari 6 bulan sejak akad nikah berarti ketika akad terjadi janin yang berada dalam kandungan sudah bernyawa karena telah berumur lebih dari 120 hari sejak pembuahan.

(44)

kedua telah terjadi hubungan dengan laki-laki yang kemudian tidak menjadi suaminya, apabila dia seorang janda maka berarti dia telah berdusta tentang masa iddahnya dan hubungan nasab disambungkan kepada suami sebelumnya, namun bagaimana apabila dia bukan janda? Bagaimana status kenasaban anak dan siapakah yang akan menjadi wali nikah nantinya?

1. Hukum Kawin Hamil Dalam Prespektif Fiqh Munakahat

Kajian tentang hukum nikah hamil dalam prespektif fiqh munakahat termasuk masalah khilafiyah yang sudah dikenal dikalangan fuqoha‟, hukum nikah hamil ini, bila ditarik satu kesimpulan, maka hukum menikahi terhadap wanita hamil karena zina terbagi menjadi 3 kategori yaitu :

a. Boleh secara mutlak

Seorang wanita yang hamil karena zina boleh dinikah dan juga dikumpuli baik oleh yang mengahamili atau bukan yang menghamilinya, Imam al Syafi‟i (Al Um,2001;VI,30) berkata “

)

يحل

ُِّٟؼِفحَّشٌج

)

ُسحَ١ِط ْخ ِلاحَف

ًُِجَّشٌٍِ

َْْأ

َلا

َخِىَْٕ٠

سَ١ِٔجَص

ِزَأ ْشٌٍََِّْٚ

َْْأ

َلا

َخِىَْٕض

ح ١ِٔجَص

ِْْاَف

َلاَؼَف

َظْ١ٍََف

هٌر

ٍَجَشَذِذ

ٍٝػ

ٍذِدجَٚ

حَُِِّْٕٙ

ْصَغْ١ٌَ

ُسَ١ِصْؼَِ

ٍذِدجَٚ

حَُِِّْٕٙ

ٟف

ِِٗغْفَٔ

َُِّشَذُض

ٗ١ٍػ

َي َلاَذٌْج

جَرئ

ُٖحَضَأ

يحل

َهٌَِزَوَٚ

ٌٛ

َخَىَٔ

زَأَشِْج

ٌُ

ٍَُْْؼَ٠

حٙٔأ

ْصََٔص

ٍََُِؼَف

ًرل

حٌَُِٙٛخُد

ٗ١ٍػ

حٙٔأ

ْصََٔص

ًرل

ِِٗدحَىِٔ

ٚأ

َُٖذْؼَذ

ٌُ

َُْش ْذَض

ٗ١ٍػ

ٌُٚ

ُْٓىَ٠

ٌٗ

ُز ْخَأ

ِِٗلجَذَص

حِٕٙ

َلاَٚ

ُخْغَف

حَِٙدحَىِٔ

ْحوٚ

ٌٗ

ْْئ

َءحَش

َْْأ

(45)

َهِغُّْ٠

ِْْئَٚ

َءحَش

َْْأ

َكٍَِّطُ٠

َهٌَِزَوَٚ

ْْئ

ْحو

ٛ٘

ٞزٌج

ُْٗضَذَجَٚ

ذل

ََٝٔص

ًرل

َْْأ

حََٙذِىَْٕ٠

ٚأ

ذؼذ

حِ

حََٙذَىَٔ

ًرل

ِيُٛخُّذٌج

ٚأ

َُٖذْؼَذ

َلاَف

َسحَ١ِخ

حٌٙ

ٟف

ِِٗلجَشِف

ََِٟ٘ٚ

ُُٗطَج َْٚص

حٌَِٙحَذِذ

َلاَٚ

َُُشْذَض

ٗ١ٍػ

ٌءجََٛعَٚ

َّذُد

ِٟٔجَّضٌج

حَُِِّْٕٙ

ٚأ

ٌُ

َّذَذُ٠

ٚأ

ْصَِحَل

ٗ١ٍػ

ٌسَِّٕ١َذ

ٚأ

َفَشَطْػج

َلا

َُِّشَذُ٠

حَِٔص

ٍذِدجَٚ

حَُِِّْٕٙ

َلاَٚ

حَُّ٘حَِٔص

َلاَٚ

ٌسَ١ِصْؼَِ

ِٓ

ِٟصحَؼٌَّْج

َي َلاَذٌْج

َّلائ

َْْأ

َفٍَِط ْخَ٠

حَُّ٘حَٕ٠ِد

ٍن ْشِشِذ

ٍْحَّ٠ِئَٚ

Beliau mempersilakan bagi seorang laki-laki untuk menikah dengan wanita zina atau sebaliknya, seorang perempuan suci untuk dinikahkan dengan laki-laki zina.Tiada dosa bagi keduanya untuk menikah, karena sesuatu yang haram (berzina) tidaklah mengahalangi untuk menikah (halal), bahkan ketika seorang seorang calon suami yang akan menikahi wanita mengetahui bahwa calon istrinya pernah berzina sebelum akad nikah atau setelah akad atau dia tahu sebelum mengumpulinya ataupun setelahnya, maka suami tetap boleh menikahinya dan dia tidak berhak menarik maharnya dan nikahnya juga tidak fasakh (bila sudah terjadi pernikahan), dia boleh memilih untuk memepertahankan atau melepaskannya dan juga sebaliknya seorang wanita tahu bahwa suaminya telah berzina sebelumnya menikahinya maka sang istri tetap tidak boleh menutut cerai dan dia tetap sebagai istrinya

(46)

Dalam Madzhab Hanafi menikahi wanita hamil juga diperbolehkan dengan alasan bahwa wanita hamil di luar nikah tidak termasuk wanita wanita yang haram dinikahi sebagaimana dalam surat An Nisa (24). Namun terkait apakah wanita tersebut boleh dikumpuli atau tidak mereka memerincinya apabila yang menikahi adalah yang mengahamilinya maka dia berhak mengumpulinya, sebaliknya bila bukan yang menghamilinya maka haram baginya mengumpulinya hingga melahirkan dan sebagai imbal baliknya dia tidak berkewajiban memberi nafkah kepadanya. Al Haddad dalam Jauharon al Nayyirah (tt, II: 163) menjelaskan terkait menikahi wanita hamil ini

ٌُُٗ َْٛل

)

جَرِئَٚ

ْصَجََّٚضَض

ًُِِحَذٌْج

ِِْٓ

حَِّٔضٌج

َصحَج

ُححَىٌِّٕج

)

َلاَٚ

َسَمَفَٔ

حٌََٙ

َّٝطَد

َغَضَض

،

جَزََ٘ٚ

ُي َْٛل

ِٟذَأ

َسَف١َِٕد

ٍذََّّذَُِٚ

؛

ََّْ ِلِ

َءحَِ

ِٟٔجَّضٌج

َلا

َسَِْشُد

ٌَُٗ

ُغٌَّْْٕجَٚ

ِِْٓ

ِؼَُّٚضَض

ًِِِحَذٌْج

ِسَِْشُذٌِ

ِءحَِ

ِةِطجٌَْٛج

(

ٌُُٗ َْٛل

َلاَٚ

حَُ٘إَطَ٠

َّٝطَد

َغَضَض

حٍَََّْٙد

)

ٌِِٗ َْٛمٌِ

ِْٗ١ٍََػ

َُ َلاَّغٌج

{

َلا

ُأَطُٛض

ًٌِِحَد

َّٝطَد

َغَضَض

}

َّلائ

َْْأ

َُْٛىَ٠

َُٛ٘

َِٟٔجَّضٌج

ُصُٛجَ١َف

ٌَُٗ

َْْأ

حََ٘أَطَ٠

Namun Abu Yusuf dan Zufar, pengikut dari Al Hanafi mengatakan bahwa pernikahan wanita hamil hukumnya adalah fasid kecuali calon suami mengakuinya (Jauharon al Nayyirah tt, II: 163)

َيحَلَٚ

ُٛذَأ

َفُعُٛ٠

ُشَفُصَٚ

ُححَىِٔ

ٍَْٝرُذٌْج

ِِْٓ

حَِّٔضٌج

ٌذِعحَف

ُف َلاِخٌْجَٚ

حَّ١ِف

جَرئ

َشَىَْٔأ

ُؼ َّْٚضٌج

ًََّْذٌْج

جَرئ

َّشَلَأ

ََُّٗٔأ

ُِِْٕٗ

ُححَىٌِّٕحَف

ٌخ١ِذَص

ِقحَفِّض ِلاحِذ

(47)

Wanita hamil karena zina menurut Madzhab Hambali dan Maliki memiliki iddah atau masa tunggu seperti wanita hamil

karena dicerai suaminya dan iddahnya sampai

melahirkannya.Dalam Madzhab Maliki, imam Al Bashri (1971, II, 78)

حٙجٚضٌ ضج٠ ٌُ ٚ حٍّٙد غضٔ ٝطد خىٕض ْج ضج٠ ٌُ حٔضٌج ِٓ صٍّد ْجٚ

ٌُ جرج ح٘ذ١غٌ صٛج٠ لاٚ حٍّٙد غضض ٝطد ح٘أط٠ ْج ؼٚص شجر صٔحو ْج

ًّذٌج غضض ٚج ض١ذٌحذ حٙغفٔ بشرطغض ٝطد ح٘أط٠ ْج ؼٚص شجر ٓىض

“jika seorang wanita hamil karena zina maka haram baginya menikah sehingga dia melahirkan, jika dia wanita yang bersuami maka haram bagi suaminya mengumpulinya sehingga melahirkan dan haram pula bagi tuanya jika wanita itu budak yang tidak bersuami untuk mengumpulinya sehingga dia bersih atau telah melahirkan”

Sedangkan dalam Madzhab Hambali seorang wanita telah berzina maka hukumnya haram menikahinya baik yang menzinahinya atau bukan sampai wanita tersebut telah bertaubat dan masa iddahnya telah habis. Al Hajawi (tt;III,186) mengatakan

ٟضمٕضٚ خٛطض ٝطد ٖش١غٚ ٟٔجضٌج ٍٝػ ح٘حٔص ٍُػ جرئ س١ٔجضٌج َشذضٚ

ْأ حٙطذٛضٚ غضٌٛج ًرل حٙدحىٔ ًذ٠ ٌُ ِٕٗ لاِحد صٔحو ْاف حٙضذػ

“Wanita yang diketahui telah berbuat zina haram dinikahi baik bagi yang menzinahinya atu bukan sehingga dia bertaubat dan

(48)

masa iddahnya telah habis, jika dia hamil maka dia tetap haram sampai melahirkan dan bertaubat”.

Dalam hukum positif Ketentuan tentang nikah hamil atau kawin hamil telah diatur pada bab VIII pasal 53 KHI yang menyatakan; (1) Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat dikawinkan dengan pria yang menghamilinya. (2) Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu lebih dahulu kelahiran anaknya. (3) dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang setelah anak yang dikandung lahir. Adanya pasal di atas berarti dalam hukum positif yang berlaku di Indonesia telah melagalkan adanya nikah hamil dan bila dikembalikan kepada madzhab fiqh berartti hukum positif sejalan dengan fiqh Madzhab Syafi‟I dan Madzhab Hambali.

2. Status Hukum Anak Hasil kawin Hamil dalam Prespektif Fiqh

Munakahat dan Hukum Positif

Dalam islam Seorang anak yang lahir berhak mendapatkan 1. Hubungan Nsab, 2. Perwalian, 3. Penyusuan, 4. Pemeliharaan dan 5. Nafkah (Az Zuhaily: 1985,VII,761). Kenasaban atau status hukum akan selalu melekat dan bersifat abadi kecuali seorang suami melakukakan li‟an kepada istrinya dan mengingkari kenasaban anaknya dalam sidang pengadilan. Dalam Dalam Pasal 44 UU No. 1 Tahun 1974 dikatakan “(1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya, bilamana ia dapat membuktikan

(49)

bahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari perzinaan tersebut” atau dalam KHI Pasal 125 “Li`an menyebabkan putusnya perkawinan antara suami isteri untuk selama-lamnya” dan Pasal 126 “Li`an terjadi karena suami menuduh isteri berbuat zinah dan atau mengingkari anak dalam kandungan atau yang sudah lahir dari isterinya, sedangkan isteri menolak tuduhan dan atau pengingkaran tersebut.”

Ulama‟ Sepakat bahwa usia 6 bulan adalah masa minimal usia kandungan yang akan terlahir hidup. Ketentuan ini mengacu pada 2 dalil yang disatukan (al jam‟u) “Masa kehamilan dan menyusui adalah 30 bulan” (QS. Al Ahqaf. 46) dan ayat “Masa menyusuinya adalah 2 tahun” (QS.Luqman, 14) pada ayat yang pertama menerangkan bahwa masa kehamilan dan masa menyusui yaitu 30 bulan sedang ayat yang ke dua menjelaskan masa menyusui 2 tahun atau 24 bulan bulan maka sisanya yaitu 6 bulan dihitung sebagi masa minimal kehamilan dan pendapat ini juga didukung oleh fakta yang ada dan dunia kedokteran. (Al Zuhaily,1985,VII, 676).

a. Madzhab Hanafi

Imam Abu Hanifah, sebagaiman yang dikutip Ibn Rusyd menyatakan seorang wanita yang berzina lalu keduanya menikah maka anak yang akan lahir adalah anak suaminya atau dinasabkan pada ayahnya dengan mengacu pada keumuman

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi penerapan PSAK 102 dan PSAK 106 yang ditinjau antara mahasiswa akuntansi syariah dan non

Kurva diatas menunjukan perbandingan hubungan antara gaya geser dasar terhadap perpindahan yang terjadi akibat beban gempa pada struktur bangunan pada titik tinjau diarah

Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan ( Noise Voltage ) Pada Konduktor Dengan Perisai Kawat Mesh ……… 68... Simulasi Percobaan Pengukuran Tegangan Gangguan (

Atas kegiatan membangun sendiri bangunan permanen dengan luas 200 meter persegi atau lebih, yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan tidak dalam lingkungan

Berdasarkan uraian beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pustakawan adalah hasil kerja atau prestasi kerja seseorang yang memiliki latar belakang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dorongan atau motivasi perempuan pengrajin kue adee di Gampong Meuraxa Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya adalah kekurangan

yang mempunyai nilai PPW terbesar di kecamatan ini adalah jahe. Di Kecamatan Jatiyoso ini terdapat jenis tanah litosol coklat merah yang potensial untuk