commit to user
ii
ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS
KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi Agribisnis
Oleh :
RATNA NUR PRIHATI H 0808039
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
ii
ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS
KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
yang dipersiapkan dan disusun oleh: RATNA NUR PRIHATI
NIM. H0808039
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal :
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si NIP. 196606111991031002
Anggota I
Wiwit Rahayu, SP. MP NIP. 197111097997032004
Anggota II
Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP NIP. 196708241992031003
Surakarta, Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 19560225 198601 1 001
commit to user
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi dengan judul “Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan
Location Quotient dan Shift Share Analysis)”, sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
2. Dr. Ir. Mohd. Harisudin. M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
3. Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
4. Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar dan kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk kepada penulis.
5. Wiwit Rahayu, SP, MP selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Pendamping atas masukan, arahan, serta bimbingannya kepada penulis.
Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan Penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
ii
7. Pihak Perpustakaan Fakultas Pertanian dan Perpusatakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta terimakasih atas pinjaman bukunya yang sangat membantu dalam proses belajar dan penulisan skripsi Penulis.
8. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Karanganyar beserta staf yang telah membantu dalam perijinan penelitian. 9. Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, BAPPEDA Kabupaten
Karanganyar, Dinas Kehutanan Kabupaten Karanganyar, Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Karanganyar, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, serta seluruh Camat dan pegawai kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan penulis.
10. Bapak dan Ibuku, Joko Prakoso dan Hartati tercinta yang telah memberi segenap perhatian, doa, pengorbanan, kasih sayang, perlindungan, dukungan materi dan spiritual kepada penulis.
11. Kakak-kakakku tercinta dan keluarga atas dukungan kalian.
12. M Wahyu Nugroho, Amd yang selama ini selalu membuat tersenyum dan memberikan dukungan, doa serta motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
13. Keluarga Besar Agribisnis 2008 yang telah memberi doa dan semangat untuk terus berjuang. Empat tahun bersama sungguh memberi warna tersendiri dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa memberikan kesuksesan untuk kita semua. Amin.
14. Sahabatku tercinta Wieta dan Dewi atas waktu yang telah kita habiskan bersama sebagai remaja dan selalu remaja hingga akhir hayat.
15. Seluruh teman – teman Fakultas Pertanian Angkatan 2007, 2008, 2009 yang telah memberikan canda tawa, kenangan indah, semangat dan doa bagi penulis.
16. Teman-teman magang BBPP Lembang (Ayyun, Lilis, Andri) yang telah memberi kenangan indah selama magang.
commit to user
ii
17. Seluruh kakak tingkat dan adik tingkatku se-Fakultas Pertanian yang selalu memberikan semangat.
18. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (Pak Jarwo, Mbak Ira, Pak Mandimin, Mas Tomo, Mas Dwi dll) yang telah memberikan bantuan selama di Fakultas Pertanian.
19. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, trima kasih. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca.
Surakarta, 2012
commit to user
ii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... iiKATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi RINGKASAN ... xii SUMMARY ... xiv I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 9 D. Kegunaan Penelitian ... 9
II. LANDASAN TEORI... 10
A. Penelitian Terdahulu ... 10
B. Tinjauan Pustaka ... 11
1. Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan ... 11
2. Pembangunan Ekonomi ... 13
3. Otonomi Daerah ... 13
4. Pembangunan Daerah dan Perencanaan Pembangunan Daerah .. 14
5. Pembangunan Pertanian ... 15
6. Peran Sektor Pertanian ... 16
7. Teori Ekonomi Basis ... 18
8. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 19
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 21
D. Pembatasan Masalah ... 24
E. Asumsi-asumsi ... 24
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 24
III.METODE PENELITIAN ... 27
A. Metode Dasar Penelitian ... 27
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ... 27
C. Jenis dan Sumber Data ... 28
D. Metode Analisis Data ... 28
1. Analisis Komoditas Pertanian Basis ... 28
2. Analisis Komponen Pertumbuhan Komoditas Pertanian Basis 29 3. Analisis Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis ... 31
commit to user
ii
Halaman
IV.KONDISI UMUM KABUPATEN KARANGANYAR ... 32
A. Kondisi Umum Daerah ... 32
1. Letak Geografis ... 32
2. Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi ... 32
3. Keadaan Topografi ... 33
4. Keadaan Iklim dan Curah Hujan ... 34
B. Keadaan Penduduk ... 35
1. Jumlah Penduduk ... 35
2. Komposisi Penduduk ... 36
C. Keadaan Perekonomian ... 39
D. Keadaan Sektor Pertanian ... 40
1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ... 41
2. Sub Sektor Perkebunan ... 42
3. Sub Sektor Peternakan ... 44
4. Sub Sektor Perikanan ... 45
5. Sub Sektor Kehutanan ... 45
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar... 47
B. Komponen Pertumbuhan Proporsional dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar ... 57
1. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar... ... 57
2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar ... 82
C. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar ... 104
1. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Pendekatan LQ, PP, dan PPW ... .... 105
2. Perbandingan Komoditas Pertanian yang Diunggulkan Antara Versi Penelitian dengan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar ... .... 114
VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 118
A. Kesimpulan ... 118
B. Saran... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 122
commit to user
ii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 1. Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Tengah 2008-2010
(Juta Rupiah) ... 2 Tabel 2. Nilai dan Kontribusi PDRB Masing-masing Sektor
Perekonomian Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ... 4 Tabel 3. Komposisi Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Mata
Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010. ... 6 Tabel 4. Produksi Beberapa Komoditas Subsektor Tabama di Kabupaten
Karanganyar ... 8 Tabel 5. Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di
Kabupaten Karanganyar... ... 33 Tabel 6. Luas Kabupaten Karanganyar Dirinci Menurut Penggunaan
Lahan Tahun 2010 ... 35 Tabel 7. Ketinggian Di Atas Permukaan Laut Dirinci Menurut
Per Kecamatan Di kabupaten Karanganyar tahun 2010 ... 36 Tabel 8. Kepadatan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun
2007-2010 ... 37 Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Karanganyar tahun 2006-2010 ... 38 Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010... 39 Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2006-2010... 40 Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Perekonomian
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010 ... .... 41 Tabel 13. Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Karanganyar Tahun
2006-2010 ... 42 Tabel 14. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Tanaman Bahan
Makanan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 43 Tabel 15. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Tanaman Perkebunan
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 45 Tabel 16. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Peternakan di
commit to user
ii
Tabel 17. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 ... 47 Tabel 18. Produksi dan Nilai Produksi Kehutanan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2010 ... 48 Tabel 19. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di
Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 (LQ rata-rata) ... 50 Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas
Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2009-2010 ... 60 Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas
Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar Tahun 2009-2010 ... 86 Tabel 22. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis
di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Analisis Location Quotient, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Tahun 2009-2010 ... 108 Tabel 23. Perbandingan Komoditas Pertanian yang Diunggulkan
Menurut Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar
commit to user
ii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
commit to user
ii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran 1. Harga Masing-masing Komoditas Pertanian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 (Tingkat Produsen) ... 126 Lampiran 2. Jumlah Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian
Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009... 127 Lampiran 3. Jumlah Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian
Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010... 129 Lampiran 4. Nilai Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian
Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009... 131 Lampiran 5. Nilai Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian
Kabupaten Karanganyar Tahun 2010... 135 Lampiran 6. Nilai LQ Komoditas Pertanian Masing-masing Kecamatan
Kabupaten Karanganyar Tahun 2009 ... 139 Lampiran 7. Nilai LQ Komoditas Pertanian Masing-masing Kecamatan
Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ... 141 Lampiran 8. Nilai LQ Rata-Rata Komoditas Pertanian Masing-masing
Kecamatan Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 ... 143 Lampiran 10. Analisis Shift Share Komoditas Pertanian Basis
Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2009-2010 ... 147 Lampiran 11. Peta Kabupaten Karanganyar ... 181 Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ... 182
commit to user
RINGKASAN
Ratna Nur Prihati, 2012. “Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darsono, M. Si. dan Wiwit Rahayu, S.P., M.P. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerahnya. Pengoptimalan potensi sektor pertanian dapat dilakukan dengan penentuan prioritas pengembangan komoditas pertanian yang menjadi basis di masing-masing kecamatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komoditas pertanian basis di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, mengetahui komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, mengetahui komoditas pertanian basis yang diprioritaskan untuk dikembangkan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi data produksi komoditas pertanian tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 2009 dan 2010, data harga rata-rata komoditas pertanian di tingkat produsen di Kabupaten Karanganyar tahun 2009 dan 2010, Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009 dan 2010, serta Properda Kabupaten Karanganyar. Metode analisis data yang digunakan yaitu LQ, analisis Shift Share, dan gabungan LQ dan Shift Share.
Hasil penelitian menunjukkan komoditas pertanian yang menjadi basis di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah padi sawah, jagung, kacang tanah, petai, pepaya, mangga, ketela pohon, ketela rambat, rambutan, kubis, cabe, melinjo, buncis, durian, belimbing, jambu biji, dan sukun (untuk sub sektor tabama), jahe, kencur, tebu, kunyit, cengkeh, kapuk, mete dan kelapa (untuk sub sektor tanaman perkebunan), jati dan mahoni (untuk sub sektor kehutanan), ayam kampung, ayam ras petelur, sapi potong, domba, kambing, itik, kelinci (untuk sub sektor peternakan), dan nila, tawes, gurami, lele (untuk sub sektor perikanan). Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan proporsional komoditas pertanian basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan cepat adalah: padi sawah, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang panjang, melinjo, alpukat, terong, ketimun, tomat, rambutan, belimbing, manggis, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, pisang, nanas, durian, sukun, mangga, buncis, dan petai (Sub sektor tanaman bahan makanan), tebu, kapuk, mete, kunyit, kencur, jahe dan cengkeh (Sub sektor perkebunan), jati, mahoni, dan kayu lain (Sub sektor kehutanan), ayam kampung, ayam ras pedaging, itik, sapi potong, kambing, domba dan kelinci (Sub sektor peternakan), tawes, nila, lele, gurami dan ikan lain (Sub sektor perikanan). Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas pertanian basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar,
commit to user
xv
komoditas pertanian basis yang mempunyai daya saing adalah: padi sawah, jagung, , ketela pohon, ketela rambat, kacang panjang, melinjo, alpukat, terong, ketimun, tomat, rambutan, belimbing, manggis, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, pisang, nanas, durian, sukun, mangga, buncis, dan petai (Sub sektor tanaman bahan makanan), kelapa, kapuk, cengkeh, mete, kunyit, kencur dan jahe (Sub sektor perkebunan), jati, mahoni, dan kayu lain (Sub sektor kehutanan), ayam kampung, ayam ras petelur, ayam pedaging, itik, sapi potong, kambing, domba, dan kelinci (Sub sektor peternakan), gurami, tawes, nila, lele, dan ikan lain (Sub sektor perikanan). Berdasarkan hasil analisis prioritas pengembangan komoditas pertanian basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, komoditas pertanian yang perlu dipertimbangkan untuk di kembangkan di tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah kacang tanah, durian, rambutan, jati, mahoni, ayam buras, itik, kambing, sapi potong ( Kecamatan Jatipuro), ketela pohon, rambutan, jahe, cengkeh, kelapa, mahoni, domba, ikan lain ( Kecamatan Jatiyoso), kacang tanah, mete, kapuk (Kecamatan Jumapolo), petai, jengkol, belimbing, durian, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, nanas, mangga, duku/langsat, kencur, mete, jati, ayam ras petelur (Kecamatan Jumantono), cabe, terong, sawi, pepaya, mangga, duku/langsat, jeruk keprok, kencur, kopi robusta, jati, kambing, kelinci, gurami, tawes, nila, ikan lain (Kecamatan Matesih), jagung, ketela rambat, alpukat, jeruk keprok, cengkeh, kopi robusta, kelapa, ayam buras, domba, kambing, puyuh, sapi potong, lele, karper (Kecamatan Ngargoyoso) jagung, ketela pohon, bawang putih, durian, cengkeh, kuda, kambing, ayam pedaging, kelinci, nila (Kecamatan Tawangmangu), padi sawah, ketela rambat, terong, buncis, belimbing, jambu biji, alpukat, salak, duku/langsat, kerbau, ayam buras, domba, sapi potong, karper (Kecamatan Karangpandan), padi sawah, jati (Kecamatan Karanganyar), melinjo, belimbing, jambu biji, pepaya, pisang, jati, kayu lain, kerbau, ayam buras, itik, domba, kelinci, sapi potong, lele, gurami (Kecamatan Tasikmadu), sawo, itik, sapi potong (Kecamatan Jaten), kapuk, kerbau, gurami, ikan lain (Kecamatan Colomadu), padi gogo, ayam pedaging, lele (Kecamatan Gondangrejo), Mahoni (Kecamatan Kebakkramat), padi sawah, kacang panjang, kapuk, kunyit, mahoni, kerbau, itik, gurami (Kecamatan Mojogedang), padi sawah, cabe, sawi, manggis, nangka, sukun, jeruk keprok, mahoni, domba, kelinci, sapi potong (Kecamatan Kerjo), bawang merah, bawang putih, petai, cabe, wortel, melinjo, kentang, kubis, buncis, nangka, pisang, salak, sukun, kencur, kopi robusta, panili, kelapa, kayu lain, ayam buras, sapi potong, lele (Kecamatan Jenawi).
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai prioritas pengembangan komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan Tipologi Klassen untuk rencana pengembangan komoditas pertanian dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
commit to user
SUMMARY
Ratna Nur Prihati, 2012. “Potency Analysis of District Area Base on Agricultural Commodities in the Regional Development in Karanganyar Regency (Location Quotient and Shift Share Analysis Approach)". Under guidance of Prof. Dr. Ir. Darsono M.Si. and Wiwit Rahayu S.P., M.P. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University, Surakarta.
Success of regional autonomy implementation very depends on region ability to develop the existing potential in its area. Optimizing of potencial agricultural sector can be done with the determination of agricultural commodities development priority becoming bases in each district. The aims of this research are to know base agricultural commodity in each district in Karanganyar Regency, to know base agricultural commodity having growth quickly and having good competitiveness in each district in Karanganyar Regency, to know base agricultural commodity which priority to be developed in each district in Karanganyar Regency.
The basic method in this research is descriptive. Method of the research area conducted by purposive. The data which used is secondary data covering production of agricultural commodity data every district in Karanganyar Regency in 2009 and 2010, average price in producer storey of agricultural commodity data in Karanganyar Regency in 2009 and 2010, Karanganyar in Figure 2009 and 2010, and the regional development program of Karanganyar Regency. The data analysis which used are Location Quotient analysis, Shift Share analysis, and combine both Location Quotient and Shift Share analysis.
The result shows that commodity which becoming base commodity in this part of big district in Karanganyar Regency is paddy rice, corn, peanuts, holistic, papaya, mango, cassava, vines, rambutan, cabbage, chili, gnetum gnemon, chickpeas, durian, carambola, guava, and breadfruit (for food material crop sub sector), ginger, kaempferia galanga, sugar cane, turmeric, cloves, kapok, coconut and cashew (for plantation crop sub sector), teak and mahogany (for forestry sub sector), free-range chicken, purebred chicken laying, beef cattle, sheep, goat, ducks, rabbits (for livestock sub sector), nila, tawes, carp, catfish (for fishery sub sector). According to result analysis of the proportional growth component of bases agricultural commodities each district in Karanganyar Regency, bases agricultural commodity having growth quickly are: paddy rice, corn, cassava, cassava tree vines, long beans, gnetum gnemon, avocado, eggplant, cucumber, tomato, rambutan, mangosteen, carambola, guava, soursop, papaya, banana, sapota, pineapple, durian, breadfruit, mangoes, beans, and holistic (for food material crop sub sector), sugar cane, kapuk, cashew, turmeric, ginger and cloves, kaempferia galan (for plantation crop sub sector), teak, mahogany, and other wood (for forestry sub sector), free-range chicken, broiler, ducks, beef cattle, goats, sheep and rabbits (for livestock sub sector), tawes, tilapia, catfish, carp and other fish (for fishery sub sector). According to result analysis of the regional growth component of bases agricultural commodity each district in Karanganyar
commit to user
xv
Regency, bases agricultural commodities having competitiveness are: paddy rice, corn, cassava, cassava tree vines, long beans, gnetum gnemon, avocado, eggplant, cucumber, tomato, rambutan, mangosteen, carambola, guava, soursop, papaya, banana, sapota, pineapple, durian, breadfruit, mangoes, beans, and holistic (for food material crop sub sector), Kapok, clove, coconut, cashew, turmeric, ginger and kaempferia galanga (for plantation crop sub sector), teak, mahogany, and other wood (for forestry sub sector), free-range chicken, chicken laying breed, broiler, ducks, beef cattle, goats, sheep, and rabbits (for livestock sub sector), tawes, carp, tilapia, catfish, and other fish (for fishery sub sector).According to result analysis the bases agricultural commodity development priority each district in Karanganyar Regency, agricultural commodity which require to be allowed for developing in every district in Karanganyar Regency is peanut, rambutan, durian, teak, mahogany, chickens day, ducks, goats, beef cattle (Jatipuro district), cassava trees, rambutan, ginger, clove, coconut, mahogany, sheep, other fish (Jatiyoso district), peanut, cashew, kapuk (Jumapolo district), parkia speciosa, djenkolic, carambola, durian, guava, soursop, sapota, mango, pineapple, papaya, lansium domesticum, kaempferia galanga, teak, cashew, chicken laying breeds (Jumantono district), pepper, eggplant, mustard greens, papaya, mango, lansium domesticum, citrus keprok, kaempferia galanga, robusta, teak, goats, rabbits, carp, tilapia, tawes, other fish (Matesih district), corn, cassava, vines, citrus avocado keprok, cloves, coffee, coconut, chicken robusta buras, sheep, goats, quail, beef cattle, catfish, carp (Ngargoyoso district) corn, cassava tree, garlic, durian, clove, horses, goats, rabbits, chickens broiler, nila (Tawangmangu district), paddy rice, cassava, vines, eggplant, string beans, carambola, guava, avocado, salak, lansium domesticum, buffalo, chicken day, sheep, beef cattle, carp (Karangpandan district), paddy rice, teak (Karanganyar district), gnetum gnemon, carambola, guava, papaya, banana, other wood, teak, buffalo, chicken, duck, lamb buras, rabbit, beef cattle, catfish, carp (Tasikmadu district), sapota, ducks, beef cattle (jaten district), kapuk, buffalo, carp, other fish (Colomadu district), gogo rice, broiler, catfish (Gondangrejo district), mahogany (Kebakkramat district), paddy rice, string beans, turmeric, kapok, mahogany, buffalo, carp, ducks, (Mojogedang district), paddy rice, chilli, mustard, mangosteen, jackfruit, breadfruit, citrus keprok, mahogany, lamb, rabbit, beef cattle (Kerjo district), onion, garlic, chilli, holistic, carrot, potato, cabbage, gnetum gnemon, beans, jackfruit, banana, breadfruit, salak, kaempferia galanga, robusta, panili, coconut, wood, chickens, beef cattle, buras catfish (Jenawi district).
Need more research regarding the priorities of the development of agricultural commodity bases in Karanganyar Regency using the Typology Klassen approach for the agricultural commodities of the development plan in the short term, medium term and long term.
commit to user
ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS
KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
SKRIPSI
Program Studi Agribisnis
Oleh :
RATNA NUR PRIHATI H 0808039
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
commit to user
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi UU RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU RI No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, membawa konsekuensi pembangunan tidak lagi dikendalikan secara ketat dari pusat namun sudah diserahkan kepada daerah Kabupaten/kota dalam otonomi daerah yang seluas-luasnya (Anonim, 2004). Otonomi daerah yang berkembang saat ini, di satu sisi memberikan kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah daerah dalam mengatur dan melaksanakan program-program pembangunan di daerahnya, namun di sisi lain juga menuntut kesiapan daerah dalam mempersiapkan dan melaksanakan berbagai kebijakan yang kini bergeser menjadi tanggung jawab daerah (Usman et.al., 2001).
Pembangunan daerah di era otonomi daerah perlu dilaksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta sesuai dengan prioritas dan potensi daerah (Tjiptoherijanto, 1997 dalam Sundari dan Nuning 2006). Dengan demikian, pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor yang mempunyai peranan dominan dalam perekonomian daerahnya, sehingga akan lebih memudahkan pemerintah daerah dalam menetapkan sasaran pembangunan dan memajukan daerahnya. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah otonom di provinsi Jawa Tengah, yang memberikan sumbangan kontribusi PDRB Jawa Tengah terbesar peringkat keenam. Besarnya nilai dan kontribusi PDRB masing-masing kabupaten terhadap PDRB Jawa Tengah pada tahun 2008-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada tahun 2008-2010 Kabupaten Karanganyar dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lain di Jawa Tengah memberikan andil terbesar peringkat keenam terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah dengan kontribusi berturut-turut sebesar 3,46, 3,47, 3,49 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang masih mempunyai peranan dominan dalam perekonomian di Jawa Tengah.
Tabel 1. Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah)
No Kabupaten 2008 2009 2010
Nilai % Nilai % Nilai % 1. Kab. Cilacap 2. Kab. Banyumas 3. Kab. Purbalingga 4. Kab. Banjarnegara 5. Kab. Kebumen 6. Kab. Purworejo 7. Kab. Wonosobo 8. Kab. Magelang 9. Kab. Boyolali 10. Kab. Klaten 11. Kab. Sukoharjo 12. Kab. Wonogiri 13. Kab. Karanganyar 14. Kab. Sragen 15. Kab. Grobogan 16. Kab. Blora 17. Kab. Rembang 18. Kab. Pati 19. Kab. Kudus 20. Kab. Jepara 21. Kab. Demak 22. Kab. Semarang 23. Kab. Temanggung 24. Kab. Kendal 25. Kab. Batang 26. Kab. Pekalongan 27. Kab. Pemalang 28. Kab. Tegal 29. Kab. Brebes 30. Kota Magelang 31. Kota Surakarta 32. Kota Salatiga 33. Kota Semarang 34. Kota Pekalongan 35. Kota Tegal 11.689.092,90 4.171.468,95 2.257.392,77 2.619.989,61 2.721.254,09 2.737.087,13 1.741.148,31 3.761.388,59 3.899.372,86 4.567.200,96 4.540.751,53 2.770.435,78 4.900.690,40 2.729.450,32 2.948.793,80 1.913.763,35 2.093.412,59 4.162.082,37 11.683.819,73 3.889.988,85 2.787.524,02 5.079.003,74 2.219.155,63 4.821.181,52 2.169.854,55 2.970.214,98 3.142.808,70 3.286.263,44 4.998.528,19 993.835,20 4.549.342,95 832.154,88 19.156.814,29 1.887.853,70 1.116.587,87 8,24 2,94 1,59 1,85 1,92 1,93 1,23 2,65 2,75 3,19 3,20 1,95 3,46 1,92 2,18 1,35 1,47 2,93 8,24 2,74 1,97 3,58 1,56 3,40 1,53 2,08 2,22 2,31 3,52 0,69 3,21 0,58 13,51 1,32 0,79 12.302.859,95 4.400.542,23 2.390.244,57 2.753.935,73 2.828.395,07 2.872.723,79 1.811.092,67 3.938.764,68 4.100.520,26 4.761.018,67 4.756.902,50 2.901.577,44 5.172.268,33 2.893.427,19 3.097.093,25 2.010.908,67 2.186.736,49 4.357.144,03 12.144.952,38 4.085.438,36 2.901.151,51 5.300.723,41 2.309.841,53 5.090.286,60 2.250.616,82 3.098.071,49 3.293.056,25 3.460.131,60 5.247.897,41 1.044.650,24 4.817.877,63 869.452,99 20.180.577,95 1.978.082,25 1.225.102,11 8,27 2,96 1,61 1,85 1,90 1,93 1,22 2,65 2,76 3,20 3,20 1,95 3,47 1,94 2,08 1,35 1,47 2,93 8,16 2,74 1,95 3,56 1,55 3,42 1,51 2,08 2,21 2,32 3,53 0,70 3,24 0,58 13,56 1,33 0,82 12.998.128,80 4.654.634,02 2.525.872,73 2.888.524,12 2.945.829,46 3.016.597,82 1.888.808,28 4.116.390,07 4.248.048,24 4.843.247,28 4.978.263,31 2.992.794,29 5.452.435,49 3.068.863,66 3.253.398,56 2.115.369,93 2.283.965,70 4.579.852,54 12.650.309,16 4.270.256,90 3.020.821,04 5.560.551,90 2.409.386,40 5.392.965,71 2.362.482,41 3.230.351,23 3.455.713,42 3.627.198,20 5.507.402,71 1.108.603,69 5.103.886,25 913.020,04 21.365.817,80 2.087.114,17 1.281.528,20 8,31 2,98 1,62 1,85 1.89 1,93 1,21 2,64 2,72 3,10 3,19 1,92 3,49 1,95 2,08 1,35 1,46 2,93 8,19 2,73 1,93 3,56 1,54 3,44 1,51 2,07 2,21 2,32 3,53 0,71 3,26 0,58 13,65 1,33 0,82 Total PDRB 141.809.707,65 100,00 148.834.066,05 100,00 156.198.433,53 100,00 Sumber: BPS Jawa Tengah, 2011
Perekonomian Kabupaten Karanganyar ditopang oleh 9 sektor yaitu sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor listrik dan air minum; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa; serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor dominan dalam pembentukan Pendapatan
commit to user
Domestik Regional bruto (PDRB) di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 adalah sektor industri pengolahan; sektor pertanian; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Besarnya kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai dan Kontribusi PDRB Masing-masing Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar Terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha PDRB Rata-rata
2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan
d. Kehutanan e. Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 9. Jasa-jasa 858.106,43 (19,50) 568.939,25 (12,93) 71.368,66 (1,62) 208.769,38 (4,74) 4.513,51 (0,10) 4.515,62 (0,10) 37.296,16 (0,85) 2.320.190,58 (52,72) 61.677,76 (1,40) 106.244,46 (2,41) 451.040,34 (10,25) 125.699,88 (2,86) 94.453,55 (2,15) 346.592,57 (7,87) 905.914,29 (19,47) 599.775,76 (12,89) 76.175,69 (1,64) 220.653,36 (4,74) 4.650,72 (0,10) 4.658,76 (0,10) 38.519,48 (0,83) 2.460.944,82 (52,88) 64.416,42 (1,38) 111.684,18 (2,40) 469.806,10 (10,09) 130.215,96 (2,80) 98.632,69 (2,12) 373.920,56 (8,03) 988.203,76 (20,08) 663.837,46 (13,49) 83.880,40 (1,70) 230.847,55 (4,69) 4.805,35 (0,10) 4.833,00 (0,10) 39.547,95 (0,80) 2.563.118,36 (52,08) 66.863,21 (1,36) 116.419,59 (2,37) 506.353,94 (10,29) 135.392,91 (2,75) 102.673,88 (2,09) 402.881,12 (8,19) 996.230,41 (19,62) 658.689,92 (12,98) 85.523,45 (1,69) 241.743,55 (4,76) 5.014,38 (0,10) 5.259,09 (0,10) 42.249,08 (0,83) 2.646.368,64 (52,13) 70.052,49 (1,38) 124.149,85 (2,45) 518.411,95 (10,21) 141.756,51 (2,79) 108.271,02 (2,13) 429.059,93 (8,45) 1.147.090,09 (21,04) 783.027,32 (14,36) 98.019,44 (1,80) 254.985,24 (4,68) 5.318,20 (0,10) 5.739,89 (0,11) 43.817,82 (0,80) 2.769.046,93 (50,79) 73.016,74 (1,34) 129.900,06 (2,38) 560.665,60 (10,28) 151.172,77 (2,77) 114.698,80 (2,10) 463.026,68 (8,49) 979.108,99 (19,94 654.853,94 (13,33 82.993,53 (1,69 231.399,82 (4,72 4.860,43 (0,10 5.001,27 (0,10 40.286,09 (0,81 2.551.933,87 (52,12 67.205,32 (1,37 117.679,63 (2,40 506.655,59 (10,22 136.847,61 (2,79 103.745,99 (2,12 403.096,17 (8,21 Total PDRB 4.401.301,74 (100,00) 4.654.054,50 (100,00) 4.921.454,72 (100,00) 5.076.549,88 (100,00) 5.452.435,49 (100,00) 4.906.559,26 (100,00) Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Kontribusi sektor industri pengolahan; sektor pertanian; serta sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar tahun 2010, masing-masing adalah 52,12%; 19,94%; dan 10,22%. Sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan andil terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar (2011), persentase kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB atas dasar
harga konstan tahun 2000 yaitu 19,50 % pada tahun 2006; 19,47% pada tahun 2007; 20,08% pada tahun 2008; 19,62% pada tahun 2009 dan 21,04% pada tahun 2010 sehingga dapat dikatakan bahwa kontribusi sektor pertanian cenderung meningkat. (lihat tabel 2).
Sektor pertanian terbagi menjadi lima subsektor. Subsektor tanaman bahan makanan menduduki peringkat pertama dalam kurun waktu 2006-2010 dengan memberikan kontribusi rata-rata PDRB sebesar 13,33 persen. Subsektor peternakan menduduki peringkat kedua dengan kontribusi rata-rata PDRB sebesar 4,72 persen. Subsektor tanaman perkebunan rakyat menduduki peringkat ketiga dengan kontribusi rata-rata PDRB sebesar 1,69 persen. Selanjutnya diikuti oleh subsektor perikanan dan subsektor kehutanan yang menduduki peringkat terakhir dengan kontribusi rata-rata PDRB 0,10 persen (lihat tabel 2).
Tantangan yang dihadapi Kabupaten Karanganyar dalam pelaksanaan strategi pembangunannya adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian dalam menghasilkan berbagai komoditas pertanian agar dapat memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, dengan mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki daerahnya. Peningkatan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar dapat dilakukan apabila pemerintah daerah mengetahui potensi daerahnya di tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar karena besarnya kontribusi sektor pertanian di tingkat kabupaten ditentukan oleh besarnya nilai produksi komoditas pertanian di tingkat kecamatan.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar (2011), Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah 77.378,64 ha yang secara administratif terbagi menjadi 17 kecamatan, yaitu Kecamatan Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, Jenawi. Kecamatan-kecamatan tersebut secara umum berada di atas permukaan laut yakni sebesar 511m – 2000m, Masing-masing kecamatan memiliki karakteristik dan keadaan alam yang berbeda-beda satu sama lain, sehingga Kabupaten Karanganyar mampu menghasilkan komoditas pertanian yang beragam.
commit to user
Kabupaten Karanganyar memiliki jumlah penduduk yang besar. Jumlah penduduk yang besar tersebut merupakan suatu potensi pendukung bagi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Karanganyar karena penduduk merupakan pelaku sekaligus sasaran dari kegiatan pembangunan itu sendiri. Penduduk di Kabupaten Karanganyar memiliki matapencaharian yang bervariasi. Komposisi penduduk Kabupaten Karanganyar menurut matapencahariannya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010
Mata pencaharian Tahun
Rata-rata Persentase 2006 2007 2008 2009 2010 Petani Nelayan Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain 202.367 0 8.519 102.677 48.369 33.060 6.704 20.050 9.276 271.095 202.653 0 8.985 104.204 49.099 34.314 6.546 20.013 9.593 275.706 202.794 0 9.384 104.798 49.362 34.762 6.501 20.169 9.764 285.061 202.811 0 9.846 105.536 49.619 35.320 6.427 19.908 9.976 288.995 203.097 0 10.312 107.063 50.349 36.468 6.269 20.163 10.293 288.919 202.744,40 0,00 9.409,20 104.855,60 49.359,60 34.784,80 6.489,40 20.060,60 9.780,40 281.955,20 28,18 0 1,31 14,57 6,86 4,83 0,90 2,79 1,36 39,19 Jumlah 702.123 711.113 722.595 728.438 732.933 719.440,40 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 sebagian besar penduduk di Kabupaten karanganyar bermatapencaharian sebagai petani sebesar 28,18 persen dan diikuti oleh penduduk di Kabupaten Karanganyar yang bermatapencaharian sebagai buruh industri yaitu sebesar 14,57 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten agraris dimana sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian sehingga sektor pertanian merupakan penyumbang kontribusi yang berarti dalam memberikan sumber kehidupan/pendapatan bagi penduduk di Kabupaten Karanganyar.
Analisis potensi wilayah kecamatan berbasis komoditas pertanian melalui pendekatan Locationt Quotient dan Shift Share Analysis merupakan salah satu cara untuk mengenali dan menggali potensi daerah Kabupaten Karanganyar
khususnya potensi di sektor pertanian. Melalui location quotient dan shift share
analysis dapat ditentukan prioritas pengembangan komoditas pertanian yang
menjadi basis di masing-masing kecamatan. Informasi mengenai prioritas pengembangan komoditas pertanian yang menjadi basis di masing-masing kecamatan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menentukan rencana dan kebijakan pembangunan, sehingga pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar dapat berjalan lebih efisien dan efektif.
B. Perumusan Masalah
Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah, khususnya kabupaten atau kota dalam melaksanakan program-program pembangunannya, sehingga pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerahnya baik yang berasal dari sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.
Sumberdaya alam merupakan modal utama untuk melaksanakan pembangunan daerah, oleh sebab itu setiap daerah atau kabupaten perlu jeli dalam memberdayakan dan mengoptimalkan sumberdaya alam yang dimiliki agar memberikan kemanfaatan maksimal dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu potensi sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Karanganyar adalah potensi di sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar terdiri dari 5 subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan, subsektor kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Kelima subsektor pertanian tersebut menghasilkan beragam komiditi pertanian yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
Komoditas sub sektor tanaman bahan makanan yang dihasilkan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain: padi sawah (Oryza
sativa), jagung (Zea mays), ubi kayu (Manihot utilisima), ubi jalar (Ipomoea
batatas), kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hipogaea), durian (Durio
sibethinus), jeruk (Citrus sp), nangka (Artocarpus intrega), pisang (Musa
commit to user
(Artocarpus communis), kacang panjang (Vigna sinensis), cabe (Capticum
annum), tomat (Licepersicum lesculetum), terong (Solanum melongena). Beberapa
komoditas subsektor tabama yang produksinya menonjol dapat dilihat pada tabel 4.
Table 4. Produksi Beberapa Komoditas Subsektor Tabama di Kabupaten Karanganyar
Komoditas Jumlah Produksi (ton)
2006 2007 2008 2009 2010 1. Padi sawah 2. Ubi Kayu 3. Ubi Jalar 4. Jagung 5. Kacang Tanah 6. Wortel 7. Rambutan 8. Mangga 9. Sawi 10. Pisang 223.284,00 100.452,00 11.061,00 26.314,00 6.781,00 7.192,4,00 3.594,30 938,20 2.019,50 12.747,70 246.033,00 96.739,00 13.836,00 26.867,00 6.965,00 9.863,50 4.631,40 1.305,80 2.003,40 41.487,80 279.341,00 158.048,00 16.849,00 33.595,00 7.755,00 11.092,00 11.559,10 8.372,90 692,50 8.283,20 281.234,00 159.837,00 10.012,00 65.675,00 6.328,00 9.851,70 2.056,70 9.110,20 3.433,40 5.059,60 292.698,00 101.891,00 9.990,00 63.379,00 10.739,00 13.480,80 2.452,90 17.330,90 3.172,80 3.986,40 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Komoditas padi dari tahun 2006-2010 selalu mengalami peningkatan produksi, akan tetapi produksi komoditas subsektor tabama yang lain cenderung berfluktuasi. Produksi padi sawah pada tahun 2007 sebesar 246.033 ton, mengalami peningkatan 10,19 % dari produksi tahun 2006. Produksi padi sawah pada tahun 2008 sebesar 279.341 ton, mengalami peningkatan 13,54 % dari produksi tahun 2007. Produksi padi sawah pada tahun 2009 sebesar 281.234ton, mengalami peningkatan 0,68% dari tahun sebelumnya dan produksi padi sawah pada tahun 2010 sebesar 292.698 ton, mengalami penurunan 4,08 % dari tahun 2009.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar (2011), komoditas subsektor perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Karanganyar antara lain kelapa (Cocoa mucifera), kapuk (Ceiba pentrada Gaerin), cengkeh (Eugenia
aromatica), lada (Piper nigrum), kopi (Coffea sp). Komoditas subsektor
kehutanan yang tercatat di Kabupaten Karanganyar berupa jati (Tectona grandis L), mahoni (Swietenia mahogany) dan kayu lain.
Komoditas sub sektor peternakan di Kabupaten Karanganyar antara lain ayam buras, ayam pedaging, ayam ras (Galls sp), itik (Anas javanicus), sapi potong (Bos sp), kerbau (Bubalus), dan kambing (Capra sp). Dari komoditas peternakan tersebut yang paling banyak diusahakan adalah ayam pedaging. Populasi ayam pedaging di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 yaitu 1.488.404 ekor.
Subsektor perikanan di Kabupaten Karanganyar meliputi usaha perikanan darat yang dihasilkan dari cek dam 60.890 kg, kolam air tenang 1.077.700 kg, sungai 356.390 kg dan waduk 55.920 kg. Sementara itu telah dilakukan penebaran benih karper, tawes, nila, gurami dan lele.
Pengoptimalan potensi sektor pertanian dapat dilakukan dengan penentuan prioritas pengembangan komoditas pertanian yang menjadi basis di masing-masing kecamatan. Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Karanganyar, tentunya tidak semua memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan di tiap kecamatan. Komoditas-komoditas pertanian yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan diharapkan dapat menjadikan sektor pertanian sebagai pendorong perkembangan sektor perekonomian lainnya sehingga pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar dapat berjalan lebih efisien dan efektif.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan Location Quotient
dan Shift Share Analysis) adalah:
1. Komoditas pertanian apa saja yang menjadi komoditas pertanian basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar?
2. Komoditas pertanian basis apa saja yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar dilihat dari nilai komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW)?
3. Komoditas pertanian basis apa saja yang diprioritaskan untuk dikembangkan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar?
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komoditas pertanian basis di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
3. Mengetahui komoditas pertanian basis yang diprioritaskan untuk dikembangkan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai sarana menambah pengetahuan berkaitan dengan topik penelitian dan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah Kabupaten Karanganyar, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pembangunan pertanian, khususnya dalam rangka pemetaan dan penentuan prioritas pengembangan komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi, wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam hal keterkaitan potensi wilayah dengan pembangunan daerah serta sebagai referensi bagi penelitian sejenis.
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Hastutiningsih (2010), yang berjudul Pembangunan
Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian di Kabupaten Sragen,
menyatakan bahwa komoditas pertanian yang paling menjadi basis di banyak kecamatan Kabupaten Sragen adalah padi sawah, kelapa, wijen, domba, dan katak hijau. Padi sawah menjadi basis pada sebelas kecamatan. Jenis padi yang ditanam di Kabupaten Sragen meliputi padi IR64, Menthik, Pandhan Wangi, dan padi organik. Kecamatan yang memiliki nilai LQ rata-rata tertinggi untuk komoditas padi sawah adalah kecamatan Sidoharjo yaitu sebesar 1,77, artinya keseluruhan produksi padi sawah yang ada sebanyak 1 bagian untuk memenuhi kebutuhan di kecamatan Sidoharjo dan 0,77 bagian lainnya untuk ekspor atau memenuhi kebutuhan di luar daerah Kecamatan Sidoharjo.
Yuliani (2005) dalam penelitiannya tentang “Analisis Identifikasi dan Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Wilayah di Kabupaten Karanganyar” menunjukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Kabupaten Karanganyar adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor pertanian dengan nilai LQ rata-rata dari tahun 1999-2003 sebesar 0,54 bukan merupakan sektor basis di Kabupaten Karanganyar. Subsektor pertanian yang menjadi basis yaitu subsektor kehutanan dengan nilai LQ rata-rata 3,328, sedangkan subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan perikanan bukan merupakan subsektor basis di Kabupaten Karanganyar.
Annisah (2007) dalam penelitiannya tentang “Identifikasi Sektor Pertanian dalam Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Cirebon” mengatakan bahwa dari analisis LQ, sektor perekonomian yang menjadi sektor basis adalah sektor pertanian; bangunan; perdagangan; pengangkutan dan komunikasi; keuangan; dan jasa. Subsektor tanaman perkebuanan, peternakan dan perikanan merupakan subsektor pertanian basis. Dengan menggunakan gabungan analisis LQ, PP dan PPW dapat diketahui prioritas pengembangan sektor pertanian. Sektor yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan tidak ada. Prioritas kedua adalah
commit to user
sektor pertanian; bangunan; keuangan; persewaan dan jasa perusahaan; pengangkutan dan komunikasi; perdagangan; listrik, gas dan air bersih; serta jasa. Prioritas ketiga adalah pertambangan dan penggalian. Prioritas keempat adalah industri pengolahan. Subsektor pertanian yang menjadi prioritas pertama untuk dikembangkan adalah subsektor tanaman perkebunan dan peternakan, prioritas kedua yaitu perikanan, prioritas ketiga adalah kehutanan, prioritas keempat tidak ada yang memenuhi, prioritas kelima adalah tanaman bahan makanan.
Beberapa penelitian tersebut diatas digunakan sebagai referensi karena penelitian tersebut dilaksanakan menggunakan metode analisis yang sama dengan penelitian ini yaitu analisis Location Quotient dan Shift Share.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan dan perencanaan pembangunan
Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus suatu tekad masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusioanal demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik. Apapun komponen yang spesifik atas “kehidupan yang serba lebih baik”, bertolak dari tiga nilai pokok proses perkembangan di semua masyarakat harus memiliki tiga tujuan inti yaitu (Todaro, 2000):
a. Peningkatan ketersediaan serta peningkatan distribusi berbagai macam barang kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan perlindungan keamanan.
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai cultural dan kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki jati diri pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan yakni dengan membebaskan mereka dari belitan sikap menghamba dan ketergantungan bukan hanya terhadap orang atau negara bangsa lain namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan mereka.
Perencanaan pembangunan yaitu suatu upaya pemerintah untuk mengkoordinasi semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan variabel-variabel ekonomi yang penting (penghasilan, konsumsi, lapangan kerja, investasi, tabungan, ekspor-impor dan lain sebagainya) suatu negara dalam rangka mencapai keputusan pendahuluan mengenai tujuan-tujuan pembangunan. Rancana bisa bersifat komprehensif (multisektoral), bisa bersifat parsial (lokal). Rencana yang komprehensif targetnya semua aspek penting yang menyangkut perekonomian nasional, sedangkan yang parsial meliputi sebagian dari ekonomi nasional, seperti sektor pertanian, perindustrian, sektor pemerintahan sektor swasta dan lain sebagainya (Suryana, 2000).
Menurut Arsyad (2004), pemerintah harus menetapkan kebijakan pembangunan yang tepat demi berhasilnya rencana pembangunan dan untuk menghindari kesulitan yang mungkin timbul dalam proses pelaksanaanya, unsur-unsur utama pembangunan meliputi:
a) Penyelidikan potensi pembangunan, survey sumber daya nasional, penelitian ilmiah, penelitian pasar.
b) Penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik, transportasi dan telekomunikasi) apakah oleh badan usaha negara atau swasta.
c) Penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga pendidikan umum yang memadai untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan.
d) Perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian, khususnya peraturan yang berkaitan dengan hak atas tanah, perusahaan dan transaksi ekonomi. e) Bantuan untuk menciptakan pasar yang lebih banyak dan lebih baik.
f) Menemukan dan membantu pengusaha yang potensial, baik dalam negeri maupun luar negeri.
g) Peningkatan pemanfaatan sumberdaya secara lebih baik, baik swasta maupun negara.
Keberhasilan perencanaan pembangunan dapat dinilai terutama dengan menguji berbagai usulan dari masing-masing unsur tersebut. Kebijaksanaan yang
commit to user
lebih baik dapat membantu keberhasilan suatu perencanaan, tetapi dia tidak dapat menjamin keberhasilan.
2. Pembangunan Ekonomi
Menurut Suryana (2000), pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung 3 unsur; (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti yang terus-menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru, (2) usaha meningkatkan pendapatan per kapita, (3) kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita. Sehingga tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produksi. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri (Irawan dan Suparmoko 2002).
Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 pokok, yaitu: (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
(basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai
manusia, (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from
servitude) yang merupakan salah satu dari hak manusia (Todaro, 2002).
3. Otonomi Daerah
Menurut Soenarto (2001), dengan otonomi daerah berarti memindahkan sebagian besar kewenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat menjadi wewenang daerah otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena kewenangan membuat kebijakan (perda) sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan keuangan daerah (PAD), sumber daya manusia yang dimiliki daerah, serta kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerah otonom.
Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah, khususnya kabupaten/kota dalam melaksanakan program-program pembangunannya. Banyak aspek yang dapat dilakukan secara mandiri di tingkat pertanggungjawaban suatu program pembangunan. Otonomi daerah di sisi lain juga menuntut kesiapan daerah dalam mempersiapkan dan melaksanakan berbagai kebijakan yang kini bergeser menjadi tanggung jawab daerah. Kesiapan sumber daya manusia dan pemerintah daerah saja tidak cukup tanpa didukung oleh komponen lain, misalnya kesiapan masyarakat di daerah dan kondisi sumber daya alam. Daerah dalam konsep otonomi daerah mempunyai keunikan/karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut antara lain masing-masing wilayah administratif mempunyai potensi sumber daya alam, etnis, budaya/tradisi, sumber daya manusia yang beragam dan khas. Dalam konsep otonomi daerah diharapkan berbagai potensi yang ada di daerah dapat secara optimal mendukung pelaksanaan pembangunan (Usman et.al., 2001).
4. Pembangunan Daerah dan Perencanaan Pembangunan Daerah
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Arsyad, 2004).
Pembangunan daerah pada umumnya mencakup berbagai dimensi pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap. Pada awalnya, kegiatan pembangunan daerah biasanya ditekankan pada pembangunan fisik untuk
commit to user
mendorong pertumbuhan ekonomi, kemudian diikuti dengan pembangunan sosial politik. Namun demikian, tahapan ini bukanlah merupakan suatu ketentuan yang berlaku umum, karena setiap daerah mempunyai potensi pertumbuhan yang berbeda dengan daerah lain. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kondisi sosial, budaya, ekonomi, ketersediaan infrastruktur dan lainnya sangat berpengaruh pada penerapan konsep pembangunan yang dilaksanakan (Adisasmita, 2006).
Perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan agar semua daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai dengan potensi yang ada di daerah tersebut. Manfaat perencanaan pembangunan daerah adalah untuk pemerataan pembangunan atau perluasan dari pusat ke daerah. Bila perencanaan pembangunan daerah dan pembangunan daerah berkembang dengan baik maka diharapkan bahwa kemandirian daerah dapat tumbuh dan berkembang sendiri (mandiri) atas dasar kekuatan sendiri. Dengan demikian maka kenaikan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut tidak terlalu bergantung dari pusat tetapi relatif cukup didorong dari daerah yang bersangkutan (Soekartawi, 1990).
5. Pembangunan Pertanian
Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ini dilakukan melalui pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga makin mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajad pengolahan produksi dan menunjang pembangunan wilayah (Kamaluddin, 1998).
Pembangunan pertanian patut mengedepankan potensi kawasan dan kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa sumber daya alam perlu diiringi dengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan melalui penciptaan sumber daya manusia tani yang semakin profesional. Masyarakat tani terutama masyarakat tani tertinggal sebagai sasaran pemberdayaan masyarakat perlu terus didampingi sebagai manusia tani yang
makin maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Sumber daya alam dan manusia patut menjadi dasar bagi pembangunan pertanian masa depan (Wibowo, 2002).
Rencana pembangunan pertanian di masa yang akan datang, khususnya di era otonomi daerah, perlu disusun berdasarkan suatu konsep pembangunan pertanian yang mengedepankan eksistensi petani sebagai produsen yang memerlukan topangan infrastruktur dan kebijakan agar: (i) proses untuk menghasilkan produk (massa hayati) dapat berlangsung secara efektif dan efisien, (ii) produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan nilai ekonominya melalui proses pengolahan yang tepat, (iii) produk yang telah diolah memiliki ketahanan kualitas terhadap rentang waktu selama proses pemasaran, (iv) produk memiliki daya saing di pasaran dalam dan luar negeri (Usman et.al., 2001).
Pemerintah pusat dalam hal ini hanya merancang pelaksanaan yang bersifat makro, sedangkan pemerintah daerah merancang pelaksanaan pencapaian target sesuai dengan kondisi wilayah. Dalam perspektif kebijakan yang demikian, maka pemerintah daerah benar-benar dituntut agar mampu melaksanakan kebijakan tersebut secara maksimal, untuk mengelola sumber daya spesifik lokasi. Sebagai bahan perencanaan diperlukan suatu analisis potensi wilayah baik dalam aspek biofisik maupun sosial ekonomi. Dalam rangka memanfaatkan potensi tersebut, peran serta masyarakat secara partisipatif perlu didorong dan dikembangkan (Sudaryanto et.al., 2002).
6. Peranan Sektor Pertanian
Peranan sektor pertanian dirasa masih penting walaupun kemajuan sektor industri berkembang begitu cepat dalam perekonomian disuatu daerah. Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian dapat dilihat dari berbagai hal, antara lain dilihat dari masih relatif besarnya pangsa sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku bagi industri, mampunya sektor ini menyediakan pangan dan gizi, dapat menyerap banyak tenaga kerja dan semakin signifikannya kontribusi sektor pertanian dalam meningkatkan ekspor non migas (Soekartawi, 1996).
commit to user
Menurut Kamaluddin (1998), peranan sektor pertanian dalam pembangunan yang utama diantaranya adalah sehubungan dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang memiliki usaha yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
b. Sektor pertanian di negara-negara berkembang merupakan sumber utama untuk pemenuhan kebutuhan pokok terutama pangan.
c. Sektor pertanian merupakan sumber atau penyedia input tenaga kerja yang sangat besar untuk menunjang pembangunan sektor-sektor lainnya, terutama industri.
d. Sektor pertanian dapat juga berperan sebagai sumber dana dan daya yang utama dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara berkembang.
e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkan.
Pengalaman pembangunan nasional sampai dengan munculnya krisis ekonomi pada tahun 1997 menunjukkan betapa pentingnya posisi pembangunan pertanian dalam mendukung perekonomian nasional. Ketahanan pangan nasional menurun secara drastis, dimana impor beras nasional mencapai puncaknyapada tahun 1998 dan munculnya krisis pangan (kelaparan) karena lemahnya akses pangan (daya beli) di beberapa wilayah di tanah air. Krisis ekonomi dan pangan tersebut merefleksikan bahwa pembangunan nasional yang tidak didasarkan atas kondisi riil struktur perekonomian nasional akan rentan terhadap gejolak faktor eksternal dan tidak berkelanjutan. Kondisi riil perekonomian nasional tersebut dicirikan oleh dominasi sektor pertanian dan pedesaan dalam GDP dan kesempatan kerja nasional. Karena itu pembangunan nasional perlu diarahkan kepada pemanfaatan potensi sumber daya alam, peningkatan produktivitas tenaga kerja pedesaan dan pengembangan potensi pasar dalam negeri yang sangat besar (Sudaryanto dan I Wayan, 2002).
7. Teori Ekonomi Basis
Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi (SDP) lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku, dan outputnya di ekspor akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan peluang kerja di daerah tersebut. Pertanyaan yang muncul dari teori ekonomi basis adalah sanggupkah setiap provinsi memanfaatkan peluang ekspor yang ada, terutama dalam era otonomi daerah dan era perdagangan bebas (Tambunan, 2001).
Teori ekonomi basis digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis. Ada beberapa metode pengukuran dalam teori ekonomi basis, yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survey langsung untuk mengidentifikasikan sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi metode ini memerlukan biaya, waktu dan tenaga kerja lebih banyak. Mengingat hal tersebut di atas, maka sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. Beberapa metode pemgukuran tidak langsung, yaitu: (1) metode melalui pendekatan asumsi, (2) metode Location Quotient, (3) metode kombinasi 1 dan 2, (4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono, 2005).
Menurut Arsyad (2004), Location Quotient merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shift share. Teknik ini untuk mengukur dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajad self
sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi
menjadi 2 golongan;
a. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basis. b. Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani pasar di daerah tersebut.
commit to user
LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Dengan kata lain, LQ dapat menghitung perbandingan antara share
output sektor i di kota dan share output sektor i di provinsi:
Xir/Xr LQ= ---
Xin/Xn Dengan X= output (PDRB); r= regional dan n= nasional.
LQ >1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis (B), sedangkan LQ<1 disebut sektor non basis (NB).
Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain:
a) Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung b) Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat ditrapkan pada data
historis untuk mengetahui trend.
Beberapa kelemahan metode LQ adalah (Bappenas, 2007):
a) Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri nasional.
b) Berasumsi bahwa tingkat ekspor bergantung pada tingkat disagregasi. 8. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah
Keragaman dalam struktur industri menimbulkan perbedaan pertumbuhan output produksi dan kesempatan kerja. Wilayah yang tumbuh cepat disebabkan karena struktur industri/sektornya mendukung dalam arti lain sebagian sektornya mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sedangkan bagi wilayah yang pertumbuhannya lamban, sebagian besar sektornya mempunyai laju pertumbuhan lamban. Untuk mengidentifikasi sumber atau komponen pertumbuhan wilayah lazim digunakan analisis shift share (Budiharsono, 2005).
Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau