B. Komponen Pertumbuhan Proporsional dan Komponen
1. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas
Komponen pertumbuhan proposinal (PP) merupakan suatu alat ukur dalam analisis Shift Share yang menunjukkan perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan produktivitas suatu komoditas pertanian dibandingkan dengan komoditas pertanian lain di Kabupaten Karanganyar akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara regional (kabupaten). Komoditas yang mempunyai nilai PP positif di suatu kecamatan berarti komoditas tersebut terkonsentrasi di kecamatan tersebut dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan komoditas lain di tingkat kabupaten, sebaliknya komoditas yang mempunyai nilai PP negatif berarti tingkat pertumbuhan komoditas tersebut relatif lebih lambat dibandingkan komoditas lain di tingkat kabupaten.
Menurut Ropingi dan Agustono (2007), komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP positif menunjukkan bahwa komoditas tersebut tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan komoditas lain di tingkat kabupaten atau kecamatan-kecamatan tersebut berspesialisasi dalam menghasilkan komoditas pertanian yang secara regional/kabupaten tumbuh cepat. Tambunan (2001) menyebutkan bahwa pertumbuhan proporsional timbul karena perbedaan permintaan output akhir, ketersediaan bahan baku, kebijakan sektoral, serta perilaku dan kinerja struktur pasar setiap sektor nasional.
Komoditas-komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan cepat (mempunyai nilai PP positif) dan komoditas-komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan lambat (mempunyai nilai PP negatif) di tiap kecamatan Kabupaten Karanganyar diketahui dari hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 20.
Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PP Positif Komoditas dengan
PP Negatif Kecamatan
Jagung, Ketela Pohon, Kacang Tanah, Petai, Durian, Sawo, Pisang, Kopi Arabica, Rambutan, Kencur, Cengkeh, Kelapa, Kapuk, Jati, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Sapi Potong, Ikan lain
Jatipuro
Padi Sawah, Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Kacang Panjang, Buncis, Nangka, Alpukat, Sirsak, Jeruk Keprok, Rambutan, Jahe, Kopi Arabica, Cengkeh, Kopi Robusta, Kelapa, Kapuk, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Sapi Potong, Ikan Lain
Jatiyoso
Jagung, Ketela Pohon, Kacang Tanah, Pepaya, Sukun, Rambutan, Lada, Mete, Kapuk, Domba, Kambing
Tebu Jumapolo
Ketela Pohon, Kacang Tanah, Petai, Jengkol, Melinjo, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Mete, Jati, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging
Tebu Jumantono
Padi Sawah, Ketela Rambat, Cabe, Jengkol, Terong, Melinjo, Kacang Panjang, Sawi, Buncis, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Nanas,
Salak, Sukun, Mangga, Rambutan,
Duku/Langsat, Jeruk Keprok, Kencur, Cengkeh, Kopi Robusta, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Ikan Lain
Tomat Matesih
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Kubis, Sawi, Buncis, Nangka, Durian, Alpukat, Pisang, Salak, Jeruk Keprok, Cengkeh, Kayu Lain, Kuda, Ayam Buras, Domba, Kambing, Ayam Pedaging, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Nila, Ikan Lain
Wortel, Kentang Tawangmangu
commit to user
Lanjutan Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PP Positif Komoditas dengan
PP Negatif Kecamatan
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Kubis, Sawi, Buncis, Durian, Jambu Biji, Alpukat, Pepaya, Pisang, Jeruk Keprok, Cengkeh, Kopi Robusta, Mete, Kelapa, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Puyuh, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Wortel, Tomat, Kentang Ngargoyoso
Padi Sawah, Ketela Rambat, Cabe, Terong, Buncis, Belimbing, Nangka, Durian, Jambu Biji, Alpukat, Salak, Sukun, Rambutan, Duku/Langsat, Jahe, Cengkeh, Kerbau, Ayam Ras Petelur, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Tomat Karangpandan
Padi Sawah, Jati, Ayam Ras Petelur, Gurame, Tawes
Tebu Karanganyar
Padi Sawah, Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Sapi Potong, lele, Gurame, Nila, Ikan Lain
Tebu Tasikmadu
Padi Sawah, Sawo, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Nila, Ikan Lain
Jaten
Melinjo, Sirsak, kapuk, Tembakau, Jati, Kerbau, Kuda, Puyuh, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Ikan Lain
Tebu Colomadu
Padi Gogo, Kacang Tanah, Mete, kapuk, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging, Sapi Potong, Lele
Tebu Gondangrejo
Padi Sawah, Melinjo, Mahoni, Lele, Gurame Tebu Kebakkramat
Padi Sawah, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Panjang, Sukun, Jahe, Kapuk, Kunyit, Mahoni, Kerbau, Itik, Gurame
Tebu Mojogedang
Lanjutan Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PP Positif Komoditas dengan
PP Negatif Kecamatan
Padi Sawah, Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah, Petai, Cabe, Terong, Melinjo, Kacang Panjang, Sawi, Manggis, Belimbing, Nangka, Durian, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Sukun, rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Kencur, Cengkeh, Mete, Kunyit, Jati, Mahoni, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Tomat Kerjo
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Melinjo, Kacang Panjang, Kubis, Sawi, Buncis, Belimbing, Nangka, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Pepaya, Pisang, Nanas, Salak, Sukun, Rambutan, Jeruk keprok, Jahe, Kencur, Cengkeh, Kopi Robusta, panili, Kelapa, Kunyit, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Kentang, Wortel Jenawi
Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 9
Nilai komponen pertumbuhan proporsional (dalam satuan rupiah) dari komoditas pertanian basis beragam di tiap-tiap kecamatan. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan kebijakan di masing-masing sektor, serta perbedaan stuktur dan keragaman pasar di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP positif di masing-masing kecamatan menunjukkan bahwa komoditas pertanian tersebut tumbuh relatif cepat.
a. Kecamatan Jatipuro
Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan proporsional (PP) komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar, dari 21 komoditas pertanian basis yang ada di Kecamatan Jatipuro, seluruhnya mempunyai nilai PP positif. Komoditas pertanian yang mempunyai
commit to user
nilai PP positif tersebut adalah jagung, ketela pohon, kacang tanah, petai, durian, sawo, pisang, rambutan, kencur, kopi arabica, cengkeh, kelapa, kapuk, jati, mahoni, ayam buras, itik, domba, kambing, sapi potong, ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki komoditas pertanian basis menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditas lain di Kabupaten Karanganyar karena pengaruh kebijakan antar komoditas yang menguntungkan komoditas pertanian basis tersebut atau dapat dikatakan Kecamatan Jatipuro berkemampuan dalam menghasilkan komoditas pertanian basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat. Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatipuro yang mempunyai nilai PP terbesar adalah sapi potong, yaitu degan nilai PP sebesar Rp 24.470.013.716,65 (lihat Lampiran 9) yang berarti sapi potong di Kecamatan Jatipuro mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 24.470.013.716,65. Peningkatan produksi pangan utama khususnya daging sapi melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk bokashi merupakan upaya yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Jatipuro yang beternak sapi potong. Upaya peningkatan produksi daging sapi sangat mendukung dalam meningkatnya nilai produksi daging sapi itu sendiri. Selain hal tersebut, harga daging sapi yang tinggi serta banyaknya jumlah konsumen daging sapi menyebabkan banyaknya masyarakat yang mulai mengusahakan usaha ternak sapi potong dengan tujuan mencari keuntungan yang besar sehingga nilai produksi daging sapi semakin meningkat.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP negatif tidak ditemukan di Kecamatan Jatipuro. Hal ini dapat disebabkan karena adanya produksi komoditas pertanian di Kecamatan Jatipuro yang selalu meningkat sehingga komoditas-komoditas pertanian basis
tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditas lain di Kabupaten Karanganyar.
b. Kecamatan Jatiyoso
Kecamatan Jatiyoso terdapat 24 komoditas pertanian basis. Semua komoditas tersebut pertumbuhannya cepat, hal ini ditunjukkan dengan nilai PP positif dari semua komoditas yang ada di Kecamatan Jatiyoso. Komoditas pertanian basis tersebut adalah padi sawah, jagung, ketela pohon, bawang putih, kacang panjang, buncis, nangka, alpukat, rambutan, jahe, kopi arabica, cengkeh, kopi robusta, kelapa, kapuk, mahoni, ayam buras, itik, domba, kambing, sapi potong, ikan lain. Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatiyoso yang mempunyai nilai PP terbesar adalah padi sawah, yaitu Rp 53.235.113.260,29 (lihat Lampiran 9). Nilai PP yang dimiliki komoditas padi sawah tersebut menunjukkan besarnya keuntungan atau pertumbuhan nilai produksi yang dialami komoditas padi sawah karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah. Kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak menjadi pupuk. Selain itu, keadaan alam di Kecamatan Jatiyoso sangat mendukung pertumbuhan padi sawah, lahan persawahan yang luas, ketinggian tempat rata-rata 950 mdpl serta adanya bantuan pemerintah tentang subsidi pupuk dan bibit menjadikan masyarakat Kecamatan Jatiyoso banyak yang mengusahakan usahatani padi sawah.
c. Kecamatan Jumapolo
Kecamatan Jumapolo mempunyai 11 komoditas pertanian basis yang memiliki pertumbuhan cepat yang ditunjukkan dengan nilai PP positif. Komoditas tersebut adalah jagung, ketela pohon, kacang tanah,
commit to user
pepaya, sukun, rambutan, lada, mete, kapuk, domba, kambing. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP terbesar adalah jagung, yaitu Rp 30.822.039.620,64 (lihat Lampiran 9), yang artinya komoditas jagung mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 30.822.039.620,64 karena adanya pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas jagung, misalnya kebijakan peningkatan produksi jagung melalui diversifikasi tanaman pangan dan program pengembangan kemitraan antara petani dengan pengelola usaha pengolahan dimana di kecamatan ini terdapat pabrik tepung mayzena skala rumah tangga yang dapat menyerap produk jagung di kecamatan ini.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jumapolo yang pertumbuhannya lambat yang ditunjukkan dengan nilai PP negatif adalah tebu. Komoditas tebu mempunyai nilai PP sebesar Rp -175.105.531.922,05 (lihat Lampiran 9), yang artinya tebu mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -175.105.531.922,05 karena adanya penurunan produksi tebu. Penurunan produksi tebu ini disebabkan karena pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan untuk pendirian bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman. Adanya usaha rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah ditanami tebu sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan perbaikan untuk meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur kembali. Rehabilitasi lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi tebu karena lahan tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu tertentu. Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai produksi sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
d. Kecamatan Jumantono
Kecamatan Jumantono mempunyai 20 komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP positif, komoditas tersebut adalah ketela pohon, kacang tanah, petai, jengkol, melinjo, manggis, belimbing,
durian, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, nanas, mangga, duku/langsat, kencur, mete, jati, ayam ras petelur, ayam pedaging. Nilai PP positif yang dimiliki oleh komoditas tersebut menunjukkan bahwa komoditas tersebut bahwa tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan dengan komoditas lain di Kabupaten Karanganyar atau dapat dikatakan Kecamatan Jumantono berkemampuan dalam menghasilkan komoditas pertanian basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat. Mangga merupakan komoditas yang mempunyai nilai PP terbesar, yaitu Rp 66.038.093.644,62 (lihat Lampiran 9), yang artinya mangga mengalami pertumbuhan nilai produksi sebesar Rp 66.038.093.644,62 karena pengaruh keadaan tanah dan iklim yang mendukung usahatani mangga.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP negatif sehingga tergolong komoditas yang pertumbuhannya lambat adalah tebu. Tebu merupakan komoditas yang mempunyai nilai PP terendah, yaitu Rp -445.377.614.988,93 (lihat Lampiran 9), yang artinya tebu mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -445.377.614.988,93 karena adanya penurunan produksi tebu. Penurunan produksi tebu ini disebabkan karena pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan untuk pendirian bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman. Adanya usaha rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah ditanami tebu sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan perbaikan untuk meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur kembali. Rehabilitasi lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi tebu karena lahan tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu tertentu. Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai produksi sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
e. Kecamatan Matesih
Kecamatan Matesih mempunyai 41 komoditas pertanian basis yang pertumbuhannya cepat yang ditunjukkan dengan nilai PP positif.
commit to user
Komoditas tersebut adalah padi sawah, ketela rambat, cabe, jengkol, terong, melinjo, kacang panjang, sawi, buncis, manggis, belimbing, durian, jambu biji, sirsak, alpukat, sawo, pepaya, nanas, salak, sukun, mangga, rambutan, duku/langsat, jeruk keprok, kencur, cengkeh, kopi robusta, jati, kayu lain, kerbau, ayam buras, itik, domba, kambing, kelinci, sapi potong, lele, gurame, tawes, nila, ikan lain.
Komoditas padi sawah adalah komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP terbesar, yaitu Rp 37.229.930.028,58 (lihat Lampiran 9), yang artinya padi sawah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 37.229.930.028,58. Nilai PP yang dimiliki komoditas padi sawah tersebut menunjukkan besarnya keuntungan atau pertumbuhan nilai produksi yang dialami komoditas padi sawah karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah. Kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak menjadi pupuk.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Matesih yang pertumbuhannya lambat yang ditunjukkan dengan nilai PP negatif adalah tomat dengan nilai PP sebesar Rp -430.832.294,91 (lihat Lampiran 9), yang artinya tomat mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -430.832.294,91. Menurunnya jumlah konsumen tomat dipasar karena bersaing dengan tomat impor menyebabkan penurunan produksi tomat.
f. Kecamatan Tawangmangu
Kecamatan Tawangmangu mempunyai 27 komoditas pertanian basis yang pertumbuhannya cepat yang ditunjukkan dengan nilai PP positif. Komoditas tersebut adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat,
bawang merah, bawang putih, cabe, kubis, sawi, buncis, nangka, durian, alpukat, pisang, salak, jeruk keprok, cengkeh, kayu lain, kuda, ayam buras, domba, kambing, ayam pedaging, kelinci, sapi potong, lele, nila, ikan lain. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP terbesar adalah sapi potong, yaitu Rp 19.024.744.543,07 (lihat Lampiran 9), artinya sapi potong mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp 19.024.744.543,07. Upaya peningkatan produksi daging sapi seperti peningkatan produksi pangan utama khususnya daging sapi melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk bokashi yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Tawangmangu yang beternak sapi potong. sangat mendukung dalam meningkatnya nilai produksi daging sapi itu sendiri. Selain hal tersebut, harga daging sapi yang tinggi serta banyaknya jumlah konsumen daging sapi menyebabkan banyaknya masyarakat yang mulai mengusahakan usaha ternak sapi potong dengan tujuan mencari keuntungan yang besar sehingga nilai produksi daging sapi semakin meningkat. Kecamatan Tawangmangu terkenal dengan daerah penghasil sayuraan dan buah-buahan sehingga sebagian besar penduduk di Kecamatan Tawangmangu justru mencari sumber makanan selain sayur dan buah-buahan karena bagi mereka mengkonsumsi sayuran yang mereka hasilkan sendiri sangat membosankan. Hal tersebut mendorong masyarakat di daerah ini mencari sumber makanan lain seperti daging sapi. Banyaknya konsumen akan meningkatkan para peternak sapi potong untuk meningkatkan produksinya. Adanya peningkatan produksi akan memperngaruhi peningkatan nilai produksi daging sapi sehingga laju pertumbuhannya semakin cepat dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Tawangmangu yang mempunyai nilai negatif yaitu wortel dan kentang. Nilai negatif yang dimiliki oleh komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan
commit to user
komoditas pertanian basis tersebut pertumbuhannya lambat karena dirugikan oleh kebijakan pada suatu komoditas. Komoditas kentang dan wortel mempunyai nilai PP masingmasing yaitu Rp -8.714.332.108,23 dan Rp -128.779.871.02 (lihat Lampiran 9), yang artinya wortel mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -8.714.332.108,23, kentang mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -128.779.871.02 karena kebijakan pada suatu komoditas, misalnya karena adanya kebijakan impor sayuran yang membuka kesempatan pedagang luar negeri untuk merampas pasar domestik. Kebijakan ini menyebabkan penurunan produksi wortel dan kentang. g. Kecamatan Ngargoyoso
Kecamatan Ngargoyoso mempunyai 35 komoditas pertanian basis yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, bawang merah, bawang putih, cabe, kubis, sawi, buncis, durian, jambu biji, alpukat, pepaya, pisang, jeruk keprok, cengkeh, kopi robusta, mete, kelapa, jati, kayu lain, ayam buras, itik, domba, kambing, puyuh, kelinci, sapi potong, lele, gurame, tawes, nila, karper, ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis tersebut pertumbuhannya cepat karena adanya kebijakan antar pada suatu komoditas yang menguntungkan komoditas pertanian basis tersebut, sehingga komoditas tersebut mengalami kenaikan produksi sebesar nilai PPnya. Komoditas sapi potong merupakan komoditas yang mempunyai nilai PP terbesar di Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Rp 21.359.041.921.20 (lihat Lampiran 9), yang artinya sapi potong mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 21.359.041.921.20. Upaya peningkatan produksi daging sapi seperti peningkatan produksi pangan utama khususnya daging sapi melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk bokashi yang pada umumnya dilakukan
oleh masyarakat Kecamatan Ngargoyoso yang beternak sapi potong. sangat mendukung dalam meningkatnya nilai produksi daging sapi itu sendiri. Selain hal tersebut, harga daging sapi yang tinggi serta banyaknya jumlah konsumen daging sapi menyebabkan banyaknya masyarakat yang mulai mengusahakan usaha ternak sapi potong dengan tujuan mencari keuntungan yang besar sehingga nilai produksi daging sapi semakin meningkat. Kecamatan Ngargoyoso terkenal dengan daerah penghasil sayuraan dan buah-buahan sehingga sebagian besar penduduk di Kecamatan Ngargoyoso justru mencari sumber makanan selain sayur dan buah-buahan karena bagi mereka mengkonsumsi sayuran yang mereka hasilkan sendiri sangat membosankan. Hal tersebut mendorong masyarakat di daerah ini mencari sumber makanan lain seperti daging sapi. Banyaknya konsumen akan meningkatkan para peternak sapi potong untuk meningkatkan produksinya. Adanya peningkatan produksi akan memperngaruhi peningkatan nilai produksi daging sapi sehingga laju pertumbuhannya semakin cepat dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Ngargoyoso yang mempunyai nilai PP negatif sehingga tergolong komoditas yang pertumbuhannya lambat adalah wortel, tomat dan kentang. Komoditas yang mempunyai nilai PP terkecil adalah kentang, yaitu Rp – 994.695.723,76 (lihat Lampiran 9), yang artinya kentang mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -994.695.723,76 karena perubahan kebijakan di komoditas lain yang berupa kebijakan peningkatan produksi tanaman hortikultura jenis sayuran yang lain seperti sawi dan kubis, karena menurut badan penyuluh pertanian Kecamatan Ngargoyoso, sawi dan kubis lebih cocok ditanam di lahan Kecamatan Ngargoyoso dibandingkan dengan jenis sayuran lain. Selain itu keuntungan ekonominya lebih tinggi karena menurut mereka sawi dan kobis tidak membutuhkan modal yang banyak.
commit to user
h. Kecamatan Karangpandan
Kecamatan Karangpandan mempunyai 30 komoditas pertanian basis yang nilai PPnya positif. Komoditas tersebut adalah: padi sawah, ketela rambat, cabe, terong, buncis, belimbing, nangka, durian, jambu biji, alpukat, salak, sukun, rambutan, duku/langsat, jahe, cengkeh, kerbau, ayam ras petelur, ayam buras, itik, domba, kambing, kelinci, sapi potong, lele, gurame, tawes, nila, karper, ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki oleh komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis tersebut pertumbuhannya cepat atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Karangpandan berkemampuan dalam menghasilkan komoditas pertanian tersebut yang secara regional/kabupaten tumbuh cepat. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP terbesar adalah padi sawah, yaitu Rp 46.862.422.534,67 (lihat Lampiran 9), yang artinya padi sawah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 46.862.422.534,67 karena adanya pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah, misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani, subsidi pupuk dan bibit dari pemrintah, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak menjadi pupuk. Hal ini mendorong semangat masyarakat daerah ini mengusahakan padi sawah disamping keadaan alam Kecamatan Karangpandan yang sangat cocok digunakan untuk usahatani persawahan padi.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Karangpandan yang mempunyai pertumbuhan lambat yang ditunjukkan dengan nilai PP negatif adalah tomat. Tomat mempunyai nilai PP sebesar Rp