• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Komponen Pertumbuhan Proporsional dan Komponen

2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas

Karanganyar

Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) merupakan salah satu komponen dalam analisis shift share yang dapat digunakan untuk mengetahui daya saing komoditas pertanian di suatu wilayah dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama di wilayah lain yang disebabkan oleh adanya keuntungan lokasional yang dimiliki oleh suatu wilayah. Menurut Tarigan (2005), Komponen pertumbuhan pangsa wilayah diakibatkan oleh adanya sektor perekonomian tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lambat di suatu wilayah yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern, sedangkan Tambunan (2001), menyatakan bahwa pertumbuhan pangsa wilayah (differential shift) terjadi karena peningkatan atau penurunan output suatu wilayah yang lebih cepat/lambat dibandingkan wilayah-wilayah lain atau nasional yang ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar input dan output, dukungan kelembagaan, infrastruktur sosial dan ekonomi, dan kebijakan ekonomi nasional.

commit to user

Komoditas pertanian di suatu wilayah yang mempunyai nilai PPW positif menunjukan bahwa komoditas pertanian tersebut lebih tinggi daya saingnya dibanding komoditas pertanian yang sama di wilayah lain karena adanya keuntungan lokasional yang dimiliki wilayah tersebut. Sebaliknya, komoditas pertanian yang mempunyai nilai PPW negatif menunjukan bahwa komoditas pertanian tersebut tidak memiliki daya saing yang baik karena faktor lokasi yang kurang menguntungkan di wilayah pertumbuhannya. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW = 0, mempunyai pertumbuhan yang sama dengan wilayah lain, sehingga tidak dapat dikatakan mampu atau tidak mampu bersaing. Hasil analisis komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas pertanian basis di tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar dapat diketahui dari tabel di bawah ini:

Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010

Komoditas dengan PPW Positif Komoditas dengan PPW Negatif Komoditas dengan PPW = 0 Kecamatan

Kacang Tanah, Durian, Rambutan, Jati, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Kambing, Sapi Potong

Jagung, Ketela Pohon, Petai, Sawo, Pisang, Kencur, Cengkeh, Kelapa, Kapuk, Domba, Ikan Lain

Jatipuro

Ketela Pohon, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Kelapa, Mahoni, Domba, Ikan Lain

Padi Sawah, Jagung, Bawang Putih, Kacang Panjang, Buncis, Nangka, Alpukat, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Kapuk, Ayam Buras, Itik, Kambing, Sapi Potong

Jatiyoso

Kacang Tanah, Tebu, Mete, Kapuk

Jagung, Ketela Pohon, Pepaya, Sukun, Rambutan, Lada, Domba, Kambing

Jumapolo

Kacang Tanah, Petai, Jengkol, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Tebu, Mete, Jati, Ayam Ras Petelur

Ketela Pohon, Melinjo, Manggis, Ayam Pedaging

Jumantono

Padi Sawah, Ketela Rambat, Jengkol, Melinjo, Kacang Panjang, Buncis, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, sawo, nanas, Salak, Sukun, Rambutan, Cengkeh, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Sapi Potong, Lele

Cabe, Terong, Tomat, Sawi, Pepaya, Mangga, Duku/Langsat, Jeruk Keprok, Kencur, Kopi Robusta, Jati, Kambing, Kelinci, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain

Matesih

Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Kentang, Durian, Cengkeh, Kuda, Kambing, Ayam Pedaging, Kelinci, Nila

Ketela Rambat, Bawang Merah, Cabe, Wortel, Kubis, Sawi, Buncis, Nangka, Alpukat, Pisang, Salak, Jeruk Keprok, Kayu Lain, Ayam Buras, Domba, Sapi Potong, Lele, Ikan Lain

Tawangmangu

commit to user

Lanjutan Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis di Masing masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010

Komoditas dengan PPW Positif Komoditas dengan PPW Negatif Komoditas dengan PPW 0 Kecamatan

Jagung, Ketela Rambat, Wortel, Tomat, Alpukat, Jeruk Keprok, Cengkeh, Kopi Robusta, Kelapa, Ayam Buras, Domba, Kambing, Puyuh, Sapi Potong, Lele, Karper

Padi Sawah, Ketela Pohon, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Kentang, Kubis, Sawi, Buncis, Durian, Jambu iji, Pepaya, Pisang, Mete, Jati, Kayu Lain, Itik, Kelinci, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain

Ngargoyoso

Padi Sawah, Ketela Rambat, Terong, Buncis, Belimbing, Jambu Biji, Alpukat, Salak, Duku/Langsat, Kerbau, Ayam Buras, Domba, Sapi Potong, Karper

Cabe, Tomat, Nangka, Durian, Sukun, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Ayam Ras Petelur, Itik, Kambing, Kelinci, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain

Karangpandan

Padi sawah, Tebu, Jati Ayam Ras Petelur, Gurami, Tawes

Karanganyar

Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurami

Padi Sawah, Tebu, Ayam Pedaging, Nila, Ikan Lain

Tasikmadu

Sawo, Itik, Sapi Potong Padi Sawah, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Lele, Nila, Ikan Lain

Jaten

Kapuk, Kerbau, Gurami, Ikan Lain

Melinjo, Sirsak, Tebu, Tembakau, Jati, Kuda, Puyuh, Lele, Tawes, Nila

Colomadu

Padi Gogo, Ayam Pedaging, Lele

Kacang Tanah, Tebu, Mete, Kapuk, Ayam Ras Petelur, Sapi Potong

Gondangrejo

Mahoni, Tebu Padi Sawah, Melinjo, Lele, Gurami Kebakkramat

Padi Sawah, Kancang

Panjang, Kapuk, Kunyit, Mahoni, Kerbau, Itik, Gurami

Kedelai, Kacang Tanah, Sukun, Jahe, Tebu

Mojogedang

Lanjutan Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010

Komoditas dengan PPW Positif Komoditas dengan PPW Negatif Komoditas dengan PPW = 0 Kecamatan

Padi Sawah, Cabe, Sawi, Manggis, Nangka, Sukun, Jeruk Keprok, Mahoni, Domba, Kelinci, Sapi Potong

Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah, Petai, Terong, Melinjo, Tomat, Kacang Panjang, Belimbing, Durian, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Rambutan, Jahe, Kencur, Cengkeh, Mete, Kunyit, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Kambing, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain

Kerjo

Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Wortel, Melinjo, Kentang, Sawi, Kubis, Buncis, Nangka, Pisang, Salak, Sukun, Kencur, Kopi Robusta, Panili, Kelapa, Kayu Lain, Ayam Buras, Sapi Potong, Lele

Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Panjang, Belimbing, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Pepaya, Nanas, Rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Cengkeh, Kunyit, Jati, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain

Jenawi

Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 9

Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa tiap kecamatan mempunyai daya saing untuk komoditas pertanian basis yang berbeda dengan kecamatan yang lain. Hal ini dikarenakan setiap kecamatan mempunyai keuntungan lokasional yang berbeda-beda. Pada umumnya tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar mempunyai lebih dari satu komoditas pertanian basis yang mempunyai daya saing yang baik. Untuk itu perlu dilakukan perangkingan nilai PPW untuk menentukan urutan prioritas pengembangannya di tiap kecamatan. Semakin besar nilai PPW yang dimiliki oleh suatu komoditas maka semakin besar pula daya saingnya dan sebaliknya semakin kecil nilai PPW suatu komoditas maka semakin kecil pula daya saingnya.

commit to user

a. Kecamatan Jatipuro

Kecamatan Jatipuro mempunyai 20 komoditas pertanian basis yang memiliki daya saing wilayah yang baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif. Di sub sektor tanaman bahan makanan, komoditas pertanian basis yang mempunyai daya saing wilayah yang baik adalah kacang tanah, durian, rambutan. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian basis dari sektor tanaman bahan makanan yang mempunyai nilai PPW tertinggi di bandingkan dengan komoditas pertanian dari sektor tanaman bahan makanan lainnya. Nilai PPW komoditas kacang tanah adalah sebesar Rp 6.458.928.661,72 (lihat Lampiran 9) yang artinya komoditas kacang tanah mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp 6.458.928.661,72 karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh kecamatan Jatipuro. Jenis tanah litosol dan ketinggian tempat rata-rata di Kecamatan Jatipuro 770 mdpl sehingga cocok untuk budidaya kacang tanah. Tanaman kacang tanah mampu tumbuh pada segala tipe tanah, asal cukup mengandung bahan organik, kacang tanah tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, pH tanah 6,5 – 7 dengan tinggi tempat antara 50 - 800 mdpl.

Komoditas pertanian basis dari sub sektor kehutanan di Kecamatan Jatipuro yang mempunyai daya saing wilayah yang baik adalah jati dan mahoni. Di sub sektor tanaman kehutanan, komoditas jati merupakan komoditas kehutanan yang mempunyai nilai PPW tertinggi di Kecamatan Jatipuro. Hal ini dikarenakan Kecamatan Jatipuro mempunyai topografi dan agroklimat yang sangat sesuai untuk tanaman jati, dimana Kecamatan Jatipuro mempunyai ketinggian 770 mdpl dan tipe iklim C (menurut Oldeman serta Schmidt dan Ferguson). Nilai PPW untuk komoditas jati di kecamatan ini adalah Rp 9.378.757,59 yang artinya komoditas jati mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp 9.378.757,59 karena keuntungan lokasional yang dimiliki kecamatan ini. Kecamatan Jatipuro merupakan kecamatan dengan daerah perbukitan dan pegunungan dengan jenis tanah podsolik

merah kuning (ultisol) yang rentan terhadap erosi, sehingga di daerah ini dikembangkan tanaman kehutanan seperti mahoni untuk mengurangi bahaya erosi.

Komoditas pertanian basis dari sub sektor peternakan yang memiliki daya saing wilayah yang baik di Kecamatan Jatipuro adalah itik, kambing dan sapi potong. Nilai PPW komoditas sub sektor peternakan yang tertinggi yaitu sapi potong, sebesar Rp 12.208.565.659,05 (lihat Lampiran 9), yang artinya karena keuntungan lokasional yang dimiliki kecamatan ini, komoditas sapi potong mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp 12.208.565.659,05 Kecamatan Jatipuro merupakan kawasan pengembangan agribisnis peternakan sapi potong karena kondisi daerahnya yang jauh dari kebisingan. Sapi potong merupakan jenis sapi yang membutuhkan persyaratan lokasi khusus yang jauh dari kebisingan agar tidak menyebabkan sapi ini stres. Apabila ayam ini mengalami stres maka akan banyak sapi yang kurus dan mati.

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatipuro yang mempunyai nilai PPW negatif sehingga tergolong komoditas yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama di wilayah kecamatan lainnya yaitu: jagung, ketela pohon, petai, sawo, pisang (dari sub sektor tabama); kencur, cengkeh, kelapa dan kapuk (dari sub sektor perkebunan); domba (dari sub sektor peternakan), serta ikan lain (dari sub sektor perikanan). Komoditas yang mempunyai nilai PPW terendah adalah jagung. Populasi jagung di kecamatan ini mengalami penurunan yang sangat drastis dari tahun 2009 ke 2010, yaitu dari 10.641 ton menjadi 7.547 ton.

b. Kecamatan Jatiyoso

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa Kecamatan Jatiyoso memiliki 22 komoditas pertanian basis yang mempunyai daya saing yang baik yang ditunjukan dengan nilai PPW positif. Komoditas

commit to user

yang mempunyai nilai PPW terbesar di kecamatan ini adalah jahe. Komoditas jahe mempunyai nilai PPW sebesar Rp 35.509.277.200,29 (lihat Lampiran 10), yang artinya komoditas jahe mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 35.509.277.200,29 karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh kecamatan ini. Di Kecamatan Jatiyoso ini terdapat jenis tanah litosol coklat merah yang potensial untuk pengembangan jahe. Kecamatan Jatiyoso ini mempunyai jumlah populasi jahe terbesar dibandingkan dengan kecamatan yang lain di Kabupaten Karanganyar. Populasi jahe di kecamatan ini yaitu 86.660 kg pada tahun 2009 meningkat menjadi 615.300 kg pada tahun 2010.

Komoditas pertanian basis lainnya yang mempunyai daya saing yang baik yaitu: a) dari sub sektor tanaman bahan makanan: ketela pohon dan rambutan; b) dari sub sektor tanaman perkebunan: kelapa dan cengkeh; c) dari sub sektor peternakan: domba; d) dari sub sektor perikanan: ikan lain.

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatiyoso yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yaitu: a) dari sub sektor tabama: padi sawah, jagung, bawang putih, kacang panjang, buncis, nangka, alpukat; b) dari sub sektor tanaman perkebunan: kopi arabica, kopi robusta, kapuk; c) dari sub sektor peternakan: ayam buras, itik, kambing dan sapi potong. Komoditas kehutanan di kecamatan ini tidak mempunyai daya saing yang baik karena mulai tahun 2008 terjadi penggundulan hutan dan penebangan liar hutan produksi sehingga mengakibatkan kerusakan hutan di kecamatan ini.

c. Kecamatan Jumapolo

Kecamatan Jumapolo mempunyai 4 komoditas pertanian basis yang berdaya saing baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif. Komoditas yang mempunyai nilai PPW terbesar adalah kacang tanah yaitu Rp 4.240.999.130,98 (lihat Lampiran 9) yang artinya komoditas kacang tanah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 4.240.999.130,98 karena keuntungan lokasional yang dimiliki Kecamatan Jumapolo. Kecamatan ini mempunyai jenis tanah latosol dan ketinggian tempat rata-rata di Kecamatan Jumapolo 770 mdpl sehingga cocok untuk budidaya kacang tanah. Tanaman kacang tanah mampu tumbuh pada segala tipe tanah, asal cukup mengandung bahan organik, kacang tanah tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, pH tanah 6,5 – 7 dengan tinggi tempat antara 50 - 800 mdpl. Produksi kacang tanah di Kecamatan Jumapolo yaitu 1.470 ton (atau senilai Rp 20.365.380.000,00) pada tahun 2009, dan mengalami peningkatan yang drastis pada tahun 2010 menjadi 2.787 ton (atau senilai Rp 40.411.500.000,00). Komoditas pertanian basis lainnya yang mempunyai daya saing yang baik yaitu dari sub sektor tanaman perkebunan: tebu, kapuk dan mete.

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jumapolo yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama di wilayah kecamatan lain, yaitu: a) dari sub sektor tabama: jagung, ketela pohon, pepaya, sukun, dan rambutan; b) dari sub sektor tanaman perkebunan: lada; c) dari sub sektor peternakan: domba dan kambing.

d. Kecamatan Jumantono

Kecamatan Jumapolo mempunyai 16 komoditas pertanian basis yang berdaya saing baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif. Komoditas tersebut adalah petai, jengkol, belimbing, durian, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, nanas, mangga, duku/langsat, kencur, tebu, mete, jati, ayam ras petelur. Komoditas yang mempunyai nilai PPW

commit to user

terbesar adalah kacang tanah, yaitu sebesar Rp 22.667.293.964,29 (lihat Lampiran 9) yang artinya komoditas kacang tanah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 22.667.293.964,29 karena keuntungan lokasional yang dimiliki Kecamatan Jumantono. Kecamatan ini mempunyai jenis tanah litosol coklat merah dan ketinggian tempat rata-rata di Kecamatan Jumantono 450 mdpl sehingga cocok untuk budidaya kacang tanah. Tanaman kacang tanah mampu tumbuh pada segala tipe tanah, asal cukup mengandung bahan organik, kacang tanah tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, pH tanah 6,5 – 7 dengan tinggi tempat antara 50 - 800 mdpl. Kecamatan Jumantono merupakan kecamatan dengan produksi kacang tanah terbesar di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010. Produksi kacang tanah pada tahun 2009 yaitu di 1.004 ton atau senilai Rp 13.909.416.000,00 dan produksi pada tahun 2010 yaitu 3.267 ton atau senilai Rp 47.371.500.000,00 (lampiran 2,3,4 dan 5).

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jumantono yang tidak mempunyai daya saing yang baik adalah ketela pohon, melinjo, manggis, ayam pedaging. Nilai PPW negatif menunjukkan besarnya penurunan nilai produksi yang dialami oleh komoditas tersebut yang disebabkan oleh faktor internal atau lokasional Kecamatan Jumantono. e. Kecamatan Matesih

Kecamatan Matesih mempunyai 25 komoditas pertanian basis yang berdaya saing baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif. Komoditas yang termasuk dalam kelompok ini adalah padi sawah, ketela rambat, jengkol, melinjo, kacang panjang, buncis, manggis, belimbing, durian, jambu biji, sirsak, alpukat, sawo, nanas, salak, sukun, rambutan, cengkeh, kayu lain, kerbau, ayam buras, itik, domba, sapi potong, lele. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW terbesar yaitu padi sawah. Nilai PPW padi sawah yaitu Rp 18.171.720.339.38 yang artinya karena keuntungan lokasional yang dimiliki Kecamatan Matesih, yaitu 48,43% (10272,02 Ha) dari luas

wilayah total kecamatan ini (2.626,63 Ha) merupakan area persawahan serta adanya kondisi ketinggian tanah rata-rata 450 mdpl maka komoditas padi sawah di kecamatan ini dapat tumbuh subur sehingga mengalami peningkatan produksi yaitu sebesar Rp 18.171.720.339.38. Produksi padi sawah pada tahun sebelumnya (2009) yaitu 13.431 ton sedangkan pada tahun 2010 yaitu 16.704 ton.

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Matesih yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan dengan nilai PPW negatif adalah cabe, terong, tomat, sawi, pepaya, mangga, duku/langsat, jeruk keprok, kencur, kopi robusta, jati, kambing, kelinci, gurami, tawes, nila, ikan lain. Komoditas tersebut akan mengalami penurunan nilai produksi karena pengaruh faktor lokasional kecamatan ini.

f. Kecamatan Tawangmangu

Kecamatan Tawangmangu mempunyai 11 dari 29 komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW positif, komoditas tersebut adalah jagung, ketela pohon, bawang putih, kentang, durian, cengkeh, kuda, kambing, ayam pedaging, kelinci, nila. Nilai positif yang dimiliki komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Tawangmangu mempunyai keunggulan kompetitif dalam menghasilkan komoditas pertanian basis tersebut jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Karanganyar.

Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW positif sebagian besar berasal dari komoditas pertanian basis dari sub sektor tanaman bahan makanan dari kelompok palawija (jagung dan ketela pohon), hortikultura (bawang putih, durian dan kentang), perkebunan (cengkeh), peternakan (kuda, kambing, ayam pedaging) dan perikanan (nila). Hal ini dikarenakan daerah Tawangmangu merupakan daerah perbukitan kaki Gunung Lawu yang subur dengan jenis tanah litosol andosol, sehingga cocok untuk pengembangan pertanian terutama

commit to user

tanaman bahan makanan dari kelompok palawija dan sayuran. Selain itu kecamatan ini memiliki fasilitas pasar yang penggunanya bukan hanya masyarakat Tawangmangu sendiri tetapi juga masyarakat dari luar kecamatan maupun kabupaten, sehingga dengan keberadaan pasar ini sangat membantu pemasaran komoditas pertanian yang dihasilkan Kecamatan Tawangmangu. Komoditas pertanian basis yang memiliki nilai PPW terbesar juga berasal dari sub sektor tanaman bahan makanan yaitu komoditas jagung, dengan nilai PPW Rp 7.303.137.501,52 (lihat Lampiran 9), yang artinya komoditas jagung mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 7.303.137.501,52 karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan Tawangmangu.

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Tawangmangu yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan dengan nilai PPW negatif, yaitu a) ketela rambat, bawang merah, cabe, wortel, kubis, sawi, buncis, nangka, alpukat, pisang, salak, jeruk keprok dari sub sektor tabama; b) kayu lain dari sub sektor tanaman perkebunan; c) kayu lain dari sub sektor kehutanan; d) ayam buras, domba, sapi potong dari sub sektor peternakan; e) lele, ikan lain dari sub sektor perikanan. Nilai PPW negatif menunjukkan besarnya penurunan nilai produksi yang dialami oleh komoditas tersebut yang disebabkan oleh faktor internal atau lokasional Kecamatan Tawangmangu.

g. Kecamatan Ngargoyoso

Kecamatan Ngargoyoso mempunyai 16 dari 38 komoditas pertanian basis yang berdaya saing baik yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif, komoditas tersebut adalah jagung, ketela rambat, wortel, tomat, alpukat, jeruk keprok, cengkeh, kopi robusta, kelapa, ayam buras, domba, kambing, puyuh, sapi potong, lele, karper, sehingga bisa dikatakan bahwa kecamatan ngargoyoso mempunyai keunggulan

kompetitif dalam menghasilkan komoditas-komoditas tersebut. Komoditas yang mempunyai nilai PPW terbesar adalah jagung dengan nilai PPW Rp 8.222.110.535,81 (lihat Lampiran 9), yang artinya komoditas jagung mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp 8.222.110.535,81 karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan Ngargoyoso. Kecamatan Ngargoyoso memiliki daerah perbukitan dengan lahan kering yang luas yaitu 89,44% (5.843,64 Ha) dari luas wilayah kecamatan ini (6.533,94 Ha) merupakan lahan kering dengan jenis tanah andosol dan litosol sehingga potensial untuk pengembangan jagung. Produksi jagung di Kecamatan Ngargoyoso yaitu 1.089 ton pada tahun 2009 dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 3.367 ton.

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Ngargoyoso yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan dengan nilai PPW negatif, yaitu padi sawah, ketela pohon, bawang merah, bawang putih, cabe, kentang, kunis, sawi, buncis, durian, jambu iji, pepaya, pisang, mete, jati, kayu lain, itik, kelinci, gurami, tawes, nila, ikan lain. nilai ppw negatif menunjukkan besarnya penurunan nilai produksi yang dialami oleh komoditas tersebut yang disebabkan oleh faktor internal atau lokasional Kecamatan Ngargoyoso..

h. Kecamatan Karangpandan

Kecamatan Karangpandan mempunyai 14 komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW positif, komoditas tersebut adalah padi sawah, ketela rambat, terong, buncis, belimbing, jambu biji, alpukat, salak, duku/langsat, kerbau, ayam buras, domba, sapi potong, karper. Nilai PPW yang positif yang dimiliki oleh komoditas tersebut menunjukkan bahwa komoditas tersebut mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan komoditas yang sama di wilayah kecamatan lain atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan

commit to user

Karangpandanmempunyai keunggulan kompetitif untuk komoditas tersebut apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya.

Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW terbesar adalah padi sawah dengan nilai PPW sebesar Rp 31.417.088.796,63 (lihat Lampiran 9), yang artinya padi sawah di Kecamatan Karangpandan mengalami kenaikan nilai produksi sebesar nilai PPWnya karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan Karangpandan. Kecamatan Karangpandan mempunyai lahan sawah yang luas, yaitu 3.797 Ha yang ditunjang dengan sarana irigasi yang memadai sehingga lahan sawah di daerah ini bisa diusahakan secara intensif dengan frekuensi pengusahaan rata-rata 2 kali dalam satu tahun. Produksi padi sawah di kecamatan ini, yaitu 16.906 ton pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi 22.782 ton.

Komoditas pertanian basis di Kecamatan Karangpandan yang tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan dengan nilai PPW negatif, yaitu cabe, tomat, nangka, durian, sukun, rambutan, jahe, cengkeh, ayam ras petelur, itik, kambing, kelinci, lele, gurami, tawes, nila, ikan lain. Nilai PPW negatif menunjukkan besarnya penurunan nilai produksi yang dialami oleh komoditas tersebut..

i. Kecamatan Karanganyar

Kecamatan Karanganyar mempunyai 3 komoditas pertanian basis yang berdaya saing baik yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif. Komoditas pertanian tersebut, yaitu padi sawah, tebu dan jati.