215
Budhy Munawar-Rachman Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara
Abstract: Theologically and historically, Islam can not be separated from other religions. However, the shape DQGVW\OHRIWKHUHODWLRQVKLSLQEHWZHHQWKHPKDYHWDNHQSODFHDFFRUGLQJWRFHUWDLQFRQWH[WDQGVSHFL¿FKLVWRULFDO trajectory. Occasionally, this relationship was polemical, but more frequently it occurred in more dialogical nuance. Nevertheless, the principle of the relationship between Islam and other religions is similar, in the line RI4XU¶ƗQLFWHDFKLQJVDQGDVH[HPSOL¿HGE\WKH3URSKHW0XK̡DPPDGLQKLVOLIHWLPHVLHWRDI¿UPDQGUHVSHFW other religions’ existence, and to bestow freedom that their followers could practice their faith respectively. 7KLVLVDVDUWLFXODWHGE\'DOH)(LFNHOPDQDFRQWHPSRUDU\,VODPLFLVW³7KH4XU¶ƗQRIIHUVDGLVWLQFWO\PRGHUQ perspective on the role of Islam as a force for tolerance and mutual recognition in a multiethnic, multicommunity ZRUOG´7KLVDUWLFOHSURYHVWKDWWKH4XU¶ƗQDFFHSWVGLIIHUHQFHVDQGGLYHUVLWLHVH[LVWLQJLQKXPDQVRFLHW\LW HYHQUHFHLYHVPRUHVSHFL¿FYLHZVFRQFHUQLQJWRWKHSOXUDOLW\RIEHOLHIVDQGUHOLJLRXVODZV
Keywords: Pluralism, Exclusive, Inclusive
Abstraksi: secara teologis dan historis, Islam tidak dapat dipisahkan dari agama-agama lain. Kendati begitu, gaya dan bentuk hubungan antar mereka terjadi dalam konteks serta perjalanan sejarah tertentu. Kadang hubungan tersebut bersifat polemis, tetapi lebih sering dalam nuansa dialogis. Walaupun demikian prinsip hubungan antara ,VODP GDQ DJDPDDJDPD ODLQ DGDODK VHEDQGLQJ VHVXDL DMDUDQDMDUDQ DO4XU¶ƗQ dan mengikuti contoh hidup dipraktikkan oleh Nabi Muh̡ammad selama hidup beliau, yakni menegaskan dan menghormati keberadaan agama-agama lain, sekaligus memberi kebebasan bagi para pemeluk guna menjalankan keimanan mereka masing-masing. Hal ini dikemukakan oleh Dale F. Eickelman, seorang islamisis NRQWHPSRUHU³$O4XU¶ƗQPHQDZDUNDQSHUVSHNWLIPRGHUQDPDWMHODVWHQWDQJSHUDQIslam sebagai kekuatan GDODP WROHUDQVL GDQ VDOLQJ PHQJDNXL PXOWLHWQLN PXOWLNRPXQLWDV´ 7XOLVDQ LQL PHPEXNWLNDQ DO4XU¶ƗQ PHQHULPDSHUEHGDDQWHUGDSDWGDODPPDV\DUDNDWPDQXVLDLDEDKNDQPHQHULPDSDQGDQJDQSDQGDQJDQOHELK VSHVL¿NPHQ\DQJNXWSOXUDOLWDVNH\DNLQDQGDQKXNXPKXNXPDJDPD
Katakunci: Pluralisme, Eksklusif, Inklusif
Pendahuluan
%HZDUHRIEHLQJERXQGXSE\DSDUWLFXODUFUHHGDQG rejecting others as unbelief! Try to make yourself a prime matter for all forms of religious belief. *RGLVJUHDWHUDQGZLGHUWKDQWREHFRQ¿QHGWRRQH SDUWLFXODUFUHHGWRWKHH[FOXVLRQRIRWKHUV)RU+H VD\Vµµ:KHUHYHU\RXWXUQWKHUHLVWKH)DFHRI*RG 4V,EQµ$UDEƯ
Islam secara teologis dan historis ti-dak bisa dile paskan dari agama-agama lain. Hanya saja, bentuk dan corak hubungan tersebut berlangsung menurut konteks
ter-WHQWX GDODP OLQWDVDQ VHMDUDK \DQJ VSHVL¿N
Kadang-kadang, hal itu berlangsung secara polemis, tetapi lebih banyak terjadi dalam
di-DORJ 1DPXQ SULQVLS \DQJ PHQGDVDUL KXEX
ngan Islam dan agama-agama lain itu
tetap-ODK VDPD²VHEDJDLPDQD GLQ\DWDNDQ GDODP DO4XU¶ƗQGDQGLFRQWRKNDQGDODPNHKLGXSDQ 1DEL 0XKҝDPPDG²\DNQL SHQJDNXDQ GDQ
penghor matan akan keberadaan agama-aga-ma lain, dan adanya ruang kebebasan bagi para pemeluknya untuk menjalankan aga-manya masing-masing. Dalam bahasa Dale F. Eickelman, seorang ahli Islam kontemporer,
³7KH4XU¶ƗQRIIHUVDGLVWLQFO\PRGHUQSHUV pective on the role of Islam as a force for to-lerance and mutual recognition in a multi-ethnic, multicommunity world´1
1 'DOH ) (LFNHOPDQ ³Islam and Ethical 3OXUDOLVP´ GDODP 6RKDLO + +DVKPL Islamic
Ada tiga pengertian pluralisme agama kontemporer yang telah dikembangkan, dan dapat dijadikan dasar pemahaman pluralisme dalam Islam. Ketiga pengertian itu adalah:
Pertama, pluralisme agama adalah keter-libatan aktif dalam keragaman dan perbedaan agama-agama untuk membangun peradaban global.2 Dalam pengertian ini, seperti tampak dalam sejarah Islam, pluralisme agama lebih dari sekedar mengakui pluralitas keragaman dan perbedaan, tetapi aktif merangkai kera-gaman dan perbedaan itu untuk tujuan sosial yang lebih tinggi, yaitu kebersamaan dalam membangun peradaban. Pluralisme adalah
µSHUWDOLDQ VHMDWL NHEKLQHNDDQ GDODP LNDWDQ LNDWDQNHDGDEDQ¶
Kedua, pluralisme agama dengan penger-tian yang pertama, berarti mengandaikan penerimaan toleransi aktif terhadap yang
Political Ethics: Civil Society, Pluralism, and Conflict3ULQFHWRQDQG2[IRUG3ULQFHWRQ8QLYHUVLW\
3UHVV
2 $VJKDU$OL(QJLQHHU³,VODPDQG3OXUDOLVP´ GDODP3DXO).QLWWHUThe Myth of Religious 6XSHULRULW\ $ 0XOWLIDLWK ([SORUDWLRQ 0DU\NQROO 1< 2UELV %RRNV <DQJ VDQJDW PHQDULN dalam perkembangan mutakhir adalah bahwa isu pluralisme agama telah masuk dalam pembahasan falsafat agama dewasa ini, khususnya buku-buku WDKXQ EHODNDQJDQ 0LVDOQ\D *DU\ ( .HVVQHU
Philosophy of Religion: Toward a Global Perspective
%HOPRQW &$ :DGVZRUWK 3XEOLVKLQJ &RPSDQ\ 'DODP EXNX LQL DGD EDJLDQ %DE \DQJ GLEHUL MXGXO ³$UH $OO 5HOLJLRQV 7UXH"´ yang membahas debat pluralisme agama mutakhir di antara tokoh-tokoh terkemuka pluralisme agama VHSHUWL5DLPXQGR3DQLNNDU-RKQ+LFN$UYLQ6KDUPD )ULWKMRI 6FKXRQ *DYLQ '¶&RVWD GDQ 3XUXVRWWDPD %LOLPRULD
µGenuine engagement of diversities
within the bonds of civility.¶ 'L VLQL GLWHNDQNDQ
masalah keterlibatan aktif dalam keanekaragaman (perbedaan-perbedaan agama, etnik, ideologi) agar menjadi sesuatu yang konstrukstif dalam membangun keadaban, atau peradaban. Pengertian pluralisme agama ini sangat kuat disuarakan dalam EDQ\DNNDUDQJDQ1XUFKROLVK0DGMLG7RNRK0XVOLP lain yang menekankan pengertian pluralisme agama LQL DGDODK 0RKDPHG )DWKL 2VPDQThe Children RI $GDP DQ ,VODPLF 3HUVSHFWLYH RQ 3OXUDOLVP
:DVKLQJWRQ '& &HQWHU IRU 0XVOLP&KULVWLDQ 8QGHUVWDQGLQJ*HRUJHWRZQ8QLYHUVLW\
lain. Tetapi pluralisme agama melebihi to-leransi. Pluralisme agama mengandaikan pengenalan secara mendalam atas yang lain itu, sehingga ada mutual understanding yang membuat satu sama lain secara aktif mengisi toleransi itu dengan hal yang lebih konstruk-tif, untuk tujuan yang pertama, yaitu aktif bersama membangun peradaban.
Ketiga, berdasarkan pengertian kedua, maka pluralisme agama bukan relativisme. Pengenalan yang mendalam atas yang lain akan membawa konsekuensi mengakui sepenuhnya nilai-nilai dari kelompok yang lain. Toleransi aktif ini menolak paham re-lativisme, misalnya pernyataan simplistis,
³EDKZD VHPXD DJDPD LWX VDPD VDMD´ -XVWUX
yang ditekankan keberbedaan itu merupa-kan potensi besar, untuk komitmen bersama membangun toleransi aktif, untuk memba-ngun peradaban.
Ketiga pengertian pluralisme agama ini, secara teologis ini berarti bahwa manusia me-mang harus menangani perbedaan-perbedaan mereka dengan cara terbaik (IDVWDELTnj DO NKD\UƗW µEHUORPEDORPED GDODP NHEDLNDQ¶ PHQXUXW NDOLPDW DO4XU¶ƗQ VHFDUD PDNVL -mal, sambil menaruh penilaian akhir menge-nai Kebenaran kepada Tuhan (karena tidak ada satu cara pun yang bisa dipergunakan secara objektif untuk mencapai kesepakatan mengenai Kebenaran yang mutlak ini.)
0RKDPHG )DWKL 2VPDQ VDODK VHRUDQJ
pemikir SOXUDOLVPHNRQWHPSRUHUPHQGH¿QLVL -kan pluralisme agama sebagai,
%HQWXNNHOHPEDJDDQGLPDQDSHQHULPDDQWHUKDGDS keragaman melingkupi masyarakat tertentu atau
Pembahasan mendalam mengenai pengertian
WROHUDQVL LQL OLKDW 0LFKDHO :DO]HU On Toleration1HZ+DYHQDQG/RQGRQ<DOH8QLYHUVLW\
Press.)
Pluralisme, seperti dikatakan oleh seorang
IDLODVXI,QGLD5DLPXQGR3DQLNNDUEHUGLULGLDQWDUD pluralistas yang tidak berhubungan, dan kesatuan PRQROLWLN53DQLNNDUThe Intra-religious Dialogue
1HZ<RUN3DXOLVW3UHVV[[YLL[[YLLL
6HMDODQGHQJDQ4V
GXQLD VHFDUD NHVHOXUXKDQ 0DNQDQ\D OHELK GDUL sekedar toleransi moral atau koeksistensi pasif. Toleransi adalah persoalan kebiasaan dan perasaan pribadi, sementara koeksistensi adalah semata-mata penerimaan terhadap pihak lain, yang tidak PHODPSDXL NHWLDGDDQ NRQÀLNPluralisme, di satu sisi, mensyaratkan ukuran-ukuran kelembagaan dan legal yang melindungi dan mensyahkan kesetaraan dan mengembangkan rasa persaudaraan di antara manusia sebagai pribadi atau kelompok, baik ukuran-ukuran itu bersifat bawaan ataupun SHUROHKDQ%HJLWXSXODpluralisme agama menuntut suatu pendekatan yang serius terhadap memahami pihak lain dan kerjasama yang membangun untuk kebaikan semua. Semua manusia seharusnya menikmati hak-hak dan kesempatan-kesempatan yang sama, dan seharusnya memenuhi kewajiban-kewajiban yang sama sebagai warga negara dan warga dunia. Setiap kelompok semestinya memiliki hak untuk berhimpun dan berkembang, memelihara identitas dan kepentingannya, dan menikmati kesetaraan hak-hak dan kewajiban-NHZDMLEDQGDODPQHJDUDGDQGXQLDLQWHUQDVLRQDO´
Sementara itu, secara teologis, plura-lisme agama didiskursuskan lewat herme-neutika berikut: bahwa secara eksplisit,
al-4XU¶ƗQ PHQHJDVNDQ EDKZD Islam adalah
SHQHUXVDJDPDPLOODK,EUƗKƯP4V
Konsekuensinya, Islam tidak hanya memu-nyai keterkaitan sejarah, tetapi juga titik-titik temu (adanya common platform)
de-QJDQ DJDPD <DKXGL GDQ .ULVWLDQL \DQJ EH -rasal dari leluhur yang sama, yakni millah
,EUƗKƯP'HQJDQDGDQ\DWLWLNWHPXLQLIslam memberi landasan teologis bagi para peme-luknya untuk menerima pluralisme agama, yaitu suatu konsep keberagamaan mengenai keberadaan agama-agama lain, dan perlu-nya mengadakan hubungan baik dengan para pemeluknya.
Secara ringkas uraian konsep teologis
WHUVHEXWDGDODKDO4XU¶ƗQPHQMHODVNDQEDK -wa Tuhan telah mengirim nabi kepada setiap
XPDW4VEDLN\DQJQDPDQ\DGLVH EXWGDODPDO4XU¶ƗQPDXSXQ\DQJWLGDN4V 'DQ VHWLDS 0XVOLP KDUXV EHULPDQ NHSDGDPHUHND²SDUDQDELLQL²WDQSDPHP -beda-bedakan satu sama lain, sebagai bagian
0RKDPHG )DWKL 2VPDQThe Children of $GDP GDULNHEHUDJDPDDQ4V $O4XU¶ƗQMXJDPHQJDQXWSULQVLSDGDQ\D UHDOLWDVWHQWDQJSOXUDOLWDVDJDPD4V NHEHEDVDQ EHUDJDPD 4V KLGXS EHUGDPSLQJDQ VHFDUD GDPDL 4V
malah menganjurkan untuk saling berlomba
GDODP NHEDMLNDQ 4V GDQ EHUVLNDS
positif dalam berhubungan serta bekerja sama dengan umat lain yang tidak seagama
4V $O4XU¶ƗQ MXJD VHFDUD WHJDV
mengharuskan umat Islam untuk bersikap
GDQEHUWLQGDNDGLOWHUKDGDSXPDWQRQ0XVOLP 4V GDQ XQWXN PHOLQGXQJL WHPSDW WHPSDWLEDGDKVHPXDDJDPD4V
Selain itu, dalam tradisi Islam juga telah dikembangkan sebuah konsep ahli kitab (ahl DONLWƗE) yang memberi petunjuk bahwa Islam tidak serta merta mengelompokkan
non-0XVOLP VHEDJDL RUDQJRUDQJ ND¿U 'DODP DO4XU¶ƗQ GLVHEXWNDQ EDKZD RUDQJRUDQJ <DKXGL GDQ .ULVWLDQL GLNDWHJRULNDQ VHEDJDL
ahli kitab, yang memunyai kedudukan setara
GLKDGDSDQ7XKDQGHQJDQNDXP0XVOLP 0HPDQJ VDODK VDWX VHJL DMDUDQIslam yang sangat khas ialah konsep tentang para pengikut kitab suci atau DKODONLWƗE²NRQVHS
yang memberi pengakuan tertentu kepada para penganut agama lain yang memiliki kitab suci. Ini tidaklah berarti memandang semua
DJDPDDGDODKVDPD²VXDWXKDO\DQJPXVWDKLO
mengingat kenyataannya agama yang ada adalah berbeda-beda dalam banyak hal yang
SULQVLSLO VHJL V\DULµDK GDQ DTLGDK²WDSL
memberi pengakuan terhadap hak masing-masing untuk berada (bereksistensi) dengan ke bebasan menjalankan agama mereka masing-masing, dan membangun peradaban bersama.
Konsep tentang DKODONLWƗE ini telah
Tentang konsep ahli kitab (DKODONLWƗE) ini,
OLKDW&\ULO*ODVVH³DKODONLWƗE´GDODP7KHConcise Encyclopedia of Islam (London: Stacey International, K -XJD 5RQDOG / 1HWWHU ³3HRSOH RI WKH %RRN´ GDODPThe Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World 2[IRUG 2[IRUG 8QLYHUVLW\
munyai dampak global dalam pengembangan budaya dan peradaban Islam yang gemilang, sebagai hasil kosmopolitisme berdasarkan tata masyarakat yang terbuka dan toleran. Ini antara lain dicatat dengan penuh penghar-gaan oleh kalangan para ahli berkenaan de-ngan, misalnya, peristiwa pembebasan (fathҝ)
6SDQ\RO ROHK WHQWDUD 0XVOLP GL EDZDK NR
mando Jenderal TҍƗULTLEQ=L\ƗG\DQJQDPD nya diabadikan menjadi nama sebuah bukit di pan tai Laut Tengah, Jabal TҍƗULT²GLLQJ
-JULVNDQPHQMDGL*LEUDOWDUSDGDWDKXQ0
Semua kelompok agama yang ada, khususnya
NDXP 0XVOLP VHQGLUL EHVHUWD NDXP<DKXGL
dan Kristen, mendukung dan menyertai pe-radaban yang ber kembang dengan gemilang. Kerjasama itu mengakibatkan banyak terjadi hubungan darah (pernikahan lintas agama, dan persaudaraan) tanpa harus mencampuri agama masing-masing.
0DND NRQVHS DKO DONLWƗE pernah dikembangkan dan menjadi salah satu tong-gak bagi semangat pluralisme agama dan kosmo politisme Islam yang sangat terke-nal. Dengan pandangan dan orientasi global
\DQJSRVLWLILWXNDXP0XVOLPGL]DPDQNOD -sik berhasil menciptakan ilmu pengetahuan yang benar-benar berdimensi universal atau internasional, dengan dukungan dari semua pihak.
Oleh sejumlah ulama, misalnya
0XKҝDPPDG 5DV\ƯG 5LGқƗ Z WRNRK
pemba ruan Islam 0HVLU NRQVHS DKO DO
Oleh para penafsir yang berorientasi plural,
mereka menegaskan bahwa konsep ahli kitab ini merupakan kemajuan luar biasa dalam sejarah agama-agama. Konsep itu juga dipandang oleh para pemikir pluralisme memiliki dampak keagamaan dan sosio-kultural yang sangat luar biasa, sehingga Islam merupakan ajaran yang memer ke nal kan pandangan tentang toleransi dan kebebasan beragama kepada umat manusia. Ide LQLODK \DQJ GHZDVD LQL GLNHPEDQJNDQ OHELK ODQMXW² WHUPDVXN GL ,QGRQHVLD²VHVXDL GHQJDQ SHUNHPEDQJDQ dan tantangan baru. Uraian tentang tantangan pandangan atas pandangan pluralisme agama dan toleransi Islam LQL OLKDW<RKDQDQ )ULHGPDQQTolerance and Coercion in Islam: interfaith Relations in the Muslim Tradition
&DPEULGJH&DPEULGJH8QLYHUVLW\3UHVV
NLWƗE LQL GLSHUOXDV KLQJJD PHQFDNXS XPDW
agama-agama lain yang memiliki kitab
VXFL VHSHUWL =RURDVWHU 0DMnjVƯ), Hindu,
%XGGKD .RQJKXFX GDQ 6KLQWR .HEROHKDQ
umat Islam memakan sembelihan ahl
al-NLWƗEGDQPHQLNDKLNDXPSHUHPSXDQPHUHND 4V VHSHUWL WHUMDGL GDODP VHMDUDK
Islam, mengisyaratkan bahwa secara umum
SHUJDXODQDNUDE0XVOLPGHQJDQQRQ0XVOLP
telah berlangsung secara baik, dan penuh toleransi, walaupun banyak hal yang harus dikembangkan lebih lanjut, jika dilihat dari kacamata ide-ide toleransi dan pluralisme agama kontemporer.
Oleh karena itu sebagai agama maupun
VHMDUDK ,VODP²menurut mereka yang memerjuangkan ide SOXUDOLVPHDJDPD²VHMDN awal berdirinya telah memunyai kenyataan hidup dalam lingkungan plural, dan bahkan telah mengembangkan pluralisme agama dalam batas-batas kontekstual pada waktu itu. Apa yang ditulis di atas, adalah sekelumit gambaran konsep teologis bagaimana Islam telah bertemu, dan berdialog dengan agama-agama lain. Pertemuan tersebut dilandasi oleh etika pergaulan yang diinspirasikan oleh
DO4XU¶ƗQ\DQJPHQJDMDUNDQpluralisme.
.DXP0XVOLPVHSHUWLKDOQ\DSHPHOXNDJDPDODLQ KDUXVKLGXSGHQJDQQRQ0XVOLPGDODPVXDWXQHJHUL WHUWHQWX3HQGXGXN0XVOLPGDULVXDWXQHJHULGDSDW memiliki perbedaaan-perbedaan kesukuan dan doktrinal dalam diri mereka sendiri ataupun dengan NDXP0XVOLPODLQGLVHOXUXKGXQLD6DWXDQ0XVOLP WLGDN PHQV\DUDWNDQ NDXP 0XVOLP PHPEHQWXN VXDWXQHJDUDWXQJJDO²NHNKDOLIDKDQ'LPDQDSXQ seseorang hidup, kemungkinan ditentukan oleh IDNWRUIDNWRU JHRJUD¿V GDQ HNRQRPLV 6XDWX negara bangsa dalam sudut pandang Islam dapat dianggap sebagai suatu keluarga atau kerabat yang diperluas, masing-masing dengan kepentingannya yang khusus yang sama sekali tidak mengurangi hubungan kebersamaaann dan solidaritas universal yang dituntut oleh Islam. Pembagian menjadi orang-orang dan kelompok lain yang memiliki asal yang VDPDGLNHPXNDNDQGDODPDO4XU¶ƗQ4V dan tidak ada yang salah mengenai hal itu sepanjang pembagian seperti itu tidak menghalangi hubungan dan kerjasama manusia yang universal dan tidak dicederai melalui arogansi dan permusuhan yang NDXYLQLVWLN $O4XU¶ƗQ PHQJLV\DUDWNDQ EDKZD
7XKDQ GDQ DMDUDQ1\D KDUXODK GLOHWDNNDQ GL DWDV setiap kepatuhan kepada kelompok atau wilayah WHUWHQWX 1DPXQ GHPLNLDQ VHMDXK SULQVLS LQL diamati, kepatuhan kepada keluarga seseorang dan himpunan manusia lainnya dan kepada tanah DLU VHVHRUDQJ GLSHUNHQDQNDQ 4V .DUHQD NDXP 0XVOLP KLGXS GDODP NHORPSRNNHORPSRN yang lebih luas dan dalam wilayah-wilayah di mana mereka dapat tumbuh berkembang, mereka harus hidup dengan agama-agama dan sekte-sekte lain. Lebih jauh, globalisme dewasa ini tengah menciptakan kesaling-tergantungan yang tak terhindarkan antara segenap umat manusia, betapapun adanya perbedaan bawaan-alamiah atau perolehan.10
Sikap Keberagamaan: Tiga Model
%DJDLPDQDVHVHRUDQJPHOLKDWWHNVPDX -pun sejarah keanekaragaman agama-agama itu, ternyata ditentukan oleh bagaimana si-kapnya terhadap agama lain. Sejauh ini, perkembangan teori pluralisme agama telah memunculkan tiga sikap yang meliputi: Sikap (NVNOXVLI 6LNDS ,QNOXVLI GDQ VLNDS Plural atau Paralel.11 Pemaparan sikap ini penting, karena teks yang sama, ternyata bisa
100RKDPHG )DWKL 2VPDQThe Children of
$GDP
11Tentang perumusan paradigma eksklusivisme-inklusivisme-pluralisme agama ini DZDOQ\D EHUDVDO GDUL $ODQ 5DFH Christians and Religious Pluralism: Patterns in the Christian Theology of Religions /RQGRQ 6&0 GDQ
*DYLQ '¶&RVWDTheology and Religious Pluralism: The Challenge of Other Religions (London: %ODFNZHOO %HODNDQJDQ LVWLODK LQL PHQMDGL populer di kalangan studi agama-agama. Tetapi yang PHQDULNSDGDWDKXQVDODKVDWXGDULGXDRUDQJ \DQJPHPRSXOHUNDQWLSRORJLLQL\DLWX*DYLQ'¶&RVWD berubah pikiran, dan menganggap bahwa tipologi LQL VHEDJDL µuntenable¶ GDQ µfaulty typology¶ /LKDW
*DYLQ '¶&RVWD ³7KH ,PSRVVLELOLW\ RI D 3OXUDOLVWLF 9LHZ RI 5HOLJLRQV´Religious Studies
$WDXOHELKHODERUDWLIGDODP*DYLQ'¶&RVWDThe Meeting of Religions and the Trinity 0DU\NQROO
1< 2UELV %RRNV 3HUU\ 6FKPLGW /HXNHO ³([FOXVLYLVP ,QFOXVLYLVP 3OXUDOLVP 7KH 7ULSRODU7\SRORJ\²&ODULILHGDQG5HDIILUPHGGDODP Paul F. Knitter, The Myth of Religious Superiority: $ 0XOWLIDLWK ([SORUDWLRQ 0DU\NQROO 1< 2UELV %RRNV PHPEHOD NHPEDOL WLSRORJL eksklusivisme-inklusivisme-pluralisme. Tulisan ini mengikuti dan menyetujui tipologi ini, dan mengikuti 5 3DQLNNDUThe Intra-Religious Dialogue, op.cit, [LY[[YLLL
dimaknai berbeda, sejalan dengan sikap ke-agamaannya.
Sikap Ekslusif, adalah sikap yang secara tradisional telah sangat berpengaruh
GDQ PHQJDNDU GDODP PDV\DUDNDW 0XVOLP
hingga dewasa ini, yang menganggap bahwa Islam adalah satu-satunya jalan kepada keselamatan, sedang Sikap Inklusif menganggap bahwa Islam mengisi dan menyempurnakan berbagai jalan yang lain. Sementara Sikap Plural beranggapan bahwa setiap agama memunyai jalannya sendiri, yang sama-sama absah, untuk mencapai apa yang disebut keselamatan itu.
6LNDS HNVNOXVLI. Sikap ini merupakan
SDQGDQJDQ \DQJ GRPLQDQ GDUL ]DPDQ NH ]DPDQ GDQ WHUXV GLDQXW KLQJJD GHZDVD
ini. Dalam Islam, sikap ini terutama dikembangkan berdasarkan ayat-ayat
al-4XU¶ƗQ VHSHUWL EDKZD ,VODPadalah agama
\DQJ SDOLQJ EHQDU 4V DJDPD VHODLQ
Islam, tidak akan diterima Tuhan di akhirat
4V ²WHUPDVXN EHUEDJDL SHQDIVLUDQ DWDV GDVDU DO4XU¶ƗQ GDQ +ҐDGƯWV \DQJ EHUNDLWDQ GHQJDQ NRQÀLN NHEHQDUDQ DQWDUD
Islam GHQJDQNDODQJDQ<DKXGLGDQ.ULVWLDQL Salah satu ayat favorit lain kalangan Islam
HNVNOXVLI DGDODK ³Orang-orang Yahudi dan Kristiani tidak akan rela kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, µ6HVXQJJXKQ\D SHWXQMXN $OODK LWXODK SHWXQ juk (yang benar). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah SHQJHWDKXDQ GDWDQJ NHSDGDPX PDND $OODK tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.’´ 4V $\DW LQL WHODK PHQ jadi pembenaran yang sangat kuat untuk
PHODNXNDQ SHPEHGDDQ 0XVOLP GDQ QRQ 0XVOLP
6LNDS ,QNOXVLI. Dalam pemikiran Islam, paham inklusivisme dimulai dengan peng-galian pengertian islam (LVOƗP), bukan se-bagai organized religion (agama terlem-baga), tetapi dalam arti rohani. ,VOƗP arti-nya pasrah sepenuh nya (kepada Allah),
LQNOXVLI²PHQMDGL LQWL DMDUDQ DJDPD \DQJ
benar di sisi Allah. Karena itu se mua agama yang benar disebut LVOƗP $O4XU¶ƗQ PH
-PDQJ PHQJDWDNDQ EDKZD 1DEL 1njKҝ menga-jarkan LVOƗP, dan mewasiatkan ajaran itu ke-pada anak turunnya, termasuk keke-pada anak
WXUXQ <DµTnjE DWDX ,VUƗ¶ƯO 4V 'LDQWDUDDQDN<DµTnjELWXLDODK<njVXI\DQJ
berdoa kepada Allah agar kelak mati sebagai seorang muslim VHRUDQJ µ\DQJ EHULVOƗP¶
4V .LWDE 6XFL MXJD PHQXWXUNDQ
bahwa orang-orang 0HVLU\DQJVHPXODPHQ
-GXNXQJ )LUµDZQ WDSL DNKLUQ\D EHULPDQ NH
-SDGD1DEL0njVƗMXJDEHUGRDDJDUNHODNPDWL
sebagai orang-orang yang muslim 4V
/DOX5DWX%XOTLV%DWVHEDGDUL<DPDQ $UDELD 6HODWDQ \DQJ GLWDNOXNNDQ ROHK 1DEL 6XOD\PƗQ MXJD DNKLUQ\D WXQGXN SDWXK NH -padanya dan menyatakan bahwa dia bersama
6XOD\PƗQSDVUDKVHPSXUQDDWDXLVOƗP kepada
7XKDQ6HUXVHNDOLDQDODP4V'DQ VHPXDSDUDQDELGDUL%DQL,VUƗ¶ƯODQDNWXUXQ 1DEL<DµTnjEGLWHJDVNDQGDODPDO4XU¶ƗQVH -bagai orang-orang yang menjalankan LVOƗP
NHSDGD$OODK4V/DOXµƮVƗDO0DVƯKҝ <HVXV.ULVWXVMXJDPHQGLGLNSDUDSHQJLNXW -nya (al-H̔DZƗUL\\njQ sehingga mereka men-jadi orang-orang muslim, pasrah kepada Allah
4VGDQ4V%DQ\DND\DW GDODP DO4XU¶ƗQ \DQJ PHQ\HEXWNDQ EDKZD
para nabi dan rasul terdahulu mengajarkan DOLVOƗP ini. Sehingga tidak mengherankan, kalau kemudian dikembangkanlah suatu teo-logi Islam Inklusif, yang didasarkan pada
DO4XU¶ƗQ .DXP ,VODPInklusif menegas-kan bahwa agama semua nabi pada dasarnya adalah sama dan satu, yaitu LVOƗP, meskipun
V\DULµDW PHUHND EHUEHGDEHGD VHVXDL GHQJDQ ]DPDQ GDQ WHPSDW NKXVXV PDVLQJPDVLQJ
nabi itu.
Pandangan inklusif ini, dalam keterbu-kaannya menjadi fondasi untuk berkembang-nya pluralisme agama yang sejati. Juga se-baliknya pandangan pluralisme agama sejati hanya bisa dibangun dengan fondasi sikap inklusivisme semacam ini.
6LNDS 3OXUDO. Paradigma ini percaya
bahwa setiap agama memunyai jalan ke-selamatannya sendiri, dan karena itu klaim Islam adalah satu-satunya jalan (paradigma atau sikap eksklusif), atau yang melengkapi atau mengisi jalan yang lain (paradigma atau sikap inklusif), haruslah ditolak, atau lebih tepat dikembangkan selebar mungkin, demi alasan-alasan teologis dan fenomenologis.
Dalam memahami paradigma plural
LQL 5DLPXQGR 3DQLNNDU VHRUDQJ IDLODVXI
dan penganjur paham pluralisme agama ke-agamaan terkemuka dewasa ini, menjelaskan tiga macam model.123HUWDPD0RGHO)LVLND diambilnya contoh pelangi. Tradisi-tradisi keagamaan yang berbeda adalah seperti warna yang tak terhingga, yang kelihatan ketika cahaya putih jatuh di atas prisma. Setiap pengikut suatu tradisi, diberi kemung-kinan mencapai tujuan, kepenuhan dan ke-selamatannya dengan caranya sendiri, tetapi sekaligus sebenarnya setiap warna (setiap agama) menyerap semua warna yang lain, tapi sekaligus menyembunyikannya, karena ia memunculkan secara ekspresif sebuah warna.
0RGHO \DQJ NHGXD DGDODK 0RGHO *HRPHWUL ,QYDULDQ 7LSRORJLV 0RGHO LQL
mengatakan bahwa agama yang satu itu sama sekali berbeda dari agama lain, bahkan tidak bisa didamaikan, sampai ditemukan adanya satu titik (invariant) topologis yang tetap. Titik ini bisa lebih dari satu. Pandangan mengenai adanya kesatuan transenden pe-ngalaman religius manusia (transcendent unity of religions dari Fritjof Schuon dan
6H\\HG+RVVHLQ1DVUPLVDOQ\DELVDPHQ -jadi contoh dari model ini. Pada tingkat eksoteris semua agama sebenarnya berbeda, tetapi ada satu titik transenden (esoteris), semua agama itu bertemu. Titik transenden itu adalah Tuhan (pandangan ini sangat kuat
GLNHPEDQJNDQ ROHK SDUD SHPLNLU 0XVOLP 125 3DQLNNDUThe Intra-Religious Dialogue,
penganut falsafat perenial.)
0RGHONHWLJDDGDODKPRGHOEDKDVD0RGHO
ini menganggap bahwa setiap agama itu, seperti sebuah bahasa. Setiap agama, seperti halnya bahasa pada dasarnya sepenuhnya lengkap dan sempurna. Sehingga tidak ada artinya, jika mengatakan bahwa suatu bahasa (agama) menyatakan dirinya lebih sempurna dari bahasa lainnya. Karena itu setiap perjumpaan agama-agama, bisa dianalogkan dengan perjumpaan bahasa-bahasa. Di sini penerjemahan bisa menjadi medium. Penerjemah harus menjadi pembicara dalam bahasa asing tersebut, dan dalam tradisi asing tersebut. Ia harus menjadi juru bicara sejati dari agama tersebut. Ia harus yakin akan kebenaran yang dibawanya, masuk ke dalam tradisi yang diterjemahkannya.
Ketiga model ini membawa kita kepada pandangan plural. Pandangan ini tidak menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai di depan adalah keseragaman atau kesamaan bentuk agama-agama. Gagasan pluralisme agama keagamaan, sesungguhnya berdiri di antara pluralitas yang tidak berhubungan dan kesatuan monolitik.
Dalam Islam pemikiran pluralisme agama bisa diungkapkan dengan rumusan teologis, sebagai berikut: bahwa pluralisme agama sesungguhnya adalah sebuah Aturan Tuhan VXQQDK $OODK) yang tidak akan berubah, sehingga tidak dilawan atau diingkari. Islam adalah agama yang Kitab Sucinya dengan tegas mengakui hak agama-agama lain sepenuhnya. Pengakuan akan hak agama-agama lain itu dengan sendirinya merupakan dasar paham pluralisme agama sosial-budaya dan agama, sebagai ketetapan Tuhan yang
WLGDNEHUXEDKXEDK4V.HVDGDUDQ
tentang kontinuitas agama juga ditegaskan
DO4XU¶ƗQ GL EHUEDJDL WHPSDW \DQJ GLVHUWDL
'LDQD / (FN ³,V 2XU *RG /LVWHQLQJ"
([FOXVLYLVP ,QFOXVLYLVP DQG 3OXUDOLVP´ GDODP
Islam and Global Dialogue: Religious Pluralism and the Pursuit of Peace%XUOLQJWRQ$VKJDWH3XEOLVKLQJ
SHULQWDKDJDUNDXP0XVOLPEHUSHJDQJWHJXK
kepada ajaran kontinuitas itu dengan beriman kepada semua nabi dan rasul tanpa kecuali, dan tanpa membeda-bedakan antara mereka, baik yang disebutkan dalam Kitab Suci
PDXSXQ \DQJ WLGDN GLVHEXWNDQ 4V GDQ 2OHK NDUHQD LWX
tidak saja agama tidak boleh dipaksakan
4V GDQ EDKNDQ DO4XU¶ƗQ
juga mengisyaratkan bahwa para penganut berbagai agama, asalkan percaya kepada Tuhan dan Hari Kemudian serta berbuat baik,
VHPXDQ\DDNDQVHODPDW4VGDQ
Inilah paham eskatologis Islam, yang menjadi fondasi pluralisme agama.
Penggalian Hermeneutis atas Isu Pluralis-me Agama
Pemikiran pluralisme agama kini telah berkembang pesat dalam Islam, lewat
SHQJJDOLDQKHUPHQHXWLNDDO4XU¶ƗQ%DQ\DN
GL DQWDUD D\DW DO4XU¶ƗQ \DQJ PHQJDQGXQJ
nilai-nilai pluralisme telah digali sisi
KHUPHQHXWLVQ\D GL DQWDUDQ\D 4V
yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perem-puan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
0XUDG :LOIULHG +RIPDQQ ³5HOLJLRXV
Pluralism and ,VODP LQ D 3RODULVHG :RUOG´ GDODP
Islam and Global Dialogue: Religious Pluralism and the Pursuit of Peace%XUOLQJWRQ$VKJDWH3XEOLVKLQJ
0LVDOQ\D GL ,QGRQHVLD WHRORJL pluralisme
secara mendalam telah dikembangkan oleh 1XUFKROLVK 0DGMLG 6XUYH\ PHQJHQDL SLNLUDQ SOXUDOLVPH 1XUFKROLVK 0DGMLG \DQJ GLJDOL GDUL DO 4XU¶ƗQOLKDW$QWKRQ\+-RKQGDQ$EGXOODK6DHHG ³1XUFKROLVK 0DGMLG DQG WKH ,QWHUSUHWDWLRQ RI WKH 4XU¶ƗQ²5HOLJLRXV 3OXUDOLVP DQG 7ROHUDQFH´ GDODP Suha Taji-Farouki (ed.), Modern Muslim Intellectuals DQG WKH 4XU¶ƗQ 0HOERXUQH ,QVWLWXWH RI ,VPDLOL 6WXGLHV K %DQ\DN SHPLNLU 0XVOLP WHODK PHODNXNDQ SHQJJDOLDQ KHUPHQHXWLV DO4XU¶ƗQ terhadap SOXUDOLVPH LQL PLVDOQ\D 0DKPRXG 0 $\RXE³7KH4XU¶ƗQDQG5HOLJLRXV3OXUDOLVP´GDODP
Islam and Global Dialogue: Religious Pluralism and the Pursuit of Peace%XUOLQJWRQ$VKJDWH3XEOLVKLQJ
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mu-lia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah 0DKDPHQJHWDKXLODJL0DKDPHQJHQDO4 %HUGDVDUNDQ D\DW GL DWDV GDSDW GLNHWD -hui, bahwa dijadikannya makhluk dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dengan harapan agar antara satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara baik dan positif. Kepada masing-masingnya dituntut untuk dapat menghargai adanya perbedaan tersebut. 6LNDS NDXP 0XVOLP NHSDGD SH
Setiap manusia baik sebagai individu
maupun sebagai komunitas, mereka selalu saling membutuhkan, selalu ada ketergantungan satu sama lain. Tidak ada seseorang pun manusia yang dapat memenuhi kepentingan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Dalam kondisi demikian maka kerukunan dan toleransi antara manusia yang berbeda-beda WHUVHEXW²WHUPDVXN EHUEHGD DJDPD²PHUXSDNDQ suatu kebutuhan bahkan suatu keniscayaan, sesuatu yang tidak boleh tidak harus diwujudkan.
3HQJJDOLDQ KHUPHQHXWLV DO4XU¶ƗQ WHQWDQJ prinsip-prinsip kerukunan dan toleransi yang telah dilakukan oleh kalangan Islam, antara lain:
1. ³7LGDN DGD SDNVDDQ XQWXN PHPHOXN DJDPD (,VODP´
2. ³%DJLPXDJDPDPXGDQEDJLNXDJDPDNX´ ³'DQ MLNDODX 7XKDQPX PHQJKHQGDNL WHQWXODK
beriman semua orang yang di muka bumi seluruh-Q\D 0DND DSDNDK NDPX KHQGDN PHPDNVD manusia supaya mereka menjadi orang-orang \DQJEHULPDQVHPXDQ\D"´
³.DWDNDQODK $SDNDK NDPX PHPHUGHEDWNDQ dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepada-1\DNDPLPHQJLNKODVNDQGLUL´
³$OODK WLGDN PHODUDQJ NDPX XQWXN EHUEXDW EDLN dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya $OODK PHQ\XNDL RUDQJRUDQJ \DQJ EHUODNX DGLO´
´8QWXN WLDSWLDS XPDW GL DQWDUD NDPX .DPL berikan aturan jalan yang terang. Sekiranya $OODK PHQJKHQGDNL QLVFD\D NDPX GLMDGLNDQ1\D satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji NDPX WHUKDGDS SHPEHULDQ1\D NHSDGDPX 0DND berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah lah kembali kamu semuanya, lalu GLEHUOWDKXNDQ1\DNHSDGDPXDSD\DQJWHODKNDPX SHUVHOLVLNDQLWX´
³Islam mengharuskan berbuat baik dan
meng-nganut agama lain jelas, sebagaimana
dite-JDVNDQ GDODP DO4XU¶ƗQ \DLWX EHUEXDW EDLN
kepada mereka dan tidak menjadikan perbe-daan agama sebagai alasan untuk tidak men-jalani hubungan kerjasama dengan mereka, lebih-lebih mengambil sikap tidak toleran dengan mereka.
Dalam ayat lain juga dikemukakan
EDKZD³-LNDODX7XKDQPXPHQJKHQGDNLWHQWX
dia menjadikan manusia umat yang satu,
WHWDSLPHUHNDVHQDQWLDVDEHUVHOLVLKSHQGDSDW´ 4V'DULD\DWWHUVHEXWMXJDGDSDW
dipahami bahwa kalau Tuhan mau, dengan sangat mudah sekali akan menciptakan manusia dalam satu grup, monolitik, dan satu agama, tetapi Allah tidak menghendaki hal-hal tersebut. Tuhan malah menunjukkan kepada realita, bahwa pada hakekatnya manusia itu berbeda-beda, dan atas dasar inilah orang berbicara tentang pluralisme
DJDPD'DODP4VGLVHEXWNDQ
0DQXVLD LWX DGDODK VDWX XPDW 6HWHODK WLPEXO perselisihan) maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan beserta mereka Ia turunkan kitab-kitab dengan benar, supaya Dia bisa memberi keputusan antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Dalam ayat itu muncul tiga fakta:
ke-sat-XDQ XPDW GL EDZDK VDWX 7XKDQ NHNKXVXVDQ DJDPDDJDPD \DQJ GLEDZD ROHK SDUD QDEL
dan peranan wahyu (kitab suci) dalam men-damaikan perbedaan di antara berbagai umat beragama. Ketiganya adalah konsepsi
funda-PHQWDODO4XU¶ƗQWHQWDQJSOXUDOLVPHagama. Di satu sisi, konsepsi itu tidak mengingkari kekhususan berbagai agama, di sisi lain kon-sepsi itu juga menekankan kebutuhan untuk mengakui kesatuan manusia dan kebutuhan
hormati hak-hak tetangga, tanpa membedakan agama tetangga tersebut. Sikap menghormati itu dihubungkan dengan iman kepada Allah, dan iman NHSDGDKDULDNKLU´+ҐDGƯWV
³6LDSD \DQJ PHQ\DNLWL NDXPG]LPPƯ (kelompok PLQRULWDV QRQ0XVOLP EHUOLQGXQJ GL EDZDK kekuasaan ,VODP EHUDUWL GLD PHQ\DNLWLNX´ (HҐDGƯWV
untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antar umat beragama. Kemajemukan sangat dihargai dalam ajaran Islam, karena Islam sebagai DOGƯQ merupakan agama Allah
\DQJVHVXDLGHQJDQ¿WUDKNHPDQXVLDDQ6DODK VDWX ¿WUDK LWX DGDODK NHPDMHPXNDQ \DQJ
hakekatnya bersumber dari ajaran agama.
$O4XU¶ƗQ EHUELFDUD VHFDUD HNVSOLVLW
tentang universalitas dan keanekaan wahyu dan nabi guna menerangi umat manusia dari
PDVDNHPDVD³8QWXNPDVLQJPDVLQJXPDW
Kami tentukan suatu undang-undang (syir‘ah) dan aturan yang terang (PLQKƗM) Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Ia menjadikan kamu satu umat, tetapi Ia hendak menguji
NDPX DWDV SHPEHULDQ1\D 0DND EHUORPED
lombalah kamu dalam kebaikan. Kepada Allah tempat kamu kembali, lalu ditunjukkan
NHSDGDPX DSD \DQJ NDPX SHUVHOLVLKNDQ´ ³8PDW PDQXVLD WLDGD ODLQ GDUL VDWX EDQJVD NHPXGLDQ PHUHND EHUVHOLVLK 6HNLUDQ\D WLGDN NDUHQD VXDWX ¿UPDQ \DQJ
keluar dari Tuhanmu sudah mendahului, yang diperselisihkan niscaya sudah terselesaikan
DQWDUPHUHND´³.HSDGDVHWLDSNDXP WHODKGLXWXVVHRUDQJUDVXO´
0HQDIVLUNDQ D\DWD\DW LQL $EGXOODK <XVXI$OLPHQJDWDNDQEDKZDVHPXDPDQXVLD
diciptakan satu, dan ajaran Allah kepada umat manusia, disebabkan oleh kelemahan manusia dikuasai oleh sifat mementingkan diri sendiri (egoisme), sehingga timbullah perbedaan-perbedaan (individu, ras, bangsa.) Dan atas dasar kasih Allah yang tak terhingga, Allah pun selalu mengutus para rasul untuk
PHQ\DPSDLNDQ NHPEDOL µDMDUDQ \DQJ VDPD¶
yang disesuaikan dengan keanekaragaman kondisi umat manusia, dengan sekaligus hendak menguji mereka dengan segala
SHPEHULDQ1\D GDQ PHQGRURQJ EHUORPED GDODP NHEDLNDQ GDQ NHWDTZDDQ²GDQ \DQJ
demikian ini akan membawa mereka menuju kepada tauhid dan kebenaran.
-LNDDO4XU¶ƗQPHQ\HEXWNDQDGDEDQ\DN
wahyu dan rasul serta kebenarannya masing-masing, maka konsekuensinya adalah
segenap umat Islam harus bisa menerima ajaran ini sebagai keyakinan. Dan tentu saja salah satu rangkaian dari wahyu-wahyu itu
DGDODK DO4XU¶ƗQ VHQGLUL \DQJ PHUXSDNDQ
kitab suci yang datang setelah beberapa kitab
VXFL VHEHOXPQ\D GDQ DO4XU¶ƗQ PHPEDZD
kebenaran dan membenarkan kitab-kitab
VXFL VHEHOXPQ\D LWX /HELK MDXK NRQVHNXHQVL DSD \DQJ GLWXWXUNDQ DO4XU¶ƗQ
itu adalah bahwa Islam mengakui kebenaran agama-agama lain yang telah hidup sebelum-nya.
Implikasi dari memandang sejarah sebagai landasan diturunkannya pesan langit adalah bahwa semua agama, dalam satu hal atau lainnya, menurut mereka saling terikat dan karenanya, memiliki satu tujuan yang sama, yang disebut LVOƗP, yaitu ajaran kepasrahan kepada Allah sepenuhnya. Kesimpulan dari teologi ini, bahwa suatu agama samawi tidak dapat menjadi saingan, tetapi hanya menjadi sekutu (sahabat) agama samawi lainnya. Karena itu, dalam Islam, gagasan tentang universalitas wahyu Tuhan selalu memainkan peran kunci dalam membentuk teologi Islam tentang agama-agama. Akibat diadopsinya
NH\DNLQDQ LQL NDXP 0XVOLP PDPSX
berpartisipasi dalam esensi dan pendekatan keagamaan terhadap tradisi lain.
Kebenaran dalam agama-agama itu
ditu-WXUNDQROHKDO4XU¶ƗQ³6HVXQJJXKQ\DRUDQJ RUDQJ 0X¶PLQ RUDQJRUDQJ <DKXGL RUDQJ RUDQJ 1DVUDQL GDQ RUDQJRUDQJ 6ҍƗEL¶njQ
siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan beramal saleh, mereka akan mendapatkan pahala dari Tuhan mereka, mereka tidak
SHUOX NKDZDWLU GDQ EHUVHGLK´ $\DW LQL
memang biasa dibantah oleh kelompok ekslusif dengan mengatakan: Pertama, ayat itu telah PDQVnjNK GLEDWDONDQ ROHK 4V Kedua, ayat ini hanya mengacu kepada
XPDW<DKXGL 1DVUDQL GDQ 6ҍƗEL¶njQ VHEHOXP 1DEL0XKҝammad s.a.w., dan ketiga, mereka memandang Allah hanyalah Tuhan milik umat Islam. 0HQMDZDE EDQWDKDQ WHUVHEXW
melihat bahwa kosa kata LVOƗP GDODP 4V EXNDQ PHQXQMXN NHSDGD ,VODP VHEDJDL DJDPD IRUPDO \DQJ GLEDZD ROHK 1DEL 0XKҝammad, tetapi mengacu kepada LVOƗP dalam pengertian umum, yakni sikap pasrah kepada Tuhan, yang merupakan misi segenap risalah langit. Pengertian demikian akan
WHUOLKDW SXOD GDODP D\DW ³,QJDWODK NHWLND 7XKDQQ\D EHUNDWD NHSDGDQ\D ,EUƗKƯP
LVOƗPODKSDVUDKODKHQJNDX¶'LD,EUƗKƯP PHQMDZDEµ$NXLVOƗP (pasrah) kepada Tuhan
SHPHOLKDUDDODPVHPHVWD¶´
$O4XU¶ƗQ VHEHQDUQ\D VHFDUD WHJDV GDQ
jelas menunjukkan adanya pluralitas dan
NHDQHNDUDJDPDQ DJDPD 4V GDQ
secara tegas menyatakan adanya keselamatan yang dijanjikan Tuhan bagi setiap orang
\DQJ EHULPDQ NHSDGD1\D GDQ +DUL DNKLU
yang diiringi dengan berbuat kebajikan (amal saleh), tanpa memandang afiliasi agama formal mereka. Artinya semua yang beriman kepada Allah dan beramal saleh tanpa memandang afiliasi keagamaan formal mereka akan selamat, karena Allah tidak mengutamakan satu kelompok dengan
PHQ]DOLPLNHORPSRN\DQJODLQ'DODP,VODP GLWHJXKNDQ EDKZD ³WLGDN DGD QDPD GDQ
tidak ada sifat yang bisa memberi kebaikan jika tidak didukung oleh iman dan amal saleh. Aturan ini berlaku untuk seluruh umat manusia. Keselamatan tidak dapat ditemukan dalam sektarianisme keagamaan, tetapi
GDODPNH\DNLQDQ\DQJEHQDUGDQNHEDMLNDQ´
0HQXUXW1XUFKROLVK0DGMLGµNDXPmuslim’ (tidak tergantung agamanya apa) adalah kaum yang ber-LVOƗP, yang tunduk patuh, pasrah, dengan kedamaian (VDOƗP) kepada
7XKDQ VHEDJDLPDQD NDXP PX¶PLQ RUDQJ
Islam) yang beriman, sepenuhnya percaya
-DODOXGGLQ 5DNKPDWIslam dan Pluralisme:
$NKODN 4XUDQ 0HQ\LNDSL 3HUEHGDDQ (Jakarta: 6HUDPEL
-DODOXGGLQ 5DNKPDWIslam dan Pluralisme:
$NKODN 4XUDQ 0HQ\LNDSL 3HUEHGDDQ (Jakarta:
6HUDPEL.
kepada Tuhan.
0HQXUXW 1XUFKROLVK 0DGMLG VDODK VDWX GLVWRUVL WHQWDQJ SHQJHUWLDQ V\DULµDW LDODK
pandangan orang banyak seolah konsep
WHQWDQJ µV\DULµDW¶ LWX KDQ\D DGD SDGD DJDPD
Islam (tegasnya, hanya ada pada agama LVOƗP µYHUVL WHUDNKLU¶ \DLWX ,VODP \DQJ GLEDZD ROHK 1DEL 0XKҝammad.) Padahal yang sesungguhnya terjadi ialah, semua ajaran kepatuhan kepada Allah (makna yang fundamental frase Arab µGƯQ $OODK¶ baca: GƯQXOOƗK) dengan sendirinya mengandung
DMDUDQWHQWDQJVHVXDWXEHQWXNV\DULµDWVHEDE µV\DUƯµDK¶ LWX VHQGLUL DUWLQ\D µMDODQ¶ \DLWX
jalan menuju Tuhan, dengan menjalankan
DMDUDQDMDUDQ1\D 3DGDQDQ NRQVHS WHQWDQJ µV\DUƯµDK¶LWXGDODPDJDPD,VODPLDODK konsep-konsep tentang s̞LUƗWҗVDEƯOW̛DUƯTDKPLQKƗM dan mansak. Semuanya itu memunyai makna dasar jalan, cara, atau metode. Dalam agama-agama lain, konsep-konsep itu dinyatakan dalam peristilahan khas mereka, seperti
µdharma¶ µmarg’ GDQ µtao¶ 1DEL µƮVƗ DO
0DVƯKҝ<HVXV.ULVWXVMXJDPHQ\HEXWGLULQ\D VHEDJDL µjalan’ sebab dengan mengikuti
DMDUDQDMDUDQ1\D PDQXVLD DNDQ EHUDGD GL
atas jalan yang benar, menuju Tuhan.
Selain V\DUƯµDK perkataan syir‘ah juga
GLJXQDNDQ GDODP DO4XU¶ƗQ GHQJDQ NDWD
kerja syara‘a \DQJ DUWLQ\D µPHQHWDSNDQ
V\DULµDW¶0DNDGLVHEXWNDQGDODPDO4XU¶ƗQ ³'LD$OODKPHQHWDSNDQV\DULµDWEDJLNDPX
berupa agama (DOGƯQ ajaran kepatuhan), sebagaimana yang Dia wasiatkan kepada
1njKҝ, dan yang Kami (Allah) wahyukan
NHSDGDHQJNDX0XKҝammad), dan yang Kami
$OODK ZDVLDWNDQ NHSDGD ,EUƗKƯP 0njVƗ GDQ µƮVƗ 0DND WHJDNNDQODK DJDPD LWX GDQ
janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Terasa berat atas orang-orang musyrik apa yang kau serukan kepada mereka ini. Allah menarik (mendekatkan) kepada agama
LWX VLDSD SXQ \DQJ GLNHKHQGDNL1\D GDQ
1XUFKROLVK0DGMLGIndonesia Kita (Jakarta:
memberi petunjuk kepada agama itu siapa
SXQ\DQJPDXNHPEDOLNHSDGD$OODK´4V
-LNDGLFHUPDWL¿UPDQLWXPDNDMHODVEDKZD V\DULµDW LWX VDPD SDGD VHPXD DJDPD \DLWX
pada pengertian-pengertian fundamental itu, dan tidak boleh berpecah belah. Dan sangat
PHQDULN SHQHJDVDQ GDODP ¿UPDQ LWX EDKZD
seruan untuk bersatu dalam pengertian-pengertian fundamental itu, dan tidak boleh berpecah-belah, juga seruan ini (untuk bersatu dalam pengertian-pengertian fundamental itu) terasa amat berat pada orang-orang musyrik. Ini disebabkan mereka itu tidak mengerti, atau tidak sanggup memahami,
EDKZD SDGD GDVDUQ\D µDJDPDDJDPD LWX DGDODKVDWX¶GDQVHPXDQDELGDQUDVXO7XKDQ µPHQJDMDUNDQ KDO \DQJ VDPD¶ \DLWX DMDUDQ
kepatuhan kepada Tuhan (GƯQ $OODK), yang kepatuhan itu harus dilakukan dengan sikap pasrah dan tulus, dengan rasa damai (yaitu islam atau DOLVOƗP dalam pengertianya yang paling dasar.) Jika suatu kepatuhan kepada Tuhan dilakukan secara terpaksa, tanpa ketulusan dalam hati berdasarkan iman, maka ajaran kepatuhan atau GƯQ serupa itu dengan sendirinya tidak absah di sisi Tuhan, dan yang bersangkutan akan merugi. Karena itu dalam
DO4XU¶ƗQWHUGDSDWSHQXWXUDQWHQWDQJRUDQJ RUDQJ$UDEQRPDG\DQJGDWDQJNHSDGD1DEL VDZGDQPHODSRUNDQµLPDQ¶PHUHNDGHQJDQ VLNDS EDQJJD 0DND $OODK PHPHULQWDKNDQ 1DELXQWXNPHQDQJJDSLGHQJDQPHQHJDVNDQ EDKZD PHUHND LWX EDUX µLVOƗP¶ dalam artian sekedar tunduk patuh secara lahiri, sementara
LPDQ EHOXP PDVXN GDODP KDWL PHUHND 4V
0DND VLNDS SDWXK DWDXGƯQselain patuh kepada Allah dengan sikap pasrah yang damai (DOLVOƗP) tidak merupakan sikap patuh yang
EHQDU 'DODP DO4XU¶ƗQ MXJD GLWHJDVNDQ
bahwa sikap pasrah yang damai atau LVOƗP kepada Tuhan itu adalah ajaran semua kitab suci, namun banyak penganut kitab suci itu
\DQJ PHQJDQXW VLNDS EHUEHGD 4V
Diterangkan pula bahwa pasrah yang damai
itu adalah sikap semua penghuni seluruh
ODQJLWGDQEXPL4V20
'L]DPDQPRGHUQLQLZDFDQDSOXUDOLVPH
dalam Islam, dikembangkan oleh
pemikir-SHPLNLU0XVOLPNRQWHPSRUHUVHSHUWL)ULWMRI 6FKXRQ6H\\HG+RVVHLQ1DVU+DVDQ$VNDUL GDQ$EGXOD]L] 6DFKHGLQD 'L ,QGRQHVLD LQL GLNHPEDQJNDQ ROHK 1XUFKROLVK 0DGMLG $EGXUUDKPDQ :DKLG$KPDG 6\D¿L 0DDULI
dan sekelompok intelektual Islam progresif yang lebih muda. Pada dasarnya, pluralisme adalah sebuah pengakuan akan hukum Tuhan yang menciptakan manusia yang tidak hanya terdiri dari satu kelompok, suku, warna kulit, dan agama saja. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda agar mereka bisa saling belajar, bergaul, dan membantu antara satu dan lainnya. Pluralisme agama mengakui perbedaan-perbedaan itu sebagai sebuah realitas yang pasti ada di mana saja. Justru, dengan pluralisme agama itu akan tergali berbagai komitmen bersama untuk memerjuangkan sesuatu yang melampaui kepentingan kelompok dan agamanya. Salah satu unsur pokok dari pluralisme agama adalah munculnya satu kesadaran bahwa agama-agama berada dalam posisi dan kedudukan yang paralel.
Argumen utama pluralisme agama dalam
DO4XU¶ƗQ GLGDVDUNDQ SDGD KXEXQJDQ DQWDUD
keimanan yang pribadi, dan proyeksi
pu-EOLNQ\DGDODPPDV\DUDNDW,VODP%HUNHQDDQ GHQJDQNHLPDQDQSULEDGLLWXDO4XU¶ƗQEHU -sikap non-intervensionis (misalnya, segala bentuk otoritas manusia tidak boleh meng-ganggu keyakinan batin individu.) Sedangkan dengan proyeksi publik keimanan, sikap
al-4XU¶ƗQGLGDVDUNDQSDGDSULQVLSNRHNVLVWHQVL
yaitu kesediaan dari umat dominan untuk memberikan kebebasan bagi umat beragama lain dengan aturan mereka sendiri. Aturan itu bisa berbentuk cara menjalankan urusan
me-201XUFKROLVK0DGMLG$WDV1DPD3HQJDODPDQ
Beragama dan Berbangsa di Masa Transisi— Kumpulan Dialog Jum’at di Paramadina (Jakarta: 3DUDPDGLQD
reka dan untuk hidup berdampingan dengan
NDXP0XVOLPLQ21
0DNDEHUGDVDUNDQSULQVLSLQLPDV\DUDNDW
Indonesia yang mayoritas beragama Islam, seharusnya bisa menjadi cermin sebuah masyarakat yang mengakui, menghormati, dan menjalankan pluralisme keagaman.
$EGXO$]L]6DFKHGLQDPHQJDWDNDQ
6D\D VDQJDW SHUFD\D EDKZD MLND NDXP 0XVOLP PHQ\DGDUL SHQWLQJQ\D DMDUDQ DO4XU¶ƗQ PHQJHQDL pluralisme kultural dan religius sebagai suatu prinsip pemberian Tuhan dalam membentuk suasana hidup berdampingan yang harmonis sesama manusia, PDND NDXP 0XVOLP DNDQ PHQJKLQGDUL NHNHUDVDQ dalam menentang pemerintahan represif dan tidak efesien.22
Sebagai keyakinan dan interpretasi Islam dalam kenyataannya adalah plural (islams) Sama seperti halnya tidak ada satu
,QGRQHVLD $PHULND (URSD DWDXSXQ %DUDW
begitu pula tidak ada satu pun penjelasan pas yang melukiskan berbagai kelompok maupun orang dengan nilai dan arti yang sama. Juga tidak ada lokasi tunggal ataupun budaya seragam yang identik dengan Islam. Dengan demikian, tidak ada Islam yang monolitik.
0DND EHUGDVDUNDQ IDOVDIDW WHUVHEXW SOXUD
lisme DGDODKµSRQGDVLNHKLGXSDQEDJLDJDPD
DJDPD¶(as̛l al-h̔D\ƗK ED\QD DODG\ƗQ Para pemikir Islam melacak D\DWD\DW DO4XU¶ƗQ yang mendukung pluralisme agama ini sebagai satu rahasia dari lautan rahasia Allah.
6DODKVDWXQ\D³-LND7XKDQPXPHQJKHQGDNL PDND NDOLDQ DNDQ GLMDGLNDQ XPDW VDWX´
Ternyata Allah tidak berkehendak untuk menyatukan umat manusia. Keragaman agama di sini yang disinyalir ayat tadi merupakan rahasia dan kehendak Allah. Pluralisme sebagai dasar kehidupan semua agama mengajak membuka dan memahami rahasia Allah itu. Keragaman agama sebagai rahasia Allah meliputi juga agama-agama lain
21$EGXOD]L] 6DFKHGLQD Islamic Root of
Modern Pluralism,
22$EGXOD]L] 6DFKHGLQD Islamic Root of
Modern Pluralism,
\DQJELDVDGLVHEXWµDJDPDDJDPD,EUƗKƯPƯ¶
Pluralisme agama sendiri mengakui adanya tradisi iman dan keberagamaan yang berbeda antara satu agama dan agama lainnya.
*D\DEDKDVDDO4XU¶ƗQVHQGLULPHPLOLNL
semangat pluralisme. Setiap kata atau ayat
GDODP DO4XU¶ƗQ PHPLOLNL NHPXQJNLQDQ
makna dan penafsiran yang beragam sesuai
GHQJDQ VHPDQJDW ]DPDQ /DKLUQ\D NLWDE
kitab tafsir yang beragam merupakan bukti adanya pluralitas pemahaman terhadap
WHNV DO4XU¶ƗQ Di samping redaksi
al-4XU¶ƗQ \DQJ SOXUDOLV NDQGXQJDQ D\DW DO 4XU¶ƗQ VHQGLUL PHQJLV\DUDWNDQ QLODLQLODL
pluralisme WHUVHEXW EDKNDQ DO4XU¶ƗQ WHODK menanamkan kaidah-kaidah mendasar bagi pluralisme agama, di antaranya: Pertama, kebebasan beragama. Setiap manusia oleh Islam diberikan kebebasan untuk menentukan agama apa yang dianut. Di samping memberikan kebebasan, Islam juga melarang adanya pemaksaan dalam agama. Prinsip ini merupakan dalil paling jelas bagi pluralisme
DJDPD 'DQ GDODP EDQ\DN D\DW DO4XU¶ƗQ PHQMHODVNDQSULQVLSLQLGHQJDQWHJDV4V
Kedua DO4XU¶ƗQ PHQHJDVNDQ VLNDS penerimaannya terhadap agama-agama selain Islam untuk hidup EHUGDPSLQJDQ <DKXGL
'DODP NRQWHNV DJDPD <DKXGL GDQ .ULVWHQ
DO4XU¶ƗQ PHQ\HEXW PHUHND VHEDJDL $KOL .LWDE² pemeluk agama yang memiliki kitab wahyu. Di ayat ODLQ GDODP VXUDW <njQXV ³'DQ MLND 7XKDQPX menghendaki, pastilah semua manusia di muka bumi DNDQEHULPDQ/DOXDSDNDKNDPXZDKDL0XKҝammad) LQJLQPHPDNVDNDQPDQXVLDXQWXNEHULPDQ"´$GDODK WLGDN PDVXN QDODU DO4XU¶ƗQ MLND PHPEHQFL GDQ memaksa seseorang untuk beriman. Secara khusus D\DW LQL GLWXMXNDQ NHSDGD 1DEL 0XKҝammad, karena beliau tidak dibebani oleh Allah untuk bertanggung jawab agar seluruh manusia masuk Islam. Dalam ayat lain juga disebutkan OƗ LNUƗK IƯ DOGƯQ (tiada paksaan dalam beragama.) Prinsip-prinsip ini menunjukkan bahwa Allah tidak menginginkan pemaksaan dalam beragama. Pandangan dan sikap yang menginginkan semua umat manusia beriman atau berislam, bertentangan dengan kemauan Allah yang menginginkan keragaman agama.
*DPDODO%DQQDDoktrin Pluralisme dalam
Kristen, dan agama-agama lain diakui
eksis-WHQVLQ\DROHKDO4XU¶ƗQ4V
6HKLQJJD MHODV EDKZD DO4XU¶ƗQ WLGDN PHQFHJDK NDXP 0XVOLP XQWXN EHNHUMDVDPD
dengan orang lain demi menegakkan
NHDGLODQ GDQ NHEHQDUDQ $O4XU¶ƗQ GDQ WHODGDQ 1DEL PHQGXNXQJ NHUMD VDPD GDQ
solidaritas antariman untuk keadilan dan kebenaran. Solidaritas ini tidak dilandasi oleh kehendak yang sama untuk perdamaian dan ketentraman, melainkan pada perjuangan menentang ketidakadilan demi menciptakan dunia yang aman bagi umat manusia. Sikap Islam terhadap pluralitame agama berdiri di atas prinsip kesejajaran, toleransi dan saling melengkapi. Inilah pilihan yang paling baik karena pluralisme agama lebih baik daripada satu agama. Satu agama tidak akan mampu merespon dinamika global kemanusiaan dewasa ini. Dengan satu agama kondisi saling berlomba dalam berbagai kebajikan tidak akan tercipta. Sikap toleran dan saling melengkapi jelas lebih baik daripada sikap saling berseberangan dari puluhan agama.
Adanya hubungan yang diciptakan oleh semangat pluralisme atas dasar toleransi, merupakan anugerah dan kesempurnaan. Inilah kondisi paling otentik, semua agama
EHUGRD NHSDGD 7XKDQ \DQJ 0DKDHVD GDQ
mengajak kepada nilai-nilai cinta, kebaikan dan keadilan. Setiap agama, dengan berbagai kelebihannya, berlomba untuk berperan
GDODPPHPEDQJXQVHEXDKSHUDGDEDQµXQWXN NDOLDQDJDPDNDOLDQGDQXQWXNNXDJDPDNX¶
Pengakuan terhadap pluralisme agama dalam sebuah komunitas sosial menjanjikan dikedepankannya prinsip inklusivitas
(keter-EXNDDQ²VXDWXSULQVLS\DQJPHQJXWDPDNDQ DNRPRGDVLGDQEXNDQNRQÀLN²GLDQWDUDPH
reka. Ini karena pada dasarnya
Farid Esack,
$O4XU¶DQ/LEHUDOLVPHPlura-lisme—Membebaskan Yang Tertindas %DQGXQJ
0L]DQ
Farid Esack,
$O4XU¶DQ/LEHUDOLVPHPlura-lisme—Membebaskan Yang Tertindas %DQGXQJ
0L]DQ,
sing agama memunyai berbagai klaim ke-benaran yang ingin ditegakkan terus, sedang-kan realitas masyarakat yang ada terbukti heterogen secara kultural dan religius. Oleh karena itu, inklusivitas menjadi penting seba-gai jalan menuju tumbuhnya kepekaan ter-hadap berbagai kemungkinan unik yang bisa memerkaya usaha manusia dalam mencari
NHVHMDKWHUDDQ VSLULWXDO GDQ PRUDO 5HDOLWDV
pluralitas yang bisa mendorong ke arah kerja sama dan keterbukaan itu, secara jelas telah
GLVHUXNDQ ROHK$OODK GDODP 4V DO+ҐXMXUƗW 'DODP D\DW LWX WHUFHUPLQ EDKZD SOX -ralitas adalah sebuah kebijakan Tuhan agar manusia saling mengenal dan membuka diri untuk bekerja sama. Kerjasama adalah sesuatu yang asasi bagi kehidupan manusia membangun peradaban. Pluralisme adalah bagian dari peradaban, yang secara teologis didasarkan pada konsep kesamaan dasar (ka-OLPDK VDZƗ¶²sekarang popular dengan isti-lah common word) agama-agama.Peradaban Islam merupakan peradaban yang pluralistis dan sangat toleran terhadap berbagai kelom-pok sosial dan keagamaan. Untuk menun-jukkan implikasi-implikasi dari komitmen pada keragaman manusia, dan pengetahuan
EHUVDPD SDGD PDVD NLQL GLEXWXKNDQ UHÀHNVL
0HQXUXW 4XU¶ƗQ SDGD PXODQ\D PDQXVLD
bersatu, namun berselisih karena mereka saling LUL KDWL %HEHUDSD 0XVOLP PHOLKDW SHUSHFDKDQ LQL sebagai akibat dari adanya bermacam-macam versi GDUL µVDWX .LWDE¶ \DQJ GLSHUNHQDONDQ ROHK QDEL QDEL\DQJEHUEHGD0HQJDSDZDK\XSDUDQDELKDUXV bertindak sebagi kekuatan pemecah tampaknya tidak dapat dijawab, kecuali mengatakan bahwa itu adalah sebuah misteri yang dapat diatasi Allah kalau Allah menghendakinya. Fakta bahwa Allah tidak mengatasinya dijelaskan sebagi pemberi peluang bagi bermacam-macam agama untuk bersaing satu sama ODLQ GDODP KDO NHEDLNDQ ³-LND$OODK PHQJKHQGDNL niscaya ia akan membuat kamu satu umat, tetapi Ia akan menguji kamu dengan apa yang Ia berikan NHSDGD NDPX 0DND berlomba-lombalah dalam kebaikan. Kepada Allah lah kamu akan kembali lalu Ia akan memberitahukan kepada kamu (kebenaran) DSD \DQJ NDPX EHUVHOLVLK GL GDODPQ\D´
Lihat $EGXOD]L]6DFKHGLQDIslamic Roots of Modern Pluralism,
moral dan perhatian pada situasi historis, sebagaimana pluralisme, dalam rumusan
1XUFKROLVK 0DGMLG GL DWDV GLVHEXW VHEDJDL µSHUWDOLDQ VHMDWL NHEKLQHNDDQ GDODP LNDWDQ LNDWDQ NHDGDEDQ¶²a genuine engagement of diversities within the bounds of civility. Pluralisme menuntut suatu penghampiran
\DQJ MXMXU GDQ WHUEXND XQWXN µPHPDKDPL
pihak lain dan kerjasama yang membangun
XQWXNNHEDLNDQVHPXD¶
Tidak ada pertentangan antara Islam dan pluralisme. Pluralisme bukan hanya fenomena dalam Islam, tetapi juga dalam konteks global, di antaranya pluralisme peradaban-peradaban
GXQLD%DKNDQGDODPVHWLDSSHUDGDEDQMXJD
memunyai pluralisme PDG]KDE SHPLNLUDQ falsafat dan aliran politik. Jadi pluralisme merupakan titik temu di antara keistimewaan dan kekhasan tersebut.
Pluralisme juga mengandung arti bahwa kelompok-kelompok minoritas dapat berpe-ran-serta secara penuh dan setara dengan ke-lompok mayoritas dalam masyarakat, sambil memertahankan identitas dan perbedaan me-reka yang khas. Pluralisme harus dilindungi oleh negara dan hukum dan akhirnya oleh
KXNXPLQWHUQDVLRQDO.DXP0XVOLPKDUXVKL
-GXSGHQJDQQRQ0XVOLPGDODPVXDWXQHJDUD WHUWHQWX³3HQGXGXN0XVOLPGDULVXDWXQHJHUL
dapat memiliki perbedaan-perbedaan kesu-kuan dan doktrinal dalam diri mereka sendiri
DWDXSXQGHQJDQNDXP0XVOLPGLVHOXUXKGX
-QLD6DWXDQ0XVOLPWLGDNPHQV\DUDWNDQNDXP 0XVOLP PHPEHQWXN VXDWX QHJDUD WXQJJDO²
kekhilafahan sekalipun selalu terdiri dari
be-UDJDPNH\DNLQDQGDQNHVXNXDQ´ Suatu
ne-gara bangsa dari sudut pandang Islam dapat
Khaled Abou El-Fadl, Cita dan Fakta
Toleransi Islam Puritanisme versus Pluralisme
%DQGXQJ$UDV\ 1XUFKROLVK0DGMLG³0DV\DUDNDW0DGDQLGDQ ,QYHVWDVL'HPRNUDVL7DQWDQJDQGDQ.HPXQJNLQDQ´ Republika$JXVWXV 0RKDPHG )DWKL 2VPDQ The Children of $GDP 0RKDPHG )DWKL 2VPDQ The Children of $GDP
dianggap sebagai suatu keluarga atau kerabat yang diperluas. Perbedaan-perbedaan antara
VHVDPD 0XVOLP PHVNLSXQ PDVLQJPDVLQJ
memiliki kepentingan khusus, tidak boleh mengurangi hubungan kebersamaan dan soli-daritas universal.
Kaum muslim semestinya menampilkan sikap DO4XU¶ƗQ GL KDGDSDQ XPDW PDQXVLD GHQJDQ memerluas jarak dialog mereka hingga mencapai Hindu dan %XGGKD7DRLVPHGDQDJDPDODLQQ\D$O 4XU¶ƗQ PHQJDMDUNDQ VHWLDS PDQXVLD memunyai kompas petunjuknya masing-masing, dan telah dianugerahi Tuhan dengan martabat 'LDWDVGDVDUVSLULWXDOLWDVPRUDOLWDVGDQ martabat yang sama ini, segenap manusia dapat mengembangkan hubungan yang universal dan memelihara pluralisme global. Adalah sangat EHUPDNQDDO4XU¶ƗQPHQ\HEXWNHEDLNDQµDSD\DQJ GLNHQDO ROHK DNDO VHKDW¶ PDµUnjI GDQ NHMDKDWDQ µDSD \DQJ GLWRODN ROHK DNDO VHKDW¶ PXQNDU$WDV dasar itu, hubungan manusia universal memiliki dasar moral dan spiritualnya sendiri, di atas mana tanggung jawab bersama membangun dunia dan PDQXVLD³'LDWHODKPHQFLSWDNDQNDPXGDULEXPL GDQPHQMDGLNDQNDPXSHPDNPXUQ\D´
Inilah pluralisme global yang menya-ratkan pengetahuan dan pengertian di
NDODQJDQ EHUDJDP PDQXVLD
Penghargaan yang timbal balik mencegah kecurigaan dan membantu terperiharanya keadilan. Keterikatan moral pada keadilan adalah hal mendasar untuk suksesnya setiap mekanisme hukum dan kelembagaan:
³-DGLODK NDPX RUDQJ \DQJ EHQDUEHQDU
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.... maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ingin
PHQ\LPSDQJGDULNHEHQDUDQ´´'DQ
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
WLGDN DGLO %HUODNX DGLOODK NDUHQD DGLO LWX
5RJHU%RDVH³(FXPHQLFDO,VODP$0XVOLP
5HVSRQVH WR 5HOLJLRXV 3OXUDOLVP´ GDODP Islam and Global Dialogue: Religious Pluralism and the Pursuit of Peace %XUOLQJWRQ $VKJDWH 3XEOLVKLQJ
0RKDPHG )DWKL 2VPDQ The Children of
OHELKGHNDWNHSDGDWDTZD´0HPHOLKDUD
pengertian bersama dan keadilan hendaknya mengarahkan kepada perdamaian dunia yang menjadi penting bagi kerjasama.
Tantangan Pluralisme Global
Untuk bisa beradaptasi dengan pluralisme global ini diperlukan keberanian dari umat Islam untuk melakukan dialog dengan pemeluk agama-agama lain. Perjumpaan agama-agama atau yang disebut dengan perjumpaan iman memang memerlukan keberanian, pengalaman, kepercayaan diri serta kematangan pribadi. Dialog yang produktif tidak akan terwujud jika masing-masing partisipan tidak ada kesediaan untuk membuka diri, kesediaan saling memberi dan menerima secara sukarela dan antusias.
Islam sejak semula menganjurkan ber-dialog dengan umat lain teristimewa umat
.ULVWHQ GDQ <DKXGL DWDX WHUKDGDS SHQJLNXW µƮVƗ <HVXV GDQ 0njVƗ 0RVHV $O4XU¶ƗQ
menggunakan kata DKODONLWƗE(yang
memi-OLNLNLWDEVXFLSHQJJXQDDQNDWDahl di sini, yang berarti keluarga, menonjolkan keakra-ban dan kedekatan hubungan. Sebagai contoh
LQL SHUQDK WHUMDGL NHWLND SHQJLNXW 1DEL 0XKҝammad yang terpaksa meninggalkan
0DNNDK XQWXN PHQJKLQGDUL SHQJDQLD\DDQ
bangsa sendiri (Arab jahiliyah) berhijrah ke negara lain Ethiopia. Di sana mereka diterima dengan baik dan mendapatkan perlindungan
ROHK 5DMD 1HJXV 1DMDV\Ư \DQJ EHUDJDPD
Kristen. Peristiwa ini menandakan keakraban dan hubungan harmonis antara kedua umat.
Dalam dialog ini sisi-sisi persamaan di antara berbagai agama, budaya dan peradaban itu dimunculkan, tentu saja dengan tetap menunjukkan sisi-sisi perbedaannya, agar
-HUHP\+HQ]HOO7KRPDV³7KH&KDOOHQJHRI
3OXUDOLVPDQGWKH0LGGOH:D\RI,VODP´GDODPIslam and Global Dialogue: Religious Pluralism and the Pursuit of Peace %XUOLQJWRQ $VKJDWH 3XEOLVKLQJ
K
Alwi Shihab, Islam Inklusif, Menuju Sikap
Terbuka dalam Beragama %DQGXQJ 0L]DQ
masing-masing kelompok agama, budaya dan peradaban ini dapat saling memahami dan saling menghormati. Dalam konteks Islam, hal ini sangat bermanfaat, karena ia dapat menghilangkan citra negatif oleh kalangan
QRQ0XVOLP\DQJEHUDQJJDSDQEDKZD,VODP
adalah agama anti-perdamaian, atau agama pendukung kekerasan. Dengan terbentuknya
NRQGLVL VDOLQJ PHPDKDPL LQL NRQÀLN DQWDU
agama, antarbudaya dan antarperadaban
LQL GDSDW GLKLQGDUNDQ 0HPDQJ NRQÀLN NRQÀLN \DQJ SHUQDK WHUMDGL VHEHQDUQ\D WDN
ada satu pun yang semata-mata disebabkan
ROHKSHUEHGDDQIDNWRULQL1DPXQWDNGDSDW
dibantah, bahwa ketiga faktor ini ikut andil
GDODP SHPXQFXODQ NRQÀLN LQL PHVNL KDQ\D
sebagai faktor legitimasi. Lebih dari itu, atas dasar nilai-nilai universal ini pula umat Islam dapat merespons sistem atau ide-ide global, seperti demokrasi, hak-hak asasi manusia, pluralisme dan sebagainya, sebagai sistem atau ide yang kompatibel dengan ajaran Islam.
Dialog ini, bukanlah untuk suatu kege-maran intelektual melainkan suatu keharusan. Dialog sejatinya dilakukan dalam kesetaraan. Dalam dialog tidak boleh prinsip diabaikan dan tidak boleh sekedar mencari kedamaian palsu sebaliknya harus ada kesaksian yang diberi dan diterima guna saling memajukan satu sama lain di dalam perjalanan pencarian
GDQ SHQJDODPDQ NHDJDPDDQ GDQ VDDW \DQJ
sama menyingkirkan prasangka, sikap intoleran dan kesalahpahaman. Kalaupun seseorang mengalami pertobatan lewat dialog, kenyataan itu harus dapat diterima semua pihak secara positif dan wajar. Dialog mensyaratkan sikap konsisten, terbuka, kerendahan hati dan keterus-terangan sehingga dialog dapat memerkaya dan memerbarui masing-masing pihak. Dialog meminta keseimbangan sikap, kemantapan dan menolak indeferentisme (paham yang
0DV\NXUL $EGLOODK ³0DNQD GƯQ dan
8QLYHUVDOLVPH 1LODL1LODL Agama ,VODP´ 3DSHU VHULDOGLVNXVL36,.8QLYHUVLWDV3DUDPDGLQD
menyamakan begitu saja agama-agama) dan tidak menghendaki suatu teologi universal yang sinkretik.
Dalam dialog setiap orang harus diterima sebagaimana ia memahami dirinya sendiri. Oleh sebab itu, masing-masing hanya dapat berbicara untuk dirinya sendiri berdasarkan posisinya sendiri. Tentu posisi ini tidak boleh menjadi dogma kaku, melainkan ia harus dinamis sesuai situasi yang berubah. Dialog sama sekali tidak mengurangi kesetiaan yang penuh dan jujur terhadap imannya sendiri, melainkan memerkaya dan memerkuatnya. Dialog adalah suatu hal yang asasi dalam menghilangkan salah paham, dan prasangka yang pernah timbul di masa silam harus dihilangkan, karena itu disebabkan pula oleh sikap kita yang menolak aliran-aliran kepercayaan yang lain.
Simpulan
Sebagai penutup artikel ini, kita bisa menyimpulkan bahwa wacana
al-4XU¶ƗQ GDSDW GHQJDQ PXGDK PHQGXNXQJ
pluralisme agama, dengan etika perbedaan
GDQ WROHUDQVLQ\D $O4XU¶ƗQ WLGDN KDQ\D
mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaan dan keragaman dalam masyarakat manusia. Para penafsir klasik tidak sepenuhnya mengeksplorasi implikasi dari dibiarkannnya keragaman ini, atau
SHUDQ SHQ\HOHVDLDQ NRQÀLN VHFDUD GDPDL
dalam melangsungkan pola interaksi sosial
\DQJ ODKLU GDUL PDV\DUDNDW \DQJ µVDOLQJ PHQJHQDO¶$O4XU¶ƗQMXJDWLGDNPHPEHULNDQ
Olaf Schumann, Dialog antar Umat
Beragama, di Manakah Kita Berada Kini? (Jakarta: /36'*,K/LKDWMXJD0XQDZDU$KPDG $QHHV 6\HG = $EHGLQ =LDXGGLQ 6DUGDUDialog Muslim Kristen Dulu, Sekarang, Esok <RJ\DNDUWD
4DODP
aturan atau perintah khusus mengenai
EDJDLPDQD SHQJHWDKXDQ µEHUEDQJVDEDQJVD GDQ EHUVXNXVXNX¶ LWX GLSHUROHK 1DPXQ
pada kenyataannya, terdapatnya keragaman (pluralitas) sebagai tujuan utama penciptaan, tidak berkembang dalam teologi Islam klasik. Ulama 0XVOLP SUDPRGHUQ tidak memunyai dorongan yang kuat untuk mengeksplorasi makna dan implikasi dari persetujuan
al-4XU¶ƗQ WHUKDGDS NHUDJDPDQ GDQ LQWHUDNVL
lintas budaya. Hal ini sebagian disebabkan oleh dominasi politik dan superioritas pera-daban Islam, yang menjadikan para pemikir
0XVOLP PHPXQ\DL UDVD SHUFD\D GLUL \DQJ EHUOHELKDQ 0HVNLSXQ GHPLNLDQ WHWDS OD\DN
untuk mengatakan bahwa peradaban Islam merupakan peradaban yang pluralistis dan sangat toleran terhadap berbagai kelompok sosial dan keagamaan. Dasar inilah yang bisa menjadi titik tolak kita mengembangkan pluralisme Islam secara global.
Selain persetujuan umum pada
keraga-PDQPDQXVLDDO4XU¶ƗQMXJDPHQHULPDSDQ GDQJDQ\DQJOHELKVSHVL¿NWHQWDQJSOXUDOLWDV
keyakinan dan hukum agama. Kendati
DO4XU¶ƗQ VHFDUD WHJDV PHQJODLP EDKZD
Islam adalah kebenaran Ilahi dan menuntut
NHSHUFD\DDQ NHSDGD 0XKҝammad sebagai utusan terakhir dalam silsilah kenabian
,EUƗKƯPDO4XU¶ƗQWLGDNPHQJKDSXVNHPXQJ
kinan adanya jalan lain menuju keselamatan.
$O4XU¶ƗQPHQHJDVNDQDGDQ\DNHELMDNVDQDDQ
Tuhan yang tidak bergantung pada apapun