• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAKSI DAN UJI STABILITAS ZAT WARNA DARI KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN METODE SPEKTROSKOPI UV-VIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSTRAKSI DAN UJI STABILITAS ZAT WARNA DARI KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill) DENGAN METODE SPEKTROSKOPI UV-VIS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Atomik., 2016, 01 (1) hal 23-27

23

EKSTRAKSI DAN UJI STABILITAS ZAT WARNA DARI KULIT BUAH ALPUKAT

(

Persea americana

Mill) DENGAN METODE SPEKTROSKOPI UV-VIS

Nadiya Ayu Fauziah*, Chairul Saleh dan Erwin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman

Jl. Barong Tongkok No. 4 Gn. Kelua Samarinda. Telp. 0541-749152 *Email : nadiyaayu02@gmail.com

ABSTRACT

The avocado skin fruit (Persea americana Mill) is one of species of Lauraceae family that had many benefits and efficiacy for human. Avocado is a woody plant, the life cycle can reach decades and were known to have potential as pigmen. The purpose of this study is to extract and determine the stability of pigmen from avocado skin fruit (Persea americana Mill) with UV-Vis Specroscopy methode.

The extraction was done with soxhlet method using ethanol. The result of soxhlet was 142,13 gr avocado skin fruit dried powder was gained 88,85 gr ethanol extract. The ethanol extract of avocado skin dried powder was concentrated using rotary avoporator was gained 47,93 gr. The result phytochemical study, shown that ethanol coarse contained of Tannin compound, flavonoids and antosianin. The study stability of pigmen from avocado skin fruit (Persea americana Mill) extract was done to temperature effect were 40oC, 50oC, 60oC, 70oC and 80oC, pH effect were 3, 4, 5 and 6 and long storage effect were 1, 2, 3, 4 and 5 days at wave length 200-400 nm. The observational data were analyzed by ANOVA followed by Duncan test..

Keywords:Persea americana Mill, Phytochemical , Stability of Pigmen.

PENDAHULUAN

Berkembangnya industri tekstil yang

menggunakan zat warna untuk pewarna kain, menyebabkan kebutuhan akan zat warna pun meningkat. Pewarna tekstil yang biasa digunakan adalah pewarna sintetis dan alami. Bahan pewarna sintetis banyak digunakan karena lebih mudah diperoleh dan praktis penggunaannya. Namun limbah zat warna sintetis ini menimbulkan pencemaran lingkungan (Kusriniati dan Setyowati dkk, 2008), seperti pencemaran air dan tanah. Selain itu penggunaan pewarna sintetis dapat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kanker kulit, kanker mulut, kerusakan otak dan lain-lain. Sehingga pewarna alam kembali dilirik menjadi suatu alternatif. Di indonesia ditemukan berbagai macam tanaman yang berpotensi sebagai zat pewarna alam (Kusriniati dan Setyowati dkk, 2008).

Zat warna alam telah direkomendasikan sebagai pewarna yang ramah lingkungan maupun kesehatan karena kandungan komponen alaminya mempunyai nilai beban pencemaran yang relatif rendah, mudah terdegradasi secara biologis dan tidak beracun. Tumbuhan yang digunakan sebagai zat warna dapat diperoleh disekitar lingkungan kita sehingga hemat biaya (Atmaja, 2011).

Setiap tanaman dapat merupakan sumber zat pewarna alami karena mengandung pigmen alam (Setiawan, 2003). Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil, karotenoid, tanin dan antosianin. Potensi sumber zat warna alami ditentukan oleh intensitas warna yang ada dalam tanaman tersebut (Setiawan, 2003). Dari beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pigmen zat warna alami klorofil, antosianin, tanin,

karotenoid dan flavinoid dapat memiliki

kemampuan sebagai zat warna alami tekstil. Klorofil, menghasilkan warna hijau. Antosianin, menghasilkan warna merah, oranye, ungu, biru, kuning. Karoten, menghasilkan warna jingga sampai merah (Hidayat dan Saat, 2006). Flavonoid, menghasilkan warna merah atau jingga. Dan tanin, sebagai zat pewarna akan menimbulkan warna cokelat atau kecokelatan (Prayitno dan Endro dkk, 2003).

Tanaman alternatif untuk sumber zat warna

adalah tanaman alpukat (Persea americana Mill).

Tanaman alpukat merupakan tanaman yang cukup banyak ditemukan di Indonesia. Pada tahun 2012, produksi buah alpukat di Indonesia mencapai 290.810 ton. Produksi buah 10 tahun terakhir mencapai rata-rata 243.930 ton (Badan Pusat Statistik, 2012). Semakin meningkatnya permintaan

(2)

24 24

digunakan zat warna yaitu bagian daun, kulit batang pohon, biji dan kulit buah alpukat.

Kulit alpukat merupakan limbah yang memiliki banyak khasiat yang dapat bermanfaatkan bagi manusia. Kulit alpukat diuji fitokimia

mengandung senyawa metabolit sekunder

flavonoid, tanin dan antosianin.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder dan stabilitas zat warna dari kulit buah

alpukat (Persea americana Mill) terhadap pengaruh

suhu, pengaruh pH dan pengaruh lama

penyimpanan dengan metode spektroskopi UV-Vis.

METODOLOGI PENELITIAN Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beker, neraca analitik, gunting, tabung reaksi, rak tabung reaksi, sokletasi, labu takar,

pemanas mantel, rotari evaporator, pipet tetes,

thermometer, spektroskopi UV-Vis, pengaduk, gelas ukur, blender, spatuladan corong kaca.

Bahan

Bahan tumbuhan yang dipergunakan adalah

kulit buah alpukat, etanol 96%, aquades, buffer asam

sitrat (dalam pH 3, 4, 5 dan 6), FeCl3, HCl(p), Logam

Mg, H2SO4(p), NaOH 2M, HCl 2M, tisue, alumunium

foil.

Prosedur Penelitian

Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder

Kulit buah alpukat (Persea americana Mill)

yang telah halus diekstraksi secara sokletasi dengan

menggunakan pelarut etanol 96%. Ekstraksi

dilakukan hingga tidak ada zat pewarna yang larut dalam etanol, kemudian dilanjutkan dengan proses pendinginan. Setelah disaring dan dipisahkan dari

endapan, pelarut diuapkan dengan rotary evaporator

sehingga didapat ekstrak kasar kulit buah alpukat. Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill).

Masing-masing dilarutkan sesuai dengan pelarutnya. Uji Tanin

Ekstrak etanol kulit buah alpukat ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3. Adanya tanin pada sampel

Bogoriani dkk, 2014). Uji Flavonoid

Ekstrak etanol kulit buah alpukat sebanyak 2 mL dalam etanol dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian ditambah 0,5 mL HCl pekat dan 3-4 potong logam Mg. Adanya warna merah atau jingga menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Bawa dan Bogoriani dkk, 2014).

Uji Karotenoid

Ekstrak etanol kulit buah alpukat sebanyak 2 mL ditambahkan 2 tetes sampai 3 tetes asam sulfat pekat. Adanya warna biru atau hijau kebiruan menunjukkan adanya senyawa karotenoid (Bawa dan Bogoriani dkk, 2014).

Uji Antosianin

Ekstrak etanol kulit buah alpukat ditambakan 3 tetes HCl 2M kemudian dipanaskan pada suhu 100 selama 5 menit. Hasil positif bila timbul warna merah. Dan juga ditambahkan NaOH 2M tetes demi tetes sambil diamati perubahan yang terjadi. Hasil positif mengandung antosianin bila timbul warna hijau biru yang memudar berlahan-lahan (Neliyanti dan Nora, 2014).

Uji Stabilitas Zat Warna Pengaruh Suhu

Ekstrak etanol dilarutkan sebanyak 1,5 mL dalam 500 mL aquades. Larutan dipanaskan pada

suhu 40 , 50 , 60 , 70 dan 80 selama 1 jam.

Volume dikembalikan ke volume awal dengan menambah aquades, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm (Saraswati dan Astutik, 2014).

Pengaruh pH

Stabilitas ekstrak etanol dibuat 4 tingkat keasaman (pH 3, 4, 5 dan 6). Rentetan ekstrak etanol sebanyak 1 mL dilarutkan dalam 300 mL buffer asam sitrat sesuai variasi pH. Selanjutnya diukur absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm (Saraswati dan Astutik, 2014).

Pengaruh Lama Penyimpanan

Ekstrak etanol disimpan pada suhu kamar menggunakan variasi lama penyimpanan 1 hari, 2 hari, 3 hari, 4 hari dan 5 hari. Kemudian dilakukan pengenceran yaitu ekstrak etanol cair dilarutkan sebanyak 1,5 mL dalam 500 mL air kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 200-400 nm (Saraswati dan Astutik, 2014).

(3)

Jurnal Atomik., 2016, 01 (1) hal 23-27

25 HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Fitokimia

Berdasarkan hasil uji fitokimia yang telah dilakukan terhadap ekstrak etanol kulit alpukat (Persea americana Mill) diketahui kandungan senyawa metabolit sekunder, disajikan dalam tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Hasil uji fitokimia dari ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill).

Jenis Senyawa Hasil

Tanin +

Flavonoid +

Karotenoid -

Antosianin +

Keterangan :

+ = Mengandung senyawa metabolit sekunder

_

= Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder Ekstraksi Senyawa Metabolit Sekunder Pengaruh Suhu

Pada gambar 1 menunjukkan hasil uji stabilitas zat warna dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill) penurunan absorbansi pada

kenaikan suhu. Penurunan absorbansi dari suhu 40oC

hingga suhu 80oC dikarenakan pada suhu tinggi

senyawa metabolit sekunder yaitu senyawa tanin

akan terurai menjadi pyrogallol dan CO2. Pada

senyawa antosianin terjadi dekomposisi dari bentuk aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna) dan akhirnya membentuk alfa diketon yang berwarna coklat (Markakis, 1982 dikutip dari Effendi, 1991).

Gambar 1. Grafik pengaruh suhu terhadap absorbansi zat warna dari ekstrak etanol kulit alpukat (Persea americana Mill) pada panjang gelombang 200-400 nm.

Sehingga pada suhu tinggi terjadi penurunan stabilitas atau pemucatan warna pada senyawa metabolit sekunder dari kulit buah alpukat (Persea americana Mill). Hal ini tampak bahwa dengan semakin tingginya suhu pemanasan, maka intensitas

warnanya akan berkurang (Arisasmita, 1997). Maka suhu pemanasan yang lebih stabil adalah pemanasan

pada suhu 40oC dibandingkan dengan suhu 80oC

yang berpengaruh pada kesetabilan zat warna.

Tabel 2. Hasil perhitungan ANOVA pengaruh suhu terhadap stabilitas (λ) zat warna dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill).

Sumber JK db RK F hitung F tabel 0,05 Ket. Baris 8,341 4 2,085 5212,5 3,007 Tolak Ho Kolom 0.023 4 0,006 15 3,007 Tolak Ho Galat 0.006 16 0,0004 Total 8,37 24

Berdasarkan tabel 2 pada pengaruh suhu pengukuran ekstrak etanol kulit buah alpukat, Fhitung

adalah 5212,5 dan 15 sedangkan Ftabel pada taraf 5 %

adalah 3,007 yang menyatakan bahwa Fhitung lebih

besar dari Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh variasi

suhu dan panjang gelombang.

Pada uji Duncan tidak berbeda nyata antara pengaruh suhu antara suhu 40oC dibandingkan suhu 80oC.

Pengaruh pH

Pada gambar 2 menunjukkan hasil pengaruh pH terhadap absorbansi zat warna dari ekstrak etanol

kulit buah alpukat (Persia americana Mill)

penurunan absorbansi pada kenaikan pH. Pada pH yang berbeda memperlihatkan kenaikan serapan (absorbansi) dengan menurunnya pH (semakin asam).

Gambar 2. Grafik pengaruh pH terhadap absorbansi zat warna dari ekstrak etanol kulit alpukat (Persea americana Mill) pada panjang gelombang 200-400 nm.

Pada gambar 2 menunjukkan hasil pengaruh pH terhadap absorbansi zat warna dari ekstrak etanol

(4)

26 26

yang berbeda memperlihatkan kenaikan serapan (absorbansi) dengan menurunnya pH (semakin asam).

Pengaruh pH merupakan salah satu faktor yang menentukan kestabilan zat warna kulit buah

alpukat (Persea americana Mill). Francis (1992),

menyatakan bahwa semakin rendah nilai pH maka warna konsentrat makin merah dan stabil atau jika pH semakin mendekati satu maka warna semakin stabil. Hal ini disebabkan bentuk pigmen antosianin pada kondisi asam adalah kation flavium sedangkan

inti kation flavium dari pigmen antosianin

kekurangan elektron sehingga sangat reaktif (Francis et al, 1982 dikutip dari Hanum, 2000). Maka pH yang lebih stabil adalah pH 3 dibandingkan dengan pH 6 yang berpengaruh pada kesetabilan zat warna.

Tabel 3. Hasil perhitungan ANOVA pengaruh pH terhadap stabilitas (λ) zat warna dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill).

Sumber JK db RK F hitung F tabel 0,05 Ket. Baris 2,65 4 0,663 11,839 3,259 Tolak Ho Kolom 3,156 3 1,052 18,786 3,49 Tolak Ho Galat 0.677 12 0,056 Total 6,483 19

Berdasarkan tabel 3 Pada pengaruh pH pengukuran

ekstrak etanol kulit buah alpukat, Fhitung adalah 11,839

dan 18,786 sedangkan Ftabel pada taraf 5 % adalah

3,259 dan 3,49 yang menyatakan bahwa Fhitung lebih

besar dari Ftabel sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho

ditolak dan H1 diterima artinya ada pengaruh variasi

pH dan panjang gelombang.

Pada uji Duncan tidak berbeda nyata antara pengaruh pH 3 dibandingkan pH 6.

Pengaruh Lama Penyimpanan

Pada gambar 3 menunjukkan hasil uji stabilitas zat warna dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill) penurunan absorbansi pada

kenaikan lama penyimpanan. Semakin lama

penyimpanan sampel akan menurunkan kestabilan akan zat warna tersebut yaitu dengan di tandai penurunan serapan (absorbansi). Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti pH, temperatur, cahaya dan oksigen. Maka yang lebih stabil adalah penyimpanan pada 1 hari dibandingkan dengan 5 hari yang berpengaruh pada kesetabilan zat warna.

Gambar .3 Grafik pengaruh lama penyimpanan terhadap absorbansi zat warna dari ekstrak etanol kulit alpukat (Persea americana Mill) pada panjang gelombang 200-400 nm.

Tabel 4. Hasil perhitungan ANOVA pengaruh lama penyimpanan terhadap stabilitas (λ) zat warna dari ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill).

Sumber JK db RK F hitung F tabel 0,05 Ket. Baris 8,639 4 2,159 2698,75 3,007 Tolak Ho Kolom 0,019 4 0,005 6,25 3,007 Tolak Ho Galat 0,014 16 0,0008 Total 8,726 24

Berdasarkan tabel 4 pada pengaruh lama

penyimpanan pengukuran ekstrak etanol kulit buah alpukat, Fhitung adalah 2698,75 dan 6,25 sedangkan

Ftabel pada taraf 5 % adalah 3,007 yang menyatakan

bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel sehingga dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima

artinya ada pengaruh variasi lama penyimpanan dan panjang gelombang.

Pada uji Duncan tidak berbeda nyata antara pengaruh suhu antara 1 hari dibandingkan 5 hari.

KESIMPULAN

Kandungan metabolit sekunder ekstrak etanol

kulit buah alpukat (Persea americana Mill)

mengandung senyawa tanin, flavonoid dan

antosianin.

Berdasarkan hasil uji stabilitas zat warna dari

kulit buah alpukat (Persea americana Mill) yang

diekstrak dengan etanol mempunyai karakteristik yang dipengaruhi oleh suhu, pH dan lama penyimpanan yang dapat dilihat dari nilai absorbansi pada panjang gelombang 200-400 nm yang merupakan panjang gelombang senyawa metabolit sekunder menyerap energi ultraviolet. Dimana setiap variasi yang digunakan tidak berbeda nyata. Hal ini

(5)

Jurnal Atomik., 2016, 01 (1) hal 23-27

27

menunjukan kestabilan zat warna tekstil dari kulit

buah alpukat (Persea americana Mill).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Atmaja, W. G. P. W. 2011. Potensi Pewarna

Alam dari Campuran Biji Pinang, Daun Sirih, Gambir dengan Mordan KAlSO4 serta Pemanfaatannya dalam Pewarnaan Kayu Albasia (Paraserianthes falcataria). Bukit Jimbaran: Universitas Udayana.

[2] Badan Pusat Statistik. 2012. Pertanian dan

Pertambangan : Produksi Buah-Buahan di Indonesia 2012. Dilihat 4 Januari 2015. http://www.bps.go.id.

[3] Effendi, W. 1991. Ekstraksi, Purufikasi, dan

Karakterisasi Antosianin dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana L. ). Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. [4] Francis, F. J., Lin, M. & Shi, Z. 1992. Stability

of Anthocyanins from Tradescania Pallida. Jurnal of Food Science.

[5] Hanum, T. 2000. Ekstraksi dan Stabilitas Zat

Pewarna Alami dari Katul Beras Ketan Hitam ( Oryza sativa glutinosa ). Bandar Lampung: Buletin Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XI, No.1. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. [6] Hidayat, N., & Saat, E. A. 2006. Membuat

Pewarna Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana.

[7] Kusriniati, D., Setyowati, E., dan Achmad, U,.

2008. Pemanfaatan Daun Sengon (Albizia

falcataria) sebagai Pewarna Kain Sutera Menggunakan Mordan Tawas dengan Konsentrasi yang Berbeda. TEKNOBUGA. [8] Neliyanti dan Nora, I. 2014. Ekstraksi dan Uji

Stabilitas Zat Warna Alami Dari Buah Lakum (Cayratia Trifolia (L.) Domin). Jurnal Kimia FMIPA. Universitas Tanjungpura. Vol 3(2) 86-93.

[9] Prayitno, Endro K. dan Nurimaniwati. 2003.

Proses Ekstraksi Bahan Pewarna Alam dari Limbah Kayu Mahoni. Yogyakarta: Puslitbang Teknologi Maju. BATAN

[10]Putra A. A. B., Bogoriani N. W., Diantariani N.

P., dan Sumadewi N. L. U,. 2014. Ekstraksi Zat

Warna Alam Dari Bonggol Tanaman Pisang (Musa Paradiasciaca L.) Dengan Metode Maserasi, Refluks dan sokletasi. Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia Fmipa Universitas Udayana.

[11]Saraswati N. D., dan Astutik S. E,. 2014.

Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kulit Manggis Serta Uji Stabilitasnya. Semarang: Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro.

[12]Setiawan, A. P,. 2003. Potensi

Tumbuh-Tumbuhan bagi Penciptaan Ragam Material Finishing untuk Interior. Dimensi Interior.

Gambar

Tabel 1.   Hasil  uji  fitokimia  dari  ekstrak  etanol  biji  buah    alpukat (Persea americana Mill)
Tabel 4.  Hasil  perhitungan  ANOVA  pengaruh  lama  penyimpanan  terhadap  stabilitas  (λ)  zat  warna  dari  ekstrak  etanol  kulit  buah  alpukat  (Persea  americana Mill)

Referensi

Dokumen terkait

skripsi yang berjudul Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Alpukat ( Persea americana ) sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar terhadap Pertumbuhan Bakteri

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol biji alpukat (Persea americana Mill) terhadap tikus galur wistar yang

Produksi “Lulur Tradisional Avoring “ Dengan Perpaduan Bahan Serbuk Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana) dan Buah Alpukat (Persea Americana).. Lina

Tulisan ini merupakan skripsi dengan judul “ Karakteristik Ekstraksi Minyak dari Biji Alpukat (Persea Americana Mill) Menggunakan Pelarut N-heptana ” , berdasarkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan konsentrasi optimum ekstrak etanol biji alpukat ( Persea americana ) sebagai bahan irigasi saluran akar terhadap

ekstrak etanol biji Alpukat (Persea americana Mill.) sebagai alternatif bahan irigasi.. saluran akar terhadap

Review artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi dan edukasi potensi formulasi masker peel-off dari ekstrak kuliat buah alpukat (Persea americana Mill)

Sehingga penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui aktivitas dan dosis yang paling besar dari kombinasi ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana Mill.)