• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011: 3-6) belajar merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011: 3-6) belajar merupakan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Kependidikan 1. Pengertian Belajar

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011: 3-6) belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).

Belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya kemampuan baru dan perubahan (yang besifat kognitif, psikomotor, dan afektif).

b. Perubahan tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat disimpan.

c. Perubahan tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan usaha akibat interaksi dengan lingkungan.

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik, kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.

Kegiatan belajar dilakukan dengan tujuan membentuk perubahan baik dari aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap. Menurut Sardiman (2012: 25-28) dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar dipengaruhi oleh

(2)

9

berbagai komponen yang masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu yaitu materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia. Tujuan belajar ada tiga jenis yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan yang ditandai dengan kemampuan berfikir.

b. Pemahaman konsep dan ketrampilan yaitu berupa merumuskan konsep dengan

ketrampilan jasmani dan rohani. Ketrampilan dapat dididik dengan banyak melatih kemampuan lisan maupun tulisan.

c. Pembetukan sikap yaitu menumbuhkan sikap mental, perilaku, dan kepribadian sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.

Belajar membutuhkan prinsip pembelajaran agar tujuan yang diharapkan tercapai. Prinsip-prinsip belajar digunakan untuk membimbing aktivitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar terdiri dari:

a. Perhatian dan motivasi

Gage dan Berliner (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 42-50) menyatakan perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Perhatian juga ada motivasi yang memiliki peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas sesorang. Motivasi

(3)

10

dapat bersifat internal yaitu datang dari dirinya sendiri dan dapat juga dari eksternal yaitu diperoleh dari orang lain.

b. Keaktifan

Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya akan terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan, keaktifan tersebut beragam bentuknya mulai dari kegiatan fisik hingga kegiatan psikis yang susah diamati.

c. Keterlibatan langsung/ berpengalaman.

Belajar melalui pengalaman langsung berarti siswa tidak sekadar mengamati tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Keterlibatan siswa dalam belajar berarti adanya keterlibatan mental, emosional, kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai dan juga saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan ketrampilan.

d. Pengulangan

Belajar adalah melatih daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Pengulangan akan meningkatkan daya ingat dan akan berkembang. Prinsip pengulangan dalam belajar yaitu untuk melatih daya-daya sehingga membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan.

(4)

11

e. Tantangan

Situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Tantangan baru diperlukan agar timbul motif yang kuat untuk mengatasi kesulitan belajar. Bahan belajar perlu mengandung masalah yang akan dipecahkan oleh siswa sehingga akan tertantang untuk mempelajarinya.

f. Balikan dan penguatan

Siswa belajar sungguh-sungguh untuk mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi, sehingga nilai tersebut merupakan penguatan positif. Apabila anak merasa takut tidak naik kelas, maka ia akan terdorong untuk belajar lebih giat, maka ini merupakan penguatan negatif.

g. Perbedaan Individual

Siswa merupakan individual yang unik sehingga tidak ada yang sama persis baik karakteristik psikisnya, kepribadian, dan sifat-sifat lainnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada kegiatan dan hasil belajar siswa. Perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru sebagai upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individul, sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 42-50).

(5)

12

Menurut Djaali (2015: 101-130) proses belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain:

a. Motivasi

Motivasi diartikan sebagai dorongan mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan dan memacu suatu ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan seseorang.

b. Sikap

Sikap sebagai kecenderungan untuk bertindak yang berkenaan dengan obyek tertentu baik orang, benda, ide atau lingkungannya.

c. Minat

Minat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya dan dapat dimanifestasikan melalui partisipan dalam suatu aktivitas.

d. Kebiasaaan belajar

Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Kebiasaan belajar sebagai teknik yang menetap pada diri siswa untuk melakukan suatu kegiatan.

e. Konsep Diri

Konsep diri mula-mula terbentuk dari perasaan akan diterima dan diinginkan kehadirannya pada keluarga sehingga menjadi bayangan seseorang tentang dirinya. Konsep diri ini akan berkembang dari pengalaman sesorang tentang berbagai hal

(6)

13

yang akan berkaitan dengan perlakuan yang berulang dan akan menghadapi sikap-sikap di lingkungannya (Djaali, 2015: 101-130).

2. Pengertian Pembelajaran

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2011:6) pembelajaran merupakan usaha yang dilaksakan secara sengaja, terarah, dan terencana, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Menurut Ahmad Susanto (2015: 19) kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru.

Menurut Sugiyono dan Hariyanto (Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, 2014: 133-138) kata istilah pembelajaran tergolong baru dan popular semenjak adanya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Berdasarkan undang-undang, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran adalah bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan dan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan keyakinan pada peserta didik.

Metode pembelajaran adalah sebuah perencanaan dan pelaksanaan prosedur dan langkah-langkah pembelajaran yang tersusun secara teratur untuk melakukan proses pembelajaran sampai metode penilaian atau evaluasi yang dilaksanakan. Metode pembelajaran yang umum dilakukan yaitu:

(7)

14

a. Metode Ceramah

b. Metode Latihan

c. Metode Diskusi dan Tanya Jawab

d. Metode Karyawisata

e. Metode Demonstrasi

f. Metode Sosiodrama dan bermain Peran

g. Metode Pemberian Tugas dan Resitasi

h. Metode Eksperimen

i. Metode Proyek

Pemilihan dan penggunaan berbagai metode pembelajaran tersebut sangat fleksibel. Hal ini terutama menyangkut efektivitas proses pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, oleh sebab itu penentuan metode pembelajaran perlu disesuaikan dengan tujuan, tidak terikat satu alternatif dan bersifat kombinasi.

3. Penilaian

Penilaian acuan patokan merupakan pengukuran yang menggunakan acuan yang berbeda, dengan mengomperasikan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam tujuan instruksional. Keberhasilan siswa bergantung pada penguasaan materi atas kriteria yang telah dijabarkan dalam item pertanyaan (Elis ratnawulan dan Rusdiana, 2015: 242).

Menurut Sugeng (2015: 1) kriteria ketuntasan minimal (KKM) perlu mempertimbangkan kompleksitas kompetensi, tingkat kemampuan rata-rata siswa, serta sumber daya pendukung meliputi warga sekolah/madrasah, sarana dan

(8)

15

prasarana dalam menyelenggarakan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) dijadikan dasar patokan nilai terendah dalam penilaian siswa. Jika peserta didik mampu mendapatkan nilai di atas KKM maka dianggap siswa tersebut telah tuntas atau menguasai kompetensi yang dipelajari. Sebaliknya jika ditemukan siswa mendapat nilai di bawah KKM berarti perlu adanya perbaikan, sehingga KKM sebagai tujuan kompetensi yang dicapai oleh siswa. Aspek kompleksitas berkaitan dengan materi yang diajarkan berdasarkan kompetensi dasar yang harus di capai siswa, dengan K.D 3.6 kurikulum KTSP 2006 yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan). Tingkat kemampuan rata-rata siswa berdasarkan hasil seleksi saat masuk SMA tahun ajaran 2015/2016 SMA N 1 Ngemplak dengan mempertimbangkan hasil seleksi masuk NEM rata-rata 309,10 atau nomor 12 dari 17 sekolah negeri se-Sleman, sehingga berada di bawah rata-rata sekolah kabupaten negeri di Kabupaten Sleman. Sumber daya pendukung yang ada di sekolah sudah cukup baik berupa, ketersediaannya SDM, sarana dan prasarana menunjang kegiatan pembelajaran dan kepedulian warga sekolah yang terjalin dengan baik. Berdasarkan pertimbangan tersebut KKM mata pelajaran biologi materi sistem saraf di SMA N 1 Ngemplak yang ditentukan yaitu 75. 4. Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar sering dialami oleh siswa baik di sekolah atau di lingkungan. Menurut Blassic dan Jones (Sugihartono, 2007: 149-150), kesulitan belajar yang dialami siswa menunjukkan adanya kesenjangan atau jarak antara prestasi

(9)

16

akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh siswa pada kenyataanya (prestasi aktual).

Kesulitan belajar pada seorang siswa mungkin akan bersifat tetap atau mungkin juga sementara dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Lama atau tidaknya siswa mengalami kesulitan belajar akan sangat bergantung oleh banyak faktor individu siswa, yaitu usaha mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya, sehingga kesulitan-kesulitan belajar akan berbeda pada masing-masing siswa (Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, 2014: 257).

Menurut Derek Wood kesulitan belajar tersebut akan berdampak pada kehidupan siswa yang bersangkutan, baik terhadap aktivitas siswa, baik di sekolah, rutinitas keseharian, kehidupan keluarga, hubungan dengan teman sebaya, dan persahabatan dan bermain (Muhamad Irham dan Novan Ardy Wiyani, 2014: 258). 5. Faktor Kesulitan Belajar

Kegiatan proses belajar juga dipengaruhi oleh banyak faktor baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal berarti berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal berasal dari dari luar diri siswa. Sardiman (2012: 39-45) menyebutkan faktor yang mempengaruhi ditinjau dari faktor internal akan menyangkut faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor psikologis akan memberikan andil yang cukup penting terutama dalam memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal. Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis yaitu:

(10)

17

a. Motivasi

Motivasi berupa keinginan dan dorongan yang berasal dari dalam diri atau lingkungan untuk belajar. Motivasi dapat meningkatkan keberhasilan pencapaian kompetensi.

b. Konsentrasi

Konsentrasi adalah memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian, sehingga konsentrasi tidak sekadar perhatian atau sebaliknya, namun memerlukan perhatian dan konsentrasi secara penuh.

c. Reaksi

Keterlibatan belajar dan keterlibatan unsur fisik maupun mental sebagai wujud reaksi. Pikiran dan otot harus bekerja secara harmonis sehingga subyek belajar secara aktif dengan menggunakan panca indranya secara optimal.

d. Organisasi

Belajar dapat dikatakan sebagai mengorganisasi, menata, atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran kedalam suau kesatuan sehingga seseorang akan mengerti dan lebih jelas tetapi dimungkinkan juga terjadi kebingungan.

e. Pemahaman

Menguasai sesuatu dengan pikiran karena belajar harus secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Pemahaman tidak sekedar tahu namun menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami.

(11)

18

f. Ulangan

Lupa merupakan sesuatu yang tercela dalam belajar, tetapi sifat umum manusia. Ulangan yang dimaksud yaitu mengulang-ulang suatu hal yang telah dipelajari dengan membuat daya ingat para siswa semakin bertambah. Kegiatan mengulang juga tetap disertai dengan pikiran dan tujuan untuk proses pemikiran sehingga tidak akan sia-sia.

Dimyati dan Mudjiono (2009: 240-254) menyatakan faktor belajar juga didorong oleh lingkungan siswa atau faktor ekstenal. Beberapa faktor eksternal yang berpengaruh pada aktivitas belajar adalah sebagai berikut:

a. Guru sebagai pembina siswa belajar yaitu sebagai pendidik yang memusatkan

pada perhatian dan kepribadian siswa untuk membangkitkan belajar siswa. Guru harus bisa menjadi tauladan bagi muridnya dan dapat mengelola pembelajaran pada siswa.

b. Prasarana dan sarana pembelajaran yang meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media lain, gedung sekolah, ruang belajar, ruang ibadah, ruang kesenian, peralatan olahraga. Lengkapnya sarana dan prasarana sangat mendukung kondisi pembelajaran yang baik, namun yang tidak kalah penting adalah mengelola sarana dan prasarana yang ada.

c. Kebijakan penilaian bergantung pada guru sebagai penentu keberhasilan belajar tersebut. Guru yang menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

d. Lingkungan sosial siswa di sekolah akan membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa dalam

(12)

19

lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan, dan tanggung jawab tertentu yang diakui oleh sesama siswa.

e. Kurikulum sekolah merupakan program pembelajaran di sekolah mendasarkan

diri pada suatu kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah. Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat dalam upaya pembangunan masyarakat.

M. Dalyono (2015: 229-243) mengemukakan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu:

a. Faktor Internal yaitu dari dalam diri manusia meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologi.

1) Faktor internal yang bersifat fisik:

a) Sakit: saraf sensoris dan saraf motoris lemah.

b) Kurang Sehat: mudah lesu, mudah capek, daya konsentrasi hilang.

c) Cacat tubuh: buta, kurang pendengaran, kurang penglihatan, tidak punya tangan.

2) Faktor internal yang dari dalam rohani.

a) Intelegensi: Semakin tinggi nilai IQ akan memudahkan anak dalam belajar, sedangkan anak yang nilai IQ nya rendah akan mengalami kesulitan belajar, sehingga prestasi belajar berkorelasi searah dengan tingkat intelegensi. Menurut Nyanyu Khotijah (2014: 101-102) intelegensi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhinya.

(13)

20

b) Bakat: sebagai potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang dimiliki individu masing-masing berbeda.

c) Minat: tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar sehingga akan menimbulkan permasalahan tersendiri pada dirinya, sehingga pelajaran tidak pernah terproses dalam otak.

d) Motivasi: berasal dari faktor intern yang berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya dalam belajar.

e) Faktor kesehatan mental: hal ini berkaitan dengan segi kesehatan mental dan emosional yang akan menimbulkan hasil belajar sesuai yang diharapkan atau tidak. Hubungan kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik.

f) Tipe-tipe khusus seorang pelajar: beragam tipe yang dimiliki masing-masing individu yaitu ada yang bertipe visual, motoris dan campuran.

b. Faktor eksternal meliputi faktor nonsosial dan faktor sosial. 1) Faktor Orang tua

Keluarga sebagai pusat pendidikan yang utama dan pratama, namun dapat juga menjadi faktor penyebab kesulitan belajar.

a) Faktor orang tua: memberikan perhatian kemajuan belajar anak-anaknya, hubungan antara anak dan orang tua terjalin dengan baik dan kasih sayang, orang tua senantiasa membimbing anak-anaknya dalam berperilaku sehingga ada pengawasan agar tidak terjadi kesulitan belajar.

(14)

21

b) Suasana rumah: suasana rumah yang gaduh akan mengganggu konsentrasi belajar anak sehingga akan muncul permasalahan dalam belajar. Anak yang tidak tahan di rumah akan menghabiskan waktunya bermain dengan anak lain sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar akan menurun.

c) Keadaan ekonomi: kurangnya alat-alat belajar dan biaya sekolah akan mempengaruhi kemajuan belajar anak, berbeda dengan keluarga yang berkecukupan untuk keperluan belajar anak yang dapat mendorong kemajuan belajar anak.

2) Faktor sekolah

a) Faktor guru: dapat menjadi sebab kesulitan belajar dengan metode

pembelajaran tidak sesuai, guru kurang menguasai materi, kurangnya kesiapan pembelajaran, dan menerangkan yang sukar dimengerti oleh siswa.

b) Faktor alat: alat yang kurang lengkap akan membuat penyajian tidak baik dan akan menimbulkan kesulitan dalam belajar. Ketidakadanya alat yang lengkap guru cenderung menggunakan metode ceramah yang akan menimbulkan kepasifan anak, sehingga tidak mustahil timbulnya kesulitan belajar.

c) Kondisi gedung: kondisi ruang kelas yang mendukung belajar dengan

menyediakan fasilitas kebutuhan belajar dan suasana tenang akan meminimalisir kemungkinan siswa terhambat belajar. Ruang yang memenuhi syarat kesehatan yaitu: ruangan berjendela, dinding bersih, lantai bersih, keadaan gedung jauh dari tempat umum yang ramai.

d) Kurikulum: kurikulum yang tidak baik berupa bahan-bahannya terlalu tinggi dan pembagian bahan antar kelas tidak seimbang.

(15)

22 B. Kajian Keilmuan

Materi sistem saraf dalam KTSP merupakan materi yang ditunjukkan untuk siswa SMA Kelas XI semester 2 dengan standar kompetensi 3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas dan kompetensi dasar 3.6 Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin, dan penginderaan).

1. Sel saraf

Sel saraf atau neuron adalah unit fungsional sistem saraf. Sel mengandung berbagai organel khas yang ditemukan pada kebanyakan sel eukariotik. Campbell (2010: 219) menyatakan bahwa neuron memiliki dendrit dan akson tunggal. Neuron membutuhkan sel pendukung yang disebut sel-sel glia dengan jumlah yang melebihi neuron.

a. Badan sel saraf

Badan sel merupakan bagian neuron yang berukuran besar. Badan sel mengandung nukleus, sitoplasma, ribosom, mitokondria, retikulum endoplasma dan badan golgi.

b. Dendrit

Dendrit adalah serabut saraf pendek yang bercabang-cabang dengan ukuran dan bentuk yang berbeda-beda. Dendrit berfungsi untuk menerima impuls (rangsangan) dari ujung akson neuron lain, kemudian impuls tersebut dibawa menuju badan sel saraf.

(16)

23

c. Akson

Akson adalah bagian dari neuron yang berukuran panjang dan berfungsi menghantarkan impuls dari badan sel ke luar. Kebanyakan akson dibungkus oleh selubung mielin (I Gusti Ayu Tri Agustiana, 2014: 292). Setiap sel saraf hanya memiliki satu akson yang membawa impuls saraf keluar sel tubuh. Akson yang ada pada saraf perifer dikelilingi selubung mielin, selubung mielin ini terdiri atas serangkaian sel schwan yang tersusun sepanjang akson(Ross dan Wilson, 2011: 70).

Gambar 1. Struktur sel saraf

(Sumber: Campbell, 2010: 228) d. Klasifikasi sel saraf

1) Berdasarkan strukturnya

Berdasarkan strukturnya sel saraf dibedakan menjadi tiga macam yaitu sel saraf unipolar, sel saraf bipolar, dan sel saraf multipolar. Sel saraf unipolar adalah sel saraf yang hanya memiliki satu penonjolan yang dianggap sebagai akson. Sel saraf bipolar adalah sel saraf yang memilki dua penonjolan, satu sebagai dendrit

(17)

24

dan yang satu sebagai akson. Sel saraf multipolar adalah sel saraf yang memiliki banyak penonjolan yang keluar dari badan sel. Beberapa penonjolan sebagai dendrit dan satu penonjolan sebagai akson (Soewolo, 2005: 62).

Gambar 2. Sel saraf berdasarkan strukturnya (Sumber: Marieb & Hoehn, 2010: 393)

2) Berdasarkan fungsinya

Macam neuron berdasarkan fungsinya sel saraf dapat dibedakan menjadi tiga yaitu neuron sensorik, seuron motorik, dan neuron asosiasi atau interneuron.

a) Neuron sensorik

Neuron sensorik (neuron aferen) termasuk sel saraf unipolar, badan selnya terletak di dalam akar belakang medula spinalis dengan tonjolan keluar dari badan sel yang dianggap akson. Neuron sensorik berfungsi untuk menghantarkan impuls-impuls saraf dari reseptor sensorik ke sistem saraf pusat.

b) Neuron motorik

Neuron motorik (neuron eferen) terletak di dalam sistem saraf tepi. Akson eferen meninggalkan sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang diinervasi karena

(18)

25

berfungsi untuk menghantarkan impuls-impuls saraf yang berhubungan dengan akson neuron lain, sedangkan akson berhubungan dengan efektor.

c) Neuron asosiasi

Neuron asosiasi (sel saraf interneuron) terletak seluruhnya di dalam sistem saraf pusat. Neuron asosiasi memiliki dua fungsi yaitu mengintegrasikan respon peripheral ke informasi peripheral contohnya bila tangan menyentuh benda panas kemudian informasi akan disampaikan melalui sel saraf aferen kemudian neuron asosiasi meneruskan sinyal tersebut ke otot tangan dan lengan melalui sel saraf eferen sehingga tangan akan menghindari dari benda panas, dan fungsi yang kedua bertanggung jawab meneruskan informasi ke otak (Soewolo, 2005: 61-62).

Gambar 3. Sel saraf berdasarkan fungsinya (Sumber: Sherwood, 2012: 147)

(19)

26 2. Sel Glia

Sistem saraf tersusun oleh sel saraf dan sel glia. Ross dan Wilson (2011: 76) menyatakan bahwa sistem saraf ditunjang oleh neuroglia. Neuroglia ini terdapat pada seluruh otak dan sumsum tulang belakang dan dibedakan menjadi empat jenis sel glia. Sel ini berbeda dengan sel saraf karena dapat terus bereplikasi seumur hidup. Sel ini terdiri dari:

a. Astrosit

Jaringan penunjang utama sistem saraf pusat berbentuk seperti bintang. Astrosit ditemukan dalam jumlah besar dan berdekatan dengan pembuluh darah yang ada di dekatnya sehingga melebarkan dan meningkatkan aliran darah pada neuron.

b. Oligodendrosit

Sel ini lebih kecil daripada astrosit dan banyak ditemukan berkelompok di sekitar badan sel saraf. Oligodendrosit berfungsi sebagai selubung mielin pada akson.

c. Mikroglia

Mikroglia berada di area pembuluh darah, mikroglia membesar dan bersifat fagositosik, menyingkirkan mikroba dan jaringan yang rusak serta penghancuran sel.

d. Sel Ependimal

Sel ependymal melapisi ruang-ruang dalam sistem saraf pusat dan mampu memproduksi cairan serebrospinal.

(20)

27

Gambar 4. Macam-macam neuroglia (Sel-sel glia) (Sumber: Sherwood, 2011: 148)

3. Mekanisme Kerja Sistem Saraf

a. Penghantaran impuls melalui sinaps

Menurut Ross dan Wilson (2011: 73) terdapat lebih dari satu neuron yang terlihat dalam impuls saraf dari asalnya hingga tujuannya. Titik yang mempertemukan satu neuron dengan neuron lain disebut sinaps. Setiap ujung knop sinaps (ujung saraf bebas yang menonjol) terdapat vesikel yang mengandung neurotransmitter yang dilepaskan ke celah sinaps. Neurotransmitter bekerja pada reseptor spesifik di membran postsinaps. Neurotransmitter di otak dan medula spinalis meliputi norepinefrin, epinefrin, dopamin, histamin, serotonin, asam amino butirat gama, asetilkolin. Saraf somatik membawa impuls secara langsung ke sinaps otot rangka. Sistem saraf otonom impuls eferen berjalan di dua arah dan melintasi dua sinaps ke organ efektor di bagian simpatik dan parasimpatik.

Menurut Soewolo (2005: 126) dalam tubuh, serabut-serabut saraf akan sambung menyambung membentuk jaringan kerja. Tempat persambungan antara

(21)

28

dua serabut saraf dikenal dengan sinaps. Ada dua macam sinaps yaitu 1) sinaps listrik dan 2) sinaps kimia. Sinaps listrik persambungan antara membran prasinaps dengan membran pascasinaps melalui persambungan ketat, sehingga konduksi impuls pada sinaps listrik dapat langsung tanpa mengalami penundaan. Sinaps kimia, persambungan antara membran sinaps dengan membran pascasinaps terdapat celah sinaps, dan rambatan impuls memerlukan bantuan neurotransmitter yang dibebaskan dari bonggol saraf prasinaps yang harus berinteraksi dengan protein reseptor yang ada pada membran pascasinaps. Mekanisme seperti menyebabkan konduksi impuls melalui suatu sinaps kimia akan mengalami penundaan.

b. Penghantaran impuls melalui sel saraf

Rangsangan pada neuron menyebabkan perubahan dalam potensial membran sehingga dapat meneruskan dan mengolah informasi. Ion kalium dan ion natrium berperan penting dalam pembentukan potensial istirahat. Potensial istirahat diakibatkan banyak saluran kalium yang terbuka, namun saluran natrium tidak terbuka. Pada saat neuron aktif, perubahan terjadi karena saluran ion membuka atau menutup sebagai respon rangsangan. Pembukaan dan penutupan saluran ion akan mengubah potensial membran. Pada saat potensial istirahat, sebagian besar saluran natrium tertutup dan sebagian kalium terbuka. Rangsangan datang akan mendepolarisasi sehingga saluran natrium terbuka dan berdifusi ke dalam sel, setelah natrium yang masuk cukup banyak hingga hampir melewati ambang batas maka saluran natrium akan menginaktivasi dan menghentikan saluran natrium yang masuk. Saluran kalium terbuka dan menyebabkan aliran kalium keluar.

(22)

29

Permeabilitas membran terhadap kalium lebih tinggi daripada saat istirahat, kemudian saluran kalium menutup dan potensial membran kembali ke potensial istirahat (Campbell, 2010: 223-225).

4. Sistem Saraf Manusia

Menurut Soewolo (2005: 59) Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang mengontrol tubuh kita. Sistem saraf melakukan kontrol terhadap otot-otot, kelenjar-kelenjar, dan organ-organ. Sistem saraf mengontrol denyut jantung, pernafasan, pencernaan, dan urinasi.

Organisasi sistem saraf berdasarkan perbedaan struktur, tempat dan fungsinya sistem saraf diorganisasi menjadi sistem saraf pusat yeng terdiri dari otak dan sumsum tulang, sistem saraf tepi yang terdiri dari serabut-serabut saraf yang menghubungkan sistem saraf pusat dengan bagian tepi tubuh. Sistem saraf tepi dibagi menjadi lebih lanjut menjadi kelompok saraf aferen dan eferen. Serabut saraf aferen membawa informasi ke sistem saraf pusat, sedangkan serabut saraf eferen membawa perintah dari sistem saraf pusat ke organ efektor, yaitu ke sel-sel otot atau kelenjar-kelenjar. Sistem saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik yang terdiri dari saraf motorik yang menginervasi otot-otot rangka dan sistem saraf otonom yang menginervasi otot polos, otot jantung, kelenjar-kelenjar serta organ dalam. Sistem saraf otonom dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik (Soewolo, 2005: 60).

Sistem saraf berhubungan dengan kehidupan karena adanya rangsangan. Sistem saraf terdiri dari serabut-serabut saraf yang saling berhubungan membentuk jaringan komunikasi secara terus menerus. Sinyal-sinyal tersebut disebut impuls

(23)

30

saraf. Impuls yang bergerak menuju sumbu pusat sistem saraf disebut sensoris atau impuls aferen, sedangkan impuls yang bergerak dari sumbu pusat untuk merespon oleh kelenjar-kelenjar atau otot-otot disebut motorik atau impuls eferen (Fried dan Hademenos, 2006: 254).

a. Sistem Saraf Pusat

Kus Irianto (2004: 144) menyatakan bahwa pusat dari seluruh sistem saraf saraf kita dalah otak dan sumsum tulang punggung.

Gambar 5. Bagian sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (Sumber: Campbell, 2010: 238)

1) Otak

Otak terbungkus dalam sebuah tengkorak dari tulang keras dan dilindungi oleh tiga selaput otak (meninges). Meninges paling dalam, kaya akan pembuluh darah adalah piameter. Piameter membawa membawa nutrisi dan oksigen ke otak.

(24)

31

Cairan serebrospinal terletak di antara piameter dan meninges tengah (araknoid). Cairan cerebrospinal menjadi bantalan sekaligus penyedia ion-ion bagi otak dan sumsum tulang belakang. Lapisan paling luar yaitu durameter yang berserat fungsinya menjadi penyangga mekanis (Fried and Hademenos, 2006: 262).

Menurut Soewolo (2005: 67) pembagian otak berdasarkan letak secara anatomi serta kerumitan fungsinya sebagai berikut:

a) Otak depan

Menurut Campbell (2010: 245) serebrum pada mamalia sebagai tempat pemrosesan informasi. Serebrum terbagi menjadi hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Masing-masing hemisfer terdiri dari lapisan substansi abu-abu di sebelah luar pada bagian korteks serebral. Substansi putih di sebelah dalam. Di antara korteks serebral kanan dan korteks serebral kiri terdapat korpus kalosum yang memungkinkan komunikasi. Menurut Campbell (2010: 244) diensefalon juga termasuk otak depan. Diensefalon berkembang menjadi tiga wilayah otak dewasa yaitu talamus, hipotalamus, dan epitalamus. Talamus adalah pusat masukan informasi menuju serebrum dan dari serebrum. Hipotalamus adalah wilayah otak yang terpenting untuk kontrol homeostatis. Hipotalamus mengandung thermostat tubuh, serta pusat-pusat untuk meregulasi rasa lapar dan haus. Soewolo (2005: 67) menyatakan bagian paling besar serebrum adalah korteks serebral yang sangat berlekuk-lekuk dan menutupi suatu bagian dalam otak yang disebut basal nuklei. Hemisfer dibagi menjadi 4 lobus utama yaitu lobus oksipital, temporalis, parietalis, dan frontalis. Bagian belakang terdapat lobus oksipital yang menerima dan menganalisis informasi visual. Bagian otak lebih bawah ada lobus temporal yang berurusan

(25)

32

dengan pendengaran. Bagian depan otak terdapat lobus frontal yang meregulasi kontrol motorik halus, termasuk gerakan yang terlibat dalam berbicara dan berperan sebagai pengorganisasi stimulasi sensoris yang masuk. Lobus parietal terdapat di atas lobus tempotralis dan di belakang lobus frontal dan berfungsi menerima stimulus dari organ-organ sensoris di kulit dan juga menyediakan kesadaran akan posisi tubuh (Fried and Hademenos, 2006: 163).

b) Otak kecil

Menurut Kus Irianto (2004: 245) otak kecil (serebelum) terdiri dari dua belahan yang dihubungkan oleh jembatan varol, yang menyampaikan rangsangan dari bagian lain. Menurut Campbell (2010: 244) otak kecil mengoordinasikan gerakan dan keseimbangan tubuh. Otak kecil memonitor perintah motorik yang dikeluarkan oleh serebrum.

c) Batang otak

Menurut Campbell (2010: 242) batang otak berfungsi dalam homeostasis, koordinasi gerakan, dan konduksi informasi ke dan dari pusat-pusat otak. Batang otak dewasa terdiri dari otak tengah, pons, dan medula oblongata. Transfer informasi antara sistem saraf tepi dan otak tengah serta otak depan sebagai salah satu fungsi paling penting dari medula dan pons. Sinyal dari batang otak mempengaruhi perhatian, kewaspadaan, nafsu makan, dan motivasi.

2) Sumsum Tulang Belakang

Menurut Campbell (2010: 238) sumsum tulang belakang membentang di bagian dalam tulang belakang yang berfungsi menghantarkan informasi ke dan dari

(26)

33

otak. Sumsum tulang belakang juga bertindak secara independen dari otak sebagai bagian dari saraf sederhana yang menghasilkan refleks. Bagian sumsum ialah: a) Sumsum lanjutan yang banyak mengandung ganglion atau simpul saraf yang mengatur gerak refleks fisiologis.

b) Sumsum tulang belakang terlindung di dalam saluran tulang belakang. Saraf spinal yang berpasang-pasang muncul dari sumsum tulang belakang yang merupakan lengkung seperti sayap. Saraf spinal terdiri dari: 8 pasang saraf servikalis, 12 pasang saraf torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 saraf sakralis, 1 pasang saraf koksigeal. Potongan melintang saraf spinal sumsum tulang belakang menunjukkan bagian-bagian secara umum sama, namun tidak seperti otak yaitu substansi kelabu pada sumsum tulang belakang berada berada di bagian dalam yang dikelilingi oleh substansi putih (Soewolo, 2005: 81). Menurut I Gusti Ayu Tri Agustiana (2014: 300) sumsum tulang belakang letaknya di dalam rongga tulang belakang, yaitu mulai dari medula oblongata hingga vertebra lumbalis kedua. Sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh selaput meninges.

b. Sistem Saraf Tepi

Menurut Campbell (2010: 240) sistem saraf tepi vertebrata terdiri dari pasangan kiri-kanan saraf kranial dan spinal serta ganglia yang terkait.

1) Saraf Spinal

Saraf spinal berjumlah 31 pasang saraf spinal yang membentang di antara sumsum tulang belakang dan bagian tubuh di bawah kepala. Sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan tetapi dekat sumsum tulang belakang.

(27)

34 2) Saraf Kranial

Saraf kranial berjumlah 12 pasang saraf kranial yang menghubungkan otak dengan lokasi-lokasi yang sebagian besar terdapat dalam organ-organ di kepala dan tubuh bagian atas. Saraf kranial sebagai berikut:

Tabel 1. Macam-Macam Saraf Kranial dan Fungsinya

Saraf Kranial (I-XII) Fungsi

I Saraf Olfaktori Serabut sensoris yang berhubungan dengan bau.

II Saraf Optik Serabut sensoris yang berhubungan dengan

penglihatan.

III Saraf

Okulomotor

Serabut saraf campuran yaitu menginervasi otot-otot mata.

1V Saraf Troklear Serabut saraf campuran yang menginervasi otot bola mata ke otak.

V Saraf Trigeminal Serabut saraf campuran yang berhubungan dengan kulit

muka dan kepala, mukosa mulut dan hidung serta permukaan mata.

VI Saraf Abdusen Serabut saraf campuran yang menginervasi otot rektus

lateral bola mata.

VII Saraf Fasial Serabut saraf campuran yang menginervasi otot-otot

muka, menginervasi kelenjar air mata dan kelenjar ludah.

VIII Saraf

Vestibulokoklear

Serabut sensoris yang berhubungan dengan

keseimbangan dan pendengaran.

IX Saraf

Glososfaringeal

Serabut saraf campuran yang menginervasi otot-otot faring, kelenjar ludah, faring, tonsil, dan lidah.

X Saraf Vagus Serabut saraf campuran yang menginervasi faring,

laring, jantung dan otot-otot polos organ pencernaan.

XI Saraf Asesori Serabut saraf campuran yang menginervasi otot otot

langit-langit lunak mulut, otot faring dan otot laring. XII Saraf Hipoglosal Serabut saraf campuran yang menginervasi otot-otot

lidah.

(Sumber: Soewolo, 2005: 80) Sistem saraf tepi terdiri atas dua komponen fungsional yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom:

1) Sistem Saraf Somatik

Sistem saraf somatik terdiri dari neuron-neuron yang membawa sinyal ke otot rangka, terutama sebagai respon terhadap rangsangan eksternal. Sistem motorik

(28)

35

seringkali dianggap bersifat sadar karena sebagai subyek kontrol sadar, banyak aktivitas otot rangka yang sebenarnya dikontrol oleh batang otak atau oleh refleks-refleks yang dimediasi sumsum tulang belakang (Campbell, 2010: 240).

2) Sistem Saraf Otonom

Menurut Ross dan Wilson (2011: 90-91) bagian otonom/ involunter sistem persarafan mengendalikan mengendalikan fungsi otomatis tubuh yang diinisiasi di otak di bawah serebrum. Menurut Campbell (2010: 340) sistem saraf otonom mengontrol otot polos, jantung serta organ-organ sistem pencernaan, kardiovaskular, ekskresi dan endokrin. Kontrol ini bersifat tidak sadar.

Sistem saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu simpatik (keluar dari torakolumbal) dan parasimpatik (keluar dari kraniosakral).

a) Saraf Simpatik

Menurut I Gusti Ayu Tri Agustiana (2014: 303) sistem saraf simpatik meliputi saraf-saraf keluar pada daerah vertebra torak dan vertebra lumbar, oleh karena itu sistem saraf ini disebut sistem saraf torakolumbar. Neurotransmiternya berupa norepinefrin. Menurut Campbell (2010: 240) aktivasi simpatik berkesesuaian dengan kondisi bangun atau pembangkitan energi, misalnya jantung berdetak cepat, pencernaan dihambat dan sekresi epinefrin.

b) Saraf Parasimpatik

Sistem saraf parasimpatik disebut juga sitem saraf kraniosakral. Sistem saraf parasimpatik memiliki serabut-serabut praganglion. Transmiternya berupa asetilkolin (I Gusti Ayu Tri Agustiana, 2014: 303). Menurut Ross dan Wilson

(29)

36

(2011: 90-91) Stimulasi parasimpatik yaitu memperlambat proses tubuh kecuali pencernaan, dan absorbsi makanan.

Gambar 6. Sistem saraf simpatik dan saraf parasimpatik (Sumber: Campbell, 2004: 220)

5. Gerak Sadar dan Gerak Refleks

Jalur gerak sadar:

Reseptor saraf sensorik otak saraf motorik

efektor.

Rangsangan yang melalui saraf sensorik sering tidak sampai diolah di otak, tetapi melalui jalan terpendek sampai ke efektor. Peristiwa ini disebut refleks. Refleks merupakan suatu mekanisme respons dalam usaha melindungi tubuh atau mengelak dari rangsangan yang membahayakan. Respons yang terjadi pada refleks

(30)

37

berlangsung cepat dan tidak disadari oleh yang bersangkutan. Refleks semacam ini merupakan refleks bawaan yang pusatnya di sumsum tulang belakang. Berdasarkan reaksi yang terjadi dari suatu refleks, ada dua macam refleks yaitu:

a. Refleks tunggal: bila refleks ini hanya menyertakan efektor tunggal, misalnya menginjak duri, dan langsung ditarik.

b. Refleks kompleks: bila refleks ini mengikutsertakan banyak efektor, misalnya menginjak duri maka seketika akan mengangkat kaki sambil berteriak kesakitan.

Jalur gerak refleks:

Reseptor saraf sensorik sumsum tulang belakang

saraf motorik efektor (I Gusti Ayu Tri Agustiana. 2014: 304-305).

Gambar 7. Mekanisme gerak refleks (Sumber: Campbell, 2004: 218) 6. Kelainan Sistem Saraf

a. Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah deteriorasi mental atau demensia yang dicirikan dengan rasa bingung, kehilangan memori, dan berbagai macam gejala-gejala yang

(31)

38

lain. Ada pula perubahan kepribadian yang hampir selalu menjadi buruk, dan sering kali kehilangan kemampuan untuk mengenali orang-orang di sekitar termasuk keluarga terdekatnya. Penyakit Alzheimer menyebabkan kematian neuron-neuron pada berbagai area otak, termasuk hipokampus dan korteks serebral, akibatnya seringkali ada penyusutan masif dari jaringan otak.

b. Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson dicirikan oleh kesulitan dalam menginisiasi gerakan-gerakan, pergerakan yang lambat dan kekakuan tubuh. Para pasien seringkali mengalami tremor otot, keseimbangan yang buruk, postur yang membungkuk, dan jalan yang tertatih-tatih. Otot-otot wajah menjadi kaku sehingga menyebabkan sulit mengubah-ubah ekspresinya. Gejala-gejala penyakit Parkinson diakibatkan oleh kematian neuron-neuron pada sinapsis-sinapsis di nukleus basal.

c. Depresi

Depresi adalah suatu kelainan yang dicirikan oleh suasana hati yang tertekan, serta abnormalitas dalam tidur, nafsu makan, dan tingkat energi. Ada dua bentuk yang luas dari penyakit depresi yang dikenal gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar. Gangguan depresi mayor dicirikan oleh fase mania (suasana hati yang meledak-ledak) dan depresi (suasana hati yang suram) (Campbell, 2010: 254-256).

d. Amnesia

Amnesia merupakan penyakit ganguan otak di mana penderita kehilangan memori dan diikuti ketidakmampuan membentuk memori baru. Keadaan ini dapat bersifat sementara dan permanen. Penyebabnya bervariasi mulai dari kerusakan otak karen kecelakaan, stroke, ensefalitis, defisiensi vitamin B12, kanker otak atau

(32)

39

suplai darah yang kurang ke daerah memori, sampai pada alasan psikologikal (Soewolo, 2005: 94).

e. Stroke

Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu. Neil F. Gordon menyatakan bahwa stroke adalah gangguan potensial yang fatal pada suplai darah bagian otak. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah, semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai untuk di salurkan ke otak (Muhamad Irfan, 2010: 1).

f. Epilepsi

Epilepsi merupakan gangguan fungsi otak dengan gejala tunggal yang khas, yakni kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan. Epilepsi ditetapkan sebagai kejang epileptik berulang. Terdapat dua kategori dari kejang epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang umum. Kejang fokal terjadi karena adanya satu bagian dari cerebral kortex dan biasanya mengenai kedua hemisfer cerebri (Markand, 2009: 511).

g. Tumor Otak

Penyakit kanker terdapat sekumpulan sel normal atau abnormal yang tumbuh tak terkontrol membentuk massa atau tumor. Saat tumor otak terjadi, pertumbuhan sel yang tidak diperlukan secara berlebihan menimbulkan penekanan dan kerusakan

(33)

40

pada sel-sel lain di otak dan mengganggu fungsi otak bagian tersebut. Tumor tersebut akan menekan jaringan otak sekitar dan menimbulkan tekanan pada tulang tengkorak, dan jaringan otak yang sehat, serta area sekitar saraf sehingga tumor akan merusak jaringan otak (Cook dan Freedman, 2012: 6).

h. Poliomielitis

Poliomielitis adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus pada sel anterior kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak. Hal ini mengakibatkan kelumpuhan dan atrofi otot yang disebabkan karena kerusakan bagian susunan saraf pusat. Virus ini hanya menyerang sel-sel dan daerah tertentu susunan saraf, tidak semua neuron terkena kerusakan yang sama (Abdoerrachman, 1985: 632).

(34)

41

KERANGKA BERFIKIR

Gambar 8. Kerangka berfikir penelitian

Siswa mempelajari materi sistem saraf

Hasil nilai tes banyak yang kurang dari KKM

Ragam kesulitan belajar 4 sub materi

sistem saraf

Identifikasi kesulitan belajar materi sistem saraf Faktor Internal Faktor kesulitan belajar materi sistem saraf Faktor Eksternal Terdiri dari: 1. Minat Belajar 2. Motivasi Belajar 3. Kebiasaaan Belajar 4. Intelegensi 5. Kesiapan 6. Kesehatan Jasmani Terdiri dari:

1. Faktor Guru: kemampuan dan

peranan

2. Faktor Sekolah: media belajar, sumber belajar, suasana belajar, dan sarana prasarana 3. Orang Tua: Perhatian,

peranan, dan suasana belajar Terdiri dari:

1. Menyebutkan struktur

dan Fungsi Sel Saraf

2. Menjelaskan

Mekanisme Sistem Saraf

3. Mengaitkan Strukrtur

dan Fungsi Sistem Saraf

4. Menyebutkan

Gambar

Gambar 1. Struktur sel saraf
Gambar 2. Sel saraf berdasarkan strukturnya  (Sumber: Marieb & Hoehn, 2010: 393)  2)  Berdasarkan fungsinya
Gambar 3. Sel saraf berdasarkan fungsinya  (Sumber: Sherwood, 2012: 147)
Gambar 4. Macam-macam neuroglia (Sel-sel glia)  (Sumber: Sherwood, 2011: 148)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan serapan N, P, dan K tanaman cabai terhadap residunya di dalam tanah yang diberi pupuk cair organik dengan pupuk anorganik

Selain sebagai sumber makanan trofik level di atasnya, Ordo Lepidoptera ini juga dapat menjadi hama pada saat dewasa, sehingga produktivitas sekunder Ordo

Turbin yang bergerak karena uap dipergunakan baling baling kapal dan sisa amoniak yang dari turbin menggunakan air dingin dari kedalaman laut yang suhunya C,

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada fase akhir pertumbuhan tanaman stroberi tidak terjadi interaksi antara BFA dan pupuk hayati terhadap bobot tanaman kering, artinya tidak

Hasil dari penelitian ini adalah (1) Aktifitas fisik kebanyakan duduk merupakan faktor risiko kejadian hemoroid dengan besar resiko 0,37%, (2) Kurang aktifitas

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Dinas PU Pengairan-Kota Palembang untuk memperbaiki dan memelihara fasilitas drainase dan meningkatkan air kota dengan

Dengan demikian, cerita II Samuel 5:1-5 yang mengatakan bahwa ada semacam perjanjian atau kesepakatan antara Daud dan suku-suku di Israel- yang ditulis oleh