LAPORAN
PENELITIAN
DOSEN MUDA
PERANAN PEMUKA MASYARAKAT UNTUK MENDORONG
PARTISIPASI ANGGOTA
P3A
DALAM PENGELOLAAN
AIR
IRIGASI
(
Studi
Kasus
di
Daerah
Irigasi
Air Malunto, Bengkulu Utara
)Oleh
:Ir.
Yusril
Dani,
MP.
Ir.
Meizul
Zuki,
MS.
DIBIAYAI
OLEH
DIREKTOMT
JENDERALPENDIDIIGN
TINGGi
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN
NASIONALDENGAN
SUMT
PERIANJIAN PEI.AKSANMN
PEKERIMN
PENELITIAN NOMOR:022
/
SPPPI
PP/DP3M
I
Iv
I
20OsTANGGAL
11
APRIL
2OO5FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2005
LAPORAN
PENELITIAN
DOSEN MUDA
PERANAN PEMUKA MASYARAKAT UNTUK MENDORONG
PARTISIPASI ANGGOTA
P3A
DALAM PENGELOLAAN
AIR
IRIGASI
(
Studi
Kasus
di
Daerah
Irigasi
Air Malunto, Bengkulu Utara
)Oleh
:Ir.
Yusril
Dani,
MP.
Ir.
Meizul
Zuki,
MS.
DIBIAYAI
OLEH
DIREKTOMT
JENDERALPENDIDIIGN
TINGGi
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN
NASIONALDENGAN
SUMT
PERIANJIAN PEI.AKSANMN
PEKERIMN
PENELITIAN NOMOR:022
/
SPPPI
PP/DP3M
I
Iv
I
20OsTANGGAL
11
APRIL
2OO5FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2005
LEMBAR IDENTITAS
DAN PENGESAHAN LAPORANAI(HIR
HASIL PENELITIAN
DOSBNMUDA
l.
a. Judul Penelitianb. Kategori Peneli
:
Peranan Pemuka Masyarkat Untuk Mendorong PartisipasiAnggota P3A Dalam Pengelolaan Aire lrigasi. (Studi Kasus di D.l.
Air
Manjunto Muko-rnuko)2. Ketua Peneliti
a. Narna l-cngkap dan Cclar
b. Jenis kelamin c. PangkaVGolongan/NlP d. .labatan f-ungsional e. Fakultas/Jurusan
f.
Universitas Penunjang Pembangunan lr. Yusril Dany,M['
L Penata/lllc/l 3 I 6600 I 6 LektorPertan ian/Bud idaya Pertan ian
Bengkulu ilmu yang diteliti
3. Jumlah tim
Peneliti
: 2 (dua) orangPedesaan
4. Lokasi Penelitian : Daerah lrigasi
Air
Manjunto, Kab. Muko-muko5. Bila penelitian ini
a. Narna lnstansi b. Alamat
merupakan peningkatan kerjasama kelembagan sebutkan:
: Tidak ada
: Tidak ada
6. Jangka waktu
7. Biaya yang diperlukan : Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah)
Bengkulu,
l6
November 2005a, MSc.)
a.in Ketua,
(lr.
MeizulNlP.
l3t
PERANAN
PEMUKA MASYARAKAT UNTUK
MENDORONG
PARTISIPASI ANGGOTA
P3ADALAM
PENGEGELOLAAI\ AIR IRIGASI
Studi Kasus di Daerah Irigasi
Air
Manjunto Muko-muko(Yusril Dany dan
MeizulZuki,
tahun 2005, 32 halaman)RINGKASAN
Sepanjang perjalanan Indonesia merdeka, pangan selalu menjadi masalah yang
tak
kunjung selesai.Di
lndonesia pangan identik dengan beras. Sebetulnya pemerintahtanggap dengan
hal
ini.
Program intensifikasidan
ekstensifikasidijalankan
secara bersama-sama. Jaringan irigasi, dengan biaya yang sangat besar, dibangun dan diperbaikiuntuk menunjang program tersebut.
Sadar akan keterbatasan dana dan sumberdaya manusia, pemerintah meminta kesediaan petani pemakai air untuk menanggung biaya pembangunan dan pengelolaan
air
irigasi.
Perkumpulan Petani PemakaiAir
(P3A) merupakan suatu lembagadi
pedesaanyang
berkaitan dengan pengelolanair
irigasi.
Sayangnyakinerja
lembagaini
masih rendah, sementara produktivitas padi sawah mesti terus ditingkatkan. Nampaknya perlu dorongan untuk optimalisasi kinerja P3A. Pemuka masyarakat merupakan potensi lokalyang memiliki ikatan
emosional dengan masyarakatnya.Tokoh
ini
juga
memiliki
legitimasi secara sosial
dari
masyarakat sebagai pemimpin non-formal sehingga secaraotomatis dapat
mempengaruhitingkah
laku dan
menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.Penelitian
ini
bertujuanuntuk melihat
sejauhmana peran pemuka masyarakatuntuk mendorong partisipasi anggota
P3A
dalam pengelolaanair
irigasi.
penelitianini
dilaksanakan
di
Daerah
Irigasi
Air
Manjunto
di
KecamatanMuko-muko
Utara, Kabupaten Muko-muko. Dua desa (TanjungAlai
danTirta
Makmur)
dijadikan tempatpenelitian.
Di
kedua desaitu
terdapat empat kelompokP3A,
yaitu
Renah pematangGedang dan Kesma
Tirta
Mulya
di
desa TanjungAlai
sedangkan JayaMakmur
dan Memayu Among Tani di Desa Tirta Makmur.Metode yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah meiodedeskriptif
dengan penjelasankualitatif.
Pengumpulandata dan
pengamatan berperan serta wawancaradilakukan
dengan pemuka masyarakat dan pengurusP3A
serta berbagaipihak
yangterkait dalam pembinaan P3A
di
daerah penelitian. Pengujian keabsahan data digunakanteknik triangulasi terutama triangulasi sumber dan metode. Data kualitatif dan
kuantitatif
d ianal is is dengan menggunakan penj elasan kual itati f.
Temuan penelitian menunjukkan peranan pemuka masyarakat dapat mendorong
partisipasi anggota P3A dalam pengelolaan
air
irgasi. Namun demikian, efektivitas dariperanan
pemuka
masyarakatjuga
tergantungpada
komponen-komponenlain
yang menyusun system irigasi, terutama komponen teknis irigasi serta aspek lain diluar systemirigasi,
seperti
masalahagribisnis.
Dalam
penelitian
ini
tidak
ditemukan
adanya kelompok pemuka masyarakat yang dominan dalam mendorong partisipasi anggota P3Adalam pengelolaan
air
irigasi.
Jugatidak
ditemukan adanyahubungan
antara luasanpemilikan lahan padi sawah dengan keberperanan pemuka masyarakat dalam mendorong partisipasi anggota P3A dalam pengelolaan air irigasi.
JURUSAN
BUDIDAYA
PERTANIANFAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITASBENGKULU
DIBIAYAI
PROYEK PENGKAJIANDAN PENELITIAN ILMU
PENGETAHUAN TERAPAN DENGANSIjRAT
PEzuANJIAN PELAKSANAN PENELITIANNOMOR: 022ISPPP/PP/DP3IWIV/2005
DIREKTORAT
PEMBINAAN
PENELITIANDAN
PENGABDIANPADA MASYARAKAT
DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDIKAN
TINGGI DEPARTEMENPENDIDIKAN NASIONAL
PRAKATA
Dengan
menyampaikansyukur
kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa,
laporan penelitianinitelah
dapat diselesaikan denganbaik.
Laporan
dari
penelitian
yangberjudul
"
Peranan pemuka masyarakat untuk mendorong partisipasi anggota P3A dalampengelolan
air
irigasi"
ini,
merupakan suatu penelitiandalam bidang
PengembanganWilayah Pedesaan.
Di
Desapenting untuk
diperhatikanfaktor-faktor
penentu upaya keberhasilan pembangunandi
pedeseaanitu
sendiri. Pemuka masyarakat merupakantokoh
informalyang dalam berbagai peristiwa sering menunjukkan kompetensinya.
Penelitian
ini
mengambil lokasi di Daerah Irigasi(D.t)
Air
Manjunto, KecamatanMuko-muko Utara,
Kabupaten
Muko-Muko.
Kabupaten
Muko-muko
merupakankabupaten pemekaran
yang
sebelumnya merupakan bagiandari
kabupaten BengkuluUtara.
Lokasi
penelitandilewati
olehjalur
baratLintas
Sumatera (transportasi darat). Dengan demikian, tidak heran, daerah penelitan tidak hanya dihuni oleh penduduk lokal, akan tetapijuga pendatang dan warga transmigrasi.Untuk
dapat terlaksananya penelitian beserta penyusunan laporanini,
banyak sekali bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada:a.
Direklorat
Pebinaan Penelitiandan
Pengabdianpada Masyaraka!
DirektoratJenderal Pendidkan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional selaku penyandang
dana penelitian.
b.
Bapak Busra SPd. (MantanKUA
Lubuk
Pinang) beserta keluarga yang telah melapangkanjalan
penulis untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian.c.
PengurusP3A
Jaya Makmur, Memayu AmongTani,
KesmaTirta
Mulya,
dan Renah Pematang Gedang beserta Pemuka Masyarakatnya.d.
Instansi terkait yang ada di kecamatan Muko-muko UtaraAkhirnya,
penulis
berharap semogahasil
penelitian
yang
dituangkan dalam laporanini
dapat bermanfaat.vll
DATTAR
ISI
LERMBAR IDENTITAS DAN
PENGESAHANRINCKASAN DAN SUMMARY
Halaman
PRAKATA
ii
iii
iv
v
vi
I 4t4
l5
t9
303l
Daftar Isi Daftar TabelBAB
I.
PENDAHULUAN
BAB
II.
TINJAUAN PUSTAKA
BAB
III.
TUJUANDAN
MANFAAT
PENELITIAN
BAB
IV.
METODEPENELITIAN
BAB
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB
VI.
KESIMPULAN DAN
SARAN DAFTAR PUSTAKALAMPTRAN
DAITTAIT
TABEL
Nomor
Tela
Halaman
l.
Keadaan P3A yang aktik dan kurangaktif...
152.
Kondisi P3A daerah penelitian dari segiorganisasi
2l
3.
Struktur organisasi P3A Memayu A.Tani
224.
Struktur organisasi P3A Kesma T.Mulya
225.
Struktur organisasi P3A Jayamakmur
226.
Pembentukan kepengurusan dan keterlibatan pemukamasyarakat
237.
Pemuka Masyarakat P3A Jayamakmur
248.
Pemuka Masyarakat Renah P.Gedang
259.
Pemuka Masyarakat MemayuA.
Tani
2510. Pemuka Masyarakat Kesma T.
Mulya
25I
l.
Pemuka Masyarakat P3A Jaya Makmur dan latar belakang pekerjannya...
2712. Luas sawah Pemuka Masyarakat P3A Jaya
Makmur
29-t
SUMMARY
As
long
as
the
distanceof
Indonesian independence,food
always
becomesproblem
that
not
never finish.
In
Indonesia,food
equivalent
to
rice.
Actually,goverrnence response
with this
problem. Intensificationand
extensification programs were conducted together. Irrigatin network, with high cost, were constructed and repairedfor supporting that programs.
Because
of limiting
fund and humand resource, goverrnence hoped farmer (water user) pay the costof
construting and irrigation water management. Water user assosiatin(P3A)
is
the
institution
that take
place
in
village that
telatedto
irrigation
rvarermanagement. Unfortunately, perforrnance
of
this
institution
is
still
low.
,
otherwiseproductivity of rice must keep on increasing. Stimulation has to give to P3A assosiaton in ordet to
find
better performance. Informal leader is local capability thah have emotionalrelation
with
their public. These leader also have social legitimation frompublic
as asinformal
leader.. So, automatically bcan influencepublic
behaviorfor
participating in development.The goal of this research is to see so far the act
of
informal leader for stimulatingpartisipantion
of
P3A
person.
In
irrigatin water
management.This
research wereconducted
in
air
Manjunto irrigation
areain
Muko-muko
residence.Two
villages(Tanjung
Alai
andTirta Mulya)
becomes the placeof
researce.[n
these villages therewere
four
P3A, i.e Remah Pematang Gedang and KesmaTirta Mulya
in
TanjungAlai
village
and Jaya Makmur and Memayu Among Tani in Tirta Makmur village.Method
that
used
in
this
researchis
descriptive method
with
Qualitative explanation.Collecting
data" partisipative observationand
interview were conductedwith
informal
leader, personof
P3A
institutrion
andother
institutionthat
related tobuilding of P3A in research area. Test of data validation by using triangulation technique,
specially triangulation resource
and
method. Qualitativeand
quantitativedata
was analysed by using qualitative explanation.Resoult
of
this
research showed thatthe
actof
informal
leader can stimulated partisipation of P3Aanalysed by using oualitative explanation.Resoult
of
this
research showed that the actof
informal
leader can stimulated partisipation of P3A person in inigation water management.. But, the efectivity of the actBAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakangSepanjang perjalanan Indonesia merdeka, pangan selalu menjadi perbincangan yang tidak pernah selesai. Peningkatan
jumlah
penduduk berlomba dengan peningkatanproduksi pangan. Rendahnya difersifikasi, pangan menjadi
identik
dengan beras. Naik turunnya harga beras berdanrpak luas, seperti masalah sosial, ekorromi, keselraian danpolitik.
Sebetulnya pemerintah tanggap dengan masalah
ini.
Pada masaOrde
Baru, peningkatan produksi beras menjadi prioritas. Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi dijalankan bersama-sama. Untuk masyarakat dunia ketiga seperti Indonesia yang sangatmembutuhkan makanan, revolusi hijau ketika itu muncul sebagai penyelamat dan mampu
menaikkan
produksi beras
secarasignifikan.
Padatahun
1984
Indonesia mampu berswasembada beras dan mendapat penghargaan dari FAO.Padi sawah adalah penghasil beras utama. Dibandingkan dengan tanaman lain,
padi sawah pengguna air terbesar. Kala itu, untuk menjamin tersedianya
air
irigasi yangcukup
dan .terkontrol pemerintah membangun dan memperbaiki sistemirigasi
secara besar-besaran dengan biaya yang sangat mahal.Sadar
akan
keterbatasandana
dan
sumber
daya
manusia
yang dimiliki,
pemerintah melakukan antisipasi dengan
mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengelolaan sistem irigasi. Salah satu dari peraturan tersebut yang memperlihatkan keterbatasan pemerintah adalah PPNo. 23
tahun
1982Pasal
28
ayat2
yang menyatakan bahwa "Eksploitasi dan Pemeliharaan jaringan irigasibeserta bangunan pelengkapnya dari irigasi desa, irigasi subak serta irigasi dalam petak tersier menjadi tugas dan tanggungiawab masyarakat tani pemakai air".
Peraturan Pemerintah tersebut mengilhami terbentuknya suatu kelembagaan di pedesaan yang berkaitan dengan pengelolaan
air-
Kelembagaanini
diberi
nama P3A (Perkumpulan Petani PemakaiAir).
Helmi (1992) mengatakan bahwa ketika kemampuanpemerintah sudah terbatas
untuk
menanggungbiaya
pembangunandan
pengelolaanirigasi, ketika
upayauntuk
berswasembada beras harusterus
digalakkandan
ketika."-'
infbntal
leaderalso
dqend
on
oth€r
eornponentsin
structureof
inigetion
system,espeeially
inigatbn
technique
and
other
aspect besidas
inigation
system,
like
'oagribisnis".
In
this reearch
is
not
found
dorninationof
infonnal
loadergroup
in stimulatingpartisiption
of
P3A pcr€onin inigation
wster mEnag€cnent, So, There is not found the rolation between quantityof
rice land possessionwith
actof
informal leader in stimuleting partisip*tionof
P3A Person.t
a
produktivitas petanipadi sawah terus diupayakan untuk ditingkatkan, maka keberlanjutan
(sustainability) sistem irigasi menjadi fokus perhatian. Lebih lanjut ditambahkan bahwa kelembagaan adalah kunci bagi terjadinya keberlanjutan (Svensend,
1987).
lSayangny4 kelembagaan P3A yangada kinerjanya masih rendah. Kesadaran dan
keinginan Petani untuk menanggulangi secara bersama kebutuhan akan air belum begitu
tinggi
sedangkan ketergantungan akanair
sangat besar sekali terutama untuk tanamanpadi sawah
(Yusril
dany, 2000). Terjadinya penyimpangan cuaca akhir-akhirini
berupabanjir
dan kekeringan cenderung akanikut
menekan kinerja kelembagaan P3A. Ruang semakin terbuka untuk munculnyakonflik
sosial diantara sesama pamakaiair
irigasi. Runtutannya berdampak negatif terhadap perekonomian masyarakat pedesaandi
tingkatlokal dan pasokan beras dari dalam negeri secara nasional.
Nampaknya diperlukan dorongan
untuk
optimalisasikinerja P3A.
Selama ini dominasi intervensi pemerintah terhadap kelembagan masyarakat sangatkuat.
Yusrildany (2000)
menemukan bahwaP3A
bentukan pemerintah cenderung menimbulkan ketergantungan dan pelaksanaan tugas menjadi berdasarkan instruksi pemerintah semata.Pola
toydown
sudah ketinggalan zaman dengan segalaakibat negatif
yang ditinggalkannya. Pola bottom-up
dengan pengerahan kompetensilokal
menjadi pilihandalam
mendorongpartisipasi
anggotaP3A
dalam
pengelolaanair
irigasi.
Pemuka masyarakat merupakanpotensi
lokal
yang dalam berbagai peristiwa memperlihatkankemampuannya
dalam
menangani berbagai
konflik.
Pemuka
masyarakat adalahkelompok masyarakat tertentu yang
memiliki
ikatan emosional dengan masyarakat didaerahnya.
Meizul Zuki
(1993) memanfaatkan "keelebihan" pemuka masyarakat untuk suksesnya kegi atan pen gabd ian pada masyarakat.r
T.
Sondakhdkk.
(1991) mengatakan bahwa tokoh masyarakat adalah kelompok masyarakat yang timbul dari, oleh dan untuk masyarakat. Tokohini
memiliki
legitimasi secara sosialdari
masyarakat sebagai pemimpin non-formal sehingga secara otomatisdapat mempengaruhi
tingkah laku
dan menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasidalam kegiatan pembangunan. Disamping
itu,
tokoh
masyarakat dapat bertindak juga sebagai pengembandemokrasi
pembangunandi
pedesaandan
sebagai artikulatorI.2.
Perumusan MasalahBerangkat dari permasalahan seperti yang telah diuraikan
di
atas, dimana disatusisi
kelembagaanP3A
merupakankunci
dari
keberlanjutan systemirigasi
sedangkandisisi
lain ditemukan fakta bahwa kinerja P3A masih rendah dan bersandarkannya p3Apada pemerintah justeru menimbulkan ketergantungan, maka pemuka masyarakat dapat dijadikan pilihan untuk mendorong partisipasi anggota P3A dalam pengelolaan air irigasi. Jatuhnya
pilihan
pada pemuka masyarakat untuk mendorong partisipasi anggotaP3A
menimbulkan pertanyaan-pertanyaanyang
memerlukan pemecahan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah :l.
Apakah peranan pemuka masyarakat dapat mendorong partisipasi anggota P3A dalam pengelolaan air irigasi ?2.
Kelompok
pemuka
masyarakatmana yang
paling pas untuk
mendorong partisipasi anggota P3A tersebut ?3.
Apakah
peranan pemuka masyarakat dalam mendorong partisipasi anggota P3Adalam pengelolaan
air
irigasi ada hubungannya dengan luasanpemilikan
lahan padi sawah mereka ?I
II.
TINJAUAI\I PUSTAKA
Peran atau peranan merupakan suatu istilah. Peran dapat diartikan sebagai
sepe-rangkat pola perilaku yang diharapkan yang dikaitkan pada seseorang yang menduduki
suatu
posisi
tertentu dalam
suatu satuansosial
(StephenP.
Robbins,
1996). Padakesempatan
lain
Grosss, Masondan
McEachern(1958) dalam
David Berry
(1981)mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan
yang
dikenakan padaindividu
yang
menempati kedudukan
sosial tertentu.
Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norrna sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norrnadi
dalam masyarakat, maksudnya: kitadiwajibkan
untuk
melakukan
hal-hal yang
diharapkanoleh
masyarakatdi
dalam pekerjaan kita.David Berry ( 198 I ) menjelaskan bahwa pertama-tama penting untuk menanyakan
bagaimana
"masyarakat"
menentukan harapan-harapannyaterhadap
pemegangpemegang
peran. Dengan mengikuti Dahendorf
(1963)
dapatlahdikatakan
bahwa harapan-harapandi
dalam peranan (role expectation) adalah berasaldari
norma-norma sosial dengan melalui "normative reference group"nya. Kelompok referensi dari individuadalah
kelompok-kelompok
yang
dianggap
sebagai "generalized
others';,
yangmengarahkan pandangan
individu dalam
merumuskansituasi dimana
ia
berada.Normative reference groups adalah kelompok referensi
dari
manaindividu
mengambil norrna-norrna yang mengatur tingkah lakunya dandari
kelompok referensiini
pula
siindividu
menemukan "harapan" tentang apa yang seharusnyaia
lakukan sebubungan dengan peranan-peranannya, hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam peranan yang ia pegang.l.l
PemukaMasyarakat
DesaJanssen (1983) mengatakan golongan-golongan terpenting yang dijumpai dalam desa adalah golongan-golongaan fungsional, golongan-golongan
menurut
umur
dankelamin serta
golongan-golonganmenurut keturunan.
Kadang-kadang terdapatlah golongan-golonganyang sedikit
banyaknya mempunyai kedudukanistimew4
karena disegani sebagai keturunan para cikal bakal dan para gogol yang asli. Golongan-golongantradisional demikian harus diajak pula untuk bersama-sama menghadapi tantangan zaman
modern. Diantara golongan-golongan fungsional terdapatlah :
a.
PemerintahanPemerintah
di
desa dijalankan
oleh
Pamongdesa,
ialah
kepala
Desa
danperan gkat-peran gkatnya.
b.
Organisasi-organisasi keamananDekat
dengan golongan pemerintahan adalah organisasi-organisasi keamanan, seperti Hansip dan lain-lain.c.
Para penghantar agamaPara penghantar agama
ini
dibutuhkan oleh masyarakat, seperti alim-ulama, kyai, pendet4 guru agama dan lain-lain yang sejenis.d.
Pegawai-pegawai lainPegawai-pegawai pada umumnya berasal dari jawatan-jawatan yang ada di desa.
e.
Para guruMereka adalah orang yang berjasa di bidang pendidikan
f.
Para pengusahaMereka adalah kelompok masyarakat desa yang pada umumnya bergerak dalam bidang perdagangan, industri dan pengangkutan
g.
Penghuni dari luarMereka adalah
kelompok
masyarakatluar
yang
memiliki
sebuahrumah
atau tempat peristirahatan di desah.
Para PetaniKelompok masyarakat
ini
merupakan kelompok masyarakat yang terhesar keduadi desa. Para Petani
ini
dapat pula dikategorikan atas status kepemilikan lahan.i.
Kaum buruhKelompok masyarakat
ini
merupakan kelompok masyarakat yang terbesar di desaj.
Para sesepuhKelompok
ini
merupakan kelompok masyarakat yang sudahtidak
bekerja lagi. Diantara mereka terdapat orang-orang yang disegani karena pengetahuan mereka tentang adat-istiadat dan riway6t desa, karena sikap dan kelakuan mereka yangt.
arif
bijaksana, karena pengetahuan mereka tentangilmu
ghaib dan karena alasan-alasan lain lagi.Kaum wanita
Di
dalam
golongan-golonganyang
tersebutdi
atas sudah dengan sendirinya terdapat bukansedikit
kaumwanit4
misalnya diantara pedagangdi
pasar danpemilik took maupun warung-warung.
Golongan pemuda/pemudi
orang muda mempunyai cita-cita tinggi dan gaya hidup yang masih kuat
Golongan-golongan keturunan
Kadang-kadang terdapat
di
dalam desa orang-orang yang berasaldari
berbagai suku atau keturunan yang harus diintegrasikan dalam pembangunan masyarakat.J
Sumuntarsih,
dkk
(lgg2)
mengatakan
kepemimpinan
informal
adalah kepemimpinan yangtimbul
dari adanya unsur kekayaan, pendidikan keagamaan ataupun keturunan. Jenis kepemimpinanini
muncul karena adanya kepentingan baru baik dalambidang agama, pendidikan,
politik
dan sebagainya. Biasanya peranannya pada wilayahyang tak terbatas, mungkin
juga
sampai pada luar daerah lingkungannya. Dari beberapakegiatan
yang
dilakukan
pemimpin informal
ini
maka orientasi
kegiatan biasanya mengenai masalah keagamaandan
pendidikan.Demikian puta
yang
adadi
daerahpenelitian
ini
(Ygyakarta). Pada kenyatannyapemimpin informal
yang muncul disinimerupakan
pioner
pembaharu,
walaupun dapat dikatakan hanya pada
tingkat pedukuhan/kelurahan, tetapi cukup membawa kemajuan. Kiranya potensi seperti inilahyang
perlu
diperhatikan
untuk
mengintegrasikannyake
dalam
prograru-programpemerintah.
Karena
lahir
dari masyarakat sendiri, maka pemimpintipe
ini
tidak
mempunyaihak dan
kewajiban yangpasti
menuruthokum formal.
Pemimpininformal
ini
tidakmempunyai jabatan
resmi,
dilain
pihak dia
juga tidak
mempunyaiatribut dan
tidakpernah diangkat. Hanya pada saat-saat tertentu dalam lingkungan masyarakatnya dia
muncul sebagai penasehat. Atas dasar pengaruh, kewibawaan ataupun factor-faktor lain
ia berfungsi di lingkungan masyarakatnya. Pemimpin-pemimpin informal biasanya
terdiri
dari orang-orang terkemuka dan berpengaruhdi
masyarakat. Merekaini
dapat berasal dari golongan tua-tua yang berpengaruh dalam masyarkat, pemimpin organisasi, seorangm.
I
q ! I I I I t E I ! I ! I € i ; i 1 J t i i ipengusaha atau mungkin ulama. Pada suatu masyarakat yang sebagian besar pemeluk agama Islam yang taat, kepemimpinan yang muncul adalah seorang ulama atau kyai. Jadi dapatlah dikatakan bahwa munculnya kepemimpinan
informal
dalam suatu masyarkat adalah disebabkan karena beberapa factor, yaitu; kondisi masyarakatitu
sendiri, situasidan
adanya kekhususan masyarakatyang
bersangkutan.Kondisi
masyarakat dapatmemungkinkan munculnya
tipe
kepemimpinanini,
karena masyarakat membutuhkankehadirannya dan muncullah orang yang mengerti kebutuhan dan kemauan masyarakat
pada saat
itu.
Kemudian situasi masyarakatjuga
memungkinkan munculnya pemimpintipe
ini;
misalnya pada suatu waktutimbul
ketegangan/ketidakpuasan masyarkat terhadap suatu masalah, pemimpin tipe ini dapat merupakan pendorong bagitimbulnya keteganganini.
Selanjutnya kekhususanlingkungan
masyarakat nampaknya memberikan coraktersendiri bagi kemunculan pemimpin
tipe
ini.
Pada masyarkat feodal misalnya, orangyang
kaya atau keturunan bangsawan dianggap sebagaipemimpin.
Pada masyarakatIslam,
maka parakyai,
ulamadan guru
agama adalahpemimpin
tidak
resmi
dalam lingkungannya.Secara
umum
terdapat batas
yang
tegas antara
perananpemimpin
formaltradisional (pamong desa
-
khususnya lurah) dengan pemimpin informal dalammasyara-kat
pedesaan seperti disebutkanolah
Kana (1973:73) bahwa ada kecenderungan paratokoh masyarkat lebih menampakkan
inisiatif
untuk kegiatan-kegiatan yang berasal dari dalam desa sendiri atau yang potensinya terdapat di desa atau paling sedikit menyalurkan pengaruhnya untuk kegiatan-kegiatan pamong desa, sedangkan para pamong lurah lebihbergiat dalam realisasi program-program instruktif dari atas. Oleh sebab itu, maka dalam
hubungannya dengan proyek/program
dari
atas,pemimpin informal
sering dijadikansemacam
kunci
guna
keberhasilanprogram atau proyek
tersebut.Namun
demikianmunculnya
pemimpin
tipe
ini
seringkali
dapat
pula
menimbulkan
pertentangan-pertentangan dengan pemimpin-pemimpinformal. Dalam
lingkungan masyarakatnya, pemimpin informal sering bersaing dengan pemimpin formal. Maka kebijaksanaan yang digunakan agar suatu pembangunan desa dapat berhasil adalah memanfaatkan potensi pemimpin tipe informalini.
lvlasalah kepemimpinan
daiam
hal
ini
adalah adanya
kerjasamaantara
paraDengan keterlibatan para pemimpin informal dalam proses pembangunan, maka
setidak-tidaknya dapat diketahui dan ditentukan
pola
pembangunan yang dikehendaki rakyatyang sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Mengikutsertakan rakyat dalam pembangunan daerah dapat merangsang
rakyat
untukikut
melibatkandiri
dalam setiap proses pembangunan. Aspirasi rakyat tersebut dapat terwujud apabila lembaga-lembaga yang adadi
desa dapat menampung aspirasi dan potensi masyarakat. Kemudian aspirasitersebut
diselaraskandengan
program-program pembangunannasional.
Untuk
itu dedikasi dan prestasi para pemimpin pembangunan perlu mendapat perhatian.Pada beberapa kasus pembangunan
di
pedesaan, program-program pembangunanyang
berasaldari
atas nampaknya adayang
tanpa sepengetahuanatau
kompromi-kompromi
dengan pemimpin-pemimpin setempat. Sehingga dalam pelaksanannya takjarang
mendapat hambatan. Disampingitu juga
disebabkanbelum
dimanfaatkannyapotensi-potensi desa
yang
terdiri dari
tokoh-tokoh
masyarakat maupun organisasi-organisasi sosial yang ada dalam setiap proses pembangunan. Dengan melibatkan merekaini
diharapkan hambatan-hambatan itu dapat diatasi.2.2.
Perkumpulan Petani PemakaiAir
(P3A)Perkumpulan Petani PemakaiAir (P3A) adalah salah satu lembaga atau organisasi yang ada dalam masyarakat
peuni di
pedesan yang bertujuan mengatur dan memeliharajaringan
irigasi untuk
keperluan pertanian. Peran kelembagaan petani sebagai faktorpenting dalam peningkatan produksi dan pemeratan pendapatan
tidak
dapat disangkal.Oleh
karena
itu,
baik
pemerintahIndonesia maupun
lembaga-lembaga swadaya masyarakat sekarang semakin memperhatikanfungsi dan
perananP3A
dalan
usahapengelolaan
air
irigasi
(Pasandaran,l99l).
Perkumpulan Petani PemakaiAir
(P3A)memiliki
istilah lain, yaitu Kelompok Petani PemakaiAir
(KP2A).Tugas, fungsi dan peran organisasi Petani yang memungkinkan kesepakatan sosial
itu
dapat.dilihat
dengan sebuah kerangka konseptual. Kegiatan-kegiatanyang
harusdilaksanakan
untuk
mengelolaair
irigasi
denganbaik
dapat
dibedakandalam
tigakategori
lbsar, yaitu:
kegiatan kelembagaan, bangunan.kontrolair
dan penggunaan air(Achmadi, 1986).
Ambler
(lgglfmengatakan
apabita Petani dibagianhulu tidak
membersihkan saluran,air
mungkin tidak sampai ke petani bagianhilir,
atau apabila salah satu petaniadalah bagian yang integral yang tidak bias dilepaskan dari kehidupan desa yang memang
agraris.
2.3.
Pengelolaanair
irigasi
Air
merupakan kebutuhanpokok bagi
tanamanpadi
sawah.
Akan
tetapi pemakaian
air
yang berlebihan atau terjadi kekuranganair
dapat menurunkan produksi
tanaman
padi
sawah. Keberadaansistem
irigasi
adalahdalam upaya
mengeliminirdampak negatif dari kekurangan dan kerebihan air tersebut.
Pusposutardjo (1989) mengatakan kinerja sistem
irigasi
sangat tergantung padacara eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta pengelolaan air. Dengan demikian
kinerja sistem irigasi akan ditentukan oleh empat komponen pokok, yaitu a) fisik jaringan
irigasi,
b)
kemampuan pengoperasianjaringan oleh
petugas pengairan,c.
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang mengikat pengoperasian dan pemanfaatan dan d)
Petani pemakaiair.
Optimalnya pelaksanaan keempat komponen tersebut dapat meningkatkan kinerja
sistem
irigasi
sehinggaair
dapat tersedia dalamjumlah
yang
sesuai dengan waktu dibutuhkan. Keadaanini
dapat mengefektifkan penggunaan teknologi yanglebih
baik,yaitu
varietas unggulyang
berdayahasil tinggi
berumur pendek,pupuk
kimia
danpestisida sehingga menunjang
program supra intensifikasi
khusus. Sebaliknya, bila
diantara
keempat komponensistem
irigasi
tidak
dapat
terlaksanasesuai
dengansemestiny4 maka kinerja sistem
irigasijadi
berkurang.Air
tidak
dapat tersedia denganbaik dan pada akhimya tidak dapat menunjang supra intensifikasi khusus dengan baik
',
(Meizul Zuki,
1993). tsaganalir
model upaya perbaikan kinerja systemirigasi
dalam.
i
menunjang pelaksanaan program intensifikasi khusus dapat dilihat padaGambar
l.
"/
Pusposutardjo(19s9)
mengatakan bahwadari
keempat komponen penyusun sistem irigasi, komponen peran serta Petani pemakaiair
sangatmenonjol karena empat hal, yaitu:
a'
Pembangunan irigasi merupakan satu kesatuan dalam pembangunan pengairanyang
sifatnya selain meningkatkan kemampuan oenyediaanair juga
berusaha
Diperlukan
dorongan terhadap masyarakattani
untuk
memanfaatkanair
irgasiyang tersedia terutama untuk pengembangan persawahan
dan
intensifikasi dan penggunaannya.Diperlukan
adanya peran serta petani dalam pengembanganjaringan
terminal(aringan
tersier maupun kuarter) seperti tertuangdi
dalamppRI No.
23
tahunr 082.
d.
Diperlukan
peningkatan
kesadaran,kemampuan
petani
dan
peranmasyarakat dalam pemeliharaan, perawatan dan pendayagunaan sarana
yang ada dengan
diikuti
pengaturan air secara efisien.Berkenan
dengan
peran serta
atau
partisipasi masyarakat
dalam
prosespembangunan, Diana Concers (1984) mengatakan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan perencanaan pembangunan setempat begitu penting dengan alasan:
a.
Partisipasi
masyarakat merupakansuatu
alat
guna
memperoleh
informasimengenai
kondisi,
kebutuhandan sikap
masyarakat setempatyang
tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek akan gagal.b.
Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunanjika
merasadilibatkan dalam
proses persiapandan
perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasamemiliki
terhadap proyek tersebut. Kepercayan semacamini
adalah penting khususnya bila mempunyai tujuan agar dapat diterima oleh masyarakat.'/
s.
Meiidorong adanya partisipasi umum dibanyak negara karenatimbul
a-nggapan'
bahwa
merupakansuatu hak
demokrasi
bila
masyarakatdilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.
d.
bahwa
merupakansuatu
hak
demokrasi
bila
masyarakatdilibatkan
dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.b. serta irigasi : I
i
,* :i r! jt 11 ;i *r 4 H s c $ qil
I
{ AAr ters€diha untuf supra insusGambar
l-
Baganalir
model upaya perbaikan kinerja systern irigasidalam
menunjangpelaksanaan program supra intensifikasi khusus
(Meizul
Zuiki,I993).
Dalam
konteks manajemen kaitannya denganperilaku
dalam organisasi KeithDavid
danJohn
W.
Newstrom
(1993)''mengatakan seorang manejeryang partisipatif
berkonsultasi dengan pegawai mereka, melibatkan mereka dalam pemecahan masalahdan pengambilan keputusan sehingga mereka bekerja sama sebagai sebuah
tim.
Disini,
partisipasi diartikan sebagai keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasikelompok
yang
mendorong mereka
untuk
memberikan
kontribusi
kepada
tujuankelompok dan berbagi tanggung
jawab
pencapaian tujuan.Lebih lanjut
dijelaskan olehKeith
David
danJohn
W.
Newstrom (1993)
bahwa adatiga
gagasan penting dalamdefinisi partisipasi,
yaitu;
keterlibatan, kontribusi dan tanggung jawab. Akan tetapi yanglebih
utarqa
adalah
keterlibatan
mental
dan
emosional. Partisipasi
disini
berarti keterlibatan mental dan emosional ketimbang hanya berupa aktivitasfisik. ,.Diri"
orangitu
sendiri yang terlibat, bukan hanya ketrampilannya. Keterlibatanini
bersifat psikologisketimbang
fisik.
Seseorangyang
berpartisipasi'terlibat
egonya" ketimbang
hanya "terlibat tugas".i
* d * fr BABIII
TUJUAN DAN
MANFAAT PENELITIAN
3.1Tujuan
PenelitianPenelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:
l.
Untuk
mengetahuiapakah
perananpemuka
masyarakatdapat
mendorong partisipasi anggota P3A dalam pengelolan air irgasi ?2.
Kelompok pemuka
masyarakatmana yang
paling
pas
untuk
mendorongpartisifasi anggota P3A tersebut ?
3.
Untuk
mengetahuiapakah
perananpemuka
masyarakatdalam
mendorong anggotaP3A
dalam pengelolaanair
irigasi
ada hubungannyadengan
luasanpemilikan lahan padi sawah mereka ?
3.2
Manfaat
PenelitianBerdasarka penetapan atau perumusan masalah serta tujuan yang
ingin
dicapai dalam penelitian ini, maka hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat:l.
Bagipenentu kebijaksanan dalam pengelolaan air irigasidalam:a.
Bentuk
gambarandan
sosok pemuka
masyarakatdalam
mendorong'
partisipasi masyarakat (anggota P3A) dalam mengelolaairi
irigasi.b.
Melihat
kelompok pemuka masyarakat mana yang paling pas dijadikan pendorong partisipasi masyarakat (anggotaP3A)
dalam
mengelolaair
irigasi.2.
Bagi peneliti
selanjutnyauntuk
mencarimodel
pengelolaanair irigasi
yang berbasis kompetensi dan pemberdayaan masyarakatlokal
khususnya pemuka masyarakatBAB
IV
METODOLOGI PENELITIAN
a.
Sasaraq PenelitianPenelitian
ini
mengambil kasusdi
D.I.
Air
Manjunto yang terletakdi
kecamatanMuko-muko
utar4
Kabupaten Muko-muko, provinsi Bengkulu.b.
Populasidan sampelPopulasi
dalam penelitian
ini
adalah pemuka
masyarakatyang
ada
di
daerahpenelitian.
Unit
analisis penelitian
adalahD.l.
Air
Manjunto yang
ada dalam kecamatan Muko-muko Utara, Kabupaten Muko-muko,.Pengambilan sampel menggunakan cara yang
dianjurkan
oleh Muhajir (1991), yaitusampel berjenjang ganda yang dilaksanakan dalam beberapa tahap.
Tahap pertama:
di
sampel areanya;dari
sekian banyakD.l
di
provinsi
Bengkulu,dipilih D.l.
Air
Manjunto secara purposif dengan alasanD.l.
Air
Manjunto adalahdaerah irigasi yang berada
di
Kab. Muko-muko yang mempunyai 76 kelompok p3Asehingga memudahkan memperoleh data yang lengkap.
Tahap kedua:
di
sampel satuan kelompoknyadari T6 p3A
di
D.r.
Air
Manjuntodipilih
secara sengaja4
(empat)P3A
yangterdiri
dari dua kelompok yangaktif
dandua pula kelompok yang tidak
aktif.
Peranan pemuka masyarakat urituk mendorong partisipasi masyarakat dilihat pada ke-empat P3A ini. Yusril Dany (2000) melaporkanke-empat P3A itu adalah seperti diperlihatkan pada Tabel
l.
TabelI.
Keadaan P3A yang aktif dan kurangaktif
No. Desa Nama P3A Luas (Ha)
AD/ART
Kegiatan I 2 3 4 Tirta Makmur Tirta Makmur Tanjung
Alai
TanjungAlai
Jaya Makmur MemayuA.
Tani Renah P. Gedang Kesma T. Mulya 65 60 60 78 ada Belum da adaAktif
KurangAktif
kurang Sumber: Ranting Dinas p.U. pengai.aPengairan Bengkulu
Tahap ketiga:
di
sampel responden; dari seluruh pemuka masyarakat pada keempat P3Adipilih
P3A Jaya Makmur sebagai kelompokp3A
yangaktif
danp3A
MemayuAmong Tani sebagai kelompok yang kurang aktif.
I
3 ri :{ ;i
:i iData yang diperlukan:
a.
Aktivitas P3Ab.
Keterlibatan pemuka masyarakat pada aktivitas p3Ac.
Kerterlibatan pemerintah pada aktivitas P3Ad.
Luas pemilikan lahan pemuka masyarakate.
Golongan pemuka masyarakat (kaum Ulama, Cendikiawan, Bangsawan danelit
ekonomi)
Jenis dan sumber data
Jenis data yang digunakan adalah data
primer
dan data sekunder. Data primerialah
semua informasihasil
wawancara langsung dengan respondendi
lapangan.Sedangkan data sekunder berupa catatan, laporan dan informasi tertulis yang terkait dengan tujuan penelitian ini diperoleh dari instansi terkait.
Pencatatan sumber data utama dilakukan dengan wawancara dan pengamatan berperan serta (Koencaraningrat, 1994 dan
Moleong,
1996) yang merupakan usaha gabungan. dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya. Jadi sumber data utamad ipero leh melal u i pen gamatan berperanserta dengan pemuka masyarakat.
Teknik
dan proses pengumpulan dataPengumpulan data
primer
dilakukan denganteknik
pengamatan berperan serta.Bogdan dan
Taylor
(dalamMoleong,
1996), mendefinisikan pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang mencirikan interaksi social yang memakan waktu yang
cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek penelitian dimana
semua data berbentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis. Jadi p.gneliti
turut
terlibat dalam kehidupan sehari-hari pemuka masyarakat yangditeliti
dalam kurun waktu tiga bulan, mengamati berbagai peristiwa yang terjadi, mendengar secaracermat apa yang dikatakan dan yang dilakukan pemuka masyarakat, mengajukan
pertanyan
dan
mendeskripsikandalam
suatu
pemahaman sesuai dengan focuspenelitian.
Pengamatan berperan serta
dilakukan
denganjalan
tinggal dan
bermukim diwilayah penelitian yang bertujuan mengamati peranan pemuka masyarkat
di
tengah-tengah masyarakat petani pemakai air.
I
3
J
i
Metode yang digunakan
Berdasarkan sumber dan
jenis
data yang diperlukan, maka ditentukan metode penelitian, yaitu metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitiandeskriptif
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadan, gejala ataukelompok tertentu atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain
di
tengah masyarakat (Tan, dalam Koencaraningrat,tee4).
Peranan Pemuka masyarakat dalam:
l.
perencanaan,2.
pengambilan keputusan3.
mobilisasi sumber daya yang adayang diambil dari kelompok sasaran merupakan fokus dari penelitian ini. Analisis data
Analisis
data
adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam satu pol4,-kategori dan satu uraian dasar (Patton, 1980). Sejalan dengan itu
Bogdan
dan Taylor (1975)
menjelaskanbahwa analisis
data
dalam
penelitiankualitatif
adalah sebagai suatu prosesyang
merinci
usaha secaraformal
untuk menentukan tema dan membuktikan hipotesis.Pada penelitian
ini,
pekerjan menganalisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikannya. Setelah data terkumpuldari
pengamatan berperan serta, wawancara dan pengumpulan dokumentasi, makakegiatan berikutnya
adalahdata
diatur,
dikelompokkandan
diberi kode.
Data kemudian dibaca, dipelajari dan ditelaah.Reduksi data dilakukan bila perlu seterusnya dilakukan pembuatan abstraksi dan interprestasi atau membuat rangkuman.Tahap berikutnya dalam analisis data adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan
data. Berkaitan dengan pemeriksaan data, digunakan
teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang laindi
luar data itu.Moleong (1996) mengatakan ada tiga macam triangulasi:
l.
Triangulasi dengan
sumber,berarti
membandingkandan
mengecek derajat kepercayaan suatu informasimelalui wdan alat
yang berbeda.Dalam
metodepenelitian
kualitatif,
ini
dapat dilakukan dengan: a).membandingkan data hasil?,
pengamatan
dengan
data hasil
wawancara,b).
membandingkanapa
yang dikatakan orang di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi.2.
Triangulasi dengan metode.Ada
dua
strategiyang bias
dilakukan,yaitu;
a).pengecekan
dengan
derajat
kepercayan penemuanhasil
penelitian
dengan
beberapa sumber data dengan metode yang sama atau b). membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian yang lain.
3.
Triangulasi teori, yaitu mernbandingkan hasil analisis dengan tema dan penjelasanlain, kemudian membandingkan hasilpeneritian dengan pikiran logis.
Pada penelitian
ini,
peneliti melakukan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Dalam analisisini
akan dibandingkan hasil wawancara dengan pemuka masyarakat dengan pengamatandi
lapangan pada penurus dan anggota p3A.BAB
V
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum
Daerah PenelitianDi
kecamatanMuko-muko
Utara, kabupatenMuko-muko, Provinsi
Bengkulu terdapat suatu daerah irigasi yang diberi nama dengan Daerah Irigasi (D.I)Air
Manjunto. Pemberian nama daerah irigasiini
disesuaikan dengan nama sungai tempat pengambilanair sebagai
sumberair irigasi.
Air
Manjunto bermuarake
arah pantai barat pulauSumatera. Sebagai sumber
air
untuk irigasi,
sungaiAir
Manjunto
memang cukup potensial. Panjangnya kurang lebih 30 km dengan lebamya 100 meter. Potensi debit yangadamemberikan daya jangkau pelayanan seluas 16.000 ha. Dengan kata
lain
irigasiAir
Manjunto
memiliki
kemampuan untuk melayani kebutuhanair
irigasi padi sarvahdi
38 desa yang terdapat di kecamatan Muko-muko Utara.Kecamatan
Muko-muko Utara,
Secarageografis
dan
administratif,
sebelahbaratnya berbatasan dengan samudera Indonesia. Sebelah
timur
berbatasan dengan kabupaten Rejang Lebong. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dansebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Muko-muko Selatan.
Penduduk kecamatan Muko-muko Utara
lebih
banyak menetapke
arah pantai barat Pulau Sumatera. Pilihanini
diambil salah satunya adalah karena kemudahan aksestransportasi umum masyarakat. Kawasan
ini dilalui
oleh jalan provinsi, yaitujalur
lintasbarat
pulau
Sumatera.Tidak
mengherankanbila
di
sepanjangjalan provinsi
yang melewati kecamatan ini ditemukan deretan rumah penduduk.Posisi Kecamatan
Muko-muko
Utararelatif
berada ditengah-tengah antara ibu kotaprovinsi
Bengkulu danibu
kota provinsi Suatera Barat. Akan tetapi, karena faktorgeografis, jalan, waktu tempuh dan sosial budaya, arus barang dan orang lebih memilih antar
Muko-muko
Utara
dengan Padang khususnya Sumatera Barat pada umumnya ketimbangantar
Muko-muko Utara dengan Bengkulu.Muko-muko Utara
berbatasan dengan SumateraBarat
hanya karena
faktoradministrasi pemerintahan.
Tidak
demikian halnya bilamana perhatiandiarahkan
padamasalah sosial dan budaya
Dahulu kala wilayah pengaruh kerajaan Pagar Ruyung, Minang Kabau sampai ke
wilayah
Muko-muko pada
umumnya.Hal
ini
berpengaruhjuga
terhadap kehidupanI
s
.rr
l
masyarakat setempat. Nuansa Minang Kabau sangat terasa pada sebagian besar aspek
kehidupan masyarakat asli Muko-muko Utara.
Potensi
yang
dimiliki
oleh Muko-muko Utara
menimbulkandaya
pikat
bagimasyarakat
luar.
Kaum
pendatangdan
transmigran
ingin
berpartisipasi
dalam pembangunan daerahMuko-muko Utara.
Kedatangan"warga baru"
ini
menambahkeragaman
etnik,
sosial dan
budaya
masyarakatMuko-muko. Transmigran
pada umumnya menempati kawasan yang menjadi wilayah layanan irigasiAir
Manjunto.Daya
pikat
Muko-muko
Utara menjadi meningkat. PadaTahun 2004
terjadipemekaran Kabupaten Bengkulu Utara. Bengkulu Utara berubah menjadi dua kabupaten. Salah satunya adalah kabupaten Muko-muko dengan ibu kota kabupatennya
di
kecamatanMuko-muko
Utara.
Perubahan
status
ini
menimbulkan terjadinya
percepatan pembangunandi
Muko-muko
Utara, terutama pembangunanfisik.
Tentu
saja sedikitbanyaknya aktivitas
ini
berimbas ke masyarakat setempat. Nuansa hidup perkotaan yangmaterialistik berangsur mulai terasa. Arus barang dan orang dari Muko-muko Utara ke daerah lainnya menjadi meningkat.
Irigasi
Air
Manjunto dibangun pada masa Orde Baru oleh pemerintah pusat padatahun
1982. Irigasiini
termasuk irigasi besarmilik
pemerintah dengan tingkatan kelas irigasi teknis.Daerah layanan irigasi
Air
Manjunto terbagi menjadi dua bagian,yaitu
D.I. Air
Manjunto Kanan dan D.I.
Air
ManjuntoKiri.
Daerah irigasi Manjuntokiri
mempunyaiT6P3A
dimanabaru
20
%o tergolongP3A aktif.
PenetapanP3A aktif
atautidak
aktif
berdasarkan kepada kriteria yang dibakukan oleh Dinas Impraswil Bengkulu. P3A yangaktif
dapat dilhatdari
kondisi organisasi dan kemajuan yang dicapai lembaga tersebut. Renah Pematang Gedang dan Jaya Makmur termasuk dalam P3A yangaktif
sedangkan Kesma Tirta Mulya dan Memayu Among Tani adalah p3A yang tidakaktif,
Sebelum lembaga
P3A
diperkenalkandi
desaTanjung
Alai,
dimana
disini terdapatP3A
Renah Pematang Gedangda
KesmaTira
Mulya,
sudahdikenal
adanya pengaturan dan pengelolaan irigasi yang sifatnya informal sebagai hasil dari kesepakatandiantara
pemilik
sawah sendiri. Wadah
ini
disamping dapat berfungsi
untuk memperlancar pengaturan air, juga dapat berfungsi sebagai usaha untuk meredamkonflik
yang mungkin terjadi
jika
pengaturan air dibiarkan begitu saja.Berbeda dengan desa Tanjung
Alai,
desaTirta Makmur
(dimanadisini
terdapatP3A Jaya Makmur dan Memayu Among Tani) merupakan desa para warga transmigrasi
dari
Jawa. Mereka pada umumnya melakukan aktivitas sesuai dengan kebiasaan yang mereka bawa dari daerah asal mereka. Walaupun demikian mereka dapat bersosialisasi dengan masyarakat lokal.Kondisi
keempatP3A
daerah penelitiandari
segi
keorganisasian dapat dilihat padaTabel2.Tabel 2. Kondisi P3A daerah penelitian dari segi organisasi
Sumber: Diolah dari data lapangan (2005)
Dari
Tabel2
dapatdilihat
bahwabaik aktivitas
E
dan
P, AD/ART
maupun rencana kerja dan kelengkapan administrasi pada P3A Memayu Among Tani dan KesmaTirta Mulya tidak memperlihatkan hasil yang baik. Bahkan akhir-akhir
ini
iuranpun tidaklagi bisa dipungut. Kedua P3A ini merupakan P3A bentukan pemerintah.
Susunan pengurus dari P3A Memayu Among Tani dan Kesma Tirta Mulya dapat
dilhat pada Tabel 3 dan Tabel 4). Keberadaan kedua P3A
ini
seperti dipaksakartdi
desaini. Intervensi pemerintah terlihat kuat disini.
Di
satu desa terdapat dua P3A. Aktrirnya, dikedua desa
ini
terdapat masing-masing duaP3A.
Tentu saja dengan adanya duap3A
disatu desa memperbesar jumlah total P3A di daerah irigasi
Air
Manjuntoini.
Akan tetapihal ini
tidak
saja akan menyulitkan aspek pembinaan organisasi,juga
masyarakat satudesa akan terbagi menjadi dua bagian untuk satu lembaga yang sama. Persaingan
timbul
dan
kepedulian menjadi berkurang diantaraP3A.
Hal
ini
dapatdilihat
di
desaTirta
Makmur. P3A
JayaMakmur
(susunan pengurusnya dapatdilihat
pada Tabel5)
dapatdikatakan
maju
denganpesat.
Berbagai penghargaan mereka perolehdari
berbagaiperlombaan
yang dilakukan oleh
pemerintah. Bahkan padatahun
2005
ini,
merekaP3A
Eks.
Dan pemeliharaan Iuran (rupiah/ kegiatan) Struktur Orsanisasi Kepengurusan Dibentuk oleh AD/ART Badan HukumRencana dan ke-lengkapan adm. l. Renah P. Gedang 2. Kesma T. Mulya 3. Jaya Makmur 4.Memayu A. Tani 2x tiap msm panen
lx
tiap msm panen 2x tiap msm panenlx
tiap msm panen Rp.500,-Anggota Dari atas Anggota Dari atas Ada Tdk.Ada Ada Tdk.Ada Tk. Kec Tk. Kec Tk. Kec Tk. Kec Baik Kurang Baik Kurang 21memenangkan
perlomban
P3A tingkat
Regional
dan peringkat
keempatditingkat
$Nasional. Kemajuan
P3A
JayaMakmur
sepertitidak
berimbas padaP3A
sedesanya(Memayu Among Tani).
Tabel 3. Struktur organisasi P3A Memayu Among Tani
No. Jabatan di P3A
Nama
Usia (thn) PenddkI Ketua Komarun 48 SMA
2 Wk. Ketua Bowo 43 SD J Sekretaris Purwanto 45 SMP 4 Bendahara Aribowo 28 SMP 5 Ulu P3A 6 Ketua Blok I 7 Ketua Blok
ll
Sumber: Diolah dari data lapangan (2005)
Tabel 4. Struktur organisasi P3A Kesma Tirta Mulya
Sumber: Diolah dari data lapangan (2005) Tabel 5. Struktur organisasi P3A Jaya Makmur
No. Jabatan di P3A
Nama
Usia (fhn) PenddkKetua Iskandar 50 SD
2 Wk. Ketua Akbar 46 SD
a
^' Sekretaris Muslihat 45 SD
4 Bendahara
5 Ulu P3A Hamzah 47 SD
6 Ketua Blok I
Apri
34 SD7 Ketua
Blok
II
Muftahudin 35 SD8 Ketua Blok
III
Dobol 34 SDNo. Jabatan di P3A
Nama
Usia (thn) PenddlcKetua Gunadi
5l
SMP2 Wk. Ketua Mislan 50 SD
-t Sekretaris Karno 45 SMP 4 Bendahara Sunyoto 43 SMP
5 Ulu P3A Sasrosido
5l
SD6 Ketua Blok I Mislan 43 SMP
7 Ketua Blok
II
Tarno 45 SD Sumber: Diolah dari data lapangan (2005)4.2.Peranan pemuka masyarakat dalam mendorong partisipasi anggota P3A dalam
pengelolaan
air
irigasi.Pembentukan
P3A
merupakan instruksi pemerintah secaravertikal.
Makanya,proses
tumbuh
dan
berkembangnya organisasiinipun
merupakanhasil
pembinaan instansi-instansiterkait,
sepertidinas Impraswil
dan Pertanian.
Terlihatjelas
darikeempat
P3A
yang beradadi
wilayah
ini
berstatusirigasi
pemerintahini,
juru
danpengamat pengairan sebagai perpanjangan tangan pemerintah
terlibat
sangat dalam proses pembentukan P3Aini.
Juga, dalam hal penyusunan pengurus P3A. Langkahini
disatu sisi mungkin dapat dimaklumi. Pemerintah ingin programnya berhasil. Pemerintahtelah
menghabiskanbanyak
dana untuk
membangunsistem
irigasi. Akan
tetapikeberfungsian
lembaga
justeru terlihat pada
P3A
yang
pembentukannya mempertimbangkan aspek sosial dan kemasyarakatan setempat. Pembentukan pengurus dan keterlibatan pemuka masyarakat dapat dilihat pada Tabel6.Tabel 6. Pembentukan kepengurusan dan keterlibatan pemuka masyarakat
Sumber: Dinas Impraswil Muko-muko {2005)
Dari Tabel 6 dapat
dilihat
bahwa pada P3A Renah P. Gedang dan Jaya Makmurdapat berfungsi dengan baik, walaupun keduanya berbeda dalam hal personil pengurus.
P3A Dibe
ntuk
Yang terlibat Personil
Dengilrils Pergantian D€ngurus keberfungsian l. Renah P. Gedang 2. Kesma T. Mulya 3. Jaya Makmur 4. Memayu A. Tani r989 r990 1990 t99l - Perangkat desa - Pemuka masyarakat - Juru & pengamat pengatran - Petani
- Perangkat desa
- Juru & pengamat pengairan - Perangkat desa
- Pemuka masyarakat - Juru & pengamat pengairan - Petani
- Perangkat desa
- Juru & pengamat pengairan
Lama (se Belumada P3A) Baru Baru Baru Belum Pernah Belum pemah Belum pemah Belum pemah Baik Tidak"' Baik Tidak 23
Azas
musyawarahuntuk
mufakat
terlihat
pada
aspek
perencanan dalam
h4l
ini pembentukanpengurus.
Seluruh
komponen
masyarakatdilibatkan
dalam
prosespembentukan
termasuk pemuka
masyarakat sebagaitokoh
informal
di
pedesan.Kehadiran
merekapada tahap
perencanaan pembentukan pengurusdapat
menjadi"lokomotif
"
peran serta masyarakat secara umum. Kehadiran mereka dapat sebagaipenyeimbang
dari
keinginanpihak
pemerintah yangtidak
sesuai dengan situasi dankondisi
masyarakat. Kehadiran dan'suara mereka dapatjuga
sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Suprihadi dan Soehartono (1984)lmengatakan bahwa pemuka masyarakat sebagai bagiandari
pemimpin desa merupakan pemimpinyang
memiliki
kelebihan-kelebihandari
masyarakat umum. Merekamemiliki
keahliandi
bidang tertentu, dekat dengan masyarakat kecil,mampu
menyalurkan aspirasi masyarakat danberfikir
lebih, mendahului masyarakatnya.Dalam
aspek
pengambilan keputusan
dan
mobilisasi
massa,
pemuka masyarakatdi
keduadi
keduaP3A
ini
(Tabel7
dan Tabel8)
tetap berperan sesuaidengan kapasitasnya. Hasilnya keputusanpun dapat mermuaskan berbagai pihak. Massa
pun dapat dikerahkan untuk aktivitas P3A. Berbeda dengan P3A bentukan pemerintah, pemuka masyaraka.t yang ada disini (Tabel 9dan Tabel
l0)
tidak ditempatkan pada posisi yang sebenarnya.Tabel 7. Pemuka Masyarakat di P3A Jaya Makmur, desa Tirta malsnur
No.
Nama
Usia (Thn) PekerjanI Gunawan 45 Guru/Mubalig
2 Mustaji 48 Tani
3 Sunyoto 50 Tani
4 Mularoji 46 Tani
5 Gimin 50 Tani
&
Swasta6 Jarwoto 50 Tani
&
Swasta7 Riyanto 39 Babinsa/TNI
Sumber: Diolah dari data lapngan (2005)
Tabel 8. Pemuka masyarakat di P3A Renah Pematang Gedang, Desa Tanjung
Alai
No.
Nama
Usia(fhn)
PekerjanDalit 50 Swasta
2 Janar 46 Tani
3 Buyung Alus 45 Tani
4 Azhar 49 Tani
Sumber: Diolah daridata lapangan (2005)
Tabel 9. Pemuka masyarakat di P3A Memayu Among Tani, Desa Tirta Makmur
No.
Nama
Usia PekerjanI Kasno 50 Tani
2 Bowo 43 Tani
3 Ngadiman 47 Tani
4 Rofni 42 Guru SD
5 M. Toha 47 Guru Diniyah
Sumber: Diolah dari data lapangan (2005)
Tabel 10. Pemuka masyarakat di P3A Kesma Tirta
Mulya
desa TanjungAlai
No.
Neme
Usia PekerjanI
Kilaf
38 Tani2 Sumardi 39 Tani
J Sam 40 Tani
4 Maso 45 Tani
3
Pemuka Masyarakat
di
kedua
P3A
bentukan pemerintah terutamadi
P3AMemayu Among Tani, walau