HUBUNGAN ANTARA GOAL SETTING DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI ATLET
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh
ARIES PRATAMA 0800378
JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
HUBUNGAN ANTARA GOAL
SETTING DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI DAN
MOTIVASI ATLET
Oleh Aries Pratama
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Aries Pratama 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : ARIES PRATAMA
NIM : 0800378
Judul : HUBUNGAN ANTARA GOAL SETTING DENGAN
KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI ATLET
Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I
Dr. Komarudin, M.Pd. NIP. 197204031999031003
Pembimbing II
Sagitarius, M.Pd. NIP. 196911132001121001
Mengetahui,
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua,
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA GOAL SETTING
DENGAN KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI ATLET
Pembimbing I : Dr. Komarudin, M.Pd. Pembimbing II : Sagitarius, M.Pd.
Aries Pratama* 0800378
Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara goal setting dengan kepercayaan diri dan motivasi atlet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikansi hubungan antara goal setting dengan kepercayaan diri dan motivasi atlet. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif korelasional dengan sampel atlet PPLP Jawa Barat sebanyak 30 orang dan menggunakan instrumen berupa angket. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara goal setting dengan kepercayaan diri dengan koefisien korelasi sebesar 0,933 dan tingkat signifikasi 13,71, terdapat hubungan yang positif antara goal setting dengan motivasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,974 dan tingkat signifikasi 22,73, terdapat hubungan yang positif antara kepercayaan diri dengan motivasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,966 dan tingkat signifikasi 19,70 Berdasarkan hasil tersebut, penulis memberikan saran bahwa, goal setting perlu diberikan kepada atlet, karena goal setting dapat mempengaruhi kepercayaan diri dan motivasi atlet, sehingga dapat berdampak pada prestasi atlet.
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR BAGAN …... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1
B.Rumusan Masalah... 4
C.Tujuan Penelitian... 5
D.Manfaat Penelitian... 5
E. Batasan Masalah... 6
F. Definisi Operasional... 6
G.Asumsi Dasar ... 7
H.Hipotesis... 9
I. Lokasi Penelitian ……….. 10
J. Metode Penelitian ………. 10
1. Pengertian Goal Setting ……… 12
2. Fungsi Tujuan ……….. 14
3. Tipe-tipe Tujuan ……….. 14
4. Cara Penetapan Tujuan Bekerja ……… 15
5. Kriteria Penetapan Tujuan ……… 18
6. Penerapan Goal Setting yang Efektif ……… 19
7. Cara Menetapkan Tujuan ... 22
B.Hakikat Motivasi …………... 24
1. Pengertian Motivasi ……… 24
2. Fungsi Motivasi ……….. 26
3. Teori-teori Motivasi ……… 28
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Terhadap Penampilan Olahraga ……….. 35
5. Lingkaran Motivasi ………. 35
C.Hakikat Kepercayaan Diri... 36
1. Definisi Percaya Diri ……….. 36
2. Manfaat Percaya Diri dalam Olahraga Prestasi ………….. 38
3. Kategori Percaya Diri ………. 39
4. Aspek-aspek Percaya Diri ………... 40
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri …... 41
BAB III PROSEDUR PENELITIAN A.Metode Penelitian... 43
C.Teknik Pengambilan Sampel ……… 45
D.Teknik Pengumpulan Data ………... 46
E. Prosedur Pengolahan Data ……… 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengolahan dan Analisis Data... 64
B. Diskusi Penemuandan Pembahasan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan …... 73
B.Saran …... 73
DAFTAR PUSTAKA... 75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini olahraga sudah semakin digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini tak lepas dari usaha pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga melalui slogan “Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.” Definisi olahraga menurut Giriwijoyo (2007: 31) adalah “Sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa mengolah raga atau mengolah jasmani.”
Keseriusan usaha pemerintah untuk memasyarakatkan olahraga dapat dilihat dengan adanya undang-undang yang mengatur keolahragaan, yaitu Undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (UU RI No. 3 Tahun 2005). Tujuan pemerintah mengenai olahraga tercantum dalam undang-undang tersebut. Tujuan olahraga menurut UU RI No. 3 Tahun 2005 adalah :
olahraga rekreasi, olahraga kesehatan, dan olahraga pendidikan.” Olahraga sebagai olahraga prestasi tidak akan lepas dari latihan yang bertujuan untuk dapat meningkatkan keterampilan dan prestasi atlet semaksimal mungkin. Untuk mencapai hal itu perlu memperhatikan aspek-aspek latihan. Harsono (1988: 100) mengatakan bahwa “ … ada empat aspek ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet, yaitu (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental.”
Keempat aspek di atas sangat penting untuk dilatihkan kepada atlet, namun pemberian latihan mental sering kali diabaikan oleh para pelatih. Padahal perkembangan mental sama pentingnya dengan aspek yang lain. Seperti yang dijelaskan oleh Harsono (1988: 101) bahwa “… betapa sesempurna apapun perkembangan fisik, teknik dan, taktik atlet, apabila mentalnya tidak turut berkembang, prestasi tinggi tidak mungkin akan dapat dicapai.”
Penetapan tujuan (goal setting) merupakan salah satu bagian dari aspek mental yang penting diberikan kepada atlet. Goal setting akan memberikan gambaran bagi atlet tentang apa yang harus dicapainya. Pengertian goal setting menurut Cashmore (2008: 200) adalah “The process of establishing a
level performance proficiency which should be reached within a prescribed
time periode.” Maksudnya adalah cara untuk menentukan tingkat kecakapan yang harus dicapai dalam waktu yang sudah ditentukan.
yang jelas yang harus dicapai dari proses latihan. Harsono (1988: 79) menjelaskan “Menetapkan sasaran atau prognosis, dan mengajarkan kepada atlet bagaimana menetapkan sasaran-sasaran latihan adalah penting.”
Aspen lain yang juga penting dalam peningkatan olahraga prestasi yaitu kepercayaan diri dan motivasi. Atlet yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan merasa ragu untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Husdarta (2010: 92) menjelaskan “Salah satu modal utama dan syarat mutlak untuk mencapai prestasi olahraga gemilang adalah memiliki percaya diri (self confidence).”
Sedangkan motivasi diperlukan agar atlet mau berlatih secara keras. Tanpa motivasi yang kuat, atlet tidak akan memiliki kemauan dan tidak akan memiliki prestasi yang tinggi. Pengertian motivasi menurut Walgito (2003: 220) adalah “Keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke dalam suatu tujuan.” Lebih lanjut Harsono (1988: 250) menjelaskan bahwa “Motivasi adalah ujud tidak nampak pada orang dan tidak bisa kita amati secara langsung,yang dapat diamati adalah tingkah lakunya yang merupakan akibat atau manifestasi dari adanya motivasi pada diri orang tersebut.”
diberikan target yang susah menyelesaikannya lebih baik daripada orang yang hanya diberi target sedang atau bahkan mudah. Akhirnya ditemukan bahwa pendorong seperti pujian, umpan balik, pengikutsertaan, dan uang membawa peningkatan dalam pekerjaan jika mereka diberikan target yang susah dan spesifik.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Locke (Latham dan Wexley, 1982: 120) di atas, ditemukan tiga alasan mengapa goal setting berpengaruh kepada penampilan. Pertama, penetapan tujuan memiliki pengaruh terhadap pikiran dan pekerjaan orang. Kedua tujuan mengatur penggunaan energi, orang melakukan usaha sesuai dengan tingkat kesulitan tujuan. Ketiga tujuan yang sulit pasti meningkatkan ketekunan daripada tujuan yang mudah. Aspek utama dari proses motivasi ada tiga dimensi, yaitu arah (pilihan), usaha, dan ketekunan. Menurut sudut pandang olahraga, jika atlet diberikan target yang jelas dan sulit, maka penampilan atlet tersebut akan mengalami peningkatan. Kemudian atlet yang mempunyai motivasi akan mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya demi meraih kesuksesan.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji seberapa signifikan hubungan antara goal setting dengan kepercayaan diri dan motivasi atlet PPLP Jawa Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dengan kepercayaan diri atlet?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dengan motivasi atlet?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi atlet?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dengan kepercayaan diri atlet.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dengan motivasi atlet.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi atlet.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi ke dalam dua bagian bagi semua pihak, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
a. Dapat memberikan informasi dan masukan kepada pelatih mengenai pemberian goal setting kepada atletnya.
c. Sebagai referensi bagi yang akan melakukan penelitian mengenai materi yang berhubungan dengan goal setting di kemudian hari.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk pelatih mengenai pemberian goal setting kepada atletnya.
b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan kepada para pembina olahraga di Indonesia mengenai pentingnya pemberian goal setting. c. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi
lembaga-lembaga terkait untuk dapat lebih memperhatikan masalah perkembangan psikologis atlet-atlet dalam proses pelatihan.
E. Batasan Masalah
Agar penelitian tidak menyimpang dari pemasalahan yang akan dibahas dan untuk memperoleh keakuratan dalam pengumpulan data, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah goal setting.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri dan motivasi. 3. Sasaran penelitian adalah atlet PPLP Jawa Barat.
F. Definisi Operasional
1. Hubungan. Menurut Nurhasan, dkk. (1999: 17) hubungan adalah adanya keterkaitan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, yang besar kecilnya ditentukan oleh koefisien korelasi.
2. Goal Setting. Menurut Cashmore (2008: 200) goal setting adalah the process of establishing a level performance proficiency which should be
reached within a prescribed time periode. Maksudnya adalah cara untuk
menentukan tingkat kecakapan yang harus dicapai dalam waktu yang sudah ditentukan.
3. Kepercayaan Diri. Menurut Hornby yang dikutip Husdarta (2011: 92) secara sederhana percaya diri berarti rasa percaya terhadap kemampuan atau kesanggupan diri untuk mencapai prestasi tertentu.
4. Motivasi. Menurut Sarlito dalam Ibrahim dan Komarudin (2008: 164) motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjukan kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
5. Atlet. Menurut U n d a n g - u n d a n g S i s t e m
K e o l a h r a g a a n N a s i o n a l N o m o r 3
T a h u n 2 0 0 5 P a s a l 1 a y a t 7 atlet atau
O l a h r a g a w a n a d a l a h p e n g o l a h r a g a
y a n g m e n g i k u t i p e l a t i h a n s e c a r a
t e r a t u r d a n k e j u a r a a n d e n g a n p e n u h
G. Asumsi Dasar
Anggapan dasar atau asumsi adalah pegangan penulis untuk melakukan penelitian, karena asumsi merupakan dasar dari sebuah penelitian. Menurut Surakhmad seperti dikutip oleh Arikunto (2010: 104) “Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik.”
Dalam penelitian ini, asumsi yang dijadikan sebagai landasan untuk menetapkan suatu hipotesis adalah sebagai berikut :
Goal setting dapat diartikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan kemampuan dengan menetapkan tujuan yang harus dicapai seseorang dalam jangka waktu tertentu. Goal setting tidak dapat dilepaskan dari olahraga prestasi, karena goal setting merupakan salah satu bagian yang penting dalam mempersiapkan pencapaian prestasi. Berikut alasan mengapa goal setting penting bagi atlet, seperti dijelaskan oleh Harsono (1988: 79-80):
1. Penentuan sasaran akan membantu atlet dalam mencurahkan perhatian pada sasaran-sasaran yang akan dicapai. Artinya, daripada berlatih tanpa tujuan yang jelas, berlatih dengan tujuan tertentu akan dapat menambah konsentrasi, usaha, motivasi, serta semangat atlet untuk berlatih.
2. Kalau ada sasaran, atlet akan pula dapat mengatur rencana kegiatannya, langkah-langkahnya, siasat, serta usaha-usahanya untuk mencapai sasaran tersebut.
3. Secara mental, atlet akan merasa berkewajiban dan terikat untuk mencapai sasaran tersebut.
4. Dengan adanya sasaran, atlet akan dapat mendidik dirinya sendiri untuk (a) memaksa diri mencapai sasaran tersebut, dan (b) percaya diri bahwa dia sanggup mencapai sasaran yang ditetapkan.
prestasi dalam olahraga. Menurut Pate et al. (1964: 38) Goal setting memiliki empat fungsi penting, yaitu:
1. Tujuan menyiapkan mental dan emosional olahragawan untuk memainkan peran dan tanggung jawabnya
2. Tujuan menggambarkan rasa percaya diri
3. Tujuan menciptakan citra diri yang positif, suatu hal yang menyebabkan olahragawan dapat mengendalikan perbaikan dan penampilan dirinya sendiri.
4. Tujuan memberikan arah untuk usaha-usaha mendatang.
Goal setting, motivasi dan kepercayaan diri merupakan salah satu
penunjang untuk meraih prestasi yang maksimal, karena motivasi dapat meningkatkan usaha atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan cara berlatih dengan sungguh-sungguh. Selain itu, kepercayaan diri merupakan penunjang seseorang untuk meraih prestasi maksimal, karena kepercayaan diri merupakan salah satu modal dasar untuk mencapai prestasi maksimal. Terkait dengan hal tersebut Husdarta (2007: 93) menjelaskan:
Untuk sampai pada tangga juara yang paling tinggi seorang atlet harus full confidence, karena sikap mental seperti ini akan sangat membantu atlet dalam proses adaptasi menghadapi ketegangan yang berlebihan, memantapkan emotional security-nya, berusaha mencapai target yang ditetapkannya sendiri, dan menghindarkan atlet dari perasaan frustasi dan kegagalan.
Setyobroto (2002: 43) menambahkan bahwa “Tanpa penuh rasa
percaya diri sendiri atlet tidak akan dapat mencapai prestasi tinggi, karena ada saling hubungan antara motif berprestasi dan percaya diri.”
Berdasarkan pada uraian di atas, penulis beranggapan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dengan motivasi dan kepercayaan diri atlet.
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian, yang kebenarannya belum teruji secara ilmiah. Sugiyono (2012: 64) menjelaskan:
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan anggapan dasar yang penulis rumuskan dalam penelitian, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dengan kepercayaan diri atlet.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara goal setting dengan motivasi atlet.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi atlet.
I. Lokasi Penelitian
P e n u l i s m e m i l i k i r e n c a n a u n t u k
m e l a k u k a n p e n e l i t i a n i n i d i m e s s
P P L P J a w a B a r a t y a n g t e r l e t a k d i
j a l a n A c e h n o . 2 5 6 B a n d u n g . H a l i n i
b e r t u j u a n u n t u k m e m a n f a a t k a n w a k t u
d a n b i a y a s e c a r a e f e k t i f d a n j u g a
h a l p e r i z i n a n d a n j u g a d a l a m p r o s e s
p e l a k s a n a a n p e n e l i t i a n .
J. Metode Penelitian
Metode sangat diperlukan dalam suatu penelitian, metode adalah suatu cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan data untuk memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan prosedur penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa signifikan hubungan antara goal setting dengan kepercayaan diri dan motivasi. Oleh karena itu, penulis menggunakan metode deskriptif. Arikunto (2010: 3) menjelaskan “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.”
Penelitian deskriptif memiliki sekurang-kurangnya lima jenis penelitan, Arikunto (2010: 3) menjelaskan jenis penelitian deskriptif yaitu: “(a) penelitian deskriptif murni atau survey, (b) penelitian korelasi, (c)
penelitian komparasi, (d) penelitian penelusuran, dan (e) penelitian evaluasi.”
Jenis penelitian deskriptif yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Arikunto (2010: 4) menjelaskan:
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian, pemilihan metode yang tepat akan sangat berguna, karena dengan menggunakan metode yang tepat akan membantu peneliti untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan data untuk memecahkan suatu permasalahan sesuai dengan prosedur penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu memecahkan suatu masalah dengan cara pencarian data-data mengenai masalah yang diteliti. Menurut Arikunto (2010: 3) metode penelitian deskriptif
adalah “Penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau
hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan.”
variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.”
B. Desain Penelitian dan Variabel Penelitian
Pola atau desain penelitian merupakan hal yang penting di dalam sebuah penelitian, karena desain penelitian berfungsi untuk mempermudah langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian dan juga dapat dijadikan sebagai suatu pegangan agar tidak keluar dari ketentuan, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Desain penelitian yang dibuat harus sesuai dengan variabel-variabel yang terkandung dalam penelitian. Definisi variabel menurut Arikunto (2010: 161) adalah “Objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.” Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas = Goal Setting (X) 2. Variabel terikat = Kepercayaan Diri ( ) 3. Variabel terikat 2 = Motivasi ( )
Berdasarkan pada variabel-variabel yang sudah dikelompokan di atas, maka untuk mempermudah penelitian, penulis menyusun desain penelitian dengan bentuk seperti pada Bagan 3.1.
Bagan 3.1
r r
r
X = Goal Setting = Kepercayaan Diri = Motivasi
Agar penelitian ini lebih terarah dan efektif, maka penulis merancang alur penelitian seperti pada Bagan3.2.
Bagan 3.2 Alur Penelitian C. Teknik Pengambilan Sampel
populasi yang sedang diteliti.” Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2012: 124). Alasan penulis menggunakan purposive sampling dengan sampel atlet PPLP Jawa Barat adalah: 1) atlet PPLP Jawa Barat berlatih dengan rutin; 2) memiliki program latihan yang terstruktur; 3) memiliki jadwal pertandingan yang rutin.
Berdasarkan uraian diatas, dikarenakan penulis menggunakan teknik purposive sampling, maka penulis menggunakan sampel 30 orang atlet yang
terdaftar di PPLP Jawa Barat. D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara. Berdasarkan pada settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alami, di rumah dengan berbagai responden, seminar dan lain-lain. Kemudian berdasarkan sumber datanya, pengumpulan data dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Selanjutnya dilihat dari segi cara pengumpulan data, teknik pengumpulan data dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya (Sugiyono, 2012: 193).
teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya.”
Pada sebuah penelitian diperlukan sebuah alat ukur yang biasanya dinamakan instrumen penelitian.Jadi pengertian instrumen menurut Sugiyono (2012: 148) adalah “Suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati.”
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai goal setting, kepercayaan diri dan motivasi adalah angket. Selain menggunakan
angket, untuk mengetahui mengenai goal setting penulis juga menggunakan metode observasi, yaitu dengan cara mengamati program latihan yang diberikan kepada atlet.
Alasan penulis menggunakan angket dalam penelitian ini karena dapat memperoleh gambaran sesuai dengan apa yang terjadi melalui jawaban dari para responden dan memiliki keuntungan dalam penggunaannya. Arikunto (2010: 195) menjelaskan keuntungan menggunakan angket yaitu seperti yang tertera di halaman 47.
a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden
d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-malu menjawab
e. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
atau (3) kombinasi kedua macam itu dan cara menyampaikan atau
administrasi angket itu.” Dikarenakan responden anak-anak, jenis angket yang
akan digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu angket tertutup. Survei atau angket yang digunakan adalah pertanyaan adalam bentuk pilihan ganda atau bentuk-bentuk yang lain yang disebut closed-ended question. Pertanyaan itu dapat digunakan untuk mengukur pendapat, sikap, dan pengetahuan.
Agar penyusunan angket berjalan dengan baik, maka diperlukan langkah untuk menyusun angket. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut: 1. Melakukan Spesifikasi Data
Maksud dari spesifikasi data adalah untuk menjabarkan ruang lingkup masalah yang akan diteliti sehinggga mempermudah penulis menyusun kisi-kisi angket. Berikut ini pendapat para ahli yang dijadikan penulis sebagai acuan untuk menyusun kisi-kisi angket:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas goal settingmenurut Kreitner dan Kinicki (2006: 308-310) adalah (1) goal difficulty, (2) goalspecificity, (3) Participative goals, (4) Goal commitment, dan (5) Feedback
b. Ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri menurut Lautser (1992) dalam Ghufron dan Risnawati(2010: 35) adalah (1) memiliki keyakinan pada kemampuan sendiri, (2) memiliki optimisme yang tinggi, (3) bersikap objektif dalam berbagai hal, (4) Bertanggung jawab, (5) rasional dan realistis.
meliputi a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; b) harga diri; c) harga diri; d) kebutuhan; e) keinginan; f) kepuasan kerja; g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mencakup a) jenis dan sifat pekerjaan; b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; c) organisasi tempat bekerja; d) situasi pada umumnya; e) sistem imbalan yang berlaku.
Tujuan dari kisi-kisi angket adalah untuk memudahkan penulis dalam mengambil data penelitian. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyusun kisi-kisi angket seperti pada Tabel 3.1, 3.2 dan 3.3.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket Goal Setting
Variabel Indikator Sub-Indikator Nomor Soal
+ -
pencapaian tujuan 13,14 15 Goal
Commitment
a. Adanya kesepakatan
dalam penetapan tujuan 16,17 18,19 b. Adanya tanggung jawab
Tabel 3.2
Kisi-kisi Angket Kepercayaan Diri
Variabel Indikator Sub-Indikator Nomor Soal
+ -
kehidupan sendiri 7,8,40 9,34 b. Optimis dalam
menjalankan tugas 10 11,39
Objektif
a. Mampu menilai
diri-sendiri 12,13,14 15,16,36
b. Mampu menilai orang
mengambil keputusan 30 31 b. Realistis dalam
Tabel 3.3
Kisi-kisi Angket Motivasi
Variabel Indikator Sub-Indikator Nomor Soal
+ -
g. Prestasi yang dihasilkan 13 14
Eksternal
d. Situasi lingkungan 24 25,26 e. Sistem imbalan 27,28,29 30,31 2. Penyusunan Angket
Setelah menyusun kisi-kisi angket, langkah selanjutnya yaitu menjadikan kisi-kisi angket yang sudah kita susun sebagai acuan untuk menyusun pernyataan yang akan kita tuangkan dalam angket. Dipandang dari cara menjawabnya,dalam angket ini penulis menggunakan angket tertutup, menurut Arikunto (2010: 195) “Kuisioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.” Dalam pemilihan jawaban, penulis menggunakan skala sikap, yaitu skala likert. Skala Likert menurut Sugiyono (2012: 134) adalah “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial”. Penulis menyediakan alternatif pilihan jawaban yang mempunyai
analisis data kuantitatif, maka dari alternative jawaban-jawaban itu, penulis menetapkan kategori penyekoran seperti yang tertera pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Alternatif Jawaban
Skor Alternatif Jawaban Positif Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
3. Uji Coba Angket
Setelah angket disusun, angket tidak langsung diberikan kepada sampel yang akan penulis teliti. Angket terlebih dahulu diuji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya, karena tidak semua pernyataan di dalam angket ini akan diberikan kepada sampel. Hanya angket yang memenuhi syaratlah yang digunakan sebagai alat pengumpul data.
Uji coba angket dilaksanakan di klub atletik Tadjimalela Sumedang, yang bukan merupakan sampel dari penelitian ini. Adapun langkah dalam mengolah data untuk validitas instrumen adalah sebagai berikut:
a. Uji Validitas Butir Soal
1) Data yang diperoleh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.
2) Menentukan 50% responden yang masuk ke dalam kelompok atas dan 50% responden yang masuk ke dalam kelompok bawah.
3) Cari nilai rata-rata (̅) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut :
̅
Keterangan:
̅ = Nilai rata-rata yang dicari
∑ = Jumlah skor = Jumlah sampel
4) Mencari simpangan baku (S) dari setiap butir pernyataan dari kelompok atas dan
kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut:
S =
√
∑( )
Keterangan:
S = Simpangan baku
∑(X-X ) ² = Jumlah skor yang dikurangi rata-rata dikuadratkan
n = Jumlah responden
5) Mencari variansi ( ) setiap butir pertanyaan kelompokatas dan kelompok bawah
dengan rumus sebagai berikut:
=
Keterangan:
= Nilai rata-rata yang dicari
= Simpangan Baku Kelompok Satu
= Simpangan Baku Kelompok Dua = Jumlah sampel
6) Mencari t-hitung untuk tiap butir peryataan dengan menggunakan rumus berikut
ini:
t =
̅ ̅√
Keterangan Rumus:
t = Nilai t hitung yang dicari X = Nilai rata-rata kelompok atas X = Nilai rata-rata kelompok bawah S² = Simpangan baku kuadrat n = Jumlah responden
n = Jumlah responden kelompok bawah
Setelah diperoleh t-hitung, langkah selanjutnya adalah membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. T-tabel dalam taraf nyata 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95% untuk instrumen ini adalah 1,70.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Variabel Goal Setting No.
Soal t-hitung Keterangan
No.
Soal t-hitung Keterangan
1 2.1 Valid 19 2 Valid
2 1.9 Valid 20 1.9 Valid
3 1.9 Valid 21 1.8 Valid
4 2.1 Valid 22 1.9 Valid
5 0.2 Tidak Valid 23 2.9 Valid
6 1.9 Valid 24 1.8 Valid
7 1.8 Valid 25 1.7 Valid
8 1.7 Valid 26 2.4 Valid
9 1.8 Valid 27 2.3 Valid
10 0.3 Tidak Valid 28 2.4 Valid
11 2.6 Valid 29 2.3 Valid
12 2.7 Valid 30 2.1 Valid
13 0.3 Tidak Valid 31 4.5 Valid
14 1.7 Valid 32 1.7 Valid
15 1.9 Valid 33 0.8 Tidak Valid
16 2.1 Valid 34 2 Valid
17 2.9 Valid 35 3.1 Valid
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Variabel Kepercayaan Diri No.
Soal t-hitung Keterangan
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi No.
Soal t-hitung Keterangan
No. digunakan oleh penulis sebagai alat pengumpul data.
b. Uji Reliabilitas Soal
Setelah penulis mengetahui validitas instrumen, langkah selanjutnya yaitu mencari reliabilitas dari instrumen yang digunakan. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen, penulis menggunakan pendekatan sebagai berikut: 1) Membagi dua butir pernyataan menjadi kelompok ganjil dan kelompok
genap.
3) Mengkorelasikan antara skor butir butir pernyataan kelompok genap dan kelompok ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Pearson product moment ( Arikunto, 2010: 22) sebagai berikut:
=
√ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑Keterangan Rumus:
= Koefisiensi korelasi yang dicari
n = Jumlah responden
∑X = Jumlah skor variabel X (skor total butir soal) ∑Y = Jumlah skor variabel Y (skor total butir) ∑XY = Jumlah skor variabel X dikalikan dengan Y ∑X² = Jumlah hasil kuadrat skor variabel X ∑Y² = Jumlah hasil kluadrat skor variabel Y
4) Mencari realibilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus Spearman Brown sebagai berikut ini:
Keterangan:
= Koefisien yang dicari
= dua kali koefisien korelasi
= satu tambah koefisien korelasi
5) Menguji signifikansi korelasi dengan rumus berikut ini:
t =
√√
Keterangan:
t = nilai t-hitung yang dicari r = koefisien seluruh tes
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, langsung dimasukan ke dalam rumus Spearman Brown,
kemudian untuk menentukan t-hitung, nilai seluruh item tes dimasukan ke dalam rumus signifikansi korelasi. Dari perhitungan di atas, diperoleh untuk angket goal setting sebesar 0.860 dan rii sebesar 0.925, sedangkan r-tabel product moment untuk n=30 dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0.361. Dengan demikian instrumen goal setting lebih besar dari r-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen goal setting ini reliabel atau dapat dipercaya.
Untuk instrumen kepercayaan diri, nya sebesar 0,997 sedangkan nya adalah 0.995, sedangkan r-tabel product moment untuk n=30 dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0.361. dengan demikian, lebih besar daripada r-tabel, maka instrumen kepercayaan diri dapat dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya.
Selanjutnya untuk instrumen motivasi, nya sebesar 0.820 sedangkan rii nya adalah 0.901, sedangkan r-tabel product moment untuk n=30 dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 0.361. dengan demikian, lebih besar daripada r-tabel, maka instrumen motivasi dapat dinyatakan reliable atau dapat dipercaya.
4. Penyebaran Angket
Penyebaran angket dilakukan pada tanggal 13 Januari 2013 pukul 10.00 WIB di asrama PPLP Jawa Barat, jalan Aceh No. 47 Bandung.
E. Prosedur Pengolahan Data
Dalam penelitian ini data yang terkumpul selanjutnya penulis analisis dengan menggunakan pendekatan statistika. Adapun beberapa langkah penghitungan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut :
1. Menghitung rata-rata dan simpangan baku tiap variabel penelitian Menghitung rata-rata dengan cara mencari rata-rata skor yang tidak dikelompokan dengan menggunakan rumus di bawah ini (Nurhasan et al., 2008: 24):
=
Keterangan :
= Nilai rata-rata yang dicari = Jumlah skor yang didapat n = Jumlah sampel
Menghitung nilai simpangan baku dengan pendekatan rumus (Nurhasan et al., 2008: 39):
Keterangan :
S = Simpangan baku yang dicari
n = Jumlah sampel
= Jumlah skor mentah = Skor rata-rata
= jumlah kuadrat skor yang didapat dikurangi nilai rata-rata
2. Menguji normalitas data dengan menggunakan uji kenormalan Liliefors
Prosedur yang digunakan untuk menguji normalitas data menurut Nurhasanet al. (2008: 118-119) adalah :
a. Hitung nilai rata-rata ( ̅ dan simpangan baku(S).
b. Hitung nilai Zi masing-masing skor yang didapat dengan pendekatan
c. Tentukan luas daerah dengan bantuan tabel F (nilai-nilai Z). Jika nilai Zi nya negatif, maka ketentuannya ( 0,5 – hasil tabel Z1 ) dan jika nilai Z1 nya positif, maka dalam menentukan F ( Z1 ) adalah ( 0,5 + hasil tabel Z1). d. Selanjutnya dihitung proporsi S ( Z1) dengan pendekatan urutan skor
dibagi jumlah keseluruhan.
e. Menghitung selisih F ( Z1) - S ( Z1 ) kemudian tentukan harga mutlaknya. f. Hasil selisih tersebut ambil harga terbesar ( Lo )
3. Menghitung korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Setelah mengetahui normalitas data, langkah selanjutnya yaitu menghitung korelasi antar variabel dengan teknik korelasi skor berpasangan, dapat digunakan pendekatan statistika dari pearson dengan rumus (Nurhasan et al., 2008: 57):
√
Keterangan :
= Korelasi antara variabel X dan variabel Y
= Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel X = Beda antara tiap skor dengan nilai rata-rata variabel Y 4. Menguji signifikansi korelasi antara variabel X dan variabel Y
Untuk mengetahui tingkat signifikansi korelasi antar variabel, penulis melakukan uji t dari koefisien korelasi yang telah dicari sebelumnya dengan menggunakan rumus seperti yang diungkapkan Nurhasan et al. (2008: 195) berikut ini:
t =
√√
Keterangan:
5. Menghitung determinan
Yang terakhir yaitu menghitung determinan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tiap variabel dengan menggunakan rumus berikut ini:
Keterangan:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pengolahan data yang sudah dilakukan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara goal setting dengan tingkat kepercayaan diri atlet.
2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara goal setting dengan tingkat motivasi atlet.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat kepercayaan diri dengan tingkat motivasi atlet.
B. Saran
Sesuai kesimpulan, penulis membuat saran sebagai berikut :
1. Bagi para atlet agar tidak ragu untuk menetapkan tujuan setinggi mungkin agar dapat memupuk rasa percaya diri dan motivasi sehingga dapat menunjang terhadap prestasi yang dimiliki.
3. Bagi para pembina dan pengurus setiap cabang olahraga di Indonesia agar dapat menetapkan tujuan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki atletnya, setelah melalui proses diskusi dengan atlet dan pelatih yang bersangkutan.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Brewer, Britton. (2008). Handbook of sports medicine and science sport psychology. Boston: Department of Psychology Springfield College.
Cashmore, Ellis. (2008). Sport and Exercise Psychology The Key Concept. New York: Routledge Taylor and Francis Group.
Chantal, Yves. Et al. (1996). “Motivation and Elite Performance: an Exploratory Investigation with Bulgarian Athlete”. Journal of Sport Psychology.27. 173-182.
Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Danim, Sudarwan. (2007). Metode Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta: Bumi Aksara.
Ghufron, Nur dan Rini Risnawati.(2004).Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Gibson, James. John Ivancevich, and James Donnelly. (1996). Organisasi: Perilaku, struktur dan proses edisi kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek - Aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung: C.V. Tambak Kusuma.
Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta
Ibrahim, Rusli. dan Komarudin. (2008). Modul Psikologi Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga.
Jackson, John. (1981). Sport Adminisration Learning Design For Administrators of Sport, Physical Education, and Recreation. Illinois: Charles C Thomas Publisher.
Kreitner, Robert. dan Angelo Kinicki. (2007). Organizational Behavior Edition). New York: McGraw Hill.
Latham, Gary. dan Kenneth Wexley. (1982). Increasing Productivity Trough Performance Apraisal. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company.
Matjan, Bastinus. (2010). Modul ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nurhasan, Dudung, H.C. dan Nidaul, Hidayah. (2012). Modul Mata Kuliah
Statistik. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga.
Nurjaya, Dede Rohmat. (2012). “Aspek Psikologis Atlet Rowing”. Jurnal Kepelatihan Olahraga. 4, (1), 73-84.
Mcmorris, Terry. (2006). Coaching Science. Wes Sussex: John Willey & Sons ltd. Pate, Russel. Bruce McClenaghan, and Robert Rotella. (1964). Dasar-dasar Ilmiah
Kepelatihan. New York: Saunders College Publishing.
Robbin, Stephen P. (2003). Organizational Behavior. San diego: Pearson Educational International.
Setyobroto, Sudibyo. (1993). Psikologi Kepelatihan. Jakarta: C.V. Jaya Sakti. Setyobroto, Sudibyo. (2002). Psikologi Olahraga. Jakarta: C.V. Universitas
Negeri Jakarta.
Solihin, Ismail. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Thompson, Paul. 2005. Sculling: Training, Technique and Performance. Marlborough: The Crowood Press.
Undang-undang No. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Walgito, Bimo. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.
Sumber lain:
Jondemot. (2012). Motivasi Guru: Teori Hierarki Kebutuhan. [Online] Tersedia: http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/30/motivasi-guru-teori-hierarki-kebutuhan.htm [16 Oktober 2012]
Yogya, Kharis. (2007). Penetapan Tujuan atau Goal Setting. [Online] Tersedia: