• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status Gizi

Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikosumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Almatsier, 2009).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik lebih dan obesitas. (Almatsier, 2009).

2.1.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Menurut Call dan Levinson dalam Supariasa (2012), bahwa status gizi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kosumsi makanan dan tingkat kesehatan, terutama adanya penyakit infeksi, kedua faktor ini adalah penyebab langsung, sedangkan penyebab tidak langsung adalah : kandungan zat gizi dalam bahan makanan, kebiasaan makan, ada tidaknya program pemberian makanan tambahan, pemeliharaan kesehatan, serta lingkungan fisik dan sosial.

Menurut UNICEF dalam Supariasa (2012), menggambarkan faktor yang berhubungan dengan status gizi, pertama penyebab langsung adalah asupan gizi dan penyakit infeksi, kedua penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan tingkat

(2)

rumah tangga, perilaku/asuhan ibu dan anak, pelayanan kesehatan dan lingkungan, ketiga masalah utama yaitu kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Keempat masalah dasar, yaitu krisis politik dan ekonomi.

Menurut Laura Jane Haper dalam Supariasa (2012), faktor yang mempengaruhi status gizi ditinjau dari sosial budaya dan ekonomi adalah ketersediaan pangan, tingkat pendapatan, pendidikan dan penggunaan pangan. Ketersediaan pangan meliputi pemilihan tanaman yang di tanam. Pola penanaman, pola penguasaan lahan, mutu luas lahan, cara pertanian, cara penyimpanan, faktor lingkungan, rangsangan bereproduksi dan peranan sosial. Penggunaan pangan meliputi status sosial, kepercayaan keagamaan, kepercayaan kebudayaan, keadaan kesehatan pola makan, distribusi makanan dalam keluarga, dan pangan yang tercecer.

2.1.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian Status Gizi menggunakan Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri dapat digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

Parameter antropometri adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak bawah kulit.

Parameter antropometri meliputi : a. Umur

(3)

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Menurut Puslitbang Gizi Bogor, batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (completed year) dan bulan usia penuh (completed month).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu parameter antropometri yang memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak). Hal tersebut karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak, misal : terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang dikosumsi maka berat badan merupakan antropometri yang sangat labil. c. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tubuh bersama dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah defisiensi gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama.

d. Lingkar Lengan Atas (LLA)

Lingkar Lengan Atas (LLA) memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.

e. Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.

f. Lingkar Dada

Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada yang sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.

g. Lingkar Pinggang

Lingkar pinggang lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme, termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi

(4)

asam lemak bebas dibandingkan dengan banyaknya lemak bawah kulit atau pada kaki dan tangan.

h. Tebal Lemak Di Bawah Kulit

Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita Kurang Energi Protein (KEP). Antropometri gizi jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.

2.1.4 Kriteria Penilaian Status Gizi

Pada metode antopometri kita kenal dengan Indeks Antropometri. Indeks antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi dari beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Indeks Antropometri ada berbagai macam sesuai dengan umurnya. Menurut Standar WHO 2007 yang dipublikasi dalam website http://www.who.int/growthref/en/ ada 3 Indeks Antropometri untuk anak sekolah.

No Indeks Umur

1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

5 – 10 tahun

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

5 – 19 tahun

3. Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

5 – 19 tahun

Adapun di Indonesia, berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII Tanggal 30 Desember tahun 2010 untuk anak sekolah 5 – 18 tahun, Indeks Antropometri yang disarankan adalah Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U), sedangkan Riset Kesehatan Dasar 2013 menggunakan TB/U dan IMT/U dalam melakukan survei untuk anak sekolah.

(5)

Saat ini untuk menghitung status gizi anak sekolah, selain perhitungan manual dengan menggunakan Tabel Standar Anak 5 – 19 tahun WHO 2007, dapat juga menggunakan software WHO-Antro plus yang disediakan secara gratis di website WHO. Namun, sebaiknya sebelum menggunakan software kita harus tahu rumus dan perhitungannya secara manual sehingga kita paham bagaimana status gizi tersebut terbentuk.

a) Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berdasarkan Standar WHO 2007, penggunaan Indeks BB/U hanya untuk anak sekolah umur 5-10 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh WHO, untuk umur di atas 10 tahun apabila tetap menggunakan Indeks BB/U tidak akan mendapatkan perbedaan yang bermakna dikarenakan pada umur lebih dari 10 tahun, status gizi anak sudah banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan tinggi badannya.

Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi masa sekarang dikarenakan sifat berat badan yang mudah berubah. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara kosumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya, dalam keadaan abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.

Penilaian BB/U dengan menghitung nilai Standar Deviasi (SD) atau disebut juga nilai Z-Score, rumusnya sebagai berikut :

Z-Score=Nilai berat badan subjek – Nilai median baku rujukan Nilai Simpangan Baku Rujukan

Untuk menghitung nilai Simpangan Baku (SB) rujukan atau nilai Standar Deviasi (SD), apabila berat badan yang bersangkutan di bawah median (nilai tengah) dari tabel maka nilai simpangan baku adalah :

[Median – (-1SD)]

Namun, apabila berat badan yang bersangkutan di atas median maka nilai simpangan baku adalah

(6)

[(+1 SD) – Median]

Apabila sudah ditemukan nilai Z-Score untuk BB/U maka kemudian kategori status gizi anak tersebut. Kategorinya seperti pada tabel

Nilai Z-Score Kategori

>+2SD s.d +3SD Gizi Lebih

-2SD s.d +2SD Gizi Baik

<-2SD s.d -3SD Gizi Kurang

<-3SD Gizi Buruk

Keterangan :

1. Jika nilai Z-Score untuk BB/U lebih dari +2SD sampai dengan +3 SD maka kategori gizinya adalah lebih atau bisa di bilang gizi lebih.

2. Jika nilai Z-Score untuk BB/U -2SD sampai dengan +2SD maka kategori gizinya adalah baik atau bisa di bilang gizi baik.

3. Jika nilai Z-Score untuk BB/U kurang dari -2SD sampai dengan -3SD maka kategori gizinyz adalah kurang atau bisa di bilang gizi kurang.

4. Jika nilai Z-Score untuk BB/U kurang dari -3SD maka kategori gizinya adalah buruk atau bisa di bilang gizi buruk.

b) Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertahanan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh devisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu.

(7)

Menurut WHO 2007, indeks ini dapat digunakan untuk anak sekolah berumur 5-19 tahun atau kalau sesuai ketetapan di Indonesia adalah untuk anak sekolah berumur 5-18 tahun.

Penilaian TB/U dengan menghitung nilai Standar Deviasi Unit (SD) atau disebut juga nilai Z-Score, rumusnya sebagai berikut :

Z-Score= Nilai Tinggi Badan Subyek-Nilai median baku rujukan Nilai Simpangan Baku rujukan

Sama seperti ketentuan untuk berat badan, apabila tinggi badan yang bersangkutan di bawah median maka nilai simpangan baku adalah :

[ Median –(-1SD)]

Namun, apabila berat badan yang bersangkutan di atas median maka nilai simpangan baku adalah :

[(+1SD)- Median

Apabila sudah ditemukan nilai Z-Score untuk TB/U maka kemudian kita kategorikan status gizi anak tersebut. Kategorinya seperti pada tabel

Nilai Z-Score Kategori

>+2SD Tinggi

-2SD s.d +2SD Normal

<-2SD s.d -3SD Pendek

<-3SD Sangat Pendek

Keterangan :

1. Jika nilai Z-Score untuk TB/U lebih dari +2SD maka kategorinya tinggi.

2. Jika nilai Z-Score untuk TB/U -2SD sampai dengan +2SD maka kategorinya normal.

3. Jika nilai Z-Score untuk TB/U kurang dari -2SD sampai dengan -3SD maka kategorinya pendek.

4. Jika nilai Z-Score untuk TB/U kurang dari -3SD maka kategorinya sangat pendek. c) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

Indeks massa tubuh (IMT) atau Basal Metabolisme Index (BMI) mencerminkan status gizi masa sekarang karena sangat sensitif terhadap perubahan

(8)

keadaan yang mendadak, misal : teserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah makanan yang dikosumsi maka indeks massa tubuh merupakan indeks antropometri yang sangat labil.

Sebelumnya, indeks digunakan untuk orang dewasa, baru pada tahun 2007 WHO menetapkan penggunaan indeks ini untuk anak sekolah umur 5-19 tahun. Perbedaan IMT/U anak sekolah dengan perhitungan IMT orang dewasa adalah bahwa IMT untuk anak sekolah tidak dapat mengambil langsung nilai IMT untuk menentukan status gizi, tetapi penggunaannya dengan memperhatikan nilai Z-Scorenya atau standar deviasinya. Jadi, setelah menghitung nilai IMT, dilanjutkan dengan menentukan nilai Z-Scorenya dengan menggunakan tabel IMT/U.

Saat ini, IMT/U merupakan penilaian status gizi yang paling dianjurkan untuk anak sekolah di Indonesia, berdasarkan SK Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII Tanggal 30 Desember Tahun 2010 untuk anak sekolah usia 5-18 tahun.

Untuk perhitungan IMT pada anak sekolah, pertama-tama kita menggunakan rumus IMT yang sama digunakan untuk menghitung IMT untuk orang dewasa. Rumusnya adalah sebagai berikut :

IMT= Berat Badan (kg) x Tinggi Badan (M) Tinggi Badan (M)

Selanjutnya nilai tersebut kita gunakan untuk menghitung nilai Z-Scorenya. Untuk rumus Z-Score, sama seperti rumus Z-Score pada BB/U dan TB/U, yaitu sebagai berikut :

Z-Score= Nilai IMT-Nilai median baku rujukan Nilai simpangan baku rujukan

setelah didapat perhitungan nilai Z-Score, selanjutnya bandingkan dengan standar untuk menentukan kategori status gizinya. Berikut adalah kategori status gizi anak sekolah berdasarkan IMT/U.

Nilai Z-Score Kategori

(9)

>+1SD s.d +2SD Gemuk

-2SD s.d +1SD Normal

<+2SD s.d -3SD Kurus

<-3SD Sangat kurus

Keterangan :

1. Jika nilai Z-Score untuk IMT/U lebih dari +2SD maka di kategorikan obesitas. 2. Jika nilai Z-Score untuk IMT/U lebih dari +1SD sampai dengan +2SD maka

di kategorikan gemuk.

3. Jika nilai Z-Score -2SD sampai dengan +1SD maka di kategorikan normal. 4. Jika nilai Z-Score kurang dari +2SD sampai dengan -3SD maka di kategorikan

kurus

5. Jika nilai Z-Score kurang dari -3SD maka di kategorikan sangat kurus. 2.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

2.2.1 Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran, pertum buhan dapat diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan tetapi laju pertumbuhan berfariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda.

Perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan kemampuan berjalan, berbicara dan berlari dan melakukan sesuatu aktivitas yang semakin kompleks. Pertumbuhan merupakan perubahan yang di alami individu menuju ke tingkat kedewasaan atau kematangan ( maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis. (Kozier, Erb, Bernam, & Snyder, 2011).

(10)

Istilah pertumbuhan dan perkembangan keduanya mengacu pada proses dinamis. Pertumbuhan dan perkembangan walaupun sering digunakan secara bergantian, keduanya memiliki makna yang berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan, teratur, dan berurutan yang dipengaruhi oleh faktor maturasi, lingkungan dan genetik. (Kozier, Erb, Bernam, & Snyder, 2011).

2.2.2 Tahap Tumbuh Kembang Anak

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa prenatal dan postnatal.

1. Masa Prenatal

Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.

2. Masa Postnatal

Masa postnatal terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah, dan masa remaja.

a. Masa neonatus

Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali dengan masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di dalam ektra uteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.

(11)

Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12 bulan) : pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan susunan saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun) : kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.

c. Masa prasekolah

Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson ( dalam Nursalam 2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah ( initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah. Pada usia prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola makan dimana pada umumnya anak mengalami kesulitan untuk makan. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan perkembangan, anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).

d. Masa sekolah

Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah.

e. Masa remaja

Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas.

(12)

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Adriana, 2013 adalah :

1) Faktor internal (Dalam)

Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak yaitu :

a. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk, atau kurus.

b. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan pada masa remaja.

c. Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat.

d. Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil.

2) Faktor eksternal (Di Luar)

Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

1. Faktor prenatal a. Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b. Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.

(13)

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan kongenital. d. Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti deformitas anggota gerak.

e. Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH dapat menyebabkan kelainan pada janin, katarak, bisu tuli, retardasi mental, dan kelainan jantung. f. Kelainan imunologi

Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam peredaraan darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. g. Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.

2. Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3. Faktor pasca persalinan a. Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. b. Penyakit kronis atau kelainan kongenital

Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

4. Faktor lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan sebagai tempat anak hidup berfungsi sebagai penyediaan kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, serta paparan radioaktif dan zat kimia tertentu mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

5. Faktor psikologi

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

(14)

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang juga menjadi faktor yang memenuhi tumbuh kembang anak. 7. Faktor lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

8. Faktor stimulasi

Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

9. Faktor obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan. Demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

Referensi

Dokumen terkait

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 31 Juli 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada aplikasi SPSE

pada UU pasal 62 ayat 1 yang menyatakan bahwa “setiap satuan pendidikan formal maupun non- formal yang didirikan wajib memperoleh ijin pemerintah daerah”7. Pendirian lembaga PAUD

Kurva kesetimbangan uap-cair sistem biner ethanol-air hasil penelitian dengan bahan baku ethanol pro analitis mendekati data literatur pada saat variabel berubah

Mannose-6-Phospate yang merupakan molekul terikat oleh lektin dalam system kekebalan tubuh adalah sebuah kunci target sinyal untuk asam hidrolase, protein prokuser untuk

berkesinambungan dengan kebijakan kepegawaian daerah didasarkan pula pada kondisi kebutuhan daerah, karakteristik dan budaya kerja. Beberapa kebijakan nasional dalam

Hasil pengujian hipotesis 3a dengan PLS pada variabel perubahan strategi terhadap ketersediaan sistem akuntansi manajemen broad scope diperoleh nilai tstatistics =

Oleh karena itu, makalah ini mengupas mengenai pandangan Islam dan perbandingannya dengan moneter konvensional mengenai dalam rangka menjaga keadilan, ketentraman,

Untuk understand dilihat bahwa sebagian besar (87,5%) sudah mampu mengevaluasi informasi secara kritis, namun masih didapati sebagian kecil (12,5%) yang tidak memahami, begitu