i
PERANCANGAN ULANG SISTEM PERPIPAAN HIDRAN GEDUNG LABORATORIUM UNIT V KAMPUS III
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Oleh: Sigit Wiyanto NIM : 055214028
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain The Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering
by : Sigit Wiyanto
Student Number : 055214028
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
TECHNOLOGY AND SCIENCE FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas sanata Dharma : NAMA : SIGIT WIYANTO
NIM : 055214028
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERANCANGAN ULANG SISTEM PERPIPAAN HIDRAN GEDUNG LABORATORIUM UNIT V KAMPUS III
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 05 Maret 2010
Yang menyatakan,
vi
Perancangan sistem sebelum digunakan sangatlah penting untuk mengetahui sistem perpipaan hidran yang akan digunakan, baik sistem distribusi (pipa) maupun spesifikasi pompa hidran yang digunakan untuk mengoptimalkan keamanan.
Perancangan dilakukan dengan meninjau diameter pipa yang digunakan, ketebalan pipa komersial menggunakan pipa dengan schedule 40, jenis pipa yang digunakan berupa pipa Carbon Steel, sambungan yang digunakan berupa tee dan elbow, valve yang digunakan menggunakan open globe valve, dan ketinggian gedung 20,35 meter. Perhitungan perancangan berupa perhitungan ketebalan pipa yang digunakan dengan masing-masing diameter saat mengalami tekanan maksimum sebesar 102,4 psi (pada saat beroperasi), penentuan pola aliran, kebutuhan kecepatan fluida untuk mencapai ketinggian maksimum, perhitungan percabangan, dan perhitungan jarak tumpuan.
Hasil dari perancangan ulang berupa ketebalan pipa yang digunakan cukup dengan menggunakan schedule 5S, namun demikian pipa yang dipasang menggunakan schedule 40 sehinnga untuk pipa dengan diameter 1,5 in memiliki angka keamanan sebesar 77,22, kecepatan aliran yang diperlukan untuk mencapai ketinggian maksimum gedung sebesar 23,07 m/s, percabangan yang digunakan tidak membutuhkan penguat, dan tumpuan yang digunakan berupa tanah, lantai cor masing-masing lantai, dan pipa-pipa yang terintegrasi dengan dinding maupun pompa.
vii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah sehingga tugas akhir ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Tugas akhir ini adalah sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
Dengan selesainya pembuatan tugas akhir ini yang merupakan salah satu syarat kelulusan dari program studi S1 Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas akhir, terlebih kepada :
1. Yosef Agung Cahyanta, S.T.,M.T, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Budi Sugiharto, S.T.,M.T, selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin, Dosen Pembimbing akademik, dan Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
3. Bapak I Gusti Ketut Puja, S.T.,M.T. dan Ir. Rines, M.T. selaku dosen penguji yang telah memberikan keritik dan saran.
4. Keluarga besar penulis yang telah member dukungan yang sangat besar dalam kehidupan penulis.
5. Ir. Woro, selaku kepala Biro Sarana dan Prasarana. 6. Bapak Wasimin, selaku bagian Mekanik dan Elektrik.
ix
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……… v
INTISARI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Tujuan Dan Manfaat Perancangan ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
BAB II. DASAR TEORI ... 4
2.1 Sistem Hidran ... 4
2.1.1 Tempat Penyimpanan Air... 4
2.1.2 Pompa dan Hydrophore ... 5
2.1.3 Sistem Perpipaan ... 8
2.2 Sistem Distribusi ... 9
x
2.4 Dasar Perhitungan Tebal Pipa ... 13
2.5 Dasar Perhitungan Kebutuhan Penguat Pada Percabangan ... 15
2.6 Penentuan Pola Aliran Dalam Pipa ... 17
2.7 Persamaan Energi ... 19
2.8 Persamaan Bernoulli ... 20
2.9 Penentuan Tarak Tumpuan ... 25
BAB III. LANGKAH PERANCANGAN ... 27
3.1 Spesifikasi Alat ... 27
BAB IV. PERHITUNGAN PERANCANGAN ... 31
4.1 Ketebalan Pipa ... 31
4.2 Penentuan Pola Aliran Dalam Pipa ... 34
4.3 Rugi-Rugi Dalam Pipa ... 36
4.4 Kecepatan Air Yang Dibutuhkan (Vo) ... 38
4.5 Jumlah Keran Yang Dapat Dibuka Saat Terjadi Kebakaran ... 40
4.6 Percabangan ... 42
4.7 Tumpuan ... 47
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
5.1 Kesimpulan ... 49
5.2 Saran ... 50
xi
Tabel 2.1 Harga koefisien Y untuk t < d/6 ... 14
Tabel 2.2 Harga faktor k untuk valves dan sambungan ... 24
Tabel 3.1 Karakteristik pipa Galvanized Steel ... 28
Tabel 3.2 Sifat minimum logam las ... 29
Tabel 4.1 Kemampuan pipa menahan tekanan ... 33
Tabel 4.2 Angka Keamanan Pipa ... 34
Tabel 4.3 Hasil perhitungan angka Reynolds ... 35
Tabel 4.4 Hasil perhitungan Head Losses total ... 37
xii
Gambar 2.1 Udara tertekan karena bertambahnya volume air ... 6
Gambar 2.2 Tee ... 11
Gambar 2.3 Elbow 450 dan 900 ... 12
Gambar 2.4 Cross ... 12
Gambar 2.5 ConsentrikReducer (kiri) dan Ecentrik Reducer (kanan) ... 13
Gambar 2.6 Nama-nama bagian pada percabangan ... 15
Gambar 2.7 Kecepatan aliran dalan pipa ... 18
Gambar 2.9 Gate valve (conventional stuffing box) ... 25
Gambar 2.10 Gate Valve (insertion-type stuffing box) ... 25
Gambar 2.11 Globe Valve ... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sistem perpipaan sering di dapati dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan sistem perpipaan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya sistem perpipaan air bersih pada perumahan, sistem perpipaan kompresor pada bengkel, sistem perpipaan hidran pada gedung perkantoran dan perkuliahan, sistem perpipaan pada pengeboran dan pengolahan minyak bumi, sistem perpipaan pada pabrik pengolahan minyak sawit.
Dewasa ini banyak didapati adanya kecelakaan kerja yang disebabkan karena kerusakan pada sistem perpipaan. Hal ini disebabkan karena adanya ketidak mampuan rancangan sistem perpipaan dalam menahan tekanan yang diberikan. Salah satunya adalah sistem perpipaan hidran. Sistem perpipaan hidran beroperasi dengan cara memompa air dari bak tandon dengan pompa air menuju tangki hydrophore dan kemudian dibantu dengan tekanan dari kompresor untuk menyalurkan ke sistem perpipaan hidran. Hidran sering digunakan untuk mengatasi terjadinya kebakaran dalam skala yang cukup besar yang tidak mampu diatasi oleh pemadaman secara konvensional.
cukup besar pada saat beroperasi. Tujuan dari perancangan sistem perpipaan adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja akibat kegagalan rancangan, sehingga perancangan sistem perpipaan dapat dikatakan sangat penting.
1.2 Tujuan dan Manfaat Perancangan
Tujuan perancangan ulang sistem perpipaan hidran Gedung Laboratorium Unit V Kampus III Universitas Sanata Dharma, yaitu :
1. Mengkaji tentang kekuatan pipa pada saat mengalami tekanan maksimal ditinjau dari bahan pipa, dimensi pipa dan sambungan yang digunakan dan menyesuaikan dengan pipa komersial yang ada di pasaran, sehingga dapat diketahui kelayakan sistem perpipaan hidran yang dipakai.
2. Mengkaji kebutuhan pompa yang dibutuhkan saat sistem hidran beroperasi dengan meninjau dari rugi-rugi yang terjadi (rugi-rugi akibat sambungan, rugi-rugi akibat ketinggian), sehingga dapat diketahui pompa yang dipakai telah layak atau belum.
Manfaat perancangan ulang sistem perpipaan hidran Gedung Laboratorium Unit V Kampus III Universitas Sanata Dharma, yaitu :
1. Mengetahui apakah sistem perpipaan hidran mampu mengatasi tekanan yang diberikan.
2. Mengetahui apakah pompa hidran yang digunakan dapat memenuhi jumlah layanan.
1.3 Batasan Masalah
Perancangan ulang sistem perpipaan hidran Gedung Laboratorium Unit V Kampus III Universitas Sanata Dharma, sebagai pemikiran utamanya adalah kekuatan sistem perpipaan hidran saat mengalami tekanan dan kemampuan pompa hidran saat beroperasi ditinjau dari :
4
2.1 Sistem Hidran
Hidran merupakan sarana pemadam kebakaran yang menggunakan
media air untuk mematikan api. Air dari bak penampungan di alirkan melalui
pipa-pipa penyalur menggunakan pompa. Sistem hidran terdiri atas :
1. Tempat penyimpanan air (reservoir).
2. Pompa dan Hydrophore.
3. Sistem penjernih air.
4. Sistem perpipaan.
2.1.1. Tempat penyimpanan air (reservoir)
Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tangki
ataupun beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya, bisa berada di
atas tanah maupun dalam tanah dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat
menampung air untuk suplai air hidran. Reservoir yang digunakan dalam
perancangan berupa bak berdimensi 3,6 x 1 x 1 meter yang terhubung dengan bak
penampungan air bersih yang dipisahkan oleh gerbang air. Gerbang air
memungkinkan pemindahan air bersih ke ruang hidran, namun tidak untuk
Pemindahan air bersih ke bak hidran dimungkinkan untuk mengantisipasi
kondisi darurat bila air hidran habis ketika masih diperlukan sehingga proses
pemadaman tidak terganggu. Tetapi air hidran tidak dapat digunakan untuk
keperluan air bersih karena pada saat penyaringannya air untuk hidran tidak
diutamakan kebersihannya.
Reservoir ini berada di dalam tanah dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat menampung air untuk suplai air hidran. Selain itu reservoir juga
harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali dari sumber-sumber air
yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia dalam reservoir.
Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang dihubungkan
dengan sumber air tanah.
2.1.2. Pompa dan Hydrophore
Hydrophore merupakan suatu bejana/tabung yang berfungsi untuk mempertahankan atau menstabilkan kebutuhan tekanan fluida pada suatu jaringan
perpipaan.
Hydrophore bekerja berdasarkan hukum Boyle yang menyatakan bahwa jika temperatur (T) sejumlah gas yang diberikan dipertahankan konstan, maka
volume (V) gas akan berubah berbanding terbalik dengan tekanan (P) absolut gas
di tunjukkan dalam Persamaan 2.1 dan Gambar 2.1
Gambar 2.1. Udara tertekan karena bertambahnya volume air
Pada rumah pompa di Kampus III Universitas Sanata Dharma,
hydrophore yang digunakan untuk hidran berkapasitas 1000 liter dengan memiliki tekanan ijin 10 ATM (10 kg/cm2), namun tekanan kerja maksimum hidran hanya
7,2 kg/cm2.
Pompa hidrolis adalah sebuah mesin yang berfungsi mengubah energi
mekanis menjadi energi tekanan fluida (modul praktikum pompa seri/parallel, YB.
Lukiyanto). Pada sistem hidran pompa berfungsi untuk mengalirkan air dari
sumber air (sumur) ke bak penampungan (reservoir) dan dari bak penampungan
kedalam instalasi pipa hidran.
Sistem pompa hidran terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak,
dan unit pompa. Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat
menghidupkan serta mematikan keseluruhan sistem dan juga untuk mengetahui
status dan kondisi pompa. Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik
elektrik yang mengaktifkan pompa untuk menyedot dan menyemburkan air.
Pada sistem hidran di Kampus 3 Universitas Sanata Dharma digunakan
dua buah pompa centrifugal untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke
instalasi pipa hidran yaitu :
1. Pompa hidran utama
Merupakan pompa sentrifugal yang memiliki daya 30 kW dan beroperasi
secara otomatis jika sistem hidran memerlukan debit air yang besar. Pada saat
beroperasi, pompa secara otomatis mati bila tekanan pada hydrophore mencapai
7,2 kg/cm2 dan akan menyala kembali ketika tekanan di dalam hydrophore turun
hingga 4,5 kg/cm2 karena air mengalir ke keluar dari sistem hidran.
2. Pompa Jockey
Merupakan pompa sentrifugal yang memiliki daya 5 kW dan beroperasi
untuk memenuhi kebutuhan air dengan debit kecil seperti penyiraman taman
(sistem hidran terintegrasi juga dengan saluran pipa kecil untuk kebutuhan taman).
Pada saat beroperasi, pompa secara otomatis mati bila tekanan pada hydrophore
mencapai 6,8 kg/cm2 dan akan menyala kembali ketika tekanan di dalam
hydrophore turun hingga 4,5 kg/cm2 karena air mengalir ke keluar dari sistem hidran.
Pompa jockey dan pompa hidran utama bekerja bergantian diatur oleh
panel kontrol otomatis. Jika debit air yang keluar kecil maka yang bekerja hanya
pompa jockey, dan pada limit tertentu ketika debit air yang keluar dibutuhkan besar maka pompa hidran utama akan menyala dan pompa jockey akan mati
Pompa hidran harus dapat bekerja setiap saat ketika dibutuhkan karena
merupakan sarana penanggulangan bencana yang tak terduga. Penggerak pompa
yang digunakan untuk hidran adalah motor listrik, maka disediakan genset untuk
menyuplai daya listrik ke motor pompa bilamana listrik dari jaringan mati
sehingga sistem hidran dapat selalu bekerja.
2.1.3. Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan sebuah sistem yang berfungsi sebagai
media untuk mengalirkan fluida, baik berupa cairan maupun gas dari satu tempat
ke tempat yang lain.
Dalam sistem hidran, sistem perpipaan ini digunakan sebagai saluran air
yang berguna untuk memadamkan api apabila di suatu tempat terjadi kebakaran.
Sistem ini bekerja berdasarkan tekanan, fluida dari pompa dialirkan melalui satu
pipa dicabangkan menuju kran – kran pada setiap terminal akhir melalui pipa
bercabang.
Sistem perpipaan pada hidran merupakan jalur utama distribusi air dari
lokasi sumber air (sumur) menuju reservoir dan juga dari reservoir menuju titik
penempatan kotak pemadam kebakaran di tiap lantai gedung. Tanpa pipa maka
tidak dapat disebut sebagai sistem hidran, tetapi hanya alat penyemprot air.
Sistem hidran pipa merupakan salah satu peranan terpenting untuk
2.2 Sistem distribusi
Sistem pipa utama (primary feeders) dari hidran biasanya berukuran 12
hingga 16 in. Pipa sambungan kedua (secondary feeders) biasanya berukuran 8
hingga 12 in. Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4,5 hingga 6 in.
Pada ujung pipa hidran tersambung dengan pilar hidran. Disamping pilar hidran
terpasang box yang digunakan untuk menyimpan selang hidran (house). Selang ini
terbuat dari bahan kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.
Sebagai pendukung supply air hidran, dibuatlah suatu sambungan pipa
yang berinterkoneksi dengan sistem pipa hidran yang disebut sambungan siamese.
Sambungan ini terdiri dari satu atau dua sambungan pipa yang fungsinya adalah
untuk memberikan supply air tambahan untuk mobil pemadam kebakaran atau
sistem pilar hidran umum.
2.3 Komponen Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan terdiri dari berbagai komponen yang menjadi
pendukung sistem, sehingga dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Komponen-komponen dari sistem perpipaan adalah pipa, sambungan, flanges, serta
komponen lain yang digunakan untuk mendistribusikan fluida.
2.3.1 Pipa
Pipa merupakan tabung dengan bentuk silinder yang menjadi bagian
utama dari sistem perpipaan. Di dalam pipa inilah proses pengaliran fluida terjadi.
Setiap kondisi proses pengaliran fluida, pipa yang digunakan memiliki spesifikasi
dan dalam suhu yang tinggi, maka pipa yang diperlukan adalah dengan spesifikasi
tersebut menurut standar yang dikeluarkan oleh ASTM (American Society of
Testing Materials) atau ASME (The American Society of Mechanical Engineers). Standar yang dikeluarkan oleh ASTM, terdapat bagian dari pipa yang telah diukur
sesuai standar yang ditentukan. Bagian-bagian tersebut berupa keterangan
mengenai bahan pipa, diameter, ketebalan pipa, serta schedule pipa.
Spesifikasi pipa, terdapat istilah schedule, yang merupakan istilah untuk
pembagian kelas dalam pipa. Schedule ditulis dalam bentuk penomoran untuk
membedakan spesifikasi pipa, karena masing-masing schedule memiliki
spesifikasi tersendiri. Misal pada pipa dengan ukuran nominal sebesar 1/8 NPS
(Nominal Pipe Size), memilki ketebalan pipa yang berbeda untuk masing-masing
schedule.
Perbedaan schedule ini berguna untuk penggunaan pipa yang berbeda
pada ukuran nominal pipa yang sama. Perbedaan antara schedule yang satu
dengan schedule yang lain, terletak pada ketebalan pipa, dihitung dari diameter luar (outside diameter). Semakin tebal sebuah pipa, maka semakin kuat pipa
tersebut.
Untuk keperluan dunia industri, dengan penggunaan berdasarkan pada
tekanan, dikenal pipa standart (STD) untuk tekanan paling rendah. Kemudian
2.3.2 Sambungan
Sambungan pipa merupakan bagian dari sistem perpipaan, yang
berfungsi menyambung sebuah pipa dengan pipa yang lain untuk keperluan
tertentu. Sambungan perpipaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Sambungan dengan menggunakan pengelasan.
2. Sambungan dengan menggunakan ulir.
3. Sambungan menggunakan flanges.
Penggunaan jenis sambungan ini bergantung pada besar diameter pipa
serta besarnya tekanan. Untuk pipa dengan tekanan rendah dan diameter dibawah
2 inci digunakan sambungan ulir.
Dari kedua kelompok jenis sambungan di atas, sambungan pipa masih dibagi lagi
dalam bentuk-bentuk tertentu, sesuai dengan kebutuhan sistem perpipaan.
Jenis-jenis sambungan tersebut adalah tee, elbow, cross, reducer.
1. Tee (Sambungan Tee)
Sambungan Tee merupakan sambungan yang menghubungkan pipa
dengan pipa, sehingga menghasilkan percabangan pipa lebih dari satu. Gambar
2.2 menampilkan dimensi sambungan Tee.
2. Elbow (belokan)
Elbow adalah sambungan yang menghubungkan satu pipa dengan pipa yang lain, untuk mengubah arah pipa dalam sudut tertentu. Kebanyakan sudut
yang digunakan adalah sebesar 900, namun terdapat juga elbow dengan sudut 450.
Gambar 2.3 menampilkan dimensi belokan pipa.
Gambar 2.3. Elbow 450 dan 900
3. Cross
Cross adalah sambungan antar satu pipa dengan pipa yang lain sehingga menghasilkan empat percabangan pipa. Gambar 2.4 menampilkan dimensi Cross.
4. Reducer
Reducer adalah bagian dari sistem perpipaan yang menghubungkan sebuah pipa dengan pipa yang berdiameter lebih kecil, seperti yang ditampilkan
pada Gambar 2.5. Hal ini bertujuan mengubah kecepatan aliran fluida yang
mengalir dalam pipa menjadi lebih tinggi dengan memanfaatkan penyempitan luas
penampang pipa.
Gambar 2.5. Consentrik Reducer (kiri) dan Ecentrik Reducer (kanan)
2.4. Dasar Perhitungan Tebal Pipa
Pipa yang digunakan dalam analisis ini adalah pipa dengan bahan AISI
1020. Pada sambungan percabangan pipa menggunakan tipe tee. Dalam
menentukan pemilihan ketebalan dinding pipa dapat dihitung dengan Persamaan
2.2 (Sam Kannapan, 1996).
Tabel 2.1. memperlihatkan bermacam harga Y pada beberapa material.
Tabel 2.1. Harga koefisien Y untuk t < d/6 (Sam Kannappan, 1996)
Materials
Untuk t ≥ d/6 maka dapat dihitung dengan persamaan 2.3 :
Y =
atau ; Y = ...(2.3)
Keterangan :
c = jumlah pengerjaan, korosi, dan erosi yang diijinkan (in)
d = diameter nominal pipa komersial (in)
Setelah tebal pipa diketahui maka din dapat ditentukan dengan :
din = diameter dalam pipa (in)
din = Do – 2t……….(2.4)
Dari din yang sudah diketahui maka dapat pula menentukan luas penampang pipa.
Pipa yang digunakan adalah jenis tube (pipa tabung) percabangan
dilakukan dengan cara pemasangan tee 900 kemudian di las dengan pipa saluran
dengan penambahan flanges pada setiap ujung tee, adapun hal yang perlu
diperhitungkan dalam memilih ukuran tube haruslah memperhatikan tekanan
pecah (burst pressure) hal ini bertujuan untuk menentukan kualitas bahan dari
2.5. Dasar Perhitungan Kebutuhan Penguat Pada Percabangan
Pembuatan percabangan sistem perpipaan dengan menggunakan pipa sebagai
cabangnya, diperlukan perhitungan untuk mengetahui perlu atau tidaknya
penguat. Langkah-langkah perhitungannya sebagai berikut (Sam Kannapan, 1996)
:
Gambar 2.6. Nama-nama bagian pada percabangan Keterangan gambar :
= tebal dinding pipa nominal
t = tebal dinding pipa, menggunakan Persamaan 2.2
c = corrosion and erosion allowance
tm = tebal dinding pipa minimum yang diperlukan
T = tebal dinding pipa minimum dari pipa standard
t = - mill tolerance
= Db – 2.tbs ...(2.5)
d2 = setengah dari daerah penguat
d2 diambil harga terbesar dari :
d2 = d1
atau ;
d2 = ( b – c) + ( h – c) + ...(2.6)
dengan batasan d2≤ dh
keterangan :
h untuk head (pipa utama)
b untuk branch (pipa cabang)
a. Menentukan tebal sisa
ths = h – th – c...(2.7.a)
tbs = b – tb – c...(2.7.b)
b. Menentukan tinggi daerah penguat (L4)
L4 = 2,5 ( h – c)... (2.8.a)
atau ;
L4 = 2,5 ( b – c) + Tr... (2.8.b)
Tr = tebal dinding minimum dari pelat penguat
Diambil harga L4 yang paling kecil.
c. Menentukan luas dinding pipa utama yang terbuang
A1 = th.d1... (2.9.a)
A1 = th.d1 (2 – sinβ) ... (2.9.b)
d. Menentukan luas lebih pada pipa utama
A2 = (2d2 – d1) (Th – th – c) ... (2.10)
e. Menentukan luas lebih pada pipa cabang
A3 = 2.L4.tbs ...(2.11.a)
Atau untuk pipa utama dengan pipa cabang miring :
... (2.11.b)
Percabangan pipa dengan lubang pipa utama dinyatakan kuat jika jumlah
luas lebih pipa cabang (A2+A3+A4) nilainya lebih besar atau sama dengan nilai luas
luas pipa utama yang hilang (A1). Namun, jika jumlah luas lebih pipa cabang
(A2+A3+A4) nilainya lebih kecil dari nilai luas lebih pipa utama (A1), maka
sambungan perlu plat penguat jumlah luas lebih pipa cabang (A2+A3+A4) ditambah
jumlah luas penguat dan luas alas penguat (A4 penguat + A4 alas penguat) nilainya
menjadi lebih besar atau sama dengan nilai luas lebih pipa utama (A1)
2.6 Penentuan Pola Aliran Dalam Pipa
Penentuan pola aliran dalam pipa perlu dihitung karena untuk
mengetahui apakah fluida masih dalam wujud cair atau sudah berubah menjadi
wujud yang lain. Sistem perpipaan hidran mengalirkan air dengan kecepatan
fluida yang bervariasi menurut besar kecilnya diameter pipa yang dilewati, hal ini
mempengaruhi pola aliran dalam pipa. Penentuan pola aliran dalam pipa dapat
...
(2.12)
Re = Bilangan Reynold
di = diameter dalam pipa (m)
v = kecepatan aliran rata-rata (m/sec)
ρ = kerapatan fluida (kg/m3 )
µ = viskositas dinamik (Pa detik)
Angka Reynolds digunakan sebagai kriteria untuk menunjukkan apakah
aliran dalam tabung atau pipa itu laminar atau turbulen.
Gambar 2.7. kecepatan aliran dalan pipa
Berdasarkan percobaan klasifikasi aliran fluida dalam pipa, ditetapkan
bahwa bilangan Reynold (Re) untuk :
- Lebih kecil dari 2000, aliran fluida disebut laminer.
- Antara 2000 s/d 4000, aliran fluida disebut transisi.
- Lebih besar dari 4000, aliran fluida disebut turbulen.
Sedangkan klasifikasi untuk aliran fluida di saluran terbuka berdasarkan
bilangan Reynold (Re) adalah :
- Re < 500, disebut aliran laminer.
- Re > 12500, disebut aliran turbulen.
Pada daerah transisi terdapat suatu jangkau angka Reynolds, yang
bergantung dari kekasaran pipa dan kehalusan aliran. Jangkau transisi yang
biasanya digunakan adalah
2000 ≤ Re ≤ 4000
2.7 Persamaan Energi
Hukum pertama termodinamika untuk suatu sistem dinyatakan bahwa
panas QH yang akan diberikan kepada sistem dikurangi dengan kerja W yang
dilakukan oleh sistem hanya bergantung pada keadaan awal serta keadaan akhir
sistem tersebut. Beda antara keadaan-keadaan sistem, yang tidak bergantung pada
lintasan keadaan awal ke keadaan akhir, harus merupakan suatu sifat sistem. Sifat
ini disebut energi dalam E, dapat dilihat pada Persamaan 2.13 (Peter Eka Rosadi,
2004) :
QH – W = E2 – E1...(2.13)
Jika tidak ada efek eksternal ke sistem, maka energi intern
e
suatu fluidamurni adalah jumlah energi potensial, energi kinetik dan energi intrinsik dapat
dilihat pada Persamaan 2.14 (Peter Eka Rosadi, 2004):
...(2.14)
Persamaan energi dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan energi
pada aliran fluida sepanjang garis arus dengan menggunakan Hukum Newton II
tentang gerak. Persamaan energi disebut juga dengan persamaan Euler. Persamaan
a. Fluida yang mengalir adalah fluida sempurna, jadi tidak mempunyai
kekentalan (kehilangan energi akibat gesekan, yaitu nol).
b. Fluida yang mengalir adalah bersifat homogeny dan tidak termampatkan
(densitas fluida (ρ) adalah sama).
c. Pengaliran fluida bersifat merata dalam satu penampang.
d. Kecepatan aliran bersifat merata dalam satu penampang.
e. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan gaya tekan.
Persamaan energi tersebut dapat dijabarkan pada Persamaan 2.15 (Peter Eka
Rosadi, 2004) :
= konstanta ...(2.15)
Keterangan :
= energi tekanan
= energi kinetik
z = energi potensial
2.8. Persamaan Bernoulli
Konstanta merupakan tinggi energi total yaitu jumlah dari tinggi tempat
(Z), tinggi tekanan ( ) dan tinggi kecepatan ( ) yang berbeda dari garis arus
yang satu ke garis arus lainnya, sehingga persamaan ini hanya berlaku untuk
titik-titik pada suatu garis lurus. Apabila terdapat dua titik-titik pengamatan, maka
...(2.16)
Persamaan Energi disebut juga dengan Persamaan Bernoulli dalam
keadaan ideal, tanpa adanya kehilangan sepanjang aliran. Dalam penggunaan
Persamaan Bernoulli ini berdasarkan asumsi sebagai berikut :
a. Apabila semua garis aliran berasal dari sebuah reservoir, dimana
kandungan energinya sama di segala tempat, maka konstanta integrasinya
tidak berubah dari satu garis aliran ke garis aliran lainnya dan titik 1 dan
titik 2 untuk penerapan Persamaan Bernoulli dapat dipilih sembarang,
yakni tidak perlu pada garis aliran yang sama.
b. Dalam suatu aliran gas, seperti sistem ventilasi, dimana ada perubahan
tekanan hanya merupakan bagian kecil (beberapa persen) dari tekanan
mutlak, maka gas tersebut dapat dianggap tak mampu mampat dengan
menerapkan formula di atas dengan berat jenis rata-rata.
c. Untuk aliran tidak seragam (tidak langgeng) dengan perubahan
kondisi-kondisi yang terjadi secara berangsur-angsur, misalnya pengosongan
suatu reservoir, maka dapat menerapkan Persamaan Bernoulli tanpa
kesalahan yang berarti.
d. Persamaan Bernoulli bermanfaat dalam analisis mengenai fluida nyata
dengan mengabaikan gesekan viskos guna memperoleh hasil teoritik.
kemudian dimodifikasi dengan suatu koefisien berdasarkan eksperimen
untuk mengoreksi persamaan teoritik agar sesuai dengan kondisi
Persamaan Bernoulli digunakan untuk fluida ideal, untuk fluida nyata
baik antar partikel itu sendiri mapun antar partikel fluida dengan batas dinding
saluran atau adanya belokan dan perubahan diameter saluran sehingga
menyebabkan kehilangan tenaga yang harus diperhitungkan dalam aplikasi
persamaan Bernoulli.
Kehilangan tenaga karena gesekan disebut dengan kehilangan tenaga
primer, sedangkan kehilangan tenaga karena adanya belokan atau perubahan
diameter penampang disebut dengan kehilangan sekunder. Untuk jaringan pipa
saluran fluida yang sangat panjang akan menyababkan kehilangan primer jauh
lebih besar dari kehilangan tenaga sekunder, sehingga kehilangan sekunder dapat
diabaikan. Kehilangan tenaga dinyatakan dalam hambatan atau head (tinggi
tekan) fluida. Karena adanya head losses (HL), head pump (Hp) dan head motor
(Hm) maka persamaan Bernoulli dapat dilihat pada Persamaan 2.17 (Anthony Esposito, 1994) :
...
...(2.17)Head pompa dapat dicari dengan Persamaan 2.18 (Anthony Esposito, 1994) :
...(2.18)
Keterangan :
HL = Head Losses
Hp = Head pump
Hm = Head motor
Q = Aliran pompa
Head Losses akibat kehilangan gesekan dapat dicari dengan Persamaan 2.19a (Anthony Esposito, 1994) :
...(2.19a)
Faktor gesekan (
f
) dapat diturunkan secara matematis untuk aliranlaminar, tetapi tidak ada hubungan matematis yang sederhana untuk variasi
f
dengan bilangan Reynolds yang tersedia untuk aliran turbulen. Selanjutnya,
Nikuradse dan lain-lain telah menemukan bahwa kekasaran relatif pipa
(perbandingan ukuran ketidaksempurnaan permukaan
ε
terhadap garis tengahsebelah dalam pipa mempengaruhi juga harga
f
). Nilaif
dapat dicari denganPersamaan 2.19b berikut (Anthony Esposito, 1994) :
...( 2.19b)
Dari persamaan 2.19a dan 2.19b, Head Losses (HL) dapat dicari dengan Persamaan 2.20 (Anthony Esposito, 1994) :
...(2.20)
Untuk HL pada valves dan sambungan dapat dicari dengan Persamaan 2.21 (Anthony Esposito, 1994) :
Keterangan :
Untuk harga k masing-masing valves dan sambungan dapat dilihat pada Tabel 2.2
(Anthony Esposito, 1994).
Tabel 2.2 : Harga faktor k untuk valves dan sambungan
Gambar 2.8 sampai 2.10 menunjukan beberapa Gambar model dari valve
(Anthony Esposito, 1994).
Valve or fitting k factor Globe Valve : Wide open
½ open
Standard Elbow 0,9
45o Elbow 0,42
90o Elbow 0,75
Gambar 2.8 : Gate valve (conventional stuffing box)
Gambar 2.9 Gate Valve (insertion-type stuffing box)
Gambar 2.10 Globe Valve 2.9. Penentuan Jarak Tumpuan
Jarak tumpuan maksimum pada pipa horizontal tergantung pada :
1. Tegangan lengkung (Bending Stress)
2. Defleksi vertical
3. Frekuensi pribadi
Penentuan jarak antar tumpuan yang diijinkan, dipilih harga terkecil dari
1. Untuk kedua ujung ditumpu sederhana
Akibat tegangan
………..(2.22)
Akibat defleksi
……….(2.23)
2. Untuk kedua ujung ditumpu tetap
Akibat tegangan
………(2.24)
Akibat defleksi
……….(2.25)
Keterangan :
L = jarak tumpuan (ft)
Z = modulus of section of pipe (in3) Sh = tegangan yang diijinkan (psi)
w = berat total pipa (pipa, fluida, isolator) (lb/ft)
∆ = defleksi yang diijinkan (in)
I = momen inersia luasan pipa (in4)
27
Untuk memperoleh perancangan yang baik dan sistematis, maka dilakukan langkah perancangan sebagai berikut :
1. Mencari data gambar denah bangunan untuk membuat jalur pipa sistem perpipaan hidran.
2. Melihat denah bangunan yang akan dirancang secara langsung, sehingga dapat mengetahui keadaan geografis tanah yang akan digunakan.
3. Menentukan konfigurasi sistem perpipaan. Pada tahap ini menentukan macam, jumlah komponen perpipaan yang ada dan dimensinya. 4. Menentukan kondisi perancangan, beban saat perancangan.
5. Menentukan kriteria perancangan, pemilihan material yang digunakan dan tegangan yang diijinkan.
6. Merancang komponen sistem perpipaan hidran.
7. Kesimpulan perancangan ulang sistem perpipaan hidran dan penutup.
3.1 Spesifikasi Alat
Perpipaan
- Bahan pipa menggunakan Carbon Steel dengan spesifikasi sebagai berikut :
Dlihat dari Tabel 3 lampiran didapat (SE) sebesar: 20000 psi, dan modulus elastisitas dilihat dari Tabel 4 lampiran didapat harga (E) sebesar 29 x 106 psi.
- Pipa besar dengan diameter nominal 6 in, schedule 40, dan tebal (t) = 0,280 in sebagai percabangan.
- Pipa sedang dengan diameter nominal 4 in, schedule 40, dan tebal (t) = 0,237 in.
- Pipa kecil1 dengan diameter nominal 2,5 in schedule 40, dan tebal (t) = 0,203 in untuk pendistribusian dari pompa utama menuju ke percabangan dan untuk pendistribusian menuju nosel.
- Pipa kecil2 dengan diameter nominal 1,5 in schedule 40, dan tebal (t) = 0,145 in suntuk pendistribusian dari pompa jokey menuju ke percabangan .
- Tee dari diameter 4 in ke diameter 2,5 in.
- Ellbow berdiameter 4 in dengan jari –jari kelengkungan 6 in. - Ellbow berdiameter 2,5 in dengan jari –jari kelengkungan 33/4 in.
- Elbow berdiameter 1,5 in.
- Sambungan las dengan jai-jari kampuh diatas 5 mm. sambungan dinyatakan kuat karena memiliki kekuatan tarik yang lebih besar dari bahan pipa Carbon Steel, dengan melihat Tabel 3.1 (Joseph E. Shigley, 1984).
Tabel 3.2. Sifat minimum logam las Nomor
* Sistem penomoran kode spesifikasi Amerika Welding Society (AWS) untuk elektroda. Sistem ini menggunakan awalan E pada sistem penomoran empat sampai lima digit di mana dua atau tiga digit pertama menyatakan kekuatan tarik yang mendekati, digit terakhir menyatakan variabel dalam teknik pengelasan, seperti arus listrik yang dipakai. Yang di sebelah digit terakhir menyatakan posisi pengelasan, seperti misalnya, datar, vertikal, atau di atas (mengelas dari bawah). Spesifikasi lengkap bisa didapat dari AWS atau permintaan.
Pompa dan Hydrophore - Pompa Jockey
Head (H) = 90 m Daya (P) = 5 KW
- Fire Pump Electrict Debit (Q) = 50 m3/jam Head (H) = 75 m Daya (P) = 30 KW
- Hydrophore
Tekanan kerja ijin = 10 ATM = 10 kg/cm2 Hydrotest pressure =15 ATM = 15 kg/cm2 Kapasitas air = 1000 liter
Tekanan kerja maksimum = 7,2 kg/cm2 Tekanan kerja minimum = 4,5 kg/cm2
31
4.1 Ketebalan Pipa
Bahan yang digunakan untuk pipa menggunakan bahan Carbon Steel
dengan tegangan tarik yang diijinkan (SE) sebesar 20000 psi. Tekanan dalam pipa
(P) dengan melihat unjuk kerja pompa utama hidran saat beroperasi yaitu sebesar
7,2 kg/cm2 =102,4 Psi. Suhu fluida kerja saat beroperasi sebesar 30oC (T = 86oF).
Harga koefisien Y berdasarkan suhu fluida kerja tersebut dengan melihat Tabel
2.1 didapat sebesar 0,4.
Diameter pipa komersial (d) dapat dicari dengan melihat diameter luar
pipa (Do) pada Tabel 2 lampiran. Sehingga tebal pipa (t) dapat dicari dengan
Persamaan 2.2 kemudian ditinjau kembali dengan melihat nilai yang mendekati
ketebalan pipa komersial dari table 2 lampiran. Hasil perhitungan tebal pipa
dijabarkan sebagai berikut :
a. Untuk diameter 6,00 inch memiliki diameter luar 6,625 inch, maka
tebal pipa rata-rata adalah :
)
Mengacu pada tabel pipa pada lampiran 2, maka ketebalan pipa
b. Untuk diameter 4,00 in yang memiliki diameter luar 4,500, maka tebal
pipa rata-rata adalah :
)
Mengacu pada tabel pipa pada lampiran 2, maka ketebalan pipa
komersial adalah 0,083 in, dengan nilai schedule 5S.
c. Untuk diameter 2,50 in yang memiliki diameter luar 2,875, maka tebal
pipa rata-rata adalah :
)
Mengacu pada tabel pipa pada lampiran 2, maka ketebalan pipa
komersial adalah 0,083 in, dengan nilai schedule 5S.
d. Untuk diameter 1,50 in yang memiliki diameter luar 1,900, maka tebal
pipa rata-rata adalah :
Mengacu pada tabel pipa pada lampiran 2, maka ketebalan pipa
komersial adalah 0,065 in, dengan nilai schedule 5S.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pipa yang digunakan untuk
mengatasi tekanan sebesar 102,4 psi cukup menggunakan pipa dengan schedule
5S. Namun demikian, pipa yang terpasang menggunakan pipa dengaan schedule
40 (standard). Sehingga untuk pipa dengan schedule 40 (standard) dengan
menghitung nilai P dari persaman
)
= , memiliki kemampuan
menahan tekanan yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kemampuan pipa menahan tekanan
Diameter
Perlu dihitung angka keamanan pada pipa, agar dapat mengetahui tingkat
keamanan pipa apabila menggunakan tekanan standar pipa untuk mengalirkan
fluida. Angka keamanan pipa dapat diperoleh dengan membandingkan tekanan
perhitungan angka keamanan pada masing-masing pipa ditampilkan pada Tabel
4.2.
Tabel 4.2. Angka keamanan pipa
Diameter
4.2 Penentuan Pola Aliran Dalam Pipa
Pola aliran dalam pipa dipengaruhi oleh besar kecilnya diameter pipa yang
dilewati sehingga sistem perpipaan hidran mengalirkan air dengan kecepatan
fluida yang bervariasi. Untuk menentukan pola aliran dalam pipa, ditentukan
dengan bilangan Reynolds pada persamaan 2.12.
Diameter pipa yang dilewati fluida dari sistem pompa hidran hingga
mencapai ujung keran distribusi diantaranya :
Diameter pipa besar = 6 in
Diameter pipa sedang = 4 in
Diameter pipa kecil1 = 2,5 in
Setelah mengetahui diameter luar pipa dan tebal nominal pipa, maka
diameter dalam pipa dapat dihitung sebagai berikut:
a. Untuk diameter 6,00 in:
din = Do – 2.t
= 6,625 – 2. 0,280
= 6,065 in = 0,154 m
b. Untuk diameter 4,00 in:
din = Do – 2.t
= 4,500 – 2. 0,237
= 4,026 in = 0,102 m
c. Untuk diameter 2,50 in:
din = Do – 2.t
= 2,375 – 2. 0,203
= 2,469 in = 0,063 m
d. Untuk diameter 1,50 in:
din = Do – 2.t
= 1,900 – 2. 0,145
= 1,620 in = 0,041 m
Debit aliran pompa utama hidran (Q), 50 m3/jam = 0,01389 m3/s dengan
berat jenis fluida (ρ) dilihat dari suhu fluida kerja 30oC dari Tabel 1 Lampiran
Kecepatan aliran fluida yang melalui masing-masing pipa dapat diketahui
dengan persamaan v = Q/A (Rosadi, 2004), dengan A adalah luas penampang
pipa. Maka hasil perhitungan dijabarkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hasil perhitungan angka Reynolds
Kecepatan fluida
Dari hasil hitungan diketahui bahwa fluida masih dalam keadaan cair.
4.3 Rugi-rugi Dalam Pipa
Distribusi Sistem Hidran Gedung Laboratorium Unit V Kampus III
Universitas Sanata Dharma dari rumah pompa menuju ke masing-masing box
nosel melewati beberapa jenis dimensi pipa, sambungan, dan valve seperti yang
ditunjukkan pada Gambar lampiran 1, komponen-komponen tersebut antara lain:
a. Pipa 6 in untuk pembuatan percabangan sepanjang 2,5 meter untuk
pendistribusian hanya melewati 0,5 meter.
b. Pipa 4 in untuk pendistribusian dari rumah pompa hingga masing-masing
lantai :
1. lantai 1 sepanjang 121,97 meter
2. lantai 2 sepanjang 126,22 meter
3. lantai 3 sepanjang 130,47 meter
4. lantai 4 sepanjang 134,72 meter
c. Pipa 2,5 in sepanjang 4,54 meter. 0,54 meter untuk keluaran nosel, 4 meter
d. Sambungan Elbow diantaranya :
- Elbow 1,5 in sebanyak 4 buah
- Elbow 4 in sebanyak 9 buah
e. Tee dari rumah pompa hingga masing-masing lantai sebanyak :
1. Untuk lantai 1, tee dengan ukuran 4 in sebanyak 1 buah, tee dari 4 in
menuju ke 2,5 in sebanyak 2 buah, tee percabangan sebanyak 3 buah.
2. Untuk lantai 2, tee dengan ukuran 4 in sebanyak 1 buah, tee dari 4 in
menuju ke 2,5 in sebanyak 2 buah, tee percabangan sebanyak 3 buah.
3. Untuk lantai 3, tee dengan ukuran 4 in sebanyak 1 buah, tee dari 4 in
menuju ke 2,5 in sebanyak 2 buah, tee percabangan sebanyak 3 buah.
4. Untuk lantai 4, tee dengan ukuran 4 in sebanyak 1 buah, tee dari 4 in
menuju ke 2,5 in sebanyak 2 buah, tee percabangan sebanyak 3 buah.
f. Open Gate Valve dari pompa hingga ujung masing-masing keluaran ke nosel dengan ukuran 2,5 in sebanyak 1 buah, dengan ukuran 4 in sebanyak 2 buah.
Sehingga Head Losses (HL) pada setiap lantai dapat dihitung dengan persamaan 2.20 untuk rugi-rugi dalam pipa dan Persamaan 2.21 untuk rugi-rugi
karena sambungan dan valve. Hasil hitungannya dapat dilihat dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan Head Losses total
Jika Z1 adalah nilai head ketinggian pipa dari lantai dasar ke hidrophore,
dan Z2 adalah nilai head ketinggian pipa dari lantai dasar ke masing – masing
nosel, maka head ketinggian pipa masing – masing lantai dapat di hitung dengan
persamaan: Z1 –Z2
Sehingga dengan hasil perhitungan tersebut kecepatan air saat keluar (V2)
dapat diketahui pada masing-masing lantai dengan Persamaan Bernoulli 2.17
Head motor dapat diabaikan sehingga Hm = 0, tekanan pada titik 2 sama
dengan tekanan atmosfer sehingga P2 = 0, v1 berada di titik sebelum pompa
sehingga v1 = 0 (air di dalam tangki tenang), pompa tidak berpengaruh terhadap
system sehingga Hp = 0.
Dari rumus di atas, harga kecepatan kaluar pada masing-masing lantai
(V2) dapat disajikan dalam bentuk Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil perhitungan kecepatan keluar pada masing-masing lantai
lantai (Z1-Z2) v2
m/s
lantai 1 -0,03 73,39 m 0 35,9
lantai 2 -4,28 73,39 m 0 34,58
lantai 4 -12,78 73,39 m 0 32,08
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa kecepatan aliran air pada lantai 1
yang paling besar.
4.4 Kecepatan Air Yang Dibutuhkan (Vo)
Tinggi bangunan Laboratorium unit V Kampus III Universitas Sanata
Dharma dari permukaan tanah hingga mencapai puncak adalah 20,35 meter, dari
lantai dua hingga mencapai puncak adalah 15,57 meter, dari lantai tiga hingga
mencapai puncak adalah 11,32 meter, dari lantai empat hingga mencapai puncak
adalah 7,07 meter.
Untuk mencapai ketinggian maksimum digunakan sudut penembakan
nosel sebesar 60o dari permukaan tanah menggunakan nosel standard yang telah
dipasang dengan diameter keluaran 16 mm.
Kecepatan air yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian tersebut dapat
digunakan dengan persamaan gerak peluru (Marthen Kanginan, 2002).
Untuk mencapai jarak maksimum:
... (4.1)
untuk mencapai ketinggian maksimum :
... (4.2)
Keterangan :
t = waktu yang diperlukan (detik)
Sx = jarak tempuh pada sumbu x (m)
Sy = jarak tempuh pada sumbu y (m)
α
= sudut penembakan (o)g = gaya grafitasi bumi (9,81 m/s2)
Pencarian waktu yang dibutuhkan untuk menempuh ketinggian maksimum
(20,35 meter, ketinggian gedung dari tanah sampai puncak) dengan
mengamsumsikan gerak jatuh bebas.
(gerak jatuh bebas, Vo = 0)
Sehingga waktu (
t
) yang dibutuhkan untuk menempuh ketinggianmaksimum dari tiap lantai ke puncak adalah :
t
dari permukaan tanah ke puncak : 2,04 st
dari lantai dua ke puncak : 1,78 st
dari lantai tiga ke puncak : 1,52 st
dari lantai empat ke puncak : 1,20 sBerdasarkan waktu yang telah diketahui, maka kecepatan awal yang
dibutuhkan adalah ;
Didapat Vo dari masing – masing lantai ke puncak adalah :
V
o dari lantai dua ke puncak : 20,18 m/sV
o dari lantai tiga ke puncak : 17,21 m/sV
o dari lantai empat ke puncak : 13,59 m/s4.5 Jumlah Keran Yang Dapat Dibuka Saat Terjadi Kebakaran
Untuk mengatasi terjadinya kebakaran secara maksimal, maka haruslah
diketahui terlebih dahulu berapa nosel yang dapat digunakan. Hal ini untuk
mengatasi jika suatu saat hidran digunakan tidak mengalami kekurangan tekanan.
Sehingga perlu adanya perhitungan jumlah maksimum keran yang dapat
beroperasi saat terjadi kebakaran.
Penampang nosel berupa lingkaran, sehingga luas penampang nosel dapat
dihitung menggunakan persamaan luas lingkaran
A = π.r2
A = 3,14.(0,008)2
A = 2,01.10-4 m2
Debit aliran air pada setiap nosel dapat dicari dengan persamaan berikut :
Q = VA
Q = 23,07 x 2,01.10-4
Q = 4,64.10-3 m3/detik
= 16,7 m3/jam
Sehingga jumlah keran yang dapat dibuka dari lantai dasar ditinjau dari
spesifikasi pompa utama (Q = 50 m3/jam) dapat diketahui jumlah keran yang
=
jumlah keran yang boleh dibuka= 2,99
Jadi jumlah maksimum keran yang dapat dibuka saat beroperasi adalah
sebanyak 2 keran.
Dengan persamaan yang sama jumlah maksimum keran yang dapat
dibuka pada masing – masing lantai setelah menerima rugi – rugi pipa (Head
Loss) dapat dihitung dengan membandingkan antara V2 dan V0.
dari permukaan tanah ke puncak : 1,56 = 1 keran
dari lantai dua ke puncak : 1,7 = 1 keran
dari lantai tiga ke puncak : 1,94 = 1 keran
dari lantai empat ke puncak : 2,36 = 2 keran
Jadi jumlah maksimum keran yang dapat dibuka pada masing – masing
lantai setelah menerima rugi – rugi pipa (Head Loss) saat beroperasi adalah
sebanyak 1 keran, kecuali lantai 4 bisa dibuka 2 keran.
4.6 Percabangan
Percabangan pipa – pipa perlu mengetahui kebutuhan penguat untuk
mengatasi adanya tekanan internal. Pada analisis sistem hidran terdapat tiga
Gambar 4.1. Pipa percabangan 6 in
Percabangan tersebut menggunakan pipa utama ukuran 6 in yang terbagi
menjadi :
1. Percabangan 1 (keluaran hidran), percabangan ke sistem hidran
menggunakan pipa 4 in
2. Percabangan 2 (dari pompa utama hidran dan atau dari Hydrophore),
percabangan dari pompa utama dan atau dari Hydrophore
menggunakan pipa 2,5 in
3. Percabangan 3 (dari pompa Jokey), percabangan dari pompa Jokey
menggunakan pipa 1,5 in
Untuk menghitung perlu atau tidaknya penguat pada percabangan pipa
dapat dihitung dengan langkah-langkah perhitungan yang telah ditetapkan.
1. Percabangan 1
- Header (pipa utama)
Percabangan 1 Percabangan 2 Percabangan 2
Sesuai dengan tabel pipa pada lampiran 2, ukuran pipa 6 in schedule
40 mempunyai harga diameter luar pipa (Dh) = 6,625 in dan tebal
rata-rata ( h) = 0,28 in.
- Branch (pipa cabang)
Sesuai dengan tabel pipa pada lampiran 2, ukuran pipa 4 in schedule
40 mempunyai harga diameter luar pipa (Db) = 4,5 in dan tebal
rata-rata ( b) = 0,207 in.
Sesuai Persamaan 2.2 dapat ditentukan tebal pipa utama (th) = 0,017 in dan
tebal pipa cabang (tb) = 0,011 in untuk mengatasi tekanan yang bekerja. Sehingga
dapat ditentukan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
a. Persamaan 2.7 menentukan tebal sisa, diperoleh tebal sisa pipa
utama (ths) = 0,263 in dan tebal sisa pipa cabang (tbs) = 0,196 in.
b. Persamaan 2.5 menentukan panjang efektif pipa utama yang terbuang
(d1), diperoleh sebesar 4,108 in.
c. Persamaan 2.6 menentukan setengah dari daerah penguat (d2) diambil
yang lebih besar, diperoleh 4,108 inch.
d. Persamaan 2.8a dan Persamaan 2.8b menentukan tinggi daerah penguat
(L4) diambil yang paling pendek, diperoleh 0,7 in.
e. Persamaan 2.9 menentukan luas pipa utama yang terbuang (A1),
diperoleh serbesar 0,069 in2.
f. Persamaan 2.10 menentukan luas lebih pipa utama (A2), diperoleh
g. Persamaan 2.11menentukan luas lebih pipa cabang (A3), diperoleh
sebesar 0,27 in2.
Dari hasil perhitungan A1, A2, A3, luas pipa utama yang terbuang (A1) lebih kecil
dari jumlah luas lebih pipa utama (A2) dan luas lebih pipa cabang (A3) sehingga
tidak diperlukan penguat.
2. Percabangan 2
- Header (pipa utama)
Sesuai dengan tabel pipa pada lampiran 2, ukuran pipa 6 in schedule
40 mempunyai harga diameter luar pipa (Dh) = 6,625 in dan tebal
rata-rata ( h) = 0,28 in.
- Branch (pipa cabang)
Sesuai dengan tabel pipa pada lampiran 2, ukuran pipa 2,5 in schedule
40 mempunyai harga diameter luar pipa (Db) = 2,875 in dan tebal
rata-rata ( b) = 0,203 in.
Sesuai Persamaan 2.2 dapat ditentukan tebal pipa utama (th) = 0,017 in dan
tebal pipa cabang (tb) = 0,007 in untuk mengatasi tekanan yang bekerja. Sehingga
dapat ditentukan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
a. Persamaan 2.7 menentukan tebal sisa, diperoleh tebal sisa pipa utama
(ths) = 0,263 in dan tebal sisa pipa cabang (tbs) = 0,196 in.
b. Persamaan 2.5 menentukan panjang efektif pipa utama (head) yang
c. Persamaan 2.6 menentukan setengah dari daerah penguat (d2) diambil
yang lebih besar, diperoleh sebesar 2,483 inch.
d. Persamaan 2.8a dan Persamaan 2.8b menentukan tinggi daerah penguat
(L4) diambil yang paling pendek, diperoleh 0,7 inch.
e. Persamaan 2.9 menentukan luas pipa utama yang terbuang (A1),
diperoleh sebesar 0,042 in2
f. Persamaan 2.10 menentukan luas lebih pipa utama (A2), diperoleh
sebesar 0,65 in2
g. Persamaan 2.11 menentukan luas lebih pipa cabang (A3), diperoleh
sebesar 0,27 in2
Dari hasil perhitungan A1, A2, A3, luas pipa utama yang terbuang (A1) lebih kecil
dari jumlah luas lebih pipa utama (A2) dan luas lebih pipa cabang (A3) sehingga
tidak diperlukan penguat.
3. Percabangan 3
- Header (pipa utama)
Sesuai dengan tabel pipa pada lampiran 2, ukuran pipa 6 in schedule
40 mempunyai harga diameter luar pipa (Dh) = 6,625 in dan tebal
rata-rata ( h) = 0,28 in.
- Branch (pipa cabang)
Sesuai dengan tabel pipa pada lampiran 2, ukuran pipa 1,5 in schedule
40 mempunyai harga diameter luar pipa (Dh) = 1,900 in dan tebal
Sesuai Persamaan 2.2 dapat ditentukan tebal pipa utama (th) = 0,017 in dan
tebal pipa cabang (tb) = 0,005 in untuk mengatasi tekanan yang bekerja. Sehingga
dapat ditentukan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
a. Persamaan 2.7 menentukan tebal sisa, diperoleh tebal sisa pipa utama
(ths) = 0,263 in dan tebal sisa pipa cabang (tbs) = 0,14 in.
b. Persamaan 2.5 menentukan panjang efektif pipa utama (head) yang
terbuang (d1), diperoleh sebesar 1,62 in.
c. Persamaan 2.6 menentukan setengah dari daerah penguat (d2) diambil
yang lebih besar, diperoleh sebesar 1,62 inch.
d. Persamaan 2.8a dan Persamaan 2.8b menentukan tinggi daerah penguat
(L4) diambil yang paling pendek, diperoleh 0,64 inch.
e. Persamaan 2.9 menentukan luas pipa utama yang terbuang (A1),
diperoleh sebesar 0,028 in2
f. Persamaan 2.10 menentukann luas lebih pipa utama (A2), diperoleh
sebesar 0,43in2
g. Persamaan 2.11 menentukan luas lebih pipa cabang (A3), diperoleh
sebesar 0,18 in2
Dari hasil perhitungan A1, A2, A3, luas pipa utama yang terbuang (A1) lebih kecil
dari jumlah luas lebih pipa utama (A2) dan luas lebih pipa cabang (A3) sehingga
tidak diperlukan penguat.
Perancangan ulang sistem perpipaan hidran Gedung Laboratorium Unit IV
Kampus III Universitas Sanata Dharma menggunakan tumpuan berupa
penanaman pipa dalam tanah untuk pipa dalam keadaan horisontal. Pipa ditimbun
dengan kedalaman 1 meter di bawah permukaan tanah, seluruh permukaan pipa
ditumpu sepenuhnya oleh tanah untuk mengatasi pergeseran, sehingga tidak
diperlukan adanya tumpuan tambahan.
Untuk sistem perpipaan dalam kondisi vertikal, pipa tidak mengalami
beban pada permukaan pipa. Sehingga bangunan cor pada setiap lantai dapat
digunakan sebagai tumpuan untuk mempertahankan posisi pipa dalam keadaan
tegak lurus.
Untuk perhitungan jarak tumpuan pada pipa percabangan Carbon Steel 6in
schedule 40 dapat dicari dengan menggunakan Persamaan 2.24 (akibat tegangan) dan Persamaan 2.25 (akibat defleksi) dengan melihat karakteristik pipa Carbon
Steel, dari kedua persamaan tersebut diambil jarak tumpuan yang paling pendek. Untuk perhitungan jarak tumpuan akibat tegangan diperoleh sejauh 46,46 ft
(14,17 meter) dan untuk perhitungan jarak tumpuan akibat defleksi diperoleh
sejauh 33,08 ft (10,08 meter), sehingga jarak tumpuan yang digunakan sejauh
10,08 meter. Karena panjang pipa percabangan yang digunakan hanya sepanjang
2,5 meter, maka cukup ditumpu pada kedua ujungnya. Sebagai penggantinya, pipa
49
5.1 KESIMPULAN
Dari perancangan ulang yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem perpipaan hidran yang digunakan di Gedung Laboratorium Unit V Kampus III Universitas Sanata Dharma menggunakan pipa schedule 40, dengan tekanan maksimum saat beroperasi sebesar 102,4 psi. Kemampuan masing-masing pipa dalam mengatasi tekanan adalah sebagai berikut :
• Untuk pipa 6 inch memiliki angka keamanan sebesar 17,08
• Untuk pipa 4 inch memiliki angka keamanan sebesar 21,48 • Untuk pipa 2,5 inch memiliki angka keamanan sebesar 29,23 • Untuk pipa 1,5 inch memiliki angka keamanan sebesar 31,75
2. Sistem pompa hidran yang digunakan di Gedung Laboratorium Unit V Kampus III Universitas Sanata Dharma dengan kapasitas pompa 50 m3/jam maka untuk mencapai atap jumlah keran yang dapat dibuka masing – masing lantai sebagai berikut.
5.2 SARAN
Dari perancangan ulang yang telah dilakukan, penulis dapat memberikan saran guna menjadi pembelajaran bagi pembaca:
- Sebelum melakukan perancangan ulang harus memahami semua instalasi yang sudah ada.
- Data – data yang didapat harus benar dan bisa dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Esposito, A., 1993, Fluid Power With Aplication, Third Edition, Prentice-Hall,
Englewood Cliffs, NewJersey
Holman, J.P, 1994, Perpindahan Kalor, Edisi Enam, PT. Gelora Aksara Pratama.,
Penerbit Erlangga, Jakarta
Kanginan, M., 2002, Fisika Untuk SMA Kelas XI, Semester 1, PT. Gelora Aksara
Pratama., Penerbit Erlangga, Jakarta
Kannapan, S.P.E., 1996, Introduction To Pipe Stress Analysis, John Wiley & Sons,
New York
Munson, B.R., Young, D.F., Okiishi, T.H., Harinaldi, Budiarso,2003, Mekanika
Fluida, Jilid 1, PT. Gelora Aksara Pratama., Penerbit Erlangga, Jakarta
Raswari, 1986, Teknologi dan Perencanaan Sistem Perpipaan, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Rosadi, P.E., 2004, Mekanika Fluida, Hasta Cipta Mandiri
Tabel 4. Lampiran Tegangan ijin
Hydrofour
Bak 1 Bak 2
Pompa Filter 2 Pompa
Filter 2
Pompa Hydrant
Pmpa Joky
Ke Instalasi
Bak Aerasi dan Dari Pompa Sub Mersible Sumur
Dari Pompa Sub Mersible Sumur