• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK “SEPATU BARU” MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS II SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK “SEPATU BARU” MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS II SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20102011 SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK “SEPATU BARU”

MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS II

SD KANISIUS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh: Regina Nona NIM: 071134076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTO

Jika kamu kamu saling mencintai dan saling mendukung, kamu akan banyak melakukan mujizat.

(Konf. S. M. E: 68)

Tersembunyi bagi orang yang bijak dan pandai, tapi Kau nyatakan kepada orang kecil dan bodoh.

(Mat: 11: 25 )

Ia menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan

yang dilakukan Allah dari awal samapi akhir. (Pengkhotbah 3: 11)

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk:

Hati Kudus Yesus dan Maria yang selalu menuntun dan membimbing aku pada setiap langgkahku. St. Maria Euphrasia pendiri Kongregasi Suster-suster Gembala Baik yang

mendoakan aku Keluarga besar Suster-suster Gembala Baik Propinsi Indonesia yang selalu mendoakan dan mendukung aku Ibu, kakak-kakak dan semua keponakan yang mendukung aku

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Nona, Regina. 2011. Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahuan Ajaran 2010/2011. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini meneliti tingkat kemampuan menyimak siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta dalam menyimak cerita anak melalui media audiovisual. Dengan judul cerita “Sepatu Baru”. Peneliti menggunakan tes semi obyektif pada kategori tes jawaban singkat (short answer) dengan memakai teori Nurgiyantoro dan Masidjo.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II yang berjumlah 30 orang yang terdiri dari laki-laki 17 orang dan perempuan 13 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi kuantitatif dengan menghitung hasil tes jawaban siswa.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kemampuan menyimak siswa dalam menyimak cerita anak melalui media audiovisual berkategori baik sekali (A) dengan skor rata-rata 54,1 atau nilai 85,8%. Dari hasil penelitian ini manfaat yang dapat diambil adalah pembelajaran menyimak dapat menggunakan media audiovisual yang efektif dan efisien bagi guru dan siswa itu sendiri seperti contoh video.

(9)

ABSTRACT

Nona, Regina. 2011. Ability to Scrutinize the Children Stories Through Audiovisual Media by the Students in Elementary School, in Class II of Canisius School at Wirobrajan Yogyakarta in the Year 2010/2011. Thesis. Yogyakarta: The Course of Study of the Education of the Primary School Teacher at the Faculty of Teacher Training and Education, at the University of Sanata Dharma.

This research examines levels of listening ability of the elementary school students of Grade II at Canisius school Wirobrajan Yogyakarta in listening to stories of children through audiovisual media. With the title “New Shoes”. Researcher used the semi objective test categories short answer test using the theory of Masidjo and Nurgiyantoro.

The population in this study were students of Class II, which amount to 30 consisting of 17 males and 13 female. The method used in this research is the quantitative description by counting the results of the students’ answers.

The results of this research shoes that level of students’ listening ability to stories of children through audiovisual media, categorized as very good (A) with an average score of 54,1 or 85’8% value. From the results of this study, the benefits that can be drawn is learning to listen bay using audiovisual media such as video is very effective an efficient for both teacher and students themselves.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Yesus Sang Gembala Baik dan Bunda Maria atas segala rahmat yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. B. Widharyanto, M. Pd, selaku pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dalam kelancaran skripsi.

2. Drs. P. Hariyanto, selaku pembimbing skripsi 2 yang telah bersedia membimbing skripsi

3. Drs. Puji Purnomo, M. Si, selaku ketua Program Studi PGSD beserta seluruh dosen yang telah mendidik penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

4. Bp. Hr. Klidiatmoko, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

5. Ibu Helena Tiwi, selaku guru kelas IIA SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

6. Teman-teman PGSD angkatan 2007 dan 2008, adik-adik angkatan PGSD

(11)
(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... . 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Rumusan Variabel dan Batasan Istilah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

(13)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan ... 9

B. Kerangka Teori ... 11

1. Menyimak a. Pengertian Menyimak ... 11

b. Jenis-Jenis Menyimak ... 12

c. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah dasar ... 13

d. Tujuan Menyimak Cerita Anak ... 14

e. Manfaat Menyimak Cerita Anak ... 17

f. Tahap-Tahap Menyimak ... 19

g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menyimak ... 21

h. Indikator Kemampuan Menyimak ... 23

2. Cerita Anak ... 23

a. Hakekat Cerita Anak ... 23

b. Ciri-Ciri Cerita Anak ... 24

c. Unsur-Unsur Cerita Anak ... 25

1) Tokoh dan Penokohan ... 26

2) Latar atau Setting ... 26

3) Tema dan Amanat ... 27

4) Alur atau Plot ... 27

3. Media Pembelajaran ... 28

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 28

1). Syarat-Syarat Pemilihan Media ... 29

(14)

2). Jenis-Jenis Media ... 31

3). Kegunaan Media Pembelajaran ... 32

b. Media Audiovisual ... 33

1) Pengertian Media Audiovisual ... 33

2) Karakteristik Media Audiovisual ... 34

3) Peranan Media Audiovisual ... 34

4) Tahap-Tahap Penggunaan Media Audiovisual ... 35

C. Kerangka Berpikir... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Populasi dan Sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

C. Teknik Pengumpulan Data ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 41

E. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 49

B. Analisis Data ... 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

(15)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi ... 69

C. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

BIOGRAFI PENULIS ... 73

LAMPIRAN ... 74

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas II ... 39 Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Menyimak Cerita “Sepatu Baru”... 43 Tabel 3. Penentuan Patokan Perhitungan Persentase Skala Lima ... 48 Tabel 4. Skor Aspek Ingatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak

“Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual” ... 50 Tabel 5. Persiapan Perhitungan Skor Rata-Rata Aspek Ingatan

Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual ... 51 Tabel 6. Skor Aspek Pemahaman Kemampuan Menyimak

Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual ... 51 Tabel 7. Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Aspek Pemahaman

Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual ... 52 Tabel 8. Skor Aspek Aplikasi Kemampuan Menyimak Cerita Anak

“Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual ... 53 Tabel 9. Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Aspek Aplikasi

Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual ... 54 Tabel 10. Skor Aspek Evaluasi Kemampuan Menyimak Cerita Anak

“Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual... 54

(17)

Tabel 11. Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Aspek Aplikasi Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual ... 55 Tabel 12. Skor Keseluruhan Aspek Kemampuan Menyimak Cerita Anak

“Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual... 56 Tabel 13. Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Keseluruhan Aspek

Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual ... 57 Tabel 14. Penghitungan Persentase ... 63 Tabel 15. Kedudukan Perolehan Skor Hasil Kemampuan Menyimak ... 64

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Cerita Anak ”Sepatu Baru”... 74

Lampiran 2. Soal Tes Menyimak Cerita Anak ”Sepatu Baru” dan Kunci Jawaban ... 79

Lampiran 3. Skor Hasil Tes Menyimak Cerita Anak ”Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual ... 82

Lampiran 4. Foto-Foto KegiatanPembelajaran ... 90

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Di SD Kanisius Wirobrajan ... 92

Lampiran 6 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 93

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Menurut Tarigan (1986: 2) keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang dalam berbahasa, maka semakin jelas pula jalan pikiran orang tersebut. Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan dasar, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Setiap keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan tersebut hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan latihan yang banyak. Tarigan (1986: 2) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa biasanya diperoleh manusia secara berurutan. Keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai manusia adalah menyimak dan berbicara baru kemudian membaca dan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari saat memasuki jenjang sekolah.

Pembelajaran keterampilan berbahasa sangat penting dilakukan di sekolah dengan tujuan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa untuk berbagai tujuan, keperluan, dan keadaan. Susilowati (2008: 1) salah satu tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah menjadikan siswa mahir dan terampil

(20)

dalam berbahasa Indonesia. Kemahiran berbahasa ini tercermin dalam aktivitas menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian siswa dikatakan mahir berbahasa Indonesia jika terampil dalam kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Menyimak sebagai keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai seseorang mempunyai peranan penting sebagai awal dari keterampilan-keterampilan yang lain. Pada saat seorang bayi belajar berbicara, dia menyimak bunyi-bunyi yang dia dengar lalu ia berusaha menirukannya walaupun belum mengerti makna bunyi-bunyi tersebut. Demikian juga saat seseorang belajar membaca dan menulis, seseorang akan menyimak cara membaca dan menulis dari guru yang mengajarinya (Prahastomo, 2007: 1-2).

Keterampilan menyimak berperan penting dalam usaha mempelajari banyak hal, apalagi di dunia pendidikan. Setiap pelajaran di sekolah memerlukan keterampilan menyimak. Guru mentransferkan ilmunya sebagian besar melalui ujaran. Di sinilah keterampilan menyimak sangat dibutuhkan bagi siswa. Mengingat pentingnya keterampilan menyimak, maka keterampilan tersebut harus diajarkan sejak dini dalam pelajaran bahasa di sekolah dasar. Hal ini perlu dilakukan sebagai landasan untuk jenjang pendidikan yang selanjutnya.

Semakin banyak dan sering menyimak kosa kata, pola-pola kalimat, intonasi dan sebagainya semakin berkembang pula keterampilan berbicara. Bila sudah ada tradisi tulisan pada masyarakatnya maka keterampilan membaca dan menulispun turut berkembang.

(21)

guru kelas II dan pengalaman saya waktu kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM), terbukti bahwa setelah guru membacakan cerita dan memberikan pertanyaan pada siswa, hanya sedikit sekali siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Di sisi lain suasana kelas ramai. Artinya kosentrasi siswa mendengarkan cerita sangat terganggu. Penyebab rendahnya kemampuan menyimak tersebut, tidak terlepas juga dari akibat penggunaan metode dan media yang digunakan oleh guru. Metode mengajar guru yang masih konvensional membuat pembelajaran berbahasa menjadi sesuatu yang membosankan. Kurangnya pemanfaatan media dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif. Kenyataan yang terjadi di lapangan, siswa mendengarkan ceramah guru mengenai teori kebahasaan, termasuk menyimak. Hal itu juga karena guru kurang memberdayakan media pembelajaran yang ada, yaitu belum menggunakan media yang sesuai dengan metode yang diterapkan. Padahal di SD Kanisius Wirobrajan telah tersedia fasilitas yang lengkap yaitu tersedia laboratorium komputer, tersedia labtob, LCD, dan juga ada televisi.

Media pembelajaran merupakan salah satu faktor eksternal yang ikut mempengaruhi hasil belajar. Dengan penggunaan media yang cocok dengan materi yang disampaikan maka dapat merangsang siswa untuk mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan hasil yang maksimal.

(22)

(Susilowati, 2008: 3). Kemanfaatan media pendidikan yang digunakan secara tepat dalam proses pembelajaran memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Di satu sisi, media dapat membantu pemahaman siswa akan materi-materi yang diajarkan, yaitu memperkonkrit pengetahuan yang tidak mungkin dihadirkan di ruang kelas. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik (Sadiman, M. SC, dkk: 1984: 17).

Di sisi lain, sudah menjadi kenyataan bahwa kehadiran media dapat membantu guru dalam memperlancar proses transfer ilmu kepada anak didiknya. Akan tetapi kegiatan pembelajaran yang terjadi saat ini cenderung memberikan kedudukan dominan pada guru. Selain itu, guru kurang menyadari bahwa media pendidikan seharusnya menjadi bagian internal bukan lagi menjadi bagian eksternal dari proses pembelajaran.

(23)

Dengan latar belakang masalah tersebut, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang pembelajaran kemampuan menyimak dengan memanfaatkan media audiovisual dengan teknik menjawab pertanyaan. Penelitian ini, peneliti tuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul ”Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual pada Siswa Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa tinggikah kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak “Sepatu Baru” melalui media audiovisual pada siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kemampuan menyimak cerita anak “Sepatu Baru” melaui media audiovisual pada siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Rumusan Variabel dan Batasan Istilah

(24)

2. Batasan Istilah

Istilah yang perlu dibatasi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1)Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (Poerwadarminta,

1976: 628). Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Tarigan, 1985: 19).

Kemampuan menyimak adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan seseorang pada suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan 2)Menurut Endraswara (2002: 115) bahwa cerita anak yang fokus utamanya

demi perkembangan anak. Cerita anak adalah suatu cerita yang didalamnya mencerminkan liku-liku kehidupan, yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. Dalam hal ini patut ditegaskan bahwa cerita anak tidak harus semua tokohnya seorang anak.

(25)

Alat–alat audiovisual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengarkan dan alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual itu termasuk gambar, foto, slaid, model, pita kaset tape recorder, film bersuara, dan televisi (Suleiman, 1985: 11).

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk pembelajaran menyimak.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

1) Memberi solusi untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran keterampilan

menyimak

2) Meningkatkan keterampilan guru dalam mengajarkan keterampilan menyimak pada siswa.

b. Bagi Siswa

1) Memacu kegiatan belajar menyimak siswa 2) Melatih siswa untuk terampil menyimak.

F. Sistematika Penulisan

(26)

(E) manfaat penelitian, (F) sistematika penulisan. Keenam hal tersebut yang melatarbelakangi penelitian ini.

Bab II adalah landasan teori. Dalam bab ini akan diuraikan 3 hal, yaitu (A) penelitian terdahulu yang relevan, (B) kerangka teori, (C) kerangka berpikir. Ketiga hal itu yang secara teoritis melandasi penelitian ini.

Bab III adalah metodologi penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan lima hal, yaitu (A) jenis penelitian, (B) populasi dan sampel (C) teknik pengumpulan data, (D) instrumen penelitian, (E) dan teknik analisis data. Kelima hal itulah yang secara teknis dipakai peneliti dalam penelitian ini.

Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini akan diuraikan tiga hal, yaitu (A) deskripsi data, (B) analisis data, (C) pembahasan hasil penelitian. Ketiga hal itu memuat hasil penelitian ini.

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Penelitian yang Relevan

Keterampilan menyimak sudah cukup banyak dikaji dan dilakukan. Akan tetapi, hal tersebut masih menarik untuk diadakan penelitian lebih lanjut lagi, baik penelitian yang bersifat melengkapi maupun yang bersifat baru. Karena keterampilan menyimak harus dikuasai setiap orang terlebih bagi siswa SD karena sangat bermanfaat untuk memperoleh pemahaman pengetahuan dan dalam berkomunikasi sehari-hari.

Ada beberapa penelitian terdahulu yang sejenis, dan sampai saat ini masih relevan untuk dilakukan penelitian. Penelitian Hartiningsih (2003) yang berjudul “Kemampuan Menyimak Dongeng “Detektif Kancil” Melalui Media Audiovisual Siswa Kelas I SD Pius I Wonosobo Tahun Ajaran 2002/2003. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitiannya sebagai berikut: a) kemampuan menyimak siswa kelas I SD Pius I Wonosobo dalam menyimak dongeng “Detektif Kancil” melalui media audiovisual secara keseluruhannya, baik. b) kemampuan menyimak dongeng “Detektif Kancil” aspek pengetahuan, baik sekali. c) kemampuan menyimak dongeng “Detektif Kancil” aspek pemahaman, cukup. d) kemampuan berdasarkan soal tes aplikasi, baik sekali.

Penelitian Evarista Cahya Tri (2004) dengan judul Kemampuan Menyimak Siswa Kelas II SMU Stella Duce Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004.

(28)

Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menyimak siswa Kelas II SMU Stella Duce Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004 termasuk kategori baik (B)

Penelitian Kurniawati (2004) berjudul Kemampuan Menyimak Rekaman Audio Cerpen “Seteguh Batu Karang” Siswa kelas II Sekretaris SNKN II Purworejo Tahun ajaran 2003/2004. Jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan metode wawancara serta observasi. Hasil dari penelitiannya menunjukan bahwa kemampuan menyimak siswa kelas II SMKN II Purworejo dalam menyimak “Seteguh Batu Karang” baik.

Penelitian Veronica (2007) berjudul Perbedaan Hasil Pembelajaran Menyimak Cerita Rakyat Tidak Menggunakan Media Audiovisual Siswa Kelas V (Studi Kasus di SD Kanisius Jetisdepok dan SD Kanisius Klepu, Yogyakarta). Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual ada peningkatan pembelajaran. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran menyimak cerita rakyat tanpa menggunakan media audiovisual dan dengan menggunakan media audiovisual. Pembelajaran menyimak dengan menggunakan media audiovisual lebih meningkat dibandingkan dengan tanpa menggunakan media audivisual.

(29)

penelitian menggunakan media rekaman radio, dan satu tidak menggunakan media).

Penelitian ini akan menelaah tentang kemampuan menyimak cerita anak “Sepatu Baru” melalui media audiovisual pada siswa kelas II SD. Alasan peneliti mengambil subyek kelas II karena disesuaikan dengan materi KTSP 2006, belum ada penelitian sejenis di tempat tersebut, dan ingin mengetahui lebih lanjut tingkat kemampuan siswa dalam menyimak melalui media audiovisual.

B.Kerangka Teori 1. Menyimak

a. Pengertian Kemampuan Menyimak

Menurut kamus bahasa Indonesia, kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan (Poerwadarminta, 1976: 628). Sedangkan Menyimak menurut Tarigan (1985: 19), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

(30)

b. Jenis-Jenis Menyimak

Ada beraneka ragam menyimak menurut Tarigan (1985: 22) yaitu: a) menyimak ekstensif, b) menyimak intensif, c) menyimak sosial atau konversional, d) menyimak sekunder, e) menyimak estetif atau apresiatif, f) menyimak kritis, g) menyimak konsertratif, h) menyimak kreatif, i) menyimak interogatif, j) menyimak eksplorasi, k) menyimak pasif, l) menyimak selektif.

Dari beranekaragam menyimak di atas, peneliti ingin menyoroti menyimak intensif (intensif listening). kategori menyimak kritis (critical listening). Alasannya bahwa dalam penelitian ini membutuhkan bimbingan seorang guru dengan bantuan media audiovisual untuk mengarahkannya dan menuntun siswa untuk memperoleh kebenaran dari wacana atau cerita yang didengarnya.

(31)

c. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar

Tarigan mengutip dari buku petunjuk mengenai Keterampilan Berbahasa yang disebut ”Tulare County Cooperative language Arts Guide” khusus mengenai keterampilan berbahasa menyimak (1985: 40) adalah sebagai berikut:

1) Taman Kanak-kanak (4½-6 tahun): a) Menyimak pada teman sebaya dalam kelompok-kelompok permainan, b) mengembangkan waktu perhatian yang amat panjang terhadap cerita-cerita, c) dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan yang sederhana.

2) Kelas I ( 5½-7 tahun): a) menyimak untuk menjelaskan atau menjernihkan pemikiran atau untuk mendapatkan jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan. b) dapat mengulangi secara tepat apa-apa yang telah didengarnya, c) menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata dan lingkungannya

3)Kelas II (6½-8 tahun): a) menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat, b)membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan untuk mencek pengertiannya, c) sadar akan situasi-situasi, bila sebaiknya menyimak, bila sebaiknya tidak usah menyimak. 4) Kelas III dan IV (7½-10 tahun): a) sungguh-sungguh sadar akan nilai

(32)

keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.

5)Kelas V dan VI (9½-12 tahun): a) menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan, kesalahan-kesalahan, propaganda-propaganda, tuntutan-tuntutan yang keliru. b) menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam memenuhi tipe-tipe baru.

Dari beberapa tahapan menyimak di atas, peneliti ingin membimbing siswa kelas II dalam menyimak sesuai dengan masalah yang peneliti uraikan di atas. Alasannya agar sesuai dengan kemampuan menyimak siswa kelas II, akhirnya mereka dapat mengemukakan pendapat melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dari seorang guru atau peneliti untuk mencek pengertiannya.

d. Tujuan Menyimak Cerita Anak

Menurut Logan (dalam Tarigan 1994: 56) tujuan menyimak beraneka ragam antara lain berikut ini:

1) Menyimak untuk belajar, yaitu menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara

(33)

3)Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menilai apa-apa yang disimak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain).

4)Menyimak untuk mengapresiasi simakan, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan)

5)Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-idenya sendiri, yaitu menyimak dengan maksud agar si penyimak dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat

6) Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi, yaitu menyimak dengan maksud dan tujuan agar si penyimak dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat mana bunyi yang membedakan arti (distingtif) dan mana bunyi yang tidak membedakan arti. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)

7) Menyimak untuk memecahkan masalah secara secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

(34)

Menurut Sutari, dkk. (1997: 22-26), ada beberapa tujuan menyimak sebagai berikut:

1) Mendapatkan fakta

Kegiatan menyimak dengan tujuan memperoleh fakta di antaranya melalui kegiatan membaca, baik melalui majalah, koran, maupun buku-buku. Selain itu, mendapatkan fakta melalui radio, televisi, pertemuan menyimak ceramah-ceramah, dan sebagainya

2)Menganalisis fakta yaitu proses menafsir kata-kata atau informasi sampai pada tingkat unsur-unsurnya, menafsir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta itu

3) Mengevaluasi fakta

Penyimak yang kritis akan mempertanyakan hal-hal mengenai nilai fakta-fakta itu, keakuratan fakta-fakta-fakta-fakta tersebut, dan kerelevanan fakta-fakta-fakta-fakta tersebut. Setelah itu, pada akhirnya penyimak akan memutuskan untuk menerima atau menolak materi simakannya itu. Selanjutnya penyimak diharapkan dapat memperoleh inspirasi yang dibutuhkannya

4) Mendapatkan inspirasi

Inspirasi sering dipakai alasan oleh seseorang untuk menyimak suatu pembicaraaan. Kita menyimak bukan untuk memperoleh fakta saja melainkan untuk memeperoleh inspirasi. Kita mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata untuk tujuan mendapatkan inspirasi

5) Mendapatkan hiburan

(35)

tekanan, ketegangan, dan kejenuhan. Kita sering menyimak radio, televisi, film layar lebar antara lain untuk memperoleh hiburan dan mendapatkan kesenangan batin. Karena tujuan menyimak di sini untuk menghibur, maka pembicara harus mampu menciptakan suasana gembira dan tenang. Hal ini bukan menjadi tujuan utama peneliti dalam penelitian .

Dari beberapa tujuan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran menyimak cerita anak dalam penelitian ini mempunyai tujuan supaya siswa belajar agar memperoleh pengetahuan, mengevaluasi agar dapat menilai, mengapresiasi materi simakan melalui cerita anak tersebut.

e. Manfaat Menyimak Cerita Anak

Menurut Setiawan (dalam Suratno, 2006: 16-18), manfaat menyimak sebagai berikut:

1)Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemampuan siswa, sebab menyimak memiliki nilai informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita menjadi berpengalaman

2)Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan 3)Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yag tepat,

bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak, komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variasi

(36)

5)Meningkatkan kepekaaan dan kepedulian sosial. Lewat menyimak kita dapat mengenal seluk beluk kehidupan dengan segala dimensinya. Dengan bahan-bahan semakin baik, dapat membuat kita dalam perenungan-perenungan nilai kehidupan sehingga tergugah semangat kita untuk memecahkan problem yang ada, sesuai dengan kemampuan kita

6)Meningkatkan citra artistik, jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita

7)Menggugah kualitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak kita akan mendapatkan ide-ide cemerlang dan pengalaman hidup yang berharga.

(37)

f. Tahap-Tahap menyimak Cerita Anak

Strickland (dalam Tarigan 1994: 29) menyimpulkan adanya sembilan tahapan menyimak, mulai dari yang tidak berketentuan sampai yang bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap itu sebagai berikut.

1)Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya

2)Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapt gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan

3)Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang terpendam dalam hati

4)Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorpsi hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya

5)Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian karena seksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja. 6)Menyimak asosiatif; hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi

secara konstan, yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara. 7)Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat

(38)

8)Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran

sang pembicara sang anak

9)Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.

Logan (dalam Tarigan, 1994: 58-59) menyebutkan tahap-tahap menyimak sebagai berikut:

1) Tahap mendengar

Pada tahap ini kita baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Jadi kita masih berada dalam tahap hearing.

2) Tahap memahami

Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh pembicara, maka sampailah kita dalam tahap understanding.

3) Tahap menginterpretasi

Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti, belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara. Dia ingin menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat dan tersirat dalam ujaran itu. Dengan demikian sang penyimak telah tiba pada tahap interpreting.

4) Tahap mengevaluasi

(39)

pendapat serta gagasan sang pembicara, di mana keunggulan dan kelemahan, di mana kebaikan dan kekurangan sang pembicara, maka dengan demikian sudah sampai pada tahap evaluating derstanding.

5)Tahap menanggapi

Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya. Sang penyimak pun sampailah pada tahap menanggapi (responding).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai tahap menyimak di atas maka dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap menyimak dari beberapa pendapat tersebut sangat tepat digunakan dalam penelitian ini adalah tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi. Pada tahap ini adalah tahap sesuai dengan tahap usia perkembangan menyimak siswa Sekolah Dasar. Jadi tahap-tahap menyimak cerita anak yaitu tahap mendengar cerita anak, memahami isi cerita anak, menginterpretasi cerita anak, mengevaluasi cerita anak, dan akhirnya menanggapinya dengan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Oleh Tarigan (1985: 44-47) ada 3 faktor yang turut membantu menentukan keefektifan serta kualitas menyimak siswa adalah:

1)Faktor fisik

(40)

ruangan yang mungkin terlalu panas, dingin, lembab, sempit, serta bising suara dari jalan raya, dan sebagainya. Maka sebagai seorang guru perlu cermat dan teliti mempersiapkan ruangan kelas yang yang tidak mudah menggagu siswa dalam menyimak. Karena siswa cepat sekali terpengaruh oleh hal-hal dari luar. Perlu disadari bahwa perhatian siswa cepat sekali pudar dan menyimpang kehal-hal yang lain.

2). Faktor psikologis

Faktor-faktor ini antara lain: a) prasangka dan kurangnya simpati terhadap si pembicara beserta sebab musebabnya. b) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat-minat pribadi serta masalah-masalah pribadi. c) kepicikan, kurang luas pandangan, d) kebosanan atau tiadanya perhatian sama sekali pada subyek, e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap subyek, atau terhadap si pembicara.

3). Faktor eksperensial atau faktor pengalaman.

Kurangnya atau tiadanya minat merupakan akibat dari pengalaman yang miskin atau tiadanya sama sekali pengalaman dalam bidang yang akan disimak. Maka latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Karena dengan kosa kata yang disimaknya turut mempengaruhi kualitas menyimak siswa.

(41)

h. Indikator Kemampuan Menyimak

Penelitian ini bermaksud mengetahui kemampuan menyimak tingkat ingatan, pemahaman, aplikasi dan evaluasi siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta. Keempat tingkatan tersebut merupakan sebagaian dari ranah kognitif. Menurut Nurgiyantoro (1988: 24), ranah kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan dan intelektual seseorang. Tujuan belajar kognitif melibatkan siswa kedalam proses berpikir seperti mengingat, memahami, menganalisis, memecahkan masalah, dan penilaian. Dalam belajar mengajar di kelas, aspek kognitif inilah yang paling mendapat perhatian.

Rana kognitif terdiri dari enam bagian yang disusun dari sederhana ke yang lebih kompleks. Pada penelitian ini, peneliti hanya ingin mengetahui aspek ingatan, pemahaman, aplikasi dan evaluasi, sebab di dalam penerapan di kelas aspek ini yang diperhatikan. Kemampuan menyimak siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta dapat diketahui dengan melihat jawaban siswa dari tes ingatan, pemahaman, aplikasi dan evaluasi berdasarkan kata-kata operasioanl masing-masing soal tes.

2. Cerita Anak

a. Hakikat Cerita Anak

(42)

Menurut Endraswara (2002: 115) cerita anak pada dasarnya demi perkembangan anak. Di dalamnya mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan perasaan anak, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak. Dalam hal ini patut ditegaskan bahwa sastra anak tak harus semua tokohnya seorang anak.

Sugihastuti (1996: 69). Cerita anak-anak adalah media seni yang mempunyai ciri-ciri tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya. Tidak seorang pengarang cerita anak-anak yang mengabaikan dunia anak-anak. Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan dalam proses kreatifnya. Maka dari itu, cerita anak-anak diciptakan oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri anak-anak lewat bahasa anak-anak.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah cerita sederhana yang ditulis untuk anak, berbicara mengenai kehidupan anak ,dan di dalamnya mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak.

b. Ciri-Ciri Cerita Anak

Keberadaan jiwa dan sifat anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak yang digemari. Dengan kata lain, cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi mereka.

(43)

ditampilkan memberikan uraian secara langsung, tidak berkepanjangan; (3) memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada anak-anak. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri cerita anak yaitu (1) berisi sejumlah pantangan, berarti hanya hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan; (2) penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan uraian secara langsung, tidak berkepanjangan; (3) memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada anak-anak; (4) sifat fantastis. Cerita anak mengisahkan tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi mereka, penggunaan pandangan anak atau kacamata anak dalam menghadirkan cerita atau imajinasi yang dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.

c. Unsur–Unsur Cerita Anak

Sarumpaet (2002) menyebutkan bahwa cerita anak memiliki kekuatan yang hebat yaitu cerita memiliki tempat yang signifikan dalam perkembangan bahasa dan keterampilan literernya, juga perkembangan psikologis dan emosinya. Cerita yang menarik dapat membantu memberikan ide dan membangkitkan asosiasi anak didik pada pengalaman mereka.

(44)

Cerita anak terdiri atas unsur-unsur pembangun cerita anak, antara lain: 1)Tokoh dan Penokohan

Aminudin (dalam Siswanto, 2008: 142) yang menyatakan tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehungga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.

Penokohan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya (Suharianto, 2005: 20).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehungga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Penokohan yaitu penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh yang membedakan dengan tokoh yang lain.

2) Latar atau setting

Latar (setting) yaitu tempat maupun waktu terjadinya cerita. Sudjiman (dalam Septiningsih, dkk. 1998: 5) mengatakan bahwa latar adalah keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra. Secara sederhana Suharianto (2005: 22) mengatakan latar disebut juga setting yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita.

(45)

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu dalam cerita, dan suasana terjadinya peristiwa yang ada pada cerita anak. 3) Tema dan Amanat

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan cerita rekaan oleh pengarangnya (Aminudin dalam Siswanto, 2008: 161).

Dari uraian pendapat tentang tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya atau pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya dalam cerita anak.

Amanat adalah gagasan yang mendasari suatu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto, 2008: 162 Jadi, amanat merupakan gagasan yang mendasari karya atau suatu pesan baik tersirat maupun tersurat dalam suatu karya sastra

4) Alur atau Plot

(46)

Dari beberapa pendapat tentang alur di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa yang terjalin dengan urutan yang baik dan membentuk sebuah cerita. Dalam alur terdapat serangkaian peristiwa dari awal sampai akhir.

Unsur-unsusr cerita anak meliputi (1) tokoh (2) latar, (3) tema dan amanat, Dari unsur –unsur itu hanya di jelaskan secara sederhana untuk mempermudah siswa dalam memahami cerita anak, 4) sedangakan alur tidak termasuk dalam kompetensi yang mau di teliti oleh peneliti.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Soeparno (1988: 1) media adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran (channel) untuk menyampaikan suatu pesan (message) atau informasi dari suatu sumber (resource) kepada penerimanya (receiver).

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi (Sadiman, M. SC, dkk: 1984: 7).

(47)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerimanya. Jadi, media pembelajaran adalah sarana yang dapat menyalurkan informasi mengenai pembelajaran dari sumber informasi (guru) kepada penerimanya (siswa).

1) Syarat-syarat Pemilihan Media a) Dasar Pertimbangan

Menurut Sadiman, M. SC, dkk (1984: 84-85) sebagai dasar pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana, yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Ada beberapa hal sebagai pertimbangan bagi seseorang dalam memilih suatu media, yaitu:

1)Ada relevansi dengan tujuan pembelajaran 2)Adanya ketersediaan sumber

3)Mudah dijangkau atau diperoleh

4)Perlu dilihat kembali sebelum digunakan. b) Kriteria Pemilihan

(48)

Menurut Daryanto (1993: 3) ada beberapa hal yang diperhatikan dalam memilih media yaitu:

1)Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

2)Media yang digunakan hendaknya sesuai untuk menyampaikan pesan yang hendak dikomunikasikan atau diinformasikan

3)Media yang digunakan hendaknya sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, tingkat pendekatan terhadap pokok masalah, besar kecilnya kelompok atau jangkauan penggunaan media tersebut

4)Biaya hendaknya sesuai dengan hasil yang telah diharapkan dan sesuai dengan dana yang tersedia

5)Media yang digunakan cukup tersedia

6)Kualitas media harus dipertimbangkan, jika media sudah rusak, kurang jelas atau terganggu, sehingga menganggu proses transfer informasi atau tidak menarik, kurang bisa dipahami ( Daryanto, 1993: 3). dan handout (Sugiarto, 2009: 8)

(49)

2) Jenis-Jenis Media

Oleh Mohamad, (2007) menurut jenisnya media dapat dibedakan sebagai berikut:

a) Media auditif yaitu media yang mengandalkan suara saja seperti radio, kaset recorder. Media ini tidka cocok untuk mereka yang berkelainan pendengaran (tuli)

b) Media visual yaitu media yang mengandalkan indera penglihatan. Media ini hanya menampilkan gambar diam seperti film strip, slids foto, gambar/lukisan, dan cetakan. Ada juga yang menampilkan gambar/simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

c) Media audiovisual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi 2 jenis medi yang pertama dan kedua.

Oleh Sugiarto ( handout, 2009: 5-6) menurut ciri khasnya media dapat dibedakan sebagai berikut:

a) Media Grafis contohnya: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel, papan buletin

b) Media Audio contohnya: radio, tape recorder, Laboratorium Bahasa

c) Media proyeksi contohnya: film bingkai, film rangkai, transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, video.

(50)

3) Kegunaan Media Pendidikan dalam proses Belajar Mengajar

Menurut Arief Sadiman, M. SC, dkk (1984: 17-18), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka),

b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti obyek yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerak yang lambat atau terlalu cepat, kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu, objek yang terlalu kompleks, dan konsep yang terlalu luas.

c) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: a) menimbulkan kegairahan belajar, b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri dan menurut kemampuan dan minatnya. dan membantu guru mengatasi kesulitan. Karena dengan media itu dapat memberikan perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

(51)

b. Media Audiovisual

1) Pengertian Media Audiovisual

Djamarah dan Zain (dalam Budiarti) menjelaskan bahwa media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini terdiri dari media yang pertama adalah media audio visual diam yaitu media yang menampilkan suara dan gambar seperti film bingkai suara (sound slides), film rangka suara, dan cetak suara. Sedangkan media yang kedua adalah media audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video-cassette. Sedangkan menurut Rohani (dalam Budiarti) media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang di dengar.

Oleh Amir Hamzah Suleiman (1985: 11). Alat – alat audio-visual adalah alat-alat yang “audible” artinya dapat didengarkan dan alat-alat-alat-alat yang “visible” artinya dapat dilihat. Alat-alat audiovisual itu termasuk gambar, foto, slaid, model, pita kaset tape recorder, film bersuara, dan televisi.

(52)

2) Karakteristik Media Audiovisual (video)

Ronal Anderson (1994: 103-105) mengatakan bahwa media video terdapat kelebihannya yaitu:

a) dapat digunakan untuk klasikal atau individual. b)dapat digunakan seketika

c) dapat digunakan secara berulang-ulang

d)dapat menyajikan materi fisik yang tidak dapat bicara ke dalam kelas e) dapat menyajikan obyek yang bersifat bahaya

f) dapat menyajikan obyek secara detail g) tidak memerlukan ruang gelap h) dapa diperlambat dan dipercepat i) dapat menyajikan gambar dan suara.

Kekurangannya:

a) sukar untuk dapat direvisi b)relatif mahal

c) memerlukan keahlian khusus

d)layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton

3) Peranan Media Audiovisual

(53)

Dari pernyataan ini menunjukan bahwa peranan media audiovisul dalam penbelajaran sangatlah penting. Maka guru hendaknya mampu memanfaatkan media audiovisual demi membantu perkembangan siswa dalam menyimak cerita anak atau pembelajaran lainnya.

4) Tahap-Tahap Penggunaan Alat-alat Media Audiovisual.

Oleh Amir Hamzah Suleiman ( 1981: 20) ada 4 tahap penggunaan media audiovisual yaitu: 1) persiapan, 2) penyajian, 3) penerapan, 4) kelanjutan. Penggunaan media audiovisual harus dipersiapkan secara matang sebelum proses pembelajaran dimulai serta keterampilan khusus mengenai cara mengoperasikan media agar proses belajar mengajar menjadi lancar, terhindar dari kerusakan media dan mencegah akibat buruk yang berhubungan dengan pemakaian arus listrik. Penggunaan media audio visual dalam proses pembelajaran menyimak cerita anak diharapkan dapat mempertinggi proses dan hasil pembelajaran sehingga kompetensi ini benar-benar dikuasai siswa.

(54)

C.Kerangka Berpikir

Keterampilan menyimak adalah salah satu bagian dari keterampilan berbahasa di Sekolah Dasar. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan kemampuan untuk menanggapinya baik secara lisan maupun tertulis. Di sadari bahwa keterampilan menyimak saling berpengaruh terhadap keterampilan yang lain yaitu berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam usaha membantu siswa agar lebih memahami pesan maka dibutuhkan media pembelajaran. Maksudnya media pembelajaran adalah suatu media yang dapat membantu untuk mengantar suatu pesan dari si pemesan ke si penerima pesan. Penggunaan media tersebut menjadikan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Maka usaha untuk memanfaatkan media perlu secara optimal dan bervariasi. Ada media yang dapat digunakan secara bervariasi dalam pembelajaran. Oleh peneliti menggunakan media audiovisual yaitu video (VCD dan komputer ).

(55)
(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskkriptif kuantitatif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau obyek tertentu (Hariwijaya, M, 2007: 86). Menurut Sukmadinata (2007:54, 73 ), penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini atau di masa lampau. Penggambaran kondisi ini bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka. Selain itu, penelitian deskriptif kuantitatif gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau mengukur tingkat kemampuan menyimak siswa kelas II Sekolah Dasar. Kemampuan menyimak yang dimaksud adalah kemampuan menyimak cerita anak dengan judul “Sepatu Baru” melalui media audiovisual. Deskripsi yang akan dipaparkan oleh peneliti adalah hasil kemampuan menyimak siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan cerita anak “Sepatu Baru” melalui media audiovisual.

(57)

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Arikunto ( 1991: 102) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi yang diambil oleh peneliti adalah siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Jumlah keseluruhan siswa kelas II sebanyak 63 siswa dengan perincian seperti pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1

Jumlah Siswa Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta

Nama Kelas Jumlah Siswa Keterangan

IIA 31 L=17, P=14

IIB 32 L=20, P=12

2. Sampel

Menurut Arikunto (1991: 104) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk memudahkan penelitian, peneliti menggunakan sampel bertujuan atau purposive sample didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Peneliti mengambil sampel penelitian ini siswa kelas IIA SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

(58)

walaupun tidak ada pertanyaan dari orangtua, 5) jumlah kedua kelas siswa laki-laki lebih banyak daripada perempuan. 6) guru terbiasa menyusun soal dengan jawaban singkat sehingga siswa terbiasa menjawab pertanyaan tertulis dengan jawaban singkat.

Tujuan mengambil sampel supaya lebih focus dalam pengolahan data, mempertimbangkan waktu, tenaga, dan juga dana. Selain itu, peneliti melakukan sampel dengan tujuan sampel yang diambil tidak begitu banyak, dan peneliti hanya mendapat ijin oleh kepala sekolah untuk meneliti hanya di kelas IIA. Maka peneliti mengambil sampel penelitian ini seluruh siswa kelas IIA SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Obyek dari populasi diteliti kemudian dan hasilnya tersebut berlaku untuk seluruh populasi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah teknik tes. Tes adalah suatu cara mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapakan data berupa nilai.

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh data adalah sebagai berikut ini:

1. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas II untuk melakukan penelitian.

2. Peneliti mengadakan wawancara dengan guru kelas untuk memperoleh informasi jadwal, jumlah siswa, dan keadaan siswa.

(59)

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam kegiatan menyimak adalah: 1. Peneliti mempersiapkan alat-alat yang digunakan

2. Peneliti mengajak siswa berdoa

3. Peneliti mengabsen siswa supaya dapat mengetahui jumlah siswa yang hadir 4. Peneliti memberikan kata pengantar (apersepsi)

5. Peneliti mengajak siswa menyimak cerita anak yang ditayangkan dengan judul “Sepatu Baru” dengan lama tayangan 10 menit.

6. Setelah menyimak siswa diajak hening untuk merenungkan kembali apa yang telah disimaknya.

7. Peneliti memberikan pertanyaan spontan untuk merangsang siswa hal-hal yang diingat dari hasil menyimak (pertanyaan tidak termasuk dalam soal-soal tes kemampuan menyimak)

8. Peneliti membagikan soal kepada siswa

9. Siswa mengerjakan soal yang telah dibagikan oleh peneliti 10. Jawaban siswa dikumpulkan ke peneliti

11. Kegiatan penutup: Refleksi perasaan dan doa penutup.

12. Peneliti mengorekasi hasil tes menyimak siswa dan hasil tes tersebut dianalisis.

D.Instrumen Penelitian

(60)

yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Nurgiyantoro (2001: 75) juga menyatakan bahwa tes obyektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat (short answer test). Tes jawaban singkat menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat. Jawaban tes obyektif bersifat pasti, dan dikhotomis, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar.

Menurut Masidjo (1995: 53), berdasarkan bentuk penyajiannya ada yang dinamakan tes semi obyektif. Tes tersebut dibedakan menjadi tes jawaban singkat (short answer test) dan tes melengkapi (completion test). Tes jawaban singkat berbentuk suatu pertanyaan yang dapat dijawab dengan satu kata, satu formula kalimat singkat, atau satu angka. Bentuk jawaban singkat lebih cocok untuk mengukur hasil belajar yang sederhana yang bersifat ingatan, pemahaman, aplikasi, serta evaluasi asalkan item-itemnya disusun secara berhati-hati.

Dari beberapa pendapat di atas maka instrumen yang digunakan adalah tes semi obyektif pada kategori tes jawaban singkat (short answer test), berupa tes ingatan, tes pemahaman, tes aplikasi, dan evaluasi. Instrumen tersebut digunakan untuk mengukur apa yang diketahui siswa dalam menjawab pertanyaan mengenai isi cerita anak “Sepatu Baru” hasil menyimak. Semua butir soal yang akan diuji itu berkaitan dengan cerita anak “ Sepatu Baru”.

(61)
(62)

dalam hidup sehari-hari sesuai dengan isi cerita anak “Sepatu Baru” 4. Evaluasi Siswa dapat

menjelaskan pesan penting dari cerita anak “Sepatu Baru”

2 8 dan 9 3 3 18

Adapun instrumen penelitian sebagai berikut:

Simaklah cerita anak yang ditayangkan! Dan jawablah pertanyaan yang tersedia pada lembaran kerja siswa!

1. Sebutkan tokoh yang ada dalam cerita tadi! 2. Apa yang dilakukan Pipin setelah pulang sekolah?

3. Apa yang dilakukan Pipin dan teman-temannya setelah pulang sekolah? 4. Apa judul dari cerita tadi?

5. Pesan apa yang dapat kamu ambil dari cerita tadi?

6. Mengapa Lala dan teman-temannya membelikan sepatu baru untuk Pipin? 7. Dimanakah Pipin dan teman-temannya belajar?

8. Bagaimana Nilai Matematika Lala dan teman-temannya setelah belajar bersama?

(63)

10.Bagaimana sikap anda jika ada teman yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal matematika?

Kunci Jawaban!

1. Pipin, Ibu dan ayah Pipin,ibu guru, Lala dan teman-temannya 2. Belajar

3. Belajar bersama 4. Sepatu Baru

5. Mau berbagi dengan teman yang tidak mampu 6. Sebagai ucapan terimakasih

7. Di rumah Pipin 8. Nilainya bagus

9. Mau membantu, rela berbagi, murah hati. 10. Mau mengajarkan teman yang sedang kesulitan.

E.Teknik Analisis Data.

Teknik analisis data adalah cara bagaimana data yang sudah dikumpulkan itu dianalisis. Teknik yang ditempuh untuk mengolah data hasil tes kemampuan menyimak cerita anak “Sepatu Baru” melalui media audiovisual adalah teknik kuantitatif. Langkah–langkah dalam menganalisis data sebagai berikut:

1. Data yang berupa hasil tes menyimak siswa dikumpulkan untuk dinilai.

(64)

Kriteria penilaian hasil tes menyimak siswa adalah: a. Aspek Ingatan

Soal nomor 1

3= Menyebutkan lebih dari 3 tokoh 2= Menyebutkan 2 tokoh

1= menyebutkan 1 tokoh Soal nomor 4

3= menyebutkan judul sesuai dengan cerita

2= menyebutkan judul kurang sesuai dengan isi cerita 1= Menyebutkan judul tidak sesuai dengan cerita. Soal nomor 7

3= menyebutkan tempat sesuai dengan cerita

2= menyebutkan tempat kurang sesuai dengan isi cerita 1= Menyebutkan tempat tidak sesuai dengan cerita. b. Aspek pemahaman, aplikasi, dan evaluasi

Soal nomor 2, 3, 5, 6, 8,9, dan 10 3= Jawaban sesuai dengan isi cerita

2= Jawaban hampir mendekati mendekati isi cerita 1= Jawaban tidak sesuai dengan isi cerita

3. Jumlah diperoleh dari skor x bobot

(65)

Adapun langkah-langkah mengubah skor mentah menjadi skor jadi untuk menentukan kemampuan menyimak cerita anak “ Sepatu Baru” siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta adalah:

a. Membuat tabel skor setiap aspek tes yaitu tes ingatan, pemahaman, aplikasi, dan evaluasi

b. Membuat tabel secara keseluruhan dengan urutan jumlah skor perolehan jawaban benar dari tertinggi sampai yang terendah.

c. Membuat tabulasi persiapan perhitungan nilai rata-rata (mean) d. Menghitung nilI rata-rata dan penghitungan persentase

Mean dihitung dengan rumus :

x

=∑

Keterangan :

x

= mean (nilai rata-rata)

f= frekuensi

x= skor kemampuan siswa dalam menyimak n= jumlah siswa

(Nurgiyantoro, 2001: 361)

Penghitungan persentase dengan rumus :

100

maxx

skor skor

%

Nurgiyantoro (1987: 364), ( 2001: 400)

(66)

Tabel 3

Penentuan Patokan Dengan Penghitungan Persentase Untuk Skala Lima

Interval Persentase tingkat penguasaan

Nilai ubah skala lima Keterangan

(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data penelitian ini berupa hasil jawaban siswa kelas IIA (sesuai sampel) SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta setelah menyimak cerita anak “Sepatu Baru” dalam mengerjakan tes ingatan, tes pemahaman, tes aplikasi, dan evaluasi. Data yang diperoleh dalam penelitian berupa data deskriptif kuantitatif.

Data penelitian ini diperoleh pada tanggal 26 Oktober 2010. Dilaksanakan pada jam 09.00-10.30 WIB. Jumlah siswa kelas IIA berjumlah 31 orang. Saat pengambilan data 1 orang tidak hadir. Total subjek penelitian ini adalah 30 siswa. Waktu yang dipergunakan dalam mengambil data tersebut selama 70 menit atau 2 jam pelajaran @ 35 menit. Selanjutnya, sebelum melakukan analisis data, peneliti mendeskripsikan data hasil tes yang telah dikoreksi adalah sebagai berikut: 1. Tabel skor dan persiapan perhitungan skor rata-rata kemampuan menyimak

cerita anak melalui media audiovisual pada siswa kelas II SD Kanisius Wirobrajan Tahun ajaran2010/2011.

Berikut ini dipaparkan skor dari masing–masing aspek yang dicapai siswa dari hasil tes ingatan, pemahaman, aplikasi, dan evaluasi dan persiapan perhitungan skor rata-rata kemampuan menyimak siswa kelas II SD kanisius Wirobrajan.

a. Skor hasil jawaban siswa aspek ingatan, yaitu skor tertinggi adalah 9 yang diperoleh 25 orang dan skor terendah adalah 7 yang diperoleh 3 orang. Data skor dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

(68)

Tabel 4

Skor Aspek Ingatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual

No Nama Skor No Nama Skor

1. Euphrasia M. C. P 9 17. Sandra Devita Sari 9 2. Marselinus Galih 9 18. Aloyisus Bagus L. W 9 3. Emanuel Brian E 9 19. Eduard C. Sambura 9 4. Michael Bagas P. 9 20. Jelita Intan Nuraini 7

5. Reyna Defani 9 21. Rosa Zefanya P 9

(69)

Tabel 5

Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Aspek Ingatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual

No Skor ( X ) Frekuensi (f)x

1. 9 25 225

2. 8 2 16

3. 7 3 21

Jumlah n=30

fx262

b. Skor hasil jawaban siswa pada aspek pemahaman, yaitu skor teringgi adalah 18 yang diperoleh 14 orang, dan skor terendah adalah 12 yang diperoleh 3 0rang . Data skor dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 6

Skor Aspek Pemahaman Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual

No Nama Skor No Nama Skor

1. Euphrasia M. C. P 18 17. Sandra Devita Sari 16 2. Marselinus Galih 18 18. Aloyisus Bagus L. W 16 3. Emanuel Brian E 18 19. Eduard C. Sambura 14 4. Michael Bagas P. 18 20. Jelita Intan Nuraini 16

5. Reyna Defani 18 21. Rosa Zefanya P 16

(70)

9. Helena Tuwuh R. H 18 25. Teofilus Mas K. Dewa 16 10. Michael Sendi M 18 26. Calista Putri Nataniela 16 11. Oktaviauns K 18 27. Paulus P. Elang H. B 12 12. Petrus Loyal B. M 18 28. Agnes T. Vibriana 12 13. Raka Ageng 18 29. Ajeng Perwitrio S 18 14. Wanita Utami A. S 18 30. L. Chrisna I. Brata 16 15. Hilarius T. Angger 18 31. Marcelina Carlaponti absen 16. Leonardus Farrel D. 16

Tabel 7

Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Aspek Pemahaman Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual

No Skor ( X ) Frekuensi (f)x

1. 18 14 252

2. 16 10 160

3. 14 3 42

4. 12 3 36

Jumlah n=30

fx490

(71)

Tabel 8

Skor Aspek Aplikasi Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual

No Nama Skor No Nama Skor

1. Euphrasia M. C. P 18 17. Sandra Devita Sari 15 2. Marselinus Galih 18 18. Aloyisus Bagus L. W 15 3. Emanuel Brian E 15 19. Eduard C. Sambura 15 4. Michael Bagas P. 18 20. Jelita Intan Nuraini 15

5. Reyna Defani 15 21. Rosa Zefanya P 10

(72)

Tabel 9

Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Aspek Aplikasi Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual

No Skor ( X ) Frekuensi (f)x

1. 18 7 126

2. 15 16 240

3. 12 6 72

4. 10 1 10

Jumlah n=30

fx448

d. Skor hasil jawaban siswa pada aspek evaluasi, yaitu skor teringgi adalah 18 yang diperoleh 4 orang dan skor terendah adalah 6 yang diperoleh 1 orang. Data skor dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 10

Skor Aspek Evaluasi Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru” Melalui Media Audiovisual

No Nama Skor No Nama Skor

1. Euphrasia M. C. P 18 17. Sandra Devita Sari 15 2. Marselinus Galih 18 18. Aloyisus Bagus L. W 15 3. Emanuel Brian E 18 19. Eduard C. Sambura 15 4. Michael Bagas P. 15 20. Jelita Intan Nuraini 15

5. Reyna Defani 18 21. Rosa Zefanya P 12

(73)

8. Dominika Meylana 15 24. Aurora Aza Naputi A 9 9. Helena Tuwuh R. H 15 25. Teofilus Mas K. Dewa 9 10. Michael Sendi M 15 26. Calista Putri Nataniela 9 11. Oktaviauns K 15 27. Paulus P. Elang H. B 12 12. Petrus Loyal B. M 15 28. Agnes T. Vibriana 12

13. Raka Ageng 15 29. Ajeng Perwitrio S 6

14. Wanita Utami A. S 15 30. L. Chrisna I. Brata 9 15. Hilarius T. Angger 15 31. Marcelina Carlaponti Absen 16. Leonardus Farrel D. 15

Tabel 11

Persiapan Perhitungan Skor Rata-rata Aspek Evaluasi Kemampuan Menyimak Cerita Anak “Sepatu Baru”

Melalui Media Audiovisual

No Skor ( X ) Frekuensi (f)x

1. 18 4 72

2. 15 19 285

3. 12 2 24

4. 9 4 36

5. 6 1 6

Gambar

Tabel 14. Penghitungan Persentase ...................................................................
gambar diam
Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta
Tabel 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam buku landasan pendidikan yang dikutip oleh Binti Maunah yaitu:. Hukuman diadakan, oleh karena adanya pelanggaran,

Based on this concern, this qualitative study was aimed to explore the moral values of traditional folklores and to integrate them in the teaching English for young

[r]

Mengutip pendapat pakar lain (Tulving & Mandigan, 1970, dalam Sternberg, 2005), menyangkut kontribusinya bagi pengetahuan, artikel-artikel psikologi yang dikirim

Ketika ada pengguna yang mengakses alamat website maka website interaktif akan merespon dengan dengan mengidentifikasi pengguna dan level pengguna selanjutnya

Mahasiswa calon guru pendidikan matematika dari 37 subjek penelitian 3 mahasiswa melakukan pengecekan terhadap proses dan jawaban serta membuat kesimpulan dengan

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas limpahan Karunia dan Rahmat-Nya dan kerjasama dari seluruh karyawan Rumh Sakit Umum Daerah

terdapat point – point yang menjadi Identitas Nasional Indonesia, antara lain di dalam upacara ada sesi pengibaran bendera merah putih yang menjadi identitas Nasional sebagai