• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI KLAUSULA FAIR AND EQUITABLE TREATMENT DALAM BILATERAL INVESTMENT TREATY DENGAN KEDAULATAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA ALAM Repository - UNAIR REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELASI KLAUSULA FAIR AND EQUITABLE TREATMENT DALAM BILATERAL INVESTMENT TREATY DENGAN KEDAULATAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA ALAM Repository - UNAIR REPOSITORY"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

RELASI KLAUSULA FAIR AND EQUITABLE TREATMENT DALAM

BILATERAL INVESTMENT TREATY DENGAN KEDAULATAN

NEGARA ATAS SUMBER DAYA ALAM

Oleh:

(2)
(3)
(4)
(5)

Stay Hungry. Stay Foolish.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan atas nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT, sehingga proses penulisan skripsi yang berjudul “Relasi Antara Klausula Fair and Equitable Treatment dalam Bilateral Investment Treaty Dengan Kedaulatan Negara Atas Sumber Daya Alam” ini dapat terselesaikan. Selain merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum, Universitas Airlangga, diharapkan penulisan skripsi ini juga dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Atas terselesaikannya skripsi ini, Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orangtua, Muyasyaroh dan Abdul Malik, yang dengan sepenuh hati telah mendukung cita-cita Penulis. Terselesaikannya skripsi ini merupakan salah satu bentuk rasa terima kasih yang dapat Penulis berikan. Juga kepada kakak Penulis, Yustin, yang selalu memberikan dukungan kepada Penulis.

2. Seluruh dosen departemen Hukum Internasional, yang telah mendukung Penulis dalam perkuliahan maupun pada kegiatan Penulis yakni perlombaan peradilan semu internasional. Terima kasih telah memberikan kepercayaan dan dukungannya untuk tim moot court.

(7)

telah kalian berikan. Anggota tim IHL, Mbak Lulun dan Mbak Jane, kalian berdua memang luar biasa, terima kasih atas pengalaman IHL yang luar biasa. Anggota tim Jessup, Adika - the true leader, Titha, Jasmine, Chesa, Dewi, Nano, dan Bima, kita pasti bisa. Tim IHL 2015, Mega, Cristian, Grey dan Anya, terima kasih telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menjadi manajer dari salah satu tim IHL terhebat yang pernah Unair miliki. Terima kasih AIMCS.

4. Mahasiswa minat hukum internasional angkatan 2012. Raras dan Ley yang telah baik hati membantu Penulis untuk memenuhi syarat kelulusan. Mbak Alik, Sarah, Zerry, Adi, Adika, Gigih, Bela, Nanda, Rayhan, Yoan, Wafi, Nurul, Intan, dan Mirza. Terima kasih atas pengalaman luar biasa yang telah kalian berikan.

5. Teman-teman SKI angkatan 2012, Rizqa, Sheila, Bhima, Diko, Davin, Angga, juga sahabat Penulis, Kiki dan Dinar. Terima kasih telah menjadi tempat Penulis berlabuh ketika dunia Penulis sedang kelabu. 6. La Bamba, Vanya, Zalfa, Ifah, Uyung, kalian yang terbaik.

Surabaya, 28 Januari 2016

(8)

ABSTRACT

The obligation to accord fair and equitable treatment (FET) to foreign investments is one of the obligation for host state under the bilateral investment treaty (BIT). Among the other protection elements in the BIT, FET standard has gained prominence among the foreign investors as it has been regularly invoked by claimants in international arbitration, with a considerable rate of success. This is because of the broad interpretation by arbitrators due to the lack of definition in the BIT itself.

On the other hand, every State has its own sovereignty over natural resources located within their territory. Under this sovereignty, every State has the right to exploration, develpoment and disposition of such resources in the interest of their national development and of the well being of the people of the State. When the State execute this right, the foreign investors are often claim that they are injured.

This paper will established how the standard of FET in BIT could hampered the State‟s soverignty over their natural resources and what should the government of Indonesia do regarding their concluded and future BIT.

Keywords: Fair and Equitable Treatment, Bilateral Investment Treaty,

(9)

ABSTRAK

Klausula Fair and Equiutable Treatment dalam Bilateral Investment Treaty

merupakan salah satu bentuk perlindungan yang diberikan oleh host State kepada investor asing. Tidak ada definisi yang jelas mengenai klausula tersebut, sehingga pada perkembangannya, arbitrator pada arbitrase internasional cenderung untuk menginterpretasikan klasula ini secara luas, tanpa ada batasan dan berbeda-beda pada setiap kasusnya.

Klausula Fair and Equitable Treatment ini menjadi klausula yang paling ampuh jika investor ingin mengajukan klaim terhadap tindakan host State yang dianggap merugikannya. Sehingga pada Skripsi ini ditemukan bahwa klausula ini dapat menghambat host State dalam melaksanakan hak kedaulatannya atas Sumber Daya Alam, seperti mengatur dan mengelola.

Indonesia sebagai negara yang memiliki Sumber Daya Alam yang besar sebaiknya merubah klausula Fair and Equitable Treatment yang terdapapt pada setiap perjanjian investasi bilateral yang dimilikinya sehingga meminimalisir gangguan atas pelaksanaan hak kedaulatan astas Sumber Daya Alam dalam bentuk gugatan ke arbitrase internasional.

Kata Kunci: Fair and Equitable Treatment, Bilateral Investment Treaty,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iv

MOTTO... v

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.5 Metode Penelitian... 6

1.5.1 Tipe Penelitian... 6

1.5.2 Pendekatan Masalah... 6

1.5.3 Sumber Bahan Hukum... 7

a. Sumber Hukum Primer... 7

b. Sumber Hukum Sekunder... 9

c. Sumber Hukum Tambahan... 9

1.5.4 Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum... 9

1.5.5 Analisa Bahan Hukum... 9

1.6 Pertanggungjawaban Sistematika... 10

BAB II PRINSIP KEDAULATAN NEGARA ATAS SUMBER DAYA ALAMNYA... 12

2.1 Konsep Kedaulatan Negara... 12

(11)

2.2.1 Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa... 14

a. United Nation Resolution No. 626 (VII): Right to exploit freely natural weatlh and resources... 14

b. United Nation Resolution No. 1803 (XVII): Permanent sovereignty over natural resources... 15 2.2.2 Konvensi-Konvensi Internasional... 15 2.3 Kedaulatan Negara dalam Instrumen Hukum Nasional... 16 2.3.1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.... 16 2.3.2 Putusan Mahkamah Konstitusi... 18

a. Putusan MK Nomor 3/PUU-VIII/2010 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 27 tahuun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil... 18 b. Putusan MK nomor 36/PUU-X/2012 tentang Pengujian

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi... 20 c. Putusan MK nomor 85/PUU-XI/2013 tentang Pembatalan

Undang-Undang Sumber Daya Air... 24 2.3.3 Undang-Undang nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman

Modal... 24 2.3.4 Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas

Bumi... 28 2.3.5 Undang-Undang nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara... 29 2.3.6 Undang-Undang nomor 39 tentang Perkebunan... 31 2.3.7 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas... 31 2.4 Kasus Arbitrase Indonesia... 32

(12)

BAB III KLAUSULA FAIR AND EQUAL TREATMENT DALAM

BILATERAL INVESTMENT TREATY... 38

3.1 Klausula FET... 38

a. Interpretasi yang luas dan tidak dapat diprediksi... 42

b. Penetapan batas pertanggungjawaban... 43

c. Kebutuhan untuk menyeimbangkan kepentingan negara dan kepentingan investor secara efektif... 44

1.2 Kasus-Kasus yang Berkaitan dengan Klausula FET... 45

3.2.1 Tecnicas Medioambientales Tecmed S.S. v. United Mexican States... 45

3.2.2 Continental Causality CO. V. Republic of Argentina... 47

3.2.3 Parkerings-Compagniet AS v. Republic of Lithuania... 49

3.3 Trend Perubahan Klausula FET... 52

3.3.1 Southern African Development Community... 52

3.3.2 Asia-Pacific Economic Cooperation/UNCTAD Modules... 54

a. Tidak ada sumber acuan... 55

b. Mengacu pada prinsip hukum internasional... 56

c. Mengacu pada hukum kebiasaan internasional (standar perlakuan minimum terhadap orang asing)... 57

3.3.3 UNCTAD Policy Options for IIA Reform... 59

a. Merujuk pada hukum kebiasaan Internasional/standar minimum perlakuan terhadap orang asing... 59

b. Menjelaskan kewajiban FET melalui daftar yang terbuka... 60

c. Menjelaskan melalui daftar kewajiban FET yang tetap... 63

d. Menghilangkan Klausula FET... 63

3.4 Klausula FET dalam BIT Indonesia... 64

a. BIT antara Indonesia dan Belanda... 64

b. BIT antara Indonesia dan Korea Selatan... 65

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan sistem pemilihan objek wisata berdasarkan empat kriteria yaitu biaya, jenis, jarak, dan fasilitas dengan menggunakan profile matching

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada seluruh Dewan Editor yang telah membantu dalam seleksi, penilaian dan peningkatan mutu makalah untuk bisa dipublikasikan dalam

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII Palembang memiliki masalah dalam disiplin kerja terhadap pegawai

pada dosis 30 g/ polybag memberikan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan bibit karet stum mini, serta berpengaruh nyata pada pertambahan panjang okulasi dan pertambahan

Kebijakan yang terkait dengan sasaran untuk meretas ketertinggalan menyangkut peningkatan daya saing daerah melalui pengembangan teknologi yang berorientasi pada

Demikian jawaban terbanyak adalah S (Setuju) sebanyak 57,57% (19 orang), artinya adalah mereka menyatakan setuju apabila perempuan di Desa Sambirejo Timur bekerja sama

Bab kedua, adalah Kajian Pustaka yang berisi tentang pengertian jilbab, sejarah jilbab, konsep aurat, dasar hukum jilbab, jilbab syar’i, jilbab gaul (jilboobs),