• Tidak ada hasil yang ditemukan

GIOVANI ALIF SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GIOVANI ALIF SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI

LARVA

PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

N a m a : Giovanni Alif Dyer Wahjudy N I M : 140911124

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 27 April 1992

Alamat : Graha Sunan Ampel Blok A 44 Wiyung Surabaya Telp./HP : 081231208899

Judul Skripsi : PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA Pembimbing : 1. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP

2. Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta saya bersedia :

1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi; 3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,

termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab. XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 20 Juni 2016 Yang membuat pernyataan,

Giovanni Alif D.W

(3)

PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI

LARVA

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

Oleh :

GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY NIM. 140911124

Menyetujui

,

Komisi Pembimbing

(4)

SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI

LARVA

Oleh :

GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY NIM : 140911124

Telah diujikan pada Tanggal : 13 Juni 2016 KOMISI PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Agustono, Ir., M.Kes

Anggota : Ir. Boedi Setya Rahardja, M.P. Prayogo, S.Pi., MP

Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D

Surabaya, 18 Juli 2016 Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga Dekan,

(5)

RINGKASAN

GIOVANNI ALIF D.W. Pengaruh Perbedaan Umur Induk Ikan Cupang (Betta splendens) Terhadap Tingkat Fekunditas Dan Produksi Larva. Dosen Pembimbing Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP dan Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., PhD

Berdasarkan data Lalu Lintas Ikan Ekspor di Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Sultan Thaha Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa ikan hias Cupang menempati urutan kedua setelah ikan hias biota sebanyak 22.650 ekor dengan frekuensi sebanyak 30 kali (KKP, 2011). Dari segi ekonomi banyak para penggemar ikan air tawar yang menjadikan hobinya sebagai bisnis (Daniel dan Pandu, 2014). Menurut Weningsari (2013) ikan Cupang berjenis kelamin jantan mempunyai harga lebih mahal dianding betina. Hal ini dikarenakan Cupang jantan memiliki keindahan pada warna badan dan sirip serta tingkah lakunya yang agresif.

Hasil penelitian Dewantoro (2001) mengatakan bahwa pemberian pakan menggunakan Daphnia sp. dan penggunaan induk Cupang dengan umur yang paling tua (4bulan) menghasilkan fekunditas tertinggi. Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan fekunditas dan produksi larva ikan Cupang dengan perbedaan umur induk Cupang untuk mendapatkan hasil fekunditas terbanyak.

(6)

SUMMARY

GIOVANNI ALIF DW Effect of Age Differences in Parent Betta fish (Betta splendens) On The Level fecundity and Production larvae. Lecturer Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP and Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Sc., Ph.D.

Based on data from the Traffic Fish Export Fish Quarantine Station Class 1 Sultan Taha Jambi province in 2010 can be seen that the ornamental fish Betta ranks second after the ornamental fish biota as many as 22,650 tails with a frequency of 30 times CTF (2011). From an economic point of many fans of freshwater fish that make the hobby as a business (Daniel and Pandu, 2014). According Weningsari (2013) sex male Betta fish have higher prices dianding females. This is because the male Betta has a beauty on the color of the body and fins as well as aggressive behavior. Devantoro (2001) says that some farmers betta fish 3-3.5 months old with an average length of 4 cm, with the number of eggs ranges from 700 rounds.

Dewantoro research results (2001) says that feeding using Daphnia sp. and the use of stem Hickey with the age of the oldest (4month) produce the highest fecundity. This is supported also by Carlender 1969 in 1975 Effendi also said bahhwa in Kediri city betta fish is one of superior products that continue to be maintained and enhanced. Hickey has provided many real contribution to improving the welfare and incomes Kediri in general. Based on the formula above problems, this study aimed to determine differences in fecundity and larval fish pdoruksi dengna Hickey Hickey age differences stem remedy to get the highest fecundity.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga Skripsi tentang Kandungan kolesterol pada kerang darah (Anadara granosa) dari hasil tangkap di kenjeran Surabaya, Sedati Sidoarjo dan Bancaran Bangkalan ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khusus bagi Mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perikanan.

Surabaya, 28 Juni 2016

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi tentang Pengaruh Perbedaan Umur Induk Betina Ikan Cupang (Betta splendens) terhadap Tingkat Fekunditas dan Produksi Larva dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Februari sampai 6 Maret 2016, di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

Pada kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku Pembimbing II atas bimbingan sejak penyusunan proposal hingga terselesaikannya laporan Skripsi ini.

2. Bapak Agustono, Ir., M.Kes, Bapak Prayogo, S.Pi., M.Si dan Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP selaku Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan kritik dan sarannya.

3. Kedua orang tua (Heny Wahjudy dan Erlina) atas doa dan motivasinya yang tiada henti untuk segera menyelesaikan kuliah.

4. Sahabat-sahabatku Doni, Silvi, Mira, Iponk, Hendra, Ijal, Icang yang selalu memberi semangat dan membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian skripsi ini.

Surabaya, April 2016

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. ………... vi

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GAMBAR ……….xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

I PENDAHULUAN ……….. ………1

1.1 Latar Belakang ………...1

1.2 Rumusan Masalah ………... 3

Tujuan ………...3

Manfaat ………3

II TINJAUAN PUSTAKA ……….4

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang ...4

2.1.1 Habitat ………...5

2.1.2 Pakan ……….6

2.2i Induk Ikan Cupang ……….………..7

2.2.1 Seleksi Induk Ikan Cupang ………….. ………..7

2.2.2 Pemijahan ……….7

2.3 Tingkat Kematangan Gonad ……….. ……….8

(10)

III KERANGKA KONSEP ………...16

IV METODOLOGI ………... 19

4.1 Waktu dan Tempat ………...19

4.2 Materi Penelitian ………...19

4.3 Metode Penelitian ………..19

4.3.1 Rancangan Penelitian ……….. ………...19

4.3.2 Prosedur Kerja ……….20

4.3.3 Parameter Pengamatan ……….22

4.3.4 Analisis Data……….22

V HASIL DAN PEMBAHASAN ……….24

5.1 Hasil ………24

5.1.1 Fekunditas dan Daya Tetas ……….24

5.2 Pembahasan ………25

5.2.1 Faktor Fekunditas ……….26

5.2.2 Kualitas Air ………..26

5.2.3 Produksi Larva ……….28

VI SIMPULAN DAN SARAN ………30

6.1 Simpulan ……….. 30

6.2 Saran ………30

DAFTAR PUSTAKA ………31

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata total kolesterol kerang darah ……… 19

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerang Darah ... 4

2. Morfologi Kerang Darah ... 6

3. Struktur kimia kolesterol ... 7

4. Pembentukan plak pada saluaran darah ……….. 8

5. Kerangka Konseptual ... 14

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel Hasil Analisis kolesterol ... 29

2. Gambar Proses pembedahan kerang darah ... 30

3. Laporan analisis ... 31

(14)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri (DKP, 2009). Subsektor perikanan di Indonesia mencapai kurang lebih 2 juta ton per tahun sebagian besar 74% berasal dari laut dan sisanya 26% dari air tawar (Mariyono dan Sundana, 2002). Ikan hias merupakan salah satu komoditas yang diminati oleh berbagai kalangan, usaha non migas hal ini dibuktikan oleh Bachtiar (2004) bahwa ikan hias air tawar memasuki pasar ekspor yang mengalami peningkatan. Direkrorat Jendral Perikanan Budidaya (2011) mengatakan bahwa Indonesia telah dikenal sebagai Negara yang memiliki banyak spesies. Dari spesies genus ikan hias air tawar yang ada di dunia, yang memiliki tingkat popularitas tertinggi adalah jenis ikan tarung Betta splendens atau lebih dengan nama ikan Cupang. Banyak ragam warna yang

ditemui seperti warna merah, biru, dan albino (Burkhart et al., 2002).

(15)

dapat dilihat bahwa ikan hias Cupang menempati urutan kedua setelah ikan hias botia sebanyak 22.650 ekor dengan frekuensi sebanyak 30 kali KKP (2011).

Di Jawa Barat, negara tujuan ekspor ikan hias antara lain Jepang, Prancis, Jerman, Denmark, Afrika, Belanda, Saudi Arabia, Singapura, Belgia, Korea, dan Filipina. Total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2006 adalah sebesar US$ 58.318,65. Sedangkan total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu mencapai nilai US$ 319.506,58. Ekspor produk perikanan non konsumsi Jawa Timur saat ini mengalami perkembangan cukup pesat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Disperindag Prov Jawa Timur mulai Januari-Februari (2014), ekspor non migas industri ikan dan udang Jawa Timur mencapai 146,498 juta dollar AS atau 45,22 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2013.

(16)

Hasil penelitian Dewantoro (2001) mengatakan bahwa pemberian pakan mengunakan Daphnia sp. dan penggunaan induk Cupang dengan umur yang paling tua pada penelitiannya (4 bulan) menghasilkan fekunditas tertinggi. Hal ini ditunjang juga oleh pernyataan Carlender (1969) dalam Effendie (1975) bahwa peningkatan umur ikan menentukan tingkat produksi larva. Berdasarkan hal ini, perlu dilakukan penelitian tentang penelitian umur induk ikan cupang (dengan umur lebih dari 4 bulan) untuk mengetahui lebih lanjut umur induk ikan cupang yang dapat mengkaji fekunditas ikan lebih optimal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan fekunditas dan daya tetas ikan Cupang pada umur induk Cupang yang berbeda?

2. Berapa umur induk ikan Cupang yang menghasilkan fekunditas dan daya tetas paling tinggi?

1.3 Tujuan Penelitan

1. Mengetahui pengaruh perbedaa umur induk ikan cupang terhadap fekunditas dan daya tetas telurnya.

2. Mengetahui umur induk ikan cupang yang dapat menghasilkan fekunditas dan daya tetas telur paling optimal.

1.4 Manfaat Penelitian

(17)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang (Betta splendens)

Klasifikasi Ikan Cupang menurut Regan (1910) di klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Actinoptergii Order : Perciformes Family : Osphronemidae Genus : Betta

Spesies : Betta splendens (Regan ,1910).

(18)

Gambar 2.1. Ikan Cupang jantan (Curtis and MacLean, 2012). 2.1.1 Habitat

(19)

Gambar 2.2. Habitat ikan Cupang (Regan, 1910).

2.1.2 Pakan

Cupang memerlukan cukup gizi untuk mendapatkan pertumbuhan secara optimal. Fase Telur hingga larva memakan Artemia dan Daphnia sp. selama satu bulan. Ikan dewasa memakan jentik nyamuk, kutu air (Daphnia sp.) dan Tubifex sp. dengan pemberian sehari dua kali. Calon indukan di tambahkan lebih banyak

pakan yang tersedia untuk perkembangan pematangan gonad (Suswanto, 2010). Kuantitas pakan meupakan faktor yang penting pada tahan reporduksi pada ikan, ikan Cupang betina memerlukan tambahan protein, lemak, vitamin, mineral, untuk menambah jumlah telur pada saat pemijahan. Kuning telur terdiri dari protein, mineral, lemak. Protein tersebut juga terdapat pada embrio. Kekurangan salah satu nutrien di atas daspat mempengaruhi tingkat pertahanan dari larva telur tersebut (James and Sampath, 2002).

(20)

bereproduksi pada suhu 28OC, pH 7,8 kadar amonia maksimal 1, dan DO 4 PPM sedangkan telur ikan cupang akan menetas pada suhu 25-27oC (James and Sampath 2004). Cupang jantan akan membuat substrat yaitu berupa gelembung-gelembung sebagai tempat telur agar tidak tenggelam ke dasar perairan, biasanya gelembung tersebut diletakkan pada tanaman aquatik. Setelah proses pembuatan substart, Cupang jantan melakukan pemijahan tepat di bawah sarang yang telah diberi substrat. Cupang jantan akan memijah dengan cara melilit tubuh Cupang betina hingga telur keluar semua. Cupang jantan akan menjaga telur hingga telur menetas. Cupang betina akan di usir oleh ikan Cupang jantan untuk keluar dari substratnya. Telur akan di jaga ikan Cupang jantan hingga menetas menjadi burayak. Setelah burayak berusia 3 hari, burayak akan menyebar keluar dari substratnya (Atmajaja,2008).

2.2 Induk Ikan Cupang

2.2.1 Seleksi Induk Ikan Cupang

Seleksi induk untuk pemijahan akan menentukan hasil panen. Seleksi induk dapat di lakukan dengan cara memilih calon induk yang berkualitas, yaitu ikan yang memiliki ketahanan fisik dan mental yang baik, Pangkal ekor tebal dan lebar, sehat, gerakan lincah dan tidak cacat. Respon musuh, respon terhadap pakan, matang, dan umur diatas tujuh bulan (George,2009).

2.2.2 Pemijahan

(21)

hari, setelah itu telur di letakkan di substrat oleh indukan. Setelah 24 jam telur akan menetas dan menjadi larva. Larva mulai diberi makan setelah tiga hari dari penetasan karena kuning telur sudah mulai habis dan membutuhkan makan untuk tumbuh. Setelah umur tujuh bulan, Cupang akan matang gonad dan dapat melakukan Monalisa (2008).

2.3 Tingkat Kematangan Gonad

Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan berbagai cara,antara lain dengan membuat irisan gonad dan diamati struktur histologisnya, melihat morfologi gonad secara visual. Pengamatan morfologi gonad pada ikan betina berupa : bentuk ovarium, besar-kecilnya ovarium, pengisian ovarium dalam rongga tubuh, warna ovarium, halus-tidaknya ovarium, secara umum ukuran telur dalam ovarium, kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagiannya, ukuran (garis tengah) telur, dan warna telur. Sedangkan untuk ikan jantan yang diamati berupa : bentuk testis, besar-kecilnya testis, pengisian testis dalam rongga tubuh, warna testis, keluar-tidaknya cairan dari testis (dalam keadaan segar) (Effendie, 1979).

(22)

Tabel 1.Tingkat Kematangan Gonad secara umum (Holden dan Rait, 1974) dalam Suwarso dan Sadhotomo, (1995).

TKG Tahapan Visual Miskroskopis I immature Ovari kecil dan testis 1/3

dari rongga badan, bentuk

II maturing Ovari kecil dan testis 1/2 dari rongga badan, III Maturing ripe Ovari kecil dan testis

1/2-2/3 dari rongga badan, kanan dan kiri gonad tidak simetris. Warna ovari

(23)

Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Belanak (Mugil dussumieri) menurut Cassie (Effendie dan Subardja, 1977) dalam Effendie (2002).

Tingkat Kematangan Betina Jantan I Ovari seperti benang,

panjang, sampai kedepan

II Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan lebih gelap III Ovari berwarna kuning.

Secara morfologi telur IV Ovari makin besar, telur

berwarna kuning, mudah

V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa

(24)

2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Tingkat kematangan gonad dapat diketahui dengan cara mengukur berat gonad atau berat tubuh ikan secara keseluruhan. Kematangan gonad secara umum dapat diketahui dari perbandingan relatif antara berat gonad dengan berat tubuh ikan keseluruhan. Indeks pengukuran ini sering disebut sebagai Indeks Kematangan Gonad (IKG). Indeks kematangan gonad merupakan suatu metode kuantitatif untuk mengetahui tingkat kematangan yang terjadi pada gonad.

Indeks ini dinamakan juga maturity atau Gonado Somatic Index yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan 100%. Tingkat kematangan gonad ini akan semakin bertambah besar persentasenya dan akan mencapai besar maksimum pada saat menjelang pemijahan dan setelahnya akan turun kembali (Effendie, 1979).

c. Indeks Gonad (IG)

Perkembangan gonad semakin matang maka telur di dalamnya juga semakin besar ukurannya karena ada pengendapan kuning telur, hidrasi, dan terbentuknya butiran lemak. Di samping itu dapat digunakan perbandingan dengan menggunakan panjang tubuh sabagai indikatornya. Indikator kematangan gonad ini diperoleh dari perbandingan antara berat segar gonad dan panjang ikan atau sering disebut sebagai Indeks gonad (Gonado Index) (Effendie, 1979).

(25)

2.5 Fekunditas dan Daya Tetas

Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan tentang fekunditas dibidang budidaya perikanan sangatlah penting artinya untuk memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Heriyanto, 2011).

Banyaknya telur yang belum dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah atau biasa disebut dengan fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan spesies. Jumlah telur yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang tingkat kelangsungan hidupnya di alam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat diketahui dengan tingkat fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Telur yang dihasilkan memiliki ukuran yang bervariasi. Ukuran telur dapat dilihat dengan menghitung diameter telur. Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur dengan mikrometer yang berskala yang sudah ditera.

(26)

Menurut Nikolsky (1967) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah (Wahyuningsih dan Barus, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas serta hal-hal lain yang berhubungan dengan hal itu, Nikolsky ( 1969 ) :

a. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun, fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas mutlaknya. Fekunditas relative maksimum terjadi pada golongan ikan yang muda. Sedangkankan ikan yang sudah tua kadang tidak memijah setiap tahun

b. Fekunditas mutlak atau relative sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau kelas umur yang jumlahnya banyak.

c. Kenaikan fekunditas populasi dapat disebabkan oleh kematangan gonad yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat.

d. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad yang lebih awal serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan predator dalam jumlah besar.

(27)

f. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolism yang mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan menghsilkan perubahan dalam pertumbuhan, seperti ukuran pada umur tertentu demikian juga ukuran danjumlah telur atau jumlah siklus pemijahan dalam satu tahun .

g. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan makanan melalui kematangn gonad yang lebih awal, menambah kemantangan individu pada individu yang lebih gemuk dan mengurangi antara siklus pemijahan.

h. Kualitas telur terutama isi kuning telur bergantung pada umur dan persediaan makanan dan dapat berbeda dari satu populasi ke populasi yang lain (Effendie,1997).

Fekunditas ikan cupang, dapat ditentukan berdasrkan pengaruh umur, dan pakan yang diberikan. Jumlah telur semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Umur ikan menentukan tingkat kematangan gonad dan jumlah telurnya. Keberadaan pigmen diduga juga mempengaruhi fekunditas.

(28)

cupang dapat ditentukan oleh kualitas air media pemijahan seperti temperatur, pH, dan oksigen terlarut. Temperatur optimal untuk pemijahan ikan hias Betta splendens berkisar antara 26C sampai 29C.

(29)

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

(30)

3.2 Hipotesis

H0 : Tidak terdapat umur induk ikan cupang (Betta splendens) betina yang

dapat menghasilkan fekunditas dan daya tetas optimal.

H1 : Terdapat umur induk ikan cupang (Betta splendens) betina yang dapat

(31)

Keterangan:

P: perlakuan yang akan digunakan Budidaya

Ikan hias Ikan konsumsi

Ikan cupang

Produksi Larva

Seleksi induk

Pemijahan Pakan Genetik

Kombinasi pemijahan ikan cupang dengan umur induk yang berbeda

Eksport

fekunditas

P1 P2 P3 P4 P5 P6

(32)

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016 di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

4.2 Materi Penelitian

Materi penelitian yang digunakan terdiri atas bahan dan alat penelitian. Bahan penelitian yang digunakan adalah induk ikan Cupang, Daphnia sp. , air tawar, ammonia test kit, DO test kit. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium dengan volume air 2 liter, aerator, wadah plastik dengan volume 10 liter, gunting, dan termometer.

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Rancangan Penelitian

(33)

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan :

Umur Indukan Betina

Penelitian ini dilakukan dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan.

4.3.2 Prosedur Kerja

A. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian adalah dengan melakukan seleksi ikan dengan usia empat, lima, dan enam bulan. Setelah dilakukan seleksi ikan berdasarkan usia ikan, kemudian dilakukan aklimatisasi pada ikan di akuarium. Setelah diaklimatisasi, ikan kemudian dipuasakan selama sehari sebelum pemijahan dan dilakukan pengukuran panjang dan berat pada tubuh ikan. Akuarium yang telah dicuci bersih, diisi dengan air tawar sebanyak 10 liter, kemudian diberi pakan Daphnia sp. sebanyak 3-5% dari bobot perhari. Pemberian pakan dilakukan tiga

(34)

a. Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air terdiri dari suhu, pH, DO, dan amoniak. Pengukuran kualitas air ddilakukan terhadap suhu dan pH air. Suhu diukur menggunakan thermometer, sedangkan pH diukur menggunakan kerts lakmus.

F. Perhitungan Fekunditas

Fekunditas dihitung secara manual karena jumlah telyr relative sedikit sehingga memungkinkan dilakukan secara manual.

4.3.3 Parameter Pengamatan

Parameter yang diukur dalam penelitian terdiri dari parameter utama dan pendukung.

A. Parameter Utama

Parameter utama dalam penelitian adalah fekunditas dan daya tetas telur ikan cupang.

B. Parameter Pendukung

Parameter pendukung dalam penelitian adalah suhu dan pH air. Pengukuran suhu menggunakan termometer dan pengukuran pH menggunakan kertas lakmus.

4.3.4 Analisis Data

(35)

Gambar 5. Bagan Alur Penelitian Persiapan pemijahan

Pemijahan

Penghitungan telur

Analisa data Pemeliharaan sampai

telur menetas P1

Ulangan 6 kali

P2 Ulangan

6 kali

P3 ulangan

(36)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Fekunditas dan Daya Tetas

Data hasil penelitian meliputi berat induk jantan dan betina, fekunditas, dan daya tetas disajikan pada tabel 1. berikut ini.

(37)

5.1.2 Data Kualitas Air

Data kualitas air selama penelitian adalah sebagai berikut Perlakuan Kuaitas air hari ke

1 2 3 4 5

(38)

gonad akan menimbulkan kesukaran atau kesulitan dalam statistik. Sebab telur akan masuk dalam jumlah besar dan ikan yang sebenamya berfekunditas kecil. Juga akan kesulitan akan sama apabila fekunditas dihubungkaan dengan faktor kondisi.

Tingginya persentase fertilitas menunjukkan bahwa sperma jantan memiliki kemampuan untuk membuahi telur. Keberhasilan pembuahan sangat tergantung pada kualitas dan kuantitas sperma. Diduga telur yang dikeluarkan oleh betina akibat adanya rangsangan ikan jantan sehingga setiap telur yang keluar langsung dapat dibuahi. Selain itu didukung pula oleh kuantitas dan kualitas sperma yang tinggi serta tidak terdapatnya faktor penghalang dilingkungan seperti arus dan turbiditas air. Keberhasilan fertilitas tergantung pada periode ejakulasi sperma (mijah) dan kemampuan sperma bersaing untuk membuahi telur dan peluang fertilitas dipengaruhi oleh perilaku jantan, anantomi dan fisiologi (Berhead & Muller dalam Hosken 1998).

(39)

5.2.2 Kualitas Air

Kualitas air media pemijahan seperti temperatur, pH, dan oksigen terlarut berada pada kondisi optimal. Hasil pengukuran temperatur air dalam akuarium pemijahan berkisar antara 270C sampai 280C. Kisaran temperatur ini secara umum memenuhi syarat untuk temperatur air pada wadah pemijahan. Hal yang sama dikemukakan oleh Perkasa (2001), bahwa temperatur optimal untuk pemijahan ikan hias Betta splendens berkisar antara 260C sampai 290C. Peningkatan suhu dan tekanan oksigen dapat mempengaruhi daya tetas,sedang suhu air dapat mempengaruhi efisiensi perubahan kuning telur menjadi bobot badan embrio ikan pada proses perkembangan (Effendi 1997). Telur ikan Betta splendens tergolong berukuran sedang, suhu optimal untuk penetasan berkisar antara 260C sampai 280C, dengan waktu penetasan sekitar 3 sampai 4 hari.

Pada wadah pemijahan pH air berkisar antara 6,3 sampai 6,8. Kondisi ini termasuk kedalam rentang kisaran pH air pemijahan ikan Betta splendens, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Perkasa (2001) bahwa pH yang optimal untuk penetasan ikan hias Betta splendens berkisar antara 6,2–7,8. Selanjutnya bila air pada pH 1-4 atau 11-14 maka ikan tidak dapat hidup di dalamnya. Kandungan oksigen terlarut berkisar antara 6,0–7,2 ppm.

Daya tetas dan laju pertumbuhan larva Betta splendens makanan tersebut

(40)

pertumbuhan sel antara lain membran sel. Secara biosintesis fosfolipid tidak dapat dipenuhi secara cepat. Oleh karena itu harus dipasok melalui makanan alami.

Rataan mortalitas larva ikan Betta splendens selama pemeliharaan 21 hari bervariasi dari hari ke 7 sampai dengan hari ke 21. Mortalitas larva yang tertinggi antara lain disebabkan larva sudah kehabisan cadangan makanan berupa kuning telur, sedangkan makanan alami yang terdapat di dalam media hidupnya tidak sesuai dengan kebutuhannya. Tingginya mortalitas larva diduga disebabkan oleh makanan yang tidak sesuai dengan jenis, ukuran dan jumlahnya. Nagi et al, (1981) menyatakan bahwa umur berhubungan erat dengan masa kritis yaitu masa penentuan jenis kelamin pada proses perkembangan gonad dan fase paling kritis dalam daur larva adalah periode sampai mencapai umur 15 hari (Syandri 1996). Faktor penyebabnya adalah kurangnya makanan yang tersedia dan lingkungan yang tidak sesuai.

(41)

makanan pada penelitian ini, maka dilakukan penyaringan makanan dengan menggunakan saringan kain siphon. Semakin bertambah umur larva, maka mortalitas semakin kecil, terbukti pada hari 21 mortalitas hanya sebesar 0,80%, antara lain disebabkan larva sudah mampu mengkonsumsi artemia yang diberikan dengan baik.

5.2.3 Produksi Larva

(42)

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Terdapat perbedaan fekunditas dan daya tetas ikan Cupang pada umur induk Cupang yang berbeda.

2. Umur induk ikan Cupang yang menghasilkan fekunditas dan daya tetas paling tinggi adalah umur 6 bulan.

6.2 Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Atmajaja. J. 2008. Panduan Lengkap Memelihara Cupang Hias dan Cupang Adu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Agus. M, Yusufi, dan B. Nafi. 2010. Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami Daphnia sp. Jentik Nyamuk dan Cacing Sutera terhadap Pertumbuhan Ikan Cupang Hias (Betta spendens). Pena Akuatika Volume 2 No 1. Hal 1-5. Amri. 2004. Budidaya Udang Windu Secara Intensif. Agromedia Pustaka.

Tangerang.

Arman. 2001. Mempersiapkan Cupang Hias untuk Kontes. Agro Media Pustaka. Jakarta

Asih, W. S. 2013. Identifikasi Ektoparasit pada Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Balai Benih Ikan Desa Pesanggrahan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Undergraduate Thesis/2013-01-07 09:44:19. Purwokerto

Bachtiar, Y. 2004. Budidaya Ikan Hias Air Tawar untuk Ekspor. Agromedia Pustaka, Depok

Bleeker. 1850. Finnage Variations Bettas Today Come in a Wide Variety of Forms, and New Ones Are Being Created All The Time.

http://bettysplendens.com/articles/home.imp diakses pada 13 Desember 2011.

Boyd, CE. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station. Auburn University, Alabama. 477 pp.

Clare, J. 2002. Daphnia sp. an Aquarist’s Guide. Dikutip dari http//www.caudata.org /Daphnia. diakses pada 19 Agustus 2013.

(44)

Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. Kekuatan Budidaya Ikan Hias Indonesia. Departemen Perikanan dan Kelautan.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Penerbit Armico. Bandung.

Ebert, D. 2005. Ecology, Epidemiology and Evolution of Parasitism in Daphnia sp. University of Basel. Switzerland

Effendi, I. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M. 1975. Metode Biologi Perikanan Fakultas Perikanan Insitut Pertanian Bogor. Hal 92.

Effendi. 1979 Metodologi Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan pertama. Rineka Putra. Jakarta.

Handayani, H dan Hastuti S.D. 2002. Budidaya Perairan. Bayu Media. Malang. 199 hal.

Herper,b. and Y Prugnin. 1984. Commercial Fish Farming, With The Special Reference To Fish Culture in Israel. Jhon Wiley and sons. New York. Irawan, N. Dan S. P Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah

Menggunakan Minitab 14. Andi Offset. Yogyakarta.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

James R., Muthukrishnan J. and K. Sampath, 1993. Effect of Food Quality on Temporal and Energetics Cost of Feeding in Cyprinus carpio (Cyprinidae) J. Aqua. Trop.,8:47-53.

James R, and K Sampath. 2004. Effect of Feeding Frequency on Growth and Fecundity in an Ornamental Fish, Betta Splendes (Regan). The Israeli Journal of Aquaculture. Bamidgeh 56*2), 2004, 136-135. Departement of zoology. V.o. Chidambaram College. Tuticorin 628 008, Tamil Nadu, india.

KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) Stasiun Karantina Ikan Kelas I Sultan Thaha Jambi. 2011. Laporan Penyampaian Data Lalu Lintas Tahun 2010 Stasiun Karantina Ikan Kelas I Sultan Thaha Jambi. Jambi: 6 hlm. Lesmana, S. D. 2001. Kualitas Air untuk Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya.

(45)

Linke H. 1994. Eksplorasi Ikan Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297. Hal 86-89.

Lavens. P and Sorgeloos. P. 1996. Manual on the Production and Use of Live Food for Aquaculture. Laboratory of Aquaculture and Artemia Reference Center. University of Ghent, Ghent. Belgium

Mantra, I.B. 2001. Langkah-langkah Penelitian Survei Usulan Penelitian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta. Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) – Universitas Gajah Mada.

Mariyono dan A. Sundana. 2002. Teknik Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Bercak Merah pada Ikan Air Tawar yang Disebabkan Oleh Bakteri Aeromonas Hydrophila. Buletin Teknik Pertanian. Vol 7.no.1.

Monalisa. S. 2008. Pengaruh Pemberian Jenis Makanan yang Berbeda Terhadap Tingkat Surival Rate Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio) Yang Dipelihara Dalam Baskom Plastik. Journal of Tropical fisheries. Hal 8.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa: M.Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen dan M. Hutomo. Gramedia, Jakarta. Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University

Press.Yogyakarta.

Ostrow, Me. 1994.Eksplorasi Cupang di Kalimantan. Trubus. No.297. Agustus. Hal 163.

Pangkey, H. 2009. Daphnia sp. dan Penggunaanya. Jurnal Perikanan dan Kelautan. V (3): 33-36

Pennak, R. W. 1989. Coelenterata. Fresh-Water Invertebrates of the United States. Protozoa to Mollusca, 3rdedition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Regan, C. T. 1910. Species Maintenance Program. Clearinghouse and Resource Center for all Species Betta. Smp.ibcbetas.org/speciesspendles.html. diakses pada 1 september 2014.

Siregar, A.D. 1996. Pakan Ikan Alami. Kanisius. Yogyakarta

(46)

Tomascik, T., A. J. M, A. Nontji, and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas, Part One and Two. Singapore. Periplus Editions HK Ltd. Waterman. 1960. Unfying Concepts from Methyl Farnesoate for Invertebrate

Reproduction and Post–Embryonic Development. Departement of Molecular and Cell Biology. University of Connecticut. Massachussetts. Wahyningsih. 2009. Pengaruh Komposisi Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan

Ikan Nila. IKIP PGRI Semarang Fakultas Penididkan Matematika dan ilmi Pengetahuan Alama Jurusan Pendidikan Biologi. Semarang.

Weningsari, E. 2013. Pengembangan Agribisnis Ikan Cupang di Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri. Jurnal Manajemen Agribisnis, Vol. 13, No. 1, Januari 2013. Kediri.

(47)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Berat Induk dan Jumlah Telur Selama Penelitian Tabel1. (10 Februari 2016)

Tabel3. (22 Februari 2016) Berat betina

(48)
(49)
(50)

Tabel sidik ragam

SK db JK KT Fhit Ftabel

0,05 0,01 Perlakuan 2 13629,7833 6814,891 4,882** 3,68 6,36 Galat

Percobaan

(51)

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

Ikan jantan menjaga telur di substrat pemijahan

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2.1. Ikan Cupang jantan (Curtis and MacLean, 2012).
Gambar 2.2. Habitat ikan Cupang (Regan, 1910).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini udang galah yang dipelihara di lingkungan air tawar mempunyai nilai heritabilitas relatif lebih tinggi diban- dingkan dengan nilai yang didapat pada ling- kungan

Kejadian bahwa Monsun sangat dominan mempengaruhi pola arus permukaan juga terjadi pada tahun 1998 (Juni 1998 – Desember 1998), ini dapat dilihat pada hasil simulasi

Penelitian pengembangan LKS project based learning telah dilakukan dengan tujuan untuk melatih keterampilan proses sains dan menumbuhkan sikap ilmiah siswa, di

Analisis biaya pada usaha jamur tiram putih di P4S Nusa Indah merupakan semua masukan yang terpakai atau dikeluarkan dalam produksi usaha jamur tiram putih seperti : biaya

Namun hasil pengukuran diameter batang tanaman dari uji coba di pot tidak menunjukan pengaruh yang cukup besar seperti dilapangan.Semua tanaman di pot mengalami

Ukuran biji (bobot 100 biji) memiliki korelasi negatif dengan jumlah N yang diremobilisasi dari tajuk, hal ini diduga disebabkan oleh kandungan N daun pada varietas

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Variabel DER (X 3 ) memiliki nilai sig 0.1 > 0.05, maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang berarti secara parsial variabel

keagungan-Nya, yang memberikan akal pikiran kepada manusia sehingga dengan karunia-Nya tersebut peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir (skripsi) ini dengan judul