• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA-UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU DI MTS ASSALAFI SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UPAYA-UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU DI MTS ASSALAFI SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG - Test Repository"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

UPAYA-UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM

MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU

DI MTS ASSALAFI SUSUKAN KABUPATEN

SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

AGUS YULIS SETIYAWAN

NIM 11111211

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)
(4)
(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl.Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website:www.iainsalatiga.ac.idEmail:akademik@iainsalatiga.ac.id

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Agus Yulis Setiyawan

NIM : 111 11211

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Progam Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwaskripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 29 Agustus 2015 Yang menyatakan,

(6)

vi MOTTO

Pemimpin sejati adalah orang yang mampu

memimpin dirinya sendiri dan mampu memberikan

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Maka

kupersembahkan skripsi ini untuk :

1.

Bapakku Kasri Sutrisno dan Ibuku Lilis Minawati yang selalu

memberikando’a, kasih

sayang, semangat kepada penulis, hormat dan

baktiku kan selalu tertuju untukmu.

2.

Nenekku (mbah Menik) dan Kakekku (mbah parsi) kalian adalah orang

yang penting bagiku yang selalu menekankan untuk menjadi manusia

yang lebih baik.

3.

Adikku tersayang (Nada Trisnawati) kamu adalah teman sekaligus guru

kehidupanku.

4.

Mbak sepupu aku (mb Zuly Alimah) yang mau meminjami printer buat

menyelesaikan skripsi ini dan telah banyak membantu aku.

5.

Bapak Mufiq, S.Ag., M. Phil. selaku pembimbing akademik. Yang telah

banyak membantu, membimbing, memotivasi, dan memberi saran yang

terbaik buat aku.

6.

Dosen pembimbing skripsi Bapak Fatchurrohman, S.Ag.,

M.Pd.Yangmembimbingdanmendidikkudenganpenuhkeikhlasandankesab

aran.

7.

Bapak dan IbuDosenIAINSalatiga yang telahmengajar, mendidik,

danmemberikanbegitubanyakilmukepadapenulisselamaperkuliahan.

8.

Sahabat-sahabatku yang aku sayangi.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar

kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. IbuSiti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Bapak Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. Sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan

waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Mufiq, S.Ag., M. Phil. selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak

(9)

ix

7. Bapak dan ibu serta keluarga besarku yang telah mendoakan dan mendukung

penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih

sayang dan kesabaran.

8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung

dalam penyelesaian skripsi ini

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang

setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga

bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 25 Agustus2015 Penulis,

(10)

ABSTRAK

Setiyawan, Agus Yulis. 2015. Upaya-upaya Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di MTs Assalafi Susukan Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata kunci: Upaya-upaya, kepala sekolah, pengembangan, profesionalisme, guru.

Penelitian ini membahas tentang profesionalisme guru, upaya-upaya kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru, problematika dan solusi kepala sekolah dalam mengembangkan profefesionalisme guru di MTs Assalafi Susukan, Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Adapun latar belakang masalah yang ada, guru diharapkan mampu bersikap profesional dalam profesinya yaitu mempunyai kompetensi keguruan sebagai syarat profesionalisme guru.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti bertindak langsung sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan sedangkan data tambahan berupa dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan trigulasi.

Hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan profesionalisme guru sudah baik. Kepala sekolah melakukan beberapa cara untuk mengembangkan profesionalisme guru. Tindakan-tindakan tersebut berupa nasehat, motivasi, pengecekan dan pengawasan. Dalam pengembangan profesionalisme kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam kegiatan MGMP, pelatihan-pelatihan, membatu memecahkan masalah. Hambatan yang terjadi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan tingkat kedisipilanan guru. Solusinya,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ...

LEMBAR BERLOGO ... i

JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. ManfaatPenelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kepala Sekolah ... 17

1. Pengertian Kepala Sekolah ... 17

2. Syarat-syarat Kepala Sekolah ... 18

3. Tipe-tipe Kepemimpinan ... 19

4. Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah ... 20

5. Dampak Kepala Sekolah Profesional ... 24

B. Profesionalisme Guru ... 28

1. Pengertian Profesionalisme Guru dan Syarat Guru ... 28

2. Fungsi dan Peran Guru ... 30

3. Kompetensi Guru ... 32

4. Materi Uji Kompetensi Guru ... 35

5. Pemberdayaan Guru ... 37

6. Teknik Pengembangan Profesionalisme Guru ... 38

7. Pembinaan Profesionalisme Guru ... 38

8. Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan dan Pengembangan Profesionalisme Guru ... 40

9. Permasalahan Guru ... 41

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Assalafi Kenteng Susukan ... 42

1. Sejarah Berdirinya MTs Assalaafi Kenteng Susukan ... 42

2. Letak Geografis ... 44

(13)

4. Informasi Dokumen dan Perijinan ... 46

5. Visi dan Misi ... 46

6. Struktur Organisasi ... 47

7. Data Sarana dan Prasarana ... 48

8. Data Jumlah Guru dan Siswa ... 49

B. Temuan Penelitian ... 51

1. Profesionalisme Guru ... 51

2. Upaya-upaya Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru ... 52

3. Problematika yang Dihadapi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru dan Solusinya di MTs Assalafi Susukan ... 62

BAB IV ANALISIS DATA A. Profesionalisme Guru ... 65

B. Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru ... 68

C. Problematika yang dihadapi kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru dan solusinya di MTs Assalafi Susukan ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 77

(14)

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Responden

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

Lampiran 3 Instrumen Penilaian Kinerja Guru

Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 7 DaftarNilai SKK

Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 9 Ringkasan Power Point Skripsi

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk

pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang

mengiringinya. Disamping itu pendidikan merupakan wahana untuk

menciptakan generasi muda yang kompeten untuk masa depan negeri ini.

Tanpa adanya pendidikan yang berkualitas tentu saja masa depan bangsa

ini akan semakin terpuruk karena anak didiknya dididik secara

serampangan dan tidak sesuai dengan kemajuan zaman yang terus

berkembang secara cepat. Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas

tentu saja diperlukan kerja sama dari segala pihak yang berkompeten untuk

memberikan yang terbaik dalam memajukan pendidikan yang lebih baik

dan berkualitas.

Dalam pendidikan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

kesuksesan pendidikan, antara lain : guru, siswa, sarana dan prasarana dan

lingkungan pendidikan. Dari faktor- faktor tersebut, guru dalam proses

pembelajaran di Sekolah menduduki peran yang sangat penting dan

sebagai faktor penunjang yang lain, guru adalah sebagai subyek

pendidikan yang sangat penting untuk menentukan kesuksesan belajar

seseorang itu sendiri. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi

(16)

Para guru merupakan benteng terdepan dalam terciptanya pendidikan yang

berkualitas tentu saja memerlukan kerja keras untuk menghasilkan dan

membawa anak didiknya menuju gerbang kesuksesan. Tentu saja guru

tidak berjalan sendiri tanpa memerlukan perangkat pendidikan dan pranata

pendidikan yang akan mengarahkannya dalam mendidik anak. Oleh karena

itu sistem yang baik, kurikulum yang tepat, suasana pendidikan yang

kondusif, gaji yang memadai serta kepala sekolah dalam memimpin dapat

berlaku dengan bijak dan berorientasi untuk maju.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang

paling berperan dalam meningkatkan kualiatas pendidikan. Seperti

diungkapkan Supriadi (1998: 346) bahwa: Erat hubungannya antara mutu

kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah dengan berbagai

aspek sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan

menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dalam pada itu kepala sekolah

bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara micro, yang secara

langsung berkaiatan dengan proses pembelajaran di sekolah (Mulyasa,

2007: 25).

Madrasah Tsanawiyah Assalafi Susukan merupakan lembaga

pendidikan dan pengajaran lanjutan tingkat pertama. Tinggi rendahnya

mutu sekolah ditentukan oleh profesionalisme guru serta cara kepala

sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya di sekolah. Salah satu cara

untuk bisa menempuh dalam meningkatkan mutu sekolah adalah

(17)

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang

pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga

diartikan sebagai suatujabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan

pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan

akademis yang intensif (Kunandar, 2007: 45).

Pada dasarnya profesionalisme guru dipengaruhi oleh faktor dari

dalam diri guru itu sendiri yaitu bagaimana guru itu bersikap terhadap

pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor luar diprediksi berpengaruh

terhadap profesionalisme guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena

kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah.

Keberhasilan tujuan pendidikan tidak dapat terwujud apabila tidak

didukung oleh tenaga pendidik yang profesional yaitu guru. Guru adalah

figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya.

Kriteria guru yaitu belajar sepanjang hayat. Proses pembelajaran

merupakan proses guru dan siswa melakukan interaksi secara

bersama-sama, pada waktu yang sudah diatur oleh sekolahan yang terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kelancaran proses pembelajaran di

sekolah di tentukan oleh perilaku dan sikap guru dalam mengajar. Sudah

jelas sekali, bahwa guru dituntut untuk cakap dalam mewujudkan prestasi

belajar siswa. Jadi sudah sangat jelas bahwa profesionalisme adalah suatu

pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut

keahlian. sedangkan seorang guru adalah pendidik profesional dengan

(18)

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur formal. Maka tugas

guru akan efektif jika memiliki derajat profesionalitas tertentu yang

tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan atau ketrampilan yang

memenuhi standar mutu.

Kepala Sekolah MTS Assalafi Desa Kenteng, Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang adalah salah satu contoh pemimpin madrasah yang

telah berhasil menerapkan pola kepempimpinan madrasah, sehingga

tertarik diteliti lebih lanjut karena dengan kemampuannya memadukan

semua unsur yang ada didalam madrasah dan dengan dukungan sistem

kepemimpinan yang baik menjadikan MTS Assalafi menjadi salah satu

pilihan masyarakat DesaKenteng Kec. Susukan Kab. Semarang dan

sekitarnya dalam menyekolahkan putra putrinya.

Keberhasilan yang telah dicapai tidak hanya itu saja, ternyata masih

ada keberhasilan yang lain yang mampu diraihnya setelah diterapkan

kepemimpinan kepala madrasah, yaitu kedisiplinan guru dan pegawai,

peningkatan efektifitas kinerja guru, sampai pada meningkatnya prestasi

akademik siswa, sehingga dengan kemajuan-kemajuan inilah penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Upaya-upaya

Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di MTs

(19)

B. Rumusan Masalah

Sebagai basic question atau pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun

pelajaran 2015?

2. Apa upaya-upaya kepala MTS Assalafi dalam mengembangakan

profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun pelalajaran 2015?

3. Apa problematika yang di hadapi Kepala sekolah dalam

mengembangkan profesionalisme guru MTS Assalafi dan bagaimana

solusinya?

C. Tujuan Penelitian

Sebagai konsekwensi dari pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1. Profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun pelajaran 2015.

2. Upaya-upaya kepala MTS Assalafi dalam mengembangakan

profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun pelalajaran 2015.

3. Problematika yang di hadapi Kepala sekolah dalam mengembangkan

profesionalisme guru MTS Assalafi dan bagaimana solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua

kalangan masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat bermanfaat

(20)

Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan memberikan wawasan dan

pengetahuan, mengenai upaya-upaya kepala sekolah dalam

mengembangkan profesionalisme guru.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitin sebagai bahan masukan, terutama

bagi kepala sekolah dan guru di MTS Assalafi susukan, mengenai

upaya-upaya kepala sekolah dalam mengembangakan profesionalisme

guru.

E. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul skripsi di atas,

maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah adalah bapak sekaligus ibu dari semua guru yang

bertugas disekolah tersebut. Hal ini memberikan kosekwensi logis

bahwa seorang kepala sekolah haruslah mempunyai tingkat

kemampuan ebih sehingga dapat mengkontibusi segala kebutuhan

guru-guru yang bersifat psikis dan bahkan bersifat fisik. Kondisi ini

memaksa kepala sekolah untuk dapat memosisikan diri sebagaimana

(21)

2. Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang

pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga

diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang

mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan kusus yanag diperoleh

dari pendidikan akademis yang intensif(webstar,1989).

Sementara itu yang dimaksud profesionalisme adalah kondisi, arah,

nilai tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang

berkaitan dengan pencaharian seseorang. Profesionalisme guru

merupakan kondisi, arah, nilai,tujuan dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan

pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian(kunandar, 2011:

45-46).

Dalam pengertian yang sederhana, Guru adalah orang yang

memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan

ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa

juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya(Djamarah,

2005: 31).

Prefesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan

kualitas suatau keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan

(22)

mata pencaharian. Sementara itu guru yang profesional dalah guru

yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan ugas

pendidikan dan pengajaran.Kompetensi disini meliputi pengetahuan,

sikap, dan ketrampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial,

maupun akademis. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan

dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu

melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan

maksimal. Guru yang professional adalah orang yang terdidik dan

terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di

bidangnya (Kunandar, 2007: 45- 47 ).

3. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena

merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu

tujuan yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian

dapat diperoleh secara optimal.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif

merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003:90). Penelitian ini

(23)

bercorak kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di lapangan.

Adapun yang dimaksud kegiatan disini adalah upaya-upaya kepala

sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru di MTS

Assalafi Kec. Susukan Kab. Semarang.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen

utama pengambil data.Peneliti merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya

peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen

atau alat penelitian di sini tepat karena peneliti menjadi segalanya

dalam proses penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini

dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes pada

penelitian kualitatif (Moleong, 2009:168).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTS Assalafi Desa Kenteng

Kec. Susukan Kab. Semarang.

4. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2009 : 157)

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata,

dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis

datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,

(24)

Jenis-jenis data diatas digolongkan menjadi dua yaitu

sumber data primer dan sekunder.Sumber data primer adalah

sumber data yang dikumpulkan langsung dari informan utama

yaitu Kepala Sekolah MTS Assalafi.

Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang

mendukung penelitian seperti dari guru, pengurus,dan juga

bahan-bahan pustaka dan dokumentasi lapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penilitian ini penulis menggunakan alat pengumpulan data,

yaitu:

a. Interview/wawancara

Menurut Esterberg (2002) wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik tertentu (Sugiyono, 2014 : 317).

Sedangkan menurut Dudung Abdurrahman (2003: 10)

wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi

pengumpulan data melalui interaksi verbal langsung anatara

pewawancara dengan responden, pengumpulan data ini

dilakukan dengan bertanya, namun dalam pelaksanaanya, ada 2

(dua) cara dilakukan ,yaitu secara lisan dan mengunakan

(25)

Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan

adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara.

Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat

kerangka dan garis besar materi yang dirumuskan dan tidak

perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009:187).

Interviev atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan

untuk memperoleh informasi tentang:

1) Profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun

pelajaran 2015?

2) Upaya-upaya kepala MTS Assalafi dalam

mengembangakan profesionalisme guru MTS Assalafi

Susukan Tahun pelalajaran 2015?

3) Problematika yang di hadapi Kepala sekolah dalam

mengembangkan profesionalisme guru MTS Assalafi dan

bagaimana solusinya?

b. Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, traskip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan

sebagainya(Arikunto, 1996:234).

Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data

tentangkeadaan kepala sekolah,guru, dan sebagainya di MTs

(26)

c. Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1996: 145). Teknik

ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan

situasi dan kondisi MTS Assalafi Kec. Susukan Kab.

Semarang.

6. Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan (1980), adalah proses

mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga

dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit,

menyusun ke dalam suatu pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2014 : 334).

Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

(27)

(Moleong, 2009: 248). Tujuan analisis data adalah untuk

menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya

dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan

menafsirkan atau memaknai ( Imam dan Tobroni, 2003: 134).

Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode

analisis data kualitatif, yaitu data yang berbentuk uraian kemudian

penulis tafsirkan untuk mendapatkan makna yang terkandung.

Dengan menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk

memperoleh penelitian yang baru akan tetapi hanya mendapatkan

kejelasan atau penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan

obyek penelitian. Metode yang digunakan untuk membahas

sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah sebagai

berikut :

a. Reduksi Data

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,

mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338).

Dalam reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil

wawancara ataupun informasi lain dari hasil observasi sesuai

dengan tipologi data tersebut. Hasil data ataupun informasi

yang diperoleh disusun secara sistematis dan identifikasi secara

sederhana agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan

(28)

b. Menyusun Kategorisasi

Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan

kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong,

2009: 288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau

mengolah berdasarkan katagori masing-masing menurut fokus

masalahnya.

c. Sintesisasi

Mensintesiskan merupakan mencari kaitan antara satu

kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis

melakukan penanganan suatu objek tertentu dengan cara

menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang

lainnya, sehingga menghasilkan pengertian yang baru. Dengan

demikian sintesis dilakukan dengan pendekatan deskriptif.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis

menggunakan cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta

triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan data

dari informan primer dengan informan lain, hingga data

benar-benar dapat teruji kebenar-benarannya. Ada dua macam triagulasi yang

(29)

a. Triagulasi sumber data

Triagulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbeda-beda dengan tehnik yang sama

(Sugiyono, 2011:241).

b. Triagulasi Metode

Triagulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tehnik

pengumpulan data dengan metode yang sama (Moleong,

2011:331).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB I:PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, definisi

operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Menjelaskan tentang pengertian kepala sekolah,

syarat-syarat kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan, fungsi dan

tanggung jawab kepala sekolah, teknik pengembangan

profesionalisme guru, pembinaan profesionalisme guru,

faktor-faktor yang mempengaruhi dan pengembangan profesionalisme

guru, dampak kepala sekolah profesional. Membahas mengenai

(30)

profesionalisme, fungsi dan peran guru, kriteria guru ideal, syarat

guru, pemberdayaan guru dan permasalahan guru.

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Merupakan pembahasan tentang gambaran umum MTs

Assalafi Susukan Kabupaten Semarang meliputi profil MTs

Assalafi, sejarah MTs Assalafi dan keadaan dan letak geografis

MTs Assalafi, Struktur organisasi MTs Assalafi, program

kegiatan MTs Assalafi, Sarana dan prasarana pendidikan MTs

Assalafi, peraturan MTs Assalafi, jadwal belajar mengajar MTs

Assalafi, keadaan guru dan siswa MTs Assalafi,dan temuan data

penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

Kemudian dalam Bab IV membahas mengenai analisis data

yang meliputi: analisis data tentanganalisis data tentang

profesionalisme guru,upaya-upaya kepala sekolah dalam

mengembangkan profesionalisme guru, problematika yang

dihadapi kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme

guru dan solusinya.

BAB V : PENUTUP

Di dalam Bab V ini akan diuraikan mengenai kesimpulan

dan mengenai kesimpulan dan saran.Sedangkan bagian akhir

skripsi ini berisi tentang lampiran-lampiran yang mendukung isi

(31)
(32)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Pada sebuah sekolah, kepala sekolah adalah bapak sekaligus ibu

dari semua guru yang bertugas disekolah tersebut. Hal ini memberikan

kosekwensi logis bahwa seorang kepala sekolah haruslah mempunyai

tingkat kemampuan lebih sehingga dapat mengkontibusi segala

kebutuhan guru-guru yang bersifat psikis dan bahkan bersifat fisik.

Kondisi ini memaksa kepala sekolah untuk dapat memosisikan diri

sebagaimana yang diinginkan anak buahnya, guru-guru (Saroni, 2006:

47)

Dalam kaitannya peran kepala sekolah dalam meningkatkan

kinerja tenaga kependidikn, perlu dipahami bahwa setiap kepala

sekolah bertnggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi tenaga

kependidikan, dan dia sendiri harus berbuat baik. Fungsi pemimpin

hendaknya diartiakan seperti motto Ki Hadjar Dewantara: Ing ngarso sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani “di depan

menjadi teladan, di tengah membina kemauan, di belakang menjadi

(33)

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan

yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan

(Mulyasa, 2007: 24).

2. Syarat-syarat Kepala Sekolah

Disamping ijazah dan pengalaman kerja, ada syarat lain yang

tidak kurang pentingnya, yaitu persyaratan kepribadian dan kecakapan

yang dimilikinya. Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki

kepribadian yang baik sesuai dengan kepemimpinan yang akan

dipegangnya. Ia hendaknya memiliki sifat-sifat jujur, adil dan dapat

dipercaaya, suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan

tugas dan mengatasi kesulitan-kesulitan, bersifat supel dan ramah,

mempunyai sifat tegas dan konsekuen yang tidak kaku. Seorang

kepala sekolah harus berjiwa nasional dan memiliki filsafah hidup

yang sesuai dengan falsafah dan dasar negara kita.

Berdasarkan teori-teori diatas, maka syarat seorang kepala

sekolah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, disekolah yang sejenis

dengan sekolah yang dipimpinnya.

c. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan

(34)

d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama

mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan

bagi sekolah yang dipimpinnya.

e. Mempunyai dan ide inisiatif yang baik untuk kemajuan dan

pengembangan sekolahnya (Daryanto, 2008: 92).

3. Tipe-tipe Kepemimpinan

Tipe seorang pemimpin satu dengan yang lainnya berbeda-beda,

sesuai dengan karakter dan kepribadian masing-masing. Tipe-tipe

kepemiminan menurut G. R. Terry sebagaimana ditisir Maman Ukas,

ada enam tipe:

a. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan

mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan

atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang

bersangkutan.

b. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership).

Segala sesuatu kebijakan dilaksanakan bawahan-bawahan atau

media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

c. Tipe kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership).

Pemimpin otoriter biasanya bbekerja keras, sungguh-sungguh,

teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang

(35)

d. Tipe kepemimpinan demokratis (democratic leadership).

Pemimpin yng demokratis menganggap dirinya sebagai bagian

dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya

berusaha bertanggung jawab atas terlaksananya tujuan bersama.

e. Tipe kepemimpinan paternalistik (paternalistic leadership).

Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat

kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok.

f. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indigenous leadership). Biasanya, tipe kepemimpinan ini timbul dari sekelompok

orang-orang informal, di mana mungkin ia berlatih dengan adanya

sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari

kelompok yang bersangkutan (Asmani, 2009: 100-101).

4. Fungsi Dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

a. Kepala Sekolah Sebagai Administrator

1) Kepala Sekolah sebagai Penanggungjawab

Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang

bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah.

Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk

menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam

lingkungan sekolah yang dipimpinya dengan dasar pancasila

dan bertujuan untuk:

a) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa

(36)

c) Mempertinggi budi pekerti

d) Memperkuat kepribadian

e) Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

2) Kepala Sekolah sebagai Pimpinan Sekolah

Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M. Amirin dalam

bukunya yang berjudul “Administrasi Pendidikan”

menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah adalah:

a) Perumus tujuan Kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy)

sekolah.

b) Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang

mencakup:

1) Mengatur pembagian tugas dan wewenang.

2) Mengatur petugas pelaksana.

3) Menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi).

c) Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi:

1) Mengawasi kelancaran kegiatan.

2) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan.

3) Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan.

4) Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana

dansebagainya (daryanto, 2008: 80-82).

b. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam

(37)

pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya

kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prisip-prisip:

(1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis, (2) dilaksanakan

secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan, (4)

dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan, (5) merupakan

bantuan profesiaonal.

c. Kepala Sekolah Sebagai Leader

Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan

petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga

kependidikan.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai

leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga

kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil

keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.

Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin akan

tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) pecaya diri, (3) tanggung

jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar,

(6) emosi yang stabil, (7) teladan.

d. Kepala Sekolah Sebagai Inovator

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator,

kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin

hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,

(38)

tenaga kependidikan disekolah, dan mengembangkan model-model

pembelajaran yang inovatif.

Kepala sekolah sebagi innovator akan tercermin dari cara-cara ia

melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif,

integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta

adaptabel dan fleksibel.

e. Kepala Sekolah Sebagai motivator

Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang

tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan

dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat

ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan urusan

kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan

berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar

(PSB).

Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah

untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu

meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1) Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan

yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan.

2) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan

kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui

tujuan ia bekerja. Para tenaga kependidikaan juga dapat dilibatkan

(39)

3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari

setiap pekerjaannya.

4) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun

sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.

5) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan

jalan memperhatikan kodisi fisiknya, memberikan rasa aman,

menunjukkna bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka,

mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai

pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan (Mulyasa, 2007:

111-122).

5. Dampak Kepala Sekolah Profesional

Kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen

pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang

cukup mendasar dalam pembaharuan sistem pendidikan disekolah.

Dampak tersebut antara lain:

a. Efektifitas proses pendidikan

b. Tumbuhnya kepemimpinan sekolah yang kuat

c. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif

d. Budaya mutu

e. Teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis

f. Kemandirian

g. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat

(40)

i. Kemauan untuk berubah

j. Evaluasai dan perbaikan berkelanjutan

k. Tnggap terhadap kebutuhan

l. Akuntabilitas

m. Sustainabilitas (Mulyasa, 2007: 89-94).

B. Profesionalisme Guru

1. Profesionalisme guru dan Syarat Guru

a) Pengertian Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu

bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.

Profesi juga diartikan sebagai suatujabatan atau pekerjaan tertentu

yang mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang

diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif (webstar, 1989).

Profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenagana dalam

suatu jabatan tertentu ynag mensyaratkan kompetensi

(pengetahuan, sikap, keterampilan) tertentu secara khusus yang

yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Profesi

biasanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam

memenuhi kebutuhan hidup. Dengaan demikian, profesi guru

adalah keahlian dan kewenangan kusus dalam bidang pendidikan,

pengajaran, dan pelatih yang ditekuni untuk menjadi mata

(41)

Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan dan

kualitas suatu keahlian dan kewenagan yang berkaitan dengan mata

pencaharian seseorang.

Prefesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan

dan kualitas suatau keahlian dan kewenangan dalam bidang

pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan

seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu guru

yang profesional dalah guru yang memiliki kompetensi yang

dipersyaratkan untuk melakukan ugas pendidikan dan

pengajaran.Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan

ketrampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial,

maupun akademis. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pengertian guru professional adalah orang yang memiliki

kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga

ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan

kemampuan maksimal. Guru yang professional adalah orang yang

terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang

kaya di bidangnya (Kunandar, 2007: 45- 47 ).

Guru adalah orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada

anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang

melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti

dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di

(42)

Menurut Reminsa (2008), ada beberapa syarat untuk

menjadi guru ideal, antara lain memiliki kemampuan intelektual

yang memadai, kemampuan memehami visi dan misi pendidikan,

keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi

pembelajaran, memahami konsep perkembangan anak psikologi

perkembangan, kemampuan mengorganisasi dan mencari

pemecahan masalah, kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.

Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian,

cita-cita, visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya di masa

depan. Kalau guru-guru yang berintereaksi langsung dengan murid

kurang profesional, kreatif, dan produktif, maka anak didik akan

lahir sebagai kader penerus bangsa yang malas, suka mengeluh,

pesimis dalam menghadapi masa depan.

Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada

dirinya sendiri, apakah sudah menjadi guru yang baik, Apakah dia

sudah mendidik dengan benar, Apakah anak didiknya mengerti

pelajaran yang dia sampaikan. Selalu melakukan introspeksi dan

memperbaiki diri. Selalu merasa kurang dalam proses

pembelajarannya. Tidak pernah puas dengan apa yang dilakukan.

Selalu ada novasi baru yang dia ciptakan dalam proses

pembelajarannya. Selalu memperbaiki proses pembelajarannya

(43)

yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya

(Ma’mur, 2010: 17-32).

F. Syarat Guru

Dalam perspektif agama, syarat menjadi guru yang ideal

sebagaimana disampaikan KH. Moh. Hasyim Asy’ari, ada 20

macam :

1) Selalu istiqomah dalam muraqabah kepada Allah SWT.

2) Senantiasa berlaku khauf (takut kepada Allah) dalam segala

ucapan dan tindakan.

3) Senatiasa bersikap tenang.

4) Senantiasa bersifat wara’(meninggalkan perkara syubhat dan

perkara yang tidak bermanfaat).

5) Selalu bersikap tawadhuk.

6) Selalu bersikap khusyu’ terhadap Allah.

7) Menjadikan Allah SWT sebagai tempat meminta pertolongan

dalam segala keadaan.

8) Tidak menjadikan ilmunya sebagai tangga mencapai

keuntungan duniawi, baik jabatan, harta, popularitas, atau agar

lebih maju dibanding temannya yang lain.

9) Tidak diskriminatif terhadap murid.

10) Bersikap zuhud terhadap urusan dunia sebatas apa yang ia

butuhkan, yang tidak membahayakan dirinya sendiri, keluarga,

(44)

11) Menjauhkan diri dari tempat-tempat yang rendah dan hina

menurut manusia, juga hal-hal yang dibenci oleh syariat

maupun adat setempat misalnya.

12) Menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor dan maksiat

walaupun jauh dari keramaian.

13) Selalu menjaga syiar-syiar Islam dan zhahir-zhahir hukum,

seperti sholat jamaah dimasjid, menyebarkan salam, amar

ma’ruf nahyi munkar, serta senantiasa sabar terhadap musibah

yang menimpanya.

14) Menegakkan sunnah-sunnah dan menghapus segala hal yang

mengandung unsur bid’ah, menegakkan segala hal yang

mengandung kemaslahatan bagi kaum muslimin dengan jalan

yang dibenarkan syariat, dengan cara yang baik dan lembut,

baik menurut adat istiadat maupun watak.

15) Membiasakan diri melakukan sunnah yang bersifat syariat ,

baik qauliyah atau fi’liyah, seperti membaca ayat-ayat suci

al-qur’an baik dihati atau dilisan.

16) Bergaul dengan ahklak yang baik, seperti menampakkan wajah

berseri, banyak mengucapkan dan menebarluaskan salam.

17) Membersihkan hati dan tindakan dari aklak yang jelek dan

dilanjutkan dengan perbuatan yang baik.

18) Seanantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan

(45)

19) Tidak boleh membeda bedakan status, nasab, dan usia dalam

mengambil hikmah dari semua orang.

20) Membiasakan diri untuk menyusun dan merangkum

pengetahuan (Asmani, 2010: 32-38).

2. Fungsi dan Peran Guru

Selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan yang

dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru, antara

lain:

a. Pendidik

Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai

dengan materi pelajaran yang diberika kepadanya. Sebagai seorang

pendidik, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi,

mengikuti informasi, dan responsif terhadap masalah kekinian

sangat menunjang kualitas ilmu guru.

b. Pemipin

Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa

menguasai, mengendaikan, dan mengarahkan kelas menuju

tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang

pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, dan menghindari

cara-cara kekerasan.

c. Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk

(46)

Menemukan bakat anak didik bukan persoalan mudah, ia

membutuhkan eksperimentasi maksimal, latihan terus menerus,

dan evaluasi rutin.

d. Motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu

membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik

bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya.

e. Administrator

Tugas administrator yaitu dalam mengajar, guru harus

mengabsen terlebih dahulu, mengisi urnal kelas dengan lengkap,

mulai dari nama, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan

tanda tangan. Pada waktu ujian, ia harus membuat soal uian,

mengawasi, mengoreksi, memberinila rapor kepada wali kelas.

f. Evaluator

Dalam mengevaluasi, guru bisa memakai banyak cara,

dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan,

meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih

objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah,

guru yang lain, dan murid-muridnya.

Khusus para murid, guru bisa menggunakan metode lisan, namun

lebih objektif kalau menggunakan tulisan dengan menggunakna

quasioner berupa pertanyaan-pertanyaan ritis dalam lembar khusus

(47)

sehingga mereka tidak terbebai dengan apa yang akan ditulisnya

(Ma’mur, 2010: 39-54).

3. Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban secra bertanggung jawab dan

layak atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan

profesi keguruan. Menurut Mulyasa (dalam Asdiqoh, 2013:24)

menjelaskan sedikitnya terdapat dua kategori kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru yaitu: a. Kompetensi profesional:

kemahiran merancang, melaksanakan dan menilai tugas sebagai guru

yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi

pendidikan, b. Kompetensi personal yang meliputi etika, moral,

pengabdian, kemampuan sosial dan spiritual. Untuk menciptakan

peserta didik yang berkualitas guru harus menguasai empat

kompetensi:

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik dalam standar

pendidikan nasional sebagaimana dikutip Asmani (dalam Asdiqoh,

2013:32) penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan

mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman

(48)

pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan penembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang

guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik

yang sekurang-kurangnya meliputi:

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

b) Pemahaman terhadap peserta didik.

c) Pengembangan kurikulum/silabus.

d) Perancangan pembelajaran.

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

f) Pemanfaatan hasil belajar.

g) Evaluasi hasil belajar.

h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktuilasasikan

berbagai potensi yang dimilikinya (Asmani, 2009: 60).

2) Kompetensi Profesional

Menurut Asmani (dalam Asdiqoh, 2013:29) mengemukakan

bahwa pengertian kompetensi profesional adalah penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup

penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan

(49)

Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi

guru, secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang

indikator profesional guru sebagai berikut:

a) Guru dituntut menguasai bahan ajar.

b) Guru mampu mengelola program belajar mengajar.

c) Guru mampu mengelola kelas.

d) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.

e) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.

f) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.

g) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan

pengajaran.

h) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan

penyuluhan.

i) Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi

sekolah.

j) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan

mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk

kepentingan pengajaran (Kunandar, 2007: 55-56).

3) Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat

(3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

(50)

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlaq mulia (Mulyasa, 2008: 117).

4) Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28

ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang

tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut

diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi

sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:

a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat

b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional

c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (Mulyasa,

2008: 173).

4. Materi Uji Kompetensi Guru

Materi uji kompetensi guru dijabarkan dari kriteria professional.

Kriteria professional jabatan guru mencakup fisik, kepribadian,

(51)

a. Kemampuan Dasar (kepribadian)

1) Beriman dan bertaqwa

2) Berwawasan pancasila

3) Mandiri penuh tanggung jawab

4) Berwibawa

5) Berdisiplin

6) Berdedikasi

7) Bersosialisasi dengan masyarakat

8) Mencintai peserta didik dan peduli dengan pendidikannya

b. Kemampuan Umum (Kemampuan Mengajar)

1) Menguasai ilmu pendidikan dan keguruan

2) Menguasai kurikulum

3) Menguasai didaktik metodik umum

4) Menguasai pengelolaan kelas

5) Mampu melaksanakan monitoring dan pemanfaatan panjangan

kelas

6) Mampu mengembangkan dan aktualisasi diri

c. Kemampuan Khusus (Pengembangan ketrampilan mengajar)

1) Ketrampilan bertanya

2) Memberi penguatan

3) Mengadakan variasi

4) Menjelaskan

(52)

6) Membimbing diskusi kelompok kecil

7) Mengelola kelas

8) Mengajar kelompok kecil dan perseorangan (Mulyasa, 2005:

190-192).

5. Pemberdayaan Guru

Kelompok kerja guru dan tenaga kependidikan mengemukakan

langkah-langkah peberdayaan guru berdasarkan hasil analisis atas

kondisi guru di indonesia adalah:

a. Peningkatan kesejahteraan guru

Peningkatan kesejahteraan dapat berupa kesejahteraan

ekstrinsik dan intrinsik. Kesejahteraan ekstrinsik terkait gaji yang

layak yang minimal dapat memenuhi kebutuhan fisik.

b. Pengembangan karir guru

Pengembangan karir antara lain dapat dilakukan dengan

sistem promosi terbuka dan jujur sehinnga membuka peluang untuk

berkompetisi secara fair iantara sesama guru.

c. Peningkatan kemampuan para guru

Peningkatan profesional guru dapat dilakukan dengan

berbagai cara seperti: Pendidikan lanjutan dalam jabatan, inservice

(53)

d. Mengatasi beban psikologis guru

Sekolah perlu mengembangkan pembinaan guru secara

orang perorang dan bersifat pendekatan pribadi untuk memenuhi

keutuhan masing-masing guru (Marno & Idris, 2010: 26-28).

6. Teknik Pengembangan Profesionalisme guru

Macam-macam teknik pembinaan yang dilakukan kepala

sekolah dan pengawas, tujuannya untuk meningkatkan proses belajar

mengajar. Ahmad (dalam Supriadi, 2009:32) menjelaskan

teknik-teknik pembinaan yaitu: (a) kunjungan kelas; (b) pertemuan pribadi;

(c) rapat dewan guru; (d) kunjungan antar kelas; (e) kunjungn antar

sekolah; (f) penerbitan buletin profesional; (g) penataran; (h)

pertemuan dalam kelompok kerja; (i) pemanfaatan guru model dan (j)

kunjungan penilik keluar wilayah kerja.

7. Pembinaan Profesionalisme Guru

Pembinaan Profesionalisme Guru Meliputi:

a. Membina Profesi Mengajar

Dalam usaha meningkatkan profesi mengajar, berkaitan

dengan usaha guru membantu murid-murid dalam memperbaiki

proses belajarnya. Proses belajar mengajar yang dilakukan ole

gurutersebut merupakan suatu sistem, yaitu seperangkat obyek

terdiri dari komponen-komponen yang saling bergantung.

Menurut Sahertian (dalam Murti’ah, 2007:84) bahwa situasi

(54)

perlu ditingkatkan. Komponen-komponen tersebut mencakup

bebrapa hal yaitu:

1) Membantu guru melihat dengan jelas kaitan antara

tujuan-tujuan pendidikan.

2) Membantu guru agar lebih mampu membimbing pengalaman

belajar dan keaktifan belajar murid.

3) Membantu guru dalam menggunakan sumber media dan

media belajar.

4) Membantu guru dalam menerapkan metode dan teknik

mengajar.

5) Membantu guru dalam menganalisa kesulitan-kesulitan

belajar dan kebutuhan belajar murid.

6) Membantu guru dalam proses belajar mengajar dan hasil

belajar murid.

b. Membina Sikap Personal Profesional Guru

Sikap personal guru merupakan suatu sikap yang ada pada

guru tersebut, tidak semua sikap guru tampak lebih baik. Ada

beberapa hal yang yang mempunyai sikap guru dalam kehidupan,

masalah yang sering dihadapi guru yang berhubungan dengan

sikap personalnya diantaranya masalah keluh kesah, masalah

kesejahteraan guru, dan masalah pribadi Sahertian (dalam

(55)

Untuk bisa membantu guru-guru, kepala sekolah dapat

menggunakan teknik-teknik tertentu agar masalah yang dihadapi

oleh guru tersebut dapat dipecahkan tanpa menimbulkan

ketidaksenjangan antara rekan sejawatnya atau dengan kepala

sekolah.

8. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan dan Pengembangan

Profesionalisme Guru.

a. Faktor Pendukung

1) Faktor internal: (a) antusias guru yang luar biasa; (b)

keinginan guru untuk mengembangkan kompetensinya; (c)

kesadaran guru dalam menghadapi tantangan global.

2) Faktor eksternal: (a) pengawasan kepala sekolah; (b) fasilitas

yang memadai.

b. Faktor Penghambat

1) Faktor internal: (a) kurangnya semangat guru dalam

meningkatkan kualitas dirinya; (b) kesibukan guru diluar

sekolah.

2) Faktor eksternal

Kurangnya dana

Faktor penghambat yang satu ini memang sering terjadi

disetiap organisasi manapun, baik formal maupun non

formal. Sehingga perlu adanya solusi tepat dalam masalah

(56)

strategi pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru

tetap terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan

(Mufarrihah, 2010:159-161).

9. Permasalahan Guru

Dimasa lalu mungkin juga masa sekarang, suasana lingkungan

belajar sering dipersepsikan sebagai suatu lingkungan yang menyiksa,

membosankan, kurang merangsang, dan berlangsung secara monoton

sehingga anak-anak belajar secara terpaksa dan kurang bergairah. Di

lain pihak para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang

kurang menyenangkan dan seringkali terjebak dalam rutinitas

sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma (pola pikir)

guru, dari pola pikir tradisional menuju pola pikir professional.

Menurut Mulyasa (2005) ada tujuh kesalahan yang sering

dilakukan guru antara lain:

a. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran

b. Menunggu peserta didik berperilaku negatif

c. Menggunakan destructive discipline

d. Mengabaikan perbedaan peserta didik

e. Merasa paling pandai dan tahu

f. Tidak adil

Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini

(57)

a. Tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan

dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan

kualifikasi dan kompetensinya baik melalui pendidikan formal

maupun pelatihan, seminar, lokakarya dan lainnya. Guru jangan

hanya terjebak pada aktifitas datang, mengajar, pulang, begitu

berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi dirinya

secara maksimal.

b. Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model

pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAIKEM) yang dapat menggairahkan motifasi

belajar peserta didik.

c. Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani,

mandiri, dan kreatif dalam proses belajar-mengajar.

Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar

sebagai suatu profesi yang menyenangkan (Kunandar, 2007:

(58)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. GambaranUmum MTs AssalafiKenteng

1. SejarahBerdirinya MTs AssalafiKenteng

Pada tahun 1985 berdirilah pondok pesantren Mahirul-Hikam

Assalafi, dimulai dengan 40 orang santri mukim dan sekitar 90 orang

santri yang non mukim, dari tahun ketahun bertambahlah santri

dilingkungan pondok ini, kemudian mulai tahun 1987 mulai diadakan

pendidikan madrasah diniyah di Pondok Pesantren Assalafi, dari

madrasah ibtida’, al-ula, dan wustho. Dari tahun ketahun

bertambahlah siswa dan santri pada pondok ini, pada tahun 1991

diresmikan pondok pesantren ini dengan sebutan “Yayasan

Pendidikan dan Kesejahteraan Umat Islam Assalafi” dengan akta

notaris oleh Nur Fari’ah Latif, SH pada tahun 1991. Yayasan Assalafi

diketuai Langsung oleh pengasuh pesantren yaitu KH. Muhammad

Toha, S.Pd, M.Pd. Setelah pesantren memiliki badan hukum,

menimbang dengan segala perkembangan santri dan perkembangan

zaman, maka Pondok Pesantren Assalafi berinisiatif untuk mengikuti

progam pemerintah wajib belajar 9 tahun. Dewan pengurus yayasan

dan para pemuka pendidikan dilingkungan Kecamatan Susukan

dikumpulkan dan bermusyawarah untuk mendirikan Sebuah Sekolah

(59)

menghasilkan satu keputusan berdirinya sebuah MTs, yang diberi

nama MTs Asssalafi.

Mulai juli 1993 berdirilah sebuah MTs di Kenteng, dengan

murid pertama 160 orang untuk dijadikan empat kelas, saat itu Kepala

sekolahnya adalah Maftah Bajuri dengan dibantu 22 orang pendidik

dari para sarjana dilingkungan Kecamatan Susukan, Kecamatan

Tengaran, dan Kecamatan Suruh. Saat itu sekolah masih menginduk

pada MTs Negeri Susukan yang menjadi kepala sekolah adalah

Drs.H.Qowaid. 5 tahun sekolah berdiri akhirnya diadakan akreditasi

sekolah oleh Depag Kab.Semarang. Pada tahun 1996 kepala sekolah

di MTs Assalafi adalah Bapak Syamsul Marwan, SE. Beliau adalah

santri mukim yang berasal dari Palembang,Sumatra Selatan. Sekolah

semakin berkembang karena didukung oleh fasilitas, semangat kerja

dari para dewan guru dan dewan komite sekolah, kemudian pada

tahun 1999/2000 MTs Assalafi mengalami pergantiaan kepala

sekolahyaitu Bapak Jony Mohandis, S.Ag. Saat itu sekolah semakin

berkembang dan siswa menjadi semakin banyak.

Melihat perkembangan sekolah Yayasan ingin meningkatkan

program yaitu dengan mendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pada tahun 2002/2003 berdirilah SMA Assalafi. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah siswa-siswi MTs Assalafi untuk melanjutkan

sekolahnya. Pada tahun 2006 kepala sekolah digantikan oleh Dra. Dwi

(60)

beberapa kali meluluskan siswa-siswinya dengan kelulusan 100%. Hal

itu merupakan berkat usaha keras dewan guru juga siswa-siswi,dengan

tidak meninggalkan konsep tawakal dan ihtiyar yaitu dengan diadakan

jam tambahan disertai mujahadah untuk mendekatkan diri pada Allah.

2. Letak Geografis

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalafi, terletak di wilayah

kabupaten Semarang, tepatnya di dusun Talok, RT 18 RW 05, desa

Kenteng, Kecamatan Susukan. Sekitar 43 km arah selatan dari ibu

kota kabupaten Semarang memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh

jalur transportasi jalan raya. Wilayah desa Kenteng merupakan salah

satu desa pinggiran dari arah kabupaten Semarang. Dilihat dari

topografi, ketinggian wilayah Kenteng berada pada 765 m ketinggian

dari permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata 2000-3000

mm/tahun, serta suhu rata-rata pertahun adalah 23-29oC. Desa

Kenteng disebelah utara dilalui sungai kalongan yang merupakan

perbatasan desa kemetul kecamatan susukan. Keberadaan sungai

dengan air yang mengalir sepanjang tahun di desa kenteng tersebut

membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah. Secara

administrasi desa Kenteng terletak dikecamatan susukan, kabupaten

semarang. Dengan batas sebelah utara yaitu desa Kemetul, sebelah

selatan yaitu desa Duren kecamatan Tengaran, dan sebelah barat yaitu

(61)

Kenteng merupakan bagian dari wilayah pemerintah kecamatan

Susukan kabupaten Semarang yang terletak di pinggir utara dengan

luas tanah 7563 m2 dengan kondisi tanah perbukitan.

3. Profil MTs AssalafiKenteng

a. Identitas

1) NSM : 121233220008

2) NPSN : 20320527

3) Status Madrasah : Swasta

4) WaktuBelajar : Pagi

5) NamaMadrasah : MTs Assalafi

6) NPWP : 00.003.410.8.505.000

b. Alamat Madrasah

1) Jalan/Kampung :Jl.Klero-Suruh,Km.05, Desa

Kenteng, Dsn.Talok, RT.18 RW.05

2) Wilayah daerah :Pedesaan

3) Propinsi : Jawa Tengah

4) Kabupaten/Kota : Kab. Semarang

5) Kecamatan : Susukan

6) Desa/Kelurahan : Kenteng

7) Jarak Pusat ke Kecamatan : 6 KM

8) Jarak Puasat ke Kabupaten : 60 KM

9) KodePos : 50777

Gambar

Tabel  3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Grease non sabun adalah grease yang mempunyai dasar bukan sabun, seperti menggunakan silikon yang biasanya digunakan untuk pemakaian suhu tinggi.. Informasi

Penilaian hasil belajar anak dilakukan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar anak sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam

perbincangan di atas, kajian ini merumuskan hipotesis berikut untuk mengkaji sama ada kualiti yang lebih tinggi daripada pembangunan pasaran saham diukur dengan tahap

Dapatan kajian ini telah memberi sumbangan ilmu pengetahuan yang lebih mantap terhadap perkembangan tahap efikasi guru di sekolah. Efikasi guru telah dikenalpasti sebagai

Kegiatannya yang menuju kearah income daerah ini adalah seringnya duta wisata Gresik terlibat dalam kegiatan kepemerintahan maupun event-event lainnya, tidak lain

Tanaman ini adalah salah satu jenis tanaman berkayu yang memiliki kandungan damar wangi yang berasal dari infeksi mikroorganisme yang terjadi secara alami maupun buatan

Tidak hanya itu, dalam hal ini juga seperti yang dikemukaan oleh bapak Sairi selaku krani 1 humas PT Perkebunan Nusantara (PTPN V) Sei- Tapung ditemukannya