• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI MIN SUMBERREJO DAN MIM PAREMONO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI MIN SUMBERREJO DAN MIM PAREMONO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 - Test Repository"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

DI MIN SUMBERREJO DAN MIM PAREMONO

KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2014

oleh :

BUSTANUL ARIFIN

NIM. M1. 12. 004

Artikel Publikasi Ilmiah

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)

ABSTRAK

Judul Tesis : Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di MIN Sumberrejo dan MIM Paremono Kabupaten Magelang Tahun 2014

Tesis ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Magelang yang diwakili oleh MI Muhammadiyah Paremono dan MIN Sumberrejo. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data yang diperoleh yaitu sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data melalui teknik observasi, interview dan dokumentasi. Teknik analisis datanya dengan cara mereduksi data, penyajian data dan mengambil kesimpulan.

Permasalahan yang dibahas meliputi konsep manajemen berbasis sekolah dan implementasinya pada sistem persekolahan di Indonesia, implementasi manajemen berbasis sekolah, faktor penghambat dan faktor pendukung MBS serta dampak penerapan MBS terhadap kualitas pembelajaran di MIN Sumberrejo dan MI Muhammadiyah Paremono.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Implementasi MBS di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Magelang dilaksanakan sesuai dengan program yang telah direncanakan dengan melibatkan semua unsur madrasah yaitu kepala madrasah, guru, komite dan masyarakat dimana menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan sumber daya madrasah baik personil, materi maupun sarana dan prasarana. Komponen MBS terdiri dari Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran, Tenaga Kependidikan Kesiswaan, Hubungan Sekolah dengan Masyarakat, Keuangan dan Pembiayaan, Sarana dan Prasarana Pendidikan, serta Layanan Khusus. Peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilihat dari berbagai faktor yaitu Manajemen Madrasah, Kinerja Kepala Madrasah/Guru, dan Peran Serta Masyarakat, Hasil belajar siswa yang meningkat baik akademik maupun non akademik dan Teratasinya berbagai kendala yang dihadapi madrasah berkat kerjasama berbagai pihak terkait yang ikut bertanggungjawab. Penerapan MBS yang efektif dapat mendorong kinerja kepala Madrasah dan guru yang pada gilirannya akan meningkatkan prestasi siswa. Hal ini terbukti Peran dan Fungsi MBS sesuai dengan perencanaan sebagai unsur utama manajemen diterapkan dengan menyusun rencana kerja tahunan sesuai skala prioritas yang ada.

(3)

ABSTRACT

Thesis Title : Implementation of School Based Management in Improving the Quality of Learning in MIN Sumberrejo dan MIM Paremono Magelang District 2014

This thesis aims to determine the implementation of school-based management in improving the quality of learning in Magelang District Elementary School, represented by MI Muhammadiyah Paremono and MIN Sumberrejo. This research is a qualitative phenomenological approach. Source of data obtained by the primary and secondary data sources. The collection of data through observation, interviews and documentation. Data analysis technics by reducing the data, presentation of data and draw conclusions.

Issues covered include school based management concept and its implementation in the school system in Indonesia, implementation School Based Management, inhibiting factors and supporting factors SBM and the impact of MBS on the quality of learning at MIN Sumberrejo and MI Muhammadiyah Paremono.

The results showed that the implementation of SBM in Magelang District Elementary School conducted in accordance with a program that has been planned with the involvement of all elements of the head madrsah madrasa, teachers, and community committees which implement the principles efektiif and efficient use of resources both madrasah personnel, material, and means. School Based Management component that includes Management Curriculum and Teaching Program, Student Personnel, Public Relations with Schools, Finance and Funding, Facilities and Infrastructure Education, and Special Services. Improving the quality of learning viewed from a variety of factors, namely, an increase in the madrassa management, performance headmaster, teachers and community participation, learning processes that are effective and efficient, student learning outcomes are always increasing both academic and non academic, and of overcoming the various constraints faced by schools thanks to the cooperation of the parties involved are partly responsible. It proved role and function of SBM in accordance with planning as a key element of management applied to the annual work plan and rational good fit existing priorities and management functions greatly affects the quality improvement of learning.

(4)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI MIN SUMBERREJO

DAN MIM PAREMONO KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2014

Bustanul Arifin

MI Ma’arif Bandungrejo Magelang

arifin.ag_b@yahoo.com / barifin71@gmail.com

PENDAHULUAN

Manajemen Berbasis sekolah (MBS) menawarkan pada lembaga maupun institusi pendidikan (Madrasah) untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik bagi siswa dan secara langsung akan mempengaruhi efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai dengan pembenahan manajemen sekolah, di samping peningkatan kualitas guru dan pengembangan sumber belajar.

Pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang, terdapat 210 MI yang terdiri dari 203 MI swasta 7 MI Negeri, akan tetapi dahulu tidak semuanya mendapatkan pilot project yang didanai oleh UNICEF untuk menerapkan manajemen berbasis sekolah. Dalam penerapan MBS masing-masing madrasah sangat beragam, ada yang MBS secara penuh, tingkat menengah (sedang), dan MBS secara minimal sehingga berakibat terhadap adanya penyebutan sekolah favorit atau unggul, sedang dan kurang.

(5)

pengetahuan, skill, pengalaman, kebutuhan aktualisasi dan sosialisasi dari masing-masing kepala sekolah juga berbeda-beda sehingga mutu pendidikan di setiap madrasah juga berbeda-beda. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap beberapa orang kepala sekolah dan pengurus komite sekolah diperoleh keterangan bahwa mereka sudah berupaya semaksimal mungkin dalam mengimplementasikan MBS di madrasahnya masing-masing. Namun sampai saat ini pelaksanaan MBS tersebut belum berjalan sesuai yang diharapkan, sehingga kondisi yang terjadi sekarang ini tidak ada bedanya antara madrasah yang sudah menerapkan MBS ataupun tidak menerapkannya, khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dilihat dari nilai Ujian Nasional di bawah sekolah pinggiran.

Realitas yang terjadi masih banyak institusi pendidikan dasar yang belum banyak mengetahui manfaat dari adanya implementasi MBS. Banyak yang masih menganggap bahwa MBS mulai kurang efektif dan efisien untuk dikembangkan di sekolah dasar.1 Sedangkan disisi lain, implementasi berbasis sekolah juga sangat diperlukan bagi satuan pendidikan sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 mengenai Sisdiknas pendidikan yang isinya bahwa pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar (MI) dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah.2

Keragaman penerapan MBS di setiap madrasah yang ada di kabupaten Magelang serta adanya kesenjangan antara upaya maksimal para kepala dan komite sekolah dalam mengimplementasikan MBS dengan mutu pendidikan yang masih rendah, madrasah perlu menerapkan MBS yang sudah ada dalam pengelolaan

1

Suryo Subroto, Manajemen pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 139.

2

(6)

untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain. Berdasarkan uraian di atas, maka mendorong penulis untuk mengungkap tesis lebih jauh tentang Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di MIN Sumberrejo dan MIM

Paremono Kabupaten Magelang Tahun 2014

Terkait dengan implementasi manajemen berbasis sekolah, terdapat beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. Gatot Supriyadi menunjukkan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam menerapkan manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 1 Magelang. Ia menunjukkan bahwa peran kepala sekolah selaku Leader, Manajer dan Pelayan pemakai hasil pendidikan telah sesuai dengan tata nilai yang ideal. Hal ini sangat menentukan keberhasilan dalam melaksanakan proses pembangunan pendidikan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Penetapan tata nilai yang merupakan dasar sekaligus memberi arah bagi sikap dan perilaku kepala sekolah dalam menjalankan sehari-hari, selain itu tata nilai tersebut juga akan menyatukan hati dan pikiran dalam usaha mewujudkan visi dan misi.3

Penelitian Tri Suharno, membahas tentang dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, tanggung jawab utama (key person) berada di pundak kepala sekolah (school principals). Dikatakan demikian karena sudah lama diakui oleh para pakar manajemen pendidikan bahwa kepala sekolah merupakan faktor kunci efektif tidaknya suatu sekolah. Kepala sekolah dikatakan sebagai faktor kunci karena kepala sekolah memainkan peranan yang sangat penting dalam keseluruhan

3

(7)

spektrum pengelolaan sekolah. Sebagai manajer pendidikan yang profesional, kepala sekolah bertanggung jawab sepenuhnya terhadap sukses tidaknya sekolah yang dipimpinnya, sehingga dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah, peran kepala sekolah sangat menentukan efektif tidaknya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah.4

Penelitian Afriansyah, menyatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk

menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi, dan

pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat

serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Dengan adanya implementasi Manajemen Berbasis Sekolah diharapkan dapat

meningkatkan mutu pendidikan yang ada saat ini. Manajemen Berbasis Sekolah

merupakan faktor penting dalam reformasi sekolah di Indonesia terhadap mendirikan sekolah-sekolah yang mampu bekerja secara independen dan mendapatkan dukungan dari para stakeholder serta masyarakat setempat.5

Dalam penelitian Jamaludin, disebutkan bahwa Kurikulum Berbasis Sekolah memberikan kewenangan cukup luas yang diamanahkan kepada setiap satuan pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum mandiri sebagai bagian dari otonomi sekolah seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah. Kelebihan yang mengagumkan dari kurikulum yang ada di MAN Insan Cendekia Serpong adalah memberikan penekanan yang cukup besar untuk mata pelajaran

4Tri Suharno, “

Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Malang )”, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2005.

5

(8)

MAFIKIB. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan finansial yang cukup, guru berkualitas, siswa-siswa pilihan, dan sarana prasarana yang memadai. Kekurangan dari kurikulum MAN Insan Cendekia Serpong adalah suasana kepesantrenan di MAN Insan Cendekia tidak terlalu kental. Padahal niat awal dari founding father MAN Insan Cendekia Serpong adalah mengkolaborasikan antara pesantren, sekolah, dan madrasah tetapi suasana kepesantrenan di MAN Insan Cendekia Serpong tidak begitu terasa.6

Dari beberapa hasil penelitian yang dideskripsikan di atas, memang cukup banyak tulisan ilmiah yang senada dengan tema manajemen berbasis sekolah sehingga dapat saling melengkapi satu sama lain, akan tetapi penulis belum menemukan kajian secara khusus yang meneliti tentang implementasi manajemen berbasis madrasah dalam peningkatan kualitas pembelajaran dengan menghasilkan output yang bagus di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kabupaten Magelang khususnya MIN Sumberejo dan MI Muhammadiyah Paremono. Implementasi MBS ini dipengaruhi oleh potensi warga sekolah serta kondisi sekolah. Keseluruhan implementasi manajemen yang dilaksanakan oleh madrasah tersebut akan dapat diukur dengan hasil pembelajaran siswa. Dengan demikian, penelitian ini sangat penting untuk dilakukan sehingga apa yang akan dicapai oleh madrasah dapat tercemin dalam program madrasah.

METODOLOGI

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap objek yang dituju untuk memperoleh data yang

6

Jamaludin, “Kurikulum Berbasis Sekolah di Indonesia (Studi Pelaksanaan Kurikulum di

(9)

benar dan terpercaya tentang implementasi manajemen berbasis sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan efektivitas implementasi manajemen berbasis sekolah pada Madrasah. Penelitian yang dilaksanakan di lapangan adalah meneliti masalah yang sifatnya kualitatif, yakni prosedur data penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.7

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah yang berada di Kabupaten Magelang. Fokus penelitian tepatnya di MIN Sumberrejo, Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang yang terletak di dekat kota Magelang dan MI Muhammadiyah Paremono Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang letaknya di pedesaan dekat dengan taman wisata.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumberdata utama yang berupa kata-kata dan tindakan atau pengamatan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Data primer penelitian yaitu data mengenai manajemen berbasis sekolah dan strategi peningkatan kualitas pembelajaran yang berlangsung di MI Magelang sedangkan sumber data tambahan (sekunder) yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dokumen data umum seperti gambaran umum MI Magelang dan data khusus seperti struktur organisasi kegiatan keagamaan madrasah dan program kerja kegiatan pembelajaran di MIN Sumberrejo dan MI Muhammadiyah Paremono.

Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, dengan pertimbangan bahwa penelitian ini akan mendeskripsikan dan menganalisis tentang

7

(10)

mekanisme atau proses pengambilan keputusan, apakah pengambilan keputusan sudah melibatkan stakeholders dan sudah dilakukan secara demokratis.

Pendekatan fenomenologi adalah untuk menggali perspektif orang dalam (insider). Semua perspektif orang dalam mesti dipertimbangkan tanpa memandang tingkat intelektual mereka.8 Pendekatan ini digunakan peneliti untuk mengkaji apakah dalam penerapan manajemen berbasis sekolah yang dilaksanakan mampu memberikan efek positif bagi lingkungan madrasah dan sekitar khususnya berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.

Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipan untuk mempelajari dan memahami perilaku yang terlibat. Dalam observasi ini peneliti menggunakan observasi langsung dengan menggunakan pedoman sebagai pengamatan. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam observasi pengamat tinggal memberi tanda pada kolom tempat peristiwa muncul.

Berkaitan dengan pengamatan dalam penelitian dilakukan kegiatan observasi terhadap kinerja kepala madrasah, kegiatan proses pembelajaran, keuangan madrasah dan administrasi madrasah.

b. Metode Interview

8

(11)

Metode dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview) yaitu bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan seseorang yang

ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. 9

Metode ini digunakan peneliti untuk mengetahui penerapan dan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di MIN Sumberrejo dan MI Muhammadiyah Paremono dan pertanyaan tersebut diajukan kepada Kepala Madrasah, Komite Madrasah, Kepala Tata Usaha, Guru dan Siswa.

c. Metode dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai informasi melalui bahan dokumentasi yang berkaitan dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di MIN Sumberejo dan MI Muhammadiyah Paremono antara lain: Program kerja tahunan, daftar isian anggaran Madrasah, Rencana Anggaran dan Belanja Madrasah.

Menurut Bodgan & Biklen (1982) yang di kutib Lexy J. Moleong Analisis data kualitatif merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.10

9

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif : Paradiga Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Banding : Remaja Rosdakarya, 2006, 180.

10

(12)

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Teknik analis dalam penelitian ini menggunakan tiga prosedur yaitu: reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

Tahap pertama adalah melakukan reduksi data, yaitu suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian untuk menyederhanakan data kasar yang diperoleh di lapangan. Kegiatan ini dilakukan secara berkesinambungan sejak awal kegiatan hingga akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari MIN Sumberrejo dan MI Muhammadiyah Paremono dituangkan dalam uraian yang terperinci. Laporan lapangan tersebut akan direduksi, dirangkum dipilih hal-hal yang pokok, sesuai dengan fokus penelitian.

Tahap kedua adalah melakukan penyajian data. Penyajian data yang dimaksudkan adalah menyajikan data yang sudah diedit dan diorganisasi secara keseluruhan dalam bentuk naratif deskriptif.

Tahap ketiga adalah melakukan penarikan kesimpulan yaitu merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap reduksi dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, dalam hal ini penulis mengkaji sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Bagi Peningkatan Kualitas

Pembelajaran

(13)

efesien, hal ini terlihat dengan adanya dukungan seluruh staf, pentahapan MBS, pelatihan staf, dukungan anggaran dan pendelegasian wewenang, tingginya prestasi akademik siswa, guru menguasai bahan dan prosedur mengajar yang tepat, pemanfaatan fasilitas secara efesien dan efektif, pemahaman guru tentang karakteristik kelompok dan perorangan siswa, penciptaan dialog kreatif dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan kepribadian guru (keteladanan). Proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran itu aktif dan bermakna dengan ditandai dengan Peserta didik aktif dan Kooperatif, Berpikir Kreatif dan Kritis, Semangat belajar tinggi dan Adanya perubahan perilaku yang positif dan life skill.

Berdasarkan indikator kualitas pembelajaran tersebut dapat dikaitkan dengan implementasi manajemen berbasis sekolah berkaitan dengan peran dan fungsi manajemen dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di MIN Sumberrejo dan MIM Paremono Kabupaten Magelang sebagai berikut:

1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran

(14)

dicari jalan solusi dan alternasi terbaik agar pada semester berikutnya masalah serupa tidak timbul lagi. Sedangkan evaluasi periode kedua adalah evaluasi secara totally (menyeluruh).

2. Manajemen Tenaga Kependidikan

Madrasah Ibtidayah Muhammadiyah Paremono dan MIN Sumberrejo dikelola dan dibina oleh tangan-tangan profesional. Pimpinan sekolah, guru, dan karyawan merupakan sumber daya manusia pilihan yang memiliki dedikasi tinggi, akhlak mulia dan memiliki kualifikasi sesuai dengan bidangnya.

Madrasah yang menerapkan prinsip-prinsip MBS adalah madrasah yang harus lebih bertanggungjawab, kreatif dalam bertindak dan mempunyai wewenang lebih (more authority) serta dapat dituntut pertanggungjawabannya. Dalam temuan penelitian, diperoleh data bahwa sebagian besar guru melaksanakan kegiatan analisis hasil penilaian dan melaksanakan tindak lanjutya. Setelah diadakan evaluasi maka sebagaian besar guru melaksanakan analisis dan diteruskan melaksanakan tindak lanjut. Tindak lanjut ada dua macam, bagi siswa yang masih kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM), maka diadakan perbaikan atau pembelajaran remidi, sedangkan siswa yang telah melebihi batas tuntas maka diadakan pengayaan.

3. Manajemen Kesiswaan

(15)

urusan, mempunyai akhlak mulia, mengatur waktu dengan baik, mempunyai kemampuan berusaha, mempunyai fisik yang sehat, kemampuan menahan hawa nafsu, dan berlatih untuk bermanfaat bagi orang lain.

4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan

Manajemen keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu gugusan substansi administrasi pendidikan dan salah satu bidang garapan administrasi pendidikan yang secara khusus menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang dimiliki dan digunakan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Paremono dan MIN Sumberrejo. Untuk terselenggaranya suatu pendidikan, diperlukan pembiayaan yang bersumber baik dari pemerintah, orang tua, murid, masyarakat, maupun institusi-institusi lainnya seperti organisasi regional maupun internasional. Pemerintah merupakan penanggung dana terbesar diantara yang lain (sekitar 70%), selanjutnya orangtua murid (sekitar 10-24%) masyarakat (sekitar 5%) dan yang terakhir pihak lain baik yang berbentuk hibah maupun pinjaman.

5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan

MIM Paremono dan MIN Sumberrejo menetapkan solusinya adalah mengadakan pengaturan jadwal penggunaan sehingga dalam penggunaannya guru dapat melakukan secara bergantian, berupaya mengajak guru untuk terus mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada dan lebih kreatif dalam mencari sarana dan prasarana lain yang memiliki kualitas sama.

(16)

kebutuhan barang, untuk dijadikan pedoman dalam pengarahan pengadaan dan penyaluran barang, serta memudahkan pengawasan dan pengendalian barang.

6. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Magelang, memiliki nilai plus yakni mampu melahirkan calon pemimpin masa depan yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, proaktif dan mempunyai landasan iman dan takwa yang kuat. Partisipasi yang tinggi dari orang tua murid dalam pendidikan di madrasah merupakan salah satu ciri dari pengelolaan madrasah yang baik, artinya sejauh mana masyarakat dapat diberdayakan dalam proses pendidikan terhadap manajemen madrasah yang bersangkutan. Dua diantara warga madrasah dan masyarakat yang ikut berperan penting dalam mencapai keberhasilan manajemen berbasis sekolah adalah pimpinan madrasah, dalam hal ini kepala madrasah, dan komite madrasah, dikenal dengan dewan madrasah. Keberhasilan manajemen berbasis sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinan dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.

7. Manajemen Layanan Khusus

(17)

Klinik mata pelajaran (remedial), Klub bidang studi. Program pengembangan, Bimbingan intensif UAN, Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran baik berupa sumber belajar maupun sarana belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dalam implementasi program Manajemen Berbasis Sekolah ini mengungkap tentang Manajemen Madrasah, Kinerja Kepala Madrasah / Guru, dan Peran Serta Masyarakat.

B.Faktor Pendukung Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah

Faktor pendukung implementasi MBS di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang adalah wewenang/otonomi yang lebih besar dari pemerintah kepada madrasah, sosialisasi peningkatan mutu pendidikan dari pemerintah, bantuan anggaran pendidikan baik dari pemerintah maupun masyarakat (wali murid), kemauan warga sekolah untuk maju bersama-sama, dan partisipasi komite sekolah yang semakin aktif.

Adapun empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam implementasi MBS yaitu: kekuasaan, pengetahuan dan keterampilan, sistem informasi, serta

sistem penghargaan”.

1). Kekuasaan yang dimiliki madrasah

Kepala madrasah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan dibandingkan dengan sistem manajemen pendidikan yang dikontrol oleh pusat. Besarnya kekuasaan sekolah tergantung bagaimana MBS diterapkan..

(18)

Kepala madrasah beserta seluruh warganya (guru-gurunya) senantiasa belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya secara berkesinambungan.

3). Sistem informasi yang jelas.

Madrasah yang melaksanakan MBS perlu memiliki informasi yang jelas tentang program yang netral dan transparan, karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi sekolah. Informasi ini sangat penting untuk dimiliki sekolah, antara lain berkaitan dengan kemampuan guru, prestasi peserta didik, kepuasan orang tua dan peserta didik, serta visi dan misi sekolah yang menjadi nilai jual.

4) Sistem penghargaan.

Madrasah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem penghargaan bagi warganya (guru-gurunya) yang berprestasi, terutama untuk mendorong karirnya. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja kalangan warga madrasah.

C.Faktor Penghambat Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah.

Bersadarkan analisis terhadap aspek-aspek yang mempengaruhi maka yang menjadi hambatan dalam implementasi manajemen sekolah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepatuhan petugas pelaksana.

(19)

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Tingkat kepatuhan, dan etos kerja pegawai yang kadang kurang baik menjadi salah satu hambatan sehingga kualitas pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal.

2. Sumber Daya

Pelaksanaan suatu kebijakan tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak didukung oleh sumber daya yang memadai. Sumber daya yang diperlukan dalam mendukung suksesnya manajemen sekolah adalah sumber daya yang baik. Tanggap dan sadar atas kebijakan yang dilakukan pimpinan. Namun dalam kenyataanya sumber daya pendidik yang ada di MIM Paremono dan MIN Sumberrejo ada beberapa guru yang belum memenuhi persyaratan minimal kualifikasi pendidikan seorang guru setingkat Madrasah Ibtidaiyah.

Beberapa faktor penghambat lain yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan MBS adalah sebagai berikut:

a.Tidak Berminat Untuk Terlibat

Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang mereka lakukan. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.

b.Tidak Efisien

(20)

Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan madrasah kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Pada saat inilah dewan madrasah mulai terjangkit “pikiran kelompok.”

d.Memerlukan Pelatihan

Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.

e.Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru.

Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan. f. Kesulitan Koordinasi.

Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan madrasah.

D.Dampak Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Terhadap Kualitas

(21)

MBS juga bertujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Efektif artinya pengelolaan dan penggunaan semua input dalam bentuk non-uang (jumlah dan jenis buku, peralatan, pengorganisasian kelas, metodologi, strategi pembelajaran, dan lain-lain) dikaitkan dengan hasil yang dicapai (output-outcome). Dengan MBS setiap anak akan memperoleh layanan pendidikan yang bermutu di sekolah yang bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap anak berpotensi untuk belajar, maka MBS memberi keleluasaan kepada setiap madrasah untuk menangani setiap anak dengan latar belakang sosial ekonomi dan psikologis yang beragam untuk memperoleh kesempatan dan layanan pendidikan yang memungkinkan semua anak dan masing-masing anak berkembang secara optimal.

Dalam pendekatan MBS, tanggung jawab pengambilan keputusan tertentu mengenai anggaran, kepegawaian, dan kurikulum ditempatkan di tingkat sekolah dan bukan di tingkat daerah, apalagi pusat. Melalui keterlibatan guru, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya dalam keputusan-keputusan penting itu, MBS dipandang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi para murid.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan seperti telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Implementasi MBS di Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Magelang khususnya di MIM Paremono dan MIN Sumberrejo mengungkap tentang:

(22)

tanggungjawab/akuntabilitas dan partisipatif dengan melibatkan semua unsur madrasah dan masyarakat.

b. Kinerja Kepala Madrasah dan Guru yang memiliki kedisiplinan dan rasa tanggungjawab dari segi kehadiran yang selalu tepat waktu, menepati jadwal mengajar dan jarang meninggalkan sekolah sebelum usai mengajar bahkan menambah jam pelajaran seusai pembelajaran. Dari segi administrasi baik Kepala madrasah maupun guru mengerjakan semua administrasi secara rutin, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pengerjaan administrasi tersebut, selain itu juga membangkitkan minat dan motivasi belajar kepada siswa-siswanya sehingga selalu menampakkan kemajuan dalam belajarnya.

c. Peran serta masyarakat yang memiliki kesadaran akan kemampuan madrasah dalam membangun masa depan dengan berpartisipasi secara aktif dan optimal mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan madrasah dalam memberikan dukungan dan perhatian kepada madrasah baik yang berupa materi maupun non materi.

2. Faktor pendukung pelaksanaan manajemen berbasis sekolah MIM Paremono dan MIN Sumberrejo antara lain wewenang/otonomi yang lebih besar dari pemerintah kepada madrasah, sosialisasi peningkatan mutu pendidikan dari pemerintah, bantuan anggaran pendidikan baik dari pemerintah maupun masyarakat (wali murid), kemauan warga madrasah untuk maju bersama-sama, dan partisipasi komite madrasah yang semakin aktif. Sedangkan yang

(23)

yang ada kurang memahami MBS, masih ada beberapa guru/karyawan yang terlambat merespon terhadap fenomena yang berkembang, metode mengajarnya masih ada yang konvensional, serta adanya budaya ewuh pakewuh yang dalam pengambilan kuputasan, terbatasnya sumber daya manusia sebagai pelaksana pembelajaran, tingkat pemahaman dan etos kerja yang masih perlu ditingkatkan,

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Afriansyah. “Manajemen Berbasis Sekolah”, Artikel, Fisip Administrasi Negara, Universitas Diponegoro, 2005.

Baidhawy, Zakiyuddin. Studi Islam Pendekatan dan Metode, Yogyakarta: PT.Bintang Pustaka Abadi(BiPA), 2011.

Jamaludin. “Kurikulum Berbasis Sekolah di Indonesia (Studi Pelaksanaan Kurikulum

di MAN Insan Cendekia Serpong)”, Tesis, Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Moeloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005.

Mulyana, Deddy. Metode Penelitian Kualitatif : Paradiga Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Banding : Remaja Rosdakarya, 2006.

S. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

Subroto, Suryo. Manajemen pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Suharno, Tri. “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis

Sekolah (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Malang )”, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2005.

Supriyadi, Gatot. ”Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Penerapan

Manajemen Berbasis Sekolah Di SMA Negeri Magelang”, Universitas Negeri Semarang, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Pada periode tahun 2016 sampai dengan tahun 2019, penyaluran pembiayaan pada sektor Usaha Mikro oleh Perusahaan Pembiayaan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 27,53% per

Salah satu dasar pertimbangan dalam merumuskan UUPA ini adalah bahwa hukum agraria tersebut harus pula merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit Presiden tanggal 5

Kesahihan hadits di atas dapat memberi keyakinan dan penerangan bahwa barang siapa yang meniru atau menjadikan orang-orang jahiliah sama ada dari kalangan Yahudi, Nasrani atau

Penelitian Sudiarta (2005) menyatakan bahwa transportasi yang membuka akses obyek wisata ke perkotaan memberikan pengaruh pada jumlah wisatawan, namun tidak mengamati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa berkemampuan matematika tinggi cenderung menggunakan jenis proses berpikir konseptual, mereka bisa menjelaskan secara detail

Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi berat molekul enzim bromelin dari kulit buah nanas dan papain dari getah buah pepaya dari dua varietas yaitu varietas Subang dan

Dalam Microsoft Access, tampilan muka (form, report, query, dan kode Visual Basic) yang dimiliki dapat digunakan untuk menangani basis data yang sebenarnya diproses oleh

dapat mengubah alkohol menjadi asam cuka. Dengan mengasumsikan adanya pengaruh asam pada proses peragian, penelitian ini akan dikaji pengaruh penambahan konsentrasi