• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN 2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN 2017 - Test Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH

DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN

DI MTS NU ASWAJA TENGARAN KAB. SEMARANG

TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

LU’LUK SUROYA

NIM 11113301

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Lu’luk Suroya NIM : 11113301

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

tulis saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah. Selain itu, saya tidak keberatan jika naskah skripsi ini

dipublikasikan.

Salatiga, 15 Maret 2017

Yang menyatakan,

(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“KEBERHASILAN TIDAK AKAN DATANG TANPA USAHA”

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua (M.Yasin Ridho dan Tasmiyatun) yang senantiasa mencurahkan

kasih sayang, memberikan bimbingan dan doa yang tidak pernah henti untuk

anak-anaknya.

Kakak (M. Faqihuddin Lutfi) yang selalu memotivasiku.

Kerabat (Pakde Dalali, Mbokde Harmini, Mas Rowi, Mas Sodiq dan Mas Rofik)

yang selalu menyokongku untuk terus bersabar dan berusaha.

Teman seperjuangan (Mbak Fatikhatus Sakdiyah) yang setia berbagi motivasi

maupun pengalaman.

Keluarga besar Pondok Pesantren Samsun Muchana Bringin yang banyak

memberiku tempaan diri.

Keluarga besar MTs NU Aswaja Tengaran dan Racana Kusuma Dilaga-Woro

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan

dengan lancar. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

yang diterima dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual. Dengan

berakhirnya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga,

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI) IAIN Salatiga.

4. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi,

yang senantiasa membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Dr. Sa’adi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang

senantiasa membimbing dan memotivasi untuk menjadi yang terbaik.

6. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu proses

penyusunan Skripsi.

7. Ayah, ibu, keluarga dan teman-teman yang telah berkontribusi selama masa

(7)

vii

8. Keluarga besar MTs ASWAJA Tengaran yang bersedia membantu dan

berbagi informasi sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

9. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikhandi IAIN Salatiga yang

telah menjadi media menempa diri.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

Harapan peulis, semoga amal baik yangtelah dibeikan mendapatkan

balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Saran dan kritik

yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 15 Maret 2017

(8)

viii ABSTRAK

Soraya, Lu’luk. 2017. Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung

Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran Tahun

2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan

Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.pd.

Kata Kunci: Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung Pendidikan Kepramukaan

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?, (2) Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? Dan (3) Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi.

Temuan ini menunjukkan bahwa ekstrakurikuler pramuka sudah ada sejak awal berdirinya MTS NU Aswaja Tengaran sebagai salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia. Selain itu, adanya peraturan baru berupa Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan menjadi salah satu alasan adanya kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran. Dengan adanya peraturan tersebut, pihak sekolah dapat menjalankan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dengan lebih baik.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah ... 22

B. Gerakan Pramuka ... 26

C. Kajian Pustaka yang Relevan ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan ... 59

B. Teknik Pengumpulan Data ... 60

C. Teknik Analisis Data ... 65

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian ... 67

1. Gambaran umum Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran ... 67

2. Gambaran umum MTs NU Aswaja Tengaran ... 68

3. Perolehan Data ... 71

(10)

x

1. Fakta di lapangan ... 80

2. Interpretasi data ... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

(11)

xi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Daftar Tenaga Kepedidikan MTs NU Aswaja Tengaran ... 69

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup ... 89

Lampiran II Pedoman Wawancara ... 90

Lampiran III Salinan Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 ... 92

Lampiran IV Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kwartir Nasional Geraka Pramuka ... 96

Lampiran V Surat Tugas pembimbing skripsi ... 100

Lampiran VI Surat Izin Penelitian ... 101

Lampiran VII Surat Keterangan Penelitian ... 103

Lampiran VIII Lembar Konsultasi Skripsi ... 104

Lampiran IX Daftar Nilai SKK ... 106

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam hidupnya, seseorang tidak dapat lepas dari pendidikan.

Pendidikan sendiri mempunyai beragam makna. Di satu sisi, pendidikan

dipandang sebagai investasi atau tabungan masa depan seseorang. Di sisi lain

pendidikan dipandang sebagai proses untuk menjadikan seseorang sebagai

warga yang baik. Bahkan, ada juga yang menganggap pendidikan sebagai

adanya penguasaan pelajaran tertentu, seperti Matematika, Bahasa Inggris

dan Ilmu Pengetahuan Alam. Hal itu dikarenakan cara memberikan makna

terhadap pendidikan itu sendiri antara individu satu dengan individu lainnya

berbeda-beda. Salah satu pengertian pendidikan sebagaimana disebutkan

dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (2005: 3) tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jumali dkk (2008: 16-20) menjelaskan bahwa pemahaman mengenai

pendidikan sangat penting. Sebab, selama ini di samping istilah pendidikan

seringkali dibuat rancu dengan pembelajaran di sekolah, pendidikan sendiri

sebagai suatu aktivitas ternyata memiliki indikator khusus yang harus dicapai,

sehingga tidak sembarang kegiatan dapat dikategorikan sebagai kegiatan

(14)

2

melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi, bahkan administrasi yang

memproses siswa menjadi lebih bertambah baik, baik dari segi pengetahuan,

keterampilan maupun kepribadiannya.

Proses pendidikan dapat dilakukan di mana saja, seperti di dalam

lingkup keluarga, lingkup sekolah maupun di dalam lingkup masyarakat luas.

Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dilakukan oleh pemerintah yang

bekerja sama dengan masyarakat, tidak dapat dihindari. Karena, jika

pemerintah dan masyarakat tidak saling bekerja sama dan mendukung,

penyelenggaraan pendidikan akan sulit untuk dilakukan. Selain itu, Kaswardi

(1993: 75) menjelaskan bahwa hubungan antara sekolah dengan lingkungan

masyarakat di mana siswa tersebut hidup sehari-hari tidak boleh diabaikan.

Proses pendidikan nilai merupakan proses interaksi yang terus menerus

antara subyek pendidikan, baik peserta didik (siswa) dengan pendidik,

maupun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Beberapa program

khusus memang membantu dan perlu, dan akan lebih baik lagi jika siswa

dibantu mengadakan refleksi atas pengalaman-pengalaman hidup mereka

sendiri (Kaswardi, 1993: 75).

Tujuan pendidikan ada beberapa macam. Seperti pendapat Kartini

Kartono dalam Abd. Rohman Abdullah (2002: 41) mengemukakan bahwa

tujuan pendidikan itu bermacam-macam sesuai dengan yang dikehendaki,

antara lain dalam rangka menjadikan manusia utama dan bijaksana menjadi

warga negara yang baik, menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, bisa

(15)

3

Sebagian besar alokasi waktu Pendidikan di sekolah yang dimiliki

seseorang dapat difungsikan sebagai sarana efektif dalam membentuk pribadi

yang berkarakter. Jumali dkk (2008: 33-34) menjelaskan bahwa pendidikan

sekolah dengan aturan ketat dan administrasi yang lengkap akan

mengarahkan situasi yang sangat memungkinkan terbentuknya pribadi

melalui ajaran-ajaran serta perlakuan psikologis ketika anak hidup di

lingkungan lembaga pendidikan.

Pendidikan karakter sekolah yang teratur dan berkelanjutan akan

membuka peluang lebar dalam membentuk watak anak didik. Pemaknaan

pendidikan sebagai fungsi pembentukan pribadi lebih banyak dianut oleh

kalangan humanis, yaitu kalangan yang memandang pendidikan merupakan

proses memanusiakan manusia.

Namun, kenyataan yang ada sekarang berbeda. Beberapa tahun terakhir,

siswa di usia remaja tidak sedikit yang terjerumus ke arah pergaulan negatif.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal-hal negatif

seperti narkoba, pergaulan bebas dan pornografi pun menjadi akrab di

kalangan siswa. Misalnya, berita yang terdapat dalam koran Suara Merdeka

yang mengungkapkan bahwa tindak kriminalitas oleh kawanan begal kembali

merebak dan mencemaskan masyarakat kota Semarang. Yang

memprihatinkan, diantara pelaku berusia belasan tahun. Usia remaja yang

seharusnya dimanfaatkan mengasah potensi untuk masa depan justru

(16)

4

M. Sastrapatedja berpendapat dalam Kaswardi (1993: 4-5) bahwa suatu

nilai menjadi pegangan seseorang, suatu norma dan prinsip hidup seseorang.

Memilih nilai secara bebas berarti bebas dari tekanan apapun baik tekanan

yang jelas maupun tekanan yang terselubung dari orang-orang yang

dicintainya. Situasi tempat atau lingkungan, hukum dan peraturan dalam

masyarakat,bisa memaksakan suatu nilai pada seseorang, yang sebenarnya

tidak disukainya. Setiap orang mengalami betapa sulitnya membentuk nilai,

baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Seringkali situasi di

mana kita bekerja, belajar maupun bergaul dalam masyarakat menuntut

seseorang untuk berbuat sesuatu yang bukan menjadi keyakinannya sendiri,

misal adanya kewajiban menghargai perbedaan pendapat dalam kehidupan

sehari-hari.

Perubahan keadaan baik sosial, ekonomi, budaya, perkembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi, membawa serta perubahan-perubahan pada

cara berfikir, cara menilai bahkan cara menghargai hidup, misalnya cara

mengagumi dan bersyukur atas ciptaan Allah Swt. Suatu nilai seharusnya

dipilih secara bebas melalui pertimbangan bermanfaat atau tidaknya nilai

tersebut. Namun, di kalangan usia remaja saat ini tidak banyak yang

berkeinginan untuk membuat pertimbangan tersebut. Salah satunya dalam

kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang banyak mengandung nilai positif

sering dipandang dari sisi tidak baik atau negatif. Misalnya, banyak yang

menganggap ekstrakurikuler pramuka sebagai kegiatan yang melelahkan

(17)

5

Pembentukan karakter siswa memang tidak mudah dilakukan. Pihak

MTs NU Aswaja Tengaran mengupayakan hal tersebut dengan memperbaiki

sistem pengajaran, guru dan juga siswa. Upaya tersebut dilakukan dengan

cara menanamkan nilai-nilai pramuka melalui kegiatan ekstrakurikuler

pramuka. Pendidikan kepramukaan dinilai mengandung banyak nilai positif

yang dapat digunakan dalam pembentukan karakter. Dalam Gerakan Pramuka

(2014: 17-18) disebutkan bahwa nilai kepramukaan mencakup:

1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kecintaan pada alam dan sesama manusia.

3. Kecintaan pada tanah air dan bangsa.

4. Kedisiplinan, keberanian dan kesetiaan.

5. Tolong menolong

6. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.

7. Jernih dalam berfikir, berkata dan berbuat.

8. Hemat, cermat dan bersahaja.

9. Rajin, terampil dan gembira.

10.Patuh dan suka bermusyawarah.

Pendidikan kepramukaan diselesaikan melalui syarat kecakapan umum,

syarat kecakapan khusus dan syarat gerakan pramuka. Selain itu,

ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib pada sekolah dasar

dan sekolah menegah.

Di sisi lain, seorang kepala sekolah/madrasah setiap hari menghadapi

(18)

6

terbatas. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang kepala madrasah dihadapkan

dengan para guru, staf dan siswa dengan mempunyai latar belakang yang

berbeda-beda dituntut untuk dapat bertindak bijaksana tanpa ada pihak yang

merasa dianaktirikan.

Stronge, Richard dan Catano (2013: 139) menyebutkan bahwa kepala

sekolah/madrasah yang efektif akan memberikan kesempatan pengembangan

profesional bagi para guru dan dirinya sendiri termasuk siswa dengan

mempelajari bagaimana penggunaan data untuk memodifikasi pengajaran,

dan untuk mengambil keputusan-keputusan sekolah lainnya, termasuk

pemberlakuan ekstrakurikuler. Wahjosumidjo (1999: 341) menyebutkan

bahwa tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler disamping untuk mempertajam

program kurikuler, sekaligus untuk meningkatkan nilai-nilai kepribadian,

moralitas, budi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara para siswa.

Sekolah/madrasah merupakan lembaga pendidikan formal tempat

proses belajar mengajar berlangsung. Banyak hal yang terjadi di dalam

sekolah, diantaranya yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi

siswa dengan guru, interaksi guru dengan guru, bahkan tata administrasi baik

kurikulum, keuangan maupun lainnya. Hal tersebut mempunyai pengaruh

dalam pembentukan karakter siswa.

Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan yang termasuk dalam

pendidikan formal yang sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang

dilaksanakan di luar jam sekolah. Pada hakikatnya, pendidikan kepramukaan

(19)

7

dilaksanakan di luar pendidikan keluarga dengan menggunakan prinsip dasar

pendidikan kepramukaan dan metode pendidikan kepramukaan, dengan

sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur (Gerakan

Pramuka, 2014: 19).

Dalam pendidikan kepramukaan tersebut, siswa diarahkan untuk

menjadi pribadi yang aktif, disiplin dan mandiri. Kepramukaan merupakan

proses kegiatan belajar bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya secara

utuh baik dari segi fisik, intelektual, keterampilan, atau sosial, terutama

sebagai anggota masyarakat.

Kaswardi (1993: 74) menjelaskan bahwa sekolah/madrasah sebagai

salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas menumbuhkan dan

mengembangkan kemampuan-kemampuan rohani seseorang, meneruskan

warisan budaya dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai pendidikan. Di

samping tugas lainnya yaitu mempersiapkan seseorang untuk penghidupan

atau mata pencaharian di masa depan.

Banyak hal untuk bisa meningkatkan karakter seseorang, baik itu

melalui pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan

nonformal. Ada beberapa sifat pendidikan, yaitu Pendidikan yang bersifat

permainan, pendidikan yang bersifat pengajaran materi, maupun pendidikan

yang bersifat keduanya yaitu permainan dan juga pengajaran materi. Seperti

halnya pendidikan kepramukaan yang bersifat permainan dan pengajaran

materi, misalnya pembinaan watak toleransi, tanggung jawab dan

(20)

8

Pendidikan kepramukaan sangat berkaitan dengan proses peningkatan

karakter seorang siswa. Hal itu dikarenakan dalam gerakan pramuka terdapat

sepuluh tiang penyangga yang dijadikan pondasi atau landasan dalam

menjalankan kegiatan pramuka tersebut. Kesepuluh tiang tersebut dikenal

dengan istilah Dharma Pramuka yang merupakan ketentuan moral pramuka

(Gerakan Pramuka, 2014: 33). Proses pendidikan kepramukaan merupakan

jalur bagi individu atau seseorang dalam mengembangkan dirinya. Hal

tersebut selaras dengan tujuan gerakan pramuka, yaitu untuk menjadikan

seseorang menjadi pribadi yang berkarakter.

Cakupan pendidikan kepramukaan sangat luas. Seperti penjelasan pada

kalimat sebelumnya, bahwa pendidikan kepramukaan selain berisi permainan

seperti bernyanyi bersama dan tepuk-tepuk, juga berisi pengajaran materi

seperti melatih diri sendiri untuk mengerti dan memahami bagaimana cara

memposisikan diri dalam lingkungan atau keadaan apapun dan di manapun.

Oleh karena itu, pendidikan kepramukaan tidak hanya bermanfaat untuk diri

sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi sesama.

MTs NU Aswaja Tengaran yang berlatarbelakang Islam tidak hanya

memiiki satu atau dua macam ekstrakurikuler siswa saja, akan tetapi ada lima

ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran

menjadi satu-satunya ekstrakurikuler yang peminatnya paling banyak

dibandingan dengan ekstrakurikuler yang lainnya. Karena, kegiatan

kepramukaan merupakan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa

(21)

9

Berdasarkan Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 24 Tahun

2009 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang di

dalamnya memuat anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa

Gerakan Kapanduan Nasional yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara

merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia

yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kaum muda sebagai

potensi bangsa dalam menjaga kelansungan bangsa dan negara mempunyai

kewajiban melanjutkan perjuangan bersama-sama orang dewasa berdasarkan

kemitraan yang bertanggung jawab (Nugraha, tt: 108 – 109).

Dari keputusan tersebut dapat diketahui bahwa kaum muda, termasuk

para siswa usia remaja sebagai pondasi dan potensi mempunyai kewajiban

untuk memajukan bangsa dan negaranya. Dalam memajukan bangsa dan

negaranya, seorang siswa dapat melakukanya melalui pembenahan karakter

diri sendiri. Pembenahan karakter tersebut selain dapat dilakukan melalui

pendidikan pada jam sekolah, juga dapat dilakukan di luar jam sekolah, salah

satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler. Seorang siswa yang

berkarakter diharapkan mampu mewujudkan generasi sekolah, masyarakat

bangsa dan negara.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler pasti terdapat perbedaan dalam

menyikapi suatu pendapat yang terlontar. Kekeliruan pemahaman yang sering

terjadi akibat dari karakter seperti toleransi atau saling menghargai pada diri

(22)

10

manusia merupakan adab mulia dalam Islam, selama tidak ada sangkut

pautnya dengan agama. seperti Firman Allah Swt dalam Q.S Yunus ayat 11:

“40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan

di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. 41. jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan."

Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang sikap dalam berbeda pendapat

dengan orang lain. Saat kita meyakini kebenaran suatu pendapat yang bersifat

prinsip, kita diperbolehkan untuk berbeda pendapat dan tetap menghargai

pendapat orang lain. Dalam sebuah perkumpulan, sebagai individu,

seseorang dianjurkan untuk saling toleransi atau menghargai maupun

menerima pendapat orang lain. Akan tetapi, yang sering terjadi justru

sebaliknya, yaitu membuat suasana perkumpulan mejadi kurang nyaman atau

bahkan tidak nyaman.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, eksistensi gerakan pramuka dalam

meluruskan dan membentuk karakter siswa di nilai penting oleh pihak

madrasah. Sebagai seorang siswa, pastinya juga harus mentaaati

(23)

11

tersebut dibuat bertujuan untuk menumbuh kembangan seseorang ke arah

yang lebih baik lagi. Peraturan dibuat untuk menahan perbuatan-perbuatan

yang kurang menyenangkan atau perbuatan-perbuatan yang merugikan bagi

dirinya sendiri ataupun sebuah lembaga di mana ia berada. Dengan adanya

peraturan, terkadang membuat seseorang merasa jenuh atau merasa frustasi

dengan keadaan yang dialami. Namun, hal tersebut tidak akan dirasakan lagi

ketika seseorang tersebut sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan

peraturan-peraturan yang ada.

Kebijakan kepala madrasah merupakan suatu tindakan yang terencana

dan diambil oleh pemimpin madrasah tempat proses belajar mengajar

berlangsung melalui musyawarah bersama dengan guru maupun wali siswa.

Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan atau target di dalam

dunia pendidikan.

Salah satu peraturan yang digunakan pihak madrasah dalam

menerapkan ekstrakurikuler Pramuka yaitu Permendikbud (Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan) nomor 63 tahun 2014 yang ditetapkan di

Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 merupakan suatu keputusan yang

didalamnya membahas tentang pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan

ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Sedangkan, dalam menentukan suatu kebijakan perlu mempertimbangkan

segala aspek, seperti guru, siswa maupun kurikulum yang sedang berjalan.

Manusia merupakan sasaran pendidikan yang bertujuan untuk

(24)

12

diwujudkan melalui pengembangan diri seseorang. Pendidikan kepramukaan

sebagai salah satu pendidikan formal yang dilaksanakan di luar waktu sekolah

biasa disebut ekstrakurikuler memiliki peran yang cukup penting. Kegiatan

kepramukaan sebagai proses pendidikan harus merupakan kegiatan yang

dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat dinilai dari segi pendidikan dan

kejiwaan (Gerakan Pramuka, 1983: 21).

Berdasarkan dari uraian tersebut, terdapat upaya dari pihak madrasah

dalam memperbaiki karakter siswa melalui pendidikan kepramukan. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk mengajukan penelittian tentang

“KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH DALAM MENDUKUNG

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN

TAHUN 2017”

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup

penelitian sehingga mendapatkan hasil yang sesuai. Sejalan dengan latar

belakang di atas, maka fokus penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan

Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?

2. Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan

Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?

3. Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung

(25)

13 C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung

Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.

2. Untuk mengetahui alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan

Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.

3. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam

mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran

tahun 2017.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan

informasi yang bermanfaat, diantaranya yaitu:

1. Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran

dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia

dalam mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap

untuk menghadapi tantangan zaman. Selain itu, melalui penelitian ini

diharapkan dapat membentuk individu yang dapat beradaptasi dengan

perkembangan zaman.

2. Praktis

(26)

14 a. Bagi pihak sekolah

Penelitian ini akan membantu pihak sekolah dalam mengetahui

dan menemukan sebuah pola kebijakan kepala sekolah dalam

menyikapi keputusan atau peraturan dari pihak pusat pemerintahan.

Hal tersebut menjadi acuan dalam pembentukan dan pengembangan

sumber daya manusia. Pengembangan tersebut dikemas dalam

konsep pendidikan kepramukaan yang berada di dalam suatu

lembaga pendidikan.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini akan membantu peneliti dalam menambah

wawasan keilmuan dan mengetahui pola kebijakan kepala sekolah

dalam menyikapi Permendikbud Nomor 3 Tahun 2014 yang

ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 tentang pendidikan

kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran.

E. Penegasan Istilah

1. Kebijakan Kepala Madrasah

Kebijakan merupakan suatu tindakan terencana untuk mencapai

tujuan tertentu. Sedangkan kepala madrasah merupakan guru yang

diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah yang di

dalamnya terdapat proses belajar mengajar dan interaksi antar sesama

guru maupun dengan siswa.

Kebijakan kepala madrasah merupakan suatu tindakan yang

(27)

15

Kebijakan tersebut diputuskan melalui kesepakatan bersama antara

kepala sekolah dengan tenaga pendidik yang ada disekolah tersebut.

Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik di

dalam dunia pendidikan.

2. Pendidikan Kepramukaan

Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan kepramukaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan

untuk menambah keterampilan siswa guna mendukung pendidikan

karakter siswa. Dalam Setyawan (2009: 119) ditegaskan oleh Bapak

Pandu Indonesia, Sri Sultan Hamengku Bowono IX dalam World Scout

Conference yang ke-23 di Tokyo tahun 1970 bahwa ikut sertanya

pramuka-pramuka dalam kegiatan pembangunan bangsa adalah syarat

mutlak demi kelanjutan hidup kepramukaan sebagai organisasi dunia.

Kita dapat tetap taat pada dasar prinsip-prinsip moral Kepramukaan,

tetapi kita harus memperbaharui acara-acara kegiatan kepramukaan yang

(28)

16

Jadi, pendidikan kepramukaan Pendidikan kepramukaan

merupakan pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal yang

sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang dilaksanakan di luar

jam sekolah dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan

budi pekerti luhur.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sebuah penelitian tidak dapat terlepas dari adanya pendekatan.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif. Dalam Soejono dan Abdurrahman (2005: 29) Nasution

mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa

dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan responden, dokumen dan

lain-lain. Selain itu, pendekatan ini juga tidak didominasi angka

sebagaimana yang ada di dalam penelitian kuantitatif.

Sedangkan jenis penelitian di sini peneliti menggunakan jenis

penelitian grounded theory. Untuk mempermudah dalam pengumpulan

data, penggalian data dilakukan melalui observasi, wawancara maupun

dokumentasi.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di sini bertindak sebagai instrumen sekaligus

pengumpul data secara langsung. Instrumen selain manusia dapat pula

(29)

17

sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk

penelitian kualitatif mutlak diperlukan.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di MTs NU Aswaja Tengaran yang

terletak di Jl. Masjid Besar no. 32 Tengaran, Kecamatan Tengaran,

Kabupeten Semarang.

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil

Wawancara dengan pihak lembaga pendidikan yang meliputi kepala

madrasah, kurikulum, kesiswaan, guru pramuka dan siswa di MTs NU

Aswaja Tengaran serta studi dokumen.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini,

maka digunakan prosedur pengumpulan data, yaitu:

a. Wawancara

Prosedur ini digunakan peneliti untuk menggali informasi yang

berkaitan dengan judul penelitian secara langsung dengan sistem

melalui tanya jawab. Wawancara adalah teknik pengumpulan data

melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya

pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban

diberikan oleh pihak yang diwawancara (Fathoni, 2011: 105).

Arikunto (2010: 270) mengemukakan bahwa secara garis besar

(30)

18

1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara

yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hasil

wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari

pewawancara. Pewawancara sebagai pengemudi jawaban

responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian kasus.

2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman

wawancara tidak terstruktur. Mula-mula peneliti mengajuka

serangkaian pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per

satu pertanyaan diperdalam untuk menggali keterangan lebih lanjut.

b. Observasi

Prosedur ini digunakan peneliti untuk melakukan pengamatan

secara langsung di MTs NU Aswa Tengaran berkaitan dengan judul

penelitian. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai

pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni,

2011: 104).

Menurut Suparmoko (1998: 68) observasi yaitu cara yang

dilakukan peneliti hanya dengan mencatat apa yang dilihat atau

disaksikan. Sedangkan menurut Arikunto (2010: 272) mencatat data

observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan

(31)

19

bertingkat. Oleh karena itu, prosedur ini mengharuskan peneliti untuk

terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya.

Prosedur observasi sangat bermanfaat bagi peneliti. Dalam

Lexy J. Moleong (1988: 175) Guba dan Lincoln mengemukakan

manfaat observasi atau pengamatan yaitu observasi sebagai

mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,

perhatian, perilaku tak sadar dan kebiasaan.

c. Studi Dokumentasi

Prosedur ini digunakan peneliti untuk menelusuri atau

mengkaji data-data literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, ketika di lapangan dan setelah memasuki lapangan.

Namun, dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses

dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Peneliti melakukan

analisis data awal yang diperoleh untuk menentukan fokus penelitian

yang bersifat sementara. Analisis data dilakukan kembali setelah

mendapatkan data tambahan dari berbagai sumber untuk membuat

(32)

20 7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data penting untuk dilakukan oleh peneliti.

Pengecekan tersebut dilakukan ketika mendapatkan data awal dan setiap

mendapatkan data tambahan.

8. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian ini dimulai dari proses mencari data dengan

cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang telah

diperoleh kemudian dikelompokkan dan disusun secara sistematis.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian

ini, maka peneliti menyusunnya seperti sistematika berikut:

BAB I merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, fokus penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,

metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II merupakan bab kajian teori yang terdiri atas tugas dan kompetensi kepala sekolah dan Gerakan Pramuka.

BAB III merupakan bab metode penelitian yang terdiri jenis dan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang

digunakan dalam menggali data tentang MTs NU Aswaja

Tengaran, konsep pembelajaran kepramukaan dan kebijakan kepala

madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU

(33)

21

BAB IV merupakan bab hasil dan analisis data penelitian mengenai kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan

Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran.

(34)

22 BAB II KAJIAN TEORI

Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau

penjelasan tentang teori yang dipakai untuk menguatkan penelitian itu sendiri dan

menghormati peneli-peneliti sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti akan

menjelaskan tentang kajian teori yang digunakan dalam penelitian, baik itu yang

berupa hasil dari pemikiran para ahli, kajian penelitian-penelitian yang

sebelumnya, maupun kesimpulan kajian oleh peneliti sendiri.

A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah 1. Pengertian

Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah”.

Kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu

organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah

lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran

(Wahjosumidjo, 1999: 83).

Dengan demikian kepala sekolah/madrasah dapat didefinisikan

sebagai seorang guru yang mendapatkan tugas tambahan untuk

memimpin suatu sekolah, tempat di mana proses belajar mengajar

diselenggarakan atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang

memberi pelajaran dengan siswa yang menerima pelajaran.

Menurut Maya H (2012: 258-259) ada beberapa kemampuan yang

penting untuk dimiliki kepala madrasah, yaitu:

(35)

23

b. Menerapkan keterampilan-keterampilan yangbersifat konseptual dan

manusiawi.

c. Memotivasi para guru dan stafnya untuk bekerjasama secara

sukarela dalam mencapai tujuan madrasah.

d. Memahami dampak dari perubahan sosial, ekonomi, politik dan

pendidikan di lingkungan sekolah.

2. Tugas kepala sekolah

Seorang pemimpin seperti kepala sekolah tentu memiliki tugas.

Pidarta (2011: 1-4) menjelaskan tugas kepala sekolah sebagai berikut:

a. Sebagai manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan,

menggerakkan dan mengendalikan sekolahnya.

b. Sebagai administrator, yaitu kepala sekolah bertugas mengawasi

jalannya sistem pengajaran, kesiswaan, keuangan, hubungan dengan

masyarakat serta sarana dan prasarana sekolahnya.

c. Sebagai motor hubungan sekolah dengan masyarakat, karena kepala

sekolah yang paling berkepentingan dan paling tahu masalah-masalah

yang dihadapi oleh sekolah, sehingga bertugas memaksimal kerjasama

antara sekolah dengan masyarakat.

d. Sebagai pemimin, yaitu kepala sekolah bertugas memimpin

sekolahnya.

e. Sebagai supervisor, yaitu kepala sekolah bertugas membina para guru

(36)

24 3. Kompetensi kepala sekolah

Maya H (2012: 259-260) menuliskan di dalam bukunya bahwa

Diknas merinci Undang Undang Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar

Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu sebagai berikut:

a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan

sekolah/madrasah.

b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah

sebagai organisasi pembelajar yang efektif.

c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan

tugas pokok dan fungsinya sebagai pimpinan sekolah/madrasah.

d. Pantang menyerah dan selalu mmencari solusi terbaik dalam

menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.

e. Memilikinaluri kewirausahaan dalam megelola kegiatan

produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta

didik.

4. Fungsi kepala sekolah

Kepala sekolah berfungsi sebagai penanggung jawab tercapainya

tujuan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Wahjosumidjo (1999:

433-445) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kepala sekolah

berhasil memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan sekolah

(37)

25 a. Kewibawaan (power)

Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh

yang dimiliki oleh kepala sekolah. Kewibawaan kepala sekolah

dapat mempengaruhi orang lain, bahkan menggerakkan dan

memberdayakan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan

sekolah.

b. Sifat-sifat dan keterampilan

Sifat-sifat atau kualitas pribadi kepala sekolah dapat tercermin

dari aspek-aspek fisik dan psikis. Ciri-ciri fisik meliputi tinggi

badan, penampilan dan tingkat energi. Sedangkan psikis atau

kepribadiannya meliputi harga diri, pengaruh dan kemantapan emosi.

Selanjutnya keterampilan meliputi kecerdasan, kelancaran berbicara,

keaslian dan wawasan kemasyarakatan.

c. Perilaku (behaviour)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para pakar,

melalui analisis aktual kepemimpinan, memberikan kesimpulan

bahwa tingkah laku atau perilaku yang dilakukan oleh para

pemimpin dalam memberdayakan sumber daya suatu organisasi

lebih dekat hubungannya dengan proses kepemimpinan. Tentunya

perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diharapkan adalah

kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menyeimbangkan antara

(38)

26 d. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan tingkat kelenturan kepemimpinan

seorang kepala sekolah yang di dalamnya berkumpul atau

bekerjasama antar SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga SDM

yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, tenaga administratif dan

para siswa, tujuan organisasi, sarana dan fasilitas, prosedur dan tata

kerja, waktu, tempat dan sebagainya dapat diberdayagunakan dalam

mencapai tujuan sekolah.

B. Gerakan Pramuka 1. Pengertian

Sarkonah (2012: 3) menjelaskan bahwa nama pramuka berasal dari

bahasa sangskerta. Sebenarnya, pramuka berasal dari kata praja, artinya

warga, rakyat dalam suatu negara dan kata moeda, artinya mereka yang

berjiwa muda apabila dilihat dari segi usia (7 hingga 25 tahun), serta kata

karana, artinya kesanggupan, kemampuan dan keuletan dalam berkarya.

Sementara itu, kegiatan kepramukaan merupaka suatu sistem pendidikan

kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan

perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Gerakan Pramuka (2014: 16-17) menyebutkan bahwa Organisasi

Gerakan Pramuka yaitu Gerakan Praja Muda Karana yang berfungsi

sebagai wadah pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar kelurga

dalam pembinaan dan pegembangan kaum muda dilandasi Sistem

(39)

27

Kepramukaan merupakan suatu kegiatan yang melengkapi

pendidikan dilingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dalam bentuk

kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang

dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode

pendidikan kepramukaan dengan sasaran akhirnya yaitu pembentukan

watak, akhak dan budi pekerti. Pendidikan kepramukaan sebagai proses

pendidikan sepanjang hayat menggunakan tata cara kreatif dan edukatif

dalam mencapai sasaran dan tujuannya (Gerakan Pramuka, 2014: 19).

Melalui kegiatan yang menarik, menyenangkan, tidak

menjemukan, penuh tantangan, serta sesuai dengan bakat dan minatnya,

diharapkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan,

pengaaman, rasa sosial, spiritual dan emosional seseorang dapat

berkembang dengan baik dan terarah. Kegiatan pendidikan kepramukaan

merupakan kegiatan di alam terbuka yang mengandung dua nilai pokok,

yaitu nilai formal dan nilai materil. Nilai formal atau nilai pendidikan

yaitu pembentukan watak, sedangkan nilai materi yaitu nilai kegunaan

praktisnya (Gerakan Pramuka, 2014: 19-20).

Dari pengertian tersebut, organisasi pramuka dianggap cocok untuk

dijadikan sebagai salah satu tempat pembinaan karakter siswa. Melalui

kegiatan pramuka, diharapkan karakter siswa dapat dibina ke arah yang

(40)

28 2. Sejarah Pramuka Dunia

Sarkonah (2012: 8-10) menuliskan di dalam bukunya yang berjudul

Panduan Pramuka (Penggalang) bahwa Baden powell termasuk salah

seorang yang paling berperan dalam pendidikan kepramukan di dunia.

Awal terbentuknya organisasi kepramukaan karena kerja keras dan

perjuangannya. Ia juga menjadi inspirator bagi gerakan kepramukaan di

Inggris.

Robert Stephenson Smyth atau lebih dikenal dengan nama Lord

Baden Powell lahir pada 22 Februari 1857 di London, Inggris. Ayahnya

bernama Baden Powell seorang profesor Geometri di Universitas Oxford.

Beliau menikah dengan Olive St Clair Soames dan dianugerahi tiga orang

anak.beliaumennggal pada 08 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.

Baden Powell termasuk orang yang disenangi oleh

teman-temannya karena ia sealu gembira, cerdas, suka bermain musik,

bersandiwara, mengarang dan menggambar. Semua pengalaman hidupnya

itu ditulis dalam sebuah buku yag berjudul, “Aids to Scouting”.

Sebenarnya buku ini berisi tentang petunjuk kepada tentara muda Inggris

agar dapat melakukan penyelidika dengan baik. Buku ini sangat menarik

bukan hanya bagi para pemuda, bahkan juga orang dewasa. Akhirnya

pada 5 Juli 1907, sebanyak 21 orang pemuda Boys Brigade dari berbagai

wilayah di Inggris dilatih dan diajak berkemah d Pulau Brown Sea selma

(41)

29

Pada tahun 1908, Baden Powell menulis pengalamannya dalam

sebuah buku yang berjudul, “Scouting For Boys”. Buku ini disusun

sebagai bahan materi pada latihan kepramukaan yang dirintisnya. Pada

muanya atihan ini hanya ditujukan kepada anak laki-laki usia penggalang

yang disebut Boys Scout. Namun, tahun 1912 atas bantuan Agnes (adik

perempuannya), didirikanlah organisasi kepramukaan putri, yang diberi

nama Girl Guides. Kemudian, orgnisasi ini dilanjutkan oleh isteri beliau,

Nyonya Baden Powell.

Pada tahun 1916, berdiri kelompok pramuka usia siaga yang

disebut CUB (Anak Srigala) dengan buku berjudul, “The Jungle Book”.

Buku ini berisi tentang cerita Mowgli anak didikan rimba (anak yang

dipelihara di hutan oleh induk srigala) karangan Rudyard Kipling sebagai

cerita pembungkus kegiatan CUB tersebut. Pada tahun 1918 beliau

membentuk Rover Scout (Pramuka usia penegak) bagi mereka yang telah

berusia 17 tahun. Pada tahun 1920, diselenggarakan Jambore sedunia

yang pertama di arena Olympia Hall, London. Baden Powell mengundang

anggota pramuka dari 27 negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat

sebagai bapak pandu sedunia (Chief scout of the world). Selanjutnya,

pada tahun 1922 menerbitkan buku yang berjudul, “Rovering to Succes

(mengembara menuju bahagia). Buku ini berisi tentang petunjuk bagi

pramuka penegak dalam menghadapi kehidupan.

Pada tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan sembilan

(42)

30

1958 Biro Kepramukaan sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa,

Kanada. Kemudian pada tanggal 1 mei 1968, Biro Kepramukaan sedunia

tersebut dipindahkan lagi ke Genewa, Swiss. Sejak tahun 1920 sampai

tahun 1965, kepala Biro Keramukaan sedunia dipegang berturut-turut

oleh Hubert Martin (Inggris), Kolonel J.S. Wilson (Inggris), Mayjen D.C.

Spry (Kanada). Pada tahun 1965, D.C. Spry di ganti oleh R.T. Lund dan

sejak tanggal 1 Mei 1968 sampai sekarang sekjen pramuka dipegang oleh

DR. Lasza Nagy.

3. Sejarah Pramuka Indonesia

Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi

pendidikan nasional yang penting karena merupakan bagian dari sejarah

perjuangan bangsa Indonesia. Mengutip dari buku yang ditulis oleh

Sarkonah (2012: 10-11) bahwa gagasan Baden Powell yang cemerlang

dan menarik tetang gerakan pramuka itu ahirnya menyebar ke berbagai

negara termasuk Netherland atau Belanda dengan nama Padvinder. Oleh

orang Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan didirikan organisasi

di Indonesia dengan nama NIPV (Netherland Indische Padvinders

Vereeninging atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia-Belanda) pada tahun

1916. Organisasi ini dikhususkan untuk pemuda-pemuda Belanda.

Indonesia dilarang untuk mengikutinya, karena Belanda merasa takut

organisasi ini menjadi wadah penampungan aspirasi terhadap

(43)

31

nasional di bentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk

kader pergerakan nasional.

Dengan adanya larangan pemerintah Hindia-Belanda menggunakan

istilah Padvindery maka K.H. Agus Salim menggunakan nama Pandu

atau Kepanduan. Dengan meningkatkan kesadaran Nasional setelah

Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti PK

(Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung menjadi

KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia).

Kemudian pada tahun 1931, terbentuklah PAPI (Persatuan Antar

Pandu Indonesia) yang berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat

Persaudaraan Kepanduan Indonesia). Pada waktu pendudukan Jepang,

kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu banyak yang

masuk Keibodan, Seinedan dan PETA. Kemudian pada tanggal 28

Desember 1945 Kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi

kepanduan yang terhimpun dalam tiga federasi organisasi, yaitu IPINDO

(Ikatan Pandu Indonesia) berdiri tanggal 13 Desember 1951, POPPINDO

(Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) berdiri pada tahun 1954 dan

PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).

Kelemahan gerakan Kepanduan Indonesia dimanfaatkan oleh pihak

komunis agar menjadi gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di

negara komunis. Namun, kekuatan Pancasila dalam Perkindo

menentangnya dan dengan bantuan Perdana Menteri Ir. Juanda maka

(44)

32

Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs

Presiden RI yaitu Ir. Juanda. Di dalam Keppres ini gerakan pramuka oleh

pemerintah ditetapkan sebagai satu-satunya badan di wiayah Indonesia

yang diperkenankan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan

sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama sifatnya dengan

gerakan pramuka dilarang keberadaanya. Kemudian tanggal 05 April

1961 terbit lagi Keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tentang

Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan

susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada 09 Maret

1961.

Selanjutnya, Sarkonah (2012: 11-12) menyatakan bahwa kelahiran

Gerakan Pramuka di Indonesia di tandai dengan segenap peristiwa yang

saling berhubungan, antara lain sebagai berikut:

a. Pada 09 Maret 1961 di istana negara, diadakan pidato

presiden/mandataris MPRS diharapkan para tokoh dan pimpinan

yang mewakili organisasi perpanduan di Indonesia. Peristiwa ini

disebut sebagai hari Tunas Gerakan Pramuka.

b. Diterbitkannya Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961, pada

tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan

gerakan pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang

ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak

dan pemuda Indonesia serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan

(45)

33

pengelola gerakan pramuka dalam mnjalankan tugasnya. Peristiwa ini

disebut sebagai hari Pemula Tahun Kerja.

c. Pada taggal 30 Jui 1961, di Istora Senayan Jakarta, diadakan

pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang

dengan Ikhlas meleburkan diri ke dalam organiasi gerakan pramuka.

Peristiwa ini disebut sebagai hari Ikrar Gerakan Pramuka.

d. Pada tanggal 14 Agusts 1961, di Istana negara dilakukan pelantikan

Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari yang diikuti oleh para anggota

pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului

dengan peganugerahan Panji-Panji Gerakan Parmuka. Peristiwa ini

sebagai Hari Pramuka.

Dalam pidato presiden pada tanggal 09 Maret 1961 juga

menggariskan agar pada peringatan proklamasi kemerdekaan RI Gerakan

Pramuka telah ada dan dikenal oleh mayarakat. Untuk itu, Keppres RI No.

238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya, yaitu para pengurus dan

anggota pramuka itu sendiri. Menurut Anggran Dasar Gerakan Pramuka,

pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional

(Mapinas) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

dan Kwartir Nasional Harian (Sarkonah, 2012: 12).

Pada taggal 14 Agustus 1961, secara resmi Gerakan Pramuka

diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Perkenalan ini bukan

hanya dilakukan di Jakarta saja, akan tetapi di kota besar seluruh

(46)

34

mengadakan apel besar yang diikuti dengan pawai di depan Presiden dan

berkeliling Jakarta. Selanjutnya, setiap tanggal 14 Agustus dan setiap

tahunnya diperingati sebagai Hari Gerakan Pramuka (Sarkonah, 2012:

13).

4. Motto Gerakan Pramuka

Motto gerakan pramuka di Indonesia adalah “Satyaku

Kudharmakan, Dharmaku Kubaktikan”. Sarkonah (2012: 5) menjelaskan

bahwa Motto gerakan pramuka tersebut mengandung arti sebagai berikut:

a. Menanamkan rasa percaya diri.

b. Menambah semangat pengabdian kepada masyarakat.

c. Memiliki rasa bangga terhadap pramuka.

d. Memiliki budaya kerja yang dilandasi dengan suatu pengabdian.

e. Siap mengamalkan Tri Satya dan Dasa Dharma.

Oleh karena itu, anggota pramuka diharapkan mampu untuk

menerapkan motto gerakan pramuka, Sehingga tujuan dari gerakan

pramuka dapat tercapai.

5. Kode Kehormatan Pramuka

Kode etik gerakan pramuka adalah suatu kode kehormatan di mana

kita mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa, Negara Kesatun Republik

Indonesia, dan Pancasila sebagai lambang negara. Setelah itu, kode etik

tersebut harus diamalkan untuk menolong sesama manusia yang

dibuktikan dengan membangun bersama-sama masyarakat. Kode ini

(47)

35

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (Sarkonah 2012:

33-34). Kode kehormatan gerakan pramuka, yaitu sebagai berikut:

a. Tri Satya (Satya Pramuka)

Tri berarti tiga dan satya berarti janji. Tri satya dapat diartikan

sebagai tiga janji yang harus dilakukan oleh setiap anggota pramuka

dalam kehidupan sehari-hari. Sarkonah (2012: 33) menuliskan di

dalam bukunya yang berjudul Panduan Pramuka (Penggalang) bahwa

isi dari Tri Satya, adalah sebagai berikut:

Tri Satya

Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:

1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila.

2) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun

masyarakat.

3) Menepati Dasa Dharma.

b. Dasa Dharma (Dharma Pramuka)

Dasa berarti sepuluh, sedangkan dharma berarti bakti. Dasa

dhrma dapat diartikan sebagai sepuluh kebaktian yang harus

diamalkan bagi setiap anggota pramuka dalam kehidupan sehari-hari

(Sarkonah, 2012: 34). Setyawan (2009: 165) menjelaskan bahwa dasa

dharma pramuka adalah ketentuan moral untuk setiap anggota

(48)

36

yang berisi nilai-nilai yang harus menjadi tolak ukur manusia. Dasa

dharma setiap tingkatan adalah sama, yaitu terdiri dari:

1) Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa

Pada hakikatnya taqwa merupakan usaha seseorang yang

sangat utama dalam pekembangan hidupnya. Pengertian taqwa

kepada Tuhan yang Maha Esa tidak dapat dipisahkan dari

pengertian moral, budi pekerti dan akhlak. Moral, budi pekerti dan

akhlak adalah sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan

tindakan dan perbuatan manusia terhadap Tuhan, terhadap sesama

manusia, sesama makhluk dan terhadap diri sendiri (Setyawan,

2009: 169-170).

Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Baqarah ayat 233:

“...Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

Memperdalam dan memperkuat iman seorang siswa kepada

Tuhan tidak cukup hanya melalui pengejaran lisan maupun tertulis

saja. Namun, harus ada wujud nyata dalam tingkah laku

kehidupannya. Setyawan (2009: 172-173) menjelaskan bahwa

dalam mengembangkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa

dapat dilaksanakan dalam segala kegiatan kepramukaan, mulai

(49)

37

untuk menambah keimanan siswa daam pendidikan kepramukaan

yaitu:

a) Menanamkan sifat jujur, patuh, setia dan tabah.

b) Menuntun siswa untuk melaksanakan ibadah.

c) Menghormati orang lain

d) Menyelenggarakan peringatan hari besar agama

e) Menyelenggarakan ceramah keagamaan.

Jika siswa sudah terbiasa demikian, maka akan berkembang

menjadi pribadi yang baik, berbudi luhur serta akan berguna bagi

sesama, masyarakat, bangsa dan negaranya. Semua itu tidak lain

didasarkan pada ketaqwaannya kepada Tuhan.

2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

Seorang pramuka wajar dan pantas secara alamiah

melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa

dan tumbuh-tumbuhan), kasih sayang sesama manusia dan sesama

hidup serta menjaga kelestariannya (Setyawan, 2009: 174). Dalam

hal ini, perlu dibangun watak utama seperti tidak mementingkan

diri sendiri, menghargai orang lainmeskipun tidak sebangsa dan

seagama. Rasa cinta dan kasih sayang tersebut diharapkan dapat

menggugah rasa dekat dengan Tuhan. Seperti firman Allah dalam

(50)

38

langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui.”

Ayat di atas menjelaskan tentang karunia yang sangat besar

yan diberikan oleh Allah Swt kepada kita. Untuk itu kita harus

selalu bersyukur kepada-Nya. Setiap anggota pramuka harus

memiliki watak kepribadian luhur serta memiliki sifat penyayang.

Dharma ini dapat diwujudkan melalui:

a) Bakti masyarakat, seperti menanam pohon, membantu

menangani bencana dan sebagainya.

b) Menyayangi sesama ciptaan Allah Swt.

3) Patriot yang sopan dan ksatria

Setyawan (2011: 176-177) menjelaskan bahwa seorang

pramuka adalah putra yag baik berbakti, setia, siap siaga membela

tanah airnya, sopan, berani dan jujur. Seorang pramuka yang

mematuhi dharma ini, bersama-sama satu sikap mempertahankan

tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.

(51)

39

“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Alangkah lebih sopan bila kita menjadi orang yang jujur

tapi lebih jujur lagi bila kita menjadi orang yang sopan

Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pendidikan

kepramukaan dapat diterapkan dengan cara:

a) Memahami dan mengamalkan lambang negara, lagu

kebangsaan dan nilai-nilai luhur bangsa.

b) Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan

pribadi.

c) Membiasakan diri berani mengakui kesalahan dan

membenarkan yang benar.

4) Patuh dan suka bermusyawarah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 768, 837)

disebutkan bahwa musyawarah adalah pembahasan bersama

dengan maksud membuat keputusan dalam menyelesaikan

masalah sedangkan patuh adalah suka menaati sesuatu yang telah

(52)

40

yang otoriter dan semau sendiri. Dalam setiap gerak dan tindakan

yang menyangkut orang lain, seorang demokrat berbincang

dengan orang lain baik dengan orang-orang yang terikat dalam

pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi.

Seperti firman Allah dalam Q.S Ali Imran ayat 132:



























“dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebagai

ciptaan-Nya, kita harus patuh (taat) kepada-Nya. Patuh berarti bersedia

dan siap menjalankan sesuatu yang sudah ditetapkan, terlebih

dalam hal musyawarah (diskusi bersama untuk saling

menghormati pendapat orang lain). Dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam pendidikan kepramukaan dapat diterapkan dengan

cara:

a) Membiasakan diri untuk berjanji mematuhi

peraturan-peraturan yang ada.

b) Belajar mendengar pendapat orang, menghargai gagasan orang

lain.

c) Membiasakan diri untuk bermusyawarah sebelum

melaksanakan suatu kegiatan (misalnya akan berkemah,

(53)

41 5) Rela menolong dan tabah

Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk

kepentingan orang lain yang kurang mampu, sedangkan tabah atau

ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji, artinya meskipun seseorang

mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi

kesulitan tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu untuk

melakukannya (Setyawan, 2009: 178-179).

Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 2:

“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”

Melalui ayat tersebut, Allah Swt menganjurkan umat

manusia, termasuk anggota pramuka untuk menolong orang yang

mmbutuhkan pertolongan dan membiasakan diri untuk mengatasi

segala masalah dalam kehidupannya.

6) Rajin, terampil dan gembira

Sarkonah (2012: 40-41) menjelaskan bahwa rajin yaitu

berusaha dengan tekun, tertib mengembangkan diri dan

melaksanakan tugas tanpa merasa terbebani. Terampil artinya

(54)

42

selalu mengharapkan pertolongan orang lain. Selain itu, setiap

anggota pramuka harus mampu mengerjakan suatu tugas dengan

cepat dan tepat dengan hasil yang baik. Gembira artinya setiap

anggota pramuka harus selalu menjaankan kehidupan yag lebih

baik. selain itu, anggota pramuka harus bisa mengatasi segala

kesulitan, rintangan dan hambatan agar cita-cita dapat terwujud.

Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Fushillah ayat 30:

”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."

Dalam kehidupan sehari-hari dapat, dharma ini dapat

diterapkan dengan cara:

a) Membiasakan dengan menyusun jadwal kegiatan sehari-hari.

b) Membuat hasta karya sendiri.

(55)

43 7) Hemat, cermat dan bersahaja

Selanjutnya, Setyawan (2009: 181-184) menjelaskan bahwa

hemat bukan berarti “kikir”, tetapi lebih terarah pada dapatnya

seorang pramuka melakukan dan menggunakan suatu secara tepat

menurut kegunaannya. Cermat lebih berarti “teliti”. Sikap laku

seorang pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya

sendiri (intropeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya

sehingga ia senantiasa waspada. Bersahaja lebih berarti sederhana.

Ia harus dapat menyerasikan antara keinginan dan kemampuan.

Bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu

yang sebenarnya.

Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujurat ayat 6:







mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Dalam kehidupan sehari-hari dharma ini dapat diterapkan

dengan cara:

a) Tidak ceroboh.

(56)

44

c) Bekerja berdasarkan manfaat dan rencana.

8) Disiplin, berani dan setia

Disiplin berarti patuh dan mengikuti aturan atau norma

yang ada, sedangkan berani merupakan suatu sikap mental untuk

bersedia menghadapi segala sesuatu masalah dan tantangan yang

dihdapi. Adapun setia berarti tetap pada suatu aturan atau norma

Sarkonah (2012: 42).

Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-„Asyr ayat 1-3:









“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian. 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran

dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa seseorang,

termasuk anggota pramuka harus berbuat berdasarkan

pertimbangan dan nilai sesuai dengan hati. Dalam kehidupan

sehari-hari dharma ini dapat diterapkan dengan cara:

a) Berusaha untuk mengendalikan dan mengatur diri sendiri (self

dicipline).

b) Belajar untuk menilai kenyataan bukti dan kebenaran suatu

keterangan (informasi).

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Tenaga Kependidikan MTs NU Aswaja Tengaran
Tabel 4.2 Daftar Peserta Didik MTs NU Aswaja Tengaran

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu tempat pelaksanaan asimilasi, Lapas Terbuka dapat menjadi model ideal dalam pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana dalam sistem pemasyarakatan

menghindari hal-hal tersebut maka dapat digunakan alternatif pengendalian lain yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia diantaranya dengan

Siswa mendiskusikan lembar kerja siswa tentang pengurangan pemecahan masalah sehari-hari yang melibatkan penjumlahan pecahan dan pecahan desimal. Siswa dipanggil guru dengan

Setiap orang berhak untuk bebas dan penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia serta berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.. Hak : Setiap orang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Tenggara berdasarkan

Raja Ali Haji dalam sejarahnya pernah disebut sebagai seorang penyair sufi Melayu yang jika dilihat dari pola persajakkannya tampaklah pola-pola rima yang tampak

Barnawi dan M.. Banyakan Kediri ini. Misalnya pembelajaran dikelas dan di luar kelas. Pembelajaran di dalam kelas misalnya pada keterampilan berbicara anak di latih

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja di daerah penelitian mempengaruhi produksi usahatani stroberi