KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH
DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
DI MTS NU ASWAJA TENGARAN KAB. SEMARANG
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
LU’LUK SUROYA
NIM 11113301
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lu’luk Suroya NIM : 11113301
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
tulis saya sendiri dan bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah. Selain itu, saya tidak keberatan jika naskah skripsi ini
dipublikasikan.
Salatiga, 15 Maret 2017
Yang menyatakan,
v MOTTO
“KEBERHASILAN TIDAK AKAN DATANG TANPA USAHA”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua orang tua (M.Yasin Ridho dan Tasmiyatun) yang senantiasa mencurahkan
kasih sayang, memberikan bimbingan dan doa yang tidak pernah henti untuk
anak-anaknya.
Kakak (M. Faqihuddin Lutfi) yang selalu memotivasiku.
Kerabat (Pakde Dalali, Mbokde Harmini, Mas Rowi, Mas Sodiq dan Mas Rofik)
yang selalu menyokongku untuk terus bersabar dan berusaha.
Teman seperjuangan (Mbak Fatikhatus Sakdiyah) yang setia berbagi motivasi
maupun pengalaman.
Keluarga besar Pondok Pesantren Samsun Muchana Bringin yang banyak
memberiku tempaan diri.
Keluarga besar MTs NU Aswaja Tengaran dan Racana Kusuma Dilaga-Woro
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat berjalan
dengan lancar. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang diterima dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual. Dengan
berakhirnya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga,
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) IAIN Salatiga.
4. Bapak Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
yang senantiasa membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Dr. Sa’adi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang
senantiasa membimbing dan memotivasi untuk menjadi yang terbaik.
6. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu proses
penyusunan Skripsi.
7. Ayah, ibu, keluarga dan teman-teman yang telah berkontribusi selama masa
vii
8. Keluarga besar MTs ASWAJA Tengaran yang bersedia membantu dan
berbagi informasi sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
9. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikhandi IAIN Salatiga yang
telah menjadi media menempa diri.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
Harapan peulis, semoga amal baik yangtelah dibeikan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 15 Maret 2017
viii ABSTRAK
Soraya, Lu’luk. 2017. Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung
Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran Tahun
2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. H. Wahyudhiana, M.M.pd.
Kata Kunci: Kebijakan Kepala Madrasah dalam Mendukung Pendidikan Kepramukaan
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?, (2) Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017? Dan (3) Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka peneitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Temuan ini menunjukkan bahwa ekstrakurikuler pramuka sudah ada sejak awal berdirinya MTS NU Aswaja Tengaran sebagai salah satu upaya dalam membentuk karakter peserta didik yang berakhlak mulia. Selain itu, adanya peraturan baru berupa Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan menjadi salah satu alasan adanya kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran. Dengan adanya peraturan tersebut, pihak sekolah dapat menjalankan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka dengan lebih baik.
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah ... 22
B. Gerakan Pramuka ... 26
C. Kajian Pustaka yang Relevan ... 56
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan ... 59
B. Teknik Pengumpulan Data ... 60
C. Teknik Analisis Data ... 65
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian ... 67
1. Gambaran umum Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran ... 67
2. Gambaran umum MTs NU Aswaja Tengaran ... 68
3. Perolehan Data ... 71
x
1. Fakta di lapangan ... 80
2. Interpretasi data ... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 85
B. Saran ... 86
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Daftar Tenaga Kepedidikan MTs NU Aswaja Tengaran ... 69
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Daftar Riwayat Hidup ... 89
Lampiran II Pedoman Wawancara ... 90
Lampiran III Salinan Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014 ... 92
Lampiran IV Kesepakatan Bersama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kwartir Nasional Geraka Pramuka ... 96
Lampiran V Surat Tugas pembimbing skripsi ... 100
Lampiran VI Surat Izin Penelitian ... 101
Lampiran VII Surat Keterangan Penelitian ... 103
Lampiran VIII Lembar Konsultasi Skripsi ... 104
Lampiran IX Daftar Nilai SKK ... 106
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam hidupnya, seseorang tidak dapat lepas dari pendidikan.
Pendidikan sendiri mempunyai beragam makna. Di satu sisi, pendidikan
dipandang sebagai investasi atau tabungan masa depan seseorang. Di sisi lain
pendidikan dipandang sebagai proses untuk menjadikan seseorang sebagai
warga yang baik. Bahkan, ada juga yang menganggap pendidikan sebagai
adanya penguasaan pelajaran tertentu, seperti Matematika, Bahasa Inggris
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Hal itu dikarenakan cara memberikan makna
terhadap pendidikan itu sendiri antara individu satu dengan individu lainnya
berbeda-beda. Salah satu pengertian pendidikan sebagaimana disebutkan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (2005: 3) tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 1 bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Jumali dkk (2008: 16-20) menjelaskan bahwa pemahaman mengenai
pendidikan sangat penting. Sebab, selama ini di samping istilah pendidikan
seringkali dibuat rancu dengan pembelajaran di sekolah, pendidikan sendiri
sebagai suatu aktivitas ternyata memiliki indikator khusus yang harus dicapai,
sehingga tidak sembarang kegiatan dapat dikategorikan sebagai kegiatan
2
melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi, bahkan administrasi yang
memproses siswa menjadi lebih bertambah baik, baik dari segi pengetahuan,
keterampilan maupun kepribadiannya.
Proses pendidikan dapat dilakukan di mana saja, seperti di dalam
lingkup keluarga, lingkup sekolah maupun di dalam lingkup masyarakat luas.
Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dilakukan oleh pemerintah yang
bekerja sama dengan masyarakat, tidak dapat dihindari. Karena, jika
pemerintah dan masyarakat tidak saling bekerja sama dan mendukung,
penyelenggaraan pendidikan akan sulit untuk dilakukan. Selain itu, Kaswardi
(1993: 75) menjelaskan bahwa hubungan antara sekolah dengan lingkungan
masyarakat di mana siswa tersebut hidup sehari-hari tidak boleh diabaikan.
Proses pendidikan nilai merupakan proses interaksi yang terus menerus
antara subyek pendidikan, baik peserta didik (siswa) dengan pendidik,
maupun antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Beberapa program
khusus memang membantu dan perlu, dan akan lebih baik lagi jika siswa
dibantu mengadakan refleksi atas pengalaman-pengalaman hidup mereka
sendiri (Kaswardi, 1993: 75).
Tujuan pendidikan ada beberapa macam. Seperti pendapat Kartini
Kartono dalam Abd. Rohman Abdullah (2002: 41) mengemukakan bahwa
tujuan pendidikan itu bermacam-macam sesuai dengan yang dikehendaki,
antara lain dalam rangka menjadikan manusia utama dan bijaksana menjadi
warga negara yang baik, menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, bisa
3
Sebagian besar alokasi waktu Pendidikan di sekolah yang dimiliki
seseorang dapat difungsikan sebagai sarana efektif dalam membentuk pribadi
yang berkarakter. Jumali dkk (2008: 33-34) menjelaskan bahwa pendidikan
sekolah dengan aturan ketat dan administrasi yang lengkap akan
mengarahkan situasi yang sangat memungkinkan terbentuknya pribadi
melalui ajaran-ajaran serta perlakuan psikologis ketika anak hidup di
lingkungan lembaga pendidikan.
Pendidikan karakter sekolah yang teratur dan berkelanjutan akan
membuka peluang lebar dalam membentuk watak anak didik. Pemaknaan
pendidikan sebagai fungsi pembentukan pribadi lebih banyak dianut oleh
kalangan humanis, yaitu kalangan yang memandang pendidikan merupakan
proses memanusiakan manusia.
Namun, kenyataan yang ada sekarang berbeda. Beberapa tahun terakhir,
siswa di usia remaja tidak sedikit yang terjerumus ke arah pergaulan negatif.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal-hal negatif
seperti narkoba, pergaulan bebas dan pornografi pun menjadi akrab di
kalangan siswa. Misalnya, berita yang terdapat dalam koran Suara Merdeka
yang mengungkapkan bahwa tindak kriminalitas oleh kawanan begal kembali
merebak dan mencemaskan masyarakat kota Semarang. Yang
memprihatinkan, diantara pelaku berusia belasan tahun. Usia remaja yang
seharusnya dimanfaatkan mengasah potensi untuk masa depan justru
4
M. Sastrapatedja berpendapat dalam Kaswardi (1993: 4-5) bahwa suatu
nilai menjadi pegangan seseorang, suatu norma dan prinsip hidup seseorang.
Memilih nilai secara bebas berarti bebas dari tekanan apapun baik tekanan
yang jelas maupun tekanan yang terselubung dari orang-orang yang
dicintainya. Situasi tempat atau lingkungan, hukum dan peraturan dalam
masyarakat,bisa memaksakan suatu nilai pada seseorang, yang sebenarnya
tidak disukainya. Setiap orang mengalami betapa sulitnya membentuk nilai,
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Seringkali situasi di
mana kita bekerja, belajar maupun bergaul dalam masyarakat menuntut
seseorang untuk berbuat sesuatu yang bukan menjadi keyakinannya sendiri,
misal adanya kewajiban menghargai perbedaan pendapat dalam kehidupan
sehari-hari.
Perubahan keadaan baik sosial, ekonomi, budaya, perkembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi, membawa serta perubahan-perubahan pada
cara berfikir, cara menilai bahkan cara menghargai hidup, misalnya cara
mengagumi dan bersyukur atas ciptaan Allah Swt. Suatu nilai seharusnya
dipilih secara bebas melalui pertimbangan bermanfaat atau tidaknya nilai
tersebut. Namun, di kalangan usia remaja saat ini tidak banyak yang
berkeinginan untuk membuat pertimbangan tersebut. Salah satunya dalam
kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang banyak mengandung nilai positif
sering dipandang dari sisi tidak baik atau negatif. Misalnya, banyak yang
menganggap ekstrakurikuler pramuka sebagai kegiatan yang melelahkan
5
Pembentukan karakter siswa memang tidak mudah dilakukan. Pihak
MTs NU Aswaja Tengaran mengupayakan hal tersebut dengan memperbaiki
sistem pengajaran, guru dan juga siswa. Upaya tersebut dilakukan dengan
cara menanamkan nilai-nilai pramuka melalui kegiatan ekstrakurikuler
pramuka. Pendidikan kepramukaan dinilai mengandung banyak nilai positif
yang dapat digunakan dalam pembentukan karakter. Dalam Gerakan Pramuka
(2014: 17-18) disebutkan bahwa nilai kepramukaan mencakup:
1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kecintaan pada alam dan sesama manusia.
3. Kecintaan pada tanah air dan bangsa.
4. Kedisiplinan, keberanian dan kesetiaan.
5. Tolong menolong
6. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
7. Jernih dalam berfikir, berkata dan berbuat.
8. Hemat, cermat dan bersahaja.
9. Rajin, terampil dan gembira.
10.Patuh dan suka bermusyawarah.
Pendidikan kepramukaan diselesaikan melalui syarat kecakapan umum,
syarat kecakapan khusus dan syarat gerakan pramuka. Selain itu,
ekstrakurikuler pramuka merupakan ekstrakurikuler wajib pada sekolah dasar
dan sekolah menegah.
Di sisi lain, seorang kepala sekolah/madrasah setiap hari menghadapi
6
terbatas. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang kepala madrasah dihadapkan
dengan para guru, staf dan siswa dengan mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda dituntut untuk dapat bertindak bijaksana tanpa ada pihak yang
merasa dianaktirikan.
Stronge, Richard dan Catano (2013: 139) menyebutkan bahwa kepala
sekolah/madrasah yang efektif akan memberikan kesempatan pengembangan
profesional bagi para guru dan dirinya sendiri termasuk siswa dengan
mempelajari bagaimana penggunaan data untuk memodifikasi pengajaran,
dan untuk mengambil keputusan-keputusan sekolah lainnya, termasuk
pemberlakuan ekstrakurikuler. Wahjosumidjo (1999: 341) menyebutkan
bahwa tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler disamping untuk mempertajam
program kurikuler, sekaligus untuk meningkatkan nilai-nilai kepribadian,
moralitas, budi pekerti luhur, kesadaran berbangsa dan bernegara para siswa.
Sekolah/madrasah merupakan lembaga pendidikan formal tempat
proses belajar mengajar berlangsung. Banyak hal yang terjadi di dalam
sekolah, diantaranya yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi
siswa dengan guru, interaksi guru dengan guru, bahkan tata administrasi baik
kurikulum, keuangan maupun lainnya. Hal tersebut mempunyai pengaruh
dalam pembentukan karakter siswa.
Pendidikan kepramukaan merupakan pendidikan yang termasuk dalam
pendidikan formal yang sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang
dilaksanakan di luar jam sekolah. Pada hakikatnya, pendidikan kepramukaan
7
dilaksanakan di luar pendidikan keluarga dengan menggunakan prinsip dasar
pendidikan kepramukaan dan metode pendidikan kepramukaan, dengan
sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur (Gerakan
Pramuka, 2014: 19).
Dalam pendidikan kepramukaan tersebut, siswa diarahkan untuk
menjadi pribadi yang aktif, disiplin dan mandiri. Kepramukaan merupakan
proses kegiatan belajar bagi seseorang untuk mengembangkan dirinya secara
utuh baik dari segi fisik, intelektual, keterampilan, atau sosial, terutama
sebagai anggota masyarakat.
Kaswardi (1993: 74) menjelaskan bahwa sekolah/madrasah sebagai
salah satu lembaga yang menangani pendidikan, bertugas menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan rohani seseorang, meneruskan
warisan budaya dan menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai pendidikan. Di
samping tugas lainnya yaitu mempersiapkan seseorang untuk penghidupan
atau mata pencaharian di masa depan.
Banyak hal untuk bisa meningkatkan karakter seseorang, baik itu
melalui pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan
nonformal. Ada beberapa sifat pendidikan, yaitu Pendidikan yang bersifat
permainan, pendidikan yang bersifat pengajaran materi, maupun pendidikan
yang bersifat keduanya yaitu permainan dan juga pengajaran materi. Seperti
halnya pendidikan kepramukaan yang bersifat permainan dan pengajaran
materi, misalnya pembinaan watak toleransi, tanggung jawab dan
8
Pendidikan kepramukaan sangat berkaitan dengan proses peningkatan
karakter seorang siswa. Hal itu dikarenakan dalam gerakan pramuka terdapat
sepuluh tiang penyangga yang dijadikan pondasi atau landasan dalam
menjalankan kegiatan pramuka tersebut. Kesepuluh tiang tersebut dikenal
dengan istilah Dharma Pramuka yang merupakan ketentuan moral pramuka
(Gerakan Pramuka, 2014: 33). Proses pendidikan kepramukaan merupakan
jalur bagi individu atau seseorang dalam mengembangkan dirinya. Hal
tersebut selaras dengan tujuan gerakan pramuka, yaitu untuk menjadikan
seseorang menjadi pribadi yang berkarakter.
Cakupan pendidikan kepramukaan sangat luas. Seperti penjelasan pada
kalimat sebelumnya, bahwa pendidikan kepramukaan selain berisi permainan
seperti bernyanyi bersama dan tepuk-tepuk, juga berisi pengajaran materi
seperti melatih diri sendiri untuk mengerti dan memahami bagaimana cara
memposisikan diri dalam lingkungan atau keadaan apapun dan di manapun.
Oleh karena itu, pendidikan kepramukaan tidak hanya bermanfaat untuk diri
sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi sesama.
MTs NU Aswaja Tengaran yang berlatarbelakang Islam tidak hanya
memiiki satu atau dua macam ekstrakurikuler siswa saja, akan tetapi ada lima
ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler pramuka di MTs NU Aswaja Tengaran
menjadi satu-satunya ekstrakurikuler yang peminatnya paling banyak
dibandingan dengan ekstrakurikuler yang lainnya. Karena, kegiatan
kepramukaan merupakan ekstrakurikuler yang wajib diikuti oleh semua siswa
9
Berdasarkan Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang di
dalamnya memuat anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa
Gerakan Kapanduan Nasional yang lahir dan mengakar di bumi Nusantara
merupakan bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia
yang membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kaum muda sebagai
potensi bangsa dalam menjaga kelansungan bangsa dan negara mempunyai
kewajiban melanjutkan perjuangan bersama-sama orang dewasa berdasarkan
kemitraan yang bertanggung jawab (Nugraha, tt: 108 – 109).
Dari keputusan tersebut dapat diketahui bahwa kaum muda, termasuk
para siswa usia remaja sebagai pondasi dan potensi mempunyai kewajiban
untuk memajukan bangsa dan negaranya. Dalam memajukan bangsa dan
negaranya, seorang siswa dapat melakukanya melalui pembenahan karakter
diri sendiri. Pembenahan karakter tersebut selain dapat dilakukan melalui
pendidikan pada jam sekolah, juga dapat dilakukan di luar jam sekolah, salah
satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler. Seorang siswa yang
berkarakter diharapkan mampu mewujudkan generasi sekolah, masyarakat
bangsa dan negara.
Dalam kegiatan ekstrakurikuler pasti terdapat perbedaan dalam
menyikapi suatu pendapat yang terlontar. Kekeliruan pemahaman yang sering
terjadi akibat dari karakter seperti toleransi atau saling menghargai pada diri
10
manusia merupakan adab mulia dalam Islam, selama tidak ada sangkut
pautnya dengan agama. seperti Firman Allah Swt dalam Q.S Yunus ayat 11:
“40. di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan
di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. 41. jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan."
Dalam ayat tersebut dijelaskan tentang sikap dalam berbeda pendapat
dengan orang lain. Saat kita meyakini kebenaran suatu pendapat yang bersifat
prinsip, kita diperbolehkan untuk berbeda pendapat dan tetap menghargai
pendapat orang lain. Dalam sebuah perkumpulan, sebagai individu,
seseorang dianjurkan untuk saling toleransi atau menghargai maupun
menerima pendapat orang lain. Akan tetapi, yang sering terjadi justru
sebaliknya, yaitu membuat suasana perkumpulan mejadi kurang nyaman atau
bahkan tidak nyaman.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, eksistensi gerakan pramuka dalam
meluruskan dan membentuk karakter siswa di nilai penting oleh pihak
madrasah. Sebagai seorang siswa, pastinya juga harus mentaaati
11
tersebut dibuat bertujuan untuk menumbuh kembangan seseorang ke arah
yang lebih baik lagi. Peraturan dibuat untuk menahan perbuatan-perbuatan
yang kurang menyenangkan atau perbuatan-perbuatan yang merugikan bagi
dirinya sendiri ataupun sebuah lembaga di mana ia berada. Dengan adanya
peraturan, terkadang membuat seseorang merasa jenuh atau merasa frustasi
dengan keadaan yang dialami. Namun, hal tersebut tidak akan dirasakan lagi
ketika seseorang tersebut sudah mampu untuk menyesuaikan diri dengan
peraturan-peraturan yang ada.
Kebijakan kepala madrasah merupakan suatu tindakan yang terencana
dan diambil oleh pemimpin madrasah tempat proses belajar mengajar
berlangsung melalui musyawarah bersama dengan guru maupun wali siswa.
Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan atau target di dalam
dunia pendidikan.
Salah satu peraturan yang digunakan pihak madrasah dalam
menerapkan ekstrakurikuler Pramuka yaitu Permendikbud (Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan) nomor 63 tahun 2014 yang ditetapkan di
Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 merupakan suatu keputusan yang
didalamnya membahas tentang pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan
ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Sedangkan, dalam menentukan suatu kebijakan perlu mempertimbangkan
segala aspek, seperti guru, siswa maupun kurikulum yang sedang berjalan.
Manusia merupakan sasaran pendidikan yang bertujuan untuk
12
diwujudkan melalui pengembangan diri seseorang. Pendidikan kepramukaan
sebagai salah satu pendidikan formal yang dilaksanakan di luar waktu sekolah
biasa disebut ekstrakurikuler memiliki peran yang cukup penting. Kegiatan
kepramukaan sebagai proses pendidikan harus merupakan kegiatan yang
dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat dinilai dari segi pendidikan dan
kejiwaan (Gerakan Pramuka, 1983: 21).
Berdasarkan dari uraian tersebut, terdapat upaya dari pihak madrasah
dalam memperbaiki karakter siswa melalui pendidikan kepramukan. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk mengajukan penelittian tentang
“KEBIJAKAN KEPALA MADRASAH DALAM MENDUKUNG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DI MTS NU ASWAJA TENGARAN
TAHUN 2017”
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup
penelitian sehingga mendapatkan hasil yang sesuai. Sejalan dengan latar
belakang di atas, maka fokus penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana kebijakan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan
Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?
2. Apa alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan
Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017?
3. Bagaimana hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam mendukung
13 C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kebijakan kepala madrasah dalam mendukung
Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.
2. Untuk mengetahui alasan kepala madrasah dalam mendukung Pendidikan
Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran tahun 2017.
3. Untuk mengetahui hasil dari kebijakan kepala madrasah dalam
mendukung Pendidikan Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran
tahun 2017.
D. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan
informasi yang bermanfaat, diantaranya yaitu:
1. Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberi tawaran
dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan pendidikan di Indonesia
dalam mengembangkan kemampuan sumber daya manusia yang siap
untuk menghadapi tantangan zaman. Selain itu, melalui penelitian ini
diharapkan dapat membentuk individu yang dapat beradaptasi dengan
perkembangan zaman.
2. Praktis
14 a. Bagi pihak sekolah
Penelitian ini akan membantu pihak sekolah dalam mengetahui
dan menemukan sebuah pola kebijakan kepala sekolah dalam
menyikapi keputusan atau peraturan dari pihak pusat pemerintahan.
Hal tersebut menjadi acuan dalam pembentukan dan pengembangan
sumber daya manusia. Pengembangan tersebut dikemas dalam
konsep pendidikan kepramukaan yang berada di dalam suatu
lembaga pendidikan.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini akan membantu peneliti dalam menambah
wawasan keilmuan dan mengetahui pola kebijakan kepala sekolah
dalam menyikapi Permendikbud Nomor 3 Tahun 2014 yang
ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 tentang pendidikan
kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran.
E. Penegasan Istilah
1. Kebijakan Kepala Madrasah
Kebijakan merupakan suatu tindakan terencana untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan kepala madrasah merupakan guru yang
diberikan tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah yang di
dalamnya terdapat proses belajar mengajar dan interaksi antar sesama
guru maupun dengan siswa.
Kebijakan kepala madrasah merupakan suatu tindakan yang
15
Kebijakan tersebut diputuskan melalui kesepakatan bersama antara
kepala sekolah dengan tenaga pendidik yang ada disekolah tersebut.
Kebijakan tersebut dibuat untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik di
dalam dunia pendidikan.
2. Pendidikan Kepramukaan
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pada pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran siswa agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan kepramukaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk menambah keterampilan siswa guna mendukung pendidikan
karakter siswa. Dalam Setyawan (2009: 119) ditegaskan oleh Bapak
Pandu Indonesia, Sri Sultan Hamengku Bowono IX dalam World Scout
Conference yang ke-23 di Tokyo tahun 1970 bahwa ikut sertanya
pramuka-pramuka dalam kegiatan pembangunan bangsa adalah syarat
mutlak demi kelanjutan hidup kepramukaan sebagai organisasi dunia.
Kita dapat tetap taat pada dasar prinsip-prinsip moral Kepramukaan,
tetapi kita harus memperbaharui acara-acara kegiatan kepramukaan yang
16
Jadi, pendidikan kepramukaan Pendidikan kepramukaan
merupakan pendidikan yang termasuk dalam pendidikan formal yang
sering disebut ekstrakurikuler atau pendidikan yang dilaksanakan di luar
jam sekolah dengan sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan
budi pekerti luhur.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sebuah penelitian tidak dapat terlepas dari adanya pendekatan.
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Dalam Soejono dan Abdurrahman (2005: 29) Nasution
mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa
dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan responden, dokumen dan
lain-lain. Selain itu, pendekatan ini juga tidak didominasi angka
sebagaimana yang ada di dalam penelitian kuantitatif.
Sedangkan jenis penelitian di sini peneliti menggunakan jenis
penelitian grounded theory. Untuk mempermudah dalam pengumpulan
data, penggalian data dilakukan melalui observasi, wawancara maupun
dokumentasi.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di sini bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpul data secara langsung. Instrumen selain manusia dapat pula
17
sebagai instrumen. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lapangan untuk
penelitian kualitatif mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di MTs NU Aswaja Tengaran yang
terletak di Jl. Masjid Besar no. 32 Tengaran, Kecamatan Tengaran,
Kabupeten Semarang.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil
Wawancara dengan pihak lembaga pendidikan yang meliputi kepala
madrasah, kurikulum, kesiswaan, guru pramuka dan siswa di MTs NU
Aswaja Tengaran serta studi dokumen.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini,
maka digunakan prosedur pengumpulan data, yaitu:
a. Wawancara
Prosedur ini digunakan peneliti untuk menggali informasi yang
berkaitan dengan judul penelitian secara langsung dengan sistem
melalui tanya jawab. Wawancara adalah teknik pengumpulan data
melalui proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya
pertanyaan datang dari pihak yang mewawancarai dan jawaban
diberikan oleh pihak yang diwawancara (Fathoni, 2011: 105).
Arikunto (2010: 270) mengemukakan bahwa secara garis besar
18
1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Hasil
wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari
pewawancara. Pewawancara sebagai pengemudi jawaban
responden. Jenis wawancara ini cocok untuk penelitian kasus.
2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman
wawancara tidak terstruktur. Mula-mula peneliti mengajuka
serangkaian pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per
satu pertanyaan diperdalam untuk menggali keterangan lebih lanjut.
b. Observasi
Prosedur ini digunakan peneliti untuk melakukan pengamatan
secara langsung di MTs NU Aswa Tengaran berkaitan dengan judul
penelitian. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui suatu pengamatan dengan disertai
pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran (Fathoni,
2011: 104).
Menurut Suparmoko (1998: 68) observasi yaitu cara yang
dilakukan peneliti hanya dengan mencatat apa yang dilihat atau
disaksikan. Sedangkan menurut Arikunto (2010: 272) mencatat data
observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
19
bertingkat. Oleh karena itu, prosedur ini mengharuskan peneliti untuk
terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya.
Prosedur observasi sangat bermanfaat bagi peneliti. Dalam
Lexy J. Moleong (1988: 175) Guba dan Lincoln mengemukakan
manfaat observasi atau pengamatan yaitu observasi sebagai
mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan,
perhatian, perilaku tak sadar dan kebiasaan.
c. Studi Dokumentasi
Prosedur ini digunakan peneliti untuk menelusuri atau
mengkaji data-data literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).
6. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, ketika di lapangan dan setelah memasuki lapangan.
Namun, dalam penelitian kualitatif lebih difokuskan selama proses
dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Peneliti melakukan
analisis data awal yang diperoleh untuk menentukan fokus penelitian
yang bersifat sementara. Analisis data dilakukan kembali setelah
mendapatkan data tambahan dari berbagai sumber untuk membuat
20 7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data penting untuk dilakukan oleh peneliti.
Pengecekan tersebut dilakukan ketika mendapatkan data awal dan setiap
mendapatkan data tambahan.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini dimulai dari proses mencari data dengan
cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data yang telah
diperoleh kemudian dikelompokkan dan disusun secara sistematis.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian
ini, maka peneliti menyusunnya seperti sistematika berikut:
BAB I merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, fokus penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II merupakan bab kajian teori yang terdiri atas tugas dan kompetensi kepala sekolah dan Gerakan Pramuka.
BAB III merupakan bab metode penelitian yang terdiri jenis dan pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang
digunakan dalam menggali data tentang MTs NU Aswaja
Tengaran, konsep pembelajaran kepramukaan dan kebijakan kepala
madrasah dalam mendukung pendidikan Kepramukaan di MTs NU
21
BAB IV merupakan bab hasil dan analisis data penelitian mengenai kebijakan kepala madrasah dalam mendukung pendidikan
Kepramukaan di MTs NU Aswaja Tengaran.
22 BAB II KAJIAN TEORI
Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau
penjelasan tentang teori yang dipakai untuk menguatkan penelitian itu sendiri dan
menghormati peneli-peneliti sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti akan
menjelaskan tentang kajian teori yang digunakan dalam penelitian, baik itu yang
berupa hasil dari pemikiran para ahli, kajian penelitian-penelitian yang
sebelumnya, maupun kesimpulan kajian oleh peneliti sendiri.
A. Tugas dan Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah 1. Pengertian
Kepala sekolah berasal dari dua kata, yaitu “kepala” dan “sekolah”.
Kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu
organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah adalah sebuah
lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran
(Wahjosumidjo, 1999: 83).
Dengan demikian kepala sekolah/madrasah dapat didefinisikan
sebagai seorang guru yang mendapatkan tugas tambahan untuk
memimpin suatu sekolah, tempat di mana proses belajar mengajar
diselenggarakan atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang
memberi pelajaran dengan siswa yang menerima pelajaran.
Menurut Maya H (2012: 258-259) ada beberapa kemampuan yang
penting untuk dimiliki kepala madrasah, yaitu:
23
b. Menerapkan keterampilan-keterampilan yangbersifat konseptual dan
manusiawi.
c. Memotivasi para guru dan stafnya untuk bekerjasama secara
sukarela dalam mencapai tujuan madrasah.
d. Memahami dampak dari perubahan sosial, ekonomi, politik dan
pendidikan di lingkungan sekolah.
2. Tugas kepala sekolah
Seorang pemimpin seperti kepala sekolah tentu memiliki tugas.
Pidarta (2011: 1-4) menjelaskan tugas kepala sekolah sebagai berikut:
a. Sebagai manajer, yaitu merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan dan mengendalikan sekolahnya.
b. Sebagai administrator, yaitu kepala sekolah bertugas mengawasi
jalannya sistem pengajaran, kesiswaan, keuangan, hubungan dengan
masyarakat serta sarana dan prasarana sekolahnya.
c. Sebagai motor hubungan sekolah dengan masyarakat, karena kepala
sekolah yang paling berkepentingan dan paling tahu masalah-masalah
yang dihadapi oleh sekolah, sehingga bertugas memaksimal kerjasama
antara sekolah dengan masyarakat.
d. Sebagai pemimin, yaitu kepala sekolah bertugas memimpin
sekolahnya.
e. Sebagai supervisor, yaitu kepala sekolah bertugas membina para guru
24 3. Kompetensi kepala sekolah
Maya H (2012: 259-260) menuliskan di dalam bukunya bahwa
Diknas merinci Undang Undang Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah, yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah.
b. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
c. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pimpinan sekolah/madrasah.
d. Pantang menyerah dan selalu mmencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah.
e. Memilikinaluri kewirausahaan dalam megelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta
didik.
4. Fungsi kepala sekolah
Kepala sekolah berfungsi sebagai penanggung jawab tercapainya
tujuan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Wahjosumidjo (1999:
433-445) menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kepala sekolah
berhasil memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan sekolah
25 a. Kewibawaan (power)
Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan atau pengaruh
yang dimiliki oleh kepala sekolah. Kewibawaan kepala sekolah
dapat mempengaruhi orang lain, bahkan menggerakkan dan
memberdayakan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan
sekolah.
b. Sifat-sifat dan keterampilan
Sifat-sifat atau kualitas pribadi kepala sekolah dapat tercermin
dari aspek-aspek fisik dan psikis. Ciri-ciri fisik meliputi tinggi
badan, penampilan dan tingkat energi. Sedangkan psikis atau
kepribadiannya meliputi harga diri, pengaruh dan kemantapan emosi.
Selanjutnya keterampilan meliputi kecerdasan, kelancaran berbicara,
keaslian dan wawasan kemasyarakatan.
c. Perilaku (behaviour)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para pakar,
melalui analisis aktual kepemimpinan, memberikan kesimpulan
bahwa tingkah laku atau perilaku yang dilakukan oleh para
pemimpin dalam memberdayakan sumber daya suatu organisasi
lebih dekat hubungannya dengan proses kepemimpinan. Tentunya
perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diharapkan adalah
kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menyeimbangkan antara
26 d. Fleksibilitas
Fleksibilitas merupakan tingkat kelenturan kepemimpinan
seorang kepala sekolah yang di dalamnya berkumpul atau
bekerjasama antar SDM (Sumber Daya Manusia), sehingga SDM
yang terdiri dari guru, laboran, pustakawan, tenaga administratif dan
para siswa, tujuan organisasi, sarana dan fasilitas, prosedur dan tata
kerja, waktu, tempat dan sebagainya dapat diberdayagunakan dalam
mencapai tujuan sekolah.
B. Gerakan Pramuka 1. Pengertian
Sarkonah (2012: 3) menjelaskan bahwa nama pramuka berasal dari
bahasa sangskerta. Sebenarnya, pramuka berasal dari kata praja, artinya
warga, rakyat dalam suatu negara dan kata moeda, artinya mereka yang
berjiwa muda apabila dilihat dari segi usia (7 hingga 25 tahun), serta kata
karana, artinya kesanggupan, kemampuan dan keuletan dalam berkarya.
Sementara itu, kegiatan kepramukaan merupaka suatu sistem pendidikan
kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan
perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Gerakan Pramuka (2014: 16-17) menyebutkan bahwa Organisasi
Gerakan Pramuka yaitu Gerakan Praja Muda Karana yang berfungsi
sebagai wadah pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar kelurga
dalam pembinaan dan pegembangan kaum muda dilandasi Sistem
27
Kepramukaan merupakan suatu kegiatan yang melengkapi
pendidikan dilingkungan sekolah dan lingkungan keluarga dalam bentuk
kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang
dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode
pendidikan kepramukaan dengan sasaran akhirnya yaitu pembentukan
watak, akhak dan budi pekerti. Pendidikan kepramukaan sebagai proses
pendidikan sepanjang hayat menggunakan tata cara kreatif dan edukatif
dalam mencapai sasaran dan tujuannya (Gerakan Pramuka, 2014: 19).
Melalui kegiatan yang menarik, menyenangkan, tidak
menjemukan, penuh tantangan, serta sesuai dengan bakat dan minatnya,
diharapkan kemantapan mental, fisik, pengetahuan, keterampilan,
pengaaman, rasa sosial, spiritual dan emosional seseorang dapat
berkembang dengan baik dan terarah. Kegiatan pendidikan kepramukaan
merupakan kegiatan di alam terbuka yang mengandung dua nilai pokok,
yaitu nilai formal dan nilai materil. Nilai formal atau nilai pendidikan
yaitu pembentukan watak, sedangkan nilai materi yaitu nilai kegunaan
praktisnya (Gerakan Pramuka, 2014: 19-20).
Dari pengertian tersebut, organisasi pramuka dianggap cocok untuk
dijadikan sebagai salah satu tempat pembinaan karakter siswa. Melalui
kegiatan pramuka, diharapkan karakter siswa dapat dibina ke arah yang
28 2. Sejarah Pramuka Dunia
Sarkonah (2012: 8-10) menuliskan di dalam bukunya yang berjudul
Panduan Pramuka (Penggalang) bahwa Baden powell termasuk salah
seorang yang paling berperan dalam pendidikan kepramukan di dunia.
Awal terbentuknya organisasi kepramukaan karena kerja keras dan
perjuangannya. Ia juga menjadi inspirator bagi gerakan kepramukaan di
Inggris.
Robert Stephenson Smyth atau lebih dikenal dengan nama Lord
Baden Powell lahir pada 22 Februari 1857 di London, Inggris. Ayahnya
bernama Baden Powell seorang profesor Geometri di Universitas Oxford.
Beliau menikah dengan Olive St Clair Soames dan dianugerahi tiga orang
anak.beliaumennggal pada 08 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
Baden Powell termasuk orang yang disenangi oleh
teman-temannya karena ia sealu gembira, cerdas, suka bermain musik,
bersandiwara, mengarang dan menggambar. Semua pengalaman hidupnya
itu ditulis dalam sebuah buku yag berjudul, “Aids to Scouting”.
Sebenarnya buku ini berisi tentang petunjuk kepada tentara muda Inggris
agar dapat melakukan penyelidika dengan baik. Buku ini sangat menarik
bukan hanya bagi para pemuda, bahkan juga orang dewasa. Akhirnya
pada 5 Juli 1907, sebanyak 21 orang pemuda Boys Brigade dari berbagai
wilayah di Inggris dilatih dan diajak berkemah d Pulau Brown Sea selma
29
Pada tahun 1908, Baden Powell menulis pengalamannya dalam
sebuah buku yang berjudul, “Scouting For Boys”. Buku ini disusun
sebagai bahan materi pada latihan kepramukaan yang dirintisnya. Pada
muanya atihan ini hanya ditujukan kepada anak laki-laki usia penggalang
yang disebut Boys Scout. Namun, tahun 1912 atas bantuan Agnes (adik
perempuannya), didirikanlah organisasi kepramukaan putri, yang diberi
nama Girl Guides. Kemudian, orgnisasi ini dilanjutkan oleh isteri beliau,
Nyonya Baden Powell.
Pada tahun 1916, berdiri kelompok pramuka usia siaga yang
disebut CUB (Anak Srigala) dengan buku berjudul, “The Jungle Book”.
Buku ini berisi tentang cerita Mowgli anak didikan rimba (anak yang
dipelihara di hutan oleh induk srigala) karangan Rudyard Kipling sebagai
cerita pembungkus kegiatan CUB tersebut. Pada tahun 1918 beliau
membentuk Rover Scout (Pramuka usia penegak) bagi mereka yang telah
berusia 17 tahun. Pada tahun 1920, diselenggarakan Jambore sedunia
yang pertama di arena Olympia Hall, London. Baden Powell mengundang
anggota pramuka dari 27 negara dan pada saat itu Baden Powell diangkat
sebagai bapak pandu sedunia (Chief scout of the world). Selanjutnya,
pada tahun 1922 menerbitkan buku yang berjudul, “Rovering to Succes”
(mengembara menuju bahagia). Buku ini berisi tentang petunjuk bagi
pramuka penegak dalam menghadapi kehidupan.
Pada tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan sembilan
30
1958 Biro Kepramukaan sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa,
Kanada. Kemudian pada tanggal 1 mei 1968, Biro Kepramukaan sedunia
tersebut dipindahkan lagi ke Genewa, Swiss. Sejak tahun 1920 sampai
tahun 1965, kepala Biro Keramukaan sedunia dipegang berturut-turut
oleh Hubert Martin (Inggris), Kolonel J.S. Wilson (Inggris), Mayjen D.C.
Spry (Kanada). Pada tahun 1965, D.C. Spry di ganti oleh R.T. Lund dan
sejak tanggal 1 Mei 1968 sampai sekarang sekjen pramuka dipegang oleh
DR. Lasza Nagy.
3. Sejarah Pramuka Indonesia
Pendidikan kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi
pendidikan nasional yang penting karena merupakan bagian dari sejarah
perjuangan bangsa Indonesia. Mengutip dari buku yang ditulis oleh
Sarkonah (2012: 10-11) bahwa gagasan Baden Powell yang cemerlang
dan menarik tetang gerakan pramuka itu ahirnya menyebar ke berbagai
negara termasuk Netherland atau Belanda dengan nama Padvinder. Oleh
orang Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan didirikan organisasi
di Indonesia dengan nama NIPV (Netherland Indische Padvinders
Vereeninging atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia-Belanda) pada tahun
1916. Organisasi ini dikhususkan untuk pemuda-pemuda Belanda.
Indonesia dilarang untuk mengikutinya, karena Belanda merasa takut
organisasi ini menjadi wadah penampungan aspirasi terhadap
31
nasional di bentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk
kader pergerakan nasional.
Dengan adanya larangan pemerintah Hindia-Belanda menggunakan
istilah Padvindery maka K.H. Agus Salim menggunakan nama Pandu
atau Kepanduan. Dengan meningkatkan kesadaran Nasional setelah
Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti PK
(Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung menjadi
KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia).
Kemudian pada tahun 1931, terbentuklah PAPI (Persatuan Antar
Pandu Indonesia) yang berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia). Pada waktu pendudukan Jepang,
kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu banyak yang
masuk Keibodan, Seinedan dan PETA. Kemudian pada tanggal 28
Desember 1945 Kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi
kepanduan yang terhimpun dalam tiga federasi organisasi, yaitu IPINDO
(Ikatan Pandu Indonesia) berdiri tanggal 13 Desember 1951, POPPINDO
(Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) berdiri pada tahun 1954 dan
PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Kelemahan gerakan Kepanduan Indonesia dimanfaatkan oleh pihak
komunis agar menjadi gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di
negara komunis. Namun, kekuatan Pancasila dalam Perkindo
menentangnya dan dengan bantuan Perdana Menteri Ir. Juanda maka
32
Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs
Presiden RI yaitu Ir. Juanda. Di dalam Keppres ini gerakan pramuka oleh
pemerintah ditetapkan sebagai satu-satunya badan di wiayah Indonesia
yang diperkenankan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan
sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama sifatnya dengan
gerakan pramuka dilarang keberadaanya. Kemudian tanggal 05 April
1961 terbit lagi Keputusan Presiden RI No. 112 Tahun 1961 tentang
Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan
susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada 09 Maret
1961.
Selanjutnya, Sarkonah (2012: 11-12) menyatakan bahwa kelahiran
Gerakan Pramuka di Indonesia di tandai dengan segenap peristiwa yang
saling berhubungan, antara lain sebagai berikut:
a. Pada 09 Maret 1961 di istana negara, diadakan pidato
presiden/mandataris MPRS diharapkan para tokoh dan pimpinan
yang mewakili organisasi perpanduan di Indonesia. Peristiwa ini
disebut sebagai hari Tunas Gerakan Pramuka.
b. Diterbitkannya Keputusan Presiden No. 238 Tahun 1961, pada
tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan
gerakan pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang
ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak
dan pemuda Indonesia serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan
33
pengelola gerakan pramuka dalam mnjalankan tugasnya. Peristiwa ini
disebut sebagai hari Pemula Tahun Kerja.
c. Pada taggal 30 Jui 1961, di Istora Senayan Jakarta, diadakan
pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang
dengan Ikhlas meleburkan diri ke dalam organiasi gerakan pramuka.
Peristiwa ini disebut sebagai hari Ikrar Gerakan Pramuka.
d. Pada tanggal 14 Agusts 1961, di Istana negara dilakukan pelantikan
Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari yang diikuti oleh para anggota
pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului
dengan peganugerahan Panji-Panji Gerakan Parmuka. Peristiwa ini
sebagai Hari Pramuka.
Dalam pidato presiden pada tanggal 09 Maret 1961 juga
menggariskan agar pada peringatan proklamasi kemerdekaan RI Gerakan
Pramuka telah ada dan dikenal oleh mayarakat. Untuk itu, Keppres RI No.
238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya, yaitu para pengurus dan
anggota pramuka itu sendiri. Menurut Anggran Dasar Gerakan Pramuka,
pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional
(Mapinas) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
dan Kwartir Nasional Harian (Sarkonah, 2012: 12).
Pada taggal 14 Agustus 1961, secara resmi Gerakan Pramuka
diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Perkenalan ini bukan
hanya dilakukan di Jakarta saja, akan tetapi di kota besar seluruh
34
mengadakan apel besar yang diikuti dengan pawai di depan Presiden dan
berkeliling Jakarta. Selanjutnya, setiap tanggal 14 Agustus dan setiap
tahunnya diperingati sebagai Hari Gerakan Pramuka (Sarkonah, 2012:
13).
4. Motto Gerakan Pramuka
Motto gerakan pramuka di Indonesia adalah “Satyaku
Kudharmakan, Dharmaku Kubaktikan”. Sarkonah (2012: 5) menjelaskan
bahwa Motto gerakan pramuka tersebut mengandung arti sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa percaya diri.
b. Menambah semangat pengabdian kepada masyarakat.
c. Memiliki rasa bangga terhadap pramuka.
d. Memiliki budaya kerja yang dilandasi dengan suatu pengabdian.
e. Siap mengamalkan Tri Satya dan Dasa Dharma.
Oleh karena itu, anggota pramuka diharapkan mampu untuk
menerapkan motto gerakan pramuka, Sehingga tujuan dari gerakan
pramuka dapat tercapai.
5. Kode Kehormatan Pramuka
Kode etik gerakan pramuka adalah suatu kode kehormatan di mana
kita mengakui adanya Tuhan yang Maha Esa, Negara Kesatun Republik
Indonesia, dan Pancasila sebagai lambang negara. Setelah itu, kode etik
tersebut harus diamalkan untuk menolong sesama manusia yang
dibuktikan dengan membangun bersama-sama masyarakat. Kode ini
35
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (Sarkonah 2012:
33-34). Kode kehormatan gerakan pramuka, yaitu sebagai berikut:
a. Tri Satya (Satya Pramuka)
Tri berarti tiga dan satya berarti janji. Tri satya dapat diartikan
sebagai tiga janji yang harus dilakukan oleh setiap anggota pramuka
dalam kehidupan sehari-hari. Sarkonah (2012: 33) menuliskan di
dalam bukunya yang berjudul Panduan Pramuka (Penggalang) bahwa
isi dari Tri Satya, adalah sebagai berikut:
Tri Satya
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh:
1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila.
2) Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun
masyarakat.
3) Menepati Dasa Dharma.
b. Dasa Dharma (Dharma Pramuka)
Dasa berarti sepuluh, sedangkan dharma berarti bakti. Dasa
dhrma dapat diartikan sebagai sepuluh kebaktian yang harus
diamalkan bagi setiap anggota pramuka dalam kehidupan sehari-hari
(Sarkonah, 2012: 34). Setyawan (2009: 165) menjelaskan bahwa dasa
dharma pramuka adalah ketentuan moral untuk setiap anggota
36
yang berisi nilai-nilai yang harus menjadi tolak ukur manusia. Dasa
dharma setiap tingkatan adalah sama, yaitu terdiri dari:
1) Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
Pada hakikatnya taqwa merupakan usaha seseorang yang
sangat utama dalam pekembangan hidupnya. Pengertian taqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa tidak dapat dipisahkan dari
pengertian moral, budi pekerti dan akhlak. Moral, budi pekerti dan
akhlak adalah sikap yang digerakkan oleh jiwa yang menimbulkan
tindakan dan perbuatan manusia terhadap Tuhan, terhadap sesama
manusia, sesama makhluk dan terhadap diri sendiri (Setyawan,
2009: 169-170).
Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Baqarah ayat 233:
“...Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
Memperdalam dan memperkuat iman seorang siswa kepada
Tuhan tidak cukup hanya melalui pengejaran lisan maupun tertulis
saja. Namun, harus ada wujud nyata dalam tingkah laku
kehidupannya. Setyawan (2009: 172-173) menjelaskan bahwa
dalam mengembangkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa
dapat dilaksanakan dalam segala kegiatan kepramukaan, mulai
37
untuk menambah keimanan siswa daam pendidikan kepramukaan
yaitu:
a) Menanamkan sifat jujur, patuh, setia dan tabah.
b) Menuntun siswa untuk melaksanakan ibadah.
c) Menghormati orang lain
d) Menyelenggarakan peringatan hari besar agama
e) Menyelenggarakan ceramah keagamaan.
Jika siswa sudah terbiasa demikian, maka akan berkembang
menjadi pribadi yang baik, berbudi luhur serta akan berguna bagi
sesama, masyarakat, bangsa dan negaranya. Semua itu tidak lain
didasarkan pada ketaqwaannya kepada Tuhan.
2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
Seorang pramuka wajar dan pantas secara alamiah
melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa
dan tumbuh-tumbuhan), kasih sayang sesama manusia dan sesama
hidup serta menjaga kelestariannya (Setyawan, 2009: 174). Dalam
hal ini, perlu dibangun watak utama seperti tidak mementingkan
diri sendiri, menghargai orang lainmeskipun tidak sebangsa dan
seagama. Rasa cinta dan kasih sayang tersebut diharapkan dapat
menggugah rasa dekat dengan Tuhan. Seperti firman Allah dalam
38
langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, Padahal kamu mengetahui.”
Ayat di atas menjelaskan tentang karunia yang sangat besar
yan diberikan oleh Allah Swt kepada kita. Untuk itu kita harus
selalu bersyukur kepada-Nya. Setiap anggota pramuka harus
memiliki watak kepribadian luhur serta memiliki sifat penyayang.
Dharma ini dapat diwujudkan melalui:
a) Bakti masyarakat, seperti menanam pohon, membantu
menangani bencana dan sebagainya.
b) Menyayangi sesama ciptaan Allah Swt.
3) Patriot yang sopan dan ksatria
Setyawan (2011: 176-177) menjelaskan bahwa seorang
pramuka adalah putra yag baik berbakti, setia, siap siaga membela
tanah airnya, sopan, berani dan jujur. Seorang pramuka yang
mematuhi dharma ini, bersama-sama satu sikap mempertahankan
tanah airnya, menjunjung tinggi martabat bangsanya.
39
“dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
Alangkah lebih sopan bila kita menjadi orang yang jujur
tapi lebih jujur lagi bila kita menjadi orang yang sopan
Dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pendidikan
kepramukaan dapat diterapkan dengan cara:
a) Memahami dan mengamalkan lambang negara, lagu
kebangsaan dan nilai-nilai luhur bangsa.
b) Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi.
c) Membiasakan diri berani mengakui kesalahan dan
membenarkan yang benar.
4) Patuh dan suka bermusyawarah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 768, 837)
disebutkan bahwa musyawarah adalah pembahasan bersama
dengan maksud membuat keputusan dalam menyelesaikan
masalah sedangkan patuh adalah suka menaati sesuatu yang telah
40
yang otoriter dan semau sendiri. Dalam setiap gerak dan tindakan
yang menyangkut orang lain, seorang demokrat berbincang
dengan orang lain baik dengan orang-orang yang terikat dalam
pekerjaan atau dalam bentuk-bentuk organisasi.
Seperti firman Allah dalam Q.S Ali Imran ayat 132:
“dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sebagai
ciptaan-Nya, kita harus patuh (taat) kepada-Nya. Patuh berarti bersedia
dan siap menjalankan sesuatu yang sudah ditetapkan, terlebih
dalam hal musyawarah (diskusi bersama untuk saling
menghormati pendapat orang lain). Dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam pendidikan kepramukaan dapat diterapkan dengan
cara:
a) Membiasakan diri untuk berjanji mematuhi
peraturan-peraturan yang ada.
b) Belajar mendengar pendapat orang, menghargai gagasan orang
lain.
c) Membiasakan diri untuk bermusyawarah sebelum
melaksanakan suatu kegiatan (misalnya akan berkemah,
41 5) Rela menolong dan tabah
Rela menolong berarti melakukan perbuatan baik untuk
kepentingan orang lain yang kurang mampu, sedangkan tabah atau
ulet adalah suatu sikap jiwa tahan uji, artinya meskipun seseorang
mengetahui bahwa menjalankan tugasnya akan menghadapi
kesulitan tetapi ia tidak mundur dan tidak ragu untuk
melakukannya (Setyawan, 2009: 178-179).
Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat 2:
“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Melalui ayat tersebut, Allah Swt menganjurkan umat
manusia, termasuk anggota pramuka untuk menolong orang yang
mmbutuhkan pertolongan dan membiasakan diri untuk mengatasi
segala masalah dalam kehidupannya.
6) Rajin, terampil dan gembira
Sarkonah (2012: 40-41) menjelaskan bahwa rajin yaitu
berusaha dengan tekun, tertib mengembangkan diri dan
melaksanakan tugas tanpa merasa terbebani. Terampil artinya
42
selalu mengharapkan pertolongan orang lain. Selain itu, setiap
anggota pramuka harus mampu mengerjakan suatu tugas dengan
cepat dan tepat dengan hasil yang baik. Gembira artinya setiap
anggota pramuka harus selalu menjaankan kehidupan yag lebih
baik. selain itu, anggota pramuka harus bisa mengatasi segala
kesulitan, rintangan dan hambatan agar cita-cita dapat terwujud.
Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Fushillah ayat 30:
”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
Dalam kehidupan sehari-hari dapat, dharma ini dapat
diterapkan dengan cara:
a) Membiasakan dengan menyusun jadwal kegiatan sehari-hari.
b) Membuat hasta karya sendiri.
43 7) Hemat, cermat dan bersahaja
Selanjutnya, Setyawan (2009: 181-184) menjelaskan bahwa
hemat bukan berarti “kikir”, tetapi lebih terarah pada dapatnya
seorang pramuka melakukan dan menggunakan suatu secara tepat
menurut kegunaannya. Cermat lebih berarti “teliti”. Sikap laku
seorang pramuka harus senantiasa teliti baik terhadap dirinya
sendiri (intropeksi) maupun yang datangnya dari luar dirinya
sehingga ia senantiasa waspada. Bersahaja lebih berarti sederhana.
Ia harus dapat menyerasikan antara keinginan dan kemampuan.
Bersahaja juga dapat berarti keberanian untuk menyatakan sesuatu
yang sebenarnya.
Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-Hujurat ayat 6:
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”Dalam kehidupan sehari-hari dharma ini dapat diterapkan
dengan cara:
a) Tidak ceroboh.
44
c) Bekerja berdasarkan manfaat dan rencana.
8) Disiplin, berani dan setia
Disiplin berarti patuh dan mengikuti aturan atau norma
yang ada, sedangkan berani merupakan suatu sikap mental untuk
bersedia menghadapi segala sesuatu masalah dan tantangan yang
dihdapi. Adapun setia berarti tetap pada suatu aturan atau norma
Sarkonah (2012: 42).
Seperti firman Allah Swt dalam Q.S Al-„Asyr ayat 1-3:
“1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian. 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa seseorang,
termasuk anggota pramuka harus berbuat berdasarkan
pertimbangan dan nilai sesuai dengan hati. Dalam kehidupan
sehari-hari dharma ini dapat diterapkan dengan cara:
a) Berusaha untuk mengendalikan dan mengatur diri sendiri (self
dicipline).
b) Belajar untuk menilai kenyataan bukti dan kebenaran suatu
keterangan (informasi).