• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR'AN - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR'AN - Test Repository"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Dalam Ilmu Tarbiyah

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqasah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, September 2009

Penulis

HERU MULYANTO N IM : 111 05 036

(3)

Lamp : 3 Eksemplar Hal : Naskah skripsi

Sdr. Heru Mulyanto Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatiga

di SALATIGA

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini

kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Heru Mulyanto

NIM : 11105 036

Program Studi: Pendidikan Agama Islam ( PA I)

Judul : STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID QUTHUB

DALAM TAFSIR FI ZHILALIL QUR’AN

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Salatiga, 28 Agustus 2009

C

Pembimbing

Dr. H. M uh. S a e r o zi. M .A g NEP. 19660215 199103 1 001

(4)

P E N G E S A H A N K E L U L U S A N

Skripsi saudara HERU M ULY A N TO dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 05 036 yang berjudul “ STR A TEG I P E N D ID IK A N TAUH ID SA Y Y ID Q U TH B D A L A M TA FSIR FI Z H IL A L IL Q U R 'A N “, telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(.STAIN) Salatiga pada tanggal 12 September 2009 dan telah diterima sebagai bagian

dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I).

Salatiga, 12 September 2009 M 22 Ramadhan 1430 H

Dewan Penguji

Dr. H, M uh. S a e r o z i. M ,A g NIP. 19660215 199103 1 001

(5)

Sekarang Atau tidak Sama Sekali

Aku adalah segalanya, tapi dibalik segalanya

m asih ada Dia pem ilik segalanya

Melakukan sesuatu hal yang kita anggap benar

bukan berarti kebenaran itu menjadi hukum

pembenar bagi orang lain. Karena kebenaran itu

adalah sesuatu yang kita yakini dan kita lakukan

sendiri, bukan untuk di kekalkan.

Kesatuan antara dzikir fikir dan amal shaleh

menjadi cerminan seseorang untuk memberikan

tanda pada dirinya sendiri

(6)

1. Bapak dan Ibu yang selalu menyayangi dan kusayangi.

Beliau berdua yang telah mengorbankan banyak hal untuk kebutuhan hidupku.

Baik perasaan maupun materi. Sampai berakhirnya masa study Strataku.

Tidak pernah menghaangiku untuk menemukan hal baru yaitu melakukan

proses pencarian pengetahuan di luar study sampai mereka kehilangan jejak

prosesku. Namun akan bertemu pada rasa kasih sayang dan perhatian sampai

kapanpun.

2. Kakakku Tri Puji Rahayu dan adikku Dhanik Andri Astuti dan kedua jagoan

mungilnya: Zulfa dan Z aky.

3. Keluarga besar dan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Komisariat Joko Tingkir, Cabang Kota Salatiga dan Koordinator Cabang Jawa

Tengah yang selalu menemani proses berpengetahuan dan berelasi untuk

memaknai kenyataan.

4. Lembaga intra kampus; Racana Nagasandhi, Mapala Mitapasa, dan LDK

Darul Amal yang pernah kusinggahi untuk menyalurkan kehausan minat

berorganisasi

3. Sahabat-sahabati setiaku yang tanpa kuperhatikan tetap saja memberikan apa

yang dimiliki

6. Semua orang yang pernah aku sakiti dan aku repoti perasaan, tenaga, dan

pikiran dalam hal apapun baik disengaja maupun tidak.

7. Khusus teruntuk istriku tercinta RAPID DARAJATI yang berani membuat

keputusan untuk beijuang bersamaku dalam kehidupan ini. Yang memberiku

kebahagiaan dengan ketulusan dan kasih sayangnya.

8. Untuk buah hatiku Najwa Syaakira Balqis yang menjadi penyemangat

hidupku.

(7)

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan kenikmatan yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul "STRATEGI PENDIDIKAN

SAYYID QUTHB DALAM TAFSIR FIZHILALIL QUR’AN".

Mengingat kemampuan penulis masih belum sempurna, maka di dalam

penyusunan skripsi ini mungkin akan ditemui banyak kekurangan. Oleh karena itu

penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan dan saran-

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Adapun yang menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk

memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama

Islam dalam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, maka bersamaan dengan selesainya skripsi ini

perkenankanlah penulis menghanturkan rasa terima kasih terutama kepada yang

terhormat:

1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

2. Dr. H. M. Saerozi, M.Ag, selaku Pembantu Ketua Bidang Akademik

3. Drs. Fathurrahman. M.Pd selaku ketua program studi Pendidikan Agama

Islam.

4. Dr. H. M. Saerozi, M.Ag, selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi

ini yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya

dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.

(8)

8. Kakak adikku tercinta

9. Keluarga besar %$<P yang telah membantu menyelesaikan tulisan skripsi saya.

Akh^nya penulis hanya dapat berdoa kepada Allah SWT, semoga semua amal baik bantuan yang telah diberikan kepada penulis senantiasa mendapat

balasan yan<3 berlipat ganda dan selalu mendapatkan hidayah serta ridho dari-Nya.

Amin.

Wassalamir' alaikum wr. wb

Salatiga, September 2009 Penulis

(9)

D E K L A R A S I...

NO TA P E M B IM B IN G ...

P E N G E S A H A N ... ... ...

M O T O ___________________________________________________

P E R S E M B A H A N ... ... ...

K ATA P E N G A N T A R _____________________________________

D A FTA R ISI ••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

B A B I : PENDA H U LU AN ••••••••••••«••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••a**

A. Latar Belakang M asalah ______________________

B. Fokus P en elitian ______ •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••a

C. Rum usan M a sa la h ____________________________ D. Tuj uan ..._________ ... 1. Latar Belakang Penulisan ...

2. Struktur Tafsir dan C iri-cirin ya...

BA B III: AY A T-A Y A T STRATEGI PENDIDIKAN TA UH ID

A. Pengertian Strategi Pendidikan T a u h id ...

B. Ayat-ayat Strategi Pendidikan Tauhid...

(10)

B. Relevansi Strategi Pendidikan Tauhid... 54

C. K arakteristik Strategi Pendidikan Tauhid Sayyid Q uthb.... 60

1. Berpedoman Pada Al Q ur’an dan H ad ist... 60

2. Jelas dan S ederhana... 63

3. Relevan Dengan Z am an ... 65

BAB V : PENUTUP... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran dan K ritik ... 70

DAFTAR PUSTAKA... 72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

\ ' \

(11)

B A B I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21 ini, umat Islam belum beranjak dari tidur

panjangnya. Umat Islam masih menjadi obyek tidak berdaya dari kekuatan

global kapitalisme. Umat yang banyak tetapi tidak begitu bermakna dalam

dinamika perubahan dunia karena peran sejarah mereka yang kurang

diperhitungkan. Sebuah ironi memilukan yang teijadi sejak empat abad

silam. Setelah kekuasaan Turki Usmani runtuh pada abad ke-17, Islam dan

umatnya benar-benar terpuruk secara sosial, politik, dan militer.

Kelumpuhan secara intelektual telah menyebabkan mereka selama waktu

yang panjang menjadi tawanan sejarah. Mereka teijajah, hanya satu dua

negara muslim saja yang bebas dari penjajahan, itu pun kondisinya sangat

terbelakang.1

Kini umat Islam identik dengan kebodohan, kemunduran,

keterbelakangan, dan kemiskinan. Kondisi obyektif tidak memungkiri

pendapat ini. Mayoritas negara-negara berkembang yang berpenduduk Islam

adalah negara-negara miskin dan terbelakang dengan tingkat kesejahteraan

dan income per kapita yang di bawah standar. Belum lagi sebagian besar

mereka masih dikuasai oleh penguasa-penguasa otoriter setelah

'Abdurahman Assegaf, Pendidikan Islam D i Indonesia, Suka Press, Yogyakarta, 2007, him. 12

(12)

terbentuknya negara-negara bangsa (nation state). Lembaga-lembaga

internasional yang diharapkan menjadi wadah kekuatan negara-negara Islam

seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI) masih terlalu lemah untuk

menunjukkan taringnya di hadapan dunia Barat. Persaudaraan intern umat

menjadi hancur oleh berbagai kepentingan sempit dan permusuhan.

Selain itu, Islam bahkan menjadi ikon dari kekerasan dan terorisme.

Fenomena runtunnya gedung kembar WTC dan penyerangan Amerika ke

Afganistan menggambarkan stigma ini. Sayangnya, stigma ini terlanjur

diamini oleh banyak kalangan, termasuk dunia Islam sendiri. Dengan

demikian, lengkaplah penderitaan sebuah umat yang dilahirkan Muhammad

berabad-abad silam.

Dalam kondisi inilah, kemudian banyak kalangan gerakan dan

intelektual Islam yang mencoba membangun kembali semangat yang pernah

hilang. Semangat dan cita-cita untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Semangat ini coba digali lagi dari kekuatan tauhid. Doktrin tauhid yang

menjadi ruh kekuatan Islam tidak pernah hilang dari perjalanan sejarah,

walaupun aktualisasinya dalam dimensi kehidupan tidak selalu menjadi

kenyataan. Dengan kata lain, kepercayaan kepada ke-Esa-an Allah belum

tentu terkait dengan perilaku umat dalam kiprah kesejarahannya. Padahal,

pada zaman Rasulullah (610 - 632 M) tauhid menjadi senjata yang hebat

dalam menancapkan pilar-pilar kesejarahan Islam.2

‘ Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkembangan Hukum Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, him. 19

(13)

Pendidikan tauhid harus diberikan mendahului pendidikan disiplin

ilmu yang lain. Bahkan, pendidikan tauhid seharusnya mendasari

pendidikan ilmu pasti, ilmu sosial dan politik, sains dan teknologi, ilmu

ekonomi, biologi, olahraga, dan sebagainya. Pendidikan adalah proses

sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, dan moral sesuai

kemampuan dan martabat manusia.3

Para pelaku pendidikan semestinya juga bisa menjadikan pendidikan

tauhid sebagai dasar untuk menjalankan setiap ragam kurikulum pendidikan.

Pendidikan tauhid, haruslah menyentuh unsur kognisi (pengetahuan) anak

didik untuk mempercayai tentang kesempurnaan dan keesaan Allah SWT.

Selain itu, pendidikan tauhid juga seharusnya menyentuh aspek afeksi

(sikap), sehingga setiap anak didik bisa melakukan pengabdian kepada

Allah SWT.4

Pendidikan tauhid seharusnya juga menyentuh unsur keterampilan.

Keterampilan berbasis tauhid menuntun seorang anak didik menjadi bisa

berterima kasih kepada orang tuanya, senang melakukan kebaikan, rajin,

serta disiplin mendirikan shalat, dan sebagainya. Singkatnya, keterampilan

tersebut akan mengarahkan anak didik untuk menjalankan segala kebaikan

dan menjauhi segala keburukan. Agar pendidikan tauhid itu beijalan efektif

dan tidak menyimpang, sebaiknya dilakukan dengan metode yang benar lagi

tepat.

3 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, him. 55

4 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam, Erlangga, Jakarta, 2005, him. 249

(14)

Sayyid Quthb (1960-1966) dikenal sebagai kritikus sastra, novelis,

penyair, pemikir Islam, aktivis Mesir paling terkenal pada abad ke-20, dan

tokoh gerakan Ikhvvanul Muslimin. Sebagai tokoh pemikir muslim, ia dapat

disejajarkan dengan pemikir Turki, Badi’uzzaman Sa’id Nursi (1873-1960);

pemikir Pakistan, Abui A’la Maududi (1903-1979); pemikir Iran, Ali Syariati

(1933-1977).5 Ia disebut sebagai salah seorang perintis zaman baru Islam dan

syuhada kebangkitan Islam.6 7

Pengaruh Sayyid Quthb menyebar ke seluruh penjuru dunia Islam melalui

tulisan-tulisannya, yang banyak mengilhami mantan anggota dan simpatisan

Ikhvvanul Muslimin. Pengaruh Sayyid Quthb semakin besar ketika dia mati di

tiang gantungan. Hal itu pula yang membuat tulisannya menjadi penting.'

Pengaruh Quthb terjadi karena Sayyid Quthb menyerukan agar ada

rekonstruksi dan regenerasi spiritual, agar setiap orang memperhatikan

keshalihan imannya dan memperhatikan keselarasan antara iman dan perilaku

hidup.8

Menurut Quthb konsep dasar pendidikan Islam yang pertama adalah tauhid

beserta pengertian tentang hakikat dan sifat-sifat Allah. Kebiasaan untuk

bertauhid perlu ditanamkan agar anak-anak didik dalam langkah ke depan

menyadari bahwa Allah maha kuasa, dan karena kemahakuasaan Allah itu,

5 Muhammad Chirzin, Jihad Menurut Sayyid Quthb Dalam Tafsir Zhilal, Era Intermedia, Solo, 2001, him. 9

6 Charles Tripp, Para Perintis Zaman Baru Islam, Terj. Ilyas Hasan, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, him. 175

7 Ibid., him. 176 8 Ibid, him. 179

AI'

(15)

hanya Aliahlah yang patut disembah. 9 Dengan kebiaasaan bertauhid akan

tumbuh generasi yang sadar sifat ilahiah.

Menurut Sayyid Outhb. bermacam-macam dan berwarna-warna

kemusyrikan di lakukan oleh orang-orang yang mengaku mentauhidkan Allah

dan menyerahkan diri kepada-Nya. Manusia saat ini membuat berhala-berhala

yang mereka namakan dengan ”uang”, ”atasan”,”budaya” dan sebagainya,

yang tidak lebih sebagai berhala-berhala yang tidak bertubuh seperti berhala-

berhala tradisional yang dibuat oleh para penyembah berhala.10 Sesungguhnya

yang berubah hanyalah patung-patung dan berhalanya saja, sebagaimana

syiar-syiar dan upacara-upacaranya mengalami pembaruan. Sedangkan sifat

kemusyrikan dan hakikatnya tetap berada di balik bentuk-bentuk dan syiar-

syiar yang berubah itu.11

Berdasarkan hal di atas, dan begitu besarnya perhatian dan usaha yang

dicurahkan Sayyid Qutb untuk menampilkan dan mengembalikan ajaran Islam

ke Tauhid yang mumi. Maka, penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang

berjudul “KONSEP STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID SAYYID

QUTHBDALAM TAFSIR FIZHILALIL QUR’A N ”

9 Op. Cit. him. 55

10 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur 'an, Terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Press. Jakarta, 2001, jilid V, him. 76

" Ibid., him. 77

(16)

B. Fokus Penelitiaan

Fokus penelitian ini adalah tentang strategi pendidikan Tauhid dalam

Tafsir F i Zhilalil Qur ’an, yaitu strategi Sayyid Quthb membuat masyarakat

muslim sadar bahwa Tauhid adalah fondasi bagi kehidupan umat manusia

terutama dalam bidang pendidikan.

C. Rumusan Masalah

Berdasar dari latar belakang di atas, maka dapat di ambil beberapa

pokok permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut, antara lain :

1. Bagaimana biografi intelektual dan sosio-kultur Sayyid Quthb ?

2. Bagaimana konsep strategi pendidikan tauhid Sayyid Quthb dalam tafsir

F i Zhilalil Qur ’an ?

3. Bagaimana relevansi konsep strategi pendidikan tauhid tersebut dalam

pendidikan Islam ?

D. Tujuan

Dengan mengungkapkan uraian diatas, maka tujuan penulisan skripsi

ini ad alah :

1. Mengetahui sosok Sayyid Quthb, mulai dari biografi Intelektual sampai

latar belakang sosio-kultumya.

2. Menegetahui konsep strategi pendidikan tauhid Sayyid Quthb dalam tafsir

F i Zhilalil Qur 'an.

3. Mengetahui implementasi konsep strategi pendidikan tauhid dalam

pendidikan Islam

(17)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah

memberikan sumbangan informasi dan dapat memperkaya cakrawala tentang

pemikiran konsep strategi pendidikan tauhid yang relevan demgan derap

zaman.

F. Telaah Pustaka

Penulis belum menemukan tulisan yang secara khusus membahas dan

mengupas secara komperhensip tentang strategi pendidikan Tauhid menurut

Sayyid Quthb. Sejauh yang penulis ketahui, kajian tentang pemikiran Sayyid

Quthb sendiri telah di diangkat sebagai disertasi oleh M. Chirzin12 13 tetapi

dengan sudut pandang yang lain.

Hal yang perlu dicatat adalah, penelitian tentang pemikiran Sayyid

Quthb yang di paparkan di sini merupakan penelitian yang hanya difokuskan

pada “Konsep strategi pendidikan tauhid Sayyid Quthb Dalam Tafsir F i

Zhilalil Q u r’an".

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Library Reseach, yaitu penelitian yang

dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber literatur perpustakaan.

12 Jihad Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsir Fi Zhilal, Era Intermedia, Solo, 2001

13 Mestika Zed, Metodologi Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, him. 86

(18)

Obyek penelitian digali lewat beragam informasi kepustakaan (buku,

ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen).13

2. Sumber Data

Sumber-sumber yang di pergunakan penulis dalam penelitian ini

tidak langsung memakai tulisan asli Sayyid Quthb dengan menggunakan

bahasa asli, tetapi mengunakan data berbahasa Indonesia yang diperoleh

dari teijemahan pemikiran Sayyid Quthb.

Adapun sampel ayat yang digunakan penulis adalah Al Baqarah

ayat 255, surat Ali Imran ayat 6 dan 26, surat Al An ’am ayat IS, 56, 161,

163, 164 dan 165, surat Yunus ayat 32, 104-105, surat An Nahl ayat 51,

surat Taha ayat 28, surat AN-Naml ayat 26, surat Ar-Rum ayat 30, surat

Az Zumar ayat 14, surat Ass-Sahffat ayat 4, Az-Zukhruf ayat 82 dan 84,

At-Taqabun ayat 13, surat Al Kafirun ayat 1-6, dan A l Ikhlas ayat 1-4.

Penulis juga mengambil sumber tulisan penunjang yang temanya

sama dengan tema yang penulis angkat. Adapun sumber tersebut adalah :

a) Sayyid Quthb, Fikih Pergerakan Sayyid Quthb, Aku Wariskan Untuk

Kalian A13 14

b) K. Salim Bahnasawi, Butir-Butir Pemikiran Sayyid Quthb ,15

13 Mestika Zed. Metodologi Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2004, him. 86

14 Uswah. Yogyakarta. 2008. 15 Gema Insani, Jakarta, 2003.

(19)

3. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis mengunakan analisis isi, Content

Analysis, yaitu analis terhadap makna yang terkandung dalam gagasan

Sayyid Quthb, termasuk bagimana ide gagasan itu muncul, dan apa yang

melatar belakangi ide itu dimunculkan. Analisis ini juga bertumpu pada

metode analisis Deskriptif, yaitu dengan cara menguraikan masalah yang

sedang di bahas secara teratur mengenai seluruh konsepsi pandangan

tokoh yang bersangkutan.16 Metode ini digunakan sebagai pendekatan

untuk menguraikan dan melukiskan pandangan tokoh tersebut dan untuk

menjelaskan suatu fakta (pandangan), yaitu benar atau salah, Analisis ini

bertolak pada Hermenuetika, yaitu bagaimana mecari penjelasan, arti,

makna teks (nash) dalam rangka memahami jalan pikiran pengarang atau

sesuatu yang disebut dalam teks.17

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memudahkan pembahasan dan penelaahan yang jelas dalam

membaca skrpsi ini, maka di susunlah sistematika penulisan skripsi ini secara

garis besar sebagai b erik u t:

BAB I : Bab ini merupakan bab pembuka, atau bab pendahuluan. Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat hasil penelitian, telaah pustaka, fokus

16Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, M etodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta, Kanisius, 1990, him. 65

17 Mestika Zed, op.cit., him. 86

(20)

BAB

n

BAB III

BAB IV

BAB V

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

skripsi.

: Dalam bab ini membahas tentang riwayat hidup Sayyid

Quthb, yang meliputi biografi Sayyid Quthb, setting sosio­

kultural, pendidikan Sayyid Quthb dan karir akademik,

karya-karya tulisan sehingga memunculkan pendidikan

Tauhid.

: Bab tiga ini membahas pengertian Strategi Pendidikan,

Tauhid dan ayat-ayat Al Qur’an tentang Strategi

pendidikan tauhid dalam Tafsir Fi Zhilal Qur an.

: Pada bab ini membahas bagaimana implementasi

pemikiran Sayyid Quthb dalam strategi pendidikan tauhid,

untuk mengantisipasi budaya jahiliah modem yang ada

dalam masyarakat, guna mewujudkan masyarakat yang

ideal menurut Islam

: Bab ini merupakan bab terakhir, yang terdiri dari

kesimpulan, saran-saran dan penutup

(21)

BAB

n

BIOGRAFI SAYID QUTHB

DAN LATAR BELAKANG SOSIO-KULTURAL PEMIKIRANNYA

A. Biografi

Sayyid Quthb (1906-1966) lahir di Musha,Asyut, Mesir. Putra Ibrahim

Husain Sadhili. Bentuk tubuhnya kecil, kulitnya hitam, dan bicaranya lembut.

Oleh teman-teman sezamannya ia dikenal sangat sensitif, serius, dan

mengutamakan persoalan, tanpa rasa humor. Kesuraman dan kerumitan yang

dihadapinya, menjadi faktor yang membuatnya lebih peka terhadap apa yang

dialaminya. Ia seorang tokoh yang mempunyai bakat-bakat intuitif. Ia di nilai

oleh Charles Tripp sebagai salah seorang penulis kontemporer yang terus

terang, apresiasi alqurannya estetis, ramah dengan masyarakat seputarnya di

mesir, serta mempunyai pengalaman langsung atas kerusakan selama dua

tahun tinggal di amerika serikat.1

Sayyid Quthb hidup di Mesir ketika perbedaan pikiran dan debat di

lingkungan kerajaan tunduk kepada pemikiran Nasserisme. Ia menyaksikan

pergantian gerakan untuk bebas dari kendali Inggris, juga debat dan konflik di

kalangan orang Mesir mengenai masa depan negeri mereka sendiri. Pada

1 Charles Tripp, Para Perintis Zaman Baru Islam, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, him.

(22)

sekitar tahun 1930 dan 1940, ia terlibat dalam debat mengenai upaya

perbaikan kondisi masyarakat Mesir. Fokus diskusinya banyak berada di

seputar pertanyaan : apa yang sebenarnya perlu di ubah untuk mewujudkan

perbaikan yang diperlukan? Charles Tripp mengidentifikasikan Quthb sebagai

seorang moralis dalam memasuki debat tersebut, la mencela kemorosotan

moral orang-orang di seputar dirinya dan berusaha memahami penyebab

kemerosotan tersebut, serta mendesak agar lebih menyadari norma akhlak

yang dikaitkan dengan kehidupan yang baik.2 *

Pada saat yang sama ia terpengaruh kecenderungan umum untuk

mengkaji ulang tema-tema Islam yang pada waktu itu merupakan tema-tema

di kalangan terpelajar Mesir. Kajiannya atas tamsil yang digunakan dalam Al-

Qur’an menunjukan suatu upaya untuk kembali kepada warisan Islam secara

eksplisit. Pada masa tersebut moralisasi Sayyid Quthb berdasar pada akhlak

Islam, pada periode 1960-an, ia mengembangkan gagasan tentang perlunya

revolusi total. Seperti di nyatakan Sagiv, Sayyid Quthb memulai kariernya

sebagai seorang pengarang dan dan jurnalis sekuler. Selama 1940-an ia mulai

berubah arah dan menulis sejumlah buku tentang penafsiran Al-Qur'an.J

Pada tahun 1929, ia menempuh kuliah di Dar Al-Ulum dan

memperoleh gelar sarjana muda pendidikan pada tahun 1933. ialu bekerja

sebagai pengawas sekolah pada Departemen Pendidikan. Sayyid Quthb

banyak dipengaruhi pemikiran Abbas Mahmud Al-Aqqad yang cenderung

(23)

pada pendekatan Barat. Ia sangat berminat pada sastra Inggris dan segala

sesuatu yang dapat diperolehnya dalam bentuk terjemahan.4

Pada tahun 1949 ia mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat untuk

memperdalam pengetahuanya di bidang pendidikan selama 2 tahun, yakni di

Wilson’s Teacher’s College di Washington, Grelly College di Colorado dan

Stanford University di California. Di sana ia menyaksikan dukungan yang

begitu luas pers Amerika untuk Israel. Ini menimbulkan kepahitan pada

Sayyid Quthb dan tidak dapat disembunyikan untuk selama-lamanya. Selain

mengunjungi beberapa kota besar di Amerika Serikat, ia sempat pula

berkunjung ke Inggris, Swiss dan Italia. Pengalaman di Amerika serikat

memperluas wawasan pemikirannya mengenai problema-problema sosial

kemasyarakatan yang di timbulkan oleh paham materialisme yang gersang

dari roh ketuhanan. Quthb semakin yakin bahwa hanya Islam yang sanggup

menyelamatkan manusia dari paham materialisme, sehingga terlepas dari

cengkeraman materi yang tak pernah terpuaskan.5

Sayyid Quthb kembali dari Amerika Serikat saat berkembang krisis

politik di Mesir yang kemudian menyebabkan teijadinya kudeta militer pada

Juli 1952. Sayyid Quthb menjadi sangat anti AS dan anti Barat. Ia meniadi

salah seorang pendukung pemberontakan Nasser, tetapi akhirnya berbalik

menentangnya ketika Nasser mulai menyiksa orang-orang ikhwan. Di bawah

pengaruh karya-karya pemikir Islam dari pakistan, Al-Maududi, Sayyid Quthb

menjadi lebih ekstrem, sampai pada tingkat mengutuk masyarakat secara

4 Ibid., him. 31

5 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur'an. Pustaka Insan Madani, Yogyakarta, 2008, him. 182

(24)

keseluruhan dengan menyebutnya Jahiliah Jadidah atau jahiliah modem. Ia

secara terbuka dan jujur menyerukan perlunya perubahan radikal dalam

kehidupan Islam. Intisari pemikirannya tercermin dalam bukunya M a’alim

fith-Thariq yang kemudian tak ubahnya sumpah setia bagi sejumlah organisasi

Islam militan.6

Pada tahun 1953, Sayyid Quthb mulai bergabung dengan Jama’ah Al-

Ikhwan Al-Muslimun, sampai tahun wafatnya di tiang gantungan tahun 1966.

Rentang masa itu sangat penting baginya karena itu ia pernah mengatakan

bahwa tahun 1951 adalah tahun kelahirannya. Sayyid Quthb bergabung

bersama Al-Ikhwan Al-Muslmun, dua tahun selah wafatnya Imam Hassan al-

Banna yang merupakan pendiri Al-Ikhwan pada tahun 1949. Mereka tidak

pernah bertemu muka, meski dilahirkan di tahun yang sama 1906, dan dididik

di tempat yang sama, di Darul Ulum.7

Pada 13 Januari 1954, Revolusi Mesir melarang Al-Ikhwan Al-

Muslimun. Para pimpinannya ditangkap karena dituduh sedang kudeta. Tanpa

bukti yang jelas, tujuh orang pimpinan tertinggi Al-Ikhwan dijatuhi hukuman

mati, termasuk Hasan Hudhaibi, Abdul Qadir Audah dan Syeikh Muhammad

Farghaii, ketua sukarelawan Mujahidin Ikhwan al-Muslimin di dalam Perang

Suez 1948. Tetapi hukuman terhadap Hasan Hudhaibi dirubah menjadi

penjara seumur hidup dan Sayyid Quthb dihukum penjara lima belas tahun

dengan kerja berat.8

6 Ibid., him. 33

7 K. Salim Bahsanawi, Butir-Butir Pemikiran Sayyid Quthb Menuju Pembaruan Gerakan Islam, Gema Insani, Jakarta, 2003, him. 18-19

8 Ibid., him. 36

(25)

Pada tahun 1964, Sayyid Quthb telah dibebaskan atas permintaan

pribadi Abdul Salam Arif, Presiden Iraq. Tapi Pemerintahan Revolusi Mesir

belum menerima pembebasan tersebut. Setelah Presiden Abdul Salam A rif

meninggal dalam satu musibah pesawat udara, Quthb ditangkap lagi pada

tahun berikutnya. Alasannya adalah karena Quthb dituduh kembali merancang

kudeta. Selain itu, Mahkamah Revolusi merujuk pada buku-buku Sayyid

Quthb terutama Maalim Fi At Thariiq, yang mendasari pernyataan seruan

revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang tidak berdasarkan Syari’at Allah.9

Pagi hari Senin, 29 Agustus 1966, Sayyid Quthb digantung bersama-

sama sahabat seperjuangannya, Muhamad Yusuf Hawwash dan Abdul Fatah

Ismail. Sejak saat itu Sayyid Quthb dikenal sebagai syuhada bagi kebangkitan

Islam.10

B. Setting Sosio-Kultural Pemikirannya

Sejak zaman kuno, 4.000 tahun SM, Mesir telah mempunyai peradaban

yang tinggi, sehingga dengan potensi geografis dan budayanya, ketika masuk

ke dalam wilayah Islam, Mesir segera menjadi daerah yang mempunyai

peranan penting dalam sejarah perkembangan Islam, baik pada zaman pra

modem maupun pada zaman modem. Peranan yang dimainkan Mesir dalam

sejarah perkembangan Islam tampak dalam berbagai bidang, misalnya bidang

(26)

politik berupa perluasangan daerah Islam, bidang ilmu pengetahuan,

pendidikan, dan kebudayaan."

Pada masa pemerintahan Dinasti Fathimiyah (909-11710), Kairo telah

menjadi pusat intelektual muslim dan kegiatan ilmiah dunia Islam. Di sana

berdiri universitas tertua di dunia, Universitas Al-Azhar pada 22 juni 972.

Universitas tersebut mempunyai peranan penting dalam sejarah peradaban

Islam. Hingga kini universitas trsebut menjadi pusat pendidikan Islam dan

pertemuan puluhan ribu mahasiswa muslim yang dating dari seluruh dunia.11 12

Islam masuk ke daerah Mesir pada masa khalifah Umar Bin Khatab,

dibawah pimpinan Amr Bin Ash yang menjadi gubernur di sana pada 632-669

M. Pada masa selanjutnya Mesir secara berturut-turut diperintah oleh dinasti

Ummayah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Tulun (868-905), Dinasti Ikhsyd (935-

969), Dinasti Fathimiyah (909-1171), Dinasti Ayyubiyah (1174-1250) yang

ditandai dengan Perang Salib (1096-1273), dan Dinasti Mamluk (1250-1517).

Pada masa sesudahnya Mesir menjadi bagian dari kerajaan Turki Ustmani

(1517-1917).13

Periode modem Mesir, tahun 1800 dan seterusnya merupakan zaman

kebangkitan umat Islam. Mesir jatuh ketangan Barat dibawah pimpinan

Napoleon dari Prancis pada tahun 22 juli 1798. Napoleon datang ke Mesir

selain membawa tentara, juga membawa 500 kaum sipil dan 500 wanita.

Diantara mereka terdapat 167 ahli dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan,

11 Muhammad Chirzin, Jihad Menurut Sayyid Quthh Dalam Tafsir Zhilal, Era Intermedia, Solo, 2001, him. 19

(27)

dilengkapi dengan seperangkat alat percetakan. Peristiwa itu menginsafkan

dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat

telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi, yang merupakan ancaman bagi

Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana

meningkatkan kembali mutu dan kekuatan umat Islam. Pada periode modem

inilah timbul ide-ide pembaharuan dalam Islam.14

Gerakan pembaharuan itu dimulai sejak pemerintahan Muhammad Ali

Pasya (1765-1849), mantan perwira keturunan Turki kelahiran Yunani, yang

merebut kekuasaan dari kaum Mamluk pada saat kekosongan kekuasan politik

sepeninggal Prancis tahun 1801. la mengangkat dirinya sebagai Pasya yang

baru pada tahun 1805. Muhammad Ali Pasya mengadakan usaha alih ilmu

pengetahuan dan teknologi dari Barat ke Mesir. Untuk itu ia mengirim

sejumlah mahasiswa untuk belajar di Prancis. Setelah kembali ke Mesir

mereka menjadi guru di berbagai universitas, terutama di Universitas Al-

Azhar. Dengan demikian, pada masa-masa selanjutnya menyebarlah ilmu-ilmu

tersebut keberbagai derah Islam.15

Ia membuka sekolah militer di Mesir pada tahun 1815, sekolah teknik

pada tahun 1816, dan sekolah kedokteran pada tahun 1867. Guru-gurunya di

datangkan dari Barat. Buku-buku asing diterjemahkan ke dalam bahasa arab

untuk keperluan studi. Untuk itu didirikan sekolah penerjemahan pada tahun

1836.16 dari penerjemahan buku-buku eropa itu, orang-orang Mesir mulai

mengenal negara-negara Barat. Beberapa tahun kemudian sekolah tersebut di

(28)

serahkan kepemimpinannya kepada Rifa’ah At-Tahtawi, seorang ulama Al-

Azhar yang pernah belajar di Paris, yang di kemudian hari banyak

berpengaruh dalam penyebaran ide-ide Barat di Mesir.17

Masuknya napoleon ke Mesir pada 1798 menyadarkan umat Islam akan

kebudayaannya. Pada masa selanjutnya kesadaran itu memunculkan gagasan-

gagasan besar bagi para pemikir dan pemimpin umat Islam, khususnya di

Mesir. Patriotisme Mesir di pelopori oleh At-Tahtawi (1801-1873) yang

berpendirian bahwa Mesir dan negara-negara lain akan dapat maju bila berada

di bawah penguasa negara sendiri, bukan dibawah tangan orang asing. Mutu

patriotisme bukan saja menuntut orang agar berusaha memperoleh haknya

yang layak dari tanah airnya, tetapi juga menunut agar ia melaksanakan

kewajibannya terhadap tanah airnya itu. Jika seorang putra tanah air tidak

memenuhi kewajiban-kewajibannya berarti ia telah kehilangan hak-haknya

sebagai warga negara.18

Tahtawi pergi ke Paris pada 1826 dan mulai merenungkan apa yang

dilihatnya di sana, serta apa yang seharusnya dilakukan

untuk”membudayakan” orang-orang Mesir. Ia berusaha sungguh-sungguh

untuk menjelaskan dunia baru yang ia saksikan. Ia melihat bahwa organisasi

politik dan ekonomi, rasa cinta kepada tanah air, dan kesadaran sebagai

anggota masyarakat, serta ilmu pengetahuan adalah kunci kemajuan eropa.19

Nasionalisme Mesir dipelopori oleh Mustafa Kamil(1874) yang

mendirikan Partai Hizb Wathan untuk memperjuangkan kemerdekaan Mesir

(29)

dari kekuasaan Inggris. Terbentuknya partai tersebut adalah atas usaha AI-

Afghani. Slogan ’’Mesir untuk Mesir” mulai terdengar. Tujuan partai tersebut

selanjutnya ialah mempetjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers,

dan pemasukan unsur Mesir kedalam posisi-posisi militer. Dari Mesir lahirlah

nasionalisme arab yang dipelopori oleh Gamal Abdul Nasser.

Pada tahun 1982, Inggris campur tangan dalam ppemerintahan Mesir.

Antara 1914-1922 Mesir menjadi protektorat Inggris. Berkat perjuangan Partai

Wafd yang dipimpin Sa’ad Zaghlul, Mesir diberi kemerdekaan bersyarat oleh

Inggris pada tahun 1922 dengan Fuad I sebagai raja konstitusional yang

pertama dan Sa’ad Zaghlul diangkat sebagai perdana menteri.20

Selama pemerintahan kerajaan Turki Ustmani atas Mesir (1517-1918),

kebudayaan di sana mengalami kemunduran, karena penguasa berkeyakinan

bahwa menuntut ilmu filsafat, ilmu bumi, ilmu pasti, dan ilmu-ilmu yang

bertalian dengan itu menyebabkan kemurtadan. Perubahan kearah kebudayaan

dan pendidikan hingga Mesir menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia Islam

tidak lepas dari jasa Jamaluddin Al-Afghani (1837-1897) dan muridnya

Muhammad Abduh (1849-1905). Al Afgani-lah yang membangkitkan gerakan

berpikir di Mesir sehingga negara ini dapat mencapai kemajuan. Gema

gagasan beliau beserta murid-muridnya menggetarkan dunia Islam secara

keseluruhan. Revolusi ilmu pengetahuan Islam di dunia Islam berlangsung

melalui para mahasiswa dari pelosok dunia Isium yang meneruskan studi di

Universitas Al-Azhar dan universitas-universitas lainnya. Hal ini di tunjang

(30)

oleh media cetak yang menerbitkan buku-buku keagamaan karya ulama dan

pemikir-pemikir terkemuka baik klasik maupun modem.21

Jamaluddin Al Afghani meletakkan titik balik saat ia berkelana dari

india ke Mesir dalam usahanya membangkitkan umat Islam dan membela diri

dari tindakan-tindakan imperialisme dengan cara menyatukan kekuatan

sebagai bangsa-bangsa yang berdiri sendiri, atau sebagai bangsa muslim,

dalam rangka memperoleh kembali kekuasaan dan harga diri mereka yang

hilang. Jamaluddin al afghani memelopori gerakan untuk kembali kepada

Islam, yang langsung menyentuh perasaan kelompok tradisional selama itu. Ia

berpendapat, bahwa Islam pernah jaya dan bisa menjadi jaya kembali, jika

tidak membiarkan eropa menginjak-injak umat Islam. Karena itu umat Islam

harus melawan, sebab mereka sanggup melawan. Cara untuk melawan adalah

dengan mengadakan reformasi. Dengan reformasi, setiap negara muslim

menjadi kuat dan bersatu dalam konfederasi atau federasi pan-lslam yag

merdeka. Jamaluddin layak disebut bapak nasionalisme Islam modem,

pencetus gerakan pan-Islamisme dan penganjur utama gerakan pembaharuan

Islam. Dia menyebarluaskan hampir seluruh sikap dan tema yang menyangkut

kepentingan umat Islam di kalangan para pejuang muslim sejak 1900 hingga

kini. Dengan bekal ilmu yang mendalam dan dedikasi yang mantap, ia

membacakan kembali sejarah Islam untuk mendapatkan sesuatu yang

tersembunyi di masa-masa silam, yang secara rasional telah ditelusuri oleh

Barat. Ia mengaku bahwa apa yan dilakukan Barat adalah akibat kontak Barat

21

(31)

dengan Islam. Karena itu, tidak ada permasalahan untuk bisa menjadi modern

dan sekaligus menjadi muslim.22

Di bawah seruan murid-murid Al Afghani seperti Muhammad Abduh

(1849-1905) dan Rasyi Ridha (1865-1935), serta gerakan salafiyah dengan

majalah pembaharunya Al-Manar, mencuatya kembali doktrin-doktrin klasik

Islam sebagai dasar pembaharuan politik, hukum dan intelektual Islam.23

Dalam rentang waktu antara 1860 sampai dengan 1914, sekurangnya

terdapat tiga tipe nasionalisme yang muncul di Mesir. Pertama, nasionalisme

yang di dasarkan pada persamaan agama. Kedua nasionalisme yang di

dasarkan pada persamaan bangsa dan bahasa. Ketiga nasionalisme yang

didasarkan atas persamaan tempat dan teritorial. Tipe nasionalisme terakhir ini

yang mula-mula dominan dan mulai tahun 1870 nasionalisme ini dengan

upaya memisahkan diri dari kekhalifahan Turki menjadi lebih dominan.

Perkembangan lebih lanjut, ketika Mesir jatuh ketangan kolonialisme Inggris

pada tahun 1882, nasionalisme keagamaan menjadi lebih dominan lagi, berupa

ketaatan Mesir kepada kesultanan Turki untuk mendapatkan perlindungan dari

cengkeraman Inggris.24

Sejak abad kesembilan belas, Mesir telah mengikuti arah sekularisasi

yang semakin luas, mulai dari pemerintahan Muhammad Ali (1805-1849) dan

berlanjut melalui revolusi perwira bebas 23 juli 1952 yang dipimpin oleh

Mayor Jenderal Mohammad Naquih panglima perang dalam pemerintahan

Raja Farouk, yang menyebabkan raja turun tahta. Mesir kemudian menjadi

(32)

republik pada 18 juni 1953 dengan Naquib sebagai presiden merangkap

perdana menteri sampai november 1954, dan di ganti Nasser. Pada tahun-

tahun pertama sesudah revolusi, nasionalisme Mesir kian melaju menempuh

jalan sekuler. Sesudah tahun 1955, Nasser berusaha menyatukan rakyat Mesir

di belakangnya, sekaligus memperkukuh kedudukannya sebagai juru bicara

dunia arab. Untuk itu ia memperluas nasionalisme Mesir menjadi

nasionalisme arab, yang berakar pada kesamaan arab atau masa lalu yang

Islami. Nasionalisme nasser memberikan pengertian, identitas dan solidaritas

bersama yang menjadi titik tolak persatuan arab. Dalam situasi Mesir modem

demikianlah Sayyid Quthb hidup dan berjihad menegakkan cita -cita Islam.25

C. Tafsir Fi Zhilalil Quran

Karya terpenting Sayid Quthb adalah Tafsir Fi Zhilalil Quran dan telah

diteijemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul ‘7« the Shade o f The

Q ur'an”. Tafsir ini oleh beberapa ulama dikategorikan ke dalam tafsir yang

berorientasi sastra, budaya dan kemasyarakatan. Ciri tafsir yang berorientasi

sastra, budaya dan kemyarakatan - yakni satu corak tafsir yang menjelaskan

petunjuk-petunjuk ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan

kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-

penyakit atau masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat Al-

Qur’an dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang

mudah di mengerti tapi indah didengar.26

25 Ibid., him. 28

(33)

Ditulis dalam rentang waktu antara 1952-1965. Sayyid Quthb sempat

merevisi ketiga belas juz pertama tafsirnya semasa penahanannya yang

panjang. Tafsir tersebut membawa Sayyid Quthb menjelajahi berbagai cara

agar pesan orisinil Islam yang disampaikan Al-Qur’an dapat menjadi fondasi

suatu ideologi sempurna. Al-Qur’an memberi umat manusia sarana untuk

menemukan kembali dirinya dalam pola yang dikehendaki Allah melalui Nabi

dan oleh Nabi. Tafsirnya banyak menekankan perlunya manusia mendekati

iman secara intuitif, dengan cara yang tak perlu dirasionalkan atau dijelaskan

dengan merujuk kriteria filsafat. Iman itu harus ditetapkan melalui tindakan

langsung ke dalam kehidupan individu, sosial dan tatanan politik.27

Penulis menilai bahwa tafsir Sayyyid Quthb yang tiga puluh juz ini

merupakan usaha terobosan penafsiran yang sederhana dan jelas,

a. Latar Belakang Penulisannya

Pada kata pengantarnya, Sayyid Quthb mengemukakan kesan-kesanya

hidup di bawah naungan Al-Qur’an. Hidup di bawah naungan Al-Qur’an

adalah nikmat. Nikmat yang tidak diketahui kecuali oleh yang telah

merasakanya. Ia merasa dekat dan mendengar serta berbicara dengan

Allah melalui Al-Qur’an. Hidup di bawan naungan Al-Qur’an, Sayyid

Quthb merasakan keselarasan yang indah antara gerak manusia

sebagaimana kehendak Allah dengan gerak-gerik alam ciptaan-Nya. Ia

(34)

menyaksikan benturan yang keras antara ajaran-ajaran rusak yang

dididektekan padanya dengan fitrahnya, yang telah ditetapkan Allah.28

Di bawah naungan Al-Qur’an, Sayyid Quthb melihat wujud alam

ini lebih besar dari pada bentuk yang tampak di depan mata. Ia adalah

alam nyata dan alam gaib, alam dunia dan akhirat. Kehidupan manusia

membentang dalam rentang masa yang panjang itu dan kematian

bukanlah akhir peijalanan hidup, melainkan satu fase setengah jalan.

Perjalanan panjang fase itu adalah menuju pencipta Yang Esa. Kepada-

Nya setiap jiwa mukmin menghadap dalam khusuk.29

Menurut Quthb, syariat Allah bagi manusia merupakan salah satu

bagian dari undang-undang Nya yang menyeluruh di alam semesta.

Maka, melaksanakan syariat pasti memiliki dampak yang positif di

dalam menyerasikan peijalanan hidup manusia dengan peijalanan alam

semesta.30

Syariat ini tidak lain adalah buah Iman, ia tidak mungkin berjalan

beijalan sendiri tanpa fondasinya yang besar. Syariat di buat untuk

dilaksanakan pada masyarakat muslim dan ia juga di buat untuk

memberi saham untuk membangun masyarakat muslim. Dalam akhir

‘pembukaanya’ beliau mengatakan bahwa inilah sebagian dari curahan

dalam kehidupan di bawah naungan Ai-Qur’a n .31

28 Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil Qur 'an, Terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, jilid V, him. 76

(35)

b. Struktur Tafsir dan Ciri-Cirinya

Tafsir Sayyid Quthb disusun dengan metode Tahlili. Ia memulai

penafsiran suatu surat dengan memberikan gambaran ringkas

kandungan surat yang akan dikaji secara rinci. Dalam surat Al Fatihah

misalnya, Sayyid Quthb mengemukakan bahwa dalam surat ini

tersimpul prinsip-prinsip akidah Islam, konsep-konsepsi Islam dan

pengarah-pengarahanya yang mengidentifikasi hikmah. Dipilihnya

surat ini karena sebagai bacaan yang di ulang-ulang dalam setiap rakaat

shalat serta tidak sahnya shalat tanpa membacanya. Setelah itu beliau

memperinci penafsiran ayat demi ayat. Begitupula ketika beliau

menafsirkan surat-surat berikutnya.

Dalam menafsirkan surat yang panjang, Sayyid Quthb

mengelompokkan sejumlah ayat sebagai kesatuan, sesuai dengan pesan

yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut. Dalam menafsirkan surat

Al Baqarah misalnya, beliau menetapkan ayat pertama sampai ayat 29

sebagai bagian pertama pembahasan. Selanjutnya beliau menafsirkan

ayat 30 - 39, ayat 40 - 74, ayat 75 - 103, dst. Dibandingkan dengan

pengelompokan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha dalam

Tafsir Al Manar, pengelompokan Sayid Quthb relatif lebih besar.

Dalam menafsirkan ayat, ia menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai

Penjelas.

Sayyid Quthb menggunakan hadist-hadist Nabi SAW sebagai

(36)

tanpa menyertakan rangkaian sanadnya secara lengkap. Terkadang

hanya dengan menyebutkan rawi terakhirnya. Misalnya, hadist tentang

keharusan membaca surat A i Fatihah yang di riwayatkan Bukhari dan

Muslim.

Kemudian melengkapi Tafsirnya dengan perkataan sahabat,

misalnya perkataan Umar tentang permohonan suaka penduduk Iraq,

terkait surat A l Baqarah:100 tentang menepati janji. Juga mengutip

pendapat-pendapat ulama terdahulu. Seperti mengutip Tafsir Ibn Katsir

mengenai peristiwa Bai’ah Aqabah. Kemudian dari A l Bidayah Wan

Nihayah tentang lamanya Nabi tinggal di Makkah selama 10 tahun.

Sayyid Quthb menekankan analisis munasabah, keseimbangan, dan

keserasian dalam surat. Misalnya, uiaian tentang Nabi Musa diikuti

dengan uraian tentang bani Israil, persesuaian antar pembukaan surat

dengan penutupnya sseperti tampak dalam surat A l Baqarah, yang

mengutarakan sifat-sifat orang beriman dan karakteristik orang

beriman.

Pesan utama yang ditekankan Quthb di dalam tulisan-tulisannya adalah

konsep al-Tauhid dari sudut al-Uluhiyyah. Menurutnya inti dari Tauhid

Uluhiyyah adalah hak Allah dari sudut al-Hakimiyyah dan al-Tasyri’

(pembuatan peraturan). Dan karenanya, menurut Quthb ikrar Lailaha ilalLah

adalah pernyataan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang berkuasa di atas

muka bumi Nya. Maka seluruhnya itu mesti dikembalikan kepada hakNya.32

32 Ibid.,

(37)

BAB III

AYAT-AYAT STRATEGI PENDIDIKAN TAUHID DALAM TAFSIR F IZ H IL A L IL Q U R’A N

A . Pengertian Strategi Pendidikan Tauhid

Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan

yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah

"kemenangan". Menurut Oxford Leaner’s Pocket Dictionary, Strategi ialah

plan intended to achive a particular purpose yaitu rencana yang dimaksudkan

untuk memperoleh tujuan tertentu (khusus).1 Strategi dibedakan dengan taktik

yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat,

walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan ke dua kata

tersebut. Contoh berikut menggambarkan perbedaannya, "Strategi untuk

memenangkan keseluruhan kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu

pertandingan".2 Strategi pada awalnya dipergunakan untuk kepentingan militer

saja tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti

strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi,

pemasaran, perdagangan, manajemen strategi, dan pendidikan.

(38)

Dalam ensiklopedi pendidikan, strategi ialah the art o f bringing fo rces

to the battle fie ld in favourable position. Dalam pengertian ini strategi adalah

suatu seni, yaitu seni membawa pasukan kedalam medan tempur dalam posisi

yang paling meyakinkan.0 Sementara menurut Wina Sanjaya strategi diartikan

sebagai a plan, method, or series o f activities designed to achieves a particular

educational goal. Dalam pengertian ini strategi adalah perencanaan yang berisi

tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu.3 4 5

Pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek

kepribadian manusia yang beijalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan

tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi berlangsung pula di luar kelas.

Pendidikan bukan bersifat formal saja, tetapi mencakup pula yang non formal.0

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk

menbiana kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban suatu

masyarakat, di dalamnya teijadi atau berlangsung suatu proses pendidikan.

Oleh karena itu sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban

umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia

melestarikan hidupnya. Pendidikan diartikan juga sebagai proses timbal balik

3 Ibid., him. 2

4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta, 2007, him. 124

(39)

dari tiap pribadi manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan alam, dengan

teman, dan dengan alam semesta.

Dalam proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan tentang kondisi

dan situasi dimana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang. Dengan

perhitungan tersebut, maka proses akan lebih terarah kepada tujuan yang

hendak dicapai, karena segala sesuatunya telah direncanakan dengan matang.

Itulah sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang menyangkut masalah

bagaimana melaksanakan proses pendidikan terhadap sasaran pendidikan

dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, dan juga bagaimana agar dalam

proses tersebut tidak terdapat hambatan serta gangguan baik internal maupun

eksternal yang menyangkut kelembagaan atau lingkungan sekitarnya.6

Secara etimologik tauhid berarti pengakuan terhadap keesaan Allah,

secara teologik pengakuan tersebut mengandung kesempurnaan kepercayaan

kepadanya. Formulasi tauhid yang paling singkat tapi tegas ialah kalimat

thayyibah : “La ilaha ilallah”, yang berarti “Tidak ada Tuhan Selain Allah”.

Kalimat thayyibah tersebut merupakan kalimat penegas dan pembebas bagi

manusia dari segala pengkultusan dan penyembahan, penindasan dan

(40)

perbudakan sesama makhluk dan menyadarkan manusia bahwa dia mempunyai

derajat yang sama dengan manusia lain.7

Makna tauhid adalah mengesakan Allah dalam Kerububiyahannya ,

keuluhiyahannya, dalam nama-nama dan sifat-sifatnya beserta hukum-hukum

di dalamnya, dari dua segi yaitu rububiyah dan uluhiyah. Tauhid rububiyah

ialah pengakuan terhadap keesaan Allah sebagai Zat Yang Mahapencipta,

Pemelihara, dan memiliki semua sifat kesempurnaan. Sedangkan tauhid

uluhiyah ialah komitmenmanusia kepada Allah sebagai satu-satunya Zat ynag

dipuja dan disembah dan satu-satunya sumber nilai. Komitmen kepada Allah itu

diwujudkan dalam sikap pasrah, tunduk dan patuh sepenuh hati, sehingga

seluruh amal perbuatan bahkan hidup dan mati seseorang yang benar-benar

bertauhid semata-mata hanya untuk Allah.

Jadi dengan demikian Strategi pendidikan tauhid dapat diartikan sebagai

perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk

mencapai tujuan pendidikan tauhid.

Saifiil Bahri Djamarah menulis ada empat komponen dasar dalam

strategi pendidikan yang meliputi hal-hal sebagai b erik u t:

(41)

1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang

diharapkan.

2) Memilih sistem pendekatan pendidikan berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik dalam

pendidikan yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat

dijadikan pegangangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan

mengajar.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau

kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman

oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pendidikan yang

selanjutnya akan dijadikan umpanbalik buat penyempurnaan system

instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.8

Dari uraian diatas tergambar ada empat komponen pokok yang sangat

penting yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan

agar berhasil sesuai yang diharapkan.

(42)

B. Tafsir Ayat - Ayat Pilihan tentang Strategi Pendidikan Tauhid

1. Ayat - ayat yang masuk komponen menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku. melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi, tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah M aha Tinggi lagi M aha besar.9

Sayyid Quthb menulis bahwa Keesaan yang pasti dan jelas ini adalah

kaidah tempat bertumpunya tashawwur islami, tempat bersumbemya manhaj

islami bagi semua kehidupan. Dari manhaj itu, timbullah arahan menuju Allah

Yang Maha Esa saja dalam berubudiah dan beribadah. Seseorang tidak

menjadi 'abd kecuali bagi Allah, tidak mengarahkan ibadahnya kecuali kepada

Allah, tidak melaksanakan suatu ketaatan kecuali ketaatan kepada Allah. Dari

Departemen Agama BlM ushafAl-Q uran Terjemah, Al Huda, Jakarta, 2002, him. 43

(43)

tashawwur ini lahirlah kaidah, yaitu kedaulatan itu adalah milik Allah saja.

Allah sajalah yang membuat syariat bagi manusia, dan perundang-undangan

yang dibuat manusia haruslah mengacu pada syariat Allah. Dari tashawwur ini

lahir pula kaidah bahwa semua tata nilai haruslah dari Allah. Tidak ada satu

pun nilai kehidupan yang tidak diterima dalam timbangan Allah; dan tidak

boleh ada peraturan, tradisi, atau tatanan yang bertentangan dengan peraturan

Allah.10

b. Surat Ali Imron : 6

(^! Jl J^i Jl j A M! aJ! y i\J u i o J s " J L 4=»j j^3u j a

Artinya : Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang M aha Perkasa lagi M aha Bijaksana.11

Sayyid Quthb menulis, bahwa Allah “membentuk kamu”,

membuat rupa dan bentukmu menurut kehendak-Nya, memberi

kekhususan dan keistimewaan dengan bentuk dan rupamu, tidak ada

Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia." Maka, tidak ada sekutu bagi-

Nya dalam uluhiyah, keberhakkan untuk disembah'. "Yang Mahaperkasa",

yang bersifat dengan hidup, yang hakiki dan mutlak tanpa terikat oleh apa pun.

Maka, tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dalam sifatNya. "Yang

Maha bijaksana", yang dengan-Nya kehidupan dapat berlangsung.Maka, tidak

10 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur 'an, Terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, jilid I, him. 337

(44)

ada kehidupan dan wujud sesuatu di alam semesta ini melainkan karena

Diayang Mahasuci.12

c. Surat Al- An’am, ayat 56

^ 1

Nf Jd 4i)! O ji ^ o y ^ ^ o l t

0'

’J*

(^■p! OiAI-g-JI ^ b l l « j lilcJJL*» JtS j» ^agTybl

Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya Aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah Aku jik a berbuat demikian dan tidaklah (pula) Aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk".13

Sayyid Quthb menulis, bahwa Hakikat uluhiyyah itu juga tampak

dalam kelembutan sikap Allah dalam memperlakukan para pendusta

agama-Nya. Juga dengan tidak memenuhi permintaan mereka untuk

menurunkan bukti material-supranatural kepada mereka. Sehingga, Allah

tidak menyegerakan adzab-Nya ketika mereka masih mendustakan-Nya,

setelah mereka ditunjakkan bukti material itu, sesuai dengan ketentuan

Allah dalam masalah ini, seperti yang teijadi pada umat-umat sebelumnya.

Sementara itu, Dia Maha Berkuasa untuk melakukan semua itu.

Seandainya Rasulullah memiliki apa yang mereka pinta untuk dipercepat itu,

niscaya Nabi tidak menolak permintaan mereka itu. Juga menjadi sem­

12 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur ’an, Terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, jilid H, him. 36

(45)

pitlah sisi kemanusiaan beliau dengan sikap dan pendustaan mereka.

perwujudan dari kelembutan dan kasih sayang Allah. Dalam hal itu juga

tercermin uluhiyyah A llah.13 14 15

d. Surat Luqman, ayat 13-15

13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. 15. Dan jik a keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, M aka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, M aka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.

14 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur ’an, Teij. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, jilid IV, him. 109

(46)

Ayat-ayat diatas masuk didalam komponen spesifikasi dan

kualifikasi perubahan tingkah laku dikarenakan ayat ini dengan jelas

menerangkan tentang tauhid yaitu menjadikan Allah sebagai satu-

satunya sesembahan yang menjadi sumber tata nilai masyarakat, seperti

yang ada dalam surat A l Baqarah ayat 255 dalam kalimat ( '

y t ^1 aJIV iul, Surat A li lmron ayat 6 dalam kalimat

^1 <Jl 'i , Surat A l An ’am ayat 56 dalam kalimat dan. Surat

Luqman ayat 13 dalam kalimat 4jut> 'i . Sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Sayid Quthb dalam tafsir diatas yaitu menjadikan Allah

sebagai satu-satunya sumber nilai-nilai kehidupan, hal tersebut menjadi

acuan untuk menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah

laku yang berkenaan dengan pendidikan tauhid.

2. Ayat - ayat yang masuk komponen memilih cara pendekatan pendidikan

yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.

(47)

Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik".

b. Surat Al- An ’am, ayat 163

Artinya : Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)

c. Surat Al- An ’am, ayat 164

Artinya : Katakanlah: "Apakah Aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu, dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." . 15

(48)

Sayyid Quthb menulis, bahwa ini adalah penyerahan diri secara

total kepada Allah, dengan segenap detak di hati dan segenap gerak

dalam kehidupan. Yang di implementasikan dengan melaksanakan

shalat dan I ’tikaf. Ini adalah tasbih "tauhid" mutlak dan penghambaan

yang sempurna, yang menyatukan shalat i'tikaf, kehidupan dan kematian,

untuk kemudian memberikannya semata kepada Allah. Kepada Allah

Rabb semesta alam, yang menopang kehidupan ini, yang mendominasinya,

yang bertindak, yang memelihara, yang mengarahkan dan yang me­

nguasai alam semesta. Dalam "Islam" yang sempurna, tidak ada yang

tersisa dalam jiwa juga dalam kehidupan sesuatu yang tidak menyembah

Allah, tidak menyimpan kepada sesuatu selain-Nya, dalam hati dan

realitas. "Seperti itulah aku diperintahkan" dan aku dengarkan serta aku

taati dan aku menjadi muslim yang pertama.16

Ayat - ayat di atas masuk di dalam komponen cara pendekatan

pendidikan yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai

sasaran dikarenakan ayat-ayat tersebut memuat tentang cara

mendekatkan diri kepada Allah dengan mengikuti jalan yang lurus

(agama yang benar) yang terdapat dalam kalimat

(49)

yang kemudian diperjelas dengan kalimat

menyerahkan diri kepada Allah yang terdapat dalam kalimat

I dan kalimat j l . Sebagaimana diterangkan dalam tafsir

Quthb bahwa penyerahan diri kepada Allah adalah cara yang tepat dan

efektif untuk pendekatan dalam mencapai sasaran pendidikan tauhid.

3. Ayat - ayat yang masuk komponen memilih dan menetapkan prosedur,

metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif.

a. Surat Yunus, Ayat 32

Artinya : M aka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yang Sebenarnya; M aka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?17

Sayyid Quthb menulis, bahwa telah diterangkan di muka bahwa

orang-orang musyrik Arab itu tidak mengingkari adanya Allah, dan tidak

mengingkari bahwa Dia itu Maha Pencipta, Maha Pemberi rezeki, dan

(50)

Maha Pengatur. Hanya saja mereka membuat sekutu-sekutu untuk

mendekatkan diri mereka kepada Allah, atau, mereka mempunyai

kepercayaan bahwa sekutu-sekutu itu memiliki kekuasaan di samping

kekuasaan Allah. Maka, di sinilah Allah menghukum mereka disebabkan

kepercayaan mereka itu, untuk membetulkan (dengan jalan menggugah

kesadaran dan logika fitri mereka) bahwa yang demikian itu salah dan

sesat.18

b. Surat Yunus, Ayat 104-105

Artinya : Katakanlah: "Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, M aka (ketahuilah) Aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi Aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan Aku Telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman", Dan (aku Telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.19

Sayyid Quthb menulis, bahwa Inilah surah yang memuat

perjalanan keliling seputar masalah akidah dengan persoalan-persoalan

18 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur ’an, Terj. As’ad Yasin dkk, Gema Insani Press, Jakarta, 2000, jilid IV, him. 117

(51)

asasinya yang besar, yaitu Tauhidur Eubuubiyyah tval-qawaamah

wal-haakimiyah, meniadakan sekutu-sekutu dan pemberi-pemberi syafaat

mengembalikan semua urusan kepada Allah dan sunnah yang telah

ditetapkan-Nya yang tidak ada seorang pun dapat mengubah dan

menggantinya. Masalah wahyu dan kebenarannya, dan masalah

kebenaran yang mumi yang dibawanya. Masalah kebangkitan kembali

dari kubur, masalah hari akhir dan keadilan dalam pemberian balasan.

Kaidah-kaidah asasi dalam akidah inilah yang menjadi pokok persoalan

ayat ini secara keseluruhan, dipaparkannya kisah-kisah untuk men­

jelaskannya, dan dibuatnya bermacam-macam percontohan untuk

menerangkannya.20

c. Surat Art Nahl, Ayat 51

Artinya : Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; Sesungguhnya dialah Tuhan yang M aha Esa, M aka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".

Sayyid Quthb menulis, bahwa Sungguh Allah telah

memerintahkan agar manusia tidak membikin dua sesembahan. Hanya

Dialah Tuhan Yang Mahatunggal, tak ada duanya. Dalam mengungkapkan

Referensi

Dokumen terkait