WAY KANAN TAHUN 2017/2018
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Matematika
Oleh
AINA NATASYA AZWA NPM : 1311050113
Jurusan : Pendidikan Matematika
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
WAY KANAN TAHUN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Pendidikan Matematika
Oleh
AINA NATASYA AZWA NPM : 1311050113
Jurusan : Pendidikan Matematika
Pembimbing 1 : Dr. Nanang Supriadi, M.Si. Pembimbing II : Siska Andriani, S.Si.,M.Pd.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Oleh :
Aina Natasya Azwa NPM 1311050113
ABSTRAK
Berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis dikelas VII MTs Bahrul Ulum Way Kanan, menunjukan bahwa terdapat peserta didik yang tidak mencapai nilai KKM. Hal ini disebabkan oleh kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dalam memahami soal yang masih rendah. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Apakah terdapat pengaruh metode
pembelajaran Quantum Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis pada peserta didik kelas VII MTs Bahrul Ulum Way Kanan Lampung.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif jenis Quasy Eksperimentan
Design. Subyek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VII di MTs Bahrul Ulum dengan jumlah populasi 90 Peserta didik. Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VII A dan kelas VII B. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan
uji normalitas dengan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Barlett.
Dilanjutkan uji hipotesis dengan menggunakan uji t sampel tak berkorelasi didapat Fhitung = 5,585 > Ftabel = 2,002 maka H0 ditolak dengan kata lain H1 diterima. Jika H0
ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan metode pembelajaran Quantum Learning
terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis Peserta didik, sedangkan jika H0
diterima berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari metode pembelajaran itu terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Berdasarkan
analisis dan pembahasan di atas disimpulkan bahwa metode pembelajaran Quantum
Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis lebih baik dibanding model pembelajaran Konvensional peserta didik kelas VII MTs Bahrul Ulum Way kanan Lampung.
Artinya :
Mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka
itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat. (Q.S. Az-Zumar : 18)1
dapat terselesainya karya kecil yang membanggakan ini. Banyak harapku semoga amanah dalam menerapkannya dalam kehidupanku kelak.
dengan ketulusan dan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Rustam Nawawi S.Pd.I dan Ibunda Ida
Royani S.Pd.I terimakasih untuk cinta, kasih sayang, pengorbanan, dukungan,
serta nasihat dan doa yang tiada henti- hentinya untuk keberhasilan dalam
perjuangan ku.
2. Adik-adikku tercinta Ardhan Nata Kusuma dan Alisa Hayatina, terimakasih
telah menjadi adik adikku yang baik dengan canda dan tawa serta kasih sayang,
yang selama ini kalian berikan, semoga kita semua bisa menjadi orang yang
membanggakan bagi orang tua ataupun agama dan negara nantinya.
Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada tanggal 28 April 1995 anak
pertama dari tiga bersaudara, buah cinta kasih dari Bapak Rustam Nawawi S.Pd.I dan
Ibu Ida Royani S.Pd.I. Pendidikan penulis bermula di SDN 02 Tanjung Kurung
Kecamatan Rebang Tangkas Kabupaten Way kanan dan selesai pada tahun 2007,
setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di MTs N 1 Pringsewu hanya terhitung
satu semester dan menyelesaikanya di MTs Raudhatul Muta’ alimin Kasui Way
Kanan sampai tahun 2010, selanjutnya penulis menempuh pendidikan di MA
AL-IMAN Way Jepara Lampung Timur dan selesai tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis
melanjutkan Pendidikan di Universitas islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung
dan hidayah-Nya kepada kita. Sholawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. Berkat petunjuk dari Allah jualah akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis
merasa perlu menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya
kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Raden Intan Lampung beserta jajarannya.
2. Bapak Dr. Nanang Supriadi, M.Sc selaku Pembimbing 1 dan Ibu Siska Andriani,
M.Pd selaku pembimbing 2 yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan pendidikan berupa
Ilmu Pengetahuan kepada penulis selama menuntut Ilmu di Fakultas Tarbiyah dan
5. Sahabat-sahabatku Elma Agustiana, Fitriana, Yunita Sari dan Rahmat Diyanto FDK
yang telah memberikan canda tawanya kepada penulis pada saat pengerjaan skripsi,
yang selalu memberi dukungan semangat dan memotivasi, sayang dan cinta
menemani dalam keadaan apapun yang tak bisa terungkapkan semoga kita semua
sukses dengan apapun nantinya.
6. Seseorang yang penulis semogakan hatinya dimiliki atas ridhonya
7. Seseorang yang tak bisa penulis lupakan bantuannya dalam penulisan skripsi
Djuanda Kusuma Agung yang telah memberikan banyak sekali bantuannya.
8. Kepala Sekolah, Guru dan Staf TU MTs Bahrul Ulum yang telah memberikan
bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Teman-teman Fakultas Tarbiyah Khususnya jurusan Pendidkan Matematika
angkatan ’13 kelas A, B, C, D, E, F yang telah memberi motivasi dan memberikan
warna dalam sejarah hidupku selama perjalanan menjadi mahasiswa UIN Raden
Intan Lampung.
10.Teman- teman KKN Way Seputih, dan PPl MAN 02 Bandar Lampung yang semoga
selalu dalam lindungannya
11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
membangun. Akhirnya, dengan inringan ucapan terima kasih penulis memanjatkan do’a
kehadirat Allah, semoga jerih payah dan amal Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta Teman-teman
sekalian akan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya. Amin.
Bandara lampung, April 2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK.. ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.. ... iii
LEMBAR PENGESAHAN.. ... iv
MOTTO. ... v
PERSEMBAHAN… ... vi
RIWAYAT HIDUP... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL.. ... x
DAFTAR LAMPIRAN…... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... ..7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
G. Definisi Operasional ... 11
BAB II LANDASAN TEORI... 13
A. Tinjauan Pustaka ... 13
1. Metode Pembelajaran Quantum Learning a. Pengertian Metode Pembelajaran……… 13
b. Metode Pembelajaran Quantum……….. 13
2. Pemecahan Masalah Matematis... 25
a. Pengertian Pemecahan Masalah Matematis ... 25
b. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis ... 27
c. Indikator Pemecahan Matematis ... 28
B. Penelitian Yang Relavan ………….………30
C. Kerangka Penelitian………..31
Hipotesis Penelitian………...33
BAB III METODE PENELITIAN………....34
A. Metode Penelitian ... 34
B. Desain Penelitian ... ………35
C. Variabel Penelitian ... ……….36
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.……….. 37
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
F. Instrument Penelitian……… 40
G. Uji Instrument ... 43
a. Uji Validitas………43
b. Tingkat Kesukaran………..44
c. Daya Beda………...45
d. Uji Reliabilitas……… 47
H. Teknik Analisis Data……… 48
1. Uji Prasyarat………... 48
a. Uji Normalitas……… 48
b. Uji Homogenitas……… 49
2. Uji Hipotesis……….. 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… ….53
A. Analisis Data dan Hipotesis………. ... ..53
2. Uji Tingkat Kesukaran……… .. 55
3. Uji Daya Pembeda………..56
4. Uji Reliabilitas………....57
B. Deskripsi Data Amatan……… .59
C. Uji Normalitas……… .. 61
D. Uji Homogenitas………62
E. Pengujian Hipotesis………...62
F. Pembahasan……… . 64
BAB V PENUTUP……… ... 67
A. KESIMPULAN……… . ...67
B. SARAN……… 67
C. PENUTUP………. 68 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Profil Sekolah ... 70
Lampiran 2 Nama Peserta Didik Uji Coba Instrumen ... 75
Lampiran 3 Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 76
Lampiran 4 Nama Peserta Didik Kelas Kontrol ... 77
Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru ... 78
Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 79
Lampiran 7 Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 80
Lampiran 8 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 83
Lampiran 9 Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 89
Lampiran 10 Perhitungan Analisis Uji Validitas Instrumen Tes ... 92
Lampiran 11 Analisis Uji Validitas Instrumen Tes.. ... 94
Lampiran 12 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Tes.. ... 96
Lampiran 13 Analisis Reliabilitas Instrumen Tes.. ... 98
Lampiran 14 Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen Tes.. ... 100
Lampiran 15 Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes.. ... 101
Lampiran 16 Analisis Daya Beda Instrumen Tes.. ... 103
Lampiran 18 RPP Kelas Eksperimen .. ... 110
Lampiran 19 RPP Kelas Kontrol.. ... 123
Lampiran 20 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.. .. 137
Lampiran 21 Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis... 138
Lampiran 22 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis.. ... 141
Lampiran 23 Daftar Nilai Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.. ... 146
Lampiran 24 Deskripsi Data Amatan.. ... 149
Lampiran 25 Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen .. ... 150
Lampiran 26 Perhitungan Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen .. ... 151
Lampiran 27 Analisis Uji Normalitas Kelas Kontrol.. ... 153
Lampiran 28 Perhitungan Analisis Uji Normalitas Kelas Kontrol.. ... 154
Lampiran 29 Analisis Uji Homogenitas.. ... 176
Lampiran 30 Perhitungan Analisis Uji Homogenitas.. ... 178
Lampiran 31 Analisis Uji t.. ... 181
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Oleh karna itu pemerintah Indonesia telah
merencanakan program wajib belajar 9 tahun disetiap sekolah. Menurut Undang-
undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar yang
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memenuhi
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan dan ahlak mulia,
serta keterampilan dirinya dan masyarakat.1 Pentingnya pendidikan ini
sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadalah ayat 11:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
1 Departemen Agama RI, “
Surat Al-Mujadalah ayat 11 tersebut menjelaskan bahwa Allah akan
meninggikan beberapa derajat orang yang beriman dan berilmu dibandingkan
orang yang tidak beriman dan berilmu. Orang yang beriman dan memiliki ilmu
pengetahuan yang luas akan diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau
mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini, serta Ilmu itupun
didapatkan melalui pendidikan. Pendidikan yang baik tentu akan menciptakan
mutu kualitas pendidikan maupun mutu peserta didik yang sangat baik.
Pendidikan harus diselenggarakan dengan berdasarkan rencana yang matang.
Pendidikan tidak dapat diselenggarakan secara tidak sengaja dan seenaknya,
karena pendidikan perlu disiapkan dari dalam diri.
Menuntut ilmu adalah salah satu cara mencapai kependidikan yang
berkualitas, menuntut ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang bermanfaat bagi
dirinya, bagi orang lain dan tidak merugikan orang lain, salah satu ilmu tersebut
adalah ilmu matematika. Matematika adalah suatu cara untuk menemukan
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan
informasi, pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah
memikirkan dalam diri manusia itu sendiri guna melihat kehidupan sehari-hari.
Banyak aktifitas yang dilakukan manusia yang berhubungan dengan matematika,
oleh karena itu matematika merupakan sarana untuk menumbuh kembangkan cara
berpikir logis, cermat dan kreatif. Mengingat peranan matematika yang sangat
mengherankan jika metematika dalam perkembangannya banyak mendapat
perhatian, salah satunya adalah pemahaman hakekat matematika. Dengan
memahami hakekat matematika memungkinkan adanya korelasi antara
mempelajari matematika dengan tujuan yang akan tercapai setelah mempelajari
matematika.
Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu melakukan pra
penelitian di MTs Bahrul Ulum sebagai berikut: beberapa peserta didik yang telah
diwawacarai mengatakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
tidak disukai, matematika dianggap pelajaran yang sangat sulit dan paling
menakutkan, kurang memahami materi yang diberikan oleh guru sehingga peserta
didik belum bisa mendapatkan nilai yang baik. Kemudian berdasarkan hasil
wawancara dengan ibu Ida Royani S.Pd selaku guru matematika pada tanggal 30
Januari 2017, bahwa di MTs Bahrul Ulum ini ternyata peserta didik tidak tertarik
untuk belajar matematika, kejenuhan mempelajari materi matematika dianggap
terlalu sulit dan menakutkan, begitu pula dengan guru, guru masih belum
maksimal mendapatkan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan metode
terbaru pembelajaran saat ini untuk menarik minat belajar peserta didik, peserta
didik sendiri belum mandiri masih terpaku dengan mendengarkan dan hanya
mencatat apa yang diberikan oleh guru, serta peserta didik belum melibatkan
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah satu tindakan untuk
menyelesaikan masalah atau proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat
matematika dalam menyelesaikan masalah. Secara umum pembelajaran
matematika masih terdiri atas rangkaian kegiatan berikut: awal pembelajaran
dimulai dengan sajian masalah oleh guru, selanjutnya dilakukan demonstrasi
penyelesaian masalah tersebut, dan terakhir guru meminta siswa untuk melakukan
latihan penyelesaian soal.2 Menurut Killen, pemecahan masalah sebagai strategi
pembelajaran suatu teknik dimana masalah digunakan secara langsung sebagai
alat untuk membantu peserta didik memahami materi pelajaran yang sedang
mereka pelajari.3 Hal ini sangat berpengaruh terhadap maksimalnya penyelesaian
masalah yang diperoleh peserta didik. Kemampuan untuk memecahkan suatu
masalah adalah jantung dari matematika. Berikut adalah hasil yang diperoleh dari
pra penelitian yang dilakukan di sekolah MTs Bahrul Ulum seperti dibawah ini:
2Nanang Supriadi, “
Mengembangkan Kemampuan Koneksi Matematis Melalui Buku Ajar Elektronik Interaktif ”(BAEI) yang Terintegrasi Nilai-Nilai Keislaman (Bandar Lampung : IAIN Raden Intan, Jurnal Aljabar Vol. 6, No. 1, 2015). hal 63 - 73
3Ahmad Susanto, “
Tabel 1.1
Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik kelas VII MTs Bahrul Ulum Rebang Tangkas Way Kanan Lampung
B
e
Berdasarkan tabel di atas, dari pengamatan yang di lakukan oleh peneliti pada
tanggal 8 Februari 2017, kenyataannya bahwa nilai dari Tes pemecahan
masalah matematika peserta didik banyak yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu tujuh puluh dipelajaran matematika, dengan
itu mengidentifikasikan adanya sesuatu yang belum optimal pada penyelesaian
masalah dalam pembelajaran di sekolah. Aktifitas belajar mengajar di MTs
Bahrul Ulum berpusat pada guru dalam menyampaikan materi melalui ceramah
sehingga peserta didik menjadi pasif, kegiatan pembelajaran yang monoton
seperti ini dapat menyebabkan peserta didik menjadi malas belajar matematika,
sehingga untuk mengatasi masalah tersebut penulis memilih metode Quantum
Learning terhadap pemecahan masalah matematis, karena metode ini adalah
metode dengan Prinsip-prinsip dasar yaitu segalanya berbicara dan bertujuan,
dalam prinsip Quantum Learning adalah segala sesuatu dimulai dari
lingkungan, penampilan guru, bahasa tubuh, alat bantu mengajar, serta N0
Kelas
Nilai (x) Jumlah Peserta
Didik x ≤ 60 60 < x ≤ 70 70 < x ≤ 80 x > 80
1 VII A 21 7 2 - 30
2 VII B 28 4 - - 30
3 VII C 30 - - - 30
rancangan pembelajaran semuanya berisikan tentang belajar dan memiliki
tujuan dan Pengalaman dalam menyelesaikan suatu permasalahan.4 Semoga
metode ini mampu mempengaruhi pembelajaran matematika yang diharapkan
dapat terjadinya peningkatan terhadap hasil belajar nantinya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah uraikan maka peneliti
ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Metode Quantum
Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik
Kelas VII di MTs Bahrul Ulum Way Kanan Tahun 2017/2018”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan antara lain:
1. Metode pembelajaran yang digunakan cenderung monoton dan kurang
mendukung keaktifan peserta didik.
2. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang masih rendah.
3. Sebagian siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah
pelajaran yang sulit dan membosankan
4 Hanifatul rahmi,”
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian ini lebih
terarah, berfokus dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian,
sehingga ruang lingkup yang diuji menjadi lebih spesifik dan menghasilkan
penelitian yang lebih efektif. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada
pembahasan atas masalah-masalah antara lain:
1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode Quantum
Learning
2. Penelitian ini dilakukan di sekolah MTs Bahrul Ulum Way kanan
Lampung.
3. Kemampuan kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kemampuan pemecahan masalah matematis.
4. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi bangun
datar
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas,
permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran Quantum Learning terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematis pada peserta didik kelas VII MTs
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Suatu penelitian umumnya bertujuan untuk menemukan atau
mengembangkan dan mengkaji kebenaran dari suatu pengetahuan.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran Quantum
Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis pada
peserta didik kelas VII MTs Bahrul Ulum Way kanan Lampung.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana dalam
menemukan dan menghadapi suatu permasalahan dalam proses
pembelajaran matematika serta mendapatkan pengalaman dari
penelitian yang dilakukan.
b. Praktis
Secara praktis peneliti ini dapat dijadikan suatu alternatif untuk lebih
kreatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik dalam
pembelajaran matematika.
Hasil penelitian metode pembelajaran Quantum Learning dapat
dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran untuk diterapkan
dalam pembelajaran matematika, serta dengan dilakukannya penelitian
sehingga menimbulkan variasi baru dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
Memperoleh pembelajaran dengan menggunakan metode Quantum
Learning diharapkan peserta didik lebih tertarik pada pembelajaran
matematika dan mampu menyelesaikan masalah dalam soal yang telah
diberikan.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu
pembelajaran matematika di sekolah. Sekolah juga dapat
menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning ketika
pembelajaran matematika di sekolah dengan penerapan metode
pembelajaran Quantum Learning.
4. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lain untuk mengadakan
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai subyek penelitian adalah
peserta didik yang ada dikelas VII MTs Bahrul Ulum Rebang Tangkas
Way Kanan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
pengaruh metode pembelajaran Quantum Learning terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII MTs Bahrul Ulum
Rebang Tangkas Way Kanan.
3. Materi Penelitian
Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah materi bangun
datar.
4. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di MTs Bahrul Ulum Rebang Tangkas Way Kanan
5. Waktu Penelitian
G. Definisi Operasional
Untuk menggambarkan secara lebih operasional variabel dalam
penelitian ini, berikut dikemukakan definisi operasional masing-masing
variabel tersebut:
1. Metode Quantum Learning
Metode pembelajaran Quantum Learning adalah sistem pengajaran yang
bertumpu pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik pembelajaran di dalam
kelas untuk mencetak peserta didik yang tak hanya memiliki keterampilan
akademis, tetapi juga memiliki keterampilan hidup (life skill) yang
penggunaannya tidak dibatasi oleh dinding-dinding ruangan kelas,
melainkan oleh langit, udara, laut dan bumi.5
2. Pemecahan Masalah Matematis
Pemecahan masalah matematika menurut Polya yaitu memahami masalah,
merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan
masalah dan memeriksa kembali. Pemecahan masalah merupakan upaya
memperoleh solusi dari permasalahan dengan melibatkan peserta didik
berpikir dan bernalar. Masalah dalam matematika adalah soal-soal yang
belum diketahui prosedur pemecahannya oleh peserta didik yang
diberikan soal lalu peserta didik tersebut dapat menyelesaikan soal
5 Bobbi Deporter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourir, “
tersebut dengan cepat dan benar, maka soal tersebut tidak bisa dikatakan
dengan masalah, karena masalah sesungguhnya adalah ketika peserta
didik menemukan soal yang harus di pecahkan masalahnya. Peserta didik
tersebut harus merumuskan terlebih dahulu masalah hingga akhirnya
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Metode Pembelajaran Quantum Learning
a. Pengertian metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu serta data yang diperoleh itu
harus empiris dan valid.6 Jadi, metode pembelajaran yaitu cara yang
dilakukan seorang pendidik dengan baik dan jelas dalam mengajar
serta tidak menjenuhkan.7
b. Metode Pembelajaran Quantum
1. Pengertian Quantum
Quantum berarti lompatan. Quantum is an interaction change
energy into light yang berarti interaksi yang berubah energi menjadi cahaya. Maksud dari “energi menjadi cahaya” adalah mengubah
semua hambatan-hambatan belajar yang selama ini dipaksakan
untuk terus dilakukan menjadi sebuah manfaat bagi peserta didik itu
sendiri dan bagi orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan
6 Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D”(Bandung:
Alfabeta,2012), h.2
dan bakat alamiah peserta didik.8 Quantum juga banyak digunakan
dalam dunia pembelajaran seperti Quantum Teaching, Quantum
Learning, Quantum English, Quantum Multi Cerdas, Instruktur
Quantum, dan Quantum Mental Aritmatika.9
Tokoh utama dibalik pembelajaran Quantum adalah Bobbi De
porter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang
bisnis, properti dan keuangan, dan setelah bisnisnya bangkrut,
akhirnya menggeluti dunia pembelajaran. Semenjak tahun1982, De
Porter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran
Quantum di Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang
terlatak di Kirwood Meadows, negara bagian California, Amerika
Serikat. De Porter secara terprogram dan berancana menguju
cobakan gagasan-gagasan pengajaran Quantum kepada para remaja
di Super Camp selama bertahun-tahun.
Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran Quantum
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup
dan karier para remaja di rumah. Tidak dimaksudkan sebagai
metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan
lebih tinggi di sekolah. Namun, lambat laun banyak orang tua yang
8 Bobbi Deporter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie, “Quantum Teaching, Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-ruang kelas” (Bandung: Kaifa, 2000),h.7
9 Agus Nggermanto, “
Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum)” (bandung:
meminta De Porter untuk mengadakan dan mengembangkan lebih
jauh metode tersebut.10Quantum Learning juga dapat diartikan pula
metode belajar yang efektif untuk semua tipe orang dan segala usia
yang menghasilkan semacam kemampuan atau kompetensi yang
berlipat ganda. Filosofi dari quantum learning adalah agar
pembelajaran menjadi efektif, sehingga kondisi belajarnya harus
menyenangkan (the condition should be fun). Dengan kondisi yang
menyenangkan siswa dapat melakukan aktivitas belajarnya dengan
baik.11
2. Karakteristik umum pembelajaran Quantum
Pembelajaran Quantum memiliki karakteristik umum yang
dapat memantapkan dan menguatkan sosialnya. Walaupun memiliki
akar dan landasan bermacam-macam sebagai mana dikemukakan di
atas pembelajaran Quantum pembelajran quantum memiliki karakter
umum yang dapat memantapkan dan menguatkan metode tersebut.
Beberapa karakteristik umum yang tanpak membentuk suatu
pembelajaran Quantum sebagai berikut:
a) Pembelajaran Quantum berpangkal pada psikologi kognitif.
10 Jumanta Handayani S.Pd,.M.Si, “Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter”(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014),h.71
11 Fitriana Sinaga S.Pd, “pengaruh Discovering Ability dengan Model Quantum Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X MAN Kuala
b) Pembelajaran Quantum berupaya memadukan
(mengintegrasikan) menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor
potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik
dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
c) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada interaksi
yang bermutu dan bermakna.
d) Pembelajaran Quantum sangat menekankan pada pemercepatan
pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi.
e) Pembelajaran Quantum sangat menekankan kealamiahan dan
kewajaran proses pembelajaran.
f) Pembelajaran Quantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses pembelajaran.
g) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada
pembentukan keterampilan akademis.
h) Pembelajaran Quantum menempatkan nilai dan keyakinan
sebagai bagian penting proses pembelajaran.
i) Pembelajaran Quantum mengutamakan keberagaman dan
kebebasan.
j) Pembelajaran Quantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan
fikiran dalam proses pembelajaran.12
3. Prinsip utama pembelajaran Quantum
Ada tiga macam prinsip utama yang membangun suatu
pembelajaran Quantum:
a) Prinsip utama pembelajaran Quantum berbunyi: Bawalah dunia
mereka (pembelajar) kedalam dunia kita (pengajar) dan
antarkan dunia kita (pengajar) kedalam dunia mereka
(pembelajar).
b) Dalam pembelajaran Quantum juga berlaku prinsip bahwa
pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni.
Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini:
1) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara.
2) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan.
3) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan.
4) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran.
5) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula
dirayakan.
c). Dalam pembelajaran Quantum juga berlaku prinsip bahwa
pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.
Delapan kunci keunggulan sebagai berikut:
1) Berbicaralah dengan baik
2) Terapkanlah hidup dalam integritas
4) Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan
5) Tetaplah lentur
6) Jadilah pemilik
7) Pertahankan keseimbangan13
TANDUR sebagai kerangka perencanaan pembelajaran model
Quantum. TANDUR yang merupakan akronim dari : Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Kerangka perancangan
pembelajaran Quantum TANDUR adalah sebagai berikut:
(1) Tumbuhkan
Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan mereka,
buatlah mereka tertarik atau penasaran tentang meteri yang kita ajarkan.
(2) Alami
Berikan mereka pengalaman belajar tumbuhkan “kebutuhan untuk
mengetahui”.
(3) Namai
Berikan “data” tepat saat minat memuncak mengenakan konsep-konsep
pokok dari materi pelajaran.
(4) Demontrasi
Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan
data baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai
pengalaman pribadi.
(5) Ulangi
Rekatkan kembali keseluruhan.
(6) Rayakan
Ingat, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
c. Metode Pembelajaran QuantumLearning.
1. Pengertian Metode Pembelajaran Quantum Learning.
Quantum Learning berasal dari pemisahan dua kata yaitu
Quantum artinya lompatan sedangkan Learning artinya pembelajaran.
Menurut De Porter dan Hernacki memberikan pengertian Quantum
Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti
efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia.14
Dengan kata lain pengertian dari metode pembelajaran Quantum
Learning adalah sistem pengajaran yang menggairahkan dan bertumpu
pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik pembelajaran di kelas untuk
mencetak peserta didik yang tak hanya memiliki keterampilan
akademis tetapi juga memiliki keterampilan hidup (life skill) yang
14 Agus Nggermanto, “
Quantum Quotient (Kecerdasan Quantum)”(bandung:
penggunaannya tidak dibatasi oleh dinding-dinding ruangan kelas
melainkan oleh langit, udara, laut, dan bumi.15
2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Quantum Learning
Langkah-langkah metode pembelajaran Quantum Learning adalah
sebagai berikut:
a. Kekuatan AMBAK (apa manfaat bagiku)
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental
antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat
diperlukan dalam belajar karena adanya motivasi maka
keinginannya untuk belajar akan selalu ada.
b. Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan
lingkungan yang dapat membuat peserta didik merasa aman dan
nyaman, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga
mencegah kebosanan dalam diri peserta didik.
c. Memupuk sikap juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam
belajar peserta didik, seorang pendidik hendaknya jangan
segan-segan untuk memberikan pujian atau hadiah pada peserta didik
yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula
mencemooh peserta didik yang belum mampu menguasai materi.
Dengan sikap juara ini peserta didik akan lebih merasa dihargai.
d. Membiasakan mencatat
Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktifitas kreasi ketika
peserta didik tidak hanya bisa menerima, minimal bisa
mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan
bahasa hidup dengan cara di ungkapkan sesuai gaya belajar peserta
didik itu sendiri.
e. Membiasakan membaca
salah satu aktifitas yang cukup penting adalah membaca karena
dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata,
pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah.
Seorang pendidik hendaknya membiasakan peserta didiknya untuk
membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.
f. Bebaskan gaya belajarnya
Ada berbagai macam gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik,
dalam Quantum Learning ini pendidik hendaknya memberikan
kebebasan kepada peserta didiknya untuk menggunakan gaya
g. Jadikan peserta didik lebih kreatif
Peserta didik yang kreatif adalah peserta didik yang ingin tahu, suka
mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik
peserta didik akan mampu menghasilkan ide-ide agar segar dalam
belajarnya.
h. Melatih kekuatan memori
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar peserta didik, sehingga
peserta didik perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang
baik.16
Menurut Himarani langkah langkah yang lain dari metode pembelajaran
Quantum Learning terdiri dari:
1) Segalanya berbicara: lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan
pelajaran menyampaikan pesan tentang belajar.
2) Segala bertujuan: peserta didik diberi tahu apa tujuan mereka
mempelajari materi yang diajarkan.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama: pengalaman pendidik dan
peserta didik di peroleh banyak konsep.
4) Akui setiap usaha : menghargai usaha peserta didik sekecil apapun.
5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan : pendidik harus
memberikan pada peserta didik yang terlibat aktif pada proses
pembelajaran, misalnya dengan memberi tepuk tangan dan berkata
bagus dan baik.17
3. Kelebihan dan Kekurangan Quantum Learning
Metode pembelajaran Quantum Learning juga memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaanya. Berikut ini adalah kelebihan dan
kelemahan Quantum Learning.
a. Kelebihan metode pembelajaran Quantum Learning
1) Pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Quantum
Learning dapat membuat peserta didik merasa nyaman dan
gembira dalam belajar, karena metode ini menuntut peserta didik
untuk aktif adalam proses belajar.
2) Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning dalam
proses pembelajaran dapat memberikan motivasi pada peserta
didik untuk ambil bagian dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
yang berlangsung.
3) Kesempatan bagi peserta didik untuk dapat menunjukan
kemampunnya akan memudahkan pendidik dalam mengontrol
sejauh mana pemerolehan peserta didik dalam belajar.
4) Proses belajar peserta didik lebih terarah pada meteri yang sedang
dipelajari karena sedang dikaitkan dengan
17 Jurnal, Himarani, “
Model Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Menggunakan Metode
pengalaman seputar kehidupan peserta didik akan lebih
berkembang.
5) Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning yang
bersandar pada konsep “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan
antarkan dunia kita kedunia mereka”, dapat merombak pola pikir
peserta didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh
dalam memandang, dan memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan.
6) Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning dapat
meningkatkan keaktifan dan kemandirian peserta didik dalam
proses pembelajaran.
7) Menciptakan lingkungan yang kreatif dan inovatif sehingga tidak
menimbulkan rasa kebosanan dalam proses pembelajaran.
8) Meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik dalam proses
pembelajaran.
9) Meningkatkan mental peserta didik dalam mempresentasikan hasil
belajar di muka umum.
b. Kelemahan metode pembelajaran Quantum Learning
1) Metode pembelajaran Quantum Learning menuntut
2) Banyaknya media dan fasilitas sehungga metode ini dinilai kurang
ekonomis.
3) Metode pembelajaran Quantum Learning mudah sekali terjadi
kegaduhan yang membuat proses pembelajaran tidak kondusif.
4) Peserta didik yang pemalu lebih cenderung ketinggalan daripada
peserta didik yang aktif.
2. Pemecahan Masalah Matematis
a. Pengertian Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Lencher, memecahkan masalah matematis adalah
proses menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh
sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal. Menurut Holmes,
terdapat dua kelompok masalah dalam pembelajaran matematika di
SMP yaitu masalah rutin dan masalah non rutin. Masalah rutin dapat
dipecahkan dengan metode yang sudah ada. Masalah rutin sering disebut
sebagai masalah penerjemahan karena deskripsi situasi dapat diterjemahkan dari kata–kata menjadi simbol–simbol. Masalah non rutin
kadang kala dapat memiliki lebih dari satu pemecahan masalah
matematisnya. Banyak faktor yang mempengaruhi individu untuk
memecahkan masalah matematika. Salah satunya adalah gaya kognitif,
gaya kognitif merupakan cara seseorang melakukan berbagai aktivitas
keputusan, mengorganisasikan dan memproses informasi dan
seterusnya) yang bersifat konsisten dan berlangsung lama.18
Mempelajari matematika tidak hanya memahami konsepnya
saja atau prosedurnya saja, akan tetapi banyak hal yang dapat muncul
dari hasil proses pembelajaran matematika. Kebermaknaan dalam
belajar matematika ditandai dengan kesadaran apa yang dilakukan, apa
yang dipahami dan apa yang tidak dipahami oleh peserta didik tentang
fakta, konsep, relasi, dan prosedur matematika. Cara dalam
menyelesaikan masalah yang diperoleh peserta didik adalah hasil dari
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik terkait dengan
masalah yang ingin dicari penyelesaiannya.19
Pemecahan masalah matematis bukan perbuatan yang
sederhana, akan tetapi lebih kompleks daripada yang diduga. Pemecahan
masalah matematis memerlukan keterampilan berpikir yang banyak
ragamnya termasuk mengamati, melaporkan, mendeskripsikan,
menganalisis, mengkasifikasi menafsirkan, mengkritik, meramalkan,
menarik kesimpulan dan membuat generalisasi berdasarkan informasi
18Nurul Zannah, SiskaAndriani,”karakteristik intuisi siswa dalam memecahkan masalah
matematika ditinjau dari gaya kognitif dan perbedaan gender,” Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika UIN Raden Intan Lampung 2017.
yang dikumpulkan dan diolah. Memecahkan masalah adalah mengambil
keputusan secara rasional20
b. Langkah–langkah Pemecahan Masalah Matematis
Langkah–langkah pemecahan masalah yang paling terkenal
adalah langkah langkah yang dikemukakan oleh Dewey, yaitu :
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
2) Mengemukakan hipotesis
3) Mengumpulkan data
4) Menguji hipotesis
5) Mengambil kesimpulan.21
Menurut Polya, solusi soal pemecahan masalah matematis
memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan. fase pertama adalah memahami masalah. Tanpa adanya
pemahaman terhadap masalah yang diberikan, peserta didik tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar,
selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian
masalah. Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada
pengalaman peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Selanjutnya
dilakukan penyelesaian masalah- masalah sesuai dengan rencana yang
dianggap paling tepat. Dan langkah terahir menurut Polya adalah
melakukan pengecekan atas apa yang telah dilakukan mulai dari fase
pertama sampai fase penyelesaian ketiga.22 seorang tenaga pengajar atau
pendidik dituntut untuk mampu membantu peserta didik dalam
memberikan kebermaknaan dalam belajar matematika. Kebermaknaan
dalam proses pembelajaran merupakan salah satu cara agar peserta didik
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang baik.23
c. Indikator Pemecahan Masalah Matematis
Menurut Jhon Dewey, indikator pemecahan masalah matematis
adalah sebagai berikut :
1) Membangun pengetahuan matematika melalui pemecahan masalah
matematisnya.
2) Menyelesaikan soal yang muncul dalam matematika.
3) Menerapkan dan menyesuaikan berbagai macam strategi yang cocok
untuk memecahkan soal.
4) Mengamati dan mengembangkan proses pemecahan masalah
matematika.
22 Erman Suherman, dkk, “Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,”(Bandung : Jica
2003), h.91
23 Fredy Ganda Putra, “Ekperimentasi Pendekatan Konstektual Berbantuan Hands On
Selain pendapat dari Jhon, Sumarno juga mengemukakan indikator
pemecahan masalah matematis. Indikator pemecahan masalah menurut
Sumarno adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan dan kecukupan
unsur.
2) Membuat model matematika.
3) Menerapkan strategi penyelesaian masalah dalam atau diluar
matematika.
4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil.
5) Menggunakan matematika secara bermakna.
Berdasarkan indikator pemecahan masalah matematis di atas, maka
peneliti menyimpulkan bahwa untuk mengetahui indikator dari
pemecahan masalah matematis adalah :
1) mengidentifikasi suatu masalah.
2) membangunn pengetahuan pemecahan masalah matematis.
3) membuat model matematika yang tepat untuk suatu pemecahan
masalah.
4) menerapkan strategi pemecahan masalah matematis.
B. Penelitian yang Relevan
Agus Susanto (2011), dalam jurnal yang berjudul “penggunaan
metode Quantum Learning untuk meningkatkan pemahaman materi
perjuangan kemerdekaan Indonesia pada mata pelajaran IPS siswa kelas V Ngoresan Surakarta TA 2010/2011” dari hasil penelitiannya bahwa dapat
disimpulkan bahwasanya penggunaan metode Quantum Learning dapat
meningkatkan pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia kelas V
Ngoresan Surakarta. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan metode pembelajaran Quantum Learning, sedangkan
perbedaannya terdapat materi yang digunakan.24
Megita Dwi Pamungkas (2013), dalam jurnal yang berjudul “peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kreatifitas belajar dengan
pemanfaatan software core math tools (CTM) peserta didik XI teknik mesin
SMK Muhammadiah 1 Surakarta Semester 2 TA 2012/2013”. Hasil penelitian
bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah dengan
pemanfaatan software core math tools (CTM). Persamaannya dengan
penelitian ini adalah pemecahan masalahnya sedangkan perbedaannya yaitu
pada metode yang di gunakan .25
C. Kerangka Penelitian
Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Busines Research
mengemukakan bahwa, kerangka penelitian merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.26 Kerangka penelitian
menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Maka, secara
teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel Independent dan Dependent.
Seorang peneliti harus menguasai teori teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasi dalam menyusun kerangka penelitian yang nantinya akan
membuahkan hipotesis. Kerangka penelitian merupakan penjelasan sementara
terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan.
25Megita Dwi Pamungkas, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kreatifitas Belajar Dengan Pemanfaatan Software Core Math Tools (CTM) Peserta Didik XI Teknik Mesin SMK Muhammadiah 1 Surakarta Semester 2 TA 2012/2013,”Seminar Nasional Pendidikan
Matematika,(Surakarta: 2013).
26 Sugiono, “
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,”
Bagan 1. Alur Penelitian
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Penelitian
Bagan :. Menunjukkan proses penelitian dimulai dari melakukan prasurvey ke MTs Bahrul Ulum untuk memperoleh data awal, dilanjutkan dengan
penelitian bertemu dengan guru wali kelas VII MTs Bahrul Ulum yaitu
dengan melakukan proses penelitian mengumpulkan data nilai matematika,
menganalisa, menguji hipotesis dan menyimpulkan hasil penelitian.
MTs Bahrul Ulum Way Kanan Lampung
Peserta didik kelas VII Guru matematika
kelas VII
Pengumpulan data metode
Quantum Learning peserta didik
kelas VII
Pengumpulan data kelas kontrol peserta didik kelas VII
Pengolahan dan analisis data Pengolahan dan analisis data
Pengujian Hipotesis Pengujian Hipotesis
Kesimpulan: Apakah terdapat pengaruh metode pembelajaran
Quantum Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah
D. Hipotesis
Menurut Suharsimi hipotesis dapat diartikan “suatu jawaban yang bersifat
sementara dalam suatu permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul” sedangkan menurut Sudjana hipotesis adalah “asumsi atau dugaan
mengenai suatu hal yang dibuat untuk menyelesaikan hal itu sering di tuntut
untuk melakukan pengecekan.27
1. Hipotesis Penelitian
Terdapat pengaruh metode Quantum Learning terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis pada peserta didik kelas VII MTs Bahrul
Ulum Way Kanan.
2. Hipotesis Statistik
H0 : (tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran
Quantum Learning) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis
pada peserta didik kelas VII MTs Bahrul Ulum Way Kanan dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional).
H1 : (terdapat pengaruh metode pembelajaran Quantum
Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik
kelas VII MTs Bahrul Ulum Way Kanan).
27 Budiyono, “Statistik Untuk Penelitian,” (Surakarta : Sebelas Maret University Press, Cet
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan metode
penelitian yang paling produktif karena jika penelitian tersebut
dilakukan dengan baik maka dapat menjawab hipotesis yang utamanya
berkaitan dengan sebab dan akibat.
Menurut Jackie Watson sebagaimana yang dikutip oleh
Masganti Sitorus mendefinisikan penelitian eksperimen adalah
pengujian hipotesis yang ketat dengan menentukan hubungan sebab
akibat antara dua atau lebih variabel. Menurut Sugiyono, penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode-metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain dalam kondisi yang terkendalikan28. Sedangkan menurut Wiersma
sebagaimana yang dikutip Emzir mendefinisikan eksperimen sebagai
suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya memiliki satu
variabel bebas29.
28 Sugiyono, “Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan RAD,”( Bandung: Alpabeta, 2012), hlm.
63
29 Emzir, “
metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif,”(Jakarta: Raja Grafindo Perkasa,
Definisi lain diungkapkan oleh M. Kasiran bahwa eksperimen
merupakan suatu model penelitian dimana peneliti memanipulasi suatu
kondisi tertentu pada objek yang dikenali kondisi tersebut30. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan penelitian eksperimen dengan
bentuk Quasi-Exsperimental Design yaitu desain yang memiliki
kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk untuk
mengontrol Variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen31.
Penelitian ini mengelompokkan responden menjadi dua kelompok.
Kelompok yang pertama adalah kelompok eksperimen yaitu kelompok
yang mendapat perlakuan pembelajaran metode Quantum Learning
sedangkan kelompok yang kedua yaitu kelompok yang mendapatkan
perlakuan pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan ialah posttest-only control
design yang mana digunakan untuk mengetahui pengaruh metode
pembelajaran Quantum Learning terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematis. Pada penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Adapun untuk variabel bebas ialah metode
pembelajaran Quantum Learning, sedangkan variabel terikatnya ialah
30 Moh. Kasiram, “Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman Dan Penguasaan Metodologi Penelitian,”( Malang: Press, 2008),hlm. 201
kemampuan pemecahan masalah matematisnya. Bentuk dari
rancangan penelitian posttest-only design ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rancangan Penelitian Eksperimental
Perlakuan Tes akhir
Kelas Eksperimen X1 T1
Kelas Kontrol X2 T2
Keterangan
X1 = perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran
Quantum Learning
X2 = perlakuan dengan menggunakan metode langsung
T1 = tes akhir soal kemampuan pemecahan masalah matematis.
T2 = tes akhir soal kemampuan pemecahan masalah matematis.
C. Variabel Penelitian
Kata “Variabel” berasal dari bahasa inggris Variable dengan arti “Ubahan”, “Faktor tak tetap” atau gejala yang dapat di ubah-ubah” Kerlinger
menyatakan bahwa variabel adalah (Contructs) atau sifat yang akan dipelajari.
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang membentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut kemudian di tarik kesimpulannya32. Menurut hubungan antar satu
variabel dengan variabel yang lainnya terdapat beberapa macam variabel
dalam penelitian ini yang akan digunakan.
Adapun Variabel yang akan diteliti adalah:
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah sejumlah unsur atau faktor yang mempengaruhi
munculnya faktor lain yang pada gilirannya faktor lain tersebut disebut
variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran Quantum Learning.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah sejumlah unsur atau faktor yang muncul di
pengaruhi oleh adanya variabel bebas. Dengan demikian variabel terikat
dalam penelitian ini kemampuan pemecahan masalah matematis (Y).
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1) Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya33. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII Bahrul Ulum
Way kanan sejumlah 90 peserta didik yang tersebar dalam 3 kelas.
33
Tabel 3.1
Jumlah Peserta Didik Kelas VII Mts Bahrul Ulum
2) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi34. Pada penelitian ini peneliti mengambil 2 kelas sebagai
perwakilan dari populasi yang ada kelas pertama (kelas VII A) sebagai
kelas eksperimen sedangkan kelas kedua (VII B) sebagai kelas kontrol.
3) Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
cluster random sampling. Teknik ini memilih sebuah sampel dari
kelompok-kelompok unit yang kecil. Setelah melakukan teknik cluster
random sampling, didapatlah dua kelas yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII
B sebagai kelas kontrol.
34 Ibid , hlm 62
No Kelas
Jumlah peserta
didik
1 VII A 30
2 VII B 30
3 VII C 30
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang di perlukan, penulis menggunakan atau
menempuh cara sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah sekumpulan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes digunakan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi ajar. Tes dalam
penelitian ini merupakan tes tertulis berupa soal uraian (essay). Penilaian
tes berpedoman pada hasil tertulis peserta didik terhadap
indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
menentukan permasalahan yang harus diteliti dan untuk mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Mode pengumpulan data ini
berdasarkan dari pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi35. Teknik
ini dilakukan untuk mendapatkan data awal dan permasalahan yang ada
pada sekolah tersebut
3. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian36. Observasi sebagai alat
pengumpulan data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi
dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data pengelolaan
pembelajaran Metode Quantum Learning oleh guru dan aktivitas peserta
didik selama pembelajaran berlangsung, yang dapat memperkuat data
hasil penelitian.
4. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengambil
data dari dokumen-dokumen yang telah ada. Dalam penelitian ini
dokumentasi digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik dan jumlah
peserta didik.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengukuran
dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Dalam
penelitian ini instrumen yang akan digunakan adalah berupa tes kemampuan
pemecahan masalah. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis dalam
penelitian ini digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika.
Tes yang digunakan berupa soal uraian. Penyusunan tes kemampuan pemecahan
masalah matematis ini dilakukan melalui berapa tahapan sebagai berikut:
a. membuat kisi-kisi soal yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi
dasar indikator yang dikembangkan sesuai dengan silabus, dan indikator
pemecahan masalah matematika.
Tabel 3.2
Kisi- Kisi Uji Coba Tes Untuk Mengetahui Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
NO Indikator Materi bangun
datar
Indikator Pemecahan Masalah
Nomor Soal
1 Menyelesaikan masalah
kehidupan sehari-hari dan
menyajikan anggota
bangun datar Memahami masalah Merencanakan penyelesaian masalah Menyelesaikan masalah Melakukan pengecekkan kembali terhadapsemua langkah yang telah dikerjakan
1 dan 2
2 Memperhatikan jawaban
serta digambarkan dalam kehuidupan sehari-hari
3, dan 5
3 Memahami bangun datar
dalam permasalahan
sehari-hari yang berkaitan dengan contohnya
6 dan
4 Merencankan percobaan
untuk bangun datar 7 dan 8
b. Menyusun soal pemecahan masalah matematika berdasarkan kisi-kisi
c. Melakukan uji coba tes pemecahan masalah matematis yang dilanjutkan
dengan menghitung validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan
reabilitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang digunakan
dalam penelitian ini telah memenuhi syarat.
d. Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis
disajikan pada tabel 3.237
Tabel 3.3
Penskoran untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis
No Indikator
pemecahan masalah
Respon peserta didik terhadap soal Skor
1 Memahami masalah
(menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal)
Tidak memberikan jawaban 0
Tidak memahami masalah atau salah interpretasi
1
Memahami sebagian masalah/
interpretasi soal kurang lengkap
2
Memahami masalah dalam soal dengan lengkap
3
2 Menyusun rencana
pemecahan masalah
Tidak memberikan jawaban 0
Tidak ada rencana penyelesaian/ rencana yang dibuat salah
1
Kurang tepat menuliskan sketsa ataupun gambar bangun datar
2
Rencana benar berdasarkan sebagian
masalah yang diinterpretasikan
dengan benar
3
Rencana lengkap dan benar
mengarah kepada penyelesaian yang benar
4
3 Melaksanakan
rencana pemecahan masalah
Tidak memberikan jawaban 0
Jawaban salah berdasarkan rencana yang tidak tepat
1
37 Novita Yuanari, “Penerapan Strategi TTW (Think-Talk-Write) Sebagai Upaya
0Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Desposisi Matematika Siswa Kelas VIII Di S1MP Negeri 5 Wates Kulon Progo,” (Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika UNY,
Jika sistematis dalam menuliskan penyelesaian masalah dari soal tetapi benar solusinya
2
Melaksanakan prosedur benar tapi ada sebagian yang salah
3
Melaksanakan prosedur benar
dengan jawaban yang benar
4
4 Melakukan review
atas pelaksanaan rencana pemecahan
masalah
Tidak memberikan jawaban 0
Tidak ada pengecekan terhadap hasil atau pemeriksaan salah
1
Pengecekan kebenaran hasil tidak lengkap
2
Pengecekan kebenaran hasil secara lengkap
3
Sebelum di ujikan di kelas sampel, soal-soal di ujicobakan di luar kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat kesukaran, daya beda dan reabilitas butir soal tes.
G. Uji Instrumen
Instrumen yang baik dapat dipercaya adalah instrumen yang memiliki tingkat
validitas (mengukur ketepatan) dan reabilitas (mengukur keajegan) yang
tinggi. Sebelum instrumen ini digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba
pada siswa yang telah mendapatkan materi yang sama sebelumnya dengan
kelas yang akan di uji. Uji coba tersebut bertujuan untuk mengukur validitas,
indeks kesukaran daya beda dan reabilitas.
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat
atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang
kurang valid berarti memiliki validitas rendah.38 Ada dua hal yang harus
diukur untuk mengetahuikevalidan suatu instrumen yaitu tingkat kesukaran
soal dan daya beda soal. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi
Product Moment sebagai berikut:
rxy = ∑ ∑ ∑
√ ∑ (∑ ) ∑ ∑
Dimana:
rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i
n = banyaknya subyek yang dikenal tes (instrument)
X = skor butir ke-I (dari uji coba)
Y = skor total (dari subyek uji coba)
Butir soal dikatakan
1) baik jika
2) tidak baik jika
b. Uji Tingkat Kesukaran
Sudijono mengatakan bermutu atau tidaknya butir-butir tes hasil
belajar diketahui dari derajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing
butir item tersebut.39 Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
38 Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,” (Jakarta : Rineka
Cipta,2010),h.211
39 Anas Sudjiono, “Pengantar Evaluasi Pendidikan,”(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Cet
tidak terlalu sukar. Untuk mencari taraf kesukaran menggunakan rumus
sebagai berikut:
P =∑
Keterangan:
P : tingkat kesukaran
∑ : banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm : skor maksimum
N : jumlah peserta tes