• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Kasar - SUPRIYANTO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Kasar - SUPRIYANTO BAB II"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Upaya Meningkatkan Motorik Kasar Anak Usia Dini

1. Pengertian Motorik Kasar

Menurut Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 117) motorik

kasar adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot – otot besarnya. Kemampuan gerak motorik anak dibagi menjadi tiga

yaitu : Pertama, kemampuan lokomotor yaitu kemampuan yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain

dan untuk mengangkat tubuhnya ke atas. Kedua, kemampuan non lokomotor yaitu gerakan yang dilakukan ditempat tanpa ada ruang gerak yang memadai. Gerakannya seperti meregang, menarik, melipat

dan lain – lain. Ketiga, kemampuan manipulative yaitu kemampuan yang lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian tubuh

yang lain juga dapat digunakan. Gerakannya seperti gerakan melempar, menangkap, menendang, memukul dan lain – lain.

Menurut Ernawulan Syaodih (2005: 30) motorik kasar adalah

gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar. Sehingga untuk melakukan gerakan motorik kasar, seperti untuk aktivitas berlari,

(2)

Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan

menggunakan otot besar antara lain: berjalan mundur dengan tumit berjinjit, melompat dengan dua kaki bersama-sama kemuka dan

belakang, berlari, meloncat, melempar dan menangkap kantong biji (Depdiknas , 2003: 149).

Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa motorik kasar adalah kemampuan untuk menggerakan bagian tubuh dengan menggunakan otot – otot besar secara harmonis dan

membutuhkan koordinasi yang baik sebagian besar tubuh anak untuk melakukannya.

2. Metode Pembelajaran Motorik Kasar Anak Usia Dini

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 1.17) bahwa anak memiliki kecerdasan gerak-kinestetik yang membutuhkan kesempatan

untuk bergerak, dan menguasai gerakan. Mereka perlu diberi tugas-tugas motorik halus, seperti menggunting, melipat, menjahit,

menempel, merajut, menyambung, mengecat, dan menulis, serta motorik kasar, seperti berlari, melompat, berguling, meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap, dan lari jarak pendek.

Menurut Schmidt (dalam Yudha M. Saputra dan Rudyanto, 2005: 131) pembelajaran motorik membagi menjadi tiga tahap yaitu :

Pertama, tahap verbal kognitif artinya pembelajaran motorik melalui

(3)

memasuki masa pemahaman dari motorik – motorik yang sedang

dipelajarinya. Ketiga, tahap otomatisasi artinya tahap ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau spontan.

Menurut Samsudin (2008: 10) pembelajaran motorik anak usia dini ada tiga tehnik yang di gunakan yaitu: Pertama, Tahap verbal

kognitif yaitu tahap belajar melalui uraian lisan atau penjelasan dengan maksud agar anak memahami gerakan yang akan dilakukan. Kedua, Tahap asosiatif yaitu tahap pemahaman, anak memperagakan sendiri

gerakan–gerakan yang sedang di pelajari guru hanya memberi motivasi dan membetulkan jika ada gerakan yang dilakukan anak yang salah.

Ketiga, Tahap automasi yaitu tahap pembelajaran motorik dimana

anak dengan spontaan memperagakan gerakan yang sedang diajarkan. Dari pendapat beberapa diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

metode pembelajaran motorik kasar pada anak harus melalui tahapan uraian lisan, pemahaman, spontanitas dan anak diberi kebebasan

untuk melakukan gerakan.

3. Tahap Perkembangan Motorik Kasar

Perkembangan motorik yang normal pada anak merupakan

salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun ketrampilan. Pada masa pendidikan dasar pada

(4)

anak mempelajari sesuatu dengan mencoba mencari apa yang dapat dia

kerjakan, tingkat penemuan (discovery), merupakan lanjutan dari tingkat penjelajahan, anak dapat menemukan cara yang tepat untuk

melakukan suatu gerakan, tingkat gabungan (coordination), merupankan gabungan antara penjelajahan dengan penemuan, tingkat

pemilihan (selection), tingkat ini baru diberikan pada pemilihan suatu kegiatan olahraga, tingkat sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama, dan tingkat penghalusan (refine), tahap dalam melanjutkan

latihan atau aktivitas gerak yang sudah diajarkan sebelumnya.

Menurut Fitts dan Postner seperti dikutip Sugiyanto dan

Sujarwo (dalam Sumantri,2005: 101) proses perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam tiga tahap yaitu : Pertama, Tahap verbal kognitif, merupakan tahap awal belajar gerak, perkembangan

yang menonjol adalah anak menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, tetapi penguasaan gerakannya belum baik karena masih

dalam taraf coba – coba. Kedua, Tahap asosiatif, merupakan tahap menengah dan di tandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mampu melakukan gerakan – gerakan dalam bentuk

rangkaian yang tidak tersendat – sendat . Ketiga, Tahap otomatisasi, merupakan tahap terakhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai

(5)

Menurut Benyamin Bloom (dalam Fridani, Wulan, Pujiastu,

2008: 2.25) penguasaan gerakan anak usia dini ditunjukan oleh gerakan yang kaku sampai kepada gerakan yang lancar atau luwes.

Menurut Dave (dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 2.25) mengklasifikasikan gerakan motorik yang dikuasai oleh anak usia dini

kedalam lima kategori dari tingkatan yang paling rendah sampai pada tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut:

Pertama, Imitation (Peniruan) yaitu suatu ketrampilan untuk

menirukan suatu gerakan yang telah dilihat, didengar atau dialaminya. Gerakan meniru ini akan mengurangi koordinasi dan kontrol – kontrol

otot – otot syaraf, karena peniruan gerakan umumnya dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna.

Kedua, Manipulation (Penggunaan Konsep) yaitu suatu

ketrampilan untuk menggunakan konsep dalam melakukan gerakan. Ketrampilan manipulasi ini menekankan pada perkembangan

kemampuan mengikuti arahan, penampilan gerakan – gerakan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan.

Ketiga, Presition (Ketelitian) yaitu suatu ketrampilan yang

berhubungan dengan kegiatan melakukan gerakan secara teliti dan benar. Ketelitian ini hampir sama dengan manipulasi tetapi dilakukan

(6)

Keempat, Articulation (Perangkaian) yaitu suatu ketrampilan

untuk merangkaikan bermacam – macam gerakan secara berkesinambungan. Gerakan artikulasi ini menekankan pada

koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kelima, Naturalization (Pengalamiahan) yaitu suatu ketrampialan untuk melakukan gerakan secara wajar. Gerakan paling sedikit mengeluarkan energi baik fisik maupun psikis.

Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa ketrampilan motorik kasar yang dilakukan anak usia dini pada

dasarnya memiliki ciri khas yaitu dari proses peniruan, penggunaan konsep, ketelitian, perangkaian, sampai penguasaan gerak yang terampil dan membutuhkan ketrampilan yang berbeda.

4. Tujuan Pengembangan Motorik Kasar

Menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 115) tujuan

dari pengembangan motorik kasar pada anak usia dini yaitu mampu meningkatkan ketrampilan gerak, mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, mampu menanamkan sikap percaya

diri, mampu bekerjasama dan mampu berprilaku disiplin, jujur, dan sportif.

(7)

sejauh mana anak tersebut mampu menyelesaikan tugas motorik yang

diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu.

Menurut Depdiknas (2003: 34) tujuan pengembangan

ketrampilan motorik kasar anak adalah untuk pertumbuhan dan kesehatannya melalui berolah tubuh. Pembelajaran tercapai jika anak

mengalami pertumbuhan dan kesehatan menjadi lebih baik.

Menurut Ernawulan (2005: 31) ketrampilan motorik sebaiknya dikuasai anak pada masa kanak-kanak, supaya pada anak terbentuk

rasa percaya diri, memiliki sifat mandiri dan mendapatkan penerimaan dari teman-teman sebayanya.

Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pengembangan motorik kasar pada anak usia dini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak anak dalam menyelesaikan

tugas motorik yang dengan benar, menjaga kesehatan dan juga untuk menanamkan sikap percaya diri, mandiri, disiplian, jujur dan sportif.

5. Fungsi Pengembangan Motorik Kasar

Menurut Yudha M Saputra dan Rudyanto (2005: 115) fungsi dari pengembangan motorik kasar pada anak usia dini antara lain

sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, dan kesehatan untuk anak, sebagai alat untuk membentuk, membangun

(8)

meningkatkan perkembangan social, dan sebagai alat untuk

menumbuhkan perasaan senangdan memahami manfaat kesehatan pribadi.

Menurut Ernawulan (2005: 31) ketrampilan motorik itu mempunyai dua fungsi yaitu: Pertama, membantu anak untuk

memperoleh kemandiriannya. Kedua, untuk membantu anak mendapatkan penerimaan sosialnya.

Menurut Hurlock (dalam Fridani, Wulan, Pujiastuti, 2008: 2.4)

fungsi ketrampilan motorik bagi perkembangan anak yaitu melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh

perasaan senang, melalui ketrampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya (helplessness) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi yang bebas, tidak tergantung

(independence), melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment),

melalui ketrampilan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk bergaul dengan teman

sebayanya, dan perkembangan ketrampilan motorik sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak (self concept).

(9)

kesehatan dan juga menanamkan sikap mandiri serta menumbuhkan

perasaan senang.

6. Evaluasi Pengembangan Motorik Kasar

a. Pedoman Evaluasi

Menurut Samsudin (2008: 65) penilaian atau evaluasi adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai

informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan

yang telah dicapai oleh anak didik melalui kegiatan pembelajaran. Alat evaluasi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran perkembangan kemampuan motorik kasar adalah dengan cara

observasi. Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan pengamatan langsung terhadap

sikap dan perilaku anak. Agar observasi lebih terarah maka digunakan lembar observasi yang mengacu pada indikator yang akan dicapai.

Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 50) cara pencatatan hasil penilaian harian dicatat dengan

menggunakan simbol-simbol yaitu sebagai berikut :

1) Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang

(10)

2) Anak yang perilakunya sedang berada pada tahap proses

menuju yang diharapkan (belum stabil) maka pada kolom tersebut di tulis nama anak dan diberi kode dengan tanda ().

3) Anak yang perilkunya melebihi dengan apa yang diharapkan

dan sudah dapat menyelesaikan tugas melebihi yang

direncanakan guru, maka pada kolom tersebut dituliskan nama anak dan diberi kode dengan tanda lingkaran berisi penuh ().

Menurut Anita Yus (2005: 69) memberikan evaluasi

dengan menggunakan skala penilaian atau evaluasi berbentuk bilangan, terdiri dari pernyataan dan di sebelahnya disediakan

bilangan tertentu yaitu angka 1 – 5, yang berarti (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi dan (5) sangat tinggi. Peneliti tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom evaluasi dengan melihat

kemampuan gerak motorik kasar yang dilakukan anak dengan indikator yang akan dicapai.

Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2010: 11) hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian. Tanda satu bintang (  ) digunakan untuk menilai

anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator, tanda bintang dua (   ) digunakan untuk menilai anak yang sudah

mulai berkembang (MB) sesuai indikator, tanda tiga bintang (    ) digunakan untuk menilai anak yang sudah berkembang

(11)

(     ) digunakan untuk menilai anak yang berkembang

sangat baik (BSB) melebihi indikator yang diharapkan. Untuk pedoman evaluasi peneliti menggunakan tanda

bintang ( ), untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan motorik kasar anak. Untuk mempermudah melakukan observasi

peneliti menggunakan lembar observasi atau pedoman observasi. Peneliti tinggal memberi tanda cek ( √) pada kolom penilaian.

b. Tujuan Evaluasi Motorik Kasar

Menurut Anita Yus (2005: 264), tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketercapaian kemampuan motorik kasar anak

dalam rentang waktu yang di susun dalam kurun waktu tertentu. Laporan penilaian diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan hasil penilaian terutama guru dan orang

tua anak. Dengan begitu dapat diketahui sejauh mana perkembangan pembelajaran motorik kasar yang dapat dicapai oleh

anak.

Mengadaptasi standar kompetensi Taman Kanak-Kanak (2004: 8) penilaian atau evaluasi dapat dilakukan dengan

pengamatan dan pencatatan anekdot. Evaluasi dengan pengamatan dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan sikap anak yang

dilakukan sehari – hari secara terus menerus.

(12)

merencanakan pembelajaran selanjutnya yang sesuai dengan

perkembangan anak, memberi informasi kepada orang tua tenteng kemajuan anak serta mendukung kelancaran program guru dan

orang tua.

Menurut Yudha M. Saputra (2005: 197) evaluasi

pembelajaran bertujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh anak, tetapi kemajuan ini tidak diberikan dalam bentuk kuantitatif (angka) tetapi dalam bentuk kualitatif (deskripsi)

kemajuan belajar anak.

Dari beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan

bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak pada kemampuan

motorik kasarnya setelah mengikuti kegiatan di sekolah.

c. Fungsi Evaluasi Motorik kasar

Menurut Samsudin (2008: 65), menyebutkan bahwa fungsi

evaluasi yaitu memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar, sebagai bahan pertimbangan guru untuk melakukan kegiatan bimbingan terhadap

anak didik agar fisik maupun psikisnya dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal, sebagai bahan pertimbangan bagi

(13)

anak sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah, sebagai bahan

informasi untuk orang tua untuk melaksanakan pendidikan keluarga yang sesuai dan terpadu dengan proses pembelajaran di

sekolah, dan sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak dalam rangka pembinaan selanjutnya terhadap anak didik.

Fungsi evaluasi dalam Depdiknas (2003: 112), menyebutkan antara lain memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar, memberikan

informasi kepada orang tua tentang ketercapaian pertumbuhan dan perkembangan anaknya agar dapat memperbaiki dan meningkatkan

bimbingan dan motivasi, sebagai bahan pertimbangan guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak didik yang memungkinkan anak didik mencapai

dengan maksimal, dan sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dalam memberikan pembinaan selanjutnya.

Menurut Anita Yus (2005: 264) dengan evaluasi dapat di ketahui pertumbuhan dan perkembangan anak, secara khusus evaluasi berfungsi antara lain sebagai bahan untuk lebih mengenali

karakteristik anak dan ketercapaian pertumbuhan dan perkembangan selama di Taman Kanak-Kanak, sebagai bahan

(14)

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mengkaji lebih lanjut

hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan kegiatan belajar Dari beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan

fungsi evaluasi motorik kasar adalah sebagai bahan masukan bagi guru dan juga orang tua mengenai perkembangan motorik kasar

yang dikuasai oleh anak serta guru sebagai bahan untuk memperbaiki metode dalam kegiatan mengajar.

d. Indikator Keberhasilan

Menurut Ernawulan Syaodih (2005: 30) motorik kasar adalah gerakan yang banyak menggunakan otot-otot kasar, seperti

untk aktivitas berlari, berjalan, melempar maupun melompat.

Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan menggunakan otot besar antara lain: berjalan mundur dengan tumit

berjinjit, melompat dengan dua kaki bersama-sama kemuka dan belakang, berlari, meloncat, melempar dan menangkap kantong biji

(Depdiknas , 2003: 149).

Menurut Nana Sudjana (2010: 8) kriteria keberhasilan siswa ditentukan yaitu berkisar anatar 75-80%. Artinya siswa

dikatakan berhasil apabila siswa tersebut mampu menguasai atau mencapai sekitar 75-80% dari tujuan atau nilai yang seharusnya

(15)

Menurut standar kompetensi (2004: 7) yang diharapkan

dari pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai

dengan yang telah dirumuskan. Aspek-aspek perkembangan yang diharapkan dicapai meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama,

social, emosional dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni.

Mengadaptasi dari standar kompetensi (2004: 14) aktifitas

dalam motorik kasar pada anak kelompok B antara lain

Tabel 2.1. Indikator Motorik Kasar Anak Kelompok B

(16)

Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengadaptasi dan

kemudian menyusun indikator yang diharapkan dalam kemampuan motorik kasar pada anak Taman Kanak-Kanak sebagai berikut

Tabel 2.2. Indikator Kemampuan Motorik Kasar

No Indikator Kemampuan Motorik kasar Anak

1 Kemampuan gerakan badan berjongkok mengambil karpet

2 Kemampuan gerakan tangan memberi karpet dengan tepat

3 Kemampuan gerakan tangan melempar karpet dengan tepat

4 Kemampuan gerakan melompat dengan tepat di karpet

Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa

indikator suatu pembelajaran motorik kasar dapat dikatakan berhasil jika anak dapat melakukan suatu gerakan-gerakan dengan

benar yang diajarkan tanpa dibantu oleh orang lain.

B. Permainan Lompatan Kaki Gajah di Taman Kanak – Kanak

1. Pengertian Bermain dan Permainan Bagi Anak Usia Dini

Menurut Piaget (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001: 8) bermain adalah keadaan tidak seimbang dimana asimilasi lebih dominan dari pada akomodasi. Asimilasi adalah proses penggabungan

(17)

untuk disesuaikan, diselaraskan dengan atau meniru apa yang diamati

realitas.

Menurut Soegeng (dalam Anita Yus, 2005: 23) bermain adalah

suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk

mencapai tujuan tertentu..

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 2) bermain adalah sebagai kegiatan yang dilakukan demi kesenangan dan tanpa

mempertimbangkan hasil akhir. Kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak lain. Kegiatan bermain

adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Kegiatan belajar di taman kanak-kanak lebih banyak dilakukan dengan bermain. Pada dasarnya lingkungan Taman

Kanak-Kanak didesain sebagai arena bermain. Sehingga penataan benda-benda yang ada, warna, gambar dan peralatanya, di tata secara

menarik.

Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 6) bermain memiliki ciri-ciri yang khas, yang membedakannya dari kegiatan lain yaitu

bermain selalu menyenangkan dan menikmatkan atau menggembirakan, bermain tidak bertujuan ekstrinsik, motivasi

(18)

kaidah ekstrinsik, bermain bersifat aktif, dan bermain bersifat

fleksibel.

Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti menyimpulkan

bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan bebas dan sukarela, dengan aturan yang bebas, tanpa memikirkan hasil

akhir, tujuannya adalah untuk memperoleh kesenangan.

2. Tahapan Bermain Anak Usia Dini

Menurut Mildred Parten (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2001:

21) membagi bentuk kegiatan bermain kedalam enam bentuk yaitu : a. Unoccupied play (tidak bermain), sebenarnya anak tidak benar

benar terlibat dalam kegiatan bermain, melainkan hanya mengamati kejadian di sekitarnya yang menarik perhatiannya. b. Solitary play (bermain sendiri), terjadi pada usia awal, anak sibuk

main sendiri dan tidak memperhatikan kehadiran teman lainnya. c. Onlooker play (pengamat) yaitu kegiatan bermain dengan

mengamati anak – anak lain melakukan kegiatan bermain, dan ada minat untuk ikut bermain bersama teman yang diamati.

d. Paralel play (bermain parallel) jika dua anak atau lebih bermain

dengan jenis alat permainan yang sama dan melakukan gerakan yang sama, tetapi bila diperhatikan meraka tidak ada interaksi

(19)

e. Assosiative play (bermain asosiatif) ditandai dengan adanya

interaksi antar anak yang bermain, saling tukar alat permainan, tapi sebenarnya mereka tidak terlibat kerja sama.

f. Cooperative play (bermain bersama) ditandai dengan adanya kerja

sama atau pembagian tugas dan pembagian peran antara anak –

anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Menurut Hurlock (dalam Montolalu dkk, 2009: 2.20)

perkembangan bermain anak terjadi melalui tahapan sebagi berikut: a. Tahap eksplorasi, pertama-tama anak mencari tahu, mengamati,

tentang yang apa yang dapat dilakukan benda atau alat tersebut. b. Tahap alat permainan (toy stage), pengamatan dilakukan dengan

seksama terhadap benda atau alat permainan, tetapi masih

berlangsung mencari kemungkinan-kemungkinan cara melakukannya.

c. Tahap bermain (play stage), anak sudah tahu berbagai jenis

permainan bersama maupun sendiridengan alat permainan.

d. Tahap melamun (daydream stage , anak sudah merasa besar dan

tidak cocok lagi dengan bermain mobil-mobilan atau bermain dengan boneka, mereka suka berdiam dikamar sambil mengkhayal

dan melamun.

(20)

perkembangan kognitif anak yaitu sensory motor play, social play

games with rules (permainan game dengan aturan yang berhubungan

dengan perilaku social) serta games dengan aturan dan olahraga.

Dari pendapat beberapa diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa tahapan bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak

sebelum melakukan suatu permainan, anak melakukan beberapa tahap yaitu dengan cara melihat, mengamati, mereka bermain sendiri, dan kemudian mereka bermain secara kelompok.

3. Metode Pembelajaran Taman Kanak-Kanak

Menurut Samsudin (2008: 33) metode pembelajaran adalah

acara yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang ditetapkan. Metode pembelajaran tersebut antara lain: Pertama, bercerita yaitu bertutur kata atau memberi penjelasan secara

lisan. Kedua, bercakap – cakap berupa kegiatan tanya jawab. Ketiga, tanya jawab berupa memberi pertanyaan kepada anak. Keempat,

karyawisata mengunjungi objek. Kelima, demonstrasi memperagakan suatu ketrampilan. Keenam, bermain peran memberi pengalaman melalui bermain peran. Ketujuh, eksperimen mengamati sesuatu.

Kedelapan, proyek memberi kesempatan pada anak untuk

menggunakan alam sekitar sebagai bahan pembahasan melalui

(21)

Menurut Anita Yus (2005: 146) beberapa metode yang

digunakan dalam pembelajaran pada taman kanak-kanak mempergunakan beberapa metode yang bisa merangsang anak didik

aktif, di antaranya melalui kegiatan : Pertama, bermain, merupakan metode pokok pada pendidikan anak usia dini, karena dunia anak

adalah bermain. Disadari atau tidak dengan bermain anak dapat mempelajari banyak hal yang dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan potensi yang dimilikinya. Kedua, bercerita, adalah

kegiatan menyampaikan cerita yang mengandung unsur nilai-nilai keteladanan dan pemberian wawasan, yang dilakukan secara lisan atau

dengan membaca buku. Ketiga, demonstrasi atau peragaan, metode demonstrasi dilakukan dengan cara mempertunjukan atau memperagakan suatu cara atau suatu ketrampilan. Keempat,

karyawisata, adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik untuk meninjau tempat atau obyek yang lain.

Kelima, metode proyek yaitu pembelajaran yang memberikan

kesempatan pada anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan sehari – hari sebagai bahan pembahasan melalui berbagai kegiatan.

Menurut Moeslihatoen (2004: 24) metode pengajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini antara lain : Pertama,

(22)

makna yang dalam pada perkembangan dan minat pada diri anak.

Ketiga, bercakap – cakap, merupakan pembelajaran yang bisa membantu perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak terutama

perkembangan bahasanya. Keempat, bercerita, dengan bercerita akan memberi makna yang dalam bagi anak, karena bisa menambah rasa

percaya diri anak. Kelima, demonstrasi, pengajaran melalui kegiatan memperagakan dan menjelaskan cara mengerjakan sesuatu dan anak diharapkan tahu langkah – langkah mengerjakannya. Keenam, proyek,

salah satu metode pengajaran agar anak mampu memecahkan suatu masalah yang dialaminya. Ketujuh, pemberian tugas, dengan memberi

tugas diharapkan anak mampu mengembangakan kemampuan bahasa, kognitif, dan mampu mengerjakan tugas sampai selesai.

Dari pendapat beberapa diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

untuk mengajarkan kemampuan motorik kasar pada anak, dapat digunakan metode bermain karena bermain merupakan metode pokok

di taman kanak – kanak, dengan bemain anak menjadi senang dan juga bisa merangsang tumbuh kembang anak di semua aspek.

4. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini

Menurut Montolalu dkk (2009: 1.18) manfaat bermain bagi anak yaitu bermain memicu kreativitas, bermain bermanfaat

(23)

pancaindra, bermain sebagai media terapi ( pengobatan ), dan bermain

itu dapat melakukan penemuan.

Menurut Tadkiroatun (2005: 15) arti penting bermain bagi anak

yaitu bermain membantu anak membangun konsep dan pengetahuan, karena anak tidak membangun konsep atau pengetahuan dalam kondisi

terisolasi tetapi melalui interaksi dengan orang lain, bermain membantu anak mengembangkan kemampuan mengorganisai dan menyelesaikan masalah, bermain membantu anak mengembangkan

kemampuan berpikir abstrak, bermain mendorong anak untuk berpikir kreatif, bermain meningkatkan kompetensi sosial anak, bermain

membantu anak mengekspresikan dan mengurangi rasa takut, bermain membantu anak menguasai konflik dan trauma social, bermain membantu anak mengenali diri mereka sendiri, bermain membantu

anak mengontrol gerak motorik, bermain dapat membantu anak meningkatkan kemampuan berkomunikasi, dan bermain menyediakan

konteks yang aman dan memotivasi anak belajar bahasa kedua.

Menurut Mayke S. Tedjasaputra (2001: 3) manfaat bermain sangat besar untuk perkembangan anak antara lain: perkembangan

fisik motorik, sosial, emosi, kognisi, untuk mengasah ketajaman pengindraan, dan juga untuk mengembangkan ketrampilan olahraga

(24)

perbendaharaan kata, dan juga bisa untuk menyalurkan

perasaan-perasaan tertekan .

Dari pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa manfaat

bermain adalah meningkatkan kemampuan motorik, kreativitas, melatih empati, tanggungjawab, kemandirian, sosial anak.

5. Pengertian Bermain Lompatan Kaki Gajah Bagi Anak Usia Dini

a. Pengertian Lompatan Kaki Gajah

Menurut Yudha M. Saputra dan Rudyanto (2005: 125)

lompat adalah gerakan dasar yang terjadi ketika tubuh diangkat ke udara karena tekanan yang berasal dari satu atau ke dua tungkai

dan tubuh mendarat menggunakan yang dikuasai selanjutnya adalah menggunakan satu atau dua kaki.

Menurut Sumantri (2005: 82) penguasaan gerak melompat

berkembang sejalan dengan peningkatan kekuatan kaki serta keseimbangan dan koordinasi tubuh. Gerakan melompat mula –

mula dikuasai adalah dengan cara menumpu dengan satu kaki dan mendarat dengan satu kaki yang lain. Gerakan yang dikuasai kemudian adalah menumpu dengan kedua kaki bersama – sama.

Menurut Samsudin (2008: 78) gerakan meloncat atau melompat itu terdiri dari gerakan mengarahkan dan menahan badan

(25)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) (2007:

509) kaki adalah anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah). Menurut Kamus

Umum Bahasa Indonesia (KUBI) (2007: 338) gajah adalah binatang yang berbelalai, berkulit tebal, dan banyak yang

bergading.

Permainan lompatan kaki gajah adalah permainan yang gerakan dasar yang dilakukan dengan mengangkat bagian anggota

tubuh bagian bawah, kemudian melompat dan mendarat di diatas karpet menggunakan satu atau dua kaki. Permainan lompatan kaki

gajah merupakan hal yang dianggap menyenangkan bagi anak dan juga dapat membantu kesempurnaan gerak anak. Permainan ini dilakukan secara berkelompok dan membutuhkan kerja sama yang

baik.

b. Tujuan Bermain Lompatan Kaki Gajah

Menurut Samsudin (2008: 78) melompat dilakukan dengan tujuan untuk mencapai ketinggian atau jarak yang ingin dicapai. Untuk itu maka pinggul, lutut danpergelangan kaki harus

dibengkokkan untuk memperoleh gaya yang lebih besar. Kegiatan melompat dimulai dri posisi sedikit berjongkok.

(26)

kerjasama, serta mengembangkan gerak ketrampilan melompat,

keseimbangan.

Menurut Montolalu dkk (2009: 4.22) ketrampilan

lokomotor merupakan gerak tubuh yang berpindah tempat, seperti berjalan, melompat, bersepeda, berlari dan lain-lain. Semua itu

bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran anak akan tubuhnya dalam ruang. Kesadaran semacam ini disebut kesadaran persepsi motorik yang meliputi kesadaran akan tubuh sendiri,

waktu, hubungan ruang (spasial), konsep arah, visual dan pendengaran. Kesadaran seperti ini terlihat dari usaha anak meniru

gerakan-gerakan anak lain atau gurunya.

Permainan lompatan kaki gajah adalah gerakan dasar yang dilakukan dengan mengangkat tubuh kemudian mendarat

menggunakan satu atau dua kaki. Permainan lompatan kaki gajah merupakan hal yang dianggap menyenangkan bagi anak dan juga

dapat membantu kesempurnaan gerak anak. Permainan ini dilakukan secara berkelompok dan membutuhkan kerja sama yang baik.

c. Tahap Bermain Lompatan Kaki Gajah

Adapun tahap yang dapat dilakukan untuk bermain

(27)

1) Pada permulaan adalah membagi anak secara berkelompok, karena

permainan kaki gajah membutuhkan kerja sama, perkelompok terdiri dari 3 orang .

2) Menyiapkan alat yang di gunakan yaitu 4 buah karpet kotak kecil. 3) Karpet kemudian di tata secara berurutan, untuk memudahkan

karpet tersebut diberi nomor 1-4, kemudian ke tiga anak tersebut berdiri diatas karpet dengan menginjak karpet secara berurutan 1-3. 4) Kemudian anak nomor tiga mengambil karpet nomor 4 yang ada di

belakangnya untuk diberikan ke anak nomor satu, dengan cara berurutan melewati nomor 2.

5) Setelah diterima karpet nomor 4 oleh anak nomor satu, karpet

tersebut kemudian ditaruh didepannya, kemudian anak nomor satu meloncat menginjak karpet nomor 4. Kemudian diikuti anak nomor

dua meloncat ke karpet nomor 1, dan anak nomor tiga meloncat ke karpet nomor ke karpet nomor 2.

6) Kemudian anak nomor tiga mengambil karpet nomor 3 untuk di

berikan kepada anak nomor satu, dan setelah di terima karpet tersebut kembali diletakan di depannya dan kemudian meloncat ke

karpet itu. Anak nomor dua dan tiga ikut meloncat kembali.

7) Kegiatan seperti itu di lakukan secara berulang sampai mencapai

batas yang telah di tentukan oleh guru.

(28)

apabila otot sudah dibiasakan lentur dari masa kecil pastinya akan

sangat bermanfaat bagi perkembangan selanjutnya. Dalam permainan lompatan kaki gajah yang dikembangkan antara lain aspek kelenturan

dan keseimbangan, hal ini dapat dilihat dari gerakan yang mengambil karpet gerakan ini bisa membuat kelenturan anak dan dapat

bermanfaat bagi kelangsungan hidupnya. Aspek kelincahan juga dapat dikembangkan. Kelincahan merupakan hal yang sangat diharapkan, karena kelincahan merupakan standar ukuran anak senang terhadap

pendidikan yang diberikan atau tidak. Apabila anak lincah dan aktif dalam mengikuti kegiatan yang diberikan guru, berarti anak ini sudah

mampu menerima stimulus dari guru dengan baik. Kelincahan dalam permainan ini dapat dibuktikan dengan gerakan melompat ke atas karpet dengan tepat tanpa bantuan. Aspek keberanian dapat

dikembangkan dengan anak didorong untuk mencoba permainan lompatan kaki gajah ini. Kadang – kadang anak merasa takut akan hal

baru yang belum pernah dilakukannya. Mungkin karena takut atau karena malas, namun dalam hal ini keberanian merupakan aspek yang dituju karena dalam permainan lompatan kaki gajah anak yang berani

bermain adalah anak yang sudah belajar untuk berani melakukan sesuatu, sedangkan bagi yang masih takut didorong untuk untuk

(29)

C. Hubungan Antara Permainan Lompatan Kaki Gajah Dengan

Kemampuan Motorik Kasar

Permainan lompatan kaki gajah merupakan permainan yang menarik

dan menyenangkan serta menantang jika di lakukan oleh anak usia dini, sehingga mampu untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak.

Dengan melakukan permainan lompatan kaki gajah, kemampuan motorik kasar anak dapat di stimulasi untuk ditingkatkan dari yang semula motorik kasarnya rendah menjadi lebih baik kemampuannya.

D. Kerangka Berpikir

Setiap anak memiliki kemampuan motorik yang berbeda – beda dan

hampir semua anak mampu melakukan gerakan motorik kasar . Dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar lebih terampil diperlukan latihan gerakan fisik yang teratur dan berkesinambungan, serta menyediakan

ruang gerak yang bebas bagi anak.

Anak diberi kesempatan untuk melakukan gerakan motorik kasar

akan berekspresi dengan bebas dan secara maksimal mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya.

Menurut Samsudin (2008: 33) menggunakan metode bermain dalam

pembelajaran pada anak usia dini merupakan sangat tepat dilakukan. Dengan bermain anak pada dasarnya adalah belajar, karena dalam bermain

(30)

emosinya. Menurut Brewer (dalam Tadkiroatun, 2005: 37) bermain

memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan akademik anak. Pada kondisi awal, kemampuan motorik kasar anak didik pada

kelompok B BA Aisyiyah Mandiraja Wetan masih rendah antara lain ditandai anak belum mampu melakukan gerakan jongkok dengan baik, jika

anak mau memberi sesuatu kadang masih jatuh, dalam gerakan melempar anak-anak masih ragu dan tidak sampai pada sasaran yang telah ditentukan, jika anak disuruh melakukan gerakan melompat belum bisa melakukan

gerakan melompat dengan baik, dalam pembelajaran masih monoton, guru hanya menggunakan alat permainan yang seadannya, anak hanya disuruh

bermain dengan alat permainan prosotan, jungkat-jungkit, papan titian, ayunan.

Untuk memperbaiki kondisi ini peneliti melaksanakan tindakan

penelitian melalui suatu permainan lompatan kaki gajah untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Untuk memudahkan

(31)
(32)

Berdasarkan bagan kerangka berpikir penelitian tindakan kelas

diatas, peneliti berasumsi bahwa untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak dapat dilakukan melalui permainan lompatan kaki gajah pada

Gambar

Tabel 2.1. Indikator Motorik Kasar Anak Kelompok B
Tabel 2.2. Indikator Kemampuan Motorik Kasar
Gambar 2.1  Bagan kerangka berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun metoda penyambung poros dengan menggunakan kopling ini banyak digunakan, namun satu hal yang tidak bisa dihindari adalah adanya ketidak sebarisan

Botot TSS per tanaman (TSS weight per plant), g Bobot TSS per umbel (TSS weight per umbel), g.. maupun melalui kombinasi perendaman + penyiraman dua kali pada umur 3 dan 5

Agar Unversitas XYZ melakukan pengelolaan TI yang baik dan sehat ( Good IT Governance ) melalui peningkatan tingkat kematangan dan kefektifan kontrol pada proses TI

Penelitian ini dibuat untuk merancang sebuah sistem informasi pendukung keputusan dalam menentukan usulan kegiatan yang akan digunakan sebagai masukan utama

Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan program SPSS 16.0, hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: hasil analisis regresi diperoleh koefisien regresi

Dari hasil diketahui bahwa untuk ketiga produk yang diteliti (Ponds, Citra, dan Sari Ayu Martha Tilaar) faktor yang paling banyak dirasakan oleh konsumen sebagai alasan

kenaikan suhu dan tindakan apa yang perlu dilakukan pada kondisi abnormal sistem pending in air kolam dan sistem VAG, akan dilakukan evaluasi transfer panas

Mengakses Website Tv Kabel Melakukan Pembayaran melalui Via ATM yang telah ditentukan Mengirim Laporan Pengaduan Melakukan Pendaftaran mengisi formulir pendaftaran dan