• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Kualitas Data Masukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Kualitas Data Masukan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

35

BAB IV

ANALISIS

Pada bagian ini akan dilakukan analisis terhadap semua proses yang dilakukan dalam pembentukan model nilai tanah baik dengan metode regresi linier maupun dengan metode GWR. Analisis terbagi menjadi empat bagian, yaitu terhadap kualitas data masukan, proses pemodelan dengan metode regresi linier, proses pemodelan dengan metode GWR dan perbandingan proses maupun hasil pemodelan dengan metode regresi linier dan metode GWR.

4.1 Analisis Kualitas Data Masukan

Data masukan yang digunakan adalah data peta bidang tanah Kecamatan Lengkong dan data harga penjualan serta harga penawaran bidang tanah di kecamatan tersebut selama kurun waktu tahun 2005 sampai tahun 2006. Data tersebut diambil dari data salah satu tesis Magister Pertanahan (Wahyudi, 2007). Berdasarkan hal tersebut maka data digolongkan sebagai data tersier.

Data harga penjualan dan penawaran bidang tanah di Kecamatan Lengkong berjumlah total 133 buah data. Dari 133 data yang terkumpul didapat persebaran data (Gambar 4.1) yang mencakup keseluruhan wilayah Kecamatan Lengkong dan tersebar secara merata.

(2)

36 Dari keseluruhan bidang tanah yang terdapat di Kecamatan Lengkong yaitu 14983 bidang, jumlah data harga sampel tersebut mencakup sekitar 0.89%a.

133

14983 Z 100% 0.89%

Jumlah data sampel tersebut dianggap cukup merepresentasikan seluruh bidang tanah yang ada namun belum tentu karakteristiknya sesuai dengan karakteristik keseluruhan bidang. Hal tersebut dikarenakan adanya kemungkinan bahwa data sampel yang tersedia merupakan data-data yang bersifat anomali seperti berada pada rentang harga yang paling tinggi ataupun sebaliknya berada pada rentang harga yang terendah dibandingkan harga bidang tanah lainnya. Selain itu ada juga kemungkinan harga sampel tersebut salah dikarenakan adanya kesalahan pencatatan PPAT, harga subjektif dari penjual/pembeli tanpa menghiraukan NJOP atau bisa jadi harga tersebut merupakan harga yang kurang baik dikarenakan kesalahan dari pemodelan NJOP sebelumnya yang dilakukan oleh Badan Penilaian PBB.

4.2 Analisis Metode Regresi Linier

Untuk menguji keterhandalan metode regresi linier dalam melakukan pemodelan dilakukan uij korelasi dan RMSe. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Metode Data Korelasi RMSe

Regresi

Linier Asli 0.062 2966347.308

Asli+ 0.261 936644.011

Penyesuaian 0.065 3006398.972 Penyesuaian+ 0.277 933094.074

Tabel 4.1 : Koefisien Korelasi dan RMSe Hasil Pemodelan Regresi Linier

Korelasi terbaik yang dicapai oleh metode regresi linier adalah 0.277 untuk set data penyesuaian+ dan korelasi terburuk adalah 0.062 untuk set data asli, hal tersebut menandakan bahwa perbedaan data masukan untuk proses regresi linier sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil hitungan. Begitupun dengan RMSe yang diraih. RMSe terbaik yang diraih oleh metode regresi linier adalah 933094.074 untuk set data penyesuaian+ dan RMSe terburuk adalah 3006398.972

(3)

37 untuk data penyesuaian. Hal tersebut semakin memperkuat bukti bahwa kualitas data masukan menjadi salah satu masalah utama yang harus diperhatikan untuk melakukan pemodelan dengan metode regresi linier.

Data asli+ Data penyesuaian+

Data asli Data penyesuaian

Gambar 4.2 : Model Residu Nilai Tanah Hasil Pemodelan Regresi Linier

Digambarkan pada Gambar 4.2 adalah model residu nilai tanah hasil pemodelan dengan metode regresi linier. Dari gambar tersebut terlihat bahwa residu nilai tanah dengan pemodelan regresi linier mencapai rentang -3000000 sampai dengan 17000000 untuk set data asli dan penyesuaian. Untuk set data asli+ dan penyesuaian+ rentang tersebut memang lebih sempit yaitu antara -4000000 sampai dengan 3000000 namun tetap saja terlihat bahwa residu yang mencapai angka sekitar 17000000 menandakan adanya data sampel yang karakteristiknya jauh berbeda dengan data sampel lainnya meskipun belum tentu data sampel yang berbeda itu adalah data yang salah.

Selain itu dari koefisien korelasi dan RMSe pada Tabel 4.1 maupun model residu pada Gambar 4.2 dapat terlihat bahwa penyesuaian waktu transaksi pada data sampel tidak banyak berpengaruh. Nilai koefisien korelasi, RMSe, dan residu

(4)

38 antara set data asli dan set data penyesuaian maupun set data asli+ dan set data penyesuaian+ tidak berbeda jauh. Kemungkinan aturan penyesuaian waktu transaksi yang tercantum dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.55 Tahun 1999 tidak cocok untuk diterapkan pada pemodelan dengan metode regresi linier atau aturan tersebut sudah tidak berlaku lagi dikarenakan adanya perubahan kondisi dinamika nilai tanah dari tahun 1999 ketika aturan tersebut dikeluarkan ke tahun 2006 ketika terjadi transaksi bidang tanah.

4.3 Analisis Metode GWR

Untuk menguji keterhandalan metode regresi linier dalam melakukan pemodelan dilakukan uij korelasi dan RMSe. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Metode Bobot Data Korelasi RMSe

GWR Gauss Asli 0.224 2139894.973 Asli+ 0.300 822535.674 Penyesuaian 0.209 2175108.187 Penyesuaian+ 0.320 834580.414 Bisquare Asli 0.232 2143931.401 Asli+ 0.300 822535.393 Penyesuaian 0.219 2179120.104 Penyesuaian+ 0.320 834579.690 Tabel 4.2 : Koefisien Korelasi dan RMSe Hasil Pemodelan GWR

Korelasi terbaik yang dicapai oleh metode GWR adalah 0.320 untuk set data penyesuaian+ dan korelasi terburuk adalah 0.209 untuk set data penyesuaian, hal tersebut menandakan bahwa perbedaan data masukan untuk proses GWR tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas hasil hitungan. Hal yang berbeda ditunjukan oleh RMSe yang diraih. RMSe terbaik yang diraih oleh metode GWR adalah 822535.393 untuk set data asli+ dan RMSe terburuk adalah 2179120.104 untuk data penyesuaian. Hal tersebut cukup bertolak belakang dengan analisis yang didapat dari hasil koefisien korelasi bahwa kualitas data masukan tidaklah terlalu harus diperhatikan untuk melakukan pemodelan dengan metode GWR. Dari hasil RMSe perbedaan kualitas data cukup berpengaruh secara signifikan.

(5)

39 Analisis lain yang dapat diperoleh dari Tabel 4.2 adalah mengenai variasi dalam metode GWR-nya sendiri, jenis fungsi bobot yang digunakan baik Gauss maupun Bisquare tidak terlalu berpengaruh pada hasil koefisien korelasi dan RMSe. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan bandwith optimum yang didapat sama persis antara proses dengan bobot Gauss maupun dengan bobot Bisquare (Tabel 3.7).

Data asli+ Data penyesuaian+

Data asli Data penyesuaian

Gambar 4.3 : Model Residu Nilai Tanah Hasil Pemodelan GWR

Digambarkan pada Gambar 4.3 adalah model residu nilai tanah hasil pemodelan dengan metode GWR. Dari gambar tersebut terlihat bahwa residu nilai tanah dengan pemodelan GWR mencapai rentang -5000000 sampai dengan 17000000 untuk set data asli dan penyesuaian. Untuk set data asli+ dan penyesuaian+ rentang tersebut memang lebih sempit yaitu antara -3000000 sampai dengan 5000000 namun tetap saja terlihat bahwa residu yang mencapai angka sekitar 17000000 menandakan adanya data sampel yang karakteristiknya jauh berbeda dengan data sampel lainnya meskipun belum tentu data sampel yang berbeda itu adalah data yang salah.

(6)

40 Selain itu dari koefisien korelasi dan RMSe pada Tabel 4.2 maupun model residu pada Gambar 4.23 dapat terlihat bahwa penyesuaian waktu transaksi pada data sampel tidak banyak berpengaruh

4.4 Analisis Perbandingan Metode GWR dengan Regresi Linier

Metode Bobot Data Korelasi RMSe

Regresi Linier Asli 0.062 2966347.308 Asli+ 0.261 936644.011 Penyesuaian 0.065 3006398.972 Penyesuaian+ 0.277 933094.074 GWR Gauss Asli 0.224 2139894.973 Asli+ 0.300 822535.674 Penyesuaian 0.209 2175108.187 Penyesuaian+ 0.320 834580.414 Bisquare Asli 0.232 2143931.401 Asli+ 0.300 822535.393 Penyesuaian 0.219 2179120.104 Penyesuaian+ 0.320 834579.690 Tabel 4.3 : Koefisien Korelasi dan RMSe Hasil Seluruh Pemodelan

Dari hasil uji korelasi dan uji RMSe pada Tabel 4.3 terlihat bahwa untuk setiap set data, koefisien korelasi dan RMSe dari metode GWR dengan fungsi bobot Gauss maupun Bisquare keduanya lebih baik dibandingkan koefisien korelasi dan RMSe hasil pemodelan metode regresi linier. Meskipun perbedaan yang diraih tidak terlalu signifikan pada data-data yang sudah dihilangkan blunder-nya, perbedaan tersebut tetap menandakan bahwa metode GWR terbukti dapat meningkatkan keakuratan hasil pemodelan.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pada metode regresi linier perbedaan koefisien korelasi dan RMSe yang diperoleh antara set data asli dengan set data asli+ maupun antara set data penyesuaian dengan set data penyesuaian+ cukup berbeda jauh yaitu mencapai sekitar 0.2 dan 2000000. Pada metode GWR perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan, perbedaan koefisien korelasi yang dicapai adalah sekitar 0.1 sedangkan perbedaan RMSe yang dicapai pun hanya sekitar 1200000. Hal tersebut menandakan bahwa metode GWR tidak terlalu bergantung pada kualitas data dibandingkan dengan metode regresi linier.

Gambar

Gambar 4.1 : Persebaran Sampel
Tabel 4.1 : Koefisien Korelasi dan RMSe Hasil Pemodelan Regresi Linier
Gambar 4.2 : Model Residu Nilai Tanah Hasil Pemodelan Regresi Linier
Gambar 4.3 : Model Residu Nilai Tanah Hasil Pemodelan GWR

Referensi

Dokumen terkait

Semen Gresik (Persero) Tbk memiliki nilai EVA yang lebih baik dibandingkan dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa.Dari hasil perhitungan dan analisis data yang

Gambar 4.3 Activity Diagram mengelola User (Admin) admin pilih menu pengolahan user tampil detail data user pilih insert.. user pilih update

Dengan hasil ini dapat dinyatakan H 0 ditolak dan H a diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Group

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun suatu sistem aplikasi latihan ujian kenaikan tingkat Taekwondo dan pembelajaran pada Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo Universitas

Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengukur dan menganalisis tingkat efisiensi pada Perbankan Syariah di Indonesia dengan menggunakan SFA melalui pendekatan

Apabila Orang tua calon siswi tidak dapat hadir wawancara pada waktu yang sudah ditentukan, mohon konfirmasi ke SMA Stella Duce 2 di No Telp 0274 513129 atau ke Bapak Y.. Himawan

Koordinator penelitian klinik kerjasama dengan National Institute of Allergy and Infectious Diaseses (NIAID) untuk Acute Febrile Illness dan South East Asia Infectious

Kendali mutu (Quality Control) radiologi diharapkan akan dapat mengendalikan persoalan yang berkaitan dengan kualitas gambar dan eksposi yang diterima