• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIV/2016 Penggusuran Paksa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIV/2016 Penggusuran Paksa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIV/2016

Penggusuran Paksa

I. PEMOHON

1. Rojiyanto ………..………… Pemohon I 2. Mansur Daud P. ……….. Pemohon II 3. Rando Tanadi ……….……… Pemohon III ……….…..….. selanjutnya disebut Para Pemohon Kuasa Hukum:

Alghiffari Aqsa, S.H., Yunita, S.H., L.LM., Arif Maulana, S.H., M.H., Eny Rofi’atul N., S.H., Atika Yuanita P., S.H., M.H., Revan H. Tambunan, S.H.,

Alldo Fellix Januardy, S.H., Bunga M. R. Siagian, S.H., Ayu Eza Tiara, S.H.,

Gading Yonggar Ditya, S.H. Muhamad Isnur, S.H.I., Pratiwi Febry, S.H., Tigor Gempita Hutapea, S.H., Handika Febrian, S.H., Nelson Nikodemus

Simamora, S.H., Wirdan Fauzi, S.H., Oky Wiratama Siagian, S.H., Matthew Michele Lengu, S.H., Citra Referandum, S.H., Uchok Shigit Prayogy, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 29 Agustus 2016.

II. OBJEK PERMOHONAN

Pengujian Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya selanjutnya disebut Perpu 51/1960.

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945:

“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi”;

2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”;

3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;”

(2)

IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON

Para Pemohon adalah korban penggusuran paksa yang dilakukan oleh pemerintah daerah, yang merasa dirugikan dengan ketentuan Pasal 2, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI

A. NORMA MATERIIL

Pasal 2 Perpu 51/1960

“Dilarang memakai tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya yang sah.”

Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960

(1) Penguasa Daerah dapat mengambil tindakan-tindakan untuk menyelesaikan pemakaian tanah yang bukan-perkebunan dan bukan-hutan tanpa ijin yang berhak atau kuasanya yang sah, yang ada didaerahnya masing-masing pada suatu waktu.

(2) Penyelesaian tersebut pada ayat 1 pasal ini diadakan dengan memperhatikan rencana peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan.

Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960

(1) Dalam rangka menyelesaikan pemakaian tanah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 3, maka Penguasa Daerah dapat memerintahkan kepada yang memakainya untuk mengosongkan tanah yang bersangkutan dengan segala barang dan orang yang menerima hak daripadanya.

(2) Jika setelah berlakunya tenggang waktu yang ditentukan di dalam perintah pengosongan tersebut pada ayat 1 Pasal ini perintah Itu belum dipenuhi oleh yang bersangkutan, maka Penguasa Daerah atau penjabat yang diberi Perintah olehnya melaksanakan pengosongan itu atas biaya pemakai tanah itu sendiri.

Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960

(1) Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5,maka dapat dipidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000,- (lima ribu rupiah);

a. barangsiapa memakai tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya yang sah, dengan ketentuan, bahwa jika mengenai tanah-tanah perkebunan dan hutan dikecualikan mereka yang akan diselesaikan menurut Pasal 5 ayat 1;

b. barangsiapa mengganggu yang berhak atau kuasanya yang sah di dalam menggunakan haknya atas suatu bidang tanah;

(3)

c. barangsiapa menyuruh, mengajak, membujuk atau menganjurkan dengan lisan atau tulisan untuk melakukan perbuatan yang dimaksud dalam pasal 2 atau huruf b dari ayat (1) pasal ini;

d. barangsiapa memberi bantuan dengan cara apapun juga untuk melakukan perbuatan tersebut pada pasal 2 atau huruf b dari ayat (1) pasal ini.

(2) Ketentuan-ketentuan mengenai penyelesaian yang diadakan oleh Menteri Agraria dan Penguasa Daerah sebagai yang dimaksud dalam Pasal-Pasal 3 dan 5 dapat memuat ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) terhadap siapa yang melanggar atau tidak memenuhinya.

B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Pasal 1 ayat (3) UUD 1945

“Negara Indonesia adalah negara hukum.” Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945

(1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

Pasal 28C ayat (1) UUD 1945

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Pasal 28D ayat (1) UUD 1945

“Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri..”

Pasal 28G ayat (1) UUD 1945

“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.”

(4)

Pasal 28H ayat (1) dan ayat (4) UUD 1945

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi danhak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

VI. ALASAN-ALASAN PARA PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945

1. Bahwa Pemohon I adalah korban penggusuran paksa di daerah Papanggo, Jakarta Utara, dalam proses penggusuran terjadi kekerasan. Terhadap penggusuran tersebut Pemohon mengajukan gugatan ke Pengadilan hingga pada tingkat kasasi namun Pemohon tetap kalah karena dalam putusannya disebutkan bahwa Perpu 51/1960 tidak mewajibkan pemerintah memberikan ganti rugi kepada warga korban penggusuran paksa;

2. Bahwa Pemohon II adalah korban penggusuran paksa di kawasan Duri Kepa, Jakarta Barat. Pemohon diberikan surat peringatan dari pemerintah daerah yang ditujukan atas nama Asun, dkk, namun sepengetahuan Pemohon didaerah tempat tinggal Pemohon tidak ada yang bernama Asun. Hal ini sudah diklarifikasi Pemohon kepada pemerintah;

3. Bahwa Pemohon II adalah korban penggusuran paksa di kawasan Duri Kepa, Jakarta Barat. Pemohon adalah seorang pelajar dan akibat dari penggusuran ini Pemohon terpaksa putus sekolah dan tidak memiliki lagi tempat tinggal;

4. Bahwa menurut para Pemohon ketentuan yang terdapat dalam Perpu 51/1960 hanya dapat diterapkan pada negara dalam keadaan bahaya, bukan dalam situasi damai untuk melakukan penggusuran paksa terhadap warga Negara;

5. Bahwa Pasal 2, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960 membuka peluang keterlibatan angkatan perang di dalam penggusuran paksa yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Menurut penelitian para Pemohon kasus penggusuran paksa yang terjadi kerap menggunakan tenaga aparat Tentara Nasional Indonesia dan rawan disertai tindakan intimidasi dan kekerasan terhadap warga negara yang menjadi korban penggusuran paksa;

6. Bahwa ketentuan Pasal 2, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960 mengabaikan prosedur relokasi warga negara yang berlandaskan pada prinsip-prinsip HAM dan hal ini bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (1) UUD 1945;

7. Bahwa kepemilikan tanah oleh para Pemohon sebagai warga negara yang sudah mendayagunakan tanah tersebut dalam jangka waktu lama juga dilindungi oleh beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

(5)

1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang menyatakan bahwa penelantaran tanah dapat mengakibatkan pada hapusnya kepemilikan ketentuan. Di dalam kasus-kasus penggusuran paksa, termasuk yang dialami oleh para Pemohon, pemerintah sebagai pelaku penggusuran paksa juga tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikannya yang sejalan dengan asas publisitas hukum agraria;

8. Bahwa ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960 menerapkan sanksi pidana terhadap para Pemohon sebagai warga negara yang menjustifikasi kesewenang-wenangan pemerintah untuk merampas tanah warga tanpa perlu melalui proses pembuktian yang adil terlebih dahulu; 9. Bahwa ketentuan Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960

bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945;

10. Dengan demikian Pasal 2, Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) Perpu 51/1960 patut dinyatakan inkonstitusional dan bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (4) UUD 1945;

VII. PETITUM

1. Menyatakan para Pemohon memiliki kedudukan hukum untuk mengajukan permohonan a quo;

2. Mengabulkan permohonan dari para Pemohon untuk seluruhnya;

3. Menyatakan Pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya inkonstitusional dan tidak memiliki warga negara karena bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945;

4. Menyatakan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya inkonstitusional dan tidak memiliki warga negara karena bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945;

5. Menyatakan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak atau Kuasanya inkonstitusional dan tidak memiliki warga negara karena bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 24 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945;

6. Menyatakan Pasal 6 ayat (1) butir a, butir b, butir c, dan butir d dan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang Berhak

(6)

atau Kuasanya inkonstitusional dan tidak memiliki warga negara karena bertentangan dengan Pasal 1 ayat (3), Pasal 28G ayat (1), dan Pasal 28H ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945.

Mengetahui, Panitera Muda II

Muhidin

NIP. 19610818 198302 1 001

Pengolah Data Perkara dan Putusan ,

Ria Indriyani

Referensi

Dokumen terkait

Sementara itu pada penelitian yang berjudul Lokasi Optimal Pembangunan Pasar di Kota Lahat Berdasarkan Kajian Faktor-faktor Lokasi Penentu Pasar dan Analisa

Sedangkan menurut Fikri Zaenuri, biaya operasional, volume pembiayaan murabahah, dan bagi hasil dana pihak ketiga memiliki pengaruh yang sugnifikan dengan margin

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, pajak yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pajak Reklame, sepanjang tidak

Membran yang digunakan sebagai elektrolit harus memenuhi beberapa syarat penting, yaitu harus memiliki konduktivitas proton yang tinggi, sifat fuel barrier yang baik,

Hal yang sudah kita bisa lakukan ketika ingin mengubah ukuran huruf di layar kerja Office Word adalah ketika text sudah ter- block maka memilih Font Size yang posisinya

Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Moon-Hee You dkk.[1], terkait penyesuaian metode kompensasi menggunakan prediksi algoritma untuk pergeseran frekuensi Doppler dalam

Begitu halnya dengan Jovi Adhiguna Hunter yang membawa dirinya kedepan masyarakat luas ( subscriber ) melalui media sosial Youtube, dimana dirinya termasuk dalam seseorang yang

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: aspek fisik, psikis