1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingginya permintaan masyarakat akan bahan pangan memang tidak akan pernah menurun. Hal ini memang sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Abraham Maslow yang dikutip dari Robbins (2006:167) dimana kebutuhan utama manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis meliputi sandang atau pakaian, papan atau tempat tinggal dan pangan atau makanan. Melihat keadaan tersebut, maka dapat dipastikan perkembangan industri pangan pun akan selalu meningkat. Fakta membuktikan dari hasil observasi yang dilakukan dengan media internet pada bisnis keuangan kompas, ditemukan bukti bahwa ternyata memang industri pangan terus tumbuh walaupun keadaan krisis ekonomi sedang melanda Indonesia. Bahkan peningkatan bisnis roti diprediksi dapat mencapai 10 hingga 11% pada tahun 2013. Hal ini membuktikan bahwa memang permintaan masyarakat akan produk pangan selalu tinggi dari tahun ke tahun.
Terdapat bermacam-macam jenis produk pemenuhan kebutuhan pangan. Di Indonesia sendiri, produk pemenuhan kebutuhan pangan adalah beras yang selanjutnya diolah menjadi nasi. Namun, pada kenyataannya, selain beras, ternyata produk roti menjadi pilihan kedua setelah nasi, dimana menurut data Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia (APEBI) peningkatan nilai pasar roti dan kue di Indonesia tahun 2012 mencapai Rp 31 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata roti telah menjadi produk substitusi dari beras yang peminatnya sangat tinggi di Indonesia.
Melihat tingginya peminatan akan produk roti di Indonesia, maka banyak pihak-pihak yang memanfaatkan peluang tersebut dengan membuka bisnis pemenuhan kebutuhan pangan berbentuk roti. Di Indonesia sendiri, perusahaan yang bergerak di bidang produksi roti adalah Sari Roti. Menurut observasi yang dijalankan dengan media internet dalam website merdeka, dijelaskan bahwa memang Sari Roti merupakan perusahaan roti terbesar di Indonesia. Namun, seiring dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka munculnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang produksi roti telah menjadi hal yang wajar.
Salah satu perusahaan yang saat ini memproduksi roti adalah PT Mandiri Berlima. Beralamat pusat di Jl. AMD X RT 02 RW 01 No 75 D Petukangan Utara, Pesangrahan Jakarta Selatan, perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2007 ini telah mendistribusikan produk roti mereka ke beberapa distributor, terutama di kota Jakarta. Namun, sejalan dengan perkembangan peminat produk yang sangat tinggi, maka perusahaan berminat untuk membuka pabrik baru di daerah Parung.
Menurut H. Kandar Katrijoko selaku Direktur Utama, saat ini perusahaan memang berminat untuk membuka pabrik baru di daerah Bogor pada tahun 2014. Tanah dan bangunan sudah tersedia namun harus melakukan pembangunan ulang dan renovasi. Namun, permasalahan utama yang melanda PT Mandiri Berlima adalah hingga saat ini belum diketahui apakah pembangunan pabrik tersebut akan menguntungkan.
Selanjutnya menurut wawancara pada tanggal 30 Mei 2013 kepada Bapak Ratnadi sebagai Direktur Produksi, dijelaskan bahwa alasan pembangunan pabrik di daerah Parung kota Bogor, selain dikarenakan telah adanya investasi tanah di daerah tersebut, menurut beliau, permintaan akan produk roti pun sangat tinggi. Dilihat dari data historis penjualan roti yang selalu meningkat pada setiap tahunnya
Tabel 1.1. Omset PT Mandiri Berlima (2008-2012)
Tahun Pendapatan 2008 11,282,000 2009 18,323,165 2010 19,185,981 2011 20,009,745 2012 21,625,175
Sumber: Data sekunder, PT Mandiri Berlima
Selain itu, ditemukan juga bahwa menurut bapak Ratnadi dijelaskan bahwa banyak distributor yang menjelaskan kepada pihak perusahaan bahwa mereka menjual produk roti yang diproduksi PT Mandiri Berlima di Depok, Bogor, Parung dan sekitarnya, sehingga akan sangat memudahkan distributor apabila PT Mandiri Berlima mendirikan pabrik baru di daerah Parung.
Melihat dari keadaan di atas, maka permasalahan yang dialami perusahaan menyangkut penghitungan arus kas serta perhitungan nilai perusahaan dimana menurut Kasmir dan Jafat (2012:103), untuk mengukur nilai perusahaan dilihat dari masa depan maka metode yang paling tepat untuk dipergunakan adalah metode Net
Present Value.
Selain itu, ternyata perusahaan juga belum melakukan analisis serta evaluasi yang mendalam mengenai aspek-aspek penting yang dapat mempengaruhi kelayakan pembukaan pabrik baru meliputi aspek pasar dan pemasaran meliputi penelitian yang mendalam mengenai bauran pemasaran, aspek teknis atau operasi meliputi prosess pembuatan produk dari bahan mentah menjadi produk siap jual, mesin dan peralatan operasional, serta tata letak pabrik yang baru, aspek manajemen dan SDM meliputi perencanaan sumber daya manusia, uraian pekerjaan, jumlah karywan dan gaji serta rencana penerimaan karyawan, aspek ekonomi dan sosial meliputi dampak yang ditimbulkan dari rencana bisnis baik jangka pendek dan panjang kepada masyarakat pada khususnya dan pemerintah pada umumnya, aspek politik mengenai dampak yang diakibatkan oleh keadaan politik suatu negara terhadap perusahaan, aspek hukum mengenai kelengkapan, kesempurnaan, dan keaslian mulai dari badan hukum,tanda daftar perusahaan, npwp, surat izin usaha, izin domisili, izin mendirikan bangunan, bukti diri dan izin izin lainnya yang dimiliki atau harus di lengkapi, aspek lingkungan industri mengenai persaingan kompetitif bisnis melalui 5 aspek kompetitif yaitu: Ancaman pendatang baru, persaingan sejenis, ancaman produk substitusi, kekuatan pemasok, dan kekuatan pembeli, aspek dampak lingkungan hidup mengenai dampak yang akan ditimbulkan pada lingkungan, baik dampak yang ditimbulkan negatif maupun berdampak positif, aspek keuangan mengenai arus kas masuk dan keluar yang akan diterima perusahaan dalam jangka waktu tertentu
Dari hasil wawancara kepada pihak PT. Mandiri Berlima, maka disepakati bahwa pihak PT. Mandiri Berlima ingin melihat bagaimana nilai perusahaan dilihat dari jenjang 10 tahun kedepan dan berdasarkan dari uraian permasalahan tersebut, maka skripsi ini akan mengkaji tentang kelayakan pengembangan bisnis, untuk mengetahui layak atau tidak membuka pabrik baru pada usaha tersebut dengan mengambil judul “Analisis Kelayakan Bisnis Pabrik Roti Baru Pada PT. Mandiri Berlima”
1.2. Formulasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka identifikasi masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana kelayakan pembangunan pabrik baru ini dari aspek hukum, aspek manajemen dan SDM, aspek teknis dan operasional, aspek pasar dan pemasaran, aspek ekonomi dan sosial, aspek politik, aspek lingkungan industri, dan aspek dampak lingkungan hidup (AMDAL)?
2. Berdasarkan aspek keuangan bagaimana dengan kelayakan investasi usaha apabila dilihat dari Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) dan Break Even Point (BEP)?
1.3. Ruang Lingkup
Dalam studi kelayakan ini, subjek penilaian dibatasi hanya pada perusahaan PT. Mandiri Berlima menggunakan aspek-aspek studi kelayakan. Penelitian ini juga dibatasi hanya pada aspek hukum, aspek manajemen dan SDM, aspek teknis dan operasional, aspek pasar dan pemasaran, aspek ekonomi dan sosial, aspek politik, aspek lingkungan industri, dan aspek dampak lingkungan hidup (AMDAL) dan aspek keuangan.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kelayakan pembangunan pabrik baru ini dari aspek hukum, aspek manajemen dan SDM, aspek teknis dan operasional, aspek pasar dan pemasaran, aspek ekonomi dan sosial, aspek politik, aspek lingkungan industri, dan aspek dampak lingkungan hidup (AMDAL).
2. Untuk menghitung aspek keuangan dengan kelayakan investasi usaha dilihat dari Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI) dan Break Even Point (BEP)
1.5. State of the Arts
Penelitian ini juga dilengkapi dengan konsep yang digunakan oleh penelitian terdahulu yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1.2. Penelitian Terdahulu
Nama Tahun Metode Hasil
Jonas Mackevičius, Vladislav Tomaševič
2010 -IRR
-NPV
penghitungan NPV dan payback period telah menjadi metode yang paling efektif untuk mengukur estimasi nilai perusahaan serta titik pembelian kembali sebuah perusahaan.
Mohammed B. Ndaliman and Katsina C. Bala
2007 -BEP Untuk mengukur tingkat keseimbangan antara penjualan dan pembelian, maka sebuah bisnis perlu melakukan penghitungan titik impas (BEP) agar dapat diketahui masa depan dari sebuah penjualan.
Tomonari Shinoda 2010 -NPV -IRR -PP
Pengambilan keputusan untuk sebuah kelayakan bisnis harus dianalisis melalui beberapa metode dimana metode NPV, IRR dan PP merupakan sebagian metode yang dapat
membantu pengambilan keputusan investasi İsmail Bakan & İnci
Fatma Doğan
2012 -M. Porter Untuk dapat meningkatkan daya saing sebuah
perusahaan dalam sebuah industri, metode M. Porter merupakan metode
pengukuran daya saing yang cocok untuk industri
manufaktur Marian Andrei Gurau 2012 -Profitability
Index
Profitability index adalah indikator sifnifikan untuk mengetahui kinerja keuangan sebuah perusahaan.