• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAH LAKU MENYMPANG PESERTA DIDIK DARI KELUARGA BROKEN HOME DI KELAS X SMAN 14 PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAH LAKU MENYMPANG PESERTA DIDIK DARI KELUARGA BROKEN HOME DI KELAS X SMAN 14 PADANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

TINGKAH LAKU MENYMPANG PESERTA DIDIK DARI KELUARGA

BROKEN HOME DI KELAS X SMAN 14 PADANG

Oleh: Selvy Octavianti*

Dr. Yuzarion Zubir, S.Ag., S.Psi., M.Si** Rila Rahma Mulyani, M.Psi., Psikolog** *Mahasiswa

**

Pembimbing

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACK

This research was based on the result from pre survey was done from 13-26 August 2014 in state Senior High School 14 Padang. Researcher found out that there were parents had difficulty in teach their children who had bad attitude like steal, race, fight, skipping the school, drug, and ruinning public facilities. The purpose of this research were to describe (1) The students bad attitude was caused by Broken Home could harm other people (2) The students bad attitude was caused by Broken Home could harm their self (3) The students bad attitude was caused by Broken Home could harm their environment.

This research was descriptive qualitative research. Data ware collected from two students while parent, friends, teacher, and psychology teacher were supporting informan. This research, researcher was applied data processing teachnique via reduction, presentation, and conclusion.

Based on the result of the research about students bad attitude caused by Broken Home in ten grade state Senior High School 14 Padang, researcher could taken conclusion based on indicator were (1) Students did bad actions which could harm other people, (2) dilihat Students did bad actions which could harm their self, (3) Students did bad actions which could harm their envi ronment. This research, I recom mend for parents to can understand how to teach and manage their children properly students should follow the rules and norm which don’t harm their self, other people, and environment.

Keyword: The students bad attitude, Juvanile, Broken Home

Pendahuluan

Setiap individu mendambakan keluarga yang utuh dan harmonis, adakalanya keluarga ideal bukanlah kehidupan keluarga tanpa riak gelombang ombak pasang surut, melainkan keluarga yang mampu mengenali serta mengarungi riak, gelombang dan pasang surut tersebut. Sebagaimana keluarga tersebut dapat mengenali masalah yang terjadi, mengelola masalah kemudian menyelesaikannya dengan tetap mengandalkan kekompakan anggota keluarga, sehingga keluarga yang ideal terlihat dalam kekompakan masing-masing anggota keluarga. Nilai kekompakan dapat dilihat dari fungsi struktur keluarga secara bersinergi dan

dinamis melalui komunikasi yang dibangun oleh masing-masing anggota. Komunikasi yang dibangunpun akan semakin efektif dan akan lebih kuat dengan perilaku orang tua yang secara langsung menjadi teladan bagi anak-anaknya, disamping fungsi sebagai suami dan istri.

Lingkungan keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak. Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak, bagaimana seorang anak memandang dirinya, berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, dan bagaimana seorang anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

(3)

2

Keluarga sangat berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disini keluarga terbagi atas dua dimana ada keluarga kecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak, dan ada keluarga besar yang terdiri dari kakek, nenek dan bibi.

Ahmadi (1991:239) “Mengemukakan keluarga adalah kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat.” Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, dimana saja dalam satuan masyarakat manusia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terkecil yang bersifat universal antara orang dewasa laki-laki dan perempuan yang hidup bersama anak kandung atau anak adopsinya. Namun dalam sebuah keluarga tidak hanya berjalan mulus, akan ada suatu masalah yang akan muncul seperti, antara ayah dan ibu, apabila ayah dan ibu itu tidak bisa menyelesaikan permasalahan secara baik maka akan terjadinya perceraian atau broken home.

Ahmadi (1991:248) berpendapat broken home adalah keluarga yang tidak hadirnya salah satu orang tuanya karena kematian atau perceraian atau tidak hadir kedua-duanya. Antara keluarga yang utuh dengan keluarga yang pecah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan anak.

Broken home adalah keluarga yang telah pecah atau keluarga tidak utuhnya kedua orang tuanya yang bermula dari suatu konflik atau masalah, maka dari itu akan berpengaruh terhadap sikap bermain anak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga yang broken home itu adalah keluarga yang tidak utuh lagi dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anaknya sendiri, karena

tidak mendapatkan kasih sayang yang seutuhnya dan sepenuhnya dari kedua orang tua dan pengaruh tersebut terus berlangsung lama sampai anak menginjak masa remaja.

Pada keluarga broken home, akan menimbulkan pengaruh terhadap sikap bermain anak, anak berkembang menjadi tidak stabil terutama ketika bergaul dengan teman-teman sebayanya, yang mengakibatkan permasalahan pada tingkah lakunya, maka dari itu anak akan mencari jati dirinya di luar dan akan terjerumus pada tingkah laku menyimpang. Pengaruh ini terus berlanjut sampai anak menginjak masa remaja dan interaksi sosial sedikit terganggu pada masa dewasa.

Mudjiran (2007:150) menyatakan tingkah laku menyimpang itu juga disebut dengan “tingkah laku bermasalah”. Artinya, tingkah laku bermasalah yang masih diangap wajar dan dialami oleh remaja yaitu tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan secara fisik dan psikologis, dan masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Selanjutnya Sarwono (2013:256) menyatakan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum.

Menurut Prayitno (2006:140-141) bentuk-bentuk perilaku menyimpang itu antara lain, tingkah laku merusak kehidupan orang lain, misalnya merampas (mengompas) sesama siswa yang lebih muda, mengebut di jalan, menipu, memalsukan, memperkosa, membunuh (berkelahi secara kelompok maupun individu), tingkah laku merusak diri sendiri, seperti cabut dari sekolah, mabuk-mabukan, narkoba, hubungan seks luar nikah, melacur dan aborsi dan tingkah laku yang merusak lingkungan alam sekitar, seperti mencoret-coret bangunan, melukai pohon-pohon, menghancurkan tanaman, mencedera atau membunuh binatang, merusak batu-batuan alam, dan mengotori air.

Berdasarkan hasil observasi awal selama peneliti melakukan Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling

(4)

3

Kependidikan dan Sekolah (PLBK Kependidikan dan Sekolah) di SMA N 14 Padang pada tanggal 13 September 2014, peneliti melihat peserta didik mempunyai berbagai macam permasalahan, diantaranya adalah tingkah laku menyimpang yang sering terjadi pada peserta didik di sekolah seperti: Ada peserta didik membolos sebelum jam pelajaran berakhir, berperilaku nakal, usil pada teman, melawan pada guru, merokok saat jam istirahat, suka merusak fasilitas sekolah, mengebut di jalan, mencoret-coret dinding, melukai pohon-pohon dan menghancurkan tanaman.

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik pada tanggal 11 September 2014, diperoleh informasi bahwa selama ini peserta didik kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya dikarenakan kedua orang tuanya telah bercerai. Peserta didik mencari perhatian dari luar dengan cara berperilaku nakal seperti, membolos sebelum jam pelajaran berakhir, berperilaku nakal, usil pada teman, melawan pada guru, merokok saat jam istirahat, suka merusak fasilitas sekolah, mengebut di jalan, mencoret-coret dinding, melukai pohon-pohon dan menghancurkan tanaman.

Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang ditemukan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA N 14 Padang, dengan judul: Tingkah Laku Menyimpang Peserta didik dari Keluarga Broken Home di SMA N 14 Padang.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home yang merugikan orang lain.

2. Tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home yang merugikan diri sendiri.

3. Tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home yang merugikan lingkungan alam sekitar.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis menggambarkan tingkah laku menyimpang peserta didik dari keluarga Broken Home. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti. Penelitian yang dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu.

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh peneliti untuk memperoleh data, dalam penelitian ini peneliti langsung melakukannya dengan melihat ke lapangan untuk mendapatkan sejumlah data yang dibutuhkan. Ada beberapa teknik yang digunakan peneliti untuk melengkapi data dalam membahas masalah ini yaitu Wawancara.

Melakukan wawancara melalui informan penelitian yang berguna untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dan informasi langsung dalam penelitian. Menurut Riduwan (2012:74) wawancara adalah “suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya”. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, kisi-kisi wawancara, pedoman wawancar dan situasi wawancara.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum hasil penelitian mengenai tingkah laku menyimpang peserta didik dari keluarga Broken Home.

1. Tingkah Laku Menyimpang Peserta Didik dari keluarga Broken Home

yang Merugikan Orang Lain

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang tingkah laku menyimpang dari keluarga broken home yang merugikan orang lain terungkap bahwa pada orang tua, masa remaja cenderung mempunyai masalah dalam hal bertingkah laku yang merugikan orang lain.

(5)

4

Piaget (Mudjiran dkk, 2007:104), “Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran meningkatkan perkembangan moral remaja”. Jadi, di usia remaja, remaja gampang sekali terpengaruh oleh teman-temannya sahingga orangtua sering mengalami permasalahan dalam mendidiknya akibat pengaruh tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkah laku menyimpang remaja pada sekolah yang bersangkutan, banyaknya remaja bertingkah laku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada seperti berkelahi sesama pelajar, suka membolos pada saat belajar mengajar berlangsung dan lain sebagainya. Untuk itu para orangtua sudah selayaknya membantu, mendukung, memfasilitasi pencapaian perkembangan peserta didik di masa remaja.

2. Tingkah Laku Menyimpang Peserta Didik dari keluarga Broken Home

yang Merugikan Diri Sendiri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang tingakah laku yang merugikan diri sendiri di sekolah sangat mungkin ditemukan peserta didik yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai bentuk-bentuk tingkah laku menyimpang dari ketegori ringan sampai dengan berat.

Menurut Al-Mighwar (2006:188) tingkah laku bermasalah peserta didik ringan adalah tingkah laku yang masih ada dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan fisik dan fisikis, dan masih bisa diterima selama dirinya dan masyarakat di sekitarnya tidak dirugikan.

Masalah yang ringan berhubungan diri/pribadi peserta didik itu sendiri antara lain dalam bentuk:

(a)Pergaulan dengan teman sebaya Pergaulan dengan teman sebaya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi peserta didik. Sejak awal, peserta didik mulai mencari kelompok teman sebaya dan peserta didik memikirkan bagaimana cara agar diterima, tenar dan dapat menunjukkan segala kemampuannya ditengah kelompoknya

(b)Kebutuhan-kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang dari orang tua sering sekali tidak terpengaruh akibat kesibukkan orang tua bekerja

Jadi dapat disimpulkan bahwa banyaknya peserta didik yang melakukan tingkah laku menyimpang, salah satu penyebabnya yaitu: kurangnya mendapat perhatian, kasih sayang, rasa untuk dicinta dan dihargai dari kedua orang tua, maka dari itulah timbulnya suatu permasalah pada peserta didik yang mengakibatkan dapat merusak dirinya. 3. Tingkah Laku Menyimpang Peserta

Didik dari keluarga Broken Home

yang Merugikan Alam Sekitar

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang tingkah laku menyimpang dari keluarga broken Home yang merugikan alam sekitar, peserta didik cenderung bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki sendiri. Maksudnya disini, peserta didik menganggap semua hal yang dilakukannya adalah benar serta ia mampu melakukan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Padahal yang sama-sama diketahui, pada usia remaja harus di dalam pengawasan orangtua karena usia remaja adalah usia peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Jadi pada usia ini banyak terjadi permasalahan bahkan yang berdampak buruk bagi alam sekitar.

Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang permasalahan profil tingkah laku menyimpang remaja dari keluarga broken home peserta didik SMA N 14 Padang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Permasalahan tingkah laku menyimpang peserta didik dari keluarga broken home di SMA N 14 Padang dari bentuk tingkah laku yang merugikan orang lain yaitu: peserta didik kurangya mendapat perhatian, kasih sayang dan sebagainya dari kedua orangtuanya, maka dari itu lah peserta didik

(6)

5

selalu menampilkan egonya dan tidak mau kalah karena kebutuhan yang ia inginkan tidak sesuai yang di harapkan oleh peserta didik tersebut. Tingkah laku yang selalu ditampilkan oleh peserta didik tersebut seperti: merampas sesama siswa, ngebut di jalan dan berkelahi secara kelompok atau individual. 2. Permasalahan tingkah laku

menyimpang peserta didik dari keluarga broken home di SMA N 14 Padang dari bentuk tingkah laku yang bertujuan merugikan diri sendiri, seperti cabut dari sekolah, dan narkoba yaitu apabila peserta didik tersebut merasa jenuh dan bosan maka ia akan keluar pada saat jam pelajaran sehinggga berdampak buruk terhadap nilai dan prestasinya.

3. Permasalahan tingkah laku menyimpang peserta didik dari keluarga broken home di SMA N 14 Padang dari bentuk tingkah laku yang bertujuan merugikan alam sekitar, seperti mencoret-coret dinding dan melukai tanaman hidup yaitu peserta didik melakukan tingkah laku ini karena peserta didik merasa bosan dan jenuh dalam kegiatan oleh karena itu peserta didik melakukan mencoret-coret dinding supaya kebosanan dan kejenuhannya berubah, sedangkan menghancurkan tanaman, peserta didik melakukan hal ini pada saat marah dan usil saja.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut:

1. Peserta Didik diharapkan remaja mampu merubah tingkah lakunya sesuai dengan aturan dan norma-norma yang berlaku, dimana tidak merusak diri sendiri, orang lain dan alam sekitar

2. Orang tua, diharapkan orang tua bisa lebih memahami dan meperhatikan masalah yang

dihadapi dalam mendidik anak diusia remaja.

3. Guru BK, diharapkan guru BK mampu memberikan layanan-layanan yang tepat kepada remaja sehingga remaja tidak mengalami permasalahan dalam bertingkah laku yang menyimpang

4. Guru sekaligus Wali Kelas, diharapkan wali kelas mampu memberikan arahan atau solusi kepada remaja sehingga remaja tidak mengalami permasalahan dalam bertingkah laku yang menyimpang

5. Pengelola program studi BK, agar bisa menyiapkan para calon guru BK yang mempunyai pengetahuan tentang permasalahan yang dihadapi remaja dalam bertingkah laku yang menyimpang serta solusi dalam mengentaskan masalah tersebut.

6. Peneliti selanjutnya, bisa melakukan penelitian lanjutan bagaimana solusi dalam mengentaskan permasalahan yang dihadapi remaja dalam bertingkah laku menyimpang.

Kepustakaan

Ahmadi, Abu. (1991). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Al-Mighawar, Muhammad. (2006). Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia

Mudjiran, dkk. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Padang: UNP Prayitno, Elida. (2006). Psikologi

Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian

untuk Guru-Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, Sarlito Wirawan. (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Grafindo Persada

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pimpinan STIESIA dalam Rapat Pleno tanggal 14 September 2012 telah menerima konsep Rencana Strategis (Renstra) Prodi S3 Ilmu Manajemen Tahun 2012-2016, dan sesuai

Telah dihasilkan suatu produk yaitu e-modul Pembelajaran Biologi Berbasis 3D Pageflip pada Materi Klasifikasi Makhluk Hidup untuk siswa Kelas VII SMP yang

Aktivitas enzim esterase non spesifik melalui metode kuantitatif uji biokimia terhadap nyamuk Aedes aegypti dari wilayah perimeter dan buffer di Pelabuhan Tanjung

dilakukannya proses daftar ulang, maka perlu ditetapkan Keputusan Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember tentang Penetapan Mahasiswa Baru Jalur Prestasi Program

Sistem pengendalian dapat dilakukan pada berbagai plant atau peralatan,.. tetapi harus mempertimbangan hal-hal yang berkaitan dengan

Berdasarkan tujuan awal penelitian tindakan kelas ini, maka hasil pelaksanaan dan observasi pada pra tindakan ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan bagaimana aktifitas

Pelatihan tentang menulis dan mencatat dengan menggunakan metode peta pikiran (mind mapping) sehingga dalam proses pembelajaran dapat berkembang lebih

Hallitseva laji oli limalevä ( Gonyostomum semen ), jonka osuus kokonaisbiomassasta oli 55 %. Järvestä on kasvi- planktonrekisterissä aikaisempi tulos vuodelta 2008. Bio- massa oli