• Tidak ada hasil yang ditemukan

Septi Pramitasari, Rakatika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Septi Pramitasari, Rakatika"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

THE DIFFERENCES OF STUDENTS’ ACHIEVEMENT BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL “TWO STAY TWO STRAY TECHNIQUE” AND “PARTNER EXCHANGE TECHNIQUE” ON THE

ECOSYSTEM CONCEPT

(An Experimental Study At Seventh Grade Of SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Academic Year 2014/2015)

Septi Pramitasari, Rakatika ABSTRACT

The material of ecosystem is one of the natural science materials (IPA). It is studied the units of ecosystem, the abiotic and biotic components, the interaction pattern of organisms, the relationship and interdependencies between the abiotic and biotic components, and the ecosystem types. In the learning activity of this matter, there are students who do not work cooperatively even they are divided into group to work together which leads the students to be passive. To minimize the problem above, the teacher can use cooperative learning model. So, the discussion learning activity will has variation that increases the students’ learning motivation to develop the natural science material. The learning technique of two stay two stray has advantage in increasing the students’ comprehension because the ideas rise up while they are working cooperatively. Meanwhile, the learning techniqueof partner exchange is a learning technique which gives the students chance to work cooperatively and practice their carefulness and their accuracy in searching and answering the students’ work sheet.

The problem which arises is “Is there differences of students’ achievement by using cooperative learning model “two stay two stray technique” and “partner exchange technique” on the ecosystem conceptat seventh grade of SMP NegeriSatu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya academic year 2014/2015?”

The research result concludes that there is differences of students’ achievement by using cooperative learning model “two stay two stray technique” and “partner exchange technique” on the ecosystem conceptat seventh grade of SMP NegeriSatu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya academic year 2014/2015

Keywords: two stay two stray, partners exchange, learning achievement, the ecosystem.

(2)

2

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES

PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DAN TIPE BERTUKAR

PASANGAN PADA KONSEP EKOSISTEM

(Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya Tahun Ajaran 2014/2015)

Septi Pramitasari, Rakatika ABSTRAK

Materi ekosistem merupakan salah satu materi ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari satuan-satuan dalam ekosistem, komponen abiotik dan komponen biotik dalam ekosistem, pola interaksi antarorganisme, hubungan dan saling ketergantungan diantara komponen biotik dan abiotik, dan tipe-tipe ekosistem. Dalam proses belajar mengajar pada materi ini, meskipun sudah menggunakan metode diskusi, siswa kurang bekerja sama dalam kelompoknya, sehingga menimbulkan siswa kurang aktif. Untuk mengatasi hal tersebut guru bisa menggunakan model pembelajaran kooperatif. Jadi meskipun proses pembelajrannya menggunakan metode diskusi, setidaknya ada variasi dalam proses belajar mengajarnya, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan alam. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray memiliki keunggulan dalam meningkatkan pemahaman siswa karena lebih banyak ide-ide yang muncul pada saat bekerja kelompok. Sedangkan m odel pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan merupakan model belajar mengajar yang memberi kesempatan semua siswa untuk bekerja sama dengan orang lain, dan melatih ketelitian dan ketepatan dalam mencari dan menjawab dalam lembar kerja siswa.

Permasalahan yang timbul adalah” apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya?”

Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya

(3)

3 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan pada saat ini merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita. Oleh sebab itu tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup kita guna membangun manusia yang berpengetahuan, bermoral, dan bermartabat. Karena pendidikan merupakan suatu wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM).

Pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarannya agar siswa dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam proses belajarnya gurulah yang berperan penting bagi siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan yang maksimal. Tugas guru adalah untuk membantu siswa agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan.

Pada kenyataan di lapangan bahwa proses belajar mengajar masih berfokus pada guru sebagai sumber pengetahuannya, yang berakibat kurangnya pengalaman belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dikarenakan kegiatan belajar mengajar masih berorientasi pada proses pemindahan pengetahuan dari guru ke siswa tanpa membuka ruang aktivitas bagi anak sehingga tidak semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Dari hasil wawancara dengan guru IPA SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, pada tahun ajaran 2013/2014 terungkap bahwa pada materi konsep ekosistem hanya mencapai nilai 73 kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapaun KKM yang harus dicapainya adalah 75. Dengan berjalannya waktu, di SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, metode pembelajarannya sudah mulai menggunakan metode diskusi tidak hanya menggunakan metode ceramah saja, tetapi nilai siswa tersebut masih kurang dari KKM.

Faktor-faktor yang menyebabkan nilai tersebut kurang dari KKM diantaranya: 1) Siswa cenderung ramai pada saat pembelajaraan berlangsung sehingga konsentrasi siswa tidak terfokus. 2) tidak mampu menjawab pertanyaan dari guru, karena dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif untuk bertanya. 3) jika saat berdiskusi siswa kurang bekerja sama dalam kelompoknya. 4) Siswa yang aktif semakin aktif, sedangkan siswa yang pasif semakin pasif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA masih kurang yang berdampak terhadap hasil belajar siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa menggunakan juga model pembelajaran kooperatif. Jadi meskipun proses pembelajrannya menggunakan metode diskusi, setidaknya ada variasi dalam proses belajar mengajarnya, model kooperatif juga bertujuan untuk memperlancar perbaikan proses belajar mengajar dan diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa pada saat sedang berdiskusi.

Model pembelajaran yang dibutuhkan dalam pembelajaran harus tepat sesuai dengan karakteristik pembelajarannya. Dari berbagai macam tipe model pembelajaran kooperatif, penulis memilih model kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan. Model kooperatif tipe two stay two stray dan

(4)

4

tipe bertukar pasangan diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep biologi khususnya pada konsep ekosistem.

Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi dalam mata pelajaran IPA. Model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan merupakan model belajar mengajar yang memberi siswa kesempatan kepada siswa yang lain untuk bekerja sama dengan orang lain, dimana siswa tersebut berpasangan dan bergabung dengan pasangan lain dan bertukar pasangan kembali untuk mengukuhkan jawaban masing-masing dari hasil diskusi pertukaran pasangan tadi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya?”

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.

Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dan memberi kemudahan dalam mempelajari suatu konsep sehingga belajar IPA lebih tercapai dan bermakna. Memberikan pemikiran sumbangan dan pengetahuan, hasil penelitian ini merupakan masukan-masukan yang berharga dan permasalahan baru yang dikaji lebih lanjut.

2. Kegunaan Prakstis a. Bagi siswa

Mampu mengatasi kejenuhan belajar siswa, menumbuhkan minat belajar siswa dan membantu siswa menemukan cara belajar yang lebih efektif dalam memahami konsep Biologi.

b. Bagi guru

Sebagai sarana untuk memilih model pembelajaran yang lebih baik dalam proses pembelajarannya dan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam menentukan langkah-langkah atau metode mengajar sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar biologi.

c. Bagi sekolah

Membantu sekolah dalam menemukan model-model pembelajaran baru yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

(5)

5 PROSEDUR PENELITIAN

Metode Peneltian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre experimental. Metode pre experimental seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu, disebut juga dengan istilah quasi-experimental atau eksperimen pura-pura. Disebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengkuti peraturan-peraturan tertentu.

Variabel Penelitian

1. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.

2. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2014/2015 sebanyak dua kelas, dengan jumlah siswa sebanyak 68 orang. Populasi dianggap homogen dilihat dari nilai rata-rata mata pelajaran IPA semester pertama setiap kelas. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, sebanyak dua kelas yaitu kelas VII A dan VII B yang diambil dengan teknik sampling jenuh.

Disain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one shot case study, artinya penulis mengadakan perlakuan satu kali yang diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, kemudian dilakukan tes.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada konsep ekosistem yang diajar dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan model pembelajaran kooperaatif tipe bertukar pasangan. Tes ini berupa tes bentuk pilihan ganda dengan empat options sebanyak 40 butir soal.

Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa pada konsep ekosistem. Tes ini berupa tes bentuk pilihan ganda dengan empat options sebanyak 40 butir soal. Aspek yang diukur yaitu ranah kognitif yang dibatasi pada aspek mengingat (C1), mengerti (C2), dan memakai (C3). Selanjutnya, soal yang jawabannnya benar diberi skor (1) dan jawaban yang salah diberi skor nol (0). Kemudian dilakukan uji coba instrumen penelitian yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian yang akan digunakan. Berikut ini rumus dari perhitungan validitas dan reliabilitas.

(6)

6 1. Uji Validitas Butir Soal

rxy

=

( ) ( )( ) * ( ) ( ) +* ( ) ( ) + 2. Uji Reliabilitas R11 { }

Teknik Analisis Data

Setelah data-data dari posttest dihasilkan, kemudian dilakukan uji prasyarat analisis dengan menggunakan uji normalitas dengan Chi Kuadrat (χ2

) dan uji homogenitas dengan uji Fmaksimum. Setelah itu dilakukan analisis data dengan uji

hipotesis dengan menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil posttest, dan uji t deskriptif untuk mengetahui apakah nilai posttest sudah mencapai KKM atau belum pada konsep ekosistem yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan.

PEMBAHASAN

Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivitas. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Menurut Lie, Anita (Isjoni, 2014:16) menyebutkan bahwa:

cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja. Menurut Lie, Anita, (2008:28) “Falsafah yang mendasari model pembelajaran kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius, falsafah ini menekankan manusia sebagai makhluk sosial”.

1. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

Menurut Suhana, Cucu (2014:59) “Model pembelajaraan kooperatif tipe two stay two stray merupakan model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya”.

Huda, Miftahul (2014:207) mengemukakan bahwa:

model pembelajaraan kooperatif tipe two stay two stray merupakan model pembelajaran kooperatif dengan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung

(7)

7

jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.

Menurut Suprijono, Agus (2011:93), langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

a. guru membagikan kelompok seperti biasa;

b. setelah kelompok terbentuk, guru membagikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannnya;

c. setelah diskusi intera kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain;

d. anggota kelompok yang tidak mendapatkan tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok, tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut;

e. dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok;

f. jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing; dan

g. setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu, mencocokan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe bertukar pasangan

Model kooperatif tipe bertukar pasangan adalah model belajar mengajar bertukar pasangan dan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Guru memberikan tugas kepada setiap pasangan lain sehingga bertukar pasangan dan saling menggunakan jawabannya.

Lie, Anita (2008:56) mengemukakan bahwa:

model pembelajaraan kooperatif tipe bertukar pasangan merupakan model pembelajaran kooperatif yang setiap siswa berkesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Menurut Lie, Anita (2008:56) langkah-langkah tipe bertukar pasangan adalah:

a. setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa melakukan prosedur mencari pasangan sendiri;

b. guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya;

c. setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain;

(8)

8

d. kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing-masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka; dan

e. temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

Hasil Penelitian Tentang Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Tipe Bertukar Pasangan pada Konsep Ekosistem

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa data hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two stay two stray diperoleh nilai 2hitung = 3,03 dan 2tabel = 7,81 sehingga 2hitung < 2tabel. Sedangkan data

hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Bertukar Pasangan diperoleh nilai 2

hitung = 2,08 dan 2

tabel = 7,81 sehingga 2hitung < 2tabel. Jadi dapat disimpulkan bahwa data hasil

belajar kelompok siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan bertukar pasangan keduanya berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk mengetahui apakah kedua data hasil tes belajar tersebut variansnya homogen atau tidak, dilakukan uji homogenitas dua varians dengan menggunakan uji Fmaksimum, nalii Fhitung = 1,08

sedangkan Ftabel = 1,78, jadi menurut perhitungan tersebut, maka didapat Fhitung <

Ftabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data tersebut memiliki

varians yang homogen.

Dari pengujian uji t didapat nilai thitung = - 2,74 dan ttabel =2,00, dimana

nilai thitung lebih kecil dari ttabel dan berada di daerah penolakan Ho, dengan

demikian, hipotesis yang diajukan yaitu terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalalaya, diterima.

Selain dengan pengujian uji t dilakukan juga dengan uji t deskriptif. berdasarkan hasil analisis di peroleh nilai thitung= -1,78 yang terletak di daerah

penolakan Ho dengan demikian, hipotesis yang peneliti ajukan yaitu “ nilai

posttest siswa kelas VII A SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray pada konsep ekosistem belum mencapai KKM” diterima. Sedangkan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan diperoleh nilai thitung = 2,13 yang terletak di daerah penerimaan Ho. dengan demikian nilai

posttest siswa kelas VII B SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

(9)

9

kooperatif tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem telah mencapai KKM,diterima.

Berikut ini merupakan diagram rata-rata posttest siswa Kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnungga Kabupaten Tasikmalaya:

Diagram Nilai Rata-Rata Posttest Siswa Kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep ekosistem dikelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Hal itu ditunjukan dengan hasil rata-rata posttest sebesar 31,41 melebihi nilai kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sebesar 30. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray kurang kurang membantu dalam meningkatakan hasil belajar siswa pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya hal itu ditunjukan dengan hasil rata-rata posttest sebesar 28,70 tidak melebihi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sebesar 30.

Terdapatnya perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem. Hal ini di sebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan merupakan model pembelajaran yang melibatkan setiap siswa untuk berkesempatan bekerjasama dengan orang lain, dan memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan materi secara aktif dan menekankan siswa untuk lebih banyak berpikir. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan melatih siswa untuk belajar mengemukakan pendapatnya dan belajar menerima pendapat dari orang lain melalui diskusi. Selanjutnya siswa dilatih untuk membuat kesimpulan dari setiap pendapat yang mereka temukan, sehingga siswa akan mudah mengingat materi.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray meskipun pada prinsipnya sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan, namun pada pelaksanaan diskusi, jika dilihat dalam tingkat kemampuan yang berbeda, siswa yang aktif biasanya akan mendominasi didalam

30 28.7 31.41 27 27.5 28 28.5 29 29.5 30 30.5 31 31.5 32

KKM Kelas VII-A Kelas VII-B

Two Stay Two Stray Bertukar pasangan

(10)

10

diskusi kelompok, dan masih banyak siswa yang hanya ikut-ikutan bertukar kelompok tanpa ikut berdiskusi dan tidak membahas materi dan hanya mengandalkan teman kelompoknya saja dan akhirnya siswa mengalami kesulitan untuk mengingat secara jelas materi yang sudah dibahasnya. Hal tersebut akan menurunkan minat siswa yang kurang aktif untuk berdiskusi didalam kelompok, sehingga diskusi tidak akan berjalan dengan baik.

Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan bertukar pasanagan dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Tipe Bertukar Pasangan

Model Pembelajaran Kooperatif Kelebihan Kekurangan Bertukar Pasangan

1. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja siswa.

2. Siswa mampu menggali pengetahuannya sendiri bersama teman dalam satu kelompoknya, sehingga siswa mampu belajar untuk menjelaskan materi yang dipahaminya kepada teman lainnya.

3. Interaksi siswa dalam proses pembelajaran lebih mudah. 1. Lebih sediknya ide-ide yang muncul. 2. Kemudian jika ada persilisihan tidak ada penengah.

Two Stay Two Stray

1. Lebih banyak ide-ide yang muncul pada saat bekerja kelompok karena setiap kelompok terdiri dari 4

orang dan akan

memunculkan pendapat yang berbeda.

2. Melatih siswa untuk terampil berbicara dalam menyampaikan berbagai informasi materi yang sudah dipelajari.

3. Melatih siswa agar dapat bekerja sama didalam sebuah kelompok.

1. Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mengondisikan siswa.

2. Siswa yang aktif cenderung

mendominasi dalam diskusi kelompok.

3. Siswa yang kurang aktif, lebih memilih untuk diam dan tidak mengikuti diskusi.

(11)

11

Dari pelaksanaan penelitian, penulis menemukan ada beberapa kendala dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan, sebagai berikut:

1. Kendala pada saat pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, yaitu:

a. jika jumlah siswa ganjil bisa menyulitkan proses pembagian kelompok; b. pada saat pembagian kelompok, sebagian siswa meminta untuk satu

kelompok dengan teman dekatnya; dan

c. ketika pemberian LKS sebagian siswa bergantung pada kelompoknya untuk berpikir, akibatnya sebagian materi ada yang tidak diingat oleh sebagian siswa.

2. Kendala pada saat pelaksanaan proses pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan, yaitu:

a. Pada saat pengerjaan LKS banyak kelompok yang harus melapor.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan pengujian hipotesis, maka penulis berkesimpulan bahwa:

1. terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan tipe bertukar pasangan pada konsep ekosistem di kelas VII SMP Negeri Satu Atap 1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya; dan

2. siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan menunjukan nilai rata-rata hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan: 1. pada proses belajar mengajar dikelas hendaknya lebih bervariasi, kreatif, dan

inovatif, sehingga siswa tidak merasa jenuh dan bosan, misalnya dengan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti yang telah dilaksanakan dalam penelitian;

2. dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan bertukar pasangan, sebaiknya guru melakukan persiapan yang matang, sehingga guru dan siswa dapat melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang maksimal untuk mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan; dan 3. bagi peneliti selanjutnya, hendaknya mencoba menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan bertukar pasangan pada konsep atau materi yang lain.

(12)

12 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Huda, Miftahul. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Isjoni. (2014). Cooverative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.

Lie, Anita. (2008). Cooverative Learning. Jakarta : PT Gramedia.

Suhana, Cucu. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama.

Suprijono, Agus. (2014). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Riwayat Hidup

Septi Pramitasari Rakatika adalah mahasiswa angkatan 2011 pada program studi pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi yang sedang melaksanakan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (lulus tahun2015).

Gambar

Diagram Nilai Rata-Rata Posttest Siswa Kelas VII SMP Negeri Satu Atap  1 Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai upaya untuk mendorong perekonomian melalui pengaturan suku bunga yang akan berdampak pada kegiatan investasi dan tabungan di Indonesia, maka pada

008 Jumlah alat dan mesin pertanian yang diuji/sertifikasi kesesuaiannya terhadap standar 009 Jumlah teknologi (prototipe, model) mekanisasi pertanian mendukung pengembangan

Variabel B t hitung Sign. Nilai R Square di atas dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 55,2%, sedangkan sisanya 44,8%

Gambar 4 adalah tampilan rancangan antarmuka laman home non member, pada sistem ini non member bisa melakukan beberapa aktivitas meliputi lihat testimoni, lihat katalog produk

Dari hasil yang didapatkan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa keputusan yang diberikan oleh pemustaka atas promosi melalui cara personal selling Baik dengan

a. Jasa yang diserahkan adalah Jasa Kena Pajak, b. Penyerahan dilakukkan di dalam Daerah Pabean,.. Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya; termasuk dalam

CDI (Capasitor Discharge Lgnition) merupakan sistem pengapian pada mesin pembakaran dalam dengan memanfaatkan energi yang disimpan didalam kapasitor yang digunakan

Berikut penelitian yang berkaitan dengan penyelesaian pembagian harta bersama yang telah dilakukan penelitian sebelumnya, di antaranya Soemiyati, dalam bukunya Hukum