• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Tanya Jawab Mediasi di Pengadilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buku Tanya Jawab Mediasi di Pengadilan"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Buku Tanya Jawab Mediasi

di Pengadilan

Berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2016

tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa

Mahkamah Agung RI

(4)

Judul: Buku Tanya Jawab Mediasi di Pengadilan

Berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Penulis: Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung RI

ISBN:

Tebal: 117 + vi halaman

Diterbitkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia bekerja sama dengan Australia Indonesia Partnership for Justice

Desain sampul dan tata letak: Rizky Banyualam Permana

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Cetakan Pertama, 2017

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya, Mahkamah Agung Republik Indonesia dapat menyelesaikan pembuatan Buku Tanya Jawab Mediasi di Pengadilan Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (selanjutnya disebut PERMA No. 1/2016) ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung tentang mediasi di pengadilan untuk menggantikan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008.

Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang tepat, efektif, dan dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak untuk memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta berkeadilan. Sejak 2003, Mahkamah Agung telah mengintegrasikan mediasi dalam proses berperkara dalam bidang perdata melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun 2003, kemudian Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2008. Prosedur Mediasi di Pengadilan yang menjadi bagian hukum acara perdata dapat memperkuat dan mengoptimalkan fungsi lembaga peradilan dalam penyelesaian sengketa. Namun demikian, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan masih belum optimal memenuhi kebutuhan pelaksanaan mediasi yang lebih berdayaguna dan mampu meningkatkan keberhasilan mediasi di pengadilan.

Penyusunan PERMA No. 1/2016 ini merupakan penyempurnaan dari PERMA sebelumnya. Beberapa hal baru yang diatur dalam PERMA ini adalah pengaturan tentang iktikad baik dalam proses mediasi, pengaturan tentang kesepakatan perdamaian sebagian, pengaturan mediasi di tahap pemeriksaan perkara, upaya hukum dan prosedur pendaftaran akta perdamaian di luar pengadilan, pengaturan tentang ruang lingkup pembahasan dalam pertemuan mediasi yang tidak hanya mencakup hal-hal yang tertuang dalam posita dan petitum gugatan, perubahan lama waktu mediasi, dan pengaturan-pengaturan lainnya yang dapat mendorong para pihak untuk mencapai perdamaian dalam proses mediasi.

(6)

Buku tanya jawab yang sedang anda baca ini tidak dimaksudkan untuk memberikan suatu pendapat hukum atau dijadikan sebagai dasar hukum suatu perkara, melainkan sebagai bahan bacaan untuk membantu anda memahami prosedur mediasi di pengadilan.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan kepada seluruh anggota Tim Kerja Harian Kelompok Kerja (Pokja) Alternatif Penyelesaian Sengketa yang telah menyusun buku ini. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung Pokja dalam penyusunan buku ini, yaitu Australia Indonesia Partnership for Justice (AIPJ). Semoga buku ini dapat membantu pencari keadilan untuk memperoleh akses penyelesaian perkara di pengadilan secara damai yang tepat dan efektif.

Ketua Kamar Pembinaan / Ketua Tim Kerja Harian Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung RI

(7)

KATA SAMBUTAN

Perluasan mediasi sebagai bentuk alternatif penyelesaian sengketa telah menjadi prioritas kerjasama antara Australia dan Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Donor lain seperti UN, Uni Eropa dan AS juga telah memberikan dukungan yang signifikan. Mediasi meningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat miskin, meningkatkan efisiensi pengadilan dan meningkatkan keharmonisan di masyarakat, sebagai pihak yang menerima manfaat yang dicapai melalui mediasi.

Setelah menjadi fokus kerja selama empat tahun terakhir, Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung telah menjadi tim pelopor (champion team) dari pengadilan dan masyarakat untuk memperbaiki praktik mediasi, baik di pengadilan maupun di masyarakat. Mediasi di masyarakat telah menjadi bagian dari budaya Indonesia selama berabad-abad. Kelompok Kerja dan mitra AIPJ telah berusaha untuk memastikan bahwa perlindungan konstitusi untuk semua warga disediakan dalam praktek mediasi.

Pemerintah daerah mulai dapat melihat nilai mediasi dalam mendukung bisnis dan menyelesaikan sengketa masyarakat. Beberapa pemerintah, daerah seperti di NTB dan Aceh, kini mendanai pusat mediasi masyarakat. Merupakan hal yang sangat bagus melihat Pengadilan mendukung mediasi di masyarakat dan siap untuk mengakui kesepakatan mediasi yang dicapai melalui mediasi masyarakat.

Semangat pelopor mediasi Indonesia sangat jelas dan inspiratif,mereka berbagi pengetahuan secara langsung melalui pelatihan, website www. mediasi.mahkamahagung.go.id dan media sosial lainnya. Pada saat ini kita sudah dapat melihat para pencari keadilan menerima manfaat dari mediasi, Pengadilan dan pusat-pusat mediasi masyarakat sudah menghasilkan momentum dan AIPJ dapat merefleksikan apa yang sedang dipelajari, serta melihat masyarakat dapat memperoleh manfaat dari penerapan mediasi. Pimpinan Proyek Kemitraan Australia Indonesia untuk Keadilan

(8)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ... iii

KATA SAMBUTAN ... v

Daftar Isi ... vi

Bagian I: Umum ... 1

Bagian II : Pengertian dan Prinsip Umum Mediasi di Pengadilan ... 2

Pengertian Mediasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Lainnya ... 2

Sekilas PERMA No. 1/2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan ...4

Bagian III: Pihak-pihak yang Terkait Dalam Proses Mediasi... 10

Mediator...10

Non Pengadilan ... 15

Para Pihak... 15

Kuasa Hukum... 16

Ahli atau Tokoh Agama, Masyarakat atau Adat ...17

Pengadilan ...17

Ketua Pengadilan...19

Panitera Pengganti...20

Pegawai Pengadilan Lainnya...20

Bagian IV: Iktikad Baik dalam Mediasi ...22

Pengertian Iktikad Baik ...22

Ruang Lingkup Iktikad Baik dalam Mediasi...25

Tata Cara Penetapan Iktikad Tidak Baik Dalam Mediasi...27

Bentuk Sanksi Bagi Penggugat Tidak Beriktikad Baik, Tergugat Tidak Beriktikad Baik, Penggugat Dan Tergugat Tidak Beriktikad Baik...29

(9)

Bagian V: Prosedur dan Tata Cara Mediasi...31

Mediasi Wajib...31

Tempat Penyelenggaraan Mediasi ...31

Sertifikasi Mediator dan Akreditasi Lembaga ...31

Tahapan Tugas Mediator ...32

Tahapan Pramediasi...33

Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara ...33

Kewajiban Kuasa Hukum ...34

Hak Para Pihak Memilih Mediator ...35

Batas Waktu Pemilihan Mediator ...36

Pemanggilan Para Pihak pada Tahap Pramediasi ...36

Pemanggilan Para Pihak pada untuk Mediasi ...37

Tahapan Proses Mediasi...38

Jangka Waktu Proses Mediasi ...38

Ruang Lingkup Materi Mediasi ...38

Keterlibatan Ahli dan Tokoh Masyarakat ...39

Mediasi Sukarela...39

Mediasi Sukarela pada Tahap Pemeriksaan Perkara ...39

Mediasi Sukarela pada Tahap Upaya Hukum ...40

Mediasi di Luar Pengadilan ...41

Bagian VI: Hasil Mediasi dan Tindak Lanjutnya ...43

Umum...43

Mediasi Berhasil Seluruhnya Dan Sebagian...44

Mediasi Tidak Berhasil...48

Mediasi Tidak Dapat Dilaksanakan...48

(10)
(11)

Bagian I: Umum

Apakah dasar hukum mediasi?

Mediasi di luar pengadilan diatur dalam Pasal 6 UU No. 30 Tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

• Mediasi di pengadilan diatur dalam Pasal 130 HIR dan Pasal 154 Rbg yang mengatur mengenai lembaga perdamaian. Hakim wajib terlebih dahulu mendamaikan para pihak yang berperkara sebelum perkaranya diperiksa.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan - selanjutnya ditulis PERMA No. 1/2016 (yang menggantikan PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan).

Mengapa perlu mediasi di pengadilan?

Mediasi diperlukan di pengadilan karena mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang tepat, efektif, dan dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak untuk memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta berkeadilan.

Apakah keuntungan mediasi?

Mediasi di pengadilan juga memiliki keuntungan sebagai berikut:

• Memberi kesempatan untuk tercapainya penyelesaian berdasarkan kesepakatan yang dapat diterima oleh para pihak, sehingga para pihak tidak perlu menempuh upaya banding dan kasasi.

Memberdayakan para pihak yang bersengketa dalam proses

penyelesaian sengketa.

• Bersifat tertutup/rahasia.

(12)

Bagian II :

Pengertian dan Prinsip Umum Mediasi di Pengadilan

Pengertian Mediasi dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Lainnya

Apakah yang dimaksud dengan mediasi?

Menurut Pasal 1 huruf (a) PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.

Perbedaan antara mediasi dengan alternatif penyelesaian sengketa lainnya?

Berikut ini adalah perbedaan beberapa alternatif penyelesaian sengketa dilihat dari sifatnya (sukarela atau tidak), siapa pemutusnya, bagaimana keputusan penyelesaian sengketa memiliki kekuatan mengikat, keterlibatan pihak ketiga, aturan pembuktiannya, proses, hasil dan pelaksanaannya.

(13)

Karakteristik Litigasi Arbitrase Mediasi Negosiasi

Pengertian

Pendekatan ini melibatkan pihak ketiga yang secara secara institusional diakui memilki kekuasaan dalam sengketa. Proses ini menggerakan proses dari yang bersifat pribadi menjadi publik. Dalam proses ini biasanya para pihak menggunakan jasa pengacara untuk bertindak sebagai penasehat dan masalah diperdebatkan di hadapan pihak ketiga, yaitu Hakim, yang akan memberikan penilaian melalui keputusannya. Cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. (Pasal 1 angka 1 UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 huruf a PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan) Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak lainnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Sifat Tidak Sukarela Sukarela Sukarela Sukarela

Pemutus Hakim Arbiter Para Pihak Para Pihak

Mengikat

Mengikat dan ada kemungkinan banding

Mengikat dan dapat diuji untuk hal yang

Mengikat apabila terjadi kesepakatan Mengikat apabila terjadi kesepakatan sebagai

(14)

Karakteristik Litigasi Arbitrase Mediasi Negosiasi Pihak Ketiga Ditetapkan

danumumnya tidak memiliki keahlian pada objek persengketaan Dipilih oleh para pihak dan biasanya memiliki keahlian pada objek persengketaan Dipilih sebagai mediator Tidak ada Aturan Pembuktian

Teknis Informal Tidak ada Tidak ada

Proses Masing-masing menyampaikan bukti argumen Masing-masing menyampaikan bukti argumen Presentasi permasalahan dan kepentingan Presentasi permasalahan dan kepentingan

Hasil Menang-Kalah Kalah

Menang-Menang

Menang-Menang

Pelaksanaan Terbuka Tertutup Tertutup Tertutup

Sekilas PERMA No. 1/2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

Perbedaan apakah yang diatur dalam PERMA No. 1/2016 dibandingkan dengan PERMA No. 1 Tahun 2008?

1. PERMA No. 1/2016 membuka peluang bagi pegawai pengadilan di luar Hakim untuk bertindak selaku mediator. Pegawai pengadilan dimaksud adalah Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, Jurusita, Jurusita Pengganti, calon Hakim dan pegawai lainnya. Kedudukannya disamakan dengan mediator non hakim yang harus memiliki sertifikat untuk dapat menjalankan fungsi mediator.

2. Pengaturan lebih rinci mengenai perkara-perkara yang tidak wajib di mediasi.

3. Pengaturan tentang alasan-alasan yang sah tidak menghadiri mediasi untuk kemudian dapat diwakilkan kepada Kuasa Hukum. Alasan-alasan tersebut adalah kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan hadir dalam pertemuan mediasi berdasarkan surat keterangan dokter,

(15)

di bawah pengampuan, mempunyai tempat tinggal, kediaman atau kedudukan di luar negeri, dan menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.

4. Pengaturan tentang iktikad baik dalam mediasi, meliputi kriteria tidak beriktikad baik, bentuk sanksi jika Penggugat tidak beriktikad baik, bentuk sanksi jika Tergugat tidak beriktikad baik, bentuk sanksi jika Penggugat dan Tergugat tidak beriktikad baik, mekanisme penetapan pihak atau para pihak yang tidak beriktikad baik dan mekanisme pelaksanaan sanksi.

5. Menambah kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara untuk menjelaskan tentang prosedur mediasi dan penandatanganan formulir terkait penjelasan mediasi serta kesiapan untuk beriktikad baik dalam menempuh mediasi. Meskipun dalam PERMA sebelumnya pengaturan ini telah dibuat, namun cakupan penjelasan dan penandatanganan formulir tidak diatur.

6. Pengaturan tentang kewajiban kuasa hukum terhadap prinsipal yang akan menempuh mediasi serta keharusan adanya surat kuasa yang menyatakan kewenangan untuk mengambil keputusan apabila prinsipal tidak dapat menghadiri mediasi dengan alasan yang sah.

7. Pengaturan tentang ruang lingkup pembahasan dalam pertemuan mediasi yang tidak hanya mencakup hal-hal yang tertuang dalam posita dan petitum gugatan serta tata cara yang harus ditempuh oleh Para Pihak apabila mediasi menghasilkan kesepakatan di luar konteks posita dan petitum gugatan.

8. Perubahan lama waktu mediasi wajib dilaksanakan dari sebelumnya diatur selama 40 (empat puluh) hari menjadi 30 (tiga puluh) hari. Perubahan juga dilakukan terhadap lama waktu perpanjangan mediasi dari sebelumnya hanya 14 (empat belas) hari menjadi 30 (tiga puluh) hari.

9. Perubahan nomenklatur hasil mediasi yang dikerucutkan menjadi tiga, yakni mediasi berhasil, mediasi tidak berhasil dan mediasi tidak dapat dilaksanakan. Dalam PERMA sebelumnya terdapat empat istilah hasil mediasi, yakni mediasi berhasil, mediasi tidak berhasil, mediasi gagal, dan mediasi tidak layak. Dua istilah yang terakhir digabungkan dan diubah menggunakan istilah baru yakni mediasi tidak dapat

(16)

10. Pengaturan kewenangan Hakim Pemeriksa Perkara terhadap kesepakatan perdamaian yang hendak dikuatkan menjadi akta perdamaian. Selain memiliki kewenangan untuk menelaah, Hakim Pemeriksa Perkara juga berwenang memberikan saran perbaikan atas suatu kesepakatan perdamaian. Pengaturan kewenangan ini tidak hanya berlaku pada mediasi yang dilaksanakan di pengadilan, tetapi juga mediasi di luar pengadilan yang kesepakatan perdamaiannya akan dimohonkan untuk dikuatkan di pengadilan dengan akta perdamaian. 11. Diperkenalkannya kesepakatan sebagian (partial settlement) sebagai

hasil mediasi dan masuk dalam kategori mediasi yang berhasil serta tata cara menyelesaikan sebagian lainnya yang belum disepakati melalui mediasi. Kesepakatan sebagian ini dapat berupa kesepakatan sebagian pihak (subyek) dan kesepakatan sebagian permasalahan (obyek).

12. Perubahan pengaturan tentang mediasi pada tahap upaya hukum. Jika dalam PERMA sebelumnya, keterlibatan pengadilan dalam proses mediasi dimulai semenjak para pihak menyatakan keinginannya untuk menempuh perdamaian hingga penunjukan mediator dan pelaksanaan mediasi, maka dalam PERMA yang baru tidak lagi diatur mengenai proses tersebut. Dalam PERMA baru ini hanya diatur apabila para pihak mencapai kesepakatan selama proses upaya hukum (banding, kasasi, dan peninjauan kembali).

Apakah mediasi berdasarkan PERMA No. 1/2016 tentang Mediasi di Pengadilan dapat diterapkan di semua lingkungan peradilan?

Tidak, ketentuan mengenai prosedur mediasi dalam PERMA tersebut berlaku dalam proses berperkara di pengadilan hanya dalam lingkungan Peradilan Umum maupun Peradilan Agama.

Apakah setiap perkara wajib dilakukan mediasi?

Ya. Pada dasarnya semua perkara wajib dilakukan mediasi. Menurut Pasal 4 ayat (1) semua sengketa perdata yang diajukan ke pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui mediasi, kecuali perkara-perkara

(17)

yang oleh PERMA No. 1/2016 dikecualikan dari mediasi. Dasar Hukum: Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 PERMA No. 1/2016.

Perkara-perkara apa sajakah yang menurut PERMA No. 1/2016 dikecualikan untuk mediasi?

a. Sengketa yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya meliputi antara lain:

1. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga; 2. sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan

Industrial;

3. keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha; 4. keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen; 5. permohonan pembatalan putusan arbitrase;

6. keberatan atas putusan Komisi Informasi; 7. penyelesaian perselisihan partai politik;

8. sengketa yang diselesaikan melalui tata cara gugatan sederhana; dan

9. sengketa lain yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu penyelesaiannya dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat atau tergugat yang telah dipanggil secara patut;

c. Gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara (intervensi);

d. Sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan perkawinan;

e. Sengketa yang diajukan ke pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di luar pengadilan melalui mediasi dengan bantuan mediator bersertifikat yang terdaftar di pengadilan setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil berdasarkan pernyataan yang ditandatangani oleh para pihak dan

(18)

Bagaimana sifat proses mediasi?

Proses mediasi bersifat tertutup dan rahasia, kecuali para pihak menghendaki lain. Namun demikian, Kesepakatan Perdamaian yang dikuatkan dengan akta perdamaian tunduk pada keterbukaan informasi di pengadilan (Dasar Hukum: Pasal 5 ayat (1) PERMA No. 1/2016).

Kapankah dimulainya proses mediasi?

Mediasi wajib dilakukan di awal persidangan sebelum gugatan dibacakan. Namun, mediasi juga dapat dilakukan meskipun sudah dalam tahap pemeriksaan perkara, ataupun dalam tahap upaya hukum. Mediasi ini disebut mediasi sukarela. Artinya jika para pihak berkeinginan untuk damai namun perkaranya sudah masuk dalam pemeriksaan ataupun upaya hukum, maka tetap dapat dilakukan mediasi.

Apakah para pihak boleh didampingi oleh kuasa hukum?

Boleh, namun para pihak tetap harus menghadiri langsung proses mediasi.

Bolehkah kehadiran para pihak diwakilkan dalam proses mediasi?

Tidak Boleh. Para pihak wajib menghadiri proses mediasi secara langsung. Kehadiran melalui sarana komunikasi audio visual jarak jauh dianggap sebagai kehadiran langsung. Para pihak dapat tidak menghadiri proses mediasi hanya dengan alasan yang sah.

Mengapa para pihak dapat tidak menghadiri proses mediasi?

Beberapa alasan sah tidak menghadiri proses mediasi adalah: 1. Sakit, berdasarkan surat keterangan dokter

2. Di bawah pengampuan

3. Tempat tinggal atau berkedudukan di luar negeri

4. Tugas negara, tugas profesi atau tuntutan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan

(19)

Siapakah yang membayar biaya mediasi?

Biaya pemanggilan para pihak untuk menghadiri proses mediasi dibebankan kepada Penggugat terlebih dahulu melalui panjar biaya perkara.

Apabila mediasi berhasil, biaya pemanggilan ditanggung bersama atau berdasarkan kesepakatan para pihak. Namun, apabila mediasi tidak berhasil atau tidak dapat dilaksanakan, biaya pemanggilan dibebankan kepada pihak yang kalah.

Apa saja komponen biaya mediasi?

Biaya mediasi adalah biaya yang (telah) timbul dalam proses mediasi sebagai bagian dari biaya perkara, yang diantaranya meliputi biaya pemanggilan para pihak, biaya perjalanan berdasarkan pengeluaran nyata, biaya pertemuan, dan biaya ahli.

Siapa yang membayar jasa mediator?

Bila para pihak menggunakan mediator Hakim atau aparatur pengadilan dalam proses mediasi, maka para pihak tidak perlu membayar biaya jasa mediator.

Bila para pihak menggunakan jasa mediator non Hakim yang tersedia di pengadilan, maka biaya jasa mediator non Hakim ditanggung bersama atau berdasarkan kesepakatan para pihak.

Apakah mediasi boleh dilakukan di luar Pengadilan?

Boleh, mediasi diselenggarakan di ruang mediasi pengadilan atau di tempat lain di luar pengadilan yang disepakati oleh para pihak. Namun bila mediator berasal dari Hakim atau Pegawai Pengadilan maka mediasi dilakukan di dalam pengadilan, karena Hakim dan Pegawai Pengadilan dilarang menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan. Begitu juga jika mediator non Hakim dan bukan pegawai pengadilan yang dipilih atau ditunjuk bersama-sama dengan Mediator Hakim atau Pegawai Pengadilan dalam satu perkara wajib menyelenggarakan mediasi bertempat di pengadilan.

(20)

Bagian III:

Pihak-pihak yang Terkait Dalam Proses Mediasi

Mediator

Bagaimana cara memilih mediator?

Setelah Majelis Hakim memberikan penjelasan tentang kewajiban mediasi dan para pihak telah menandatangani formulir penjelasan mediasi, para Pihak dapat memilih seorang atau lebih mediator yang tercatat dalam Daftar Mediator di pengadilan. Para pihak pada hari itu juga dapat menyepakati untuk memilih mediator atau paling lama 2 hari berikutnya. Setelah para pihak menyepakati mediatornya, lalu mereka menyampaikan pilihan mediator ke Hakim Pemeriksa Perkara.

Bagaimana tahapan tugas seorang mediator?

Berdasarkan PERMA No. 1/2016 tugas mediator adalah sebagai berikut. 1. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada para pihak

untuk saling memperkenalkan diri;

2. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat mediasi kepada para pihak;

3. menjelaskan kedudukan dan peran mediator yang netral dan tidak mengambil keputusan;

4. membuat aturan pelaksanaan mediasi bersama para pihak;

5. menjelaskan bahwa mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus);

6. menyusun jadwal mediasi bersama para pihak ; 7. mengisi formulir jadwal mediasi.

(21)

8. memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyampaikan permasalahan dan usulan perdamaian;

9. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan skala prioritas;

10. memfasilitasi dan mendorong para pihak untuk: a. menelusuri dan menggali kepentingan para pihak ;

b. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak; dan

c. bekerja sama mencapai penyelesaian;

11. membantu para pihak dalam membuat dan merumuskan Kesepakatan Perdamaian;

12. menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak dapat dilaksanakannya mediasi kepada Hakim Pemeriksa Perkara;

13. menyatakan salah satu atau para pihak tidak beriktikad baik dan menyampaikan kepada Hakim Pemeriksa Perkara;

14. tugas lain dalam menjalankan fungsinya.

Bagaimana apabila mediator melanggar Pedoman Perilaku Mediator?

Apabila mediator melanggar Pedoman Perilaku Mediator, Ketua Pengadilan berwenang menjatuhkan sanksi terhadap mediator tersebut. Sanksi dapat berupa teguran lisan, atau teguran tertulis atau pencoretan nama seseorang mediator dari Daftar Mediator.

Teguran lisan dijatuhkan apabila seorang mediator terbukti melanggar Pedoman Perilaku Mediator. Ketika seorang mediator telah mendapat dua kali teguran lisan, maka Ketua Pengadilan menjatuhkan sanksi berupa teguran tertulis. Ketika seorang mediator telah dikenakan sanksi tertulis dua kali, maka Ketua Pengadilan mencoret namanya dari Daftar Mediator di pengadilan tersebut. Setiap penjatuhan sanksi kepada seorang mediator yang terbukti melanggar Pedoman Perilaku Mediator, dicatat dalam register mediator pada Pengadilan Tingkat Pertama di tempat mediator tersebut terdaftar.

(22)

Bolehkah seorang mediator yang telah dicoret dari Daftar Mediator di suatu pengadilan mendaftar lagi untuk menjadi mediator di pengadilan lain?

Tidak boleh. Ia tidak lagi memenuhi kualifikasi menjadi mediator di pengadilan di seluruh Indonesia.

Bagaimana syarat dan mekanisme pendaftaran mediator non hakim bukan pegawai pengadilan di pengadilan?

Mediator non Hakim bukan pegawai pengadilan bersertifikat harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Ketua Pengadilan agar namanya ditempatkan ke dalam Daftar Mediator pada pengadilan bersangkutan, dengan melampirkan:

1) Salinan sah Sertifikat Mediator / fotokopi yang telah dilegalisir yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi mediator terakreditasi,

2) salinan sah ijazah pendidikan terakhir / fotokopi yang telah di legalisir, 3) pas photo berwarna terbaru; dan

4) daftar riwayat hidup yang sekurang-kurangnya memuat latar belakang pendidikan, keahlian dan/ atau pengalaman.

Setelah menyampaikan permohonan tersebut kepada Ketua Pengadilan, pemohon akan mendapatkan tanggapan dari Ketua Pengadilan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak permohonannya diterima. Apabila semua dokumen persyaratan tersebut di atas telah dipenuhi, Ketua Pengadilan kemudian menerbitkan surat keputusan penempatan mediator non Hakim bersertifikat ke dalam daftar Daftar Mediator.

Sebaliknya, apabila semua persyaratan tersebut tidak terpenuhi, Ketua Pengadilan menyampaikan surat penolakan secara tertulis kepada pemohon dalam rentang waktu 30 (tiga puluh) hari. Dalam surat penolakan tersebut, harus disebutkan alasan-alasannya.

Bolehkah mediator menjadi saksi pada perkara yang tengah di mediasi?

Tidak boleh. Apabila seorang mediator tengah memediasi suatu perkara, maka ia tidak boleh menjadi saksi pada perkara tersebut.

(23)

Bolehkah mediator dikenai pertanggungjawaban secara pidana dan perdata atas isi kesepakatan perdamaian?

Tidak. Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban secara pidana dan/ atau perdata atas isi kesepakatan perdamaian yang dibuat oleh para pihak yang bersengketa. Ini karena mediator hanya sebagai fasilitator saja dalam proses mediasi. Semua pertanggungjawaban dari isi kesepakatan perdamaian menjadi tanggung jawab para pihak yang membuat kesepakatan perdamaian.

Bolehkah hakim yang tidak memiliki sertifikat mediator menjadi mediator?

Boleh. Hakim yang tidak memiliki sertifikat mediator dapat menjadi mediator. Ketua pengadilan mengeluarkan surat keputusan yang menetapkan Hakim yang tidak memiliki sertifikat mediator dapat menjalankan fungsi sebagai mediator. Surat keputusan tersebut diterbitkan jika tidak ada Hakim yang bersertifikat mediator atau jumlah mediator sangat terbatas untuk melaksanakan mediasi secara maksimal.

Bila mediator merasa ada benturan kepentingan dengan perkara yang tengah di mediasi, apa yang harus ia lakukan?

Ketika mediator melihat adanya benturan kepentingan dengan perkara yang dimediasi, maka ia harus mengundurkan diri dari mediator perkara tersebut.

Bagaimana bentuk-bentuk benturan kepentingan mediator dalam menangani sengketa?

PERMA No. 1/2016 tidak mengatur tentang ini, tetapi Peraturan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia mengatur tentang hal ini dan dapat menjadi referensi dalam menentukan adanya benturan kepentingan mediator. Berikut bentuk-bentuk benturan kepentingan mediator dalam menangani sengketa berdasarkan Peraturan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan Indonesia No. 7/LAPSPI-PER/2015:

a. Mediator menjadi salah satu pihak yang berperkara; b. Mediator telah terlibat sebelumnya dalam perkara;

(24)

d. Mediator sedang menjadi konsultan/penasehat/ahli dari salah satu pihak;

e. Mediator sedang menjadi manajer, direktur atau anggota komisaris, atau orang yang berpengaruh dalam suatu perusahaan salah satu pihak/ afiliasinya;

f. Mediator sedang menjadi manajer, direktur atau anggota komisaris, atau orang yang memiliki kekuasaan untuk mengontrol afiliasi salah satu pihak, jika afiliasi tersebut terkait langsung dengan perkara;

g. Mediator memiliki hubungan keluarga dengan salah satu Pihak; h. Mediator mempunyai kepentingan finansial dengan salah satu Pihak; i. Mediator mempunyai kepentingan finansial terhadap Kesepakatan

Perdamaian yang mungkin dicapai;

j. Mediator/kantornya secara periodik memberikan jasa konsultasi/ nasehat/pendapat ahli kepada salah satu Pihak/afiliasinya, dan mediator/ kantornya mendapatkan imbalan finansial dari pemberian jasa tersebut; k. Kantor mediator sedang menangani perkara atau memberikan konsultasi/

nasehat/pendapat ahli dalam perkara untuk salah satu pihak, walaupun tanpa melibatkan mediator.

l. Mediator adalah pemegang saham, baik langsung maupun tidak langsung, dari salah satu Pihak/afiliasinya dengan mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi salah satu Pihak;

m. Mediator memiliki hubungan keluarga dengan kuasa hukum salah satu pihak;

n. Mediator telah mengumumkan bahwa dirinya berada dalam suatu posisi tertentu yang memiliki benturan kepentingan dan/atau tidak akan mampu bersikap imparsial terkait dengan perkara, baik melalui pernyataan terbuka ataupun lainnya.

Bolehkah mediator sekaligus menjadi negosiator bagi para pihak yang bersengketa?

Tidak boleh. Mediator hanya sebagai fasilitator saja. Para pihaklah yang menjadi negosiator bagi tercapainya kesepakatan antara mereka.

(25)

Non Pengadilan

Para Pihak

Bolehkah pihak Penggugat atau Tergugat menolak untuk mengikuti prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi?

Boleh, selama disampaikan dalam proses mediasi disertai dengan alasan-alasannya.

Apakah para pihak dikenakan biaya jasa mediator?

Bila mediator berasal dari Hakim dan pegawai pengadilan, para pihak tidak dikenakan biaya mediasi. Akan tetapi bila mediator non hakim dan bukan pegawai pengadilan, maka jasa mediator ditanggung secara bersama-sama oleh para pihak berdasarkan kesepakatan.

Bagaimana jika majelis hakim tidak memerintahkan para pihak untuk mengikuti proses mediasi?

Bila Majelis Hakim tidak memerintahkan para pihak untuk mediasi sehingga para pihak tidak melakukan mediasi, maka ini merupakan suatu pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai mediasi di pengadilan. Apabila perkaranya diajukan upaya hukum, maka Pengadilan Tingkat Banding atau Mahkamah Agung harus memerintahkan Pengadilan Tingkat Pertama untuk melakukan mediasi. Perintah tersebut dibuat dalam putusan sela.

Apa saja yang terjadi pada sidang pertama ketika Penggugat dan Tergugat hadir?

Pada persidangan hari pertama, majelis hakim akan mengupayakan perdamaian antara para pihak. Apabila tidak berhasil, lalu majelis hakim memerintahkan para pihak untuk mengikuti proses mediasi. Majelis hakim juga harus menjelaskan tentang prosedur mediasi kepada para pihak. Penjelasan tersebut meliputi:

(26)

dalam proses mediasi,

c) biaya yang mungkin timbul akibat penggunaan mediator non Hakim dan bukan pegawai pengadilan,

d) pilihan menindaklanjuti Kesepakatan Perdamaian melalui Akta Perdamaian atau pencabutan gugatan; dan

e) kewajiban Para Pihak untuk menandatangani formulir penjelasan mediasi.

Para pihak lalu menandatangani formulir penjelasan mediasi yang diberikan oleh majelis hakim. Formulir tersebut memuat pernyataan bahwa Para Pihak telah:

a) memperoleh penjelasan prosedur mediasi secara lengkap dari Hakim Pemeriksa Perkara,

b) memahami dengan baik prosedur mediasi; dan, c) bersedia menempuh mediasi dengan iktikad baik.

Bagaimana jika para pihak dalam dua hari yang diberikan majelis hakim tidak dapat bersepakat memilih mediator?

Apabila dalam dua hari yang telah diberikan Majelis Hakim para pihak tidak dapat bersepakat memilih mediator, Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara segera menunjuk mediator Hakim atau pegawai pengadilan sesuai daftar mediator di pengadilan.

Kuasa Hukum

Apa sajakah kewajiban kuasa hukum dalam proses mediasi?

Kuasa hukum wajib membantu para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya dalam proses mediasi. Beberapa kewajiban lain kuasa hukum antara lain:

a) kuasa hukum juga wajib menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa Perkara tentang mediasi kepada para pihak;

b) kuasa hukum juga wajib mendorong para pihak berperan langsung secara aktif dalam proses mediasi;

c) membantu para pihak mengidentifikasi kebutuhan, kepentingan dan usulan penyelesaian sengketa selama proses mediasi;

(27)

d) membantu para pihak merumuskan rencana dan usulan Kesepakatan Perdamaian dalam hal para pihak mencapai kesepakatan;

e) menjelaskan kepada para pihak terkait kewajiban kuasa hukum.

Bolehkah kuasa hukum mewakili para pihak yang berhalangan hadir dalam pertemuan mediasi?

Boleh. Ketika para pihak berhalangan hadir dalam pertemuan media berdasarkan alasan yang sah, ia dapat diwakili oleh kuasa hukumnya. Kuasa hukum tersebut menunjukkan surat kuasa khusus kepada mediator. Surat kuasa khusus tersebut memuat memuat kewenangan kuasa hukum untuk mengambil keputusan.

Ahli atau Tokoh Agama, Masyarakat atau Adat

Bolehkah proses mediasi menghadirkan ahli, tokoh agama, tokoh masyarakat atau tokoh adat?

Boleh. Para pihak boleh menghadirkan ahli, tokoh agama, tokoh masyarakat atau tokoh adat dalam proses mediasi.

Bagaimanakah kekuatan keterangan ahli dalam proses mediasi?

Kekuatan keterangan ahli bisa mengikat atau tidak mengikat. Ini tergantung pada kesepakatan awal dari para pihak. Karenanya sebelum ahli memberikan keterangan, harus ada kesepakatan para pihak terlebih dahulu soal kekuatan keterangan ahli tersebut.

Pengadilan

Siapa sajakah pejabat pengadilan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan prosedur mediasi di pengadilan?

1. Ketua Pengadilan

Ketua Pengadilan sebagai pimpinan tertinggi di pengadilan memiliki tanggung jawab yang besar untuk memastikan proses mediasi di pengadilan berjalan

(28)

berkewajiban menyediakan ruangan yang representatif dan nyaman untuk aktivitas mediasi. Ketua Pengadilan harus menunjuk Hakim Pengawas yang bertugas mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan mediasi. Ketua Pengadilan memperhatikan hasil evaluasi dari Hakim Pengawas tersebut dalam melakukan pemantauan pelaksanaan mediasi di pengadilan.

Ketua Pengadilan juga menerbitkan surat keputusan pendaftaran mediator non Hakim bersertifikat dan penunjukkan mediator Hakim. Seluruh nama mediator non hakim dan Hakim dipampang dalam Daftar Mediator yang memungkinkan para pihak memilih mediator yang mereka inginkan.

Apabila di suatu pengadilan ada pegawai non hakim yang telah memiliki sertifikat mediator, ketua pengadilan harus memberdayakan mereka menjadi mediator di pengadilan itu.

Dalam rencana kerja tahunan satuan kerja, ketua harus memasukkan mediasi sebagai program kerja yang dievaluasi setiap tahunnya.

Untuk memastikan aktivitas mediasi terekam dengan baik, penggunaan Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) harus dilakukan. Sejak awal proses mediasi dimulai pada setiap perkara, penginputan informasi business process mediasi direkam menggunakan SIPP. Informasi mediasi yang terekam dalam SIPP tersebut kemudian dilaporkan kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Tingkat Banding secara berkala..

2. Wakil Ketua, Hakim Pengawas, Hakim dan Hakim Mediator

Selain ketua, pejabat pengadilan lain yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan court annexed mediation adalah Wakil Ketua Pengadilan, Hakim Pengawas, Hakim dan Hakim Mediator. Mereka memastikan pelaksanaan proses mediasi sesuai dengan PERMA No. 1/2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan dan juga Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor 108/KMA/SK/ VI/2016 Tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadilan.

3. Panitera, Sekretaris, Panitera Muda, Panitera Pengganti dan Juru Sita

Pejabat pengadilan lainnya yang juga memiliki tanggung jawab terhadap proses mediasi adalah Panitera, Sekretaris, Panitera Muda, Panitera Pengganti dan Juru Sita/Juru Sita Pengganti, petugas pengelola administrasi mediasi, petugas meja informasi dan pegawai pengadilan lainnya. Pejabat tersebut wajib mendukung dan melaksanakan kebijakan, program, perintah dan

(29)

penetapan pimpinan serta Hakim pada pengadilan yang bersangkutan dalam rangka penyediaan sarana prasarana, pengelolaan administrasi, sosialisasi/ diseminasi informasi dan implementasi mediasi di pengadilan (Dasar hukum: Pasal 2 dan 3 SK KMA 108).

Ketua Pengadilan

Bagaimanakah pengawasan dan evaluasi proses mediasi di pengadilan?

Pengawasan dan evaluasi proses mediasi di pengadilan dilakukan oleh Ketua Pengadilan. Ketua Pengadilan berwenang menjatuhkan sanksi terhadap mediator apabila terbukti melakukan pelanggaran Pedoman Perilaku Mediator.

Ketua Pengadilan memanggil mediator yang dilaporkan oleh salah satu pihak atau para pihak yang bersengketa atau pihak lainnya tentang ada pelanggaran Pedoman Perilaku Mediator. Ketua Pengadilan memberikan kesempatan kepada mediator untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan diri.

Ketua Pengadilan dapat membentuk tim untuk memeriksa kebenaran laporan tentang pelanggaran Pedoman Perilaku Mediator. Tim terdiri dari tiga orang mediator yang berasal dari Pengadilan Tingkat Pertama.

Bagaimana cara melaporkan hasil mediasi? Bagaimana pelaporan mediasi dilakukan?

Dalam SK Ketua Mahkamah Agung Nomor 108/KMA/SK/VI/2016 Tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadilan, pelaporan mediasi dibuat bulanan. Laporan ini mencakup informasi tentang sisa mediasi bulan lalu, perkara yang dimediasi, jumlah perkara yang dimediasi, jumlah perkara yang berhasil dimediasi, jumlah perkara yang tidak berhasil dimediasi, jumlah perkara yang tidak dapat dilaksanakan mediasinya, dan jumlah perkara yang proses mediasinya sedang berjalan. Laporan bulanan ini ditandatangani oleh Panitera dan Ketua Pengadilan. Laporan tersebut dikirimkan ke Mahkamah Agung melalui Pengadilan Tingkat Banding.

Untuk membuat pelaporan proses mediasi yang akurat dimulai dengan memasukkan semua data proses mediasi ke dalam Sistem Informasi Penelusuran Perkara Mahkamah Agung RI.

(30)

Panitera Pengganti

Apakah Panitera Pengganti boleh ikut dalam pertemuan mediasi?

Panitera Pengganti tidak boleh hadir dalam pertemuan mediasi. Ini karena proses mediasi bersifat tertutup sesuai dengan Pasal 5 PERMA No. 1/2016. Akan tetapi Panitera Pengganti wajib untuk selalu berkoordinasi dengan mediator terkait penentuan jadwal dan tahapan mediasi.

Pegawai Pengadilan Lainnya

Bagaimana agar masyarakat mendapatkan informasi dengan baik tentang mediasi ketika mereka datang ke pengadilan?

Agar masyarakat mendapatkan informasi dengan baik tentang mediasi, pengadilan harus memaksimalkan layanan informasi. Brosur-brosur tentang pentingnya dan manfaat mediasi harus disediakan di meja informasi. Bila pengguna pengadilan membutuhkan informasi lebih rinci tentang mediasi, petugas meja informasi dapat menjelaskannya.

Selain petugas meja informasi, Panitera Muda Perdata pada Pengadilan Negeri dan Panitera Muda Gugatan pada Pengadilan Agama juga wajib memberikan informasi kepada pencari keadilan pada saat mendaftarkan gugatan mereka.

Apa sajakah prasarana dan sarana mediasi yang harus tersedia di pengadilan?

Proses mediasi sangat memerlukan prasarana dan sarana yang representatif. Ruang mediasi dibangun sebagai bagian dari gedung utama pengadilan yang tata letaknya terlihat oleh umum. Ruang mediasi diupayakan terdiri dari ruangan untuk pertemuan bersama, ruangan untuk pertemuan sepihak atau kaukus dan ruang tunggu.

Dalam sebuah ruangan mediasi, diupayakan harus memiliki sarana sebagai berikut.

1) Pada ruangan yang digunakan untuk pertemuan bersama harus memiliki satu set meja dan kursi berbentuk oval ukuran besar.

2) Pada ruangan yang digunakan untuk pertemuan sepihak atau kaukus harus memiliki satu set meja dan kursi berbentuk oval ukuran sedang. 3) Pada ruang tunggu harus memiliki satu set meja dan kursi berbentuk

(31)

4) Pada ruangan mediasi harus ada dua unit daftar mediator.

5) Harus ada papan penunjuk yang bertuliskan “Ruang Tunggu”, “Ruang Mediasi”, “Ruang Kaukus”.

6) Harus ada papan alur mediasi pada setiap ruangan mediasi.

7) Pada ruangan mediasi harus ada satu unit komputer dan printer, lemari dan rak buku, buku register dan satu unit pendingin ruangan jika diperlukan.

8) Selain itu, juga diperlukan alat untuk pertemuan jarak jauh (teleconference) jika diperlukan.

(32)

Bagian IV:

Iktikad Baik dalam Mediasi

Pengertian Iktikad Baik

Apa alasan perlunya pengaturan iktikad baik dalam mediasi?

1. menghindari risiko berlangsungnya proses mediasi yang bersifat pro forma belaka, yakni sekedar untuk mengikuti perintah mediasi agar perkaranya dapat diperiksa melalui proses litigasi. Hampir semua peraturan mediasi di pengadilan mempersyaratkan para pihak untuk menempuh mediasi terlebih dahulu dan baru dapat dilanjutkan pada tahap litigasi jika mediasi dinyatakan tidak berhasil;

2. menghindari proses mediasi dilaksanakan seperti proses litigasi yang sifatnya berlawanan (adversarial), dimana para pihak saling berargumen secara baik secara verbal maupun tertulis dan mengajukan pembuktian satu sama lain;

3. para pihak cenderung menghindari dan menunjukkan sikap penolakan terhadap proses mediasi, akibatnya mereka bermediasi ala kadarnya tanpa memperhatikan kualitas partisipasi dan negosiasi. Dengan adanya pengaturan tentang iktikad baik akan mendorong terwujudnya proses mediasi yang sungguh-sungguh dan berkualitas;

4. proses mediasi pada dasarnya adalah proses kerjasama para pihak dengan mediator secara timbal balik untuk mencapai terjadinya kesepakatan penyelesaian perkara. Tujuan mediasi yang baik dan mulia akan sia-sia jika pihak-pihak yang terlibat dalam mediasi tidak menunjukkan sikap dan tingkah laku yang baik dan mulia pula. Dengan pengaturan tentang iktikad baik diharapkan proses mediasi akan berlangsung efektif dengan dukungan dan partisipasi konstruktif dari para pihak.

(33)

Mengapa PERMA No. 1/2016 tidak memberikan pengertian tentang iktikad baik dalam mediasi?

PERMA No. 1/2016 tidak memberikan pengertian tentang iktikad baik untuk menghindari penafsiran yang subyektif jika diuraikan batas pengertiannya. Peraturan-peraturan mediasi di berbagai negara umumnya juga tidak mengajukan pengertian khusus tentang iktikad baik. Peraturan-peraturan yang ada umumnya menyebutkan hal-hal apa sajakah yang termasuk perbuatan yang tidak beriktikad baik. Meskipun dari perbuatan tidak beriktikad baik tersebut dapat ditarik pemahamannya secara positif, namun tidak digeneralisasi memberikan batasan pengertian tentang iktikad baik.

Bagaimana bentuk perbuatan tidak beriktikad baik dan makna beriktikad baik?

Dalam artikel berjudul Good Faith as the Absence of Bad Faith: The Excluder Theory in Mediation, Nadja Alexander, meskipun tidak seluruhnya relevan dalam konteks PERMA no. 1 Tahun 2016, memberikan bentuk dengan contoh sebagai berikut:

Bentuk Perbuatan Tidak

Beriktikad Baik Maknanya terhadap Iktikad Baik Menolak untuk

berpartisipasi dalam proses ADR yang telah disepakati dalam kontrak

• Melaksanakan kontrak yang telah disepakati

• Menerima untuk berpartisipasi dalam proses ADR yang telah disepakati dalam kontrak.

Tidak menghadiri proses ADR yang diperintahkan oleh Pengadilan

• Kesediaan untuk bekerjasama

• Menghadiri proses ADR yang diperintahkan oleh Pengadilan

Menolak tanpa alasan untuk terlibat dalam proses ADR

• Melakukan upaya yang wajar dan

sungguh-sungguh untuk menghindari proses litigasi

• Menolak dengan alasan yang sah untuk terlibat dalam proses ADR

Sikap mengganggu untuk menyempitkan isu

• Bertindak sesuai dengan keadilan procedural

• Sikap tenang dan menghormati pihak lain dalam menyampaikan permasalahannya.

(34)

Bentuk Perbuatan Tidak

Beriktikad Baik Maknanya terhadap Iktikad Baik Tidak memiliki

kewenangan untuk mengambil keputusan

Kesiapan untuk mengambil keputusan

Tidak mengijinkan mediator untuk

menjelaskan tawaran dari pihak lawan

• Memberikan ruang kepada mediator untuk membingkai ulang atau menerjemahkan penawaran

• Mengijinkan mediator untuk menjelaskan tawaran dari pihak lawan

Tidak melakukan dialog dengan mediator dan pihak lawan untuk

menyampaikan kekurangan yang dilihat dalam proses mediasi

• Mempersiapkan diri untuk menegosiasikan proses dan substansi

• Melakukan dialog dengan mediator dan pihak lawan untuk menyampaikan kekurangan yang dilihat dalam proses mediasi

Menolak untuk mempertimbangkan pilihan-pilihan

penyelesaian yang wajar

• Menahan diri dari penyalahgunaan kekuatan dalam negosiasi

• Meperhatikan dan mempertimbangkan

pilihan-pilihan penyelesaian yang wajar Tidak mengajukan

tawaran pilihan-pilihan penyelesaian yang wajar

• Berpartisipasi secara bermakna dalam tahapan negosiasi

• Mengajukan tawaran pilihan-pilihan penyelesaian yang wajar

Tidak responsif selama

proses mediasi Bertindak secara kooperatif dan responsif

Mengakhiri atau menarik diri dari proses mediasi tanpa alasan yang jelas

Bertindak dengan penuh kejujuran dan mengikuti proses mediasi sampai selesai. Masuk ke dalam

penyelesaian tanpa alasan yang disadari atau mengingkari penyelesaian yang telah disepakati tanpa alasan

Bertindak dengan integritas dan niat jujur terkait penyelesaian yang telah disepakati.

Adakah hubungan pengaturan iktikad baik dengan keberhasilan proses mediasi mencapai kesepakatan perdamaian?

(35)

menjamin terciptanya proses / berlangsungnya mediasi yang berkualitas, bukan mengharuskan para pihak berhasil mencapai kesepakatan perdamaian. Proses mediasi yang berkualitas dapat mendorong potensi keberhasilan mencapai kesepakatan perdamaian.

Bagaimana hubungan pengaturan iktikad tidak baik dengan asas kesukarelaan mediasi?

Asas kesukarelaan tidak bertentangan dengan iktikad baik. Keduanya tidak saling menghalangi untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan perkaranya dan tidak menghalangi mengungkapkan materi perundingan dalam proses mediasi. Iktikad baik merupakan salah satu etika yang mengatur perilaku hal-hal yang dapat diamati secara obyektif, seperti kehadiran, penyerahan resume perkara dan penandatanganan kesepakatan yang sudah dicapai dalam proses mediasi.

Ruang Lingkup Iktikad Baik dalam Mediasi

Bagaimana ruang lingkup pengaturan iktikad baik dalam peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016?

Pengaturan iktikad baik dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 mencakup:

a. Pasal 7 ayat (2): Kriteria perbuatan tidak beriktikad baik.

b. Pasal 22 ayat (1) dan (2): Bentuk sanksi apabila Penggugat tidak beriktikad baik.

c. Pasal 23 ayat (1): Bentuk sanksi apabila Tergugat tidak beriktikad baik. d. Pasal 23 ayat (8): Bentuk sanksi apabila Penggugat dan Tergugat

sama-sama tidak beriktikad baik.

e. Pasal 22 ayat (3) dan (4) serta Pasal 23 ayat (3) dan (4): Mekanisme penetapan pihak atau para pihak tidak beriktikad baik.

(36)

Siapa sajakah yang menjadi obyek pengaturan tentang iktikad baik menurut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016?

Pihak berperkara, baik prinsipal maupun kuasa hukum yang mewakili para pihak dalam proses mediasi. Meskipun yang dinyatakan tidak beriktikad baik adalah kuasa hukum, namun pada hakekatnya adalah para prinsipal, sebagai konsekuensi dari surat kuasa khusus untuk mediasi yang telah diberikan kepada kuasa hukum

Parameter/Indikator Iktikad Baik dalam Mediasi

Apa sajakah yang termasuk perbuatan tidak beriktikad baik dalam mediasi?

Perbuatan tidak beriktikad baik dalam mediasi, sebagaimana diuraikan dalam Pasal 7 ayat (2) adalah sebagai berikut.

a. Tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam pertemuan mediasi tanpa alasan sah;

b. Menghadiri pertemuan mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada pertemuan berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut tanpa alasan sah;

c. Ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan mediasi tanpa alasan sah;

d. Menghadiri pertemuan mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak menanggapi resume perkara pihak lain, dan/atau

e. Tidak / menolak menandatangani konsep kesepakatan perdamaian yang telah disepakati tanpa alasan sah;

Apakah pihak yang tidak menghadiri sidang pertama dan kedua setelah dipanggil secara patut dapat dinyatakan tidak beriktikad baik?

Tidak, karena pemberlakuan iktikad tidak baik dalam mediasi hanya berlaku kepada para pihak yang telah diperintahkan untuk menempuh proses mediasi oleh Hakim Pemeriksa Perkara. Artinya Penggugat dan Tergugat pernah hadir bersama-sama dan diperintahkan untuk menempuh mediasi. Ketidakhadiran dua kali berturut-turut dalam persidangan memiliki konsekuensi tersendiri yang telah diatur dalam hukum acara perdata.

(37)

Tata Cara Penetapan Iktikad Tidak Baik Dalam Mediasi

Bagaimana mekanisme penetapan Penggugat tidak beriktikad baik dan putusan tidak diterima terhadap gugatannya?

Perilaku tidak beriktikad baik bagi penggugat dalam mediasi dilaporkan oleh mediator bersamaan dengan laporan mediator kepada Hakim Pemeriksa Perkara dengan menggunakan format lampiran I-18 Surat Ketua Mahkamah Agung Nomor 108/KMA/SK/VI/2016 tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadilan. Berdasarkan laporan mediator tersebut, Hakim Pemeriksa Perkara menjatuhkan putusan yang isinya menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima disertai penghukuman untuk membayar biaya mediasi sebagai sanksi atas perbuatan tidak beriktikad baik dan untuk membayar biaya perkara, sebagaimana bunyi lampiran I-19 Surat Ketua Mahkamah Agung Nomor 108/ KMA/SK/VI/2016 tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadilan.

Bagaimana tata cara menarik biaya mediasi sebagai sanksi bagi Penggugat yang tidak beriktikad baik?

Oleh karena dengan putusan tidak diterima tersebut perkaranya sudah selesai, maka biaya mediasi diambil oleh Panitera dari sisa panjar biaya perkara. Jika sisa panjar biaya perkara sudah habis, maka Panitera meminta Penggugat untuk membayarnya langsung. Selanjutnya biaya tersebut diserahkan kepada Tergugat yang hadir dalam proses mediasi.

Apabila Penggugat lebih dari satu orang dan hanya satu orang yang tidak beriktikad baik, siapakah yang harus dinyatakan tidak beriktikad baik dan berapakah besaran biaya mediasi yang dibebankan?

Jika Penggugat lebih dari satu orang dan salah seorang tidak beriktikad baik, maka yang bersangkutan saja yang dinyatakan tidak beriktikad baik oleh mediator dan dikenakan membayar biaya mediasi sebesar biaya pemanggilan Tergugat yang hadir dalam proses mediasi dan pengeluaran nyata Tergugat untuk menghadiri proses mediasi.

(38)

tidak dapat dinyatakan tidak diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard)

Bagaimana keterkaitan antara ketentuan dalam Pasal 23 ayat (4) dengan ketentuan Pasal 9 ayat (4) PERMA No. 1 Tahun 2016 mengenai pembebanan biaya mediasi?

Pasal 9 ayat (4) yang menyatakan bahwa “Dalam hal mediasi tidak dapat dilaksanakan atau tidak berhasil, biaya pemanggilan para pihak dibebankan kepada pihak yang kalah, kecuali perkara perceraian di lingkungan Peradilan Agama” berlaku apabila dalam proses mediasi tidak ada pihak yang dinyatakan tidak beriktikad baik atau gugatan Penggugat dikabulkan dan Tergugat dinyatakan sebagai pihak yang tidak beriktikad baik. Sedangkan Pasal 23 ayat (4) berlaku dalam hal Tergugat tidak beriktikad baik meskipun gugatan Penggugat ditolak, sehingga secara normatif pihak Tergugat menjadi pihak yang dimenangkan. Jika pihak Tergugat dinyatakan tidak beriktikad baik, maka ia dibebankan untuk membayar biaya mediasi, terlepas dari gugatan Penggugat dikabulkan atau ditolak.

Jika gugatan Penggugat ditolak dan Tergugat dinyatakan tidak beriktikad baik, maka dalam amar putusan akhir dinyatakan bahwa biaya perkara dibebankan kepada Penggugat sebagai pihak yang dikalahkan dan biaya mediasi dibebankan kepada Tergugat sebagai pihak yang tidak beriktikad baik. Untuk permasalahan ini dapat berpedoman pada lampiran I-21 Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 108/KMA/SK/VI/2016 tentang Tata Kelola Mediasi di Pengadilan.

Apabila dalam suatu perkara Tergugat lebih dari satu orang dan salah satunya dinyatakan tidak beriktikad baik, apakah besaran sanksi biaya mediasi juga memperhitungkan biaya yang dikeluarkan Tergugat lain yang hadir dalam proses mediasi?

Tidak, tetapi cukup memperhitungkan biaya panggilan dan pengeluaran nyata Penggugat sebagai pihak lawan.

Bagaimana tata cara menarik biaya mediasi sebagai sanksi terhadap Tergugat yang tidak beriktikad baik?

Penarikan biaya mediasi dari Tergugat mengikuti pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap. Maksudnya, setelah putusan berkekuatan

(39)

hukum tetap dan gugatan ditolak atau dikabulkan tetapi tidak ada eksekusi pembayaran sejumlah uang, maka Panitera harus meminta kepada Tergugat untuk membayar biaya mediasi. Apabila gugatan dikabulkan dan terdapat eksekusi membayar sejumlah uang, maka sisa setelah dilaksanakan eksekusi lelang ditarik oleh Panitera sejumlah biaya mediasi untuk diberikan kepada Penggugat.

Apakah penetapan Penggugat dan atau Tergugat tidak beriktikad baik tersebut berikut penghukumannya merupakan pilihan atau kewajiban bagi Hakim Pemeriksa Perkara?

Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan penetapan pihak beriktikad baik dan penghukumannya berdasarkan laporan dari mediator merupakan sesuatu yang bersifat imperatif dan bukan sesuatu yang bersifat fakultatif antara boleh dilakukan atau boleh tidak dilakukan.

Apakah terhadap penetapan Hakim Pemeriksa Perkara tentang pihak atau para pihak yang tidak beriktikad baik dapat dilakukan upaya hukum?

Tidak dapat dilakukan upaya hukum untuk menghindari lahirnya perkara turunan (satellite litigation) dari perkara pokok.

Bentuk Sanksi Bagi Penggugat Tidak Beriktikad Baik, Tergugat Tidak

Beriktikad Baik, Penggugat Dan Tergugat Tidak Beriktikad Baik

Apa sanksi bila dalam proses mediasi Penggugat tidak beriktikad baik?

Apabila Penggugat tidak beriktikad baik dalam proses mediasi, maka Penggugat diberikan sanksi berupa gugatannya dinyatakan tidak diterima (Niet Onvankelijke Verklaard) dan dihukum membayar biaya mediasi berupa sejumlah biaya panggilan untuk Tergugat dan pengeluaran nyata Tergugat dalam menghadiri proses mediasi.

Apa sanksi bagi Tergugat yang tidak beriktikad baik dalam proses mediasi?

(40)

menghadiri proses mediasi.

Sesuai dengan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada Penggugat atau Pemohon. Bagaimana apabila dalam proses mediasi ternyata Tergugat atau Termohon dinyatakan tidak beriktikad baik?

Oleh karena Tergugat atau Termohon dinyatakan tidak beriktikad baik, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 23 ayat (1) PERMA No. 1/2016, Tergugat dikenakan sanksi membayar biaya mediasi dan Penggugat atau Pemohon tetap berkewajiban untuk membayar biaya perkara sesuai dengan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Apa yang harus dilakukan oleh Hakim Pemeriksa Perkara apabila dalam proses mediasi ternyata pihak Penggugat dan Tergugat sama-sama dinyatakan tidak beriktikad baik oleh mediator?

Hakim Pemeriksa Perkara menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Otvankelijke Verklaard), tetapi tidak ada yang dikenakan sanksi membayar biaya perkara. Dengan demikian biaya pemanggilan para pihak untuk menghadiri proses mediasi kembali kepada siapa yang dihukum untuk membayar biaya perkara.

(41)

Bagian V:

Prosedur dan Tata Cara Mediasi

Mediasi Wajib

Tempat Penyelenggaraan Mediasi

Dimanakah mediasi diselenggarakan?

Mediasi dilaksanakan di ruang mediasi yang ada di pengadilan atau boleh diselenggarakan di tempat lain di luar pengadilan dengan syarat kedua belah pihak sepakat.

Bolehkah mediator hakim dan pegawai pengadilan melaksanakan mediasi di luar pengadilan?

Mediator yang berasal dari pengadilan, baik itu Hakim atau pejabat/pegawai pengadilan lainnya dilarang menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan.

Bagaimana jika hakim mediator atau pegawai pengadilan dipilih atau ditunjuk bersama-sama dengan mediator non hakim dan bukan pegawai pengadilan dalam satu perkara? Apakah mediasi boleh dilaksanakan di luar pengadilan?

Dalam hal demikian, mediasi tetap wajib dilaksanakan di ruang mediasi pengadilan, tidak boleh di luar pengadilan.

Apakah penggunaan ruangan mediasi di pengadilan dikenakan biaya?

Penggunaan ruangan mediasi di pengadilan tidak dikenakan biaya.

Sertifikasi Mediator dan Akreditasi Lembaga

Apakah setiap mediator wajib memiliki sertifikat mediator?

(42)

Darimana sertifikat mediator diperoleh?

Sertifikat mediator diperoleh dari Mahkamah Agung atau lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung.

Bagaimana dengan hakim, apakah mereka juga harus memiliki sertifikat mediator?

Pada prinsipnya, semua mediator harus memiliki sertifikat mediator, termasuk Hakim . Akan tetapi, Hakim tidak bersertifikat mediator, berdasarkan SK Ketua Pengadilan, dapat juga menjalankan mediasi jika dalam satu pengadilan tidak ada atau terdapat keterbatasan jumlah mediator bersertifikat.

Tahapan Tugas Mediator

Apa saja tahapan tugas dari mediator?

Ada sejumlah tahapan tugas yang harus dilakukan mediator dalam memediasi para pihak yang bersengketa. Tahapan tugas tersebut adalah:

a. Memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada para pihak untuk saling memperkenalkan diri;

b. Menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat mediasi kepada para pihak; c. Menjelaskan kedudukan dan peran mediator yang netral dan tidak

mengambil keputusan;

d. Membuat aturan pelaksanaan mediasi bersama para pihak;

e. Menjelaskan bahwa mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak tanpa dihadiri pihak lainnya, yang disebut juga dengan kaukus

Selain itu, apa lagi tugas mediator dalam menjalankan mediasi?

Beberapa tugas mediator selanjutnya adalah: a. Menyusun jadwal mediasi;

b. Mengisi formulir mediasi;

c. Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyampaikan permasalahan dan usulan perdamaian;

(43)

d. Menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan skala prioritas;

e. Memfasilitasi dan mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan masing-masing, mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik, dan bekerja sama dalam mencapai kesepakatan.

Dalam tahap akhir mediasi, apa saja tugas mediator?

Menjelang tahap akhir mediasi, beberapa tugas yang perlu dan harus dilakukan mediator adalah membantu para pihak dalam membuat dan merumuskan kesepakatan perdamaian yang berhasil dicapai para pihak.

Kemudian, setelah mediasi berakhir, mediator wajib menyampaikan laporan kepada Hakim Pemeriksa Perkara tentang keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak dapat dilaksanakannya mediasi.

Tahapan Pramediasi

Kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara

Ada berapa tahap dalam mediasi?

Berdasarkan ketentuan yang ada dalam PERMA No. 1/2016 , dapat dikatakan ada tiga tahap dalam mediasi, yakni Tahap Pramediasi, Tahap Proses Mediasi, dan Tahap Paska Mediasi.

Apa saja yang termasuk dalam tahapan pramediasi seperti yang diatur dalam PERMA No. 1/2016?

Beberapa kegiatan dan ketentuan yang termasuk dalam tahapan pramediasi adalah mengenai kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara, kewajiban kuasa hukum, hak para pihak dalam memilih mediator, batas waktu pemilihan mediator, dan hal-hal yang berkaitan dengan pemanggilan para pihak.

Apa yang menjadi kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara?

Pada hari sidang yang telah ditentukan dan dihadiri oleh para pihak, kewajiban Hakim Pemeriksa Perkara adalah memerintahkan para pihak untuk

(44)

Setelah mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi, tindakan apa yang selanjutnya wajib dilakukan Hakim Pemeriksa Perkara?

Kewajiban selanjutnya yang harus dilakukan Hakim Pemeriksa Perkara setelah memerintahkan para pihak untuk mediasi adalah menjelaskan secara gamblang mengenai prosedur mediasi kepada para pihak yang isinya meliputi:

a. Pengertian dan manfaat mediasi;

b. Kewajiban para pihak untuk menghadiri langsung pertemuan mediasi dan akibat hukum atas perilaku tidak beriktikad baik dalam mediasi;

c. Kemungkinan biaya yang timbul akibat penggunaan mediator non Hakim dan bukan pegawai pengadilan;

d. Pilihan atas tindak lanjut kesepakatan perdamaian baik melalui akta perdamaian ataupun pencabutan gugatan; dan

e. Kewajiban para pihak untuk menandatangani formulir penjelasan mediasi.

Langkah apa yang selanjutnya harus dilakukan Hakim Pemeriksa Perkara setelah menjelaskan prosedur mediasi kepada para pihak?

Setelah menjelaskan prosedur mediasi, Hakim Pemeriksa Perkara selanjutnya menyerahkan formulir penjelasan mediasi kepada para pihak untuk ditandatangani.

Formulir tersebut berisi pernyataan bahwa para pihak:

a. Memperoleh penjelasan prosedur mediasi secara lengkap dari Hakim Pemeriksa Perkara;

b. Memahami dengan baik prosedur mediasi; dan c. Bersedia menempuh mediasi dengan iktikad baik.

Kewajiban Kuasa Hukum

Apakah kuasa hukum dapat mewakili para pihak dalam melakukan mediasi?

Kuasa hukum dapat mewakili para pihak untuk melakukan mediasi dengan menunjukkan surat kuasa khusus yang memuat wewenang kuasa hukum untuk mengambil keputusan.

(45)

Apa saja kewajiban kuasa hukum dalam proses mediasi?

Kuasa hukum wajib membantu para pihak melaksanakan hak dan kewajibannya dalam proses mediasi. Kuasa hukum yang bertindak mewakili para pihak dalam proses mediasi, wajib ikut serta dalam proses mediasi dengan iktikad baik dan dengan cara yang tidak berlawanan dengan pihak lain atau kuasa hukumnya.

Kewajiban kuasa hukum tersebut meliputi:

a. Menyampaikan penjelasan Hakim Pemeriksa Perkara tentang prosedur mediasi;

b. Mendorong para pihak berperan langsung secara aktif dalam proses mediasi;

c. Membantu para pihak mengidentifikasi kebutuhan, kepentingan dan usulan penyelesaian sengketa selama proses mediasi;

d. Membantu para pihak merumuskan rencana dan usulan kesepakatan perdamaian dalam hal para pihak mencapai kesepakatan;

e. Menjelaskan kepada para pihak terkait kewajiban kuasa hukum.

Hak Para Pihak Memilih Mediator

Siapa yang memilih mediator dalam proses mediasi di pengadilan?

Para pihak berhak memilih mediator yang tercatat dalam daftar mediator di pengadilan. Jika para pihak tidak sepakat, maka Hakim Pemeriksa Perkara akan menunjuk mediator.

Bolehkah memilih lebih dari satu mediator untuk memediasi perkara?

Boleh. Para pihak berhak memilih seorang atau lebih mediator.

Jika mediatornya lebih dari satu, bagaimana pembagian tugas antar mediator tersebut?

Pembagian tugas mediator ditentukan dan disepakati oleh para mediator tersebut.

(46)

Batas Waktu Pemilihan Mediator

Adakah batas waktu pemilihan mediator oleh para pihak?

Ya, ada. Setelah diberikan penjelasan mengenai prosedur mediasi oleh Hakim Pemeriksa Perkara, para pihak diberikan kesempatan untuk berunding memilih mediator pada hari itu juga atau paling lama 2 hari berikutnya.

Bagaimana jika para pihak tidak mencapai kata sepakat untuk memilih mediator?

Dalam kondisi tersebut, maka Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara akan menunjuk mediator Hakim atau pegawai pengadilan untuk memediasi perkara para pihak.

Bagaimana jika di satu pengadilan tersebut tidak terdapat hakim mediator hakim dan pegawai pengadilan yang bersertifikat?

Jika keadaannya seperti itu, maka Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara menunjuk salah satu Hakim Pemeriksa Perkara untuk menjalankan fungsi mediator dengan mengutamakan Hakim yang bersertifikat mediator.

Jika mediator sudah dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim pemeriksa perkara, langkah apa yang selanjutnya dilakukan?

• Selanjutnya Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara akan menerbitkan penetapan yang memuat perintah untuk melakukan mediasi dan menunjuk mediator;

Penetapan penunjukkan mediator itu kemudian diberitahukan

kepada mediator melalui panitera pengganti; dan

• Proses pemeriksaan wajib ditunda untuk memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menempuh mediasi

Pemanggilan Para Pihak pada Tahap Pramediasi

Kapan para pihak diwajibkan untuk menempuh mediasi?

Pada hari sidang pertama yang dihadiri para pihak berperkara yang hadir berdasarkan panggilan yang sah dan patut.

(47)

Bagaimana jika salah satu pihak tidak hadir pada sidang pertama tersebut?

Pihak yang tidak hadir pada sidang pertama dapat dilakukan pemanggilan satu kali lagi sesuai dengan praktik hukum acara.

Bagaimana jika jumlah para pihak lebih dari satu dan sebagian pihak tidak hadir setelah dipanggil secara sah dan patut?

Dalam hal para pihak lebih dari satu, mediasi tetap dijalankan apabila pemanggilan sudah dilakukan secara sah dan patut tetapi yang dipanggil tidak hadir. Jadi, meskipun tidak seluruh pihak hadir, mediasi dapat dijalankan asalkan panggilannya sudah sah dan patut.

Bagaimana dengan kehadiran/ketidakhadiran pihak turut tergugat?

Ketidakhadiran pihak turut tergugat yang kepentingannya tidak signifikan tidak menghalangi pelaksanaan mediasi.

Pemanggilan Para Pihak pada untuk Mediasi

Apa yang dilakukan seorang mediator setelah ditunjuk sebagai mediator melalui penetapan ketua majelis hakim pemeriksa perkara?

Mediator segera menentukan hari dan tanggal pertemuan mediasi.

Bagaimana teknis pemanggilan para pihak untuk menghadiri mediasi?

Jika mediasi dilakukan di gedung pengadilan, mediator atas kuasa Hakim Pemeriksa Perkara melalui panitera melakukan pemanggilan para pihak dengan bantuan juru sita atau juru sita pengganti untuk menghadiri pertemuan mediasi.

Bolehkah juru sita/juru sita pengganti menolak melakukan panggilan?

(48)

Tahapan Proses Mediasi

Jangka Waktu Proses Mediasi

Berapa lama batas waktu penyelenggaraan mediasi?

Proses mediasi berlangsung paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara mengeluarkan penetapan perintah melakukan mediasi.

Jika dirasa perlu, jangka waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh) hari berikutnya terhitung sejak berakhirnya waktu 30 hari yang pertama. Perpanjangan waktu mediasi ini harus berdasarkan atas kesepakatan para pihak.

Bagaimana mekanisme perpanjangan waktu 30 (tiga puluh) hari tersebut?

Mediator atas permintaan para pihak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu mediasi tersebut kepada Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara disertai dengan alasannya.

Apakah jangka waktu mediasi termasuk dalam rangkaian jangka waktu penyelesaian perkara?

Tidak. Jangka waktu proses mediasi TIDAK termasuk dalam jangka waktu penyelesaian perkara sebagaimana diatur dalam kebijakan Mahkamah Agung tentang batas penyelesaian perkara di pengadilan tingkat pertama dan tingkat banding pada empat lingkungan peradilan.

Ruang Lingkup Materi Mediasi

Apakah materi mediasi hanya terbatas pada apa yang tercantum dalam surat gugatan Penggugat?

Tidak. Materi perundingan dalam mediasi tidak terbatas pada posita dan petitum gugatan. Materi mediasi dapat mencakup hal-hal yang belum/tidak tercantum dalam surat gugatan.

(49)

Bagaimana jika para pihak mencapai kesepakatan dalam mediasi terhadap persoalan-persoalan yang tidak tercantum dalam surat gugatan tersebut?

Jika para pihak mencapai kesepakatan atas permasalahan yang tidak tercantum dalam surat gugatan, maka nanti Penggugat harus mengubah gugatannya dengan memasukkan kesepakatan tersebut di dalam surat gugatan.

Keterlibatan Ahli dan Tokoh Masyarakat

Apakah dalam proses mediasi, pihak luar dapat dilibatkan untuk membantu para pihak dalam mencapai kesepakatan?

Keterlibatan pihak luar dalam proses mediasi dibolehkan jika para pihak menyetujuinya. Pihak luar tersebut terbatas pada orang-orang yang dapat dikategorikan sebagai ahli, tokoh masyarakat, tokoh agama, atau tokoh adat.

Bagaimana peran dan kekuatan dari penilaian ahli dan/atau tokoh masyarakat yang dilibatkan dalam mediasi tersebut?

Tergantung para pihak. Maksudnya, para pihak harus terlebih dahulu menyepakati tentang kekuatan mengikat atau tidak mengikat dari penjelasan dan/atau penilaian ahli dan/atau tokoh masyarakat tersebut.

Mediasi Sukarela

Mediasi Sukarela pada Tahap Pemeriksaan Perkara

Apakah mediasi dengan bantuan mediator hanya dapat dilakukan sebelum pemeriksaan pokok perkara/gugatan?

Tidak. Mediasi dengan bantuan mediator dapat dilakukan juga ketika perkara sudah masuk dalam tahap pemeriksaan oleh majelis Hakim.

Bagaimana caranya?

Jika para pihak sepakat untuk melakukan perdamaian dalam tahap pemeriksaan perkara, maka para pihak mengajukan permohonan kepada Ketua Majelis Hakim Pemeriksa Perkara untuk melakukan perdamaian.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jasa laundry saat ini berkembang sangat pesat dan banyak diminati, mulai dari menjadi pelanggan atau pun menjadi pemilik laundry. Dikalangan masyarakat banyak yang

Mint ahogyan a hagyományos könyvtár sem azonos csupán a katalógusán keresztül elérhető, polcokon tárolt dokumentumaival, a digitális könyvtár sem pusztán

Seguimos la entrevista como línea principal del montaje, alternando e insertando al mismo tiempo primeros planos de del rostro de la protagonista así como planos detalles,

Algoritma ini cocok digunakan untuk tabel dengan ukuran yang tidak terlalu besar (tidak lebih dari sekitar 10.000 elemen), tidak terlalu dibutuhkan kecepatan

bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 105 Peratuturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD menyatakan bahwa

Terhadap akta yang telah dibuat oleh para pihak sebagai hasil mediasi yang tidak diangkat dalam bentuk putusan pengadilan, para pihak dapat bersikap membiarkannya begitu

Tujuan dari program pelatihan ini adalah 1) memberikan pengetahuan tentang mindset pada siswa, 2) memberikan pengetahuan tentang pentingnya belajar dan tujuan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database