• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 2 Juli 2015

18

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PASANGAN USIA SUBUR

DENGAN PENGGUNAAN AKDR DI KELURAHAN BENTENG PASAR ATAS WILAYAH

KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI TAHUN 2014

Desi Andriani

*

ABSTRAK

Keluarga berencana yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Di Kelurahan Benteng Pasar Atas terdapat 161 PUS, yang menggunakan KB sebanyak 88 orang dan yang tidak menggunakan KB sebanyak 73 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Pengetahun dan Tingkat Pendidikan Pasangan Usia Subur dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.

Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional, berjumlah 88 orang sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Total Sampling, data analisa dengan menggunakan analisa bivariat, uji statistik Chi-Square

dengan menggunakan komputerisasi.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 36,4% responden berpengetahuan rendah, 84,2% responden dengan kategori tingkat pendidikan rendah dan hanya 8% responden yang menggunakan alat kontrasepsi AKDR. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan AKDR (p = 0,031, p < 0,05) dan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan AKDR (p = 0,308, p > 0,05).

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan pasangan usia subur berhubungan dengan penggunaan AKDR serta tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan penggunaan AKDR. Untuk itu diharapkan peran serta berbagai pihak untuk lebih meningkatkan pengetahuan ibu tentang alat-alat kontrasepsi khususnya AKDR agar ibu termotivasi dan tertarik untuk menggunakan kontrasepsi AKDR.

Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 (2002 – 2010)

*

(2)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 2 Juli 2015

19

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah di bidang kependudukan yang masih tingginya pertumbuhan penduduk, salah satu isu kependudukan yakni besarnya jumlah penduduk Indonesia, jumlahnya 240 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,49% per tahun. Jadi setiap tahunnya lahir empat sampai lima juta bayi atau kurang lebih 10.000 bayi lahir setiap hari, dan Indonesia masih masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. (BKKBN)

Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan Program Keluarga Berencana (KB).

Kebijakan pemerintah tentang KB saat ini mengatakan pada pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Akseptor KB aktif pengguna MKJP yang terdiri dari IUD (24,3%), MOP (0,3%), MOW (3,9%), implant (6,4%) dari total KB aktif. Yang menggunakan metode kontrasepsi NON MKJP yaitu suntik (47,8%), pil (11,0%), kondom (6,4%).

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD) merupakan salah satu cara efektif yang sangat diprioritaskan pemakaiannya oleh BKKBN. Hal ini dikarenakan tingkat keefektifannya cukup tinggi yaitu 0,1-1 kehamilan per 100 perempuan. AKDR atau IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim. IUD memiliki bentuk yang bermacam-macam. Alat kontrasepsi ini efektif, reversibel dan jangka panjang (dapat sampai 10 tahun: CuT380A). Dan KB IUD ini dapat dipakai oleh semua perempun usia reproduksi. Cara kerja IUD untuk mencegah kehamilan dengan cara lengan IUD menutupi saluran tuba fallopi sehingga sperma dan ovum tidak dapat bertemu (Saifuddin,2010).

Salah satu Alat Kontrasepsi Dalam Rahim yang banyak di pakai di Indonesia ialah IUD ( Intra Uterine Device ) dengan jenis IUD CuT 380A yang mempunyai daya kerja 8 tahun dan dari segi biaya, penggunaan kontrasepsi AKDR lebih murah. Keuntungan dari pemakaian AKDR ini selain lebih efektif, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI bagi ibu yang menyusui, penyulit tidak terlalu berat, dan pulihnya kesuburan setelah pencabutan alat kontrasepsi berlangsung baik (Manuaba, 1998).

Pengetahuan ibu akseptor KB mempengaruhi perilakunya dalam pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) sebagai alat kontrasepsi karena ibu dengan pengetahuan tinggi tentu mempunyai perilaku yang berbeda dengan yang berpendidikan rendah karena ibu yang berpendidikan tinggi lebih memilih AKDR sebagai alat kontrasepsinya, Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan dan dasar semua tindakan dan usaha (Arikunto, 2002).

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karna semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka cara untuk mendapat informasi yang lebih banyak tentang alat kontrasepsi dalam rahim , ini sesuai dengan data SDKI Tahun 2013 yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai Alat Kontrasepsi Dalam Rahim.

Saat ini, penggunaan IUD di Indonesia masih kalah dibandingkan dengan alat kontrasepsi jenis lain, seperti suntik, pil, dan implant KB. Artinya, hanya sebagian kecil masyarakat yang memilih menggunakan alat kontrasepsi IUD.

Tabel 1

Data jumlah PUS dengan penggunaan kontrasepsi di Propinsi Sumatera Barat :

NO Metode Kontrasepsi Jumlah

1 Suntik 397.187 2 Pil 210.445 3 Implant 89.565 4 IUD/ spiral 64.203 5 MOW 19.324 6 Kondom 25.715 7 MOP 760 (BKKBN,2013)

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN tahun 2013 jumlah pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB aktif di Bukittinggi sebanyak 11.412 orang diantaranya Kec. Guguak Panjang 4.391 orang, Kec. Aur Birugo Tigo Baleh 2.508 orang, Kec. Mandiangin 4.513 orang. Dan uang menggunakan alat kontrasepsi IUD di Kec. Guguak Panjang sebanyak 1.208 orang (27,5%), Kec. Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak 510 orang (20,3%), Kec. Mandiangin sebanyak 1.058 (23,4%).

Berdasarkan data dari 6 Puskesmas yang menggunakan kontrasepsi AKDR yaitu pada Puskesmas Aur Birugo Tigo Baleh 510 orang (20,3%), Puskesmas Rasimah Ahmad 225 orang (20,2%), Puskesmas Guguak Panjang 646 orang (58,4%), Pukesmas Mandiangin 431 orang (25,3%), Puskesmas Gulai Bancah 319 orang (31,3%), Puskesmas Nilam Sari 386 orang (20,9%).

Berdasarkan hasil pendataan dari 4 Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi yang menggunakan kontrasepsi AKDR yaitu Kelurahan Tengah Sawah 17 orang, Kelurahan Kayu Kubu 14 orang, Kelurahan Bukit Apit Puhun 11 orang, Kelurahan Benteng Pasar Atas 7 orang.

Hasil pendataan Di kelurahan Benteng Pasar Atas terdapat 161 PUS. Dari 161 PUS tersebut, ibu PUS yang menggunakan KB sebanyak 88 orang dan yang tidak menggunakan KB sebanyak 73 orang.

(3)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 2 Juli 2015

20

Tabel 2

Data akseptor KB di kelurahan Benteng Pasar Atas Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Tahun

2013:

No Metode Kontrasepsi Jumlah

1 Suntik 40

2 Pil 31

3 Implant 10

4 IUD 7

Dari data di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Pendidikan Pasangan Usia Subur dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi Tahun 2015 “

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat analitik dangan pendekatan Cross Sectional yaitu untuk melihat hubungan dan variabel independen dan dependen dimana data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur dan ambil dalam waktu yang bersamaan (Notoatmojdo,2005:145).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah PUS yang menjadi akseptor KB yaitu 88 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah PUS yang menjadi akseptor KB berjumlah 88 orang. Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi pada bulan Oktober- Desember 2014.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Kontrasepsi AKDR Pengetahuan F % Rendah Cukup Baik 32 31 25 36,4 35,2 28,4 Jumlah 88 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sepertiga responden berpengetahuan rendah tentang AKDR yaitu 36,4%.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan F %

Rendah 74 84,1

Tinggi 14 15,9

Jumlah 88 100

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan rendah yaitu 84,1%.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Penggunaan Alat Kontrasepsi AKDR

Kontrasepsi F % Suntik Pil Implat AKDR 40 31 10 7 45,5 35,2 11,4 8,0 Jumlah 88 100

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian kecil responden menggunakan alat kontrasepsi AKDR yaitu sebanyak 8%.

Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan AKDR Pengetahu an AKDR Total p Tidak Ya f % 0,031 f % f % Rendah Cukup Baik 31 30 20 96,9 96,8 80 1 1 5 3,1 3,2 20 32 31 25 100 100 100 Jumlah 81 92,0 7 8,0 88 100

Pada tabel 5.4 diketahui bahwa dari 32 orang responden berpengetahuan rendah sebagian kecil (3,1%) responden menggunakan kontrasepsi AKDR, dari 31 orang responden berpengetahuan cukup sebagian kecil (3,2%) responden menggunakan kontrasepsi AKDR. Sedangkan responden yang berpengetahuan baik kurang dari sepertiga yaitu 20% menggunakan alat kontrasepsi KB AKDR.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pasangan usia subur dengan penggunaan alat kontrasepsi KB AKDR dengan nilai probabilitas (p) = 0,031 (p < 0,05).

Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penggunaan AKDR Tingkat Pendidikan AKDR Total p OR (95% of CI) Tidak Ya f % f % f % Rendah Tinggi 11 70 84,6 93,3 2 5 15,4 6,7 13 75 100 100 0,2 75 0,393 (0,068-2,281) Jumlah 81 92,0 7 8,0 88 100

(4)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 2 Juli 2015

21

Pada tabel 5.5 diketahui bahwa dari 75 orang

responden dengan tingkat pendidikan tinggi, sebagian besar yaitu 93,3% tidak menggunakan alat kontrasepsi KB AKDR. Sedangkan dari 13 orang responden dengan tingkat pendidikan rendah, sebagian besar yaitu 84,6% responden tidak menggunakan alat kontrasepsi KB AKDR.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan alat kontrasepsi KB AKDR dengan nilai probabilitas (p) = 0,275 (p < 0,05).

Pembahasan Analisa Univariat Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 5.1 diketahui bahwa sepertiga responden berpengetahuan rendah yaitu 36,4%, sepertiga responden berpengetahuan cukup yaitu 35,2%) dan kurang sepertiga responden berpengetahuan baik tentang kontrasepsi AKDR yaitu 28,4%.

Rendahnya pengetahuan ibu tentang kontrasepsi AKDR dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah faktor informasi tentang kontrasepsi AKDR terutama informasi yang didapatkan dari tenaga kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa Orang yang memilki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa atau media elektronik. selain itu, informasi dapat juga diperoleh dari orang yang ahli dibidangnya, misalnya dokter, guru, tenaga kesehatan, petugas penyuluhan dan sebagiannya. informasi dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, banyak memperoleh informasi maka ia cenderung akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti berasumsi bahwa lebih dari separoh ibu akseptor KB di Kelurahan Benteng Pasar Atas Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi berpengetahuan rendah dan sedang hal ini terbukti dengan banyaknya responden yang tidak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kontrasepsi AKDR. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui siapa saja yang boleh memakai spiral/ AKDR, serta bagaimana cara mengontrol benang spiral/ AKDR. Rendahnya pengetahuan ibu tentang AKDR dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah kurangnya informasi yang didapatkan ibu tentang AKDR sehingga ibu tidak mengetahui dengan baik manfaat, kekurangan dan berbagai hal tentang alat kontrasepsi AKDR.

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan rendah yaitu 84,1% dan sebagian kecil responden dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu 15,9%).

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa sebagian besar responden pasangan usia subur di kelurahan Benteng Pasar Atas berpendidikan hingga SLTA. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah faktor kebudayaan dan faktor ekonomi masyarakat. Di kelurahan Benteng Pasar Atas diketahui bahwa alasan umum masyarakat untuk tidak melanjutkan pendidikan bagi anak-anak mereka adalah terkendali oleh tingginya biaya pendidikan sehingga faktor ekonomi sangat berperan terhadap tingkat pendidikan masyarakat, khususnya di Kelurahan Benteng Pasar Atas. Selain itu faktor budaya juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat karena masih ditemukan sebagian kecil masyarakat yang lebih memprioritaskan pendidikan bagi anak laki-laki.

Kontrasepsi AKDR

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 5.3 diketahui bahwa hanya sebagian kecil responden yaitu sebanyak 7 orang (8%) responden yang menggunakan kontrasepsi KB AKDR.

Rendahnya minat akseptor KB untuk menggunakan kontrasepsi AKDR dipengaruhi oleh faktor pengetahuan ibu tentang kontrasepsi ini, di kelurahan benteng Pasar Atas Bukittinggi diketahui bahwa sebagian besar ibu berpengetahuan rendah tentang kontrasepsi AKDR sehingga ibu tidak termotivasi untuk menggunakannya karena pengetahuan adalah salah satu faktor pembentuk tindakan individu (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti berasumsi bahwa di Kelurahan Benteng Pasar Atas Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi hanya sebagian kecil akseptor yang menggunakan alat kontrasepsi AKDR. Selain faktor pengetahuan ibu faktor sosial budaya juga sangat berperan dalam tindakan ibu dalam memilih dan menggunakan alat kontrasepsi AKDR. Diketahui bahwa di Kelurahan Benteng Pasar atas ibu akseptor KB merasa enggan untuk menggunakan kontrasepsi AKDR karena dianggap bertentangan dengan agama dan kepercayaan yaitu agama Islam. Selain itu faktor yang juga ikut mempengaruhinya adalah rasa takut ibu terhadap proses pemasangan AKDR yang ditanamkan dalam rahim.

(5)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 2 Juli 2015

22

Analisis Bivariat

Hubungan Pengetahuan Ibu Pasangan Usia Subur dengan Penggunaan AKDR

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 5.4 diketahui bahwa dari 32 orang responden berpengetahuan rendah sebagian kecil responden yaitu 3,1% menggunakan AKDR sedangkan dari 31 orang responden berpengetahuan cukup sebagian kecil responden yaitu 3,2% menggunakan AKDR. Penggunaan AKDR meningkat pada kelompok responden berpengetahuan baik yaitu sebesar 20% responden berpengetahuan baik menggunakan AKDR. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan pasangan usia subur dengan penggunaan AKDR dengan nilai probabilitas (p) = 0,031 (p < 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan pasangan usia subur berhubungan dengan tindakan pemilihan alat kontrasepsi AKDR karena ibu dengan pengetahuan yang baik tentang AKDR akan mengetahui segala sesuatu yang menyangkut dengan kelebihan, kekurangan serta manfaat yang ia dapatkan jika menggunakan jenis kontrasepsi ini sehingga ibu termotivasi dan bertindak untuk menggunakan alat kontrasepsi AKDR. Sebaliknya, ibu dengan pengetahuan rendah tentang AKDR cenderung merasa takut pada proses pemasangan dan tidak nyaman jika menggunakan alat kontrasepsi ini serta terkendala dari segi ekonomi. Selain itu faktor dukungan keluarga (suami) juga akan sangat berperan dalam tindakan ibu memilih jenis alat kontrasepsi.

Hubungan Tingkat Pendidikan Pasangan Usia Subur dengan Penggunaan AKDR

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tabel 5.5 diketahui bahwa dari 74 resopnden dengan kategori tingkat pendidikan rendah sebagian kecil responden menggunakan AKDR yaitu 6,8% dan dari 14 orang responden dengan kategori pendidikan tinggi juga ditemukan sebagian kecil responden menggunakan AKDR yaitu 14,3%. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan pasangan usia subur dengan penggunaan AKDR dengan nilai probabilitas (p) 0,308 ( p> 0,05).

Di Kelurahan Benteng Pasar Atas wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu tidak berhubungan dengan tindakan ibu dalam pemilihan kontrasepsi AKDR hal ini dipengaruhi oleh sebagian besar pendidikan tinggi ibu didominasi oleh kelompok ibu dengan pendidikan SLTA/ sederajat, dimana pada tingkatan ini ibu tidak diberikan pengetahuan tentang alat-alat kontrasepsi sehingga apabila dilihat dari segi tingkat pendidikan formal ibu tidak mengetahui sama sekali tentang alat-alat kontrasepsi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan pasangan usia subur dengan penggunaan AKDR, dimana diketahui bahwa sebagian besar ibu dengan kategori tingkat pendidikan tinggi tidak menggunakan AKDR dan juga ditemukan sebagian ibu dengan tingkat pendidikan rendah tetapi menggunakan AKDR.

Penggunaan AKDR lebih dipengaruhi faktor sosial budaya dan pengetahuan tentang alat kontrasepsi AKDR dimana diketahui di Kota Bukittinggi sebagian masyarakatnya masih fanatik dan beranggapan penggunaan kontrasepsi, khususnya AKDR bertentangan dengan agama dan kepercayaannya, selain itu perasaan takut ibu terhadap proses pemasangan dan penggunaan AKDR juga sangat berperan dalam tindakan ibu untuk memilih dan menggunakan alat kontrasepsi AKDR. Jadi walaupun ibu dengan latar belakang pendidikan tinggi akan tetap merasa enggan untuk menggunakan jenis kontrasepsi ini.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Sepertiga responden di Kelurahan Benteng Pasar Atas Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi berpengetahuan rendah tentang AKDR yaitu 36,4% dan sepertiga responden berpengetahuan cukup tentang AKDR yaitu 35,2% dan kurang dari sepertiga responden berpengetahuan baik tentang AKDR yaitu 28,4%. 2. Sebagian besar responden di Kelurahan Benteng

Pasar Atas Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi berpendidikan rendah yaitu 84,1% dan sebagian kecil responden berpendidikan tinggi yaitu 15,9%.

3. Sebagian kecil responden di Kelurahan Benteng Pasar Atas Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad Bukittinggi menggunakan alat kontrasepsi AKDR yaitu 8%

4. Ada hubungan antara pengetahuan pasangan usia subur dengan penggunaan AKDR dengan nilai probabilitas (p) = 0,031 (p < 0,05)

5. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan pasangan usia subur dengan penggunaan AKDR dengan nilai probabilitas (p) = 0,275 ( p > 0,05)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi, 2006. Dasar – Dasar Evaluasi

Pendidikan, Jakarta.

Arikunto, 2006. Proses Penelitian Mutu Pendekatan Praktes, Jakarta : Rineka Cipta.

(6)

Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 2 Juli 2015

23

BKKBN, 2000. Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan

Kontrasepsi.

BKKBN 2013, Pencapaian Peserta KB Menurut Alat Kontrasepsi 2013. (http : // www.bkkbn

go.id).

Chandra, Budiman, 2002. Pengantar Statistik Kesehatan, Jakarta : ECG.

Hartono, Hanafi, 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2004. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip – Prinsip Dasar,

Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, 2008, Konsep Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skropsi, Tesis dan Instrumen Penelitian,

Jakarta : Selemba Medika.

Noviawati, Dyiah Setya Arum, S.SiT, Sujiyatini, S.SiT, 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Jogjakarta : Mitra Cendika. Prawihardjo, Sarwono, dkk 2006. Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Widiyawati, Siti. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) di Wilayah Kerja Puskesmas Batuah Kutai Kertanegara.

Journal.

Yustiani, dkk (2013). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga dengan Persepsi Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

Referensi

Dokumen terkait

Mengingat skala prioritas teknologi pengolahan sampah yang terpilih relatif tidak sensitif terhadap perubahan preferensi aspek lingkungan, sosial, teknis, dan ekonomi, maka

Partisipasi anggaran dapat dikatakan sebagai motivator/pendorong bagi manajer tingkat bawah agar memiliki komitmen terhadap tujuan anggaran yang telah disusun sehingga mereka

Kolej RISDA Kelantan Sijil Kemahiran Malaysia Kursus Pembuat Pakaian Wanita Tahap 2 12 Bulan 0 57 0. Kolej RISDA Semporna Sijil Kemahiran Malaysia Kursus Kejuruteraan Sistem

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Dekomposisi serasah memainkan peran yang sangat penting dalam kesuburan tanah, seperti regenerasi dan keseimbangan nutrisi dari senyawa organik yang ada di

b) Pencegahan HIV/AIDS, kegiatannya dengan melakukan pencegahan penularan ibu ke anak, memberikan layanan kesehatan kepada para remaja, pemeriksaan dan pengobatan

Pada puisi ini tema tentang kesenangan siswa terhadap hewan langsung tampak ketika membaca judulnya, yaitu “Hamsterku”, puisi ini juga mendapatkan hasil analisis

Karena itu, kiranya penting melihat representasi politik perempuan anggota DPR-RI dan kekuatan organisasi masyarakat sipil dalam menghasilkan kebijakan- kebijakan