• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: physics achievement, 5E learning cycle model, selfexplanation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: physics achievement, 5E learning cycle model, selfexplanation"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

_______________________________________________________________________________

Erwinestri Hanidar Nur Afifi adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM), Malang. Artikel ini diangkat dari Skripsi Sarjana Pendidikan Fisika, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2014.

MODEL 5E LEARNING CYCLE DENGAN STRATEGI SELF-EXPLANATION

Erwinestri Hanidar Nur Afifi, Parno, dan Sugiyanto Universitas Negeri Malang

E-mail: afifi.erwinestrihanidarnur@gmail.com; parno100@yahoo.co.id; sugiantofisika@yahoo.com

Abstrack: the purpose of this research is to increased physics achievement of students at class VII SMP Negeri 1 Banyuanyar Probolinggo by applying the 5E learning cycle model with self-explanation strategy. Data collected by doing physics achievement test on students in the form of multiple choice questions numbering fifteen reserved. The design study was quasi experimental research design and data analysis using t-test. Results of the study are: (1) there is a change of achievement studied physics in classroom experimentation and control after getting the treatment, (2) there is a difference in average value posttest experimental class and average value posttest control class, (3) the average value of experimental class posttest better than the class of the control.

Keywords: physics achievement, 5E learning cycle model, self-

explanation strategy.

Fisika adalah studi mengenai dunia anorganik fisik, sebagai lawan dari dunia organik seperti

biologi, fisiologi dan lain-lain (Physical Science, Britannica Concise

Encyclopedia, 2006). Keberhasilan siswa dalam pembelajaran fisika dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi yang disampaikan oleh guru. Tingkat pemahaman siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari

faktor sosial maupun individu di antaranya faktor kecerdasan.

Berdasarkan data rata-rata nilai ujian fisika tengah semester tahun ajaran 2013/2014 siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyauanyar Probolinggo menunjukkan bahwa lebih dari separuh siswa memiliki nilai rata-rata fisika masih rendah yakni 67,5 (Dokumen sekolah, 2014). Hal ini menunjukkan rendahnya prestasi belajar yang dimiliki oleh siswa tersebut, sehingga

(2)

perlu dilakukan perbaikan terhadap prestasi yang telah diperoleh.

Beberapa usaha pernah

dilakukan sekolah untuk memperbaiki prestasi belajar fisika di sekolah yang salah satunya dengan cara

memperbanyak latihan soal. Cara tersebut dilakukan oleh guru dengan harapan semakin banyak siswa mengerjakan soal latihan, maka semakin banyak konsep yang akan dikuasainya. Hasil wawancara dengan guru fisika kelas VII SMP Negeri 1 Banyauanyar Probolinggo menyatakan bahwa dengan memperbanyak latihan soal saja, ternyata tidak seluruh siswa yang bisa meningkat prestasinya, hanya siswa yang aktif dan rajin saja yang terlihat peningkatan prestasi

akademiknya.

Muatan dalam kurikulum 2013 sarat dengan pembelajaran berbasis inkuiri dan sesuai dengan pengalaman belajar siswa atau belajar yang

bermakna. Salah satu model pembelajaran sains yang berbasis inkuiri dengan metode belajar berpusat pada siswa adalah learning cycle (siklus belajar). Model ini merupakan model yang tepat bagi pembelajaran sains khususnya fisika tingkat

menengah pertama dan menengah atas,

karena model pembelajaran ini berjalan fleksibel dan menempatkan kebutuhan yang realistis pada guru dan siswa (Colburn dan Clough, 1997). Fiqriyati (2012), menemukan bahwa

pembelajaran learning cycle dengan strategi eksperimen dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Strategi belajar lain yang efektif meningkatkan prestasi belajar adalah Self-Explanation (Tajika, 2007). Penelitian Tajika (2007) menunjukkan bahwa strategi Self-Explanation memiliki keunggulan dalam

membangun langkah-langkah problem solving dan meningkatkan prestasi belajar. Self-Explanation didefinisikan dengan sederhana sebagai

pembelajaran yang melibatkan penggunaan pengetahuan yang telah ada untuk membuat sebuah informasi baru yang lebih bermakna (Driss-coll, 2000).

Model5E Learning Cycle dengan strategi Self-Explanation cocok diterapkan di SMP Negeri 1

Banyuanyar karena dalam pelaksanaan pembelajarannya belum pernah ada strategi khusus yang diterapkan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta pembelajaran yang dilakukan cenderung

(3)

menggunakan pembelajaran konvensional tanpa disertai suatu strategi belajar. Selain itu Self-Explanation juga cocok diterapkan untuk materi kalor karena syarat dengan konsep dan pengetahuan yang menuntut siswa untuk tidak sekedar menghafal tetapi juga memahaminya.

Dalam penelitian ini

pembelajaran strategi self-explanation dileburkan ke dalam model 5E learning cycle. Karenanya tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 1

Banyauanyar Probolinggo melalui penerapan model 5E Learning Cycle dengan strategi Self-Explanation.

METODE

Desain dalam penelitian ini adalah

quasi eksperimentaldengan rancangan

nonequivalent control group design seperti tabel 1. Kelas kontrol belajar fisika dengan pembelajaran

konvensional, sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran 5E Learning Cycle dengan strategi Self-Explanation.

Tabel 1. Rancangan Prates-Postes Kelompok-kelompok Tak Setara

Subjek Pre Test Treatment Post Test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

(Sumber: Ibnu, dkk. 2003:50)

Keterangan:

O1 = Nilai pretest prestasi belajar kelas eksperimen O2 = Nilai posttest prestasi belajar kelas eksperimen O3 = Nilai pretest prestasi belajar kelas kontrol O4 = Nilai posttest prestasi belajar kelas kontrol

X = Perlakuan yang berupa pengajaran menggunakan model 5E Learning Cycle

dengan strategi Self-Explanation

Rancangan Tabel 1 identik dengan pretest-posttest experimental control group design dalam eksperimen sejati tetapi tanpa penempatan subjek penelitian secara acak. Subjek

penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Banyuanyar angkatan 2013/2014 sebanyak 30 orang pada

kelas eksperimen dan siswa kelas VII A SMP Negeri 1 Banyuanyar angkatan 2013/2014 sebanyak 30 orang pada kelas kontrol.

Pengambilan data dilakukan menggunakan test prestasi belajar fisika berbentuk objektif sebanyak lima belas butir soal dengan reliabilitas

(4)

0.859. Menurut interpretasi reliabilitas dalam Arikunto (2010:319), instrument tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi Data dianalisis

menggunakan uji-t.

HASIL

Diperoleh nilai rata-rata pretest 51.33 dan nilai rata-rata posttest 81.57 serta nilai rata-rata posttest empat kali pertemuan yaitu 82.08 pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata pretest 51.13 dan nilai rata-rata posttest 63.33, serta nilai rata-rata posttest empat kali pertemuan sebesar 62.6.

Uji prasyarat menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Oleh karena itu, analisis uji beda

menggunakan uji-t.

Diperoleh signifikansi α 0.000<0.055 dan uji-t diperoleh t(hitung) = 5.305 > 2.201 (t30;0.05) sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar fisika siswa antara sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan model 5E Learning Cycle dengan strategi self-explanation dan pada kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajran konvensional.

Berdasarkan uji keterlaksanaan model pembelajaran diperoleh

keterlaksanaan model pembelajaran kelas eksperimen sebesar 88.87%, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh keterlaksanaan model pembelajaran sebesar 91.25%.

PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian dan analisis data yang telah

dikemukakan sebelumnya, pada kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai pre-test 51,33 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 13, sedangkan nilai rata-rata pre-test pada kelas kontrol 51.13 dengan nilai tertinggi 74 dan nilai terendah 20. Maka dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai pada kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Keadaan

tersebut dapat dimaklumi karena kedua kelas tersebut sama-sama belum pernah mendapatkan materi pembelajar suhu dan kalor.

Apabila dibandingkan dengan rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VII tahun ajaran 2012/2013 yang telah duduk di kelas VIII yaitu 55, tentu prestasi yang diperoleh siswa dalam penerapan model pembelajaran 5E Learning Cycle dengan strategi

(5)

Self-explanation ini lebih tinggi dimana diproleh nilai rata-rata posttest siswa setelah perlakuan sebesar 81,57. Jika dibandingkan dengan rata-rata nilai ulangan tengah semester tahun ajaran 2013/2014 siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuanyar yaitu 67,5 lebih tinggi rata-rata nilai posttest empat kali pertemuan yang tertera pada tabel 4.2 yaitu 82,08.

Penelitian lain yang

mendukung penelitian ini diantaranya penelitian Suryaningsih (2012) yang memperoleh hasil adanya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang belajar melalui model 5E Learning Cycle dengan siswa yang belajar melalui model pengajaran langsung. Sayuti (2011) juga melakukan penelitian yang sama tentang penerapan model pembelajaran 5E Learning Cycle terhadap prestasi belajar siswa dengan diperoleh ketuntasan belajar siswa dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada siklus I yaitu 64,11% meningkat pada siklus II menjadi 84,61%.

Terdapat perbedaan antara data posttest dan posttest empat kali pertemuankelas eksperimen dan

kontrol. Nilai posttest kelas eksperimen lebih rendah yaitu 81.57 lebih rendah

dari nilai posttest empat kali pertemuan yaitu 82.083. Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adanya waktu jeda setelah perlakuan dengan posttest sehingga siswa terpengaruh oleh faktor luar seperti lupa. Sedangkan nilai posttest kelas kontrol lebih tinggi yaitu 63.3 dibandingkan dengan posttest empat kali pertemuan 62.6. Hal ini dapat dipengaruhi faktor luar seperti adanya interaksi siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga nilai rata-rata posttest kelas kontrol lebih tinggi.

Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari peran guru. Guru dituntut dapat

menyampaikan materi kepada siswa sesuai dengan sintak model

pembelajaran dan materi yang akan disampaikan. Diperoleh persentase keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru sebesar 88,875%. Perolehan ini sudah sangat baik meskipun keterlaksanaannya masih lebih bagus kelas kontrol. Hal ini dikarenakan guru tidak terbiasa melakukan model

pembelajaran 5E Learning Cycle dengan strategi self-explanation, sehingga guru masih sering lupa dengan tahapan-tahapan yang harus dilakukannya.

(6)

Pada umumnya seluruh siswa baik kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai post-test lebih besar daripada nilai pre-test. Hal ini menunjukkan bahwa indikator ataupun tujuan pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol telah tercapai. Model pembelajaran 5E Learning Cycle dengan strategi self-explanation terbukti dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran dengan strategi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada KI, KD, serta materi lainnya di kelas VII, VIII, dan IX.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat dikemukakan kesimpulan berikut. Prestasi belajar fisika kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model 5E Learning Cycle dengan strategi Self-explanation lebih baik daripada kelas kontrol yang belajar menggunakan model konvensional. Berdasarkan uji-t diperoleh thitung = 5.305 > 2.201(t30;.05) sehingga terdapat perbedaan nilai rata-rata post-test kelas eksperimen dengan

nilai rata-rata post-test kelas kontrol. Selain itu berdasarkan penghitungan gain atau selisih prestest dan post-test dari kedua kelas diperoleh gain kelas eksperimen sebesar 30.23 lebih tinggi daripada gain kelas kontrol sebesar 12.67.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka saran atau rekomendasi yang diajukan dirumuskan sebagai berikut. Pihak sekolah perlu melakukan pengenalan model pembelajaran 5E Learning Cycle dengan strategi self-explanation dan dikembangkan lebih lanjut sebagai salah satu uapaya perbaikan mutu pembelajaran. Kepada guru model disarankan menggunakan pembelajaran 5E Learning Cycle

dengan strategi Self-explanation karena lebih efektif meningkatkan prestasi belajar fisika siswa dibandingkan model pembelajaran konvensional. Peneliti lain disarankan untuk menerapkan model pembelajaran 5E Learning Cycle dengan strategi Self-explanation pada jenjang pendidikan sekolah lainnya seperti SMA.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

(7)

Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Britannica. 2006. Physical Science, Britannica Concise

Encyclopedia, artikel:9108653.

Colburn, A. & clough, M. P.(1997). “Implementing The Learning Cycle”. The Science Teacher, May 1997; 64. 5. Education Journal. Tersedia:

http://www.library.uq.edu.au [18 Maret 2007].

Driscoll, M. (2000). Psychology of Learning for Instruction. Needham Heights, MA, Allyn & Bacon.

Fiqriyati, Amiq. 2012. Pembelajran Koloid Berbasis Learning Cycle 7E dengan Metode Praktikum untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan

Konsep Siswa SMA. Tesis

diterbitkan repository.upi.edu. Bandung:Universitas

Pendidikan Indonesia. Ibnu, Suhadi, dkk. 2003. Dasar-dasar

Metodologi Penelitian. Malang: Universitas negeri Malang.

Sayuti, Irda, S, Rosmani, andayannhi, Sri. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 5 Pekanbar. (Online),

(http://pasca.undiksha.ac.id,

diakses 6 September 2013). Suryaningsih, Ni Made Ayu. 2012.

Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran 5E dengan Model Pengajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Biologi dan Kinerja Ilmiah. (Online),

(http://pasca.undiksha.ac.id, diakses 6 September 2013). Suryaningsih, Ni Made Ayu. 2012.

Komparasi Penggunaan Model Pembelajaran 5E dengan Model Pengajaran Langsung terhadap Hasil Belajar Biologi dan Kinerja Ilmiah. (Online),

(http://pasca.undiksha.ac.id,

diakses 6 September 2013). Tajika, H., Nakatsu, N., Nozaki, H., Neumann, & E., Maruno, S. 2007. “Effects of Self-Explana-tion as A Metacognitive Strategy for Solving

Mathematical Word Problems”. Japanese Psychological

Research (2007), Volume 49, No. 3, 222–233.

Gambar

Tabel 1.  Rancangan Prates-Postes Kelompok-kelompok Tak Setara

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan pada tabel diatas diperoleh pada tes akhir t hitung = 3,71 pada taraf ɑ = 0,05 diperoleh t tabel = 2,56 karena t hitung &gt; t tabel sehingga H 0

• Peserta didik menulis model/kalimat matematika dari masalah sehari-hari yang sederhana dan berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, waktu, panjang benda,

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa dari enam elemen dari analisis risiko pemakaian alat pelindung diri masker dan sumbat telinga pada pekerja tekstil di

&lt; T tabel (0&lt;52) maka dapat diperoleh T hitung = 0 lebih kecil dari T tabel = 52 sehingga pada penelitian ini hipotesis (Ha) diterima yang menyatakan

Facility Services ( cleaning service, office support service, gardening &amp; landscaping, Integrated Pest Management, building maintenance service, indoor air

Koperasi sebagai bentuk badan usaha yang bergerak dibidang perekonomian, mempunyai tatanan pengelolaan yang berbeda dengan badan usaha non koperasi, perbedaan