• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemupukan Boron terhadap Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemupukan Boron terhadap Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGA

ARUH PE

BUAH

EMUPUK

H MANGG

KAN BOR

GIS (

Garc

RON TER

cinia man

RHADAP

ngostana

L

KUALIT

L.)

TAS

FERINA HAN

NIAWAT

TI

A24080

0120

DE

EPARTEM

MEN AGR

RONOMII DAN HO

ORTIKU

ULTURA

FAKU

ULTAS PE

ERTANIA

AN

IN

NSTITUT

T PERTA

ANIAN BO

OGOR

(2)

1

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB

2

Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB

3

Staf Peneliti di Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB Abstract

The objective of this research was to study the effect of boron application on fruit quality of mangosteen, especially the scaring and yellow latex incidence (gamboges). The research was conducted at mangosteen orchard Cicantayan Sukabumi, Laboratory Centre for Tropical Horticulture Studies (PKHT) IPB, and Post Harvest Laboratory of Agronomy and Horticulture IPB on November 2011 to April 2012. The research was arranged in Randomized Complete Design with one factor of treatment: Boron dose (B2O3). There were four doses of fertilizer used consisted of : the control with no fertilizer application B2O3, 15, 30, and 45 g B2O3 / plant. The results of this research showed that

Boron application have significant effect on gamboges on pericarp of the mangosteen fruit when compared to controls. However, Boron application significantly increase fruit weight and diameter as well as totat soluble solids content, but there is no different effect of doses between 15, 30, and 45 g/ plant. This treatment is also have no effect on other components of the mangosteen fruit qualities such as hardness of fruit, fruit weight and skin thickness, total of titrable acid, and vitamin C in the mangosteen.

(3)

RINGKASAN

FERINA HANIAWATI. Pengaruh Pemupukan Boron terhadap Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). (Dibimbing oleh DARDA EFENDI dan ENDANG GUNAWAN).

Manggis merupakan buah unggulan ekspor Indonesia serta memiliki potensi yang besar untuk lebih dikembangkan. Sebagai komoditas ekspor, maka mutu harus dijaga agar buah yang diekspor dapat diterima oleh konsumen. Buah manggis memiliki manfaat yang besar untuk kesehatan, oleh karena itu kualitas manggis Indonesia harus ditingkatkan.

Kualitas buah manggis Indonesia secara keseluruhan masih tergolong rendah. Rendahnya kualitas buah ini menyebabkan belum mampu terpenuhinya ideotipe konsumen di pasar internasional. Salah satu masalah yang menyebabkan manggis dari Indonesia ditolak oleh pasar internasional adalah karena adanya getah kuning pada daging buah maupun yang terdapat pada kulit buah.

Getah kuning pada manggis dibedakan menjadi getah kuning yang terdapat pada kulit bagian luar atau perikarp dan getah kuning pada kulit bagian dalam atau endokarp dari buah manggis. Getah kuning pada kulit bagian dalam disebabkan karena faktor endogen (fisiologis), sedangkan getah kuning pada kulit bagian luar tidak hanya karena faktor endogen tetapi juga karena adanya gangguan mekanis seperti tusukan/gigitan serangga, benturan, cara panen, dan lain-lain (Syah et al., 2007).

Boron dianggap mempengaruhi perkembangan sel dengan mengendalikan transpor gula dan pembentukan polisakarida, serta dalam hal kombinasinya dengan sisi aktif fosforilasi untuk menghambat pembentukan tepung yang mencegah polimerisasi gula yang berlebihan pada tempat sintesis gula (Gardner et al., 2008). Kekurangan atau tidak adanya Boron menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam dinding sel sehingga pengaturan sel untuk mitosis terganggu (Leiwakabessy et al., 2003).

(4)

Cicantayan Sukabumi, Laboratorium Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB, serta Laboratorium Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB pada bulan November 2011 sampai April 2012.

Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor yaitu dosis Boron (dalam B2O3). Perlakuan dosis pupuk yang digunakan terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu 0, 15, 30, dan 45 gram B2O3/pohon. Penelitian ini menggunakan 20 tanaman manggis yang berumur sekitar 20-25 tahun, dengan jumlah tanaman contoh untuk masing-masing perlakuan sebanyak lima tanaman sebagai ulangan setiap perlakuan.

(5)

PENGARUH PEMUPUKAN BORON TERHADAP KUALITAS

BUAH MANGGIS (

Garcinia mangostana

L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FERINA HANIAWATI

A24080120

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :

PENGARUH PEMUPUKAN BORON TERHADAP

KUALITAS BUAH MANGGIS (

Garcinia

mangostana

L.)

Nama

:

FERINA HANIAWATI

NRP

:

A24080120

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. Endang Gunawan, SP, MSi. NIP. 19630616 198903 1 006 NIP. 19770314 200810 1 001

Mengetahui.

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Majalengka, Jawa Barat pada tanggal 1 Maret 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Drs. H. Zaenal Uyun dan Ibu Hj. Eli Hayati.

Tahun 2002 penulis lulus dari SD Al-Hidayah Dawuan, kemudian tahun 2005 penulis menyelesaikan studi di SMPN 3 Majalengka. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Majalengka pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB pada tahun 2008.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemupukan Boron terhadap Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana)” dilakukan untuk mengetahui hal-hal terbaik yang dapat meningkatkan kualitas buah manggis sehingga dapat meningkatkan nilai ekspor manggis Indonesia.

Penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. dan Endang Gunawan, SP, MSi. selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang baik selama penelitian.

2. Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie MAgr. selaku dosen Penguji Skripsi atas koreksi dan saran yang diberikan untuk perbaikan laporan penelitian ini. 3. Dr. Ir. Tatiek Kartika Suharsi, MS. selaku dosen Pembimbing Akademik

atas bimbingan yang diberikan selama menyelesaikan studi.

4. Bapak, Mamah, Teteh, Aa, Ema, serta semua keluarga lainnya untuk doa dan dukungannya baik moril maupun materil.

5. PKHT dan ACIAR atas bantuan dana penelitian serta bimbingannya (Mba Mar’ah, Mba Lasih, Teh Pipit, serta yang lainnya), dan keluarga Pak Hendrik di Sukabumi atas segala bantuannya.

6. Mochlisin Andriyanto sebagai partner selama penelitian atas segala bantuannya, “Keluarga Rumah Jenjang” (Tira, Tiara, Rahmi, Dwi, Beldin, Beny), keluarga kecil di “Kost Putri Bunda” (Resti, Arini, Dhiska, Amma, Livia, Fira, Uni, Dea), Nina, Yuyuk, Ican, dan semua rekan-rekan AGH 45 atas segala dukungan dan semangat yang telah diberikan, serta seluruh pihak lainnya yang telah membantu.

Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Botani Manggis ... 3

Mutu dan Kualitas Buah Manggis ... 5

Pemupukan Boron ... 8

BAHAN DAN METODE ... 12

Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Pengamatan Penelitian ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

Kondisi Umum ... 17

Kandungan Boron dan Kalsium pada Tanah dan Daun ... 18

Pertumbuhan dan Perkembangan Diameter Buah Manggis ... 19

Komponen Parameter Kualitas Buah Manggis ... 21

KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Pertumbuhan diameter buah (cm) ... 19

2. Pengaruh arah mata angin terhadap diameter dan bobot buah ... 20   3. Pengaruh letak bagian tanaman terhadap diameter dan bobot

buah ... 21

4. Persentase kejadian jumlah buah terkena burik, getah kuning pada

kulit dan aril buah ... 22

5. Persentase luasan permukaan buah terkena burik, getah kuning

pada kulit dan aril buah ... 23   6. Bobot panen, diameter buah, dan susut bobot pasca panen

buah ... 24   7. Kekerasan buah, tebal dan bobot kulit, serta bobot aril dan biji buah

manggis ... 25   8. Kandungan vitamin C, total asam tertitrasi, dan padatan terlarut

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Larikan/lubang piringan pemupukan di sekeliling batang ... 13

2. Pengamatan kekerasan buah manggis pasca panen ... 15

3. Kondisi kebun manggis daerah Cicantayan-Sukabumi ... 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Sidik ragam bobot panen buah manggis ... 34

2. Sidik ragam susut bobot buah manggis ... 34

3. Sidik ragam diameter buah manggis ... 34

4. Sidik ragam persentase luasan buah terkena burik ... 34

5. Sidik ragam persentase luasan buah terkena getah kuning pada kulit ... 35

6. Sidik ragam persentase luasan buah terkena getah kuning pada aril ... 35

7. Sidik ragam persentase jumlah kejadian buah terkena burik ... 35

8. Sidik ragam persentase jumlah kejadian buah terkena getah kuning pada kulit buah ... 35

9. Sidik ragam persentase jumlah kejadian buah terkena getah kuning pada aril buah ... 36

10. Sidik ragam kekerasan buah manggis ... 36

11. Sidik ragam kandungan padatan terlarut total (°brix) ... 36

12. Sidik ragam tebal kulit buah manggis ... 36

13. Sidik ragam bobot kulit buah manggis ... 37

14. Sidik ragam kandungan total asam tertitrasi pada buah ... 37

15. Sidik ragam kandungan vitamin C pada buah ... 37

16. Data curah hujan (mm) bulanan tahun 2012 ... 38

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis merupakan buah unggulan ekspor Indonesia karena buah ini telah

lama menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia dan memiliki potensi yang

besar untuk lebih dikembangkan. Pangsa pasar ekspor buah manggis sangat luas

dengan negara tujuan ekspor antara lain adalah Malaysia, Singapura, Taiwan,

China, Hongkong, Arab Saudi, Belanda, dan Jerman (Mansyah et al., 2007). Mutu

buah manggis komoditas ekspor harus dijaga agar buah yang diekspor dapat

diterima oleh konsumen.

Volume ekspor buah manggis sepanjang Januari dan Februari 2010

meningkat signifikan, bahkan hampir menyamai volume ekspor sepanjang tahun

2009. Ekspor manggis untuk periode Januari dan Februari 2010 mencapai 8.225

ton meningkat tajam sebesar 91% dibandingkan volume ekspor Januari-Februari

2009 yang hanya 4.285 ton (Hasniawati, 2010). Ekspor manggis Indonesia terus

meningkat dan mulai kontinyu sejak tahun 1989, namun peningkatan pasar

tersebut belum diimbangi dengan peningkatan kualitas produksi. Salah satu

masalah yang menyebabkan manggis dari Indonesia ditolak oleh pasar

internasional adalah karena adanya getah kuning pada daging buah maupun yang

terdapat pada kulit buah.

Getah kuning dapat terjadi akibat kerusakan secara fisik terhadap

pembuluh-pembuluh lateks. Kerusakan itu dapat terjadi karena tusukan oleh

serangga penghisap (capsids), angin kencang, serta pemetikan dan penanganan

secara kasar (Verheij, 1997). Buah manggis sangat mudah luka dan mengeluarkan

getah kuning, serta apabila getah ini masuk ke dalam daging buah dapat

menyebabkan rasa daging buah menjadi tidak enak (Ashari, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Dorly (2009) diperoleh bahwa getah kuning

mengotori aril diduga karena rusaknya sel-sel epitelium penyusun saluran getah di

endokarp buah akibat tekanan turgor dan tekanan mekanik yaitu desakan

pertumbuhan aril dan biji ke arah luar selama fase pembesaran buah dan

kemungkinan bukan karena tekanan turgor sel perikarp, serangan serangga,

(14)

kuncup bunga hingga umur buah yang tua. Saluran getah kuning ini dijumpai

pada ketiga lapisan kulit buah yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp, serta pada

bagian daging buah (aril).

Pemupukan yang baik dan teratur pada tanaman manggis diharapkan

menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas buah manggis dengan

meminimalisir getah kuning dan burik pada buah. Pemupukan tanaman manggis

dilakukan pada dua bagian/fase yaitu pemupukan tanaman belum menghasilkan

(fase juvenil), dan pada tanaman sudah menghasilkan atau produktif (PKBT,

2007).

Menurut Gardner (2008) Boron juga diperlukan untuk pembentukan

dinding sel dan untuk senyawa pektat. Marschner (1995) menambahkan bahwa

terdapat beberapa fakta yang mendukung peran Boron dalam fungsinya untuk

integritas membran, khususnya pada membran plasma. Berdasarkan peran Boron

dalam biosintesis dinding sel, metabolisme fenol, dan integritas membran plasma,

Boron memiliki pengaruh yang penting dalam dinding sel dan antar membran sel

dinding plasma. Penelitian mengenai pemupukan Boron ini penting dilakukan

untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas buah untuk

pengembangan ekspor manggis. Hal ini berhubungan dengan turgoritas dinding

sel buah manggis yang diharapkan dapat menjadi lebih kuat sehingga mampu

menurunkan kejadian getah kuning pada manggis serta meningkatkan parameter

kualitas buah manggis lainnya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan Boron

terhadap kualitas buah manggis (Garcinia mangostana L.)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pemupukan Boron pada berbagai dosis terhadap kualitas

buah manggis.

2. Terdapat dosis Boron yang optimum untuk mendapatkan kualitas buah

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Manggis

Tanaman manggis berasal dari kawasan Asia Tenggara (hutan tropis

Malaysia-Indonesia), namun budi dayanya sudah berkembang semakin meluas

selain di Asia Tenggara juga ke Srilanka, India, Amerika Tengah, Brazil, dan

Queensland (Australia). Tanaman ini tumbuh dengan baik pada daerah panas

dengan kelembapan tinggi, serta memerlukan naungan pada masa kecil. Naungan

tersebut dikurangi dengan semakin besarnya tanaman, karena itu sangat cocok

untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buah-buahan lainnya. Pertumbuhan

tanaman lambat pada suhu di bawah 20°C, sedangkan batas temperatur tertinggi

antara 38-40°C (Ashari, 2006).

Tanaman manggis yang semakin tua memiliki bobot daun, batang,

maupun akar yang semakin besar. Demikian juga pada luas daun dan panjang akar

tanaman manggis, bahwa semakin tua tanaman manggis daunnya semakin luas

dan akarnya semakin panjang. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman manggis

tersebut tumbuh dan berkembang yang ditunjukkan oleh bertambahnya berat dan

ukuran tanaman manggis. Sistem perakaran tanaman manggis kurang berkembang

dengan baik, karena persentase akar rambut semakin rendah dibandingkan dengan

persentase akar sekunder dan akar primer (Hidayat, 2004).

Tanaman manggis berdaun rapat (rimbun) dengan tinggi tanaman dapat

mencapai 6-25 m, batangnya lurus, cabangnya simetris membentuk piramid ke

arah ujung tanaman. Semua bagian tanaman (kecuali akar) mengeluarkan getah

berwarna kuning (gamboge) bila luka. Duduk daunnya berlawanan, tangkai daun

pendek. Daun manggis tebal dan lebar, ukuran daun sekitar 15-25 cm x 7-13 cm,

berwarna hijau kekuning-kuningan pada sisi bawah, sedangkan pada bagian dekat

tulang daun utama berwarna pucat (Ashari, 2006).

Menurut Ropiah (2009) tunas bakal bunga akan membesar, kemudian

pecah dan akhirnya terbentuk kuncup bunga pada umur 13-15 HSI (hari setelah

inisiasi). Kuncup bunga akan mengalami pertumbuhan sehingga terus membesar

dan mencapai maksimal pada saat antesis. Waktu yang diperlukan untuk antesis

(16)

waktu yang diperlukan untuk mekarnya bunga dipengaruhi oleh faktor eksternal

dan internal. Faktor eksternal meliputi suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya,

dan unsur hara, sedangkan faktor internal meliputi fitohormon dan genetik. Bunga

manggis muncul pada pucuk-pucuk terminal, mempunyai 4 sepal dan 4 petal.

Jumlah stigma berkisar antara 5 sampai 7 buah, di mana jumlah stigma

menunjukkan jumlah aril yang terdapat di dalam buah.

Persentase bunga gugur tanaman asal biji nyata lebih rendah dibandingkan

dengan tanaman asal grafting. Pada tanaman hasil grafting tingkat kerontokan

buah dapat mencapai 70.07% sedangkan pada tanaman asal biji hanya 16.58%.

Suplai fotosintat rendah ditunjukkan oleh kandungan gula total daun pada pucuk

yang bunga dan buahnya gugur lebih rendah dibandingkan dengan kandungan

gula total daun pada pucuk yang bunga dan buahnya tidak gugur (Rai, 2004).

Menurut Ropiah (2009) kerontokan buah masih terjadi hingga 12 MSA

(minggu setelah antesis) untuk yang jumlah bakal buahnya banyak sedangkan

untuk jumlah bakal buahnya sedang terjadi hingga minggu ke-11 setelah antesis

dan yang jumlah bakal buahnya sedikit terjadi hingga umur 10 MSA. Kerontokan

buah yang lebih tinggi terjadi pada pohon yang mempunyai jumlah bakal buah

yang lebih banyak. Hal ini diduga oleh adanya persaingan fotosintat antar buah

dan daya dukung tanaman yang terbatas.

Buah manggis berbentuk bulat, sewaktu muda warnanya hijau muda dan

setelah tua berwarna ungu merah kehitaman. Buah berwarna hijau dengan bercak

ungu sudah dapat dipanen. Buah masak beratnya berkisar antara 30-140 gram,

tebal kulit sekitar 5 mm, getah berwarna kuning, warna petal merah, dan stigma

halus dengan diameter 8-12 mm.

Menurut Sinaga (2008) manggis memiliki bagian yang dapat dimakan

(edible protion) hanya 30% dari bobot total buah. Di sekeliling aril terdapat

perikarp atau kulit buah yang tebal (5-7 mm) dan keras. Kulit buah berwarna

merah keunguan (purple) dan apabila lebih tua akan berwarna ungu kehitaman

dengan tebal sekitar 5 mm. Apabila mengalami luka, perikarp akan mengeluarkan

(17)

Mutu dan Kualitas Buah Manggis

Mutu adalah sesuatu hal yang memberikan nilai dan biasanya menjadi

unggulan suatu komoditas. Menurut Winarno (1986) mutu dapat didefinisikan

sebagai kombinasi sifat-sifat dan karakteristik dari komoditas yang menyebabkan

suatu komoditas memiliki harga bagi daya guna akhir yang dikehendaki. Kader

(1992) mengemukakan bahwa mutu hasil hortikultura segar merupakan kombinasi

dari karakteristik dan sifat-sifat yang memberikan nilai komoditas sebagai bahan

makanan dan bahan kesenangan.

Konsumen produk hortikultura khususnya buah pada saat ini dan masa

mendatang tidak hanya menghendaki mutu organoleptik dan mutu kesehatan,

tetapi juga menuntut komponen mutu yang menyangkut keamanan, nutrisi, nilai

pengepakan, lingkungan, dan kemanusiaan. Oleh karena itu standar mutu hasil

hortikultura menjadi sangat penting untuk setiap negara (Puslitbang Hortikultura,

1994).

Kriteria standar manggis mutu ekspor meliputi warna kulit buah seragam

dengan kelopak yang masih hijau dan segar, tidak rusak, bersih, bebas dari hama

penyakit, tidak terkena getah kuning pada kulit dan tangkai buah serta daging

buah berwarna putih bersih (Puslitbang Hortikultura, 2009). Kekerasan kulit buah

manggis juga merupakan salah satu indikator kerusakan. Kulit buah manggis yang

semakin keras menyebabkan buah sulit dibuka atau buah sudah rusak dan tidak

layak atau tidak disukai oleh konsumen (Sutrisno et al., 2008).

Pemanenan pada tingkat ketuaan dan waktu yang tepat menghasilkan buah

berkualitas tinggi. Buah-buah yang masih muda bila dipanen akan memiliki

kualitas yang rendah dengan pematangan yang tidak sempurna. Sebaliknya

penundaan waktu panen akan meningkatkan sensitivitas buah terhadap

pembusukan sehingga kualitas dan nilai jualnya rendah (Ropiah, 2009).

Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan

manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM).

Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut (Prihatman,

2000) : a) panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram;

diameter 55-65 mm, b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%, c) Panen

(18)

merah 50-75%, e) Panen 114 hari dengan warna kulit ungu merah. Untuk

konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM, sedangkan untuk ekspor pada

umur 104-108 SBM.

Menurut Ropiah (2009) salah satu indikator kematangan buah manggis

ditentukan dengan terjadinya perubahan warna pada kulit buah. Perubahan warna

pada kulit buah manggis disebabkan oleh perubahan komposisi pigmen, yaitu

antara klorofil dengan antosianin (klorofil cenderung menurun sementara

antosianin cenderung stabil) sehingga warna kulit tampak semakin berwarna ungu

dengan semakin matangnya buah manggis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

korelasi negatif antara kadar klorofil dengan umur buah, bobot buah, diameter

buah, kadar air, padatan total terlarut, gula total, dan vitamin C, di mana

peningkatan yang terjadi pada parameter-parameter ini menunjukkan tingkat

kematangan buah manggis.

Salah satu masalah yang menyebabkan manggis dari Indonesia ditolak

oleh pasar internasional adalah karena adanya getah kuning pada daging buah

maupun yang terdapat pada kulit buah. Menurut Putri (2007) peningkatan

kejadian getah kuning pada aril buah kemungkinan lebih disebabkan oleh kondisi

perkebunan manggis yang kurang terpelihara dan banyak cabang negatif sehingga

buah manggis mengalami banyak gesekan dan benturan yang mengakibatkan

munculnya gejala burik maupun getah kuning.

Burik pada buah manggis disebabkan oleh serangga hama trips,

Scirtothrips dorsalis Hood, Selenothrips rubrocintus Giard, serta hama tungau

Brevipalpus sp. Gejala serangan trips pada buah manggis adalah warna kulit buah

menjadi memudar keperakan, kuning pucat sampai kecoklatan, terdapat bekas

seperti parutan memanjang dan mengeras agak kasar. Burik ini biasanya diawali

pada daerah di sekitar kelopak buah atau pada bagian ujung bagian bawah buah,

selanjutnya bisa menyelimuti seluruh bagian kulit buah. Serangan yang parah

dapat mengakibatkan ukuran buah berkembang tidak normal. Gejala serangan

hama tungau pada kulit buah manggis sama seperti serangan hama trips, tetapi

jika diraba kulit buah tidak menjadi kasar (Affandi dan Elmida, 2009).

Getah kuning akibat tusukan serangga berbentuk titik-titik atau bulatan

(19)

dari tangkai buah pada waktu panen berbentuk rata. Getah kuning tidak

disebabkan oleh penyakit, tetapi oleh masalah fisiologi selama masa

perkembangan buah atau pra panen (Mansyah et al., 2007).

Menurut Barasa (2009) salah satu kriteria buah manggis yang disukai

konsumen adalah manggis yang mempunyai rasa yang manis dan tidak asam.

Penambahan 5 g CaCl2 nyata meningkatkan kandungan total gula pada manggis

dibanding tanaman yang tidak dipupuk CaCl2. Berdasarkan penelitian Wulandari

(2007) pemberian kalsium pada tanaman manggis berpengaruh nyata terhadap

peningkatan pH tanah, kandungan Kalsium tanah dan daun jika dibandingkan

dengan kontrol (tanpa pemupukan Kalsium), namun secara keseluruhan tidak

mempengaruhi komponen kualitas buah manggis lainnya seperti kekerasan,

diameter, bobot buah, padatan terlarut total, asam tertitrasi total, dan nisbah

PTT/ATT buah manggis. Nisbah PTT/TAT merupakan salah satu parameter yang

digunakan dalam menilai mutu buah manggis. Nilai kandungan nisbah yang tinggi

pada umumnya akan menghasilkan mutu buah yang semakin baik untuk

dikonsumsi.

Penanggulangan getah kuning pada buah manggis dengan cara dibungkus

juga tidak berpengaruh secara nyata terhadap intensitas getah. Pembungkusan

manggis sebelum bunga mekar hanya berpengaruh terhadap persentase daging

buah yang bergetah. Intensitas getah pada kulit buah manggis dipengaruhi oleh

hujan, suhu, dan kelembaban udara (Indriani et al., 2002).

Menurut Kurniadinata (2010) peningkatan tebal kulit buah manggis

bernilai positif terhadap kualitas buah manggis terutama berkaitan dengan

ketahanan buah terhadap benturan. Benturan menyebabkan kerusakan kulit buah

yang dapat menyebabkan kerusakan aril, termasuk timbulnya getah kuning akibat

kerusakan pada pembuluh getah kuning pada jaringan kulit buah. Salah satu

akibat yang ditimbulkan oleh benturan pada kulit buah manggis adalah pecahnya

pembuluh getah kuning yang dapat merusak kualitas rasa aril, ditandai dengan

rusaknya sel-sel epitelial.

Getah kuning pada manggis dibedakan menjadi getah kuning yang

terdapat pada kulit bagian luar atau perikarp dan getah kuning pada kulit bagian

(20)

getah kuning pada kulit bagian dalam lebih serius daripada getah kuning pada

kulit luar, karena getah kuning akan mencemari daging buah sehingga rasanya

tidak enak dan tidak layak konsumsi. Getah pada kulit bagian luar dengan getah

pada kulit bagian dalam tidak berkorelasi. Hal ini menunjukkan bahwa

penyebabnya tidak sama. Getah kuning pada kulit bagian dalam disebabkan

karena faktor endogen (fisiologis), sedangkan getah kuning pada kulit bagian luar

tidak hanya karena faktor endogen tetapi juga karena adanya gangguan mekanis

seperti tusukan/gigitan serangga, benturan, cara panen, dan lain-lain (Syah et al.,

2007).

Berdasarkan hasil penelitian Dorly (2009) diketahui bahwa getah kuning

merupakan getah alami yang terdapat pada buah manggis, seperti yang dijumpai

pada ranting, tangkai daun, daun, dan kulit batang. Getah kuning disekresi oleh

jaringan sekretori yang berupa kanal bercabang. Pada saat perkembangan buah,

pembelahan sel menyebabkan kandungan Kalsium pada tiap sel perikarp terutama

epitel saluran getah kuning rendah. Oleh karena lamela larut saat pembentukan

saluran getah dan rendahnya kandungan Kalsium menyebabkan sel epitel lemah.

Adapun tentang bagaimana terjadinya cemaran getah kuning pada aril adalah teori

perkembangan buah, dimana terjadi perbedaan pertumbuhan antara biji dan aril

dengan bagian perikarp buah selama fase pembesaran buah sehingga terjadi

desakan mekanik. Akibat desakan tersebut sel epitel saluran getah yang lemah di

endokarp akan rusak sehingga getah keluar mengotori aril. Hal lain yang

membangkitkan terjadinya cemaran getah kuning pada aril adalah faktor iklim.

Perubahan dari musim kering ke musim penghujan dengan adanya air yang

tiba-tiba, akar akan banyak menyerap air sehingga menimbulkan perubahan tekanan

osmotik pada cairan getah dan sitoplasma sel epitel sehingga adanya tekanan

osmotik ini bisa menyebabkan sel epitel pecah.

Pemupukan Boron

Pada umumnya tanaman manggis yang telah berproduksi sekarang ini

adalah tanaman tua yang sudah berumur puluhan tahun dan tanaman tersebut

jarang dipupuk. Pemupukan yang baik adalah pemupukan yang berimbang yaitu

(21)

pertumbuhan, produksi, dan kualitas suatu tanaman. Konsentrasi hara N, P, K di

daun berkorelasi positif dengan hasil dan kualitas buah yaitu semakin tinggi

konsentrasi hara nitrogen daun maka semakin besar peluang untuk berproduksi

yang lebih banyak (Liferdi, 2007).

Menurut Poerwanto (2004) pemupukan manggis dilakukan secara dua

tahap, yaitu pemupukan untuk fase juvenil dan tanaman yang sudah menghasilkan

buah. Pupuk yang diberikan kepada tanaman terdiri dari pupuk organik (pupuk

kandang) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl). Tanaman manggis yang

masih berumur 4-6 tahun sebaiknya diberikan pupuk Urea 200 gram/pohon,

SP-36 100 gram/pohon dan KCl 100 gram/pohon. Pupuk kandang juga diberikan

dengan dosis 36-40 liter/pohon. Pemupukan pada tanaman manggis yang telah

memasuki masa produktif (> 10 tahun) memiliki dosis sepuluh kali lebih besar

dibandingkan tanaman pada masa juvenil. Dosis pupuk yang diberikan tersebut

adalah 1 000 gram Urea/pohon, 2 500 gram SP-36 dan 1 500 gram KCl/pohon.

Tanaman manggis biasanya tidak dipelihara secara intensif dan usaha

pemupukan jarang dilakukan. Karena tanaman manggis tidak pernah

mendapatkan hara di sekitar top soil, maka sistem perakaran menjadi terlalu

dalam. Akibatnya sebagian hara yang diberikan pada daerah top soil yang berkisar

20-30 cm dari permukaan tanah, tidak dapat langsung digunakan oleh tanaman

karena belum mencapai perakaran (Liferdi, 2009). Berdasarkan hasil penelitian

Saribu (2011) aplikasi Kalsium dan Boron perlakuan 5.79 kg Ca pohon-1 tahun-1 +

1.55 g B pohon-1 tahun-1 melalui tanah dapat menurunkan pencemaran getah

kuning pada aril hingga 0%, menurunkan skor getah kuning aril dan

meningkatkan kandungan Boron endokarp kulit buah manggis.

Boron terdapat dalam larutan tanah pada tingkatan yang sangat rendah

sebagai asam borat atau borat (HBO3) dan diadsorbsi oleh partikel-partikel tanah

sebagai borat. Boron dianggap mempengaruhi perkembangan sel dengan

mengendalikan transpor gula dan pembentukan polisakarida, serta dalam hal

kombinasinya dengan sisi aktif fosforilasi untuk menghambat pembentukan

tepung yang mencegah polimerisasi gula yang berlebihan pada tempat sintesis

(22)

mungkin karena Boron seperti Kalsium yang juga diperlukan untuk pembentukan

sel dan untuk metabolisme senyawa pektat (Gardner et al., 2008).

Menurut Syukur (2005) pemberian Boron sangat diperlukan untuk

meningkatkan ketersediaannya dalam tanah maupun serapannya oleh tanaman.

Tanaman yang tidak mendapat suplai Boron yang cukup sangat rentan mengalami

kerusakan pada tingkat sel. Berdasarkan penelitian Saribu (2011) penambahan

Kalsium yang disertai dengan penambahan Boron (melalui tanah maupun melalui

daun) dan perlakuan Boron (melalui tanah maupun daun) dapat menurunkan

intensitas pencemaran getah kuning pada aril buah.

Boron merupakan salah satu unsur mikro yang paling tidak mobil dalam

tanaman, sehingga tidak mudah ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda

ketika tanaman mengalami kekahatan. Kekahatan Boron terutama dijumpai pada

tanah-tanah masam bertekstur pasir di daerah dengan curah hujan tinggi dan

miskin bahan organik (Munawar, 2011). Boron diklasifikasikan memiliki

mobilitas dalam floem yaitu intermediate mobility, hal ini ditunjukkan dengan

terjadinya translokasi Boron dalam floem sejak dari kuncup bunga hingga

pertumbuhan dan perkembangan buah (Marschner, 1995).

Boron relatif immobile (tidak mudah bergerak) dalam tanaman sehingga

gejala defisiensi awal terlihat pada pucuk-pucuk muda yang selanjutnya diikuti

oleh kematian daun-daun muda. Daun yang termuda akan menjadi pucat terutama

pada bagian dasarnya. Jaringan pada pangkal daun pecah sehingga apabila daun

tersebut tumbuh terus maka akan terpilin. Kekurangan atau tidak adanya Boron

menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam dinding sel sehingga pengaturan sel

untuk mitosis terganggu (Leiwakabessy et al., 2003)

Air dan unsur hara masuk ke dalam tanaman melalui akar; pada saat

kondisi kering karena tidak ada hujan, akar tanaman tidak dapat menyerap air,

tetapi proses transpirasi berjalan terus sehingga cairan di dalam sel keluar dan sel

mengalami plasmolisis (mengerut). Sebaliknya pada kondisi basah karena turun

hujan, akar tanaman menyerap air dan masuk ke dalam sel, sehingga sel

mengembang dan menimbulkan tekanan (turgor) pada dinding sel. Apabila cairan

yang masuk ke dalam sel terlalu banyak dan dinding sel yang elastis tidak dapat

(23)

dalamnya keluar. Pengairan tetes yang dilakukan terus-menerus tidak

menyebabkan sel-sel penyusun pada kulit buah manggis mengalami plasmolisis,

dengan demikian persentase getah kuning pada kulit bagian dalam buah manggis

dapat berkurang (Jawal et al., 2010).

Menurut Syah et al., (2007) lingkungan terutama fluktuasi air tanah sangat

berpengaruh terhadap munculnya getah kuning pada buah manggis. Apabila

terjadi perubahan air tanah yang cukup fluktuatif selama manggis sedang dalam

fase berbuah maka dapat dipastikan getah kuning akan meningkat secara

(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan

bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat

sekitar 500-700 m dpl (di atas permukaan laut), Laboratorium Pasca Panen

Departemen Agronomi dan Hortikultura, serta Laboratorium Pusat Kajian

Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 tanaman manggis

yang berumur sekitar 20-25 tahun dengan jumlah buah contoh setiap tanaman

sebanyak 36 buah manggis, pupuk Boron (dalam B2O3), pupuk NPK, KCl, pupuk

kandang, serta bahan titrasi dan pengujian vitamin C. Peralatan yang digunakan

antara lain adalah peralatan standar keamanan aplikasi pemupukan, jangka

sorong, timbangan digital, hand refractometer, hand penetrometer, peralatan

titrasi, serta alat-alat penunjang lainnya di laboratorium.

Metode Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor yaitu perlakuan dosis pupuk yang

terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu 0, 15, 30, dan 45 gram B2O3/pohon. Setiap

perlakuan dilakukan sebanyak 5 ulangan (pohon sebagai ulangan) sehingga

terdapat 20 satuan percobaan. Jumlah buah yang digunakan sebagai sampel adalah

36 buah setiap pohonnya berdasarkan letak buah pada pohon (atas, tengah,

bawah), dan arah mata angin (utara, selatan, barat, timur), dengan jumlah buah

setiap letak dan arah mata angin sebanyak 3 buah. Total buah manggis yang

diamati sebagai sampel sebanyak 720 buah manggis. Selain dilakukan pemupukan

Boron, setiap pohon yang diamati mendapatkan masing-masing 40 kg pupuk

(25)

Adapun model linier statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ + τi + βj + εij

Yij = respon pada pengaruh dosis pupuk Boron ke-i, dan kelompok ke-j μ = rataan umum

τi = pengaruh dosis pupuk Boron ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = galat percobaan dosis pupuk Boron ke-i, dan kelompok ke-j

Uji statistik yang digunakan adalah analisis ragam dan akan dilanjutkan

dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5% apabila

perlakuan menunjukan hasil yang berbeda nyata.

Pelaksanaan Penelitian Analisis Tanah dan Daun

Analisis tanah dan daun dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi pemupukan,

dengan kedalaman tanah yang diambil sekitar 0-30 cm dari permukaan tanah dan

pengambilan sampel tanah sekitar 50 cm dari batang tanaman. Pengambilan

sampel daun dilakukan berdasarkan arah mata angin pada ketinggian sekitar ±150

cm dari permukaan tanah, serta merupakan daun ke-5 dari ujung pucuknya.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menaburkan pupuk Boron, NPK, serta KCl di

dalam lubang piringan di sekeliling batang. Jarak dari batang tanaman ke lubang

piringan ± 100 cm dan kedalaman lubang sekitar 10-20 cm (Gambar 1). Pupuk

kandang diaplikasikan pada jarak antara batang tanaman dengan lubang piringan.

(26)

Pelabelan Tanaman dan Buah

Pelabelan tanaman dilakukan bersamaan dengan aplikasi pemupukan,

sedangkan pelabelan buah dilakukan pada buah yang berumur ± 2 MSA (minggu

setelah antesis/bunga mekar). Pelabelan dilakukan pada semua buah contoh yaitu

36 buah manggis setiap tanaman.

Pemanenan Buah Manggis

Buah manggis yang dipanen adalah buah yang berumur ±105 hari setelah

antesis. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai

buah dengan alat bantu pisau yang tajam.

Pengamatan Penelitian

Pengamatan dilakukan terhadap buah manggis sebelum dan sesudah

dilakukan pemanenan, yang meliputi pengamatan kuantitatif dan pengamatan

kualitatif. Peubah yang diamati pada pengamatan kuantitatif adalah sebagai

berikut:

1. Diameter buah dan ketebalan kulit buah (cm)

Pengukuran diameter buah dilakukan menggunakan jangka sorong dengan

arah horizontal melingkari buah (diameter transversal). Pengukuran diameter

buah ini dilakukan setiap minggu (perkembangan buah sebelum panen) sampai

buah tersebut dipetik (panen). Diameter buah juga diukur setelah dilakukan

pemanenan (pasca panen) serta ketebalan kulit buah yang diukur menggunakan

jangka sorong setelah buah dibuka.

2. Bobot buah dan susut bobot (gram)

Bobot buah ditimbang menggunakan timbangan digital. Penimbangan ini

meliputi bobot buah secara keseluruhan pada saat buah dipanen, bobot kulit,

dan bobot daging buah beserta bijinya. Susut bobot dapat dihitung setelah

penimbangan masing-masing bobot buah pada ± satu minggu setelah

(27)

3. Kekerasan kulit buah (kg/det)

Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan alat hand penetrometer

(Gambar 2). Pengukuran dilakukan dengan menusukkan jarum hand

penetrometer tersebut pada kulit buah manggis, kemudian dapat dilihat skala

yang tertera pada alat.

Gambar 2. Pengamatan kekerasan buah manggis pasca panen

4. Padatan terlarut total /PTT (derajat Brix)

Pengukuran PTT ini dilakukan menggunakan hand refraktometer dengan

cara memberikan beberapa tetesan cairan (sari) buah manggis di atas lensa alat

tersebut, kemudian angka dapat terlihat pada layar hand refraktometer. Setiap

akan melakukan pengukuran, lensa tersebut terlebih dahulu dikalibrasi

menggunakan aquades dan dibersihkan dengan tisu.

5. Total asam tertitrasi

Pengukuran kandungan total asam tertitrasi pada buah manggis ini

dilakukan dengan metode titrasi, bahan (daging buah) yang telah dihancurkan

diambil cairan buahnya lalu ditimbang sebanyak 25 gram dan dimasukkan ke

dalam labu takar 100 ml dengan ditambahkan aquades hingga 100 ml.

Selanjutnya diambil 25 ml filtrat dan ditambah empat tetes indikator

fenolptalein (PP) lalu dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai larutan berwarna

(28)

Penghitungan total asam tertitrasi dilakukan dengan rumus :

% TAT = ml NaOH x N NaOH x fp x 40 x 100%

mg contoh

Keterangan :

ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi

N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N)

fp = faktor pengenceran (100/25)

6. Kandungan vitamin C

Pengukuran kandungan vitamin C pada buah manggis ini dilakukan

dengan metode titrasi, dimana bahan (daging buah) yang telah dihancurkan

diambil cairan buahnya lalu ditimbang sebanyak 25 gram dan dimasukkan ke

dalam labu takar 100 ml dengan ditambahkan aquades hingga 100 ml.

Selanjutnya diambil 25 ml filtrat dan ditambah empat tetes amilum lalu dititrasi

dengan iodin sampai larutan berwarna biru. Penghitungan kandungan vitamin

C dilakukan dengan rumus :

Kadar Vitamin C (mg/100 g sampel) = 0.88 x fp x ml titran Iodin x 100

25 g berat sampel

7. Jumlah buah terkena burik, serta getah kuning pada aril dan kulit buah Persentase jumlah buah yang bergetah kuning pada kulit maupun aril buah

dan buah yang terkena burik dihitung berdasarkan jumlah buah terkena getah

kuning dan burik terhadap keseluruhan jumlah buah contoh yang diamati.

Pengamatan kualitatif terdiri dari persentase luasan kejadian getah kuning

pada kulit dan daging buah serta persentase luasan burik yang ditentukan

berdasarkan perbandingan luas permukaan buah yang terkena getah kuning dan

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten

Sukabumi dengan ketinggian 500–700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area

penanaman manggis sebagian besar berupa terasering karena daerahnya berbentuk

lereng-lereng. Tanaman manggis ditanam dengan jarak tanam 9 x 9 meter, serta

terdapat beberapa tanaman buah lain seperti pisang dan durian yang ditanam di

kebun tersebut (Gambar 3).

Gambar 3. Kondisi kebun manggis daerah Cicantayan-Sukabumi

Data iklim untuk daerah Cicantayan selama penelitian berlangsung

menunjukkan bahwa suhu rata-rata bulanan adalah sebesar 22.88°C dan

kelembaban udara rata-rata sebesar 88%. Temperatur atau suhu yang ideal untuk

tanaman manggis berkisar 22°C-32°C (Prihatman, 2000). Curah hujan selama

penelitian berlangsung memiliki rata-rata sebesar 464.75 mm/bulan.

Hama yang ditemui pada tanaman manggis antara lain adalah semut, trips,

tungau, dan ulat bulu, sedangkan penyakit yang menyerang antara lain adalah

jamur upas, getah kuning, bercak daun, embun jelaga, kanker batang, dan rapuh

coklat. Semut banyak terdapat pada buah di sekitar bawah mahkota buah (Gambar

4). Penyakit bercak daun dan rapuh coklat banyak menyerang daun-daun tua pada

tanaman manggis. Rapuh coklat ditandai dengan gejala daun yang menjadi

berwarna coklat (biasanya pada bagian pinggir daun), dan apabila bagian

(30)
[image:30.595.228.400.97.218.2]

Gambar 4. Hama semut pada bagian bawah mahkota buah

Kandungan Boron dan Kalsium pada Tanah dan Daun

Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa rata-rata besarnya kandungan

Boron dan Kalsium sebelum pemupukan dilakukan adalah sebesar < 2 ppm dan

76.67 ppm, sedangkan setelah pemupukan sebesar < 2 ppm dan 855.38 ppm. Hal

ini juga sama dengan penelitian lainnya yang dilakukan pada jarak sekitar 500 m

dari lokasi penelitian, yang memiliki kandungan Boron sebesar 1.13 ppm.

Kandungan Boron dalam tanah pada penelitian ini masih tergolong rendah.

Wichmann (1992) menyatakan bahwa tanaman jeruk memiliki kandungan Boron

yang optimum sebesar 36-100 ppm bahan kering, sedangkan untuk tanaman kopi

sebesar 59-80 ppm bahan kering. Menurut Rioardi (2009) Boron dalam tanah

terutama sebagai asam borat (H2BO3) kadarnya berkisar antara 7-80 ppm. Boron

yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5% dari kadar total Boron dalam tanah.

Besarnya rata-rata kandungan unsur Boron dan Kalsium pada daun

sebelum pemupukan adalah sebesar < 2 ppm dan 16,349.54 ppm, sedangkan

setelah aplikasi pemupukan adalah sebesar < 2 ppm dan 9,059.56 ppm.

Kandungan Kalsium pada daun ini jauh lebih besar daripada pada bagian tanah.

Menurut Martias (2012) Kalsium diserap dan ditranslokasikan ke jaringan

tanaman melalui aliran masa dan akumulasinya lebih banyak pada jaringan yang

aktif melakukan transpirasi seperti halnya di daun. Kandungan Boron baik pada

tanah maupun daun pada penelitian ini masih rendah. Hal ini dapat diduga karena

hara yang diberikan kurang terserap oleh tanah ataupun karena terjadinya leaching

(31)

Pertumbuhan dan Perkembangan Diameter Buah Manggis

Pengukuran diameter buah manggis mulai dilakukan pada minggu ke-3

setelah antesis (MSA), karena pada minggu tersebut pertumbuhan buah terlihat

mulai merata untuk semua perlakuan. Pengaruh pemupukan itu sendiri mulai

terlihat nyata pada minggu ke-10 (Tabel 1). Hal ini dikarenakan pada tahap

tersebut buah sedang mengalami pertumbuhan diameter dan bobot buah yang

cepat. Pertumbuhan diameter ini akan dapat berbeda setiap perlakuan pada

[image:31.595.104.509.298.496.2]

minggu-minggu selanjutnya.

Tabel 1. Pertumbuhan diameter buah (cm)

Waktu (MSA) Dosis B2O3/pohon Uji F KK (%) 0 gram 15 gram 30 gram 45 gram

3 2.41 2.25 2.45 2.78 tn 20.90

4 2.59 2.31 2.52 2.90 tn 19.65

5 2.85 2.53 2.59 2.99 tn 17.76

6 2.91 2.92 2.73 3.16 tn 16.04

7 3.01 3.19 2.83 3.19 tn 14.67

8 3.76 3.39 3.40 3.47 tn 12.39

9 3.78 3.53 3.41 3.67 tn 13.54

10 4.79a 4.08b 3.56b 3.69b ** 12.32

11 4.79a 4.12ab 3.60b 3.92b * 13.43

12 4.80 4.12 4.82 4.85 tn 9.48

13 4.82a 4.12b 4.85a 4.86a ** 6.99

14 4.83a 4.15b 4.86a 4.89a * 7.23

Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Perlakuan kontrol menunjukkan nilai yang nyata lebih besar daripada

perlakuan pemupukan Boron pada 10 dan 11 MSA. Sedangkan pada 13 dan 14

MSA perlakuan kontrol tidak memiliki perbedaan yang nyata dengan perlakuan

pemupukan Boron pada dosis 30 dan 45 g B2O3 per tanaman. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian Boron pada dosis tersebut sampai umur buah 14

MSA ini tidak berpengaruh terhadap diameter buah manggis. Pertumbuhan buah

masih berlangsung setelah 14 MSA karena pemanenan buah mulai banyak

dilakukan pada 17 dan 18 MSA.

Lamanya waktu pertumbuhan buah manggis untuk sampai pada waktu

(32)

daerah yang lebih dingin atau dataran tinggi. Proses pematangan buah manggis

salah satunya diindikasikan dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi

coklat kemerahan dan pada akhirnya menjadi ungu kehitaman. Selain terjadinya

perubahan warna dan peningkatan ukuran diameter buah, pertumbuhan dan

perkembangan buah manggis juga diindikasikan dengan peningkatan bobot buah,

baik bobot basah maupun bobot kering buah (Ropiah, 2009).

Berdasarkan Tabel 2 besarnya nilai rata-rata diameter buah pada semua

arah mata angin (barat, timur, utara, dan selatan) tidak terlalu berbeda. Hal ini

menunjukkan di mana pun buah tumbuh tidak dipengaruhi oleh arah mata angin.

Pengukuran diameter dan bobot buah ini dilakukan setelah buah dipanen.

Besarnya diameter dan bobot buah pada perlakuan kontrol memiliki nilai yang

paling kecil dibandingkan perlakuan pemupukan Boron, sedangkan pemupukan

Boron dengan dosis 30 g B2O3 memiliki diameter dan bobot buah yang paling

besar.

Tabel 2. Pengaruh arah mata angin terhadap diameter dan bobot buah

Dosis B2O3/pohon (gram)

Diameter buah (cm)

Rataan Barat Timur Utara Selatan

0 5.09 4.73 4.87 5.07 4.94

15 5.23 5.47 5.28 5.43 5.35

30 5.67 5.48 5.46 5.43 5.51

45 5.58 5.32 5.42 5.23 5.39

Rataan 5.39 5.25 5.26 5.29

Bobot buah (gram) Rataan

0 61.98 47.75 52.11 54.66 54.13

15 63.74 67.38 64.77 68.21 66.03

30 68.26 68.98 62.35 65.62 66.30

45 71.46 59.27 61.92 55.23 61.97

Rataan 66.36 60.85 60.29 60.93

Berdasarkan letak buah pada bagian tanaman (Tabel 3) terlihat bahwa

buah yang terletak di bagian bawah tanaman cenderung memiliki rataan diameter

dan bobot buah yang lebih kecil dibandingkan pada bagian tengah ataupun atas.

Hal ini diduga karena pada bagian bawah tanaman, buah mendapatkan sinar

(33)

sehingga fotosintat yang diterima juga lebih sedikit dan menyebabkan ukuran

buah menjadi lebih kecil. Perlakuan kontrol memiliki nilai diameter dan bobot

buah terkecil dibandingkan perlakuan lainnya, serta aplikasi pemupukan 30 g

[image:33.595.110.515.202.411.2]

B2O3 memiliki diameter dan bobot buah yang terbesar.

Tabel 3. Pengaruh letak bagian tanaman terhadap diameter dan bobot buah

Dosis B2O3/pohon (gram)

Diameter buah (cm)

Rataan Bawah Tengah Atas

0 4.90 5.06 5.00 4.99

15 5.26 5.32 5.49 5.36

30 5.26 5.57 5.71 5.51

45 5.35 5.40 5.42 5.39

Rataan 5.19 5.34 5.41

Bobot buah (gram) Rataan

0 56.06 54.85 57.84 56.25

15 57.92 65.75 74.41 66.03

30 63.62 67.25 68.03 66.30

45 65.36 65.36 55.19 61.97

Rataan 60.74 63.30 63.87

Komponen Parameter Kualitas Buah Manggis Tingkat Kejadian Burik dan Getah Kuning

Burik maupun getah kuning merupakan faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kualitas buah manggis. Burik dapat diakibatkan karena serangan hama

trips dan tungau, juga karena lingkungan di sekitar kebun penelitian yang

kondisinya banyak ditumbuhi oleh gulma sehingga menjadi inang untuk banyak

hama. Gejala burik yang timbul berupa kulit buah berwarna keperakan baik kasar

maupun halus bahkan pada serangan yang berat dapat menyebabkan kulit buah

menjadi kusam. Pemberian Boron tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian

burik pada kulit buah.

Pemupukan Boron yang diberikan berpengaruh terhadap persentase

jumlah buah terkena getah pada kulit, namun tidak berpengaruh terhadap

persentase buah terkena getah pada aril. Perlakuan kontrol memiliki nilai

persentase buah terkena getah kuning pada kulit nyata paling tinggi. Hal ini

(34)

terkena getah kuning pada kulit sebesar 20-33% dibandingkan kontrol (Tabel 4).

Pemupukan 30 g B2O5 mampu menurunkan persentase kejadian getah kuning

pada kulit sebesar 33% dibandingkan kontrol.

Tabel 4. Persentase kejadian jumlah buah terkena burik, getah kuning pada kulit dan aril buah

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dosis B2O3/pohon

(gram)

Parameter pasca panen

Burik Jumlah buah bergetah (pada kulit)

Jumlah buah bergetah (pada aril) ...…….…….……....%…………..…………... 0 88.85 79.71a 25.31 15 93.14 59.51b 14.20 30 92.24 53.07b 18.83 45 93.14 63.79b 23.50 Uji F tn ** tn

KK (%) 6.38 15.71 39.44 (65.96)

Getah kuning yang terjadi berbentuk titik-titik atau bulatan yang cukup

besar seperti tetesan, serta getah pindahan yang mengalir dari tangkai buah yang

berbentuk rata serta lebih lebar dan tipis. Pemberian Boron mampu menurunkan

kejadian getah kuning pada kulit diduga karena pengaruh Boron yang dapat

memperkuat dinding sel buah sehingga mengurangi terjadinya kejadian getah

kuning pada kulit buah yang dapat diakibatkan oleh pecahnya pembuluh getah

kuning pada jaringan kulit buah. Besarnya nilai rataan jumlah buah terkena getah

kuning pada aril dengan perlakuan pemupukan Boron juga menunjukkan hasil

yang lebih rendah dibanding kontrol.

Menurut Jawal (2010) keluarnya getah kuning pada kulit bagian luar tidak

hanya disebabkan oleh pecahnya dinding sel akibat perubahan tekanan turgor,

tetapi juga dapat disebabkan adanya gangguan mekanis pada kulit bagian luar

buah manggis (tusukan serangga, gesekan, dan lain-lain) selama proses

perkembangan buah.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa aplikasi pemupukan Boron tidak

berpengaruh nyata terhadap besarnya intensitas luasan buah terkena getah kuning

(35)

buah (75.31% dari keseluruhan buah yang diamati) rata-rata terkena burik dengan

intensitas luasan kurang dari 10% terhadap seluruh permukaan masing-masing

buah. Perlakuan pemupukan Boron dengan dosis 30 g per tanaman terlihat

memiliki nilai rataan intensitas luasan buah terkena getah kuning yang cenderung

lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 5. Persentase luasan permukaan buah terkena burik, getah kuning pada kulit dan aril buah

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dosis B2O3/pohon (gram)

Parameter pasca panen

Burik Getah pada kulit Getah pada aril …....….……..…....%...

0 4.01 2.51 1.46

15 6.17 1.78 1.62

30 7.10 1.07 0.59

45 11.29 2.00 3.54

Uji F tn tn tn

KK (%) 27.60 (61.13)

18.26 (48.35)

46.70 (122.67)

Penyebab terjadinya getah kuning ini bisa karena faktor mekanis seperti

tusukan serangga atau benturan, serta dapat karena faktor endogen seperti tekanan

osmotik yang besar yang mengakibatkan pecahnya saluran/pembuluh getah

kuning akibat faktor perubahan iklim yang ekstrim. Menurut Syukur (2005)

tanaman yang tidak mendapat suplai Boron yang cukup sangat rentan mengalami

kerusakan pada tingkat sel.

Bobot dan Diameter Buah

Aplikasi pemupukan Boron menunjukkan hasil yang nyata meningkatkan

bobot panen serta diameter buah dibandingkan kontrol, namun tidak memiliki

perbedaan yang nyata antara semua dosis yang digunakan (Tabel 6). Pengamatan

bobot dan diameter buah ini dilakukan setelah panen, dan setelah bobot buah buah

(36)

Tabel 6. Bobot panen, diameter buah, dan susut bobot pasca panen buah

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dosis B2O3/pohon

(gram)

Parameter pasca panen

Bobot panen Susut bobot (7 HSP) Diameter buah saat panen

gram gram cm

0 63.07b 18.84b 4.92b

15 77.73a 22.73b 5.31a

30 78.57a 27.89a 5.50a

45 90.26a 22.47b 5.37a

Uji F ** ** **

KK (%) 13.05 13.69 3.99

HSP = hari setelah penyimpanan

Parameter bobot buah manggis pada umumnya berkorelasi positif dengan

diameter buah, yaitu semakin besar diameter buah akan semakin besar pula bobot

buah tersebut. Perlakuan pemupukan Boron berpengaruh pada peningkatan bobot

dan diameter buah. Boron memiliki pengaruh dalam perkembangan dan

pertumbuhan sel-sel baru pada buah sehingga mampu meningkatkan bobot dan

diameter buah manggis. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kurniasari (1994)

menunjukkan bahwa Boron berpengaruh meningkatkan diameter buah dan

cenderung berpengaruh meningkatkan panjang buah pada semangka.

Perlakuan pemupukan Boron ini juga berpengaruh meningkatkan besarnya

susut bobot buah manggis setelah tujuh hari penyimpanan di suhu ruangan pada

dosis 30 g B2O3/pohon. Tanaman yang tidak diaplikasikan pupuk Boron (kontrol)

memiliki rataan susut bobot yang cenderung lebih kecil dibandingkan perlakuan

lainnya. Besarnya susut bobot buah yang terjadi berkisar antara 24-35% terhadap

bobot total buah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ismadi (2012) yang

memiliki persentase susut bobot pada perlakuan penyimpanan suhu kamar yang

mencapai 27.83%. Kadar air perikarp menurun dan persentase susut bobot buah

manggis meningkat tajam pada 16 HSP untuk buah yang disimpan pada suhu

kamar. Susut bobot berhubungan dengan kehilangan air buah manggis yang dapat

(37)

Kekerasan Buah, Tebal Kulit, Bobot Kulit, Bobot Aril dan Biji Buah

Aplikasi pemupukan Boron untuk setiap perlakuan menunjukkan hasil

yang tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kekerasan buah, tebal kulit,

serta bobot kulit buah (Tabel 7). Tingkat kekerasan buah menunjukkan sedikit

banyaknya cairan di dalam kulit buah, dimana kekerasan buah akan semakin

meningkat apabila cairan dalam kulit buah semakin sedikit (semakin lama

penyimpanan). Parameter kekerasan kulit buah tidak berbeda nyata antar

perlakuan yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 2.16 kg/det. Menurut Ismadi (2012)

peningkatan kandungan lignin dan kadar Ca pektat perikarp akan menyebabkan

terjadinya pengerasan pada perikarp buah manggis, hal tersebut terus meningkat

seiring lamanya penyimpanan.

Tabel 7. Kekerasan buah, tebal dan bobot kulit, serta bobot aril dan biji buah manggis

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dosis B2O3/pohon

(gram)

Parameter pasca panen

Kekerasan Tebal kulit Bobot kulit+tangkai Bobot aril+biji

kg/det cm gram gram

0 1.97 0.57 35.32 18.85b

15 2.27 0.57 41.58 22.72b

30 2.33 0.60 38.87 27.89a

45 2.08 0.61 40.49 22.47b

Uji F tn tn tn **

KK (%) 14.22 8.89 15.75 13.69

Menurut Qanytah (2004) kulit buah manggis dapat mengeras karena

hilangnya cairan yang menyebabkan sel menciut sehingga ruang antar sel semakin

menyempit dan pektin akan berikatan satu sama lain. Ketebalan kulit buah juga

memiliki hasil yang tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuannya. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa kulit buah manggis rata-rata memiliki tebal

dengan kisaran antara 0.5 sampai 0.6 cm.

Besarnya bobot kulit+tangkai buah manggis berkisar antara 58-65% dari

bobot buah keseluruhan masing-masing buah. Hal ini menunjukkan bahwa

manggis memang hanya memiliki sedikit bagian yang dapat dimakan (edible

(38)

edible portion sebesar 22.67% terhadap total bobot buah. Hal ini sejalan dengan

penelitian Depari (2011) yang menyatakan bahwa persentase edible portion

manggis pada kisaran 23-25%.

Aplikasi pemupukan Boron berpengaruh nyata meningkatkan bobot aril

dan biji buah manggis pada dosis 30 gram B2O3/pohon, dengan peningkatan

sebesar 47.96% dibandingkan kontrol. Menurut Widiancas (2010) pemberian

unsur mikro (Zn 1 500 ppm + B 3 000 ppm) + NAA 500 ppm pada tanaman kakao menghasilkan rata-rata jumlah pentil sehat, jumlah buah matang, jumlah biji per buah, berat biji kering per buah, dan berat 100 biji kering paling banyak  dibandingkan perlakuan yang lain dan menghasilkan persentase pentil layu (25%)

paling sedikit dibandingkan perlakuan lain.

Kandungan Vitamin C, TAT, dan PTT Buah

Pemberian pupuk Boron pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak

berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C dan total asam tertitrasi (TAT),

namun berpengaruh nyata terhadap parameter padatan terlarut total (PTT) buah.

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa nilai kandungan total asam tertitrasi

pada buah manggis ini berkisar antara 0.32-0.38% dan kandungan vitamin C

sekitar ± 33-37 mg/100 g bahan (Tabel 8).

Menurut Helmiyesi (2008) vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh

temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C akan

menurun/berkurang pada fase pematangan dan dalam penyimpanan.

Tabel 8. Kandungan vitamin C, total asam tertitrasi, dan padatan terlarut total pasca panen buah manggis

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Dosis B2O3/pohon (gram)

Parameter pasca panen

Padatan terlarut total Total asam tertitrasi Vitamin C

° brix % mg/100 g

0 17.31a 0.34 34.32

15 16.45bc 0.36 34.67

30 16.90ab 0.32 33.79

45 16.02c 0.38 36.44

Uji F ** tn tn

(39)

Pemberian Boron memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan

padatan total terlarut (PTT) buah manggis. Besarnya rata-rata nilai padatan total

terlarut pada perlakuan pemupukan Boron lebih kecil dibandingkan kontrol. Hal

ini menunjukkan bahwa Boron berperan sebagai inhibitor pembentukan tepung

sehingga menyebabkan gula yang terbentuk juga menjadi lebih sedikit.

Kandungan padatan total terlarut ini berhubungan dengan tingkat kemanisan buah

yang menjadi salah satu kriteria penting dalam kualitas buah manggis. Buah yang

memiliki nilai kandungan padatan total terlarut yang besar belum dapat

menentukan bahwa buah tersebut lebih manis. Menurut Gardner (2008) Boron

dianggap mempengaruhi perkembangan sel dengan mengendalikan transpor gula

dan pembentukan polisakarida, serta dalam hal kombinasinya dengan sisi aktif

fosforilasi untuk menghambat pembentukan tepung yang mencegah polimerisasi

(40)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Boron nyata menurunkan

persentase jumlah buah terkena getah kuning pada kulit sebesar 20-33%, serta

meningkatkan bobot dan diameter buah namun tidak berbeda antar semua dosis

perlakuan yang digunakan. Pemberian 15 g B2O3 merupakan dosis yang terbaik

untuk digunakan karena paling efisien dalam penggunaan pupuk di antara dosis

lainnya.

Pemberian Boron juga nyata meningkatkan bobot dan diameter buah serta

cenderung menurunkan kandungan padatan terlarut total dibandingkan dengan

perlakuan kontrol, namun tidak berpengaruh pada komponen kualitas buah

manggis lainnya seperti kekerasan buah, bobot dan tebal kulit buah, total asam

tertitrasi, serta kandungan vitamin C pada buah manggis.

Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan berdasarkan beberapa waktu aplikasi

pemupukan Boron yang lain agar lebih mengetahui pengaruhnya serta

mendapatkan hasil yang terbaik untuk meningkatkan kualitas buah manggis.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi dan D. Elmida. 2009. Teknologi pengendalian hama penyebab burik pada buah manggis. Iptek Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Solok.

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Barasa, F. 2009. Pengaruh Penyemprotan Kalsium Klorida terhadap Kondisi Getah Kuning Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Program Studi Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Bogor. 34 hlm.

Depari, SOS. 2011. Studi Waktu Aplikasi Kalsium terhadap Pengendalian Getah Kuning dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 hlm.

Dorly. 2009. Studi Struktur Sekretori Getah Kuning dan Pengaruh Kalsium terhadap Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. 134 hlm.

Gardner, F.P., R.B.Pearce, dan R.C.Mitchell. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan dari : Physiology of Crop Plants, penerjemah : Herawati Susilo). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hlm.

Hasniawati, A.P. 2010. Ekspor manggis naik signifikan.

http://industri.kontan.co.id/v2/read/industri/35881/-. [10 Desember 2011]

Helmiyesi, Rini B.H., Erma P. 2008. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar gula dan vitamin C pada buah jeruk siam (Citrus nobilis var. microcarpa). Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol XVI (2) (2008).

Hidayat, R. 2004. Kajian Pola Translokasi Asimilat pada Beberapa Umur Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Muda. Buletin Agrosains. 6 (1): 20-25.

Indriani. NLP., Lukitariati. S, Nurhadi, dan M. Jawal A. 2002. Studi kerusakan buah manggis akibat getah kuning. Jurnal Hortikultura. 12(4):276-283.

(42)

Jawal, MAS., E. Mansyah, Martias, T. Purnama, D. Fitria, F. Usman. 2010. Pengaruh pemberian air dan pemupukan terhadap getah kuning pada buah manggis. Jurnal Hortikultura. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. 20(1):10-17.

Kader, A.A. 1992. Quality and safety factors: Definition and evaluation for fresh horticultural crops, p.185-189. In A.A. Kader (Ed.). Postharvest Techonology of Horticultural Crops. Publication 3311 University of California, Division of agriculture and natural resources.

Kurniadinata, O.F. 2010. Determinasi Status Hara N, P, K pada Jaringan Daun untuk Rekomendasi Pemupukan dan Prediksi Produksi Manggis. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. 101 hlm.

Kurniasari, H. 1994. Pengaruh Pemberian Kalium dan Boron terhadap Pertumbuhan dan Produksi Semangka (Citrullus vulgaris Schard.). Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 45 hlm.

Leiwakabessy, F.M., U.M Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Bahan kuliah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Liferdi. 2007. Diagnosis Status Hara menggunakan Analisis Daun untuk Menyusun Rekomendasi Pemupukan pada Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. 152 hlm.

Liferdi. 2009. Analisis jaringan daun sebagai alat untuk menentukan status hara fosfor pada tanaman manggis. Jurnal Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok. 19(3):324-333.

Mansyah, E., M. Jawal A.S., dan Jumjunidang. 2007. Getah kuning kendala utama ekspor manggis. Iptek Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Solok.

Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plants. Academic Press. London.

Martias. 2012. Studi Peranan Lingkungan (Sifat Kimia dan Fisika Tanah serta Cuaca) terhadap Cemaran Getah Kuning Buah Manggis (Garcinia mangostana). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

(43)

Poerwanto, R. 2004. Standar Prosedur Operasional (SPO) Manggis Kabupaten Purworejo. Direktorat Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta. 98 hlm.

Prihatman, K. 2000. Manggis. BAPPENAS. Jakarta

Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT). 2007. Standar Operasional Prosedur Manggis (Garcinia mangostana L.). Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, LPPM-IPB. Bogor. 67 hlm.

Puslitbang Hortikultura. 1994. Hasil Penelitian Hortikultura Pelita V. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. hlm:10-15.

Puslitbang Hortikultura. 2009. Teknologi Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 14 hlm.

Putri, D.N. 2007. Keterkaitan antara Pemupukan N, P, K terhadap Kadar Xanthon Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hlm.

Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan GA3 selama Penyimpanan. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Rai, I.N. 2004. Fisiologi Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Biji dan Sambungan. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 163 hlm.

Rioardi. 2009. Unsur hara dalam tanah (makro dan mikro).

http://rioardi.wordpress.com/2009/03/03/unsur-hara-dalam-tanah-makro-dan-mikro/. [15 Juli 2012]

Ropiah, S. 2009. Perkembangan Morfologi dan Fisiologi Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) selama Pertumbuhan dan Pematangan. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hlm.

Saribu, P.D. 2011. Studi Aplikasi Kalsium dan Boron terhadap Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Tesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hlm.

(44)

Sutopo. 2008. Rekomendasi pemupukan untuk tanaman jeruk.

http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/438.html. [11 Juni 2012]

Sutrisno, M. Ida, Sugiyono. 2008. Kajian penyimpanan dingin buah manggis segar (Garcinia mangostana L.) dengan perlakuan kondisi proses penyimpanan. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Yogyakarta. 18-19 November 2008.

Syah, MJA. dkk. 2007. Teknologi pengendalian getah kuning pada buah manggis. Sinar Tani Edisi 31 Januari-6 Februari 2007.

Syukur, A. 2005. Penyerapan boron oleh tanaman jagung di tanah pasir pantai bugel dalam kaitannya dengan tingkat frekuensi penyiraman dan pemberian bahan organik. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 5 (2) : 20-26.

Verheij, EWM. 1997. Garcinia mangostana L., p. 220-225. Dalam E. W. M Verheij dan R.E Coronel (Eds). PROSEA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buah yang dapat dimakan. Gramedia Pustaka Utama. 1997. Jakarta.

Wichmann, W. 1992. IFA World Fertilizer Use Manual. In D.J. Halliday and M.E. Trenkel. BASF Aktiengesellschaft. Germany.

Widiancas, A.P. 2010. Aplikasi ZPT NAA dan Unsur Mikro untuk Mengatasi Layu Pentil (cherelle wilt) pada Kakao (Theobroma cacao L.) dengan Teknik Penyemprotan Buah. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 34 hlm.

Winarno, F.G. 1986. Pengawetan dan pengolahan hasil hortikultura. Makalah pada Konferensi Swasembada dan Ekspor, tanggal 22 Oktober 1986. Jakarta.

(45)

           

LAMPIRAN

(46)

Lampiran 1. Sidik ragam bobot panen buah manggis

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 1861.8908 620.6302 6.08** 0.0093

Ulangan 4 376.0257 94.0064 0.92tn 0.4831

Galat 12 1224.1396 102.0116

Umum 19 3462.056 KK : 13.05%

Lampiran 2. Sidik ragam susut bobot buah manggis

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 207.9592 69.3197 7.01** 0.0056

Ulangan 4 61.3396 15.3349 1.55tn 0.2501

Galat 12 118.7273 9.8939

Umum 19 388.0262 KK : 13.69%

Lampiran 3. Sidik ragam diameter buah manggis

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 0.954 0.318 7.17** 0.0051

Ulangan 4 0.4263 0.1066 2.4tn 0.1074

Galat 12 0.5319 0.0443

Umum 19 1.9122

KK : 3.99%

Lampiran 4. Sidik ragam persentase luasan buah terkena burik

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 139.828 46.6093 2.45tn 0.1142

Ulangan 4 96.1652 24.0413 1.26tn 0.3379

Galat 12 228.6743 19.0562

Umum 19 464.6675

(47)

Lampiran 5. Sidik ragam persentase luasan buah terkena getah kuning pada kulit

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 5.3473 1.7824 2.25tn 0.1344

Ulangan 4 2.3238 0.5809 0.73tn 0.5857

Galat 12 9.4871 0.7906

Umum 19 17.1582

KK : 48.35%

Lampiran 6. Sidik ragam persentase luasan buah terkena getah kuning pada aril

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 23.1391 7.713 1.58tn 0.2456

Ulangan 4 13.4085 3.3521 0.69tn 0.6148

Galat 12 58.5714 4.881

Umum 19 95.119 KK : 122.67%

Lampiran 7. Sidik ragam persentase jumlah kejadian buah terkena burik

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 62.5122 20.8374 0.61tn 0.6228

Ulangan 4 351.6523 87.9131 2.56tn 0.0926

Galat 12 411.6819 34.3068

Umum 19 825.8464

KK : 6.38%

Lampiran 8. Sidik ragam persentase jumlah kejadian buah terkena getah kuning pada kulit buah

SK db JK KT F Hitung Pr>F

Perlakuan 3 1931.5115 643.8372 6.37** 0.0079

Ulangan 4 1598.3089 399.5772 3.95tn 0.0285

Galat 12 1213.4167 101.1181

Umum 19 4743.2371

(48)

Lampiran 9. Sidik ragam persentase jumlah kejadian buah terkena ge

Gambar

Gambar 4. Hama semut pada bagian bawah mahkota buah
Tabel 1. Pertumbuhan diameter buah (cm)
Tabel 3. Pengaruh letak bagian tanaman terhadap diameter dan bobot buah
Gambar 4. Hama semut pada bagian bawah mahkota buah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pengaruh kemudahan website Dan Kemanfaatan website terhadap Kinerja karyawan berpengaruh sebesar 17,6% sedangkan sisanya 82,4% dipengaruhi oleh variabel lain

Perhitungan kecepatan dan pola pergeseran dengan menggunakan metode GPS sangat tergantung pada strategi pengolahan data sehingga diperlukan perangkat lunak yang mampu memberikan

Nilai R 2 yang diperoleh sebesar 0,365 berarti sumbangan pengaruh variabel keadilan organisasi dan keterikatan karyawan pada kepuasan kerja adalah sebesar 36,5%..

[r]

Masih banyaknya masalah yang menyangkut kesejahteraan pekerja/buruh, seperti masalah pengupahan, jaminan kesehatan kerja yang belum memadai, perlindungan kerja yang

Dalam melakukan outsourcing ada dua pihak yang menjalin kerjasama yakni antara perusahaan pengguna jasa outsourcing dengan perusahaan outsourcing, dimana hubungan hukum

Pemilihan judul pada Tugas Akhir ini merupakan perwujudan dari kepedulian penulis terhadap keberadaan musik jazz di Indonesia; melalui studi analisis improvisasi

Manusia merupakan makhluk sosial. Artinya, manusia tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain. Suatu masalah tidak dapat dipecahkan sendiri, melainkan.. memerlukan kerjasama