A. Tinjauan Teori 1. Bermain
a. Pengertian
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bermain diartikan sebagai melakukan sesuatu untuk melakukan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya. Bermain itu menyenangkan karena dalam bermain anak bebas mengekpresikan perasaan-perasaannya, ide-ide ataupun fantasi-fantasinya yang kadang tidak selalu selaras dengan kenyataan sebenarnya (Sally, iqeq situs Psikologi interaksi).
Bermain merupakan seluruh aktifitas anak termasuk bekerja kesenangannya, dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dinia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995).
b. Manfaat bermain
Beberapa manfaat yang bisa diperoleh seorang anak melalui bermain antara lain adalah (Sally, iqeq situs Psikologi interaksi) :
1) Bermain membantu anak untuk mengenal lingkungan
kehidupannya dengan lebih baik.
boneka, dsb). Bermain juga dapat membantu membangun rasa percaya diri anak.
2) Bermain bersama dapat melatih anak untuk tidak bersifat
egosentris
Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan saling menghargai. Anak belajar bahwa tidak semua keinginannya akan segera terpenuhi. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan kadangpun bisa kecewa karena keinginannya tidak sejalan dengan keinginan teman-temannya. 3). Bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan
kreativitasnya
Misalnya pada saat anak bermain mobil-mobilan, anak akan mencoba cara untuk mengatasi hambatan-hambatan yang sehari-hari ia temukan pada waktu berkendaraan bersama orang tuanya seperti kemacetan, juga ketika anak sedang “ngobrol” dengan teman khayalnya, dapat memunculkan ide-ide yang kemudian mungkin berguna dalam menghadapi kehidupan nyata.
c. Teori-teori bermain
Dengan bermain anak memenuhi kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental, sehingga anak dapat mengekpresikan perasaannya baik itu perasaan kekuatan, kesepian fantasi maupun menunjukkan kreativitasnya.
Menurut Suherman (2000), dikemukakan enam teori tentang bermain yaitu :
1) Teori rekreasi
Teori ini dikemukakan oleh Schaller tahun 1841 dan Lazarus tahun 1884 yang menyebutkan bahwa “permainan adalah suatu kesibukan untuk menenangkan pikiran dan atau untuk beristirahat”. Misalnya pada orang sibuk ia perlu untuk mengembalikan energinya yang hilang dan kesegaran badannya. 2) Teori kelebihan tenaga
Herbert Spencer (Inggris) mengemukakan bahwa kegiatan bermain pada anak karena ada kelebihan tenaga. Dengan adanya tenaga itu anak dapat melepaskan dengan bermain untuk keseimbangan.
3) Teori biologis
Tokoh teori ini adalah Karl Gross dari Jerman pada tahun 1905 yang kemudian dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori pada tahun 1907 dari Itali, teori ini mengatakan bahwa “permainan mempunyai tugas-tugas biologis untuk melaih bermacam-macam fungsi jasmani dan rohani”.
Contohnya seorang anak meremas-remas kertas tidak lain sedang melatih untuk memfungsikan jari-jarinya.
4) Teori psikologi
Dalam Sigmund Freud tahun 1961 dan Aldes tahun 1964, merupakan tokoh dari teori ini. Dari teori ini ada 2 faktor yang penting dalam bermain yaitu fantasi dan kebebasan.
5) Teori fenomenologi
Teori dikemukakan oleh Prof. Kahnstamn (Belanda). Permainan merupakan suatu fenomena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsure suasana permainan. Maksudnya dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana bermain itu sendiri.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak (iqeq.web.id. tema
ilmiah tumbuh kembang anak dan remaja) 1) Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi dibandingkan dengan anak yang kurang sehat.
2) Intelegensi
Anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas, sehingga anak yang cerdas lebih menyenangi permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya pikir mereka.
3) Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi seperti lari-lari, panjat pohon atau sebagainya.
4) Lingkungan
Anak-anak yang dibesarkan dilingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu dan ruang bermain bagi anak akan menimbulkan aktivitas bermain anak kurang.
5) Status sosial ekonomi
Anak yang dibesarkan pada keluarga dengan status sosial ekojomi yang tinggi lebih banyak tersedia berbagai macam jenis permainan dari pada anak yang dibesarkan pada keluarga yang sosial ekonominya menengah ke bawah.
e. Jenis-jenis permainan
Menurut Suherman (2000), yang dikutip dari Hetzer macam-macam permainan anak dapat dibedakan menjadi lima macam-macam yaitu : 1) Permainan fungsi
Permainan dengan menggunakan gerakan-gerakan tubuh, atau anggota badan.
2) Permainan konstruktif
Membuat suatu permainan, contohnya membuat kereta / mobil-mobilan dari tanah liat ataupun senaparan dari pelepah daun pisang.
3) Permainan reseptif
Sambil mendengarkan cerita atau membaca buku cerita anak berfantasi dan meneria kesan-kesan yang membuat jiwanya aktif. 4) Permainan peranan
Dalam permainan ini akan bermain peran, sebagai contoh berperan sebagai dokter atau sebagai perawat dan lain-lain.
5) Permainan sukses
Yang diutamakan dalam permainan ini dalah prestasi, sehingga diperlukan keberanian, ketangkasan, kekuatan dan lain-lain.
Beberapa contoh bermain bayi dan anak sesuai tingaktan usia : a) Anak usia 6-8 tahun
Puzzle (teka-teki), kartu, buku, alat untuk melukis / menggambar dan sepeda.
b) Anak usia 8-12 tahun
Buku, pengumpulan perangko, mainan kartu, pekerjaan tangan, alat-alat olah raga.
6) Bermain di rumah sakit
Bermain dapat bertindak sebagai fungsi paling penting dalam kehidupan seorang anak. Hal ini penting bagi pertumbuhan dan perkembangannya (Sacharin, 1996).
Pada saat anak harus dirawat di rumah sakit dapat mengakibatkan berhentinya perkembangan normal pada anak (dan keluarganya) dan menimbulkan masalah-masalah yang baru yang
berhubungan dengan ketakutan dan kecemasan (Whaley Wong, 1983).
Bermain merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan dan merupakan alat yang paling efektif untuk mengatasi kecemasan. Menurut Soetjiningsih (1995), Bermain di rumah sakit dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu :
1. Membuang ekstra energi
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti
tulang, otot, dan organ-organ.
3. Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan
anak.
4. Anak belajar mengontrol diri.
5. Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna
sepanjang hidupnya.
6. Meningkatkan daya kreativitas.
7. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda
yang ada di sekitar anak.
8. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri
hati, dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya. 10. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.
Pada beberapa Rumah Sakit disedikan perlengkapan yang baik untuk memenuhi kebutuhan anak untuk bermain. Bermain
merupakan suatu cara yang penting dalam mengelola rasa takut dan cemas pada anak yang dirawat di Rumah Sakit. Bermain merupakan obyek dan aktivitas yang dilakukan dalam membantu memperbaiki adaptasi dengan lingkungan perawatan dan meningkatkan rasa aman. Disamping itu dengan bermain anak-anak dapat belajar tentang dunia sekeliling mereka. Hal ini penting untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Jika hal ini tidak dilakukan akan menghentikan proses belajar dan aktivitas tubuh yang akan dapat mengakibatkan gangguan perkembangan yang serius dan mengalami kemunduran dalam pertumbuhannya. Penghentian proses belajar dapat disebabkan oleh hospitalisasi dan rumah sakit yang tidak mempunyai program bermain (Sacharin, 1996).
Menurut Eiser (1990), meningkatnya ketakutan dan kecemasan merupakan respon emosional yang biasa terjadi pada anak-anak yang di rawat di rumah sakit. Hal ini dipengaruhi oleh bermacam-macam sebab diantaranya keadaan dan beratnya penyakit, lingkungan rumah sakit yang dirasakan sepi dan membosankan. Sikap tenaga kesehatan dan prosedur dan prosedur tindakan yang menyakitkan (Bart Smeth, 1994).
2. Kecemasan a. Pengertian
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan atau ketegangan, rasa tidak aman, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagain besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis). Kecemasan merupakan tanda akan adanya bahaya bagi ego, yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai berbagai kondisi, situasi kehidupan dan berbagai gangguan sakit (Depkes RI, 1996).
b. Tingkatan Cemas
Menurut Pepiau (1963), pada orang cemas refleksi tingkah aku terbagi menjadi empat tingkatan (Stuart dan Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa).
1) Cemas ringan : berhubungan dengan ketegangan kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan dapat memotivasi belajar, menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2) Cemas sedang : individu lebih memfokuskan pada hal penting
3) Cemas berat : individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan / tuntunan.
4) Panik : individu tidak dapat mengontrol dirinya lagi walaupun
sudah diberi pengarahan / tuntunan. c. Faktor Predisposisi
Menurut Stuard dan Sundeen (1999), Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan terjadinya kecemasan adalah :
1) Teori psikoanalitik
Cemas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu “id dan super ego” id melambangkan dorongan insting dan implus primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego kecemasan berfungsi untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori interpersonal
Cemas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini dihubungkan dengan masa pertumbuhan serta kehilangan dan perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya.
3) Teori Perilaku
Para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit.
4) Teori Keluarga
Gangguan cemas dapat terjadi dan timbul secara nyata dalam keluarga.
5) Teori Biologi
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor spesifik. Reseptor ini mungkin mempengaruhi kecemasan.
d. Faktor Presipitasi
Menurut Carpenito (1999), Faktor resiko dari kecemasan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Faktor patofisiologi : meliputi ketidakmampuan individu untuk
memenuhi kebutuhan dasar (basic human need)
2) Faktor situasional merupakan faktor resiko akibat kejadian yang menimpa individu.
3) Faktor maturasi, berkaitan dengan tugas perkembangan yang
seharusnya terpenuhi sesuai dengan tahap perkembangan yang di mulai dari balita hingga lansia.
Selain itu faktor predisposisi cemas dapat berasal dari sumber eksternal dan internal.
e. Manifestasi Kecemasan
Kecemasan dapat dialami oleh setiap orang. Kecemasan merupakan tanda bahaya agar seseorang dapat mempertahankan diri dari pengarh lingkungan sekitarnya.
Tanda-tanda berikut dapat digunakan untuk mengenali sebagian karakteristik yang ditunjukkan pasien apa bila sedang dalam keadaan cemas atau dapat disebut respon fisiologis dari cemas (Depkes Ri, 1994).
1) Peningkatan denyut jantung dan pernafasan 2) Peningkatna penurunan tekanan darah 3) Peningkatan ketegangan otot
4) Perubahan nafsu makan
f. Pengalaman kecemasan anak di rumah sakit
Kecemasan di rawat di rumah sakit pada pasien anak hal ini merupakan peristiwa membuat tertekan. Perkembangan usia merupakan faktor penting. Seperti yang dikatakan sebelumnya tingkat pemahaman anak tentang apa yang terjadi berkaitan dengan perkembangan kognitif (emosional dan sosial) (Bert Smeth).
Anak usia sekolah (5-12 tahun) sudah mengembangkan kekuatan internal dan tingkat kematangan yang memungkinkan mereka untuk bergaul di luar rumah. Perkembangan kognitif terjadi cukup pesat pada masa ini yaitu menerapkan ketrampilan merasionalisasikan pemahaman tentang ide dan konsep (Stuart dan
Sudeen, 1999). Kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit dimungkinkan akibat dari tidak masuk sekolah. Merasa sendiri jauh dari orang-orang yang dicintainya. Akibat dari suasana rumah sakit yang belum diketahui sebelumnya dan sebagainya.
Perhatian utama bila seorang anak di rawat di rumah sakit adalah mencegah perpisahan dan kecemasan anak tersebut di atas, kita sebagai petugas kesehatan yang setiap hari bergaul dengan anak bisa melakukan tindakan keperawatan yang bertujuan mengurangi kecemasan pada anak, orang tua dan keluarga. Salah satu diantaranya mengadakan pendekatan secara interpersonal baik kepada anak sendiri maupun orang tua dan keluarga dekat. Peranan orang tua atau keluarga dekat sangat membantu untuk meringankan beban anak dnegan melibatkannya dalam melakukan tindakan keperawatan. Disamping hal tersebut di atas tujuan interpensilesin disusun sesuai dengan kebutuhan anak. Seperti modifikasi penyesuaian sekolah anak dan perubahan lingkungan anak. Menurut Lewer (1996), tujuan umum terapi bermain yaitu :
1) Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai.
2) Mengurangi ketegangan pada anak.
3) membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain. 4) membantu anak berkomunikasi secara efektif.
Dalam hal ini kegiatan bermain anak dapat diterapkan untuk memenuhi kebutuhan anak. Banyak anak membawa benda perantara (seperti boneka yang disenangi, pakaian tidur dan lain-lain). Ke rumah sakit bersamaanya. Darbyshire (1985), menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan benda tersenit merupakan sumber rasa nyaman bagi anak selama stres dan cemas (Helen Hewer, 1996).
Adapun reaksi-reaksi yang timbul pada anak yang mengalmai kecemasan sebagai berikut :
Tingkah laku protes, bosan, kesepian, frustasi, menarik diri, regresi, merengek, dan mengerang.
B. Kerangka Teori
Setelah memperhatikan seluruh tinjauan teori, disusun kerangka teori sebagai berikut :
Gambar : faktor yang mempengaruhi kecemasan
Kegiatan bermain Perubahan
Kecemasan Lingkungan rumah sakit:
- Situasi asing - Prosedur tindakan
Pengalaman dirawat : - Jenis penyakit - Lama hari rawat
Faktor perkembangan (usia anak)
C. Kerangka Konsep
Banyak sebab yang dapat mempengaruhi kecemasan anak di rumah sakit karena keterbatasan yang ada pada peneliti, maka dalam penelitian ini variabel yang dipilih adalah kegaitan bermain.
Adapun kerangka konseptual yang akan diteliti oleh peneliti sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Terapi Bermain Tingkat
Kecemasan
D. Hipotesa
Sesuai dengan teori hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : “Ada pengaruh kegiatan bermain terhadap kecemasan anak yang dirawat
di Rumah Sakit”
Ho : Tidak ada pengaruh kegiatan bermain terhadap kecemasan anak yang dirawat di Rumah Sakit”