• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERSEDIAAN BUKU DAN MAJALAH INDONESIA DALAM PENYUSUNAN DATA BIBLIOGRAFI AGRIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERSEDIAAN BUKU DAN MAJALAH INDONESIA DALAM PENYUSUNAN DATA BIBLIOGRAFI AGRIS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Bahan pustaka pertanian Indonesia banyak yang terbit secara nonkonvensional. Tulisan ini bertujuan memberikan gambaran mengenai ketersediaan buku dan majalah Indonesia di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian yang diolah untuk AGRIS dan komposisi subjeknya selama lima tahun terakhir (April 1997-September 2001). Diperoleh data bahwa buku paling banyak tersedia pada tahun 1998/99 (29,29%) dan majalah pada tahun 1997/98 (31,53%), sedangkan buku paling sedikit tersedia pada tahun 1999/2000 (14,95%) dan majalah pada tahun tahun 2001 (10,39%). Pertanian umum merupakan subjek informasi terbanyak pada buku dan majalah, sedangkan mekanisasi pertanian adalah yang paling sedikit. Diperlukan upaya yang proaktif dalam mengumpulkan bahan pustaka terutama yang bersifat non-konvensional melalui kerja sama penyimpanan dan peng-olahan.

ABSTRACT

The Availability of Indonesian Book and Serial in Compiling AGRIS Bibliographical Data

This paper presents the result of study on number of Indonesian book and serial to be indexed for AGRIS biblio-graphical data. Its purpose is to reveal data on number of the book and serial obtained by the Center for Agricultural Library and Technology Dissemination during the last five years (April 1997-September 2001), and to analyze the subject composi-tion. The highest number of book and serial obtained in 1998/ 1999 and 1997/1998 are 29,29% and 31,53%, whereas the least in 1999/2000 and 2001 are 14,95% and 10,39% respec-tively. In addition, the most subject covered is general agri-culture, while the least is agricultural mechanization.

Keywords: books, serial, documentation, indexing, Indonesia

PENDAHULUAN

Informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berperan sangat menentukan dalam pembangunan di berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pertanian.

KETERSEDIAAN BUKU DAN MAJALAH INDONESIA

DALAM PENYUSUNAN DATA BIBLIOGRAFI AGRIS

Tuti Sri Sundari, Sofia Suwardi, dan Joko Suroso

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

Informasi yang tepat waktu dan tepat guna sangat dibutuhkan peneliti, pengusaha, pengambil kebijakan, dan ilmuwan yang bergerak dalam pembangunan pertanian. Sejalan dengan itu, sumber-sumber informasi seperti lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), himpunan ilmuwan, perguruan tinggi, dan penerbit komersial menghasilkan pula informasi baru. Menurut Widharto (1997), jumlah publikasi yang berupa pro-siding, laporan, skripsi, tesis, dan disertasi yang di-hasilkan oleh instansi-instansi litbang, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) meningkat se-tiap tahunnya. Di samping itu, banyak pula dihasilkan kepustakaan kelabu (grey literature), yaitu literatur yang diterbitkan dalam jumlah terbatas dan tidak di-sebarkan kepada umum seperti yang berlaku pada bahan pustaka lain, sehingga untuk memperolehnya perlu dilakukan upaya tertentu dan pendekatan kepada lem-baga yang menerbitkannya. Agar dapat dimanfaatkan penggguna, pengelolaan informasi semacam ini perlu mendapat perhatian dan upaya yang lebih serius ter-utama dalam pengumpulan, pendokumentasian, peng-olahan, dan penyajian. Dengan demikian, informasi tersebut dapat disebarkan kepada pengguna secara te-pat dan cete-pat.

Informasi pertanian di Indonesia, seperti halnya informasi lain, dari tahun ke tahun semakin berkembang. Karena itu menurut Kent (1974), suatu perpustakaan bagaimanapun besar kemampuannya tidak akan dapat mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan sendiri seluruh koleksi dokumen yang pernah terbit meskipun hanya dalam cakupan bidang subjeknya. Untuk meng-atasinya diperlukan kerja sama antarperpustakaan guna mencapai efisiensi kerja dan efektivitas pendayagunaan materi informasi.

Salah satu bentuk kerja sama informasi pertanian internasional yang sudah berjalan dengan baik adalah The International Information System for Agricultural Sciences and Technology (AGRIS), yakni suatu sistem kerja sama informasi antara negara-negara anggota FAO

(2)

(Food and Agriculture Organization) yang dilakukan dengan cara mengirimkan informasi terolah kepada pusat FAO di Roma untuk dikompilasikan dengan informasi dari negara-negara lain (Food and Agriculture Organization, 2001). Sehubungan dengan itu pada tahun 1975 Departemen Pertanian menunjuk Pusat Perpusta-kaan Biologi dan Pertanian (PUSTAKA) (waktu itu dike-nal dengan nama Bibliotheca Bogoriensis, sebagai Pu-sat Nasional AGRIS untuk Indonesia karena dianggap sebagai perpustakaan yang paling mampu di lingkungan Departemen Pertanian (Sahertian-Bakhoven, 1975). Di samping itu, hasil Workshop Sistem Jaringan, Doku-mentasi dan Informasi Ilmiah untuk Indonesia tanggal 22-24 Juli 1971 di Bandung menyetujui Lembaga Perpus-takaan Biologi dan Pertanian menjadi pusat dokumentasi dan informasi bidang biologi dan pertanian (Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional, 1971; Haryono, 1992). Sebagai pusat nasional AGRIS untuk Indonesia, PUSTAKA bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengkatalog, mengindeks, dan mema-sukkan data literatur bidang pertanian mengenai Indo-nesia dan yang diterbitkan di IndoIndo-nesia yang biasa di-sebut literatur Indonesiana. Literatur semacam ini se-bagian besar merupakan terbitan instansi pemerintah.

Bahan pustaka Indonesiana yang terkumpul selan-jutnya diproses melalui seleksi dan indexing, yaitu pemilihan literatur khusus bidang pertanian kemudian memprosesnya dengan cara menguraikan data biblio-grafi, menerjemahkan judul dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, menentukan kategori subjek dan kata kunci, serta informasi lain yang diperlukan untuk memudahkan dalam proses temu kembali informasi. Menurut Sulastuti-Sophia (1996), mulai tahun 1976 secara berkala PUSTAKA mengirimkan informasi dalam bentuk lembar kerja (worksheet) ke Agricultural Infor-mation Bank for Asia (AIBA) di Los Banos, Filipina, kemudian sejalan dengan kemajuan teknologi informasi, data dikirim langsung ke Pusat AGRIS di Roma dalam bentuk disket. Sebagai hasilnya, PUSTAKA sebagai Pusat Nasional menerima dari Pusat AGRIS sebanyak sepuluh eksemplar bibliografi tercetak yang berjudul AGRINDEX. Setelah teknologi informasi berkembang dengan pesat, kompilasi informasi pertanian dari negara-negara anggota jaringan informasi AGRIS diterima dalam bentuk CD-ROM. Menurut Food and Agricultural Organization (2001) saat ini ada 199 pusat nasional, internasional dan antarpemeritah yang berpartisipasi, serta memberikan masukan ke pusat AGRIS sekitar

Pengadaan bahan pustaka di PUSTAKA dilakukan melalui pembelian terutama untuk majalah ilmiah luar negeri. Namun, jika diperlukan jurnal terbitan dalam negeri dapat pula dilanggan. Selain itu, dilakukan pula pertukaran dengan instansi-instansi lain lingkup pertanian seperti Perguruan Tinggi, LIPI, dan BATAN. Bahan pustaka lain diterima pula dari berbagai instansi sebagai konsekuensi dari pusat dokumentasi dan informasi bidang biologi dan pertanian di Indonesia, Pusat Nasional AGRIS, dan juga sebagai perpustakaan deposit bagi terbitan seluruh Departemen Pertanian sesuai dengan Instruksi Menteri Pertanian No.43/Kpts/ Um/21/1969 yang kemudian diperbaharui dengan SK Menteri Pertanian No.873/Kpts/HM.430/11/1984. Ter-bitan dimaksud adalah berupa laporan hasil survei/ penelitian, kerja sama, seminar/lokakarya/simposium, publikasi ilmiah, majalah, buletin, serta bahan-bahan dokumentasi dan perpustakaan lain yang dikeluarkan oleh instansi lingkup Departemen Pertanian. Sekurang-kurangnya dua eksemplar dari setiap bahan tersebut didepositkan ke PUSTAKA. Dengan penunjukan sebagai pusat deposit dan Pusat Nasional AGRIS, PUSTAKA seyogianya dapat menghimpun informasi Indonesiana selengkap mungkin.

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang intensitas ketersediaan buku dan majalah In-donesiana untuk indexing AGRIS, dan menganalisis komposisi subjek dari buku dan majalah yang diindeks.

METODE

Identifikasi ketersediaan buku dan majalah Indo-nesiana dilakukan dengan mengumpulkan data tentang buku dan majalah yang memuat informasi iptek pertanian dan yang ada kaitannya dengan pertanian di Indonesia. Data diperoleh dari laporan tahunan PUSTAKAdan laporan penerimaan bahan pustaka Indonesia baik dari hadiah, pertukaran maupun pembelian selama lima ta-hun terakhir (April 1997-September 2001). Data selan-jutnya diidentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan tahun penerimaan, jenis bahan pustaka, dan subjek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peningkatan informasi iptek pertanian berpengaruh terhadap kegiatan perpustakaan. Bahan

(3)

pustaka/infor-perlukan. Informasi iptek pertanian perlu dihimpun, di-olah, dan disajikan untuk keperluan penelitian, pengkaji-an, dan kegiatan lainnya

Selama lima tahun terakhir, buku dan majalah per-tanian Indonesiana telah terhimpun dan tersedia di PUSTAKA untuk diindeks dalam rangka kerja sama jaringan informasi AGRIS. Berdasarkan data yang ada dapat diperoleh gambaran perkembangan jumlah buku dan majalah Indonesiana per tahun dan komposisi sub-jeknya yang terdiri atas tanaman pangan, hortikultura, tanaman industri/perkebunan, peternakan, perikanan, sosial ekonomi, kehutanan, mekanisasi pertanian, perta-nian umum (mencakup berbagai subjek pertaperta-nian), dan biologi. Sebaran ketersediaan buku dan majalah Indone-siana selama lima tahun terakhir disajikan pada Tabel 1. Ketersediaan buku dan majalah pertanian Indonesia setiap tahunnya bervariasi. Ketersediaan buku paling banyak adalah pada tahun 1998/99 yaitu 239 judul (29,29 % dari perolehan selama lima tahun) dan paling sedikit pada tahun 1999/2000 yaitu 122 judul (14,95 %). Majalah paling banyak tersedia pada tahun 1997/98 yaitu 167 judul/443 nomor (31,53%) dan paling sedikit tahun 2001, yang hingga September 2001 pengadaannya baru 86 judul/146 nomor (10,39%) (Tabel 1). Ketersediaan buku dan majalah selama lima tahun terakhir dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

1. Dana untuk penerbitan dan pengiriman majalah semakin terbatas. Hal ini terlihat pada jumlah judul majalah setelah tahun 1997 yang terus menurun bersamaan dengan mulainya krisis moneter di Indo-nesia. Dana pengiriman publikasi yang terbatas juga mempengaruhi kegiatan pertukaran bahan pustaka. Beberapa majalah yang semula dapat diperoleh

se-bagai hadiah atau melalui pertukaran, selanjutnya harus dilanggan atau dibeli.

2. Balai-balai penelitian di lingkup Badan Litbang Per-tanian sejak tahun 1997 tidak lagi menerbitkan jurnal penelitian karena penerbitannya hanya dapat dilaku-kan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan. Hal ini mengurangi jumlah judul majalah yang diterbitkan 3. Sebagian hasil penelitian belum dipublikasikan dan

disebarluaskan. Hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk laporan, makalah atau prosiding hanya di-cetak dan disebarkan dalam kalangan terbatas, serta sering tidak disimpan dengan baik oleh penulis atau perpustakaan setempat sehingga sulit ditemukan kembali. Menurut Mansjur (1993), hal ini terjadi tidak hanya di instansi-instansi penelitian, tetapi juga di unit kerja lain di lingkup Departemen Pertanian.

Rifai (1996) mengemukakan bahwa instansi pe-nelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, organi-sasi profesi ilmiah, dan LSM melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, simposium, dan lokakarya biasanya menghasilkan prosiding yang merupakan sumber pus-taka nonkonvensional/kepuspus-takaan kelabu di Indonesia. Demikian juga perguruan tinggi setiap tahun mengha-silkan disertasi, tesis, skripsi, makalah, prosiding, ma-jalah serta melalui lembaga penelitian menghasilkan laporan penelitian. Harris (1990) mengatakan bahwa publikasi nonkonvensional sangat penting di dunia pertanian. Sumber informasi ini sangat bernilai walaupun bentuknya sederhana. Jones (1990) menyatakan, berba-gai jenis bahan pustaka pertanian yang dihasilkan oleh lembaga penelitian memerlukan pengelolaan yang benar. Perlu pula diperhatikan bahwa tidak ada perpustakaan yang dapat mengoleksi semua informasi yang ada. Per-janjian harus diadakan di antara perpustakaan untuk meyakinkan bahwa bahan-bahan pustaka ephemeral ada yang mengoleksinya; bagaimana identifikasi bahan pus-taka dan pengawasan bibliografi dapat ditingkatkan mutunya dan teknologi apa yang digunakan sebagai fasilitas dalam penyimpanan dan penemuan kembali informasi.

Atas dasar semua itu, perpustakaan perlu proaktif mengumpulkan bahan pustaka dengan cara meminta melalui surat, mengikuti berbagai pertemuan, menda-tangi langsung instansi penerbitnya, atau meningkatkan pertukaran publikasi. Pengumpulan bahan pustaka yang dimaksud di sini terutama untuk bahan pustaka non-Tabel 1. Sebaran ketersedian buku dan majalah pertanian

Indonesiana untuk AGRIS.

Tahun Buku Majalah Judul % Judul Nomor % 1997/1998 1 8 9 2 3 , 1 6 1 6 7 4 4 3 3 1 , 5 3 1998/1999 239 29,29 117 246 17,51 1999/2000 122 14,95 128 249 17,72 2 0 0 0 124 15,20 102 321 22,85 2 0 0 1 * 142 17,40 86 146 10,39 Jumlah 816 100,00 6 0 2 1.405 100,00 *Sampai dengan September 2001

(4)

konvensional antara lain laporan penelitian dan pro-siding.

Dilihat dari komposisi subjeknya, subjek yang paling banyak tersedia pada buku pertanian Indonesia selama lima tahun terakhir adalah pertanian umum (22,08%), diikuti tanaman pangan (14,70%). Hal ini di-sebabkan pada lima tahun terakhir, unit kerja yang terkait dengan tanaman pangan lebih banyak dari unit kerja lainnya dan paling memperhatikan pengiriman pub-likasinya ke PUSTAKA. Subjek yang paling sedikit ada-lah mekanisasi pertanian (1,22%) dan kehutanan (2,82%). Apabila dilihat lebih rinci, mekanisasi pertanian merupakan subjek yang paling sedikit tersedia informa-sinya hampir setiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan

oleh sedikitnya jumlah instansi yang terkait dengan mekanisasi pertanian dibanding bidang lainnya. Secara rinci, sebaran ketersediaan buku pertanian Indonesiana berdasarkan subjek disajikan pada Tabel 2.

Ketersediaan majalah pertanian Indonesiana juga bervariasi dalam jumlah subjek dan menunjukkan penu-runan mulai tahun 1998/99 (Tabel 3). Selama lima tahun terakhir, majalah subjek pertanian umum paling banyak tersedia untuk diindeks, diikuti oleh subjek tanaman industri/perkebunan. Subjek yang paling sedikit adalah mekanisasi pertanian diikuti oleh hortikultura.

Secara umum, subjek buku dan majalah yang paling banyak adalah pertanian umum. Hal ini memperlihatkan kecenderungan penerbit untuk memperluas bidang

Tabel 3. Sebaran ketersediaan majalah pertanian Indonesiana untuk AGRIS berdasarkan subjek.

Subjek 1997/98 1 9 9 8 / 9 1999/00 2 0 0 0 2 0 0 1 (judul) (judul) (judul) (judul) (judul)

Tanaman pangan 4 4 6 2 1 Hortikultura 4 2 2 2 2 Tan. industri/perkebunan 2 1 1 7 1 9 1 0 1 1 Perikanan 1 4 9 7 5 5 Peternakan 8 5 7 8 7 Sosial ekonomi 2 6 5 6 5

Tanah dan agroklimat 5 6 7 4 3

Kehutanan 1 3 5 6 1 0 7

Mekanisasi pertanian 1 1 1 3 1

Pertanian umum 7 1 5 3 5 3 4 0 3 7

Biologi 2 4 9 1 5 1 4 1 0

Tabel 2. Sebaran ketersediaan buku pertanian Indonesiana untuk AGRIS berdasarkan subjek.

Subjek 1997/98 1998/99 1999/00 2 0 0 0 2 0 0 1 * Jumlah (judul) (judul) (judul) (judul) (judul) judul % Tanaman pangan 3 6 2 4 1 8 1 5 2 7 1 2 0 1 4 , 7 0 Hortikultura 1 2 8 6 1 7 1 2 5 5 6 , 7 4 Tan.industri/perkebunan 2 5 3 7 1 0 1 0 2 2 1 0 4 1 2 , 7 5 Perikanan 8 2 3 2 8 1 1 1 1 8 1 9 , 9 3 Peternakan 1 6 1 1 1 2 3 7 4 9 6 , 0 0 Sosial ekonomi 1 0 3 1 1 0 1 3 8 7 2 8 , 8 2

Tanah dan agroklimat 2 5 2 3 2 2 1 6 7 7 9 , 4 4

Kehutanan 3 6 1 4 9 2 3 2 , 8 2

Mekanisasi pertanian 1 3 2 2 2 1 0 1 , 2 2

Pertanian umum 2 2 6 3 2 7 2 5 3 6 1 7 2 2 2 , 0 8

Biologi 3 1 1 1 6 3 2 5 3 6 , 5 0

Jumlah 1 8 9 2 3 9 1 2 2 1 2 4 1 4 2 8 1 6 1 0 0 , 0 0 *Data sampai dengan September 2001

(5)

cakupan subjek majalah yang diterbitkan, antara lain untuk menghindari kekurangan naskah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Informasi pertanian Indonesiana diterbitkan dalam bentuk konvensional dan nonkonvensional. Yang men-jadi tantangan saat ini adalah tidak ada satupun perpus-takaan yang dapat mengoleksi/menyimpan semua in-formasi tersebut. Walaupun demikian, perpustakaan perlu berusaha untuk dapat mengidentifikasi, mengum-pulkan, dan melakukan pengawasan terhadap bahan pustaka Indonesiana yang pernah ada/terbit, serta me-ngembangkan teknologi untuk penyimpanan dan pe-nemuan kembali.

Perubahan organisasi atau kepemimpinan dapat menyebabkan ketidaktahuan instansi lingkup Departe-men Pertanian akan kewajiban Departe-mendepositkan publikasi hasil kegiatan mereka ke PUSTAKA. Untuk itu perlu sosialisasi SK Menteri Pertanian No.873/Kpts/HM.430/ 11/1984 secara terus menerus kepada seluruh instansi lingkup Departemen Pertanian.

Ketersediaan koleksi buku Indonesiana untuk indexing AGRIS yang terbanyak diperoleh pada tahun 1998/99 dan majalah pada tahun 1997/98, sedangkan yang paling sedikit untuk buku pada tahun 1999/2000 dan majalah tahun 2001. Pertanian umum merupakan subjek informasi yang paling banyak tersedia baik da-lam bentuk buku maupun majalah Indonesiana, sedang-kan yang paling sedikit adalah subjek informasi meka-nisasi pertanian. Untuk itu diperlukan peningkatan pengadaan bahan pustaka melalui pertukaran atau pem-belian serta pencarian ke instansi lingkup pertanian se-perti perguruan tinggi, instansi nondepartemen, dan perusahaan swasta.

DAFTAR PUSTAKA

Food and Agricultural Organization. 1998. AGRIS intro-duction. Rome: FAO, 37 p.

Food and Agricultural Organization. 2001. AGRIS Factsheet. Available: http://www.fao.org (21 November 2001). French, B.A. 1990. User needs and library services in

ag-ricultural sciences. Library Trends 38 (3): 415-441. Haris, S.C. 1990. Agricultural information in developing

countries. Library Trends 38 (3): 378-638.

Haryono, T. 1992. Sistem jaringan informasi bidang biologi dan pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian 1 (1): 7-12.

Jones, D.E. 1990. Source of agricultural information. Library Trends 38 (3): 498-516.

Judy, J. 1980. AGRIS - the International Information System for Agricultural Sciences and Technology. In Interna-tional Cooperative Information Systems. Proceedings of a Seminar held in Vienna, Austria, 9-13 July 1979. Ottawa: IDRC.

Kent, A. 1974. Resource Sharing in Libraries. New York: Marsel Dekker.

Mansjur, S. 1993. Dokumentasi hasil-hasil penelitian. Jurnal Perpustakaan Pertanian 2 (1): 9-11.

Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional. 1971.Laporan Hasil-hasil Workshop Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Ilmiah untuk Indonesia, Bandung, 22-24 Juli 1971. Jakarta: Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional. hlm. 6.

Rifai, M.A. 1996. Penanganan kepustakaan kelabu bidang ilmu dan teknologi di Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Dokumentasi dan Layanan Informasi Kelabu, PDII-LIPI, Jakarta 13 Februari 1996. Sahertian-Bakhoven, P. 1975. Peranan Indonesia dalam sistem AGRIS (International Information system for the Ag-ricultural Science and Technology of FAO). Majalah IPI 2 (3-4): 31-34.

Sulastuti-Sophia. 1996. Masalah-masalah dalam pengolahan bahan masukan untuk pangkalan data hasil penelitian pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian 5 (2): 59- 66. Widharto. 1997. Penanganan dan cara mengakses kepustakaan kelabu (grey literature) iptek di Indonesia. Jurnal Per-pustakaan Pertanian 6 (1): 1-6.

Gambar

Tabel  3. Sebaran ketersediaan majalah pertanian Indonesiana untuk AGRIS berdasarkan subjek.

Referensi

Dokumen terkait

“Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Oral Dengan Kejadian Stroke Iskemik Di Poli Saraf Rsud Dr.Moewardi.” Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014: n..

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa tenaga pendidikan yang menggunakan metode variasi dalam perbaikan pembelajaran salah

Wajib meyakini bahwa Allah SWT itu bersifat Maha Kuasa, yang merupakan sifat abadi dan tidak berakhir.. Allah SWT berkuasa untuk menciptakan sesuatu dan

Selama 4 bulan pengamatan, perlakuan pemangkasan akar yang dikombinasikan dengan inokulasi fungi ektomikoriza tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi,

Karenanya dalam melakukan kewajiban di sini, seorang dokter harus memperhitungkan faktor kepentingan yang berhubungan dengan masyarakat

Urgensi transformasi PDII-LIPI sangatlah mendesak dilakukan sebagai untuk melakukan tugas dan fungsi lembaga negara yang melakukan pengelolaan data penelitian

Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan statistik sektor pertanian, yang akan diklasifikasikan berdasarkan sub sistem hulu, sub sistem on-farm, sub sistem hilir, dan

Fatimah, (2014) menjelaskan bahwa perilaku off task merupakan perilaku memalingkan perhatian dari tugas yang seharusnya dikerjakan. Pada dasarnya tugas tersebut