• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KEPUTUSAN

KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR KEP-21135/PW13/2012

TENTANG

SUPLEMEN RENCANA STRATEGIS

PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PROVINSI JAWA TIMUR

TAHUN 2010-2014

KEPALA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN

PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR,

Menimbang

:

a. bahwa sesuai Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor B/3293/M.PAN-RB/11/2012

tanggal 30 November 2012 tentang Hasil Evaluasi atas

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) perlu mereviu Renstra

BPKP dan Indikator Kinerja Utama (IKU);

b.

bahwa sesuai Laporan Hasil Reviu Renstra BPKP Tahun

2010-2014 Nomor LHR-835/SU01/2/2012, BPKP perlu merevisi

Renstra dengan menambah sasaran strategis dan

memperbaiki IKU;

c. bahwa berdasarkan Keputusan Kepala BPKP tentang

perubahan atas keputusan kepala BPKP Nomor

Kep-34/K/SU/2010 tentang Rencana Strategis BPKP Tahun

2010-2014;

Mengingat :

1.

Undang-undang

Nomor

25 Tahun 2004 tentang Sistem

perencanaan Pembangunan Nasional (Iembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Peraturan

Presiden

Nomor

5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2010-2014;

(3)

Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005;

4. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional /Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Nomor 5 tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana

Strategis kementerian/Lembaga (Renstra-KL) 2010-2014;

5. Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan

Pembangunan Nasional Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Nomor 042/M.PPN/06/2009 dan

Nomor 1848/MK/2009 tentang Pedoman Reformasi

Perencanaan dan Penganggaran;

6. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan;

7. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Nomor KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan, sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor

KEP616/K/SU/2011;

8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tanggal

31 Desember 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah;

9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi atas SAKIP BPKP Tahun 2012 Nomor

B/3293/M.PAN-RB/11/2012 ; tanggal 30 November 2012;

MEMUTUSKAN

Menetapkan

PERTAMA

:

Suplemen Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Tahun

2010-2014 disusun sebagai dasar penyusunan Suplemen LAKIP ;

(4)

KETIGA

:

Suplemen Renstra BPKP 2010-2014 sebagaimana tercantum dalam

lampiran, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keputusan

ini;

KEEMPAT

:

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Sidoarjo

Pada tanggal 28 Desember 2012

Kepala Perwakilan,

(5)

Rencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur merupakan dokumen penting yang menunjukkan sebuah komitmen yang dibangun berdasarkan visi, misi, tujuan dan strategi untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Dokumen Suplemen Renstra ini disusun sebagai bagian dari upaya mengakomodasi perubahan-perubahan lingkungan strategis yang terjadi. Dokumen Suplemen Renstra ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Dokumen Renstra awal dan berisi perubahan pada sasaran strategis serta penjelasan tentang indikator kinerja utama yang mengacu pada Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-1644/K.SU/2012 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor Kep-34/K.SU/2010 tentang Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Tahun 2010-2014.

Perubahan pada sasaran strategis menekankan adanya penambahan terhadap indikator kinerja utama outcome.

Dokumen rencana strategis merupakan perangkat manajemen yang penting untuk mengefektifkan optimalisasi peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dalam mendukung pencapaian visi dan misi BPKP. Diteguhkannya komitmen ini berimplikasi pada seluruh jajaran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk menegakkan dan melaksanakannya tanpa perkecualian, karena komitmen itulah yang akan menjadi motor bagi optimalisasi pencapaian tujuan keberadaan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian komitmen tersebut harus dipedomani seluruh pejabat dan pegawai dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya. Kesemuanya itu untuk kepentingan stakeholders sehingga keberadaan dan peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dirasakan manfaat/nilai tambahnya.

Suplemen Rencana strategis ini perlu disosialisasikan di lingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, dijadikan acuan penyusunan rencana tindak (diinstitusionalisasikan) dan akhirnya diinternalisasi ke dalam pelaksanaan tugas sehari-hari seluruh pegawai Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sehingga diharapkan menjadi suatu dokumen yang dapat menjiwai seluruh aktivitas Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

Disadari tujuan pencapaian kinerja bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengelolaan kinerja yang mampu menginternalisasikan seluruh visi, misi, nilai-nilai, dan faktor kunci yang mendasari program dan kegiatan Renstra ini dan mendorong seluruh penanggung jawab kinerja dan para pelaksana dalam mencapai target-target kinerja yang telah ditetapkan.

Sidoarjo, 28 Desember 2012 Kepala Perwakilan,

H

HoottmmaannNNaappiittuuppuulluu NIP. 19560306 198310 1 001

(6)

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

KEPUTUSAN KEPALA PERWAKILAN BPKP PROVINSI JAWA

TIMUR NOMOR KEP-21135/PW13/2012 TANGGAL 28

DESEMBER 2013 TENTANG SUPLEMEN RENCANA

STRATEGIS PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN

KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

TAHUN 2010-2014

Lampiran Supplemen.

Butir – butir Tambahan Renstra Perwakilan BPKP Provinsi

Jawa Timur Tahun 2010 - 2014

Bab II. Visi, Misi dan Tujuan 2.1. Tujuan Akhir (Goals) dan Alasan Keberadaan ... 1

2.2. Peranan ... 4

2.3. Pernyataan Visi ... 5

2.4. Pernyataan Misi ... 11

2.5. Tujuan ... 20

2.6. Sasaran Strategis ... 24

Bab III. Arah Kebijakan dan Strategi ... 28

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi ... 28

3.4. Indikator Kinerja Sasaran Strategis ... 30

Bab IV. Penutup ... 49

LLaammppiirraann

1.Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Perubahan Renstra 2010-2014

2. Matriks Rencana Strategis 2010-2014

DAFTAR ISI

(7)

 

 

Sejalan dengan tekad pemerintah untuk lebih berkomitmen memenuhi amanah seluruh masyarakat Indonesia, BPKP secara umum dan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur secara khusus telah mengubah visinya untuk lebih menunjukkan jati dirinya sebagai auditor presiden yang proaktif dan terpercaya. Untuk mewujudkan hal tersebut maka visi BPKP dijabarkan secara komprehensif, utuh, operasional, dan menyeluruh menjadi visi unit-unit kerja BPKP. Dalam rangka mendukung perwujudan visi baru BPKP inilah maka Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur perlu secara tepat mengidentifikasikan peran dan bentuk sumbangannya kepada BPKP agar peran dan sumbangan tersebut adalah peran spesifik yang mutually exclusive dengan unit kerja lainnya, dan mempertimbangkan bahwa semua peran yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi BPKP tersebut secara menyeluruh dan utuh dipenuhi secara kolektif (completely exhaustive) oleh semua unit kerja BPKP.

Dari penjelasan di atas, dapat diidentifikasi peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dalam koridor pencapaian visi dan misi BPKP secara keseluruhan dengan tetap mengacu kepada Tugas Pokok dan Fungsi sebagai bagian dari organisasi BPKP seperti yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-06.00.00-286/K/2001 tangal 30 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Gambaran rantai aktivitas BPKP sesuai The General Systems Model of The Firm dan konsep Value Chain dalam konteks pencapaian visi dan misi BPKP maka dapat diidentifikasi adanya dua kelompok aktivitas yang dilaksanakan oleh BPKP yang saling terkait yaitu aktivitas utama pengawasan dan aktivitas pendukung pengawasan. Aktivitas utama pengawasan merupakan kegiatan utama (core business) BPKP berupa kegiatan pengawasan yang dilakukan dalam rangka mendorong terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatnya kinerja program pemerintah, serta terwujudnya iklim yang mencegah KKN untuk keberhasilan pencapaian target-target dan prioritas pembangunan nasional. Sedangkan aktivitas pendukung adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk mendukung aktivitas utama.

Tujuan Akhir

(Goals)

dan Alasan Keberadaan

 

2.1

(8)

Pelaksanaan aktivitas utama dikelompokkan kedalam tiga strategi pengawasan sebagai berikut:

1

1.. KKeelloommppookkKKeeggiiaattaannPPrreeeemmppttiiff

Kelompok kegiatan preemptif bertumpu pada pengkondisian auditan untuk menyiapkan infrastruktur bagi pengembangan good governance, pelayanan publik dan pemberantasan KKN. Sasarannya adalah berkurangnya penyakit birokrasi yang bersifat laten.

2

2.. kkeelloommppookkkkeeggiiaattaannpprreevveennttiiff

Kelompok kegiatan preventif merupakan kegiatan dalam rangka pencegahan yang mencakup kegiatan konsultasi manajemen untuk memecahkan permasalahan kesisteman yang mempengaruhi penciptaan peringatan dini (early warning system) atas proses governance, manajemen resiko, dan pencegah KKN, berdasarkan pola kemitraan dengan unsur-unsur manajemen pemerintah. Selain itu, juga dilakukan kegiatan audit keuangan, kinerja dan tujuan tertentu yang diarahkan untuk memberikan rekomendasi perbaikan di masa mendatang. Sasaran kegiatan preventif adalah meminimalisir peluang berlangsungnya moral hazard di birokrasi.

3

3.. KKeelloommppookkKKeeggiiaattaannRReepprreessiiff

Kelompok kegiatan represif berupa audit investigatif untuk menjustifikasi perhitungan kerugian negara atas kasus-kasus dengan atau tidak diketemukannya indikasi melawan hukum/ tindak pidana korupsi. Sasarannya adalah terungkap dan terselesaikannya kasus-kasus penyimpangan dan perbuatan melawan hukum.

Sedangkan aktivitas pendukung dapat dibagi menjadi tiga kelompok kegiatan yaitu: 1

1.. KKeelloommppookkKKeeggiiaattaannMMaannaajjeemmeenn

Kelompok kegiatan manajemen berkaitan dengan proses perencanaan, peng-organisasian, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan BPKP (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC)). Kegiatan tersebut misalnya berupa kegiatan koordinasi perumusan kebijakan pengawasan intern pemerintah dan kebijakan teknis pengawasan di lingkungan BPKP, dan koordinasi penyusunan program kerja pengawasan tahunan (PKPT) serta evaluasi pelaksanaannya di lingkungan BPKP dan aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) lainnya. Sasarannya adalah mengelola semua kegiatan organisasi untuk menjamin agar tujuan dapat tercapai.

(9)

2

2.. KKeelloommppookkKKeeggiiaattaannPPeennggeellooaaaannSSuummbbeerrDDaayyaa,,PPeemmbbeellaajjaarraann,,ddaannIIkklliimmOOrrggaanniissaassii

Kegiatan pengelolaan sumber daya mencakup kegiatan pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, sarana dan prasarana, informasi, dan kegiatan pengelolaan iklim organisasi seperti diantaranya berupa struktur organisasi dan budaya kerja. Sasarannya ialah memfasilitasi pelaksanaan kegiatan utama BPKP.

3

3.. KKeelloommppookkKKeeggiiaattaannPPeennggoollaahhaannIInnffoorrmmaassii

Kelompok kegiatan pengolahan informasi mencakup kegiatan pengidentifikasian kebutuhan informasi, pencarian, pengumpulan, pengorganisasian dan pentransferan informasi kepada yang memerlukan. Sasarannya ialah menyediakan informasi yang diperlukan ke dalam organisasi untuk fasilitasi fungsi pengendalian dan pembelajaran, dan ke luar organisasi untuk pembangunan citra organisasi melalui fungsi humas.

Keterkaitan aktivitas utama dan aktivitas pendukung pengawasan dapat dilihat pada gambar berikut:

Rantai Nilai (Value Chain ) Aktivitas BPKP

Visi dan Misi BPKP Proses Informasi Pre‐emptif:  Sosialisasi, edukasi,  Kajian rencana,  Kebijakan/Program  Preventif: Bimtek,Audit Keuangan, kinerja & tujuan tertentu

Sumber daya, Pembelajaran, dan Iklim organisasi Manajemen (POAC) Represif:  Audit investigasi,  kerja sama dgn 

Stakeholder

(10)

Peranan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur tidak bisa dilepaskan dari kontribusinya dalam pencapaian visi dan misi BPKP. Kontribusi tersebut bersifat saling melengkapi, tidak tumpang tindih dan total kontribusi keseluruhannya mampu mencapai visi dan misi BPKP. Peran yang dapat dan telah dimainkan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur adalah dengan keunggulan dalam peran consulting untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan pada instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dan BUMN/D menggunakan produk dan jasa BPKP dalam rangka membenahi sistem dan tata kelolanya termasuk BPKP mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA) dalam rangka mempercepat pemerintah daerah menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Sedangkan peran assurance berupa audit keuangan atas Loan/Grant yang dilakukan atas permintaan Lender telah dapat diselesaikan secara tepat waktu dengan kualitas hasil audit yang baik. Demikian halnya dengan audit dalam rangka optimalisasi ata penerimaan negara dan daerah.

Peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dalam upaya mewujudkan iklim pencegahan dan pemberantasan korupsi telah memberikan hasil yang cukup siginfikan dengan meningkatnya jumlah kasus yang diserahkan ke Instansi Penegak Hukum, baik melalui audit investigasi, hasil penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian keterangan ahli termasuk tindakan preventif berupa meningkatnya pemahaman dan kepedulian masyarakat peserta sosialisasi anti korupsi terhadap bahaya korupsi.

Terkait dengan kegamangan/keragu-raguan sebagian besar pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur menempatkan dirinya sebagai clearing house dengan memberikan solusi dalam bentuk sosialisasi, asistensi dan review pengadaan barang dan jasa. Disamping itu keberhasilan keseluruhan progam, juga tercermin dari nilai pengawasan (audit value) berupa terjadinya peningkatan tindak lanjut hasil pengawasan yang merupakan respon auditan terhadap hasil-hasil audit/pengawasan.

Peranan

 

(11)

Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis, termasuk terbitnya mandat baru sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menegaskan jati dirinya sebagai Auditor Presiden. Konsekuensinya, BPKP dituntut untuk dapat memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dari hasil pengawasan yang dilakukan dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintahan. Kontribusi BPKP tersebut dimaksudkan untuk membantu pemerintah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai BPKP yang merepresentasikan manfaat yang dapat diberikan BPKP kepada shareholder/stakeholdernya.

Perubahan lingkungan strategis tersebut, berpengaruh terhadap harapan dan arahan organisasi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memandang perlu dan berkomitmen untuk mereposisi ulang kembali visi-nya untuk mengakomodasi dan mengantisipasi hal-hal yang terjadi/akan terjadi akibat dari perubahan tersebut. Komitmen tersebut selanjutnya dituangkan dalam pernyataan visi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, sebagai berikut:

Dalam pernyataan visi tersebut di atas, terdapat beberapa kata kunci, yaitu:

1 1.. AAuuddiittoorrPPrreessiiddeenn 2 2.. RReessppoonnssiiff 3 3.. IInntteerraakkttiiff 4 4.. TTeerrppeerrccaayyaa 5 5.. AAkkuunnttaabbiilliittaassKKeeuuaannggaannNNeeggaarraa 6 6.. BBeerrkkuuaalliittaass

Pernyataan Visi

2.3

VISI

A AuuddiittoorrPPrreessiiddeennyyaannggRReessppoonnssiiff,,IInntteerraakkttiiff,,ddaannTTeerrppeerrccaayyaa,, u unnttuukkMMeewwuujjuuddkkaannAAkkuunnttaabbiilliittaassKKeeuuaannggaannNNeeggaarraa y yaanng gBBeerrkkuuaalliittaass

(12)

Pemahaman atas makna kata-kata kunci tersebut akan memberikan pemahaman yang komprehensif tentang visi. Makna ringkas dari masing-masing kata kunci tersebut adalah sebagai berikut:

Frasa Auditor Presiden dipilih untuk menunjukkan artikulasi dan kesan yang kuat bahwa BPKP merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dan memiliki kompetensi yang mumpuni dan dipercaya oleh Presiden untuk membantu dalam menjalankan fungsi pengawasan. Sebagai Auditor Presiden, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur merupakan mata dan telinga Presiden yang melihat dan mendengar secara langsung fakta, data maupun informasi di Provinsi Jawa Timur dan segera merespon melalui suatu sistem peringatan dini yang memberikan manfaat kepada Presiden. Oleh karena itu, lingkup pengawasan yang menjadi perhatian Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur adalah hal-hal yang bersifat strategis, makro, lintas sektoral dan berskala nasional di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan pengawasan difokuskan kepada pengawasan keuangan negara yang menyentuh rakyat banyak, terutama yang pro growth, pro job dan pro poor.

Dalam posisi sebagai auditor presiden, sebagai perpanjangan tangan BPKP, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mengemban amanah dan tanggung jawab yang besar karena dituntut mampu mendeteksi berbagai potensi ataupun simptom-simptom kelemahan maupun penyimpangan di bidang keuangan negara di Provinsi Jawa Timur dan mampu memberikan rekomendasi yang applicable kepada Presiden. Dengan demikian dalam kurun waktu 5 tahun mendatang diharapkan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memberikan peran yang cukup signifikan dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas di Provinsi Jawa Timur. Dalam konteks tersebut, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur harus konsekuen untuk meyakini bahwa alasan keberadaannya terutama bukanlah untuk melaksanakan fungsi atestasi terhadap asersi manajemen, melainkan lebih kepada upaya penciptaan proses governance, manajemen risiko, dan penerapan sistem pengendalian guna mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas di Provinsi Jawa Timur.

Ciri khas dari Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur yang membedakan dirinya dari lembaga pengawasan yang lain adalah dimilikinya kompetensi pengawasan di bidang akuntabilitas keuangan negara. Kompetensi inti ini sejalan dengan kewajiban Presiden untuk melakukan pengawasan pembangunan

1

(13)

nasional sebagai wujud akuntabilitas keuangan negara seperti diamanatkan dalam 3 paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.

Visi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur merupakan visi yang strategis dalam rangka meningkatkan prinsip independensi, baik in fact maupun in appearance terhadap semua instansi di bawah Presiden yaitu kementerian, lembaga dan pemerintah daerah di Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian diharapkan informasi yang dihasilkan dari proses/kegiatan pengawasan oleh Auditor Presiden bersifat obyektif, tidak bias dan tidak diintervensi oleh pihak-pihak lain yang menciderai penegakan prinsip independensi.

Responsif berarti cepat memberikan respon (tanggapan), tidak masa bodoh, dan bereaksi secara tepat dan simpatik kepada seseorang atau suatu peristiwa. Auditor Presiden yang responsif mengandung makna bahwa dalam menjalankan perannya, Auditor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi pemerintah di

Provinsi Jawa Timur dan segera memberikan respon/masukan kepada pengambil kebijakan. Ini berarti bahwa Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur tidak boleh berlama-lama dalam

menentukan langkah-langkah pengawasan yang akan dilakukan dalam mengamankan dan menyukseskan kebijakan nasional di Provinsi Jawa Timur yang ditetapkan oleh Presiden. Dalam konteks ini, berarti Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur tidak harus menunggu penugasan dari Presiden, justru dengan sistem peringatan dini yang dimiliki oleh BPKP maka Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dapat segera menentukan langkah-langkah pengawasan yang efektif secara mandiri untuk mengawal kesuksesan pelaksanaan kebijakan Presiden di Provinsi Jawa Timur dan segera mengusulkan titik-titik prioritas pengawasan yang akan dilakukan untuk suksesnya kebijakan nasional.

Sifat interaktif memiliki makna saling aktif atau komunikasi dua arah. Interaktif merupakan perkembangan lebih lanjut dari tahapan sebelumnya yang bersifat reaktif dan proaktif. Dari reaktif yang berarti bereaksi setelah adanya suatu kejadian, kemudian berkembang menjadi proaktif yang mengedepankan inisiatif untuk bertindak namun masih melihat dari sisi

2

2.. RReessppoonnssiiff

3

(14)

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur (satu sisi), dan kini bersifat interaktif yang mengandung nuansa bahwa Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memperhatikan/mendengarkan kepentingan/kebutuhan stakeholders di Provinsi Jawa Timur. Dengan pengertian tersebut maka komunikasi antara Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dengan stakeholders ataupun pelanggan haruslah selalu terjalin dengan baik dan efektif. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur harus membuka saluran-saluran komunikasi yang efektif, menjalin kemitraan dengan stakeholders dan APIP lain dalam menjalankan perannya di Provinsi Jawa Timur.

Selain itu, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dapat menjelaskan dengan baik hasil-hasil pengawasan maupun sistem pengendalian intern yang diperlukan oleh para pengguna/stakeholders di Provinsi Jawa Timur. Kegiatan-kegiatan seperti Clearing House, kehumasan, maupun implementasi President Accountability System (PASs) sangat membantu dalam menciptakan suasana interaktif. Sifat interaktif ini mendorong perlunya kemampuan dan kompetensi yang tinggi bagi para auditor Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk berperan sebagai guru, expert, maupun tempat bertanya yang dapat diandalkan di bidang pengawasan.

Terpercaya berarti dapat diandalkan, bertanggung jawab, dan dapat melaksanakan tugas dengan baik sesuai dengan mandat yang diberikan. Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur telah menyatakan dalam visinya sebagai Auditor Presiden yang terpercaya, yang berarti Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memiliki integritas yang tinggi yang didukung profesionalisme yang tinggi sehingga dapat diandalkan untuk memberikan hasil kerja yang berkualitas dan bermanfaat bagi shareholders dan stakeholders di Tanah Jawa Timur. Presiden sebagai pemegang akuntabilitas keuangan negara yang tidak dapat didelegasikan kepada pihak lain membutuhkan keahlian BPKP sebagai Auditor Presiden dalam melakukan pengawasan di bidang keuangan negara. Kepercayaan terhadap kinerja BPKP telah tumbuh yang terbukti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengenai SPIP yang memberikan mandat kepada BPKP untuk melakukan pengawasan intern di bidang keuangan negara dan membina SPIP. Kepercayaan stakeholders kepada Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur juga ditunjukkan dengan banyaknya permintaan stakeholders di Provinsi Jawa Timur kepada Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk membenahi sistem dan tata kelola pemerintahan di Provinsi Jawa Timur.

4

(15)

Akuntabilitas didefinisikan sebagai suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban, yang dilaksanakan secara periodik. Sedangkan keuangan negara seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, berarti semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan negara ini meliputi:

ƒ

ƒ Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;

ƒ

ƒ Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;

ƒ ƒ Penerimaan Negara; ƒ ƒ Pengeluaran Negara; ƒ ƒ Penerimaan Daerah; ƒ ƒ Pengeluaran Daerah; ƒ

ƒ Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/daerah;

ƒ

ƒ Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

ƒ

ƒ Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

Dengan demikian, akuntabilitas keuangan negara memiliki lingkup yang luas, yaitu pertanggungjawaban atas semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, yang dimiliki negara dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara dalam rangka penyelenggaraaan pemerintahan negara. Akuntabilitas keuangan negara tidak sekedar pertanggungjawaban penggunaan dana dan proses pengelolaannya, namun yang

5

(16)

terpenting adalah pertanggungjawaban kinerja/hasil (outcome) atas pengelolaan keuangan negara.

Sesuai dengan pasal 6 ayat 1 UU Nomor 17 Tahun 2003, Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan Pemerintahan. Selanjutnya, kekuasaan tersebut:

ƒ

ƒ Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

ƒ

ƒ Dikuasakan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya;

ƒ

ƒ Diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam pemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Meskipun pengelolaan keuangan negara tersebut dapat dikuasakan, namun akuntabilitas keuangan negara tetap melekat pada Presiden. Akuntabilitas keuangan negara oleh Presiden ini meliputi kewajiban seorang Presiden untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan Presiden di bidang keuangan negara kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban. Prinsip akuntabilitas keuangan negara menghendaki bahwa proses pengambilan keputusan atau kinerja keuangan negara dapat dimonitor, dinilai, dan dikritisi. Selain itu, pertanggungjawaban keuangan negara tersebut harus dapat ditelusuri sampai ke bukti dasarnya (traceableness) dan dapat diterima secara logis (reasonableness). Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur berperan membantu pengawasan dalam bidang keuangan negara di Provinsi Jawa Timur agar akuntabilitas Presiden dapat memuaskan seluruh rakyat Indonesia dan rakyat di Provinsi Jawa Timur khususnya.

Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas ditunjukkan dengan tiga ciri yaitu akuntabel, transparan dan partisipatif. Hal ini berarti bahwa pertanggungjawaban keuangan negara harus dapat diandalkan, mengungkapkan secara terbuka informasi yang material dan relevan serta berasal dari suatu proses yang melibatkan berbagai pihak terkait. Akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas mendukung akuntabilitas Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara.

6

(17)

Pernyataan misi lebih menekankan kepada nilai tambah/manfaat yang dapat diberikan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur kepada stakeholders/shareholdes, jadi tidak sekedar menjelaskan apa yang harus dilakukan. Misi tersebut menjadi penggerak seluruh jajaran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dalam bekerja, bertindak dan memberikan pelayanan terbaik kepada stakeholders/shareholders akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas. Misi merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan berisi pernyataan tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai visi. Perumusan misi mengacu kepada tugas dan kewenangan yang telah diberikan kepada BPKP. Tugas dan kewenangan BPKP semula diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, kemudian diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian. Selanjutnya, dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, maka BPKP berperan penting dalam mendukung akuntabilitas Presiden terutama dalam lingkup penyelenggaraan keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Empat misi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, adalah sebagai berikut:

Pernyataan Misi

2.4

MISI

1. Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan yang baik dan bebas KKN di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. 2. Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern

pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

3. Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur .

4. Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

(18)

Penjelasan masing-masing misi adalah sebagai berikut:

Misi ini berkaitan dengan aktualisasi peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara di Provinsi Jawa Timur, sekaligus menegaskan bahwa misi ini dilakukan untuk membantu Presiden selaku shareholder BPKP dalam mendorong terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan upaya pencegahan KKN. Inti misi ini terkait dengan kegiatan pengawasan intern pemerintah yang pada hakekatnya bertujuan memberikan nilai tambah (value added) melalui dua peran utama yaitu aktivitas assurance dan consulting. Dengan peran tersebut, fungsi utama Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur adalah memberikan umpan balik (feedback) sebagai bahan masukan bagi Presiden/ Pemerintah untuk memastikan tercapainya efektivitas kinerja pemerintah dan pengelolaan keuangan negara di Provinsi Jawa Timur dan memberikan rekomendasi perbaikan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), serta membantu pemerintah dalam mencapai tujuannya. Dalam misi ini, tercakup seluruh kegiatan utama (core business) Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur, baik dalam aktivitas assurance yang dilakukan dalam bentuk audit, evaluasi, reviu, maupun aktivitas consulting yang dilakukan dalam bentuk sosialisasi, bimbingan teknis/asistensi, konsultansi, pengembangan sistem.

Mandat Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai pengawas intern akuntabilitas keuangan negara di Provinsi Jawa Timur semakin jelas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Dalam Pasal 49 Ayat (2) dinyatakan bahwa BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:

a) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral;

b) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN); dan

c) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

Kegiatan yang bersifat lintas sektoral pada dasarnya merupakan kegiatan yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian negara/lembaga atau pemerintah daerah yang tidak dapat dilakukan pengawasannya oleh APIP lain. Pengawasan kegiatan lintas sektoral diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat makro dan

Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas

keuangan negara yang mendukung tata kepemerintahan

yang baik dan bebas KKN di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

Misi

(19)

komprehensif atas pelaksanaan program/kegiatan pemerintah pusat maupun daerah, sehinga bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau penentuan kebijakan.

Dengan mengacu kepada UU Nomor 1 Tahun 2004 Pasal 2, kegiatan BUN terdiri atas delapan bidang yaitu pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, pengelolaan uang negara, pengelolaan piutang, pengelolaan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN, dan regulator di bidang keuangan negara. Pengawasan intern terhadap kegiatan kebendaharaan umum negara diharapkan dapat memberi masukan dan feed back kepada Menteri Keuangan selaku BUN mengenai pengelolaan BUN yang dilakukan oleh institusi di luar Kementerian Keuangan, yang secara hukum tidak dapat diawasi oleh APIP selain BPKP. Peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dalam mengawasi kegiatan-kegiatan BUN di Provinsi Jawa Timur tersebut, perlu didukung dengan penetapan Menteri Keuangan selaku BUN, baik mengenai ruang lingkup maupun sasaran pengawasannya.

Pengawasan atas kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden merupakan kegiatan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur dalam rangka merespon permasalahan-permasalahan strategis yang mendesak untuk ditangani (current issues) di Provinsi Jawa Timur sesuai perintah Presiden dan kabinetnya. Pelaksanaan penugasan-penugasan tersebut merupakan implementasi yang nyata dari peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai Auditor Presiden/pemerintah di Provinsi Jawa Timur.

Selain itu, berdasarkan Pasal 57 ayat (4) PP Nomor 60 Tahun 2008, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur juga dimandatkan untuk melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) cq. Satuan Kerja Pemerintah Pusat di Provinsi Jawa Timur sebelum di lakukan konsolidasi dan sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden.

Dalam misi 1 termasuk juga kegiatan dalam rangka membantu aparat penegak hukum dan pemerintah di Provinsi Jawa Timur untuk mencegah dan mengurangi KKN, yang dilakukan dalam bentuk pengawasan investigatif, pemberian keterangan ahli, dan perhitungan kerugian negara.

(20)

Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dengan berpedoman pada SPIP seperti diatur dalam PP tersebut. Sistem Pengendalian Intern (SPI) merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas penyelenggaraan SPI di lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI dilakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari BPKP, Itjen Kementerian, Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota.

Selain itu, untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI juga dilakukan pembinaan penyelenggaraan SPI. Tugas pembinaan penyelenggaraan SPI terhadap seluruh instansi pemerintah ini diamanatkan kepada BPKP sesuai dengan pasal 59 PP Nomor 60 Tahun 2008. Peran BPKP dalam pembinaan SPIP tidak terlepas dari posisi strategis BPKP yang langsung berada di bawah Presiden dan membantu Presiden untuk memastikan tercapainya akuntabilitas kinerja Presiden. Akuntabilitas kinerja Presiden merupakan suatu kesatuan akumulatif-integratif dari kinerja berbagai Kementerian/Lembaga dan juga Pemerintah Daerah, sehingga perlu juga dipastikan efektivitas penyelenggaraan SPIP pada seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah.

Kegiatan pembinaan SPIP tersebut mencakup: a

a.. Penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP b

b.. Sosialisasi SPIP c

c.. Pendidikan dan pelatihan SPIP d

d.. Pembimbingan dan konsultansi SPIP e

e.. Peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah

Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern

pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur

Misi

(21)

Kegiatan pembinaan butir a sampai dengan butir d merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka membina seluruh instansi pemerintah agar dapat menerapkan SPIP. Kegiatan-kegiatan tersebut termasuk dalam lingkup misi kedua ini. Sedangkan butir e lebih spesifik terkait peningkatan kemampuan/kompetensi auditor APIP yang menjadi bagian dari misi ketiga yaitu mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten. Pada prinsipnya misi kedua lebih menekankan kepada pembinaan SPIP kepada instansi pemerintah, sedangkan misi ketiga terkait dengan pembinaan terhadap auditor (APIP).

Kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP diawali dengan penyusunan pedoman-pedoman terkait SPIP (pedoman-pedoman umum dan pedoman-pedoman teknis) yang merupakan panduan untuk membangun SPIP di seluruh instansi pemerintah. Pedoman tersebut selanjutnya disosialisasikan agar diperoleh kesamaan persepsi dan pemahaman tentang SPIP. Selain itu, kegiatan penyusunan modul dan penyelenggaraan diklat SPIP menjadi kegiatan penting untuk membentuk personil yang memahami seluk beluk SPIP dan kompeten untuk menerapkan SPIP di instansi masing-masing. Pada tahap penerapan SPIP, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur siap untuk membimbing dan memberikan konsultansi kepada seluruh instansi pemerintah di Provinsi Jawa Timur.

Misi ketiga adalah misi pengimbang yang disusun dalam kesadaran bahwa kinerja yang berorientasi ke luar tak mungkin terwujud tanpa adanya proses kerja internal yang baik maupun proses kerja sesama APIP yang sinergis. Dengan adanya proses kerja sesama APIP yang sinergis diharapkan akan menghasilkan kinerja APIP yang maksimal. Hal ini merupakan jawaban atas arahan Presiden akan perwujudan pengawasan yang terpadu, terarah, dan memberi nilai tambah yang dapat mendukung perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan kredibel, dan berorientasikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kinerja APIP yang maksimal dapat diperoleh jika pemberdayaan APIP dijalankan dalam semangat profesionalitas dan kesetaraan antar APIP. Namun, efektivitas sinergi akan menjadi lebih besar jika pihak-pihak yang bersinergi memiliki kemampuan yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing.

Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang

profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

Misi

(22)

Oleh karena itu, misi ketiga diperlukan sebagai pembimbing berbagai strategi pemberdayaan, pembelajaran, dan pertumbuhan kapasitas Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sendiri maupun kapasitas APIP secara umum di Provinsi Jawa Timur. Penjabaran misi ini merupakan bentuk tanggung jawab Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai anggota komunitas pengawasan untuk turut serta dalam mengembangkan sistem pengawasan nasional yang terpadu di Provinsi Jawa Timur. Pengembangan sistem pengawasan nasional tentunya dilakukan bersama-sama, baik dengan BPK, Inspektorat Jenderal Kementerian, Unit Pengawasan LPND, Badan Pengawasan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Satuan Pengawasan Intern (SPI) BUMN/BUMD/BUL, maupun dengan Instansi Pemerintah lainnya yang mengkoordinasikan kegiatan pengawasan seperti Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Kementerian Dalam Negeri pada saat ini, serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Lebih luas lagi, dilakukannya pengawasan secara bersinergi akan menjadi agenda yang penting Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur bersama-sama dengan DPRD, Kejaksaan Tinggi Kepolisian, maupun masyarakat.

Arti penting dari ditetapkannya misi ini terletak pada adanya kesadaran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk turut serta membenahi hal-hal yang kontra produktif dalam kegiatan pengawasan di Provinsi Jawa Timur. Hal ini dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian masukan mengenai arah dan kebijakan pengawasan nasional/makro kepada Pemerintah di Provinsi Jawa Timur. Substansi arah dan kebijakan yang dimaksud tentunya sejalan dengan program-program Pemerintah yang menjadi prioritas, berskala nasional, memperhatikan analisis risiko per masing-masing sektor dan bidang kegiatan pemerintahan, mencerminkan sinergi APIP, dan menunjukkan dukungan bagi pelaksanaan pengawasan oleh auditor eksternal.

Penjabaran misi ini terus dioptimalkan oleh Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur agar hasil pengawasannya mempunyai manfaat dan memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama stakeholders utama di Provinsi Jawa Timur, yang tercermin dari tanggapan positif ataupun apresiasi para pengguna atas produk-produk Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Untuk itu perlu terus diagendakan dan diberikan perhatian yang memadai terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya, kepatuhan pada standar profesi, penataan proses kerja internal, dan sistem kendali mutu yang dapat menunjang peningkatan kualitas hasil pengawasan. Dengan demikian, produk Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur diharapkan akan bermanfaat sebagai umpan balik (feed back) bagi penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan kinerja

(23)

Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan BUMN/BUMD/BUL di Provinsi Jawa Timur.

Peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mengembangkan kapasitas APIP di Provinsi Jawa Timur (termasuk BPKP) baik dari sisi SDM maupun sistem dan prosedur yang mencakup:

ƒ

ƒ Pembinaan kompetensi APIP dengan pendidikan dan pelatihan auditor (pasal 59 ayat 1e PP Nomor 60 Tahun 2008)

ƒ

ƒ Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor dan sertifikasi auditor (pasal 51 ayat 2 dan 3 PP Nomor 60 Tahun 2008)

ƒ

ƒ Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Prosedur Pengawasan ƒ

ƒ Pengembangan Kapasitas Internal BPKP ƒ

ƒ Pemeriksaan/pengawasan internal BPKP ƒ

ƒ Pendukung/fasilitasi pengawasan ƒ

ƒ Sinergi dengan APIP lain.

Misi ini merupakan aktualisasi peran Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur sebagai Auditor Presiden di Provinsi Jawa Timur dalam rangka membangun sistem dukungan pengambilan keputusan Presiden/Pemerintah yang efektif melalui suatu Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. PASs adalah alat kendali (control) bagi Presiden terhadap implementasi akuntabilitas Presiden dalam pengelolaan keuangan negara di Provinsi Jawa Timur, yang berbasis web, on-line, dengan data yang sedapat mungkin real-time, yang menampilkan informasi secara utuh (integrated) tentang implementasi akuntabilitas Presiden. Dengan sistem seperti ini Presiden akan memperoleh informasi mengenai capaian kinerjanya yang mendekati real-time sehingga dapat melakukan tindakan korektif yang cepat jika terdapat perbedaan antara realisasi dengan rencana pada saat tertentu.

Sistem pelaporan kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara yang ada saat ini belum menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi yang utuh/menyeluruh atas implementasi akuntabilitas Presiden. Kondisi tersebut kontradiktif dengan kedudukan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan yang juga memegang kekuasaan tunggal pengelolaan negara sebagai bagian dari kekuasaan

Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan keputusan

di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

Misi

(24)

pemerintahan (UU Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 6 ayat 1). Meskipun telah secara jelas diatur bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara dikuasakan kepada Menteri Keuangan (selaku BUN) dan menteri/pimpinan lembaga (selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang), serta diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala daerah untuk mengelola keuangan daerah, namun sejatinya bukan berarti bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan negara diserahkan keseluruhan ke menteri, pimpinan lembaga, gubernur, bupati, atau walikota. Akuntabilitas pengelolaan keuangan negara tetap melekat kepada Presiden yang menerima amanah dari rakyat, sehingga Presiden juga harus berakuntabilitas kepada rakyat.

Berbagai peraturan yang telah diterbitkan terkait Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (PP Nomor 6 Tahun 2008), Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (PP Nomor 39 Tahun 2006), dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintah Daerah-LPPD (PP Nomor 3 Tahun 2007), belum dapat menjamin bahwa Presiden memperoleh informasi periodik, up to date, dan mendekati real-time tentang akuntabilitas kinerja dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara.

Kondisi di atas memunculkan fenomena baik di pusat dan daerah, yaitu (i) penyerapan anggaran yang rendah, (ii) kurang sinkronnya rencana pembangunan di pusat dan daerah (karena persepsi yang sempit terhadap perundang-undangan yang ada), dan (iii) tidak adanya informasi capaian kinerja kumulatif/aggregasi dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang dapat dilaporkan kepada Presiden secara tepat waktu (up to date), yang mendekati real-time. Hal tersebut menyulitkan Presiden untuk dapat menilai apakah agenda-agenda Presiden yang tertuang di RPJMN telah dilaksanakan oleh pimpinan kementerian/lembaga dan kepala daerah sesuai dengan target atau harapan Pemerintah dan rakyat.

Dalam rangka mengembangkan pelaporan akuntabilitas di Indonesia, masing-masing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dituntut untuk membuat indikator capaian kinerja yang terukur sehingga dapat membantu Presiden untuk menyampaikan akuntabilitasnya kepada rakyat sesuai dengan amanah UUD. Terkait hal tersebut, BPKP mendorong dibangunnya Sistem Akuntabilitas Presiden (President Accountability Systems) atau yang dikenal sebagai PASs. Tujuan dari PASs adalah memberikan solusi terhadap kebuntuan (missing-link) proses pelaporan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, mensinergikan sumber-daya informasi antar kementerian/lembaga (pusat dan daerah) sehingga memungkinkan pertukaran data/informasi, dan memudahkan Presiden untuk memonitor dan mengendalikan kemajuan (progress) masing-masing program/agenda

(25)

Pemerintah. PASs didukung dengan sistem data warehouse yang mengkolaborasikan berbagai informasi dari seluruh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait dengan implementasi sistem akuntabilitas Presiden. Kebutuhan informasi untuk PASs cukup besar dan kompleks, meliputi Akuntabilitas Sasaran Makro, Akuntabilitas Pelaksanaan Kebijakan/Program, Akuntabilitas Pengawasan, Akuntabilitas Keuangan Negara, Akuntabilitas Keuangan Daerah, Akuntabilitas BUMN/D, Akuntabilitas Instansi Pusat, Akuntabilitas Instansi Daerah, Akuntabilitas Penanganan Korupsi, dan Akuntabilitas Lembaga Negara.

Pengembangan PASs sinkron dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 khususnya pasal 54 yang mengamanatkan kepada BPKP untuk menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

Berikut gambar alur informasi dan pengetahuan untuk mengambil keputusan: Alur Informasi dan Pengetahuan untuk Pengambilan Keputusan

Berbasis data warehouse yang komprehensif & historis Sistem mengkolaborasikan informasi yang tersebar di masing-masing instansi untuk kepentingan analisis dan penelitian

Pengetahuan-pengetahuan terdokumentasi secara komprehensif dan uptodate Perencanaan kegiatan yang berdasarkan analisa Resiko dan Prioritas

Presiden memperoleh informasi dan pengetahuan yang kredible sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat

BPKP sebagai pengelola PASS

Integration of Information

Management Decision Making

Collaborative

Analysis & Research

Knowledge Creation Intelligence-based

Planning

(26)

Tujuan merupakan pengejawantahan visi dan misi yang telah ditetapkan, dan berorientasi pada operasionalisasi visi dan misi. Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi, yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai dengan lima tahun. Dalam penetapan tujuan-tujuan strategis, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mengadopsi konsep Balanced Scorecard (BSC) dengan beberapa modifikasi disesuaikan dengan karakteristik organisasi publik. Berbeda dengan konsep BSC di sektor privat/bisnis yang berorientasi profit. Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memodifikasi Perspektif Keuangan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Stakeholder dan Perspektif Pelanggan menjadi Perspektif Manfaat Bagi Auditan/Pengguna Jasa. Dengan menggunakan pendekatan strategi berimbang (balanced scorecard) tersebutmaka tujuan-tujuan utama dari perspektif manfaat bagi pihak stakeholders utama dan manfaat kepada auditan/pengguna jasa diseimbangkan dengan tujuan-tujuan pendukung yang berada pada perspektif proses internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berorientasi ke dalam.

Tujuan utama BPKP tercermin dalam tujuan-tujuan strategis sebagai berikut:

Tujuan

2.5

TUJUAN

1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

2. Meningkatnya tata pemerintahan yang baik di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

3. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

4. Tercapainya efektivitas penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

5. Meningkatnya kapasitas aparat pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

6. Terselenggaranya sistem dukungan pengambilan keputusan yang andal bagi Presiden/pemerintah di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.

(27)

Tujuan-tujuan tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan yang masih dihadapi dalam 5 tahun ke depan serta untuk menjawab pernyataan misi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. PPeenneettaappaann ttuujjuuaann ppeerrttaammaa yyaaiittuu ““MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkuuaalliittaass aakkuunnttaabbiilliittaass k

keeuuaannggaannNNeeggaarraadi wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.”” dilandasi permasalahan masih diperolehnya opini disclaimer dari BPK atas laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan masih banyaknya laporan keuangan instansi pemerintah pusat dan daerah (IPP/D) yang belum memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Akuntabilitas keuangan negara merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban keuangan negara, yang dilaksanakan secara periodik. Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dan timbul dalam pelaksanaan misi organisasi pemerintahan, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Berkaitan dengan itu, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mempunyai tujuan agar kualitas pelaksanaan akuntabilitas tersebut meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai melalui opini yang yang dikeluarkan oleh BPK.

P

Peenneettaappaann ttuujjuuaann kkeedduuaa yyaaiittuu ””MMeenniinnggkkaattnnyyaa ttaattaa ppeemmeerriinnttaahhaann yyaanngg bbaaiikk di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.””, berkaitan dengan masih rendahnya pelayanan publik karena belum semua kementerian lembaga dan dan pemerintah daerah di Provinsi Jawa Timur membuat dan menerapkan standar pelayanan minimal (SPM). Padahal di satu sisi pemerintah telah mencanangkan terwujudnya tata kepemerintahan yang baik dan bersih (good public governance). Tata pemerintahan yang baik tersebut berkaitan dengan etika pengelolaan organisasi pemerintahan yang memenuhi kriteria atau karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut mencakup sebagai berikut:

ƒ

ƒ Partisipasi publik ƒ

ƒ Kerangka hukum yang adil ƒ

ƒ Transparansi informasi ƒ

ƒ Pelayanan yang responsif ƒ

ƒ Orientasi pada kepentingan yang luas ƒ

ƒ Kesempatan yang sama ƒ

ƒ Kegiatan yang efisien dan efektif ƒ

ƒ Akuntabilitas organisasi ƒ

(28)

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur mempunyai tujuan agar akuntabilitas keuangan negara dan tata pemerintahan di Provinsi Jawa Timur mengalami perbaikan melalui kegiatan quality assurance ataupun consulting and assistance.

Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara di Provinsi Jawa Timur menjadi tujuan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur karena disadari bahwa perbaikan akuntabilitas dan etika pengelolaan masih memerlukan perbaikan dalam sistem dan lingkungan yang mempengaruhinya.

P

Peenneettaappaannttuujjuuaannkkeettiiggaajjuuggaaddiiddaassaarriiddeennggaannmmaassiihhbbaannyyaakknnyyaapprraakkttiikkkkoorruuppssii,,kkoolluussiiddaann n

neeppoottiissmmee bbaaiikk ddaarrii jjuummllaahh kkaassuuss yyaanngg tteerrjjaaddii mmaauuppuunn jjuummllaahh kkeerruuggiiaann nneeggaarraa yyaanngg d

diittiimmbbuullkkaann. Hal lain yang menjadi perhatian adalah masih rendahnya Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada tahun 2009 yaitu 2,80. Kondisi ini menjadi tantangan bagi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk menciptakan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara, diantaranya dengan melakukan sosialisasi anti korupsi tentang pemahaman dan kepedulian permasalahan korupsi, mengimplementasikan Fraud Control Planning (FCP) di IPP/IPD/BUMN/BUMD yang berisiko fraud, serta melakukan reviu laporan dan pengaduan masyarakat.

Ketiga tujuan di atas mendukung tercapainya keberhasilan misi BPKP yang pertama yaitu ”Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara yang mendukung tata pemerintahan yang baik dan bebas KKN.

T

Tuujjuuaann kkeeeemmppaatt PPeerrwwaakkiillaann BBPPKKPP PPrroovviinnssii JJaawwaa TTiimmuurr yyaaiittuu ””TTeerrccaappaaiinnyyaa eeffeekkttiivviittaass p

peennyyeelleennggggaarraaaann ssiisstteemm ppeennggeennddaalliiaann iinntteerrnn ppeemmeerriinnttaahh di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.””, ditetapkan untuk tercapainya misi ke dua BPKP yaitu ”Membina secara efektif penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah. Untuk mewujudkan hal tersebut BPKP telah dibekali mandat sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Dengan adanya PP Nomor 60 Tahun 2008, BPKP menjadi satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab atas Pembinaan Penyelenggaraan SPIP. Kegiatan ini menjadi salah satu kegiatan prioritas bidang hukum dan aparatur negara dalam RPJMN 2010-2014 dan harus diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah yang efektif pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

(29)

P

Peenneettaappaann ttuujjuuaann kkeelliimmaa yyaaiittuu ””MMeenniinnggkkaattnnyyaa kkaappaassiittaass aappaarraatt ppeennggaawwaassaann iinntteerrnn p

peemmeerriinnttaahh ((AAPPIIPP)) yyaanngg pprrooffeessiioonnaall ddaann kkoommppeetteenn di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur.””, adalah untuk mendukung misi ketiga yaitu ”Mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah yang profesional dan kompeten”. Hal ini dilandasi dengan pemikiran bahwa pelaksanaan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good public governance) akan terjadi dengan dukungan SDM yang andal dan terkelola dengan baik, yang salah satunya adalah APIP. Peningkatan kapasitas APIP dilaksanakan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi bagi auditor di lingkungan Instansi Pemerintah di Provinsi Jawa Timur.

APIP yang profesional dan kompeten ini akan mendukung peran APIP yang efektif yang sekurang-kurangnya harus:

ƒ

ƒ Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. ƒ

ƒ Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

ƒ

ƒ Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

T

Tuujjuuaann kkeeeennaamm ddiitteettaappkkaann uunnttuukk mmeenndduukkuunngg ppeennccaappaaiiaann mmiissii ””MMeennyyeelleennggggaarraakkaann d

duukkuunnggaann ppeennggaammbbiillaann kkeeppuuttuussaann yyaanngg aannddaall bbaaggii PPrreessiiddeenn//ppeemmeerriinnttaahh di wilayah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur”, sebagai internal auditor, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur menyadari bahwa tugas-tugas quality assurance dan pendampingan yang berorientasi kepada pimpinan organisasi dan pemerintah di Provinsi Jawa Timur harus menjadi perhatian utama. Informasi yang relevan dan dapat diandalkan baik informasi keuangan dan non keuangan, yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa eksternal dan internal harus direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan organisasi dan pemerintahan dalam bentuk dan waktu yang tepat, untuk melaksanakan pengendalian intern dan tanggung jawab operasional. Kesadaran itulah yang mendorong/mengembangkan perangkat (tools) bagi Presiden untuk memantau tingkat kemajuan kinerja kementerian, lembaga dan BUMN/BUMD secara real time yang diperkenalkan sebagai President Accountability System (PASs).

(30)

Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan dan mencerminkan berfungsinya outcome dari semua program yang telah ditetapkan.

Delapan sasaran strategis yaitu kondisi yang diharapkan di akhir periode Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur 2010-2014, yaitu:

1. Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan

2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan 3. Meningkatnya Kualitas Penerapan Tata Kelola kepemerintahan/Perusahaan

4. Meningkatkan Pemahaman,Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP

6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten

7. Meningkatnya Efektifitas Perencanaan dan Pelayanan Pengawasan serta Kualitas Pengelolaan Keuangan

8. Meningkatnya Penerapan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan. Uraian lebih lanjut atas sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Keuangan

Meningkatnya kualitas tata kelola keuangan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah merupakan tekad BPKP sebagai perwujudan fungsi consulting. Upaya strategis ini dilakukan untuk mencapai persyaratan minimal untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Kegiatan yang dirancang untuk mencapai sasaran strategis ini adalah memberikan pemahaman intensif kepada kementerian/lembaga dan pemda tentang peran laporan keuangan yang berkualitas baik dalam forum pertemuan antar kementerian/lembaga/pemda maupun melalui penggalangan langsung dengan penandatangan nota kesepahaman antara BPKP dengan mitra kerja BPKP. Sosialisasi ini diharapkan mengefektifkan fungsi pendampingan penyusunan ataupun reviu atas Laporan Keuangan sebelum diterbitkan oleh K/L/Pemda. Outcome yang diharapkan adalah laporan keuangan dapat sesuai

Sasaran Strategis

2.6

(31)

dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang ditunjukkan dengan opini yang diperoleh dari BPK RI minimal WDP.

2. Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Hasil Pengawasan

Sasaran Strategis “Tercapainya Optimalisasi Penerimaan Negara” merupakan sasaran strategis pengawasan dari sisi penerimaan negara. BPKP melihat masih banyak sumber penerimaan anggaran yang perlu dioptimalkan melalui strategi intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan. Sasaran strategis ini di Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur memiliki satu Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu: Persentase Hasil Pengawasan BUN yang disampaikan. Kegiatan pada indikator ini merupakan dukungan untuk kegiatan BPKP Pusat.

3. Meningkatnya Kualitas Penerapan Tata Kelola kepemerintahan/Perusahaan

Sebagai auditor internal pemerintah, terkait dengan perannya dalam meningkatkan akuntabilitas Pemda dan pengelolaan BUMN/BUMD, BPKP perlu mendorong pemerintah daerah untuk menerapkan tata kelola kepemerintahaan/ perusahaan melalui Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan Kementerian Teknis, dan mendorong BUMN/BUMD untuk menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Indikator untuk mengukur sasaran ini adalah “Persentase Instansi Pemerintah Daerah (IPD) yang telah menerapkan pelayanan sesuai SPM/Pelayanan Prima, BUMN/BUMD/BUL/BLUD yang GCG atau Key Performance Indicator (KPI) mendapat skor baik, dan BUMD yang kinerjanya memperoleh minimal predikat Baik”

4. Meningkatkan Pemahaman, Kesadaran dan Keterlibatan K/L/Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi memiliki visi jangka panjang dan menengah. Visi jangka panjang 2012-2025 adalah “Terwujudnya Kehidupan Bangsa yang Bersih dari Korupsi dengan Didukung Nilai Budaya yang Berintegritas”.

Pemerintah merancang enam strategi diantaranya adalah strategi pencegahan tindak pidana korupsi. Dalam strategi ini BPKP perlu mengambil peran dalam mendukung enam strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong penerapan sistem pengendalian intern atau Fraud Control Plan (FCP) sebagai cegah tangkal tindak pidana korupsi. Berkaitan dengan penegakan hukum atas tindak pidana korupsi, BPKP berperan membantu Aparat Penegak Hukum (APH) melalui kegiatan audit investigasi, perhitungan kerugian keuangan negara, serta memberikan keterangan ahli di persidangan dalam perkara

(32)

tindak pidana korupsi. Indikator pencapaian sasaran strategis ini adalah “Pemahaman dan Kepedulian atas Permasalahan Korupsi”.

Dengan pemahaman ini IPP/IPD/BUMN/BUMD yang berisiko fraud dapat mengimplementasikan FCP, membuat atau mengoreksi kebijakan yang berpotensi terjadinya fraud atau kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) , atau membantu mediasi penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga satuan dan nilai kontrak dan klaim pihak ketiga. Tidak kalah penting dengan pemahaman ini masyarakat diharapkan meningkatkan kepedulian dengan memberikan informasi yang berisi tindak pelanggaran yang merugikan keuangan negara yang pada akhirnya BPKP akan menyerahkan kasus kepada APH.

5. Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP

Penyelenggaraan SPIP pada dasarnya merupakan tanggung jawab masing-masing menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota. BPKP sesuai pasal 59 PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bertanggung jawab melakukan pembinaan. Pembinaan SPIP diarahkan agar instansi pemerintah dapat menyelenggarakan SPIP dalam rangka mencapai tujuannya melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Sasaran strategis “Meningkatnya Kualitas Penerapan SPIP” diindikasikan oleh satu IKU dominan yaitu adanya Penyelenggarakan SPIP oleh Pemda sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008. Dengan penyelenggaraan SPIP yang memadai tersebut diharapkan laporan keuangan Pemda mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI. Opini WTP atas laporan keuangan diyakini dapat mewakili sistem pengendalian yang memadai sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, karena audit keuangan yang dilaksanakan oleh BPK RI mencakup pengujian atas keandalan sistem pengendalian K/L/Pemda.

6. Meningkatnya Kapasitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Profesional dan Kompeten

Sebagai sebuah organisasi, salah satu faktor penentu keberhasilan APIP adalah kompetensi dan profesionalitas sumber daya manusia (SDM), karena faktor manusia yang mengatur dan menggerakkan jalan organisasi. SDM yang kompeten adalah SDM yang memiliki penguasaan teoretis, didukung dengan pengalaman, dan mendapat pengakuan keahlian spesifik berdasarkan standar yang berlaku umum dalam lingkungan keahlian tersebut. SDM yang profesional adalah SDM yang mampu melaksanakan tugas dengan baik, sesuai dengan bidang keahliannya. Keahlian

(33)

tersebut perlu terus-menerus diperbarui dan ditingkatkan, baik melalui program pendidikan gelar maupun program pendidikan non-gelar melalui penjenjangan sertifikasi JFA, peningkatan kompetensi pegawai yang terkait dengan proses pelatihan, pendidikan, dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan, keahlian, kemampuan, nilai-nilai, dan aset sosial lainnya yang dimiliki pegawai yang diharapkan mampu meningkatkan kapabilitas APIP dari level 1 menjadi level 2.

7. Meningkatnya Efektifitas Perencanaan dan Pelayanan Pengawasan serta Kualitas Pengelolaan Keuangan

Sistem perencanaan pengawasan merupakan salah satu bagian dari sistem manajemen dukungan yang berperan penting dalam membantu keberhasilan pelaksanaan kegiatan teknis BPKP. Perencanaan pengawasan berfungsi mengarahkan kegiatan pengawasan agar sesuai dengan peran dan tujuan BPKP, sekaligus media untuk mengukur tingkat keberhasilan kinerja teknis BPKP. Selain itu, perencanaan juga terkait langsung dengan pengelolaan SDM, pelayanan yang mendukung tugas pengawasandibidang kepegawaian, penyediaan sarana prasarana, dan penganggaran. Seiring dengan gencarnya penyerapan anggaran berdasarkan disbursement plan, semakin dirasakan pentingnya arti perencanaan yang baik sehingga anggaran yang digunakan benar-benar menghasilkan kinerja yang terbaik pula.

8. Meningkatnya Penerapan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi Pimpinan Sejalan dengan perubahan lingkungan strategis pada BPKP terutama dengan terbitnya PP Nomor 60 Tahun 2008, menegaskan identitas BPKP sebagai Auditor Presiden. Sehubungan dengan itu, BPKP dituntut untuk memberikan informasi yang berharga bagi Presiden dan mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi pemerintah. Selain itu, BPKP juga harus mampu memberikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan internal BPKP.

           

(34)

 

3.2

Arah Kebijakan dan Strategi BPKP

Untuk mewujudkan enam tujuan yang mendukung terwujudnya Visi dan Misi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur disusun strategi yang selaras dengan strategi BPKP yaitu menyeimbangkan pemenuhan kepentingan pihak luar dan pembenahan kedalam sebagaimana telah disajikan pada Renstra Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014 terdahulu. Untuk itu perlu empat prespektif yang dipergunakan sebagai dasar penyusunan strategi yaitu :

a. Manfaat bagi stakeholder.

b. Manfaat bagi auditan/pengguna jasa.

c. Proses internal yang dikembangkan untuk peningkatan sistem.

d. Pertumbuhan dan Pembelajaran dilingkungan Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur. Terkait dengan pokok dan fungsi Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan pengawasan terhadap akuntabilitas keungan pemerintah/daerah, ditetapkan strategi yang dilaksanakan melalui beberapa strategi yaitu :

1. Peningkatan Kualitas Tata Kelola Keuangan; 2. Peningkatan Kualitas Pengelolaan Aset Daerah;

3. Optimalisasi penerimaan Negara dan peningkatan cost saving (klaim, eskalasi harga); 4. Peningkatan pengelolaan Program Lintas Sektoral secara efektif, efisien dan ekonomis; 5. Strategi preventif;

6. Strategi represif; 7. Solusi kesisteman.

8. Peningkatan Efektivitas Perencanaan Pengawasan

9. Menyelenggarakan Sistem Dukungan Pengambilan Keputusan bagi pimpinan

Masing-masing strategi tersebut ditetapkan arah kebijakan pengawasan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Arah kebijakan dari Peningkatan Kualitas Tata Kelola Keuangan :

- Meningkatkan kualitas pengawasan intern, penerapan akuntabilitas pengelolaan

keuangan Negara dan daerah.

(35)

- Meningkatkan sistem pembinaan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah

Provinsi Jawa Timur

2. Arah kebijakan dari Peningkatan Kualitas Pengelolaan Aset Daerah;

- Meningkatkan kualitas pengawasan intern, penerapan akuntabilitas pengelolaan

keuangan Negara dan daerah

- Meningkatkan sistem pembinaan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah di wilayah

Provinsi Jawa Timur

- Meningkatkan koordinasi pengelolaan aset daerah.

3. Arah kebijakan dari Optimalisasi penerimaan Negara dan peningkatan cost saving (klaim, eskalasi harga) :

- Meningkatkan pelaksanaan audit operasional secara efektif

- Meningkatkan kualitas pengawasan intern dan penerapan akuntabilitas

pengelolaan keuangan Negara dan daerah

4. Arah kebijakan dari Peningkatan pengelolaan Program Lintas Sektoral secara efektif, efisien dan ekonomis :

- Mendorong peningkatan kinerja pelayanan publik

- Meningkatkan upaya penanganan hambatan kelancacaran pembangunan (Debottlenecking)

- Menyelenggarakan audit operasional dan kinerja terhadap pelaksanaan program

secara lebih efektif dan efisien 5. Arah kebijakan dari Strategi preventif :

Melaksanakan penerapan Fraud Control Plan (FCP) sebagai sistem cegah dini dan perbaikan tatakelola

6. Arah kebijakan dari Strategi represif :

Meningkatkan efektifitas pelaksanaan audit investigasi melalui pengungkapan kasus dugaan Tindak Pidana Korupsi (TPK) dalam rangka penyelamatan keuangan Negara/daerah.

7. Arah kebijakan dari Solusi kesisteman :

Menyelenggarakan asesmen penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN/D, pendampingan pengadaan barang dan jasa, dan peningkatan kapasitas APIP secara efektif.

8. Peningkatan Efektivitas Perencanaan Pengawasan :

Mendorong peningkatan pilar kinerja atas perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran antara lain terhadap modal organisasi (organization capital) dan modal sumber daya

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pemodelan kemiskinan dengan tiga indikator yaitu persentase penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan, dan indeks

a. Telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak. Bekerja jujur, bertanggungjawab, penuh pengabdian, bersikap

Langkah yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan pelaksanaan eksternal audit document of compliance Safety Management System pada era industri 4.0 di Gold Bridge

RUPST Danamon menyetujui antara lain Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Perseroan tahun buku 2012, menyetujui pembayaran dividen sebesar Rp 1.203.561.900.000 kurang lebih Rp

Tangan kiri di cethik ngruji, tangan kanan dibawa dari bahu kiri lalu buang ke samping kanan nglurus telapak seperti ngidang nyeklek bawah.. Kaki buka

Jika Informasi elemen list disimpan pada suatu struktur lain, dan informasi yang tersimpan pada elemen list hanya berupa alamat dari struktur penyimpan informasi tersebut,

Sejarah adalah gambaran masa lalu tentang manusia dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa

Peta Analisis Akses Pangan Pedesaan : Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan BKP Deptan.. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan