• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi Remaja

WHO (1965) mendefinisikan bahwa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis anak-anak dan masa dewasa antara umur 10 – 20 tahun. Pada tahun 1971 WHO mengeluarkan istilah Youth atau Young Couple yang digunakan untuk penduduk kelompok umur 10 – 24 tahun. Pada masa ini remaja mengalami perubahan-perubahan yang bersifat psikologis, fisiologis. Perubahan ini berjalan secara berkesinambungan sampai usia dewasa (diatas 24 tahun) (Ayu, 1999).

Periode remaja adalah masa transisi dalam periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam perkembangan kepribadian individu (Irwanto, 1996).

Kebanyakan ahli memandang masa remaja harus dibagi dalam dua periode karena terdapat ciri-ciri perilaku yang cukup banyak berbeda dalam kedua (sub) periode tersebut. Pembagian ini biasanya menjadi periode remaja awal (early adolescence), yaitu berkisar antara umur 13 sampai 17 tahun, dan periode remaja akhir, yaitu 17 sampai 18 tahun (atas umur dewasa menurut hukum yang berlaku disuatu negara) (Irwanto, 1996).

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat

(2)

orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak (Elizabeth).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak keperiode dewasa yang berkisar antara usia 10 – 24 tahun dimana pada masa ini terjadi perubahan psikologis dan fisiologis.

2. Perkembangan Fisik Pada Remaja

Hormon kelamin laki-laki (testosteron) bersama anak ginjal (androgen) pada anak laki-laki menimbulkan ciri-ciri sekunder, yaitu tumbuh rambut pada daerah tertentu (kemaluan, wajah, kaki, tangan, dada, ketiak), suara bertambah besar, badan lebih berotot terutama bahu dan dada, pertambahan berat dan tinggi badan, penis menjadi lebih besar, lebih cepat mengalami bau badan, dan mimpi basah (Wahyudi, 2000).

Indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron pada anak perempuan yang akan menyebabkan munculnya ciri-ciri seks sekunder, seperti pertambahan tinggi badan, tumbuh rambut disekitar alat kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih halus dan tinggi, payudara mulai membesar, pinggul makin membesar, paha membulat dan mengalami menstruasi ( Wahyudi, 2000).

3. Ciri-ciri Masa Remaja

a. Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting

Pada masa remaja akibat fisik dan psikologis mempunyai porsi yang sama penting. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja.

(3)

Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru (Elizabeth).

b. Masa Remaja Sebagai Periode Peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang terjadi sebelumnya, tetapi peralihan yang dimaksud adalah dari satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak beralih dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Elizabeth).

c. Masa Remaja Sebagai Usia Bermasalah

Masalah pada remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru. Sehingga sebagian remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidak mampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Seperti dijelaskan oleh frued, “ Banyak kegagalan, yang sering kali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya

(4)

justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal (Elizabeth).

d. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas

Periode remaja adalah periode pemantapan identitas diri. Pengertiannya akan “siapa aku” yang dipengaruhi oleh pandangan orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman pribadinya akan menentukan pola perilaku sebagai orang dewasa (Irwanto, 1996).

B. Hubungan Seksual Pranikah 1. Pengertian

Hubungan seksual pranikah adalah melakukan hubungan seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan sek yang penetratif (penis dimasukkan kedalam vagina, dubur atau mulut) maupun yang non penetratif (penis tidak dimasukkan kedalam vagina) (Susilowati, 2004).

2. Dampak dari Hubungan Seksual Pranikah

Hubungan seksual pranikah memberikan dampak yang negatif pada remaja baik secara fisik maupun sosial. Secara fisik yaitu dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan, terkena PMS dan aborsi. Secara psikis menimbulkan perasaan tertekan, depresi. Secara sosial yaitu tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat karena merasa malu (Susilowati, 2004).

(5)

3. Sikap (Attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan merupakan pelaksana motif tertentu.

Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu (Notoatmodjo, 1997) : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu menerima (receiving), memberi respon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible). Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Memberi respon (responding) diartikan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) berarti mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) berarti bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 1997).

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 1995).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan

(6)

representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya (Azwar, 1995).

Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu(Azwar, 1995).

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti, dengan pengalaman-pengalamannya, untuk memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen dari pengalamannya yang tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu, akan disusun kembali atau diubah sedemikian rupa hingga menjadi konsisten. Ini berarti bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap sesuatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan (Walgito, 2003).

Sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah adalah respon yang ditampilkan oleh remaja dalam memperlihatkan stimulus yang ada terhadap hubungan seksual pranikah (Rasmin, 2001).

4. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Remaja tentang Hubungan Seksual Pranikah.

Skinner menyatakan bahwa hasil hubungan antara tahu dan input mengenai stimulus atau respon yang datang dari individu dalam hal ini pengetahuan merupakan suatu stimulus yang akhirnya akan membentuk suatu sikap baik yang bersifat positif maupun negatif (Rasmin, 2001).

(7)

Hasil penelitian Rasmin (2003) yang berjudul hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang seksual dan kesehatan reproduksi pada siswa SMUN II Kota Ternate menunjukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap tentang seksual dan kesehatan reproduksi dimana p = 0,047 sehingga diasumsikan bahwa pengetahuan yang baik pada remaja akan mempengaruhi sikap yang baik pula (Rasmin, 2001).

Demikian juga hasil penelitian Warliana (2001) tentang hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual pranikah pada siswa SMU Negeri 6 Yogyakarta menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku seksual pranikah (Warliana, 2001).

Hubungan antara konsep pengetahuan dan sikap, pengetahuan merupakan keikutsertaan remaja untuk mengetahui seksual dan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, individu hendaknya mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan seksual serta apa manfaatnya. Setelah mengetahui hal tersebut akan timbul pemikiran tentang segi negatif atau positif yang akan mempengaruhi sikap individu. Apabila pandangan ini mengarah pada sisi positif maka yang muncul adalah sikap positif sebaliknya bila pandangan lebih condong pada sisi negatif maka yang muncul adalah sikap negatif (Rasmin, 2001).

C. Kesehatan Reproduksi

1. Definisi Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem

(8)

dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan reproduksi mencakup 3 komponen yaitu kemampuan (Ability), keberhasilan (Success), dan keamanan (Safety). Kemampuan berarti dapat berreproduksi. Keberhasilan berarti dapat menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan berkembang. Keamanan berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan, kontrasepsi dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktivitas yang berbahaya (Munajat, 1996).

WHO mendefinisikan kesehatan reproduksi adalah keadaan yang memungkinkan proses reproduksi dapat tercapai secara sehat baik fisik, mental, maupun sosial yang bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelainan. Kemampuan seseorang, khususnya wanita, untuk mengatur dan mengendalikan kesuburannya merupakan komponen yang integral dari pelayanan kesehatan reproduksi (Anonim, 2001).

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural (Kartono, 1995).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kesehatan reproduksi remaja adalah suatu keadaan dimana organ reproduksi yang dimiliki oleh remaja dapat mencapai keadaan sehat baik fisik, mental, maupun sosial yang bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

2. Organ Reproduksi

Organ reproduksi wanita bagian luar (genitalia eksterna) meliputi mons pubis atau mons veneris, bibir besar (labia mayor), bibir kecil ( labia minor),

(9)

klitoris, vulva, uretra, (saluran kencing), hymen (selaput dara). Sedangkan organ reproduksi wanita bagian dalam (genitalia interna) meliputi vagina, tuba vallopii, uterus (rahim), dan servik (leher rahim) (Wahyudi, 2000).

Gambar 1. Alat Reproduksi Wanita Bagian Luar

(10)

Pada pria organ reproduksinya meliputi penis, uretra (saluran kencing), kelenjar prostat, vesikula seminalis, vas deferens ( saluran sperma), epididimis, testis (pelir) (Wahyudi, 2000).

Gambar 3. Alat Reproduksi Pria

3. Perkembangan Seksualitas Remaja

Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual) (Imran, 2000).

Perubahan yang paling menonjol pada masa pubertas adalah terjadi menarche (menstruasi pertama kali) pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak pria. Hal ini menunjukkan bahwa organ reproduksi mulai matang (Munajat, 1996).

(11)

Menstruasi adalah peristiwa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah (endometrium). Menstruasi umumnya mulai terjadi pada usia 8 – 13 tahun. Siklus haid pada setiap wanita tidak sama, biasanya berlangsung kurang lebih 28 hari. Siklus menstruasi dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu, seperti stress, pengobatan dan latihan olah raga. Gejala yang dapat menyertai sebelum dan saat menstruasi antara lain adalah perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, mudah merasa lelah, nafsu makan meningkat, emosi menjadi lebih labil, mengalami kram perut (dismenorhoe), dan nyeri kepala (Wahyudi, 2000).

Pada remaja pria salah satu tanda yang menunjukan bahwa organ reproduksinya sudah mulai berfungsi adalah mimpi basah. Mimpi basah adalah pengeluaran cairan sperma yang tidak diperlukan secara alamiah. Mimpi basah pertama terjadi pada remaja pria sekitar umur 9 – 14 tahun. Mimpi basah umumnya terjadi secara periodik berkisar antara 2 – 3 minggu (Wahyudi, 2000). 4. Kehamilan, Persalinan, dan Abortus

Kehamilan adalah pertemuan sel telur dengan sel sperma. Pertemuan terjadi setelah telur lepas sekitar 12 jam dan spermatozoa melalui proses kapasitasi disebut fertilizasi, pembuahan “konsepsi” atau impregnancy. Setelah masuknya kepala spermatozoa kedalam telur (ovum) dengan meniggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadi pembelahan menjadi dua dan seterusnya sehingga seluruh ruangan ovum penuh dengan hasil pembelahan sel, dan disebut morula. Pembelahan berlangsung terus sehingga bagian dalam terbentuk ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist. Sementara itu bagian luar dinding telur (ovum) timbul

(12)

rumbai-rumbai yang disebut villi yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim, yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi desidua (Bagus, 1999).

Tanda-tanda kehamilan yang bisa dialami oleh ibu adalah tidak datang haid, pusing, mual, buah dada agak membesar dan lebih keras, muka biasanya terdapat bercak kecoklatan, dan perut membesar (Anonim, 1995).

Setelah masa kehamilan maka terjadi masa persalinan. Masa persalinan adalah masa bayi sebagai hasil fungsi reproduksi dilahirkan. Persalinan normal adalah lahirnya bayi yang kemudian diikuti oleh keluarnya ari-ari (plasenta) melalui jalan biasa, yang terjadi dengan sendirinya dan hanya dengan kekuatan sang ibu. Tanda-tanda yang mendahului persalinan adalah his, mules didaerah perut bagian bawah dan daerah pinggang, keluar lendir dan air ketuban. Tahap-tahap persalinan meliputi pembukaan, pengeluaran, dan ari-ari (Anonim, 1995).

Setelah satu efek negatif dari kehamilan adalah abortus. Abortus atau keguguran adalah suatu peristiwa keluarnya hasil pembuahan, dimana pembuahan itu masih ada dibawah tri wulan I, atau secara obyektif hasil pengeluaran tersebut (bila ada janin) tidak akan lebih dari 500 gram. Abortus ada dua macam yaitu abortus spontan dan provocatus (disengaja atau digugurkan). Jenis abortus provocatus ada dua yaitu abortus provocatus artificialis (abortus therapeuticus) dan abortus provocatus criminalis. Abortus provocatus artificialis adalah pengguguran kehamilan yang biasanya menggunakan alat-alat dengan alasan kehamilan membahayakan ibu sedangkan abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah dan dilarang oleh hukum (Soebroto, 1994).

(13)

5. Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin dan dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit jamur yang hanya dapat dilihat melalui alat pembesar (mikroskop) karena sangat kecil, tidak dapat dilihat oleh mata. PMS terutama ditularkan dengan cara hubungan seksual antara alat reproduksi penis, vagina , anal dan oral. Jenis PMS antara lain adalah gonore, sifilis (raja singa), herpes genitalis, trikomonas vaginalis, chancroid, klamidia, condiloma akuminata (jengger ayam), candidiasis, dan kutu pubis (Anonim, 2001).

6 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil “tahu”, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt hehaviour). Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak dapat didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 1997).

Proses perilaku baru dalam diri seseorang meliputi awareness (kesadaran), interest (merasa tertarik), evaluation (menimbang-nimbang), trial dan adoption. Awareness (kesadaran) adalah orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) adalah orang mulai merasa tertarik terhadap terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap objek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang-nimbang) berarti subjek menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

(14)

Hal ini berarti sikap subjek sudah mulai baik lagi. Trial (mencoba) berarti subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption berarti subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus (Notoatmodjo, 1997).

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara benar. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 1997).

(15)

Pengetahuan kesehatan reproduksi adalah informasi yang menerangkan tentang berbagai aspek yang diketahui oleh remaja dalam lingkup kesehatan reproduksi meliputi reproduksi sehat, perkembangan seksual pada remaja, anatomi fisiologi alat reproduksi, proses kehamilan, masa subur seorang wanita, aborsi, penyakit menular seksual (Rasmin, 2001).

D. Kerangka Teori

Gambar 4 : Skema Kerangka teori faktor – faktor yang behubungan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap sikap remaja tentang hubungan

seksual pranikah (Azwar, 1995 dan Notoatmodjo, 2003). E. Kerangka Konsep

Sikap

Variabel Independent Tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

Variabel Dependent Sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah Pengalaman pribadi Kebudayaan Orang lain Media massa pendidikan agama usia pengetahuan emosi

(16)

F. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent

Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah.

G. Hipotesis

Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap remaja tentang hubungan seksual pranikah.

Gambar

Gambar 1. Alat Reproduksi Wanita Bagian Luar
Gambar 3. Alat Reproduksi Pria
Gambar 4 : Skema Kerangka teori faktor – faktor yang behubungan dengan  pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap sikap remaja tentang hubungan

Referensi

Dokumen terkait

Grafik hubungan ukuran butir pasir halus dengan pH NAG Adanya hubungan korelasi antara kondisi visual batuan berupa ukuran butir pasir sedang dengan sifat batuan

Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu) pada saat tertentu, atau untuk transaksi tertentu untuk suatu peridoe

produktivitas tanaman jagung di wilayah daratan Kabupaten Sumenep. Bentuk kegiatan berupa penentuan anjuran pemupukan spesifik lokasi pada tanaman jagung di masing-masing

Hilangnya markas kekuasaan di negara asal membuat gerakan ini melakukan inovasi yakni dengan cara mencari kawasan baru yang akan digunakan sebagai markas baru dan

Kesadaran beliau untuk selalu berbuat baik kepada siapa saja tanpa pandang bulu yang didapatkanya dari ajaran sapta darmo membuatnya menjadi orang yang lebih baik dan

Pada saat melakukan hubungan usaha dengan Pengguna Jasa, Pihak Pelapor wajib meminta informasi dan dokumen pendukung kepada Pengguna Jasa (profil Pengguna Jasa), dengan

Informan yang telah memberikan kesempatan waktu, wawancara dan juga berbagi pengetahuan kepada penulis, yaitu Bapak Fon Prawira selaku Executive Director Rumah Tjong

manusia (Triyuwono, 2002). Sebagai implikasi untuk mencapai manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, maka dikemukakan saran: 1) Bagi lembaga pendidikan akuntansi dan