• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Skripsi) Oleh FARADILLAH CHAIRUNNISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Skripsi) Oleh FARADILLAH CHAIRUNNISA"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) DAN JENIS LARUTAN PERAGA (HOLDING) TERHADAP MASA KESEGARAN BUNGA

POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.)

KULTIVAR‛WONOTIRTO’ (Skripsi) Oleh FARADILLAH CHAIRUNNISA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017

(2)

Faradillah Chairunnisa

ABSTRAK

PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) DAN JENIS LARUTAN PERAGA (HOLDING) TERHADAP MASA KESEGARAN BUNGA

POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.)

KULTIVAR‛WONOTIRTO’

Oleh

FARADILLAH CHAIRUNNISA

Salah satu kendala dalam peragaan bunga sedap malam adalah masa kesegaran yang pendek, maka diperlukan perlakuan larutan perendam (pulsing) dan larutan peraga (holding) untuk memperpanjang masa kesegaran bunga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding terhadap masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada November 2015. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial (2x5) dengan 3x ulangan. Faktor pertama adalah larutan pulsing (P), meliputi p0(larutan tanpa sukrosa) dan p1 (larutan sukrosa 15%). Faktor kedua adalah jenis larutan holding (H), meliputi h0 (air); h1(air + sukrosa 4% + asam sitrat 2% + AgNO320 ppm); h2(air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm + AgNO320 ppm); h3(air + sukrosa 4% + asam sitrat 2% + NaClO 20 ppm); dan h4( air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm + NaClO 20 ppm). Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian larutan pulsing

(3)

Faradillah Chairunnisa memberikan hasil yang sama terhadap jumlah total bunga mekar, bunga layu, bunga rontok, bunga layu dan rontok, dan vase life bunga; pemberian larutan holding berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan kecuali jumlah total bunga mekar. Jenis larutan holding h4sama baiknya dengan h1dalam

memperpanjang vase life selama 1-2 hari, menjadi 8,33 hari; dan pengaruh larutan holding terhadap kesegaran bunga potong sedap malam tidak dipengaruhi oleh larutan pulsing.

(4)

PENGARUH LARUTAN PERENDAM (PULSING) DAN JENIS LARUTAN PERAGA (HOLDING) TERHADAP MASA KESEGARAN BUNGA

POTONG SEDAP MALAM (Polianthes tuberose L.)

KULTIVAR‛WONOTIRTO’

Oleh

FARADILLAH CHAIRUNNISA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 15 Agustus 1993, anak dari pasangan Bapak Puji Sabdo Riyanto dan Ibu Dwi Sumarni merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis mengikuti pendidikan formal di Sekolah Dasar Negeri 1 Sukarame pada 1999 dan diselesaikan pada 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada 2008, Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Bandar Lampung diselesaikan pada 2011.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 2011. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada 2014 di Desa Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun yang sama, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMB-TPH) Depok, Jawa Barat.

(9)

SANWACANA

Bissmillahirrahmanirrahim.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan syarat akhir untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul“Pengaruh Larutan Perendam (Pulsing) dan Jenis Larutan Peraga (Holding) terhadap Masa Kesegaran Bunga Potong Sedap Malam (Polianthes tuberose L.) Kultivar‛Wonotirto’”. Selama penulisan skripsi, penulis tidak sendirian karena banyak mendapatkan bimbingan,

dukungan, dan nasihat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai tanda cinta penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. selaku Pembimbing Utama yang telah

membimbing dan memberi saran kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Sri Ramadiana, S.P., M.Si. selaku Pembimbing Kedua yang juga telah membimbing dan memberi perbaikan dalam penyelesaian penulisan skripsi. 3. Ir. Rugayah, M.P. selaku Pembahas yang telah memberikan saran untuk

(10)

4. Ir. Solikhin, M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberi bimbingan dan saran kepada penulis selama menjadi mahasiswa. 5. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Agroteknologi. 6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Agroteknologi yang telah memberikan ilmu

kepada penulis.

7. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Ayah, Ibu, dan seluruh anggota keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat, Dian Permata Sari, Kurnia Septiyanti, dan Nur Amalia yang memberikan doa dan semangat kepada penulis.

10. Sahabat seperjuangan, Febrina Ayu Astita, Dwi Aprianti, Defika D. Pratiwi, Dina Fanti, Hesti Tanu, Deliyana, Akbar Fadhillah, Dwika P. Suri, Dwi A. Putri, Amelia Ekaprasetio, Ade Fitri A., Sasha P. Pertiwi, Sherly Isti A., dan Susan Desi L.S. yang telah membantu selama penelitian, memberikan semangat, dan doa kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Semoga Allah SWT senantiasa memberi perlindungan dan memberi balasan sebaik-baiknya kepada semua. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapapun. Terima kasih.

Bandar Lampung, Oktober 2017 Penulis,

(11)

Karyaini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibu yang senantiasa berdo’a dan berjuang untuk kesuksesanku.

Untuk almamaterku tercinta, Universitas Lampung

(12)

1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Landasan Teori... 4

1.4 Kerangka Pemikiran... 7

1.5 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1 Sedap Malam ... 10

2.2 Larutan Pengawet Bunga Potong... 13

2.3 Bahan Alternatif untuk Larutan Pengawet Bunga Potong... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 18

3.2 Bahan dan Alat... 18

3.3 Metode Penelitian ... 18

(13)

ii

3.4.1 Pemilihan bunga potong ... 20

3.4.2 Pemanenan ... 20

3.4.3 Pengemasan bunga ... 20

3.4.4 Perendaman larutan pulsing ... 20

3.4.5 Pengangkutan ... 21

3.4.6 Pembuatan larutan holding... 21

3.4.7 Perendaman larutan holding... 21

3.4.8 Pemotongan tangkai bunga ... 21

3.5 Pengamatan ... 22

3.5.1 Pengamatan awal... 22

3.5.2 Pengamatan akhir ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil ... 24

4.1.1 Jumlah total bunga mekar ... 25

4.1.2 Jumlah total bunga layu ... 26

4.1.3 Jumlah total bunga rontok... 27

4.1.4 Jumlah total bunga layu dan rontok ... 29

4.1.5 Vase life bunga... 30

4.2 Pembahasan... 31

V. SIMPULAN DAN SARAN... 37

5.1 Simpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 41 Tabel 5−17 ... 42−49

(14)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Masa kesegaran bunga potong sedap malam di sentra produksi

di Jawa ... 12 2. Beberapa formula pengawet larutan pulsing dan holding untuk

bunga potong sedap malam... 14 3. Kombinasi perlakuan ... 19 4. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan

larutan holding terhadap bunga potong sedap malam kultivar

‛Wonotirto’... 24 5. Data pengamatan awal bunga potong sedap malam kultivar

‛Wonotirto’... 42 6. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap jumlah total bunga mekar sedap malam

kultivar‛Wonotirto’ ... 43 7. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap jumlah total bunga mekar sedap malam kultivar

‛Wonotirto’... 43 8. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap jumlah total bunga layu sedap malam kultivar

‛Wonotirto’... 44 9. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap jumlah total bunga layu sedap malam kultivar

‛Wonotirto’... 44 10. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

(15)

iv 11. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap jumlah total bunga rontok sedap malam kultivar

‛Wonotirto’... 45 12. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap jumlah total bunga layu dan rontok sedap malam

kultivar‛Wonotirto’... 46 13. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap jumlah total bunga layu dan rontok sedap malam

kultivar‛Wonotirto’... 46 14. Data pengamatan pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap vase life bunga potong sedap malam kultivar

‛Wonotirto’... 47 15. Analisis ragam pengaruh larutan pulsing dan jenis larutan holding

terhadap vase life bunga potong sedap malam

kultivar‛Wonotirto’... 47 16. Deskripsi bunga sedap malam kultivar‛Wonotirto’... 48 17. Perhitungan pembuatan larutan holding... 49

(16)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bunga sedap malam kultivar‛Wonotirto’... 11 2. Penampilan bunga mekar sedap malam kultivar‛Wonotirto’pada

perlakuan pulsing dengan berbagai jenis larutan holding pada hari

ke-4 setelah perlakuan ... 25 3. Pengaruh larutan holding terhadap jumlah total bunga layu sedap

malam kultivar‛Wonotirto’... 26 4. Penampilan bunga layu sedap malam kultivar‛Wonotirto’pada

perlakuan pulsing dengan berbagai jenis larutan holding pada hari

ke-8 setelah perlakuan ... 27 5. Pengaruh larutan holding terhadap jumlah total bunga rontok

sedap malam kultivar‛Wonotirto’... 28 6. Contoh penampilan bunga sedap malam rontok: (a) kuncup dan

(b) mekar kultivar‛Wonotirto’... 28 7. Pengaruh larutan holding terhadap jumlah total bunga layu dan

rontok sedap malam kultivar‛Wonotirto’... 29 8. Pengaruh larutan holding terhadap vase life bunga sedap malam

kultivar‛Wonotirto’... 30 9. Penampilan bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’

pada perlakuan pulsing dengan jenis holding komposisi air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm + NaClO 20 ppm selama

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Sedap malam (Polianthes tuberose L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang termasuk dalam famili Amaryllidaceae. Tanaman ini berasal dari Meksiko dan tersebar mencakup Afrika, Eropa, Asia dan sebagian Cina. Sedap malam juga sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya Pulau Jawa. Bunga sedap malam telah ditetapkan oleh Pemerintah Jawa Timur sebagai

“Maskot Flora Jawa Timur”(Tisnawati, 2007).

Bunga sedap malam kultivar‛Wonotirto’ merupakan varietas baru yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Karya Makmur I Desa Wonoharjo,

Tanggamus. Kultivar‛Wonotirto’telah dirilis tahun 2013. Susunan bunga sedap malam kultivar‛Wonotirto’termasuk jenis bunga ganda yang sering berbunga. Aroma yang dikeluarkan bunga ini tergolong kuat, namun tanaman ini relatif pendek seperti Pearl atau Dwarf Pearl (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2009).

Sedap malam cukup populer di dunia karena bunganya yang indah. Selain bentuk bunga yang indah, bunga sedap malam mengeluarkan aroma yang harum. Bunga ini biasa mekar dan mengeluarkan aroma harum pada malam hari, sehingga sering disebut sebagai bunga sedap malam. Selain sebagai bunga potong, bunga sedap

(18)

2 malam banyak dimanfaatkan sebagai bunga tabur dan sebagai bahan baku minyak atsiri.

Beragamnya manfaat bunga sedap malam berdampak pada permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), permintaan bunga potong sedap malam di Indonesia pada tahun 2014 sebesar 104.625.690 tangkai dan menempati urutan ketiga setelah krisan dan mawar. Sementara itu, permintaan bunga potong sedap malam di Lampung pada 2012 sebesar 23.017 tangkai, pada 2013 meningkat menjadi 27.305 tangkai, dan meningkat drastis pada 2014 sebesar 203.527 tangkai.

Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kegemaran masyarakat terhadap bunga potong sedap malam semakin meningkat. Hal tersebut dapat dijadikan peluang bagi petani bunga dan pelaku usaha bunga potong sedap malam untuk

meningkatkan pendapatan dengan cara mengoptimalkan teknik budidaya dan penanganan pascapanen untuk menghasilkan bunga potong yang berkualitas.

Kesulitan yang sering dihadapi dalam penanganan pascapanen bunga potong antara lain, bunga potong mudah rusak dan masa kesegaran yang pendek.

Menurunnya kualitas bunga potong selama masa peragaan dapat disebabkan oleh suhu tinggi dan infeksi mikroorganisme. Bunga potong tetap menjalankan

metabolismenya meskipun sudah terpisah dari tanaman induknya, sehingga hanya memanfaatkan cadangan air dan nutrisi yang terdapat pada bunga potong.

Terbatasnya ketersediaan air dan nutrisi pada bunga potong menyebabkan bunga cepat rusak dan masa kesegaran yang pendek, sehingga diperlukan penanganan

(19)

3 pascapanen berupa penambahan larutan pengawet untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong. Penanganan pascapanen di tingkat petani berupa perendaman larutan pulsing jarang dilakukan untuk menghemat waktu dan biaya produksi. Selain itu, perendaman larutan pulsing dianggap tidak berpengaruh terhadap masa kesegaran bunga potong. Penanganan pascapanen yang dilakukan petani masih sangat sederhana, yaitu hanya membungkus tangkai bunga yang telah dipanen dengan menggunakan kertas koran/plastik, lalu dibawa ke pelaku usaha bunga potong. Jika tidak ada penggantian air yang hilang pada bunga mengakibatkan bunga cepat layu dan tidak dapat mempertahankan kesegarannya karena proses transpirasi yang terjadi selama pascapanen mengakibatkan bunga kehilangan air.

Perendaman tangkai bunga dengan larutan holding perlu dilakukan dengan menambahkan larutan pengawet yang mengandung karbohidrat berupa sukrosa yang dikombinasikan dengan asam sitrat dan germisida. Pemberian larutan holding bertujuan untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong selama masa peragaan hingga sampai ke tangan konsumen. Bunga yang telah dipotong dari tanaman induk tetap menjalankan aktivitas metabolisme dan hanya

memanfaatkan cadangan air dan nutrisi yang terdapat pada bunga tersebut. Oleh karena itu, diperlukan penambahan larutan pengawet berupa pulsing dan holding untuk tetap mempertahankan kesegaran bunga potong mulai dari setelah panen hingga selama masa peragaan.

(20)

4 1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan untuk.

1. Mengetahui jenis pulsing terbaik terhadap masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’.

2. Mengetahui jenis holding terbaik terhadap masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’.

3. Mengetahui pengaruh larutan holding terhadap masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’yang dipengaruhi oleh penggunaan larutan pulsing.

1.3 Landasan Teori

Kualitas bunga potong dipengaruhi oleh faktor prapanen, sedangkan kesegaran bunga potong dipengaruhi oleh faktor pascapanen. Menurunnya kesegaran bunga potong selama masa peragaan dapat disebabkan oleh suhu tinggi dan infeksi mikroorganisme. Masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan perendaman tangkai bunga dalam larutan pengawet.

Larutan pengawet dapat digunakan sebagai larutan pulsing maupun larutan holding. Larutan pulsing digunakan untuk merendam tangkai bunga segera setelah panen, biasanya dilakukan sebelum dilakukan pengemasan sampai pada saat pengangkutan hingga ke tempat peragaan. Larutan holding digunakan untuk merendam tangkai bunga selama masa peragaan (Suyanti, 2002).

Larutan pengawet yang digunakan mengandung karbohidrat sebagai sumber energi, yang dikombinasikan dengan asam sitrat dan germisida sebagai pengawet.

(21)

5 Selain sebagai penyedia sumber energi, larutan pengawet juga berfungsi untuk menggantikan air yang hilang karena proses transpirasi. Suyanti (2002) mengungkapkan bahwa, bahan-bahan yang dapat digunakan untuk larutan pengawet antara lain sukrosa, asam sitrat, perak nitrat, sodium metabisulfit, sodium benzoat, hydro quinolin citrate, aluminium sulfat, etanol, crysal, dan physan.

Karbohidrat terutama gula merupakan sumber nutrisi utama dan energi bagi bunga potong yang digunakan untuk menjalankan proses metabolisme (Halevy dan Mayak, 1981). Namun, penggunaan gula pada larutan pengawet menjadi media yang baik bagi mikroorganisme dan dapat menghambat penyerapan air dan nutrisi sehingga diperlukan bahan tambahan yang berfungsi sebagai germisida.

Asam sitrat berfungsi untuk menurunkan pH larutan dan bersifat antibiotik. Selain itu, asam sitrat juga berperan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyerapan larutan pengawet pada bunga potong (Yulianingsih dan Amiarsi, 2004). Larutan asam dengan pH 3,5 lebih mudah diserap oleh tangkai bunga untuk menggantikan air yang hilang akibat transpirasi sehingga kesegaran bunga tetap terjaga (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura, 2011).

Kehadiran mikroorganisme atau jasad renik dapat disebabkan karena penggunaan gula sebagai komposisi dalam larutan pengawet, juga dapat disebabkan karena air yang digunakan tidak steril sebagai pencampur larutan pengawet.

Mikro-organisme yang ada di dalam larutan pengawet akan menghambat penyerapan larutan oleh tangkai bunga sehingga bunga cepat layu. Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan pemberian germisida. Yulianingsih, Amiarsi, dan Sabari

(22)

6 (2006) menyatakan bahwa, germisida yang dapat digunakan berupa perak nitrat, hidroquinon, silver thiosulfat, dan aluminium sulfat, dan menurut Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura (2011) sodium hipoklorit juga dapat digunakan sebagai germisida.

Pada larutan pulsing, konsentrasi nutrisi yang diberikan lebih tinggi dengan waktu perendaman bunga yang singkat. Pada larutan holding, konsentrasi nutrisi yang diberikan lebih rendah dengan waktu perendaman bunga lebih lama. Hal ini didukung oleh penelitian Amiarsi dan Sunarmani (2011) menyatakan bahwa, penambahan 200 ppm AgNO3+ 15% sukrosa pada larutan pulsing yang direndam selama 2 jam dapat memperpanjang vase life bunga potong sedap malam 3 hari lebih lama dibandingkan kontrol, yaitu mencapai 6,49 hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Talukdar dan Barooah (2012) menunjukkan bahwa, penggunaan 4% sukrosa + 2% asam sitrat + 20 ppm AgNO3mampu meningkatkan vase life bunga sedap malam cv. Calculatta Double pada suhu ruang 26−35oC hingga ± 10 hari. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ahyana, Sedijani, dan Citra (2015) menyatakan bahwa, penambahan sukrosa 2% mampu mempertahankan kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum sp.) selama rata-rata 8,50 hari. Selain itu, Anjum, Naveed, Shakeel, dan Amin (2001)

mengungkapkan, penggunaan 50 ppm AgNO3mampu memperpanjang kesegaran bunga potong sedap malam selama 8 hari.

Bahan-bahan penyusun larutan pengawet seperti asam sitrat dan perak nitrat (AgNO3) ternyata memiliki kekurangan, antara lain mahal, tidak dijual bebas di pasar, dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Hidayah, Asyiah,

(23)

7 dan Hariani, 2012). Oleh karena itu, diperlukan bahan alternatif yang murah, mudah didapatkan, dan lebih aman untuk digunakan.

Bahan-bahan kimia yang murah dan mudah didapat untuk dijadikan alternatif pada larutan pengawet antara lain vitamin C sebagai pengganti asam sitrat dan klorok yang terkandung dalam bayclin sebagai pengganti perak nitrat. Vitamin C adalah bahan yang bersifat asam dan dapat menurunkan pH larutan. Namun, penggunaan dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan tekanan osmotik cairan di luar sel lebih besar daripada di dalam sel sehingga terjadi plasmolisis (Arisanti dan Setiari, 2012). Sementara itu, klorin adalah bahan kimia sebagai pembunuh kuman (Sinuhaji, 2009). NaClO pada bayclin merupakan bahan pemutih yang digunakan sebagai desinfektan dan sebagai penghilang bau (Avivi, 2005). Selain itu, bahan alami yang murah dan mudah didapat untuk dijadikan alternatif pengganti perak nitrat adalah rebusan daun sirih karena ramah

lingkungan dan tidak meninggalkan residu.

1.4 Kerangka Pemikiran

Pemanenan bunga potong harus tepat waktu dan cara, karena akan mempengaruhi kualitas bunga potong yang dihasilkan, sedangkan untuk mempertahankan

kesegaran bunga potong diperlukan penanganan pascapanen yang tepat. Pemberian larutan pengawet dapat memperpanjang vase life bunga potong. Larutan pengawet berfungsi sebagai penyedia sumber energi, serta menggantikan air yang hilang karena proses transpirasi.

(24)

8 Larutan pengawet dapat berupa pulsing dan holding yang mengandung sumber energi dikombinasikan dengan asam sitrat dan germisida sebagai pengawet. Pemberian larutan pulsing bertujuan untuk menggantikan air yang hilang akibat proses transpirasi segera setelah panen sehingga dapat menjaga kesegaran bunga potong. Pemberian larutan holding bertujuan untuk memperpanjang vase life bunga potong selama peragaan.

Gula merupakan sumber energi yang utama bagi bunga potong untuk menjalankan proses metabolisme. Asam sitrat menghasilkan larutan dengan pH 3,5 yang dapat menghambat tumbuhnya mikroba sehingga mempercepat penyerapan larutan. Penggunaan germisida pada larutan pengawet bertujuan untuk mengendalikan mikroorganisme. Penggunaan sukrosa, asam sitrat, perak nitrat, sodium metabisulfit, sodium benzoat, hydro quinolin citrate, aluminium sulfat, etanol, crysal, dan physan sebagai larutan pengawet dapat memperpanjang vase life bunga potong. Namun, bahan-bahan tersebut tidak banyak beredar di pasar dan juga memiliki harga yang relatif mahal. Oleh karena itu, diperlukan bahan

alternatif yang murah, mudah didapat, dan efektif untuk digunakan sebagai larutan pengawet.

Bahan alternatif yang dapat digunakan yaitu vitamin C (asam askorbat) untuk menggantikan asam sitrat dan klorok yang terkandung dalam bayclin untuk menggantikan perak nitrat (AgNO3). Penggunaan vitamin C bertujuan sebagai penurun pH yang bersifat asam. Penggunaan klorin bertujuan sebagai desinfektan yang efektif membunuh kuman. Kedua bahan tersebut mudah didapatkan di pasar dengan harga yang terjangkau. Penggunaan vitamin C dan bayclin sebagai bahan

(25)

9 alternatif pada larutan pengawet diharapkan dapat memperpanjang vase life bunga potong selama masa peragaan. Selain bahan-bahan kimia tersebut, bahan alami yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah rebusan daun sirih untuk

menggantikan perak nitrat.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini sebagai berikut.

1. Pemberian larutan pulsing dengan sukrosa 15% dapat mempertahankan masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’.

2. Jenis larutan holding terbaik komposisi air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm + NaClO 20 ppm dapat memperpanjang masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’.

3. Pengaruh larutan holding terhadap masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’dipengaruhi oleh penggunaan larutan pulsing.

(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sedap Malam

Sedap malam (Polianthes tuberose L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang berasal dari Meksiko. Sedap malam diklasifikasikan sebagai berikut (Suryani, 1999). Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Amaryllidales

Famili : Amaryllidaceae atau Liliaceae Genus : Polianthes

Spesies : Polianthes tuberose L.

Sedap malam mampu hidup di dataran rendah dengan ketinggian 20300 m di atas permukaan laut (dpl). Tanah yang baik yaitu jenis tanah andosol dengan pH 5,5–6,9 yang kaya bahan organik. Kondisi suhu yang dikehendaki 13o–17oC, curah hujan 1.100–2600 mm/tahun dengan 45 bulan kering, dan membutuhkan

(27)

11 Secara morfologi tanaman sedap malam terdiri atas akar, batang (discus), umbi (batang semu), daun, tangkai bunga, dan kuntum bunga. Akar sedap malam bersifat serabut yang keluar dari batang sebenarnya (discus). Umbi sedap malam berfungsi sebagai tempat cadangan makanan, sekaligus sebagai bahan perbanyak-an secara vegetatif. Daun tperbanyak-anamperbanyak-an sedap malam berwarna hijau mengkilap pada permukaan bagian atas dan berwarna hijau muda pada permukaan bagian bawah, berbentuk pipih dan panjang, serta pada ujung daun terdapat bintik kemerah-merahan. Bunga sedap malam berwarna putih bersih dan mengeluarkan bau yang harum (Sugiartini, 2012). Penampilan bunga sedap malam kultivar‛Wonotirto’

disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bunga sedap malam kultivar‛Wonotirto’.

Tanaman sedap malam berbunga pada umur 115284 hari setelah tanam.

Pemanenan bunga sedap malam sebagai bunga potong dapat dilakukan ketika 12 kuntum terbawah telah mekar. Cara panen bunga potong sedap malam dengan mencabut atau memotong tangkai bunga. Bunga sedap malam kualitas baik apabila sepertiga kuntum bunga telah mekar pada setiap malainya (Suyanti, 2002).

(28)

12 Susunan bunga sedap malam terbagi menjadi tiga jenis, yaitu tunggal (petal

selapis), ganda (petal berlapis), dan bunga semiganda. Bunga jenis tunggal banyak dibudidayakan di Jawa Timur, sedangkan bunga jenis ganda banyak dibudidayakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat (Suyanti, 2002). Bunga jenis tunggal banyak dimanfaatkan minyaknya sebagai sumber untuk pewangi atau parfum, sedangkan bunga jenis ganda yang sering dijadikan sebagai bunga potong (Suryani, 1999). Perbedaan karakteristik masa kesegaran bunga potong di sentra produksi bunga potong sedap malam di Jawa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Masa kesegaran bunga potong sedap malam di sentra produksi di Jawa Karakteristik Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Masa kesegaran suhu AC

(18o23oC, hari)

5,3±0,5 5,2±0,8 5,8±2,9

Masa kesegaran suhu ruang (25o30oC, hari)

4,1±1,9 4,4±0,1 5,0±2,8

Sumber: Sunarmani dan Amiarsi (2011).

Kondisi fisik bunga potong sedap malam akan mempengaruhi mutu bunga yang akan dipasarkan, salah satunya yaitu panjang tangkai bunga. Menurut Suyanti (2002), terdapat lima kelas mutu bunga sedap malam berdasarkan panjang tangkai bunga antara lain kelas super, kelas panjang, kelas sedang, kelas pendek, dan kelas mini. Kelas super apabila panjang tangkai bunga berukuran >95 cm. Kelas panjang apabila panjang tangkai bunga berukuran 75–90 cm. Kelas medium apabila panjang tangkai bunga berukuran 60–74 cm. Kelas pendek apabila panjang tangkai bunga berukuran 50–59 cm. Kelas mini apabila panjang tangkai bunga berukuran 30–49 cm.

(29)

13 2.2 Larutan Pengawet Bunga Potong

Metabolisme bunga potong tetap berlangsung meskipun sudah terpisah dari induknya, sehingga hanya memanfaatkan cadangan air dan nutrisi pada bunga potong. Oleh karena itu, diperlukan penambahan larutan pengawet yang

mengandung energi dan nutrisi. Larutan pengawet adalah larutan yang digunakan untuk mencelupkan tangkai bunga segera setelah panen hingga selama masa peragaan. Tujuan penggunaan larutan pengawet adalah memperpanjang masa kesegaran bunga, serta menggantikan air yang hilang karena proses transpirasi. Febriana (1997) mengungkapkan, penyusun larutan pengawet terdiri dari sumber energi, penurun pH, biosida, dan senyawa antietilen.

Penggunaan larutan pengawet pada bunga potong dikenal dengan istilah pulsing (larutan perendam) dan holding (larutan peraga). Larutan pulsing digunakan untuk merendam tangkai bunga segera setelah panen, biasanya dilakukan sebelum dilakukan pengemasan yaitu pada saat pengangkutan dari tempat pemanenan hingga ke tempat peragaan. Larutan holding digunakan untuk merendam tangkai bunga selama masa peragaan hingga sampai ke tangan konsumen (Suyanti, 2002).

Perbedaan larutan pengawet untuk pulsing dan holding terletak pada konsentrasi bahan penyusun dan waktu perendaman. Pada larutan pulsing digunakan

konsentrasi yang tinggi dengan waktu perendaman yang singkat, sedangkan pada larutan holding digunakan konsentrasi yang lebih rendah dengan waktu

perendaman yang lebih lama (Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura,2011). Formula larutan pengawet untuk pulsing dan holding yang dapat dijadikan pedoman dapat dilihat pada Tabel 2.

(30)

14 Tabel 2. Beberapa formula pengawet larutan pulsing dan holding untuk bunga

potong sedap malam

Jenis larutan Konsentrasi sukrosa (%) Lama perendaman (jam) Pengawet Daya simpan (hari) Jenis Konsentrasi Pulsing 15 2 AgNO3 200 ppm 6 Holding 6 Selama peragaan AgNO3 50 ppm 7 Holding 6 Selama peragaan SMB Asam sitrat 200 ppm 500 ppm 12 Holding 4 4 4 4 4 Selama peragaan Physan Crysal Hydro quinon Sodium-benzoat AlSO4 200 ppm 7 6 8 7 6 Holding 6 Selama peragaan Etanol 1 % 8 Pulsing 15 2 Sodium benzoat 200 ppm 7

Sumber : Suyanti et al. (1999); Suyanti dan Murtiningsih (1999); Sunarmani et al. (1997); Sunarmani dan Suyanti (1998); Suyanti et al.(1997) dalam Suyanti (2002).

Larutan pengawet mengandung sumber energi berupa sukrosa, penurun pH berupa asam sitrat, dan bakterisida berupa perak nitrat. Sukrosa berperan sebagai bahan baku respirasi yang menghasilkan energi, selanjutnya akan digunakan dalam proses kehidupan sehingga memperpanjang masa kesegaran bunga (Wiraatmaja, Astawa, dan Devianitri, 2007). Sukrosa memiliki bentuk molekul yang paling efisien, artinya molekul tersebut siap dipakai untuk tanaman dan mudah untuk ditransformasikan dalam sel-sel tanaman (Adi, 2012). Pemberian sukrosa 5% dapat membantu proses pemekaran bunga mulai dari kuncup hingga mekar

(31)

15 sempurna selama masa peragaan (Yuniati dan Alwi, 2011). Namun, penggunaan sukrosa pada larutan pengawet menjadi media yang baik bagi mikroorganisme untuk tumbuh sehingga dapat menghambat penyerapan air dan nutrisi yang diperlukan oleh bunga potong untuk mempertahankan kesegarannya (Yulianingsih, Amiarsi, dan Sabari, 2006).

Asam sitrat berperan sebagai antibiotik yang dapat menghambat perkembang-biakan mikroorganisme (Wiraatmaja, Astawa, dan Devianitri, 2007). Selain itu, asam sitrat berperan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penyerapan larutan pengawet pada bunga potong (Yulianingsih dan Amiarsi, 2004). Asam sitrat mampu menjaga keseimbangan pH air dan mencegah penyumbatan tangkai (Asmarani, 2002). Larutan yang bersifat asam dengan pH 3,5 dapat menghambat tumbuhnya mikroba sehingga dapat mempercepat penyerapan air dan nutrisi serta mempertahankan kesegarannya (Direktorat Budidaya dan Pascapanen

Florikultura, 2011).

Perak nitrat (AgNO3) berfungsi sebagai germisida yang mampu membunuh mikroorganisme penyebab busuk tangkai (Riyanto, 2010). Bakterisida mampu melindungi bunga dari bakteri yang menutupi pangkal pendunkulus bunga

sehingga proses respirasi dan transpirasi berjalan lancar (Yuniati dan Alwi, 2011). Perak nitrat mampu meningkatkan vase life dengan mengurangi penyumbatan tangkai bunga oleh bakteri dan juga berperan sebagai anti etilen (Dewi, 2003). Namun, penggunaan perak nitrat memiliki beberapa kendala antara lain tergolong mahal, tidak dijual bebas di pasar, dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Hidayah, Asyiah, Hariani, 2012). Perak nitrat juga bersifat racun dan

(32)

16 korosif, oleh sebab itu penggunaannya dalam dosis yang sangat kecil (Putri, 2015).

2.3 Bahan Alternatif untuk Larutan Pengawet Bunga Potong

Bahan-bahan yang digunakan untuk larutan pengawet yaitu asam sitrat dan perak nitrat (AgNO3). Namun, kedua bahan tersebut sulit didapatkan di pasar dan relatif mahal. Selain itu, perak nitrat bersifat racun (Putri, 2015) dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan (Hidayah dkk., 2012) sehingga penggunaanya kurang efisien. Masalah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan bahan

alternatif yang murah, mudah didapat, dan efektif untuk digunakan.

Bahan alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan asam sitrat adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C adalah bahan yang bersifat asam dan dapat menurunkan pH larutan. Namun, penggunaan dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan tekanan osmotik cairan di luar sel lebih besar daripada di dalam sel sehingga terjadi plasmolisis (Arisanti dan Setiari, 2012).

Bahan kimia alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan perak nitrat (AgNO3) adalah klorok yang terkandung dalam bayclin. Klorin adalah bahan kimia sebagai pembunuh kuman (Sinuhaji, 2009). Bahan penyusun bayclin yaitu 5,25% NaClO merupakan bahan pemutih yang biasa digunakan sebagai

desinfektan dan sebagai penghilang bau (Avivi, 2005). Selain itu, bahan alami yang dapat dijadikan alternatif untuk menggantikan perak nitrat adalah rebusan daun sirih. Penggunaan daun sirih lebih ekonomis, aman dan tidak meninggalkan residu. Berbagai macam senyawa yang terkandung dalam rebusan daun sirih

(33)

17 dapat berfungsi sebagai bakterisida dan antifungi (Hidayah, Asyiah, Hariani, 2012). Salah satu senyawa daun sirih yang memiliki daya antimikroba dan analgesik adalah kavikol (Putri, 2015). Bahan-bahan alternatif tersebut diharapkan bisa menjadi referensi bagi pelaku usaha bunga potong dalam memperpanjang masa kesegaran bunga potong.

(34)

18

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Fakultas Pertanian Universitas Lampung dengan suhu ruang 2930o

C pada November 2015.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’yang dipanen langsung dari petani Desa Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, sukrosa (gula), perak nitrat (AgNO3), asam sitrat (teknis), vitamin C, bayclin (5,25% NaClO), dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, gelas ukur 100 ml, gelas piala 1000 ml, ember, pengaduk, botol plastik, meteran, rak kayu, tali rapia, botol bening (sebagai vas), gabus, cutter, kertas label, kamera, alat tulis dan pH meter.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2x5 diulang sebanyak 3 kali. Setiap satuan percobaan terdiri atas dua sampel. Pengelompokkan berdasarkan panjang floret bunga potong sedap malam, yaitu

(35)

19 kelompok 1 dengan panjang floret <20 cm, kelompok 2 dengan panjang floret 21-25 cm, dan kelompok 3 dengan panjang floret >21-25 cm.

Faktor pertama adalah larutan perendam (pulsing) (P), meliputi. p0: Larutan tanpa sukrosa

p1: Larutan sukrosa (15%)

Faktor kedua adalah jenis larutan peraga (holding) (H), meliputi. h0: Air (kontrol)

h1: Air + Sukrosa 4% + Asam sitrat 2% + AgNO320 ppm h2: Air + Sukrosa 4% + Vitamin C 50 ppm + AgNO320 ppm h3: Air + Sukrosa 4% + Asam Sitrat 2% + NaClO 20 ppm h4: Air + Sukrosa 4% + Vitamin C 50 ppm + NaClO 20 ppm

Tabel 3. Kombinasi perlakuan No Kombinasi Perlakuan 1. p0h0 2. p0h1 3. p0h2 4. p0h3 5. p0h4 6. p1h0 7. p1h1 8. p1h2 9. p1h3 10. p1h4

Homogenitas keragaman diuji dengan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji dengan uji Tukey. Kemudian data dianalisis dengan sidik ragam. Jika hasil pengujian berpengaruh nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji BNT. Setiap pengujian dilakukan pada taraf 5%.

(36)

20 3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pemilihan bunga potong

Bunga yang akan digunakan adalah bunga sedap malam yang sudah siap panen dengan ciri-ciri antara lain, telah mekar 12 kuntum bunga terbawah, bertangkai lurus, utuh, sehat, dan tidak cacat. Bunga dipanen pada pagi hari di lahan petani yang terletak di Desa Wonoharjo, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus.

3.4.2 Pemanenan

Pemanenan bunga sedap malam dilakukan pukul 78 pagi. Cara panen bunga sedap malam yaitu dengan mengklik atau ditarik dekat pangkal tangkai untuk menghindari terjadinya emboli.

3.4.3 Pengemasan bunga

Tangkai bunga yang sudah dipanen kemudian diukur sama panjang berukuran 70 cm. Bunga yang memiliki panjang tangkai lebih dari 70 cm dipotong untuk mendapatkan panjang tangkai bunga yang seragam. Floret bunga lalu dibungkus menggunakan plastik/koran untuk mengurangi gesekan antarbunga, bagian tangkai bunga direndam dalam larutan pulsing dengan dan tanpa sukrosa 15%.

3.4.4 Perendaman larutan pulsing

Tangkai bunga yang akan diberi perlakuan, kemudian direndam dalam larutan pulsing dengan dan tanpa sukrosa 15%. Larutan pulsing tanpa sukrosa 15% yang

(37)

21 digunakan yaitu air, sedangkan larutan pulsing sukrosa 15% yang digunakan yaitu terdiri dari 150 g gula dan 1 liter air.

3.4.5 Pengangkutan

Pengangkutan bunga dari lokasi panen menuju tempat penelitian dengan menggunakan kendaraan ber-AC selama ± 2 jam, sementara itu tangkai bunga tetap direndam dalam larutan pulsing dengan dan tanpa sukrosa 15%.

3.4.6 Pembuatan larutan holding

Bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat larutan holding dipersiapkan dan ditimbang sesuai kebutuhan masing-masing perlakuan, kemudian bahan tersebut dicampur satu persatu dan diaduk sampai rata. Larutan yang sudah siap digunakan dimasukkan ke dalam botol vas sebanyak 300 ml, kemudian diberi label sesuai perlakuan. Cara membuat larutan holding dapat dilihat pada Lampiran.

3.4.7 Perendaman larutan holding

Botol vas bunga yang telah diisi larutan holding sebanyak 300 ml ditutup menggunakan gabus untuk mengurangi penguapan. Bagian tengah gabus diberi lubang sebagai tempat masuknya tangkai bunga yang akan direndam.

Perendaman tangkai bunga selama masa peragaan dalam suhu ruang 2930o C.

3.4.8 Pemotongan tangkai bunga

(38)

22 mengurangi terjadinya pembusukan pada ujung tangkai bunga yang direndam dalam larutan.

3.5 Pengamatan

3.5.1 Pengamatan awal

Sebelum bunga potong diberi perlakuan, terlebih dahulu diamati bobot basah bunga, panjang tangkai bunga, panjang floret, dan jumlah bunga yang sudah mekar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman bunga dan memudahkan dalam pengelompokkan.

a) Bobot basah bunga

Pengamatan bobot basah bunga dilakukan dengan cara menimbang seluruh bagian bunga potong sebelum diberi perlakuan.

b) Panjang tangkai bunga

Pengamatan panjang tangkai bunga dilakukan dengan cara mengukur seluruh bagian tangkai bunga mulai dari pangkal tangkai bunga hingga ujung bunga terakhir dengan menggunakan meteran.

c) Panjang floret

Pengamatan panjang floret dilakukan dengan cara mengukur seluruh kuntum bunga dalam satu tangkai dengan menggunakan meteran.

d) Jumlah bunga yang sudah mekar

Pengamatan jumlah bunga yang sudah mekar dilakukan dengan cara menghitung seluruh kuntum bunga yang sudah mekar.

(39)

23 3.5.2 Pengamatan akhir

Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain. a) Jumlah total bunga mekar

Pengamatan jumlah total bunga mekar dilakukan dengan cara menghitung seluruh bunga yang telah mekar ditandai dengan mahkota bunga membentuk sudut 90oterhadap garis vertikal.

b) Jumlah total bunga layu

Pengamatan jumlah total bunga layu dilakukan dengan cara menghitung seluruh bunga yang mengalami kelayuan. Bunga layu ditandai dengan warna mahkota bunga mulai berubah kecoklatan hingga mengering, dan terkulainya bunga yang belum mekar.

c) Jumlah total bunga rontok

Pengamatan jumlah total bunga rontok dilakukan dengan cara menghitung seluruh bunga yang rontok, baik yang masih kuncup ataupun yang sudah mekar.

d) Jumlah total bunga layu dan rontok

Pengamatan jumlah total bunga layu dan rontok dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh bunga yang mengalami layu dan rontok.

e) Masa kesegaran (vase life) bunga

Pengamatan masa kesegaran bunga dihitung mulai dari bunga dipanen hingga kondisi lebih dari 50% bagian floret mengalami layu dan rontok.

(40)

37

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1) Pemberian larutan pulsing tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua variabel pengamatan bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’.

2) Jenis larutan holding komposisi air + sukrosa 4% + vitamin C 50 ppm + NaClO 20 ppm menghasilkan rata-rata vase life bunga potong selama 8,67 hari, sama baiknya dengan komposisi air + sukrosa 4% + asam sitrat 2% + AgNO320 ppm selama 8,33 hari.

3) Pengaruh larutan holding terhadap masa kesegaran bunga potong sedap malam kultivar‛Wonotirto’tidak dipengaruhi oleh penggunaan larutan pulsing.

5.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan alami yang dapat dijadikan alternatif, yaitu daun sirih untuk menggantikan perak nitrat dengan konsentrasi yang tepat sebagai komposisi larutan pengawet untuk memperpanjang vase life bunga potong sedap malam.

(41)

38

DAFTAR PUSTAKA

Adi, M. M. 2012. Pengaruh pemberian larutan air kelapa (Cocos nucifera) dengan penambahan larutan gula terhadap kesegaran bunga mawar potong (Rosa hybrida). (Skripsi). Universitas Muhammadiyah Surakarta. 14 hlm. Ahyana, B. N. Haeri, P. Sedijani, dan D. A. Citra Rasmi. 2015. Efek gula

terhadap kesegaran bunga potong Chrysanthemum sp. Studi Empiris. Universitas Mataram. 17 hlm.

Amiarsi, D. dan Sunarmani. 2011. Penggunaan larutan perendam pulsing untuk mempertahankan kesegaran bunga sedap malam dalam suhu ruang. Prosiding Seminar Nasional Florikultura Bogor. 189198.

Anjum, M. A., F. Naveed., F. Shakeel, and S. Amin. 2001. Effect of some chemical on keeping quality and vase life of tuberose (Polianthes tuberose L.) cut flowers. J. Of Reasearch (Science).12 (1): 17. Arisanti, D. dan N. Setiari. 2012. Pengaruh pemberian vitamin c (asam

askorbat) terhadap kesegaran bunga krisan (Chrysanthemum sp.) pada kawasan sentra penghasil di Desa Ngasem, Kecamatan Jetis, Bandungan, Jawa Tengah. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 20 (1): 3746.

Asmarani, D. I. 2002. Penentuan komposisi larutan holding untuk bunga potong pink ginger (Alpinia purpurata). (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 100 hlm. Avivi, S. 2005. Pengaruh perlakuan sortasi, natrium hipoklorit, dan fungisida

pada kacang tanah untuk mengeliminasi kontaminasi Aspergillus flavus. J. HPT Tropika. 5 (1): 5865.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Florikultura (Hias). http://www.bps.go.id/. Diakses pada tanggal 14 Januari 2016.

Balai Penelitian Tanaman Hias. 2009. Ragam Bunga Sedap Malam. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 31 (5): 1012.

Deskripsi Sedap Malam Varietas Wonotirto.

http://varitas.net/dbvarietas/varimage/Sedap%20Malam%20Wonotirto.pdf Diakses pada 18 Mei 2016.

(42)

39 Dewi, A. P. 2003. Pengaruh pemberian larutan pulsing dan holding terhadap umur kesegaran bunga potong pink ginger (Alpinia purpurata). (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 71 hlm.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Florikultura. 2011. Pedoman Penanganan Pascapanen Bunga Potong Krisan. Kementerian Pertanian. 37 hlm. Febriana, M. 1997. Pengaruh larutan pengawet terhadap pasca panen bunga

potong krisan (Chrysanthemum morifolium Ramat) varietas daytona dan fun shine. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 67 hlm.

Halevy, A. H. and S. Mayak. 1981. Senescence and postharvest physiology of cut flower, part 2. J. Hort. Rev. 3: 39143.

Hidayah, A. F. Dilla Sofa, I. N. Asyiah, dan S. A. Hariani. 2012. Pengaruh rebusan daun sirih (Piper betle) pada larutan perendam terhadap kesegaran bunga potong krisan (Chrysanthemum indicum L.) dan pemanfaatannya sebagai karya ilmiah populer. Unej Jurnal. XXXXXXXXX I (1): 15.

Prahardini, P. E. R. 2006. Teknologi Produksi Bunga Sedap Malam. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Timur. Info Teknologi Pertanian 52: 18.

Putri, Y. R. 2015. Pemberian ekstrak rebusan daun sirih sebagai pengganti perak nitrat dalam larutan pengawet bunga potongDendrobium ‘Sonia’. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 37 hlm.

Riyanto. 2010. Pengawetan bunga potong sedap malam dengan larutan perak nitrat. J. Agrisains. 46–53.

Siagian, N. A. 2012. Pengaruh pemupukan P dan K terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan

utama. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 51 hlm.

Sinuhaji, D. S. 2009. Perbedaan kandungan klorin (Cl2) pada beras sebelum dan sesudah dimasak tahun 2009. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara. 61 hlm. Sugiartini, E. 2012. Induksi pertunasan pada umbi tanaman sedap malam

(Polianthes tuberosa L.) dengan pengasapan dan aplikasi zat pengatur tumbuh. (Thesis). Institut Pertanian Bogor. 87 hlm.

Sunarmani dan D. Amiarsi. 2011. Karakteristik mutu dan ketahanan simpan bunga potong sedap malam di sentra produksi. J. Horti. 21(2): 191196. Suryani, M. 1999. Kajian proses produksi minyak atsiri bunga sedap malam

tunggal (Polianthes tuberosa var Gracilis) dengan metode enfleurasi. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. 122 hlm.

(43)

40 Suyanti. 2002. Teknologi pascapanen bunga sedap malam. J. Litbang Pertanian.

21 (1): 2431.

Talukdar, M.C. and L. Barooah. 2012. Effect of pulsing and different holding solutions on flower quality and vase life of tuberose (Polianthes

tuberose Linn.) cv. Calculatta double. Indian Journal of Hill Farming. 24 (1): 3133.

Tisnawati. 2007. Karakterisasi bunga sedap malam (Polianthes tuberose) asal Pasuruan, Jawa Timur. Buletin Teknik Pertanian. 12 (1): 2426.

Yulianingsih dan D. Amiarsi. 2004. Pengaruh larutan kimia untuk

mempertahankan kesegaran bunga mawar potong. Prosiding Seminar Nasional Florikultura Bogor. 45 Agustus: 380385.

Yulianingsih, D. Amiarsi, dan S. Sabari. 2006. Pengaruh larutan pulsing untuk bunga potong alpinia. J. Hort. 16 (3): 253257.

Yuniati, E. dan M. Alwi. 2011. Pengaruh konsentrasi larutan sukrosa dan waktu perendaman terhadap kesegaran bunga potong oleander (Nerium oleander L.). J. Biocelebes 5 (1): 7181.

Wiraatmaja, I. W., I. N. G. Astawa, dan N. N. Devianitri. 2007. Memperpanjang kesegaran bunga potong krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev.) dengan larutan perendam sukrosa dan asam sitrat. Agritrop. 26 (3): 129–135.

Gambar

Gambar 1.  Bunga sedap malam kultivar ‛Wonotirto’.
Tabel 1. Masa kesegaran bunga potong sedap malam di sentra produksi di Jawa
Tabel 3.  Kombinasi perlakuan

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Status sosial ekonomi menunjukan ketidaksetaraan tertentu, dimana anggota masyarakat memiliki pekerjaan yang bervariasi prestasinya, dan beberapa individu memiliki

andersoni yang ditemukan adalah 311 ekor, sebagian besar ditemukan pada usus (82,96%), sisanya pada lambung dan cecum dengan jumlah cacing per individu inang adalah 1-66.. Jenis

Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) di Desa Pulau Sapi Kecamatan Mentarang Induk Kabupaten Malinau pada kegiatan yang mencakup

menunjukkan bahwa keragaman variabel keputusan mengunjungi mampu dijelaskan oleh model secara keseluruhan sebesar 95,8%, atau dengan kata lain kontribusi variabel atribut

Siak Ijazah tidak dilegalisir 95 15316022010269 AHMAD THABRANI SDN 009 NONGSA Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Kota Batam Foto tidak ada 96 15316002711017 HELNAWATI SDS IBNU SINA

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi istilah asing bidang perkomputeran yang paling dikenal oleh kalangan mahasiswa di Kota Surakarta, (2)

selection and a case studi for istanbul. Hospital side selection using fuzzy ahp and its derivatives. Sistem Pendukung Keputusan Model Fuzzy AHP Dalam Pemilihan Kualitas

~ Perancangan promosi dan pembangunan untuk Perancangan promosi dan pembangunan untuk tapak tersebut perlu mengambil kira budaya,.. tapak tersebut perlu mengambil