• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

311 TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 311—325 TINDAK TUTUR IRONI DAN KELAKAR DALAM ACARA RUMPI DI TRANSTV:

TINJAUAN PRAGMATIK

(Action of Ironi and Jokes in Rumpi Program in Transtv: A Pragmatic Review) Nanik Handayania & Dewi Qhuril Malasari Elyb

a,bIAIN AMBON

Jln.Dr. H. Tarmizi Taher, Kebun Cengkeh, Batu Merah Atas, Ambon Pos-el: nandategu@gmail.com

Diterima: 30 Oktober 2019; Direvisi: 6 November 2020; Disetujui: 1 Desember 2020 doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.166

Abstract

Gossip is an interesting thing to discuss. To obtain the required information, the presenter must be able to rhyme and joke so the program he was guiding will continue well. The purpose of this study was to describe the forms of irony and jokes in the Rumpi program on TransTV. This research used a descriptive qualitative method. The data source was a speech of the host and guest stars containing acts of irony and jokes. The data collection method used was the method of listening with note-taking techniques. The discussion’s result discoveredthe irony and joke acts on declarative hosts who often broke the award maximal. The acts of irony and jokes on guest stars were declaratively breaking the maximum quantity. The gap between irony and joke was when the speech spoken by a speaker could still be responded to by a speaker called Jokes.Orherwise, when the speech was not responded to by a speaker called ironic.

Keywords: Irony, Jokes, Rumpi TV program

Abstrak

Gosip merupakan hal yang menarik untuk dibahas. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, pembawa acara harus mampu untuk berironi dan berkelakar agar acara yang dipandunya tetap berlangsung dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk ironi dan kelakar dalam acara Rumpi di TransTV. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah tuturan dari pembawa acara dan bintang tamu yang mengandung tindak ironi dan kelakar. Metode penggumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat dan rekam. Hasil dari pembahasan penelitian ini adalah ditemukannya tindak tutur ironi dan kelakar pada pembawa acara yang bersifat deklaratif dan sering melanggar maksim penghargaan, sedangkan tindak ironi dan kelakar pada bintang tamu bersifat deklaratif yang melanggar maksin kuantitas. Adapun batasan antara ironi dan kelakar adalah bila tuturan yang diucapkan oleh penutur masih dapat ditanggapi oleh petutur, maka tuturan itu bersifat kelakar tetapi sebaliknya bila tuturan itu tidak respons oleh petutur maka tuturan itu bersifat ironi.

Kata-kata kunci: ironi, kelakar, acara rumpi PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi dalam masyarakat. Bahasa bersifat dinamis dan selalu berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran penggunanya. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari masyarakat karena masyarakat dan bahasa merupakan dua unsur yang saling melengkapi. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh

masyarakat untuk bekerja sama, mengidentifikasi diri dan berinteraksi.

Bahasa menjadi salah satu sarana komunikasi yang dapat digunakan secara lisan dan tulisan. Dalam kehidupan bermasyarakat, komunikasi dapat tercapai apabila ada proses interaksi antarpenutur dan mitra tutur. Untuk menyampaikan ide, pikiran, dan gagasan kepada orang lain, manusia memerlukan bahasa.

(2)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 311—325

312

Bahasa memiliki dua fungsi, yakni sebagai lambang bunyi dan alat komunikasi verbal serta sebagai lambang bunyi yang arbitrer. Bahasa digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001, hlm. 21). Dengan bahasa, manusia saling memahami dan mengerti antarsesama. Dalam berbahasa, kesantunan adalah hal yang perlu diperhatikan karena kesantunan berbahasa merupakan salah satu hal yang penting dalam komunikasi terhadap mitra tutur. Komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan proses komponen-komponen saling terkait. Para peserta komunikasi saling berinteraksi dan beraksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan (Suprarto, 2009, hlm. 7).

Dalam berkomunikasi, bercanda dan melucu merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan mengesampingkan prinsip-prinsip kesantunan. Berhumor merupakan sebuah wacana sering kali terbentuk karena adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip kesantunan. Padahal untuk menjadi hal yang lucu, kepemahaman dan penguasaan terhadap teori kesantunan menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai dan dipahami dalam hal memahami wacana humor. Humor sering dilakukan dengan cara penyimpangan prinsip-prinsip kesopanan yang berlaku.

Kesuksesaan dan keberhasilan suatu acara bergantung pembawa acaranya. Oleh karena itu, seorang pembawa acara yakni seseorang yang memiliki peran penting dalam keberhasilan acara yang dipandunya. Seorang pembawa acara harus mampu mengendalikan jalannya sebuah acara termasuk mengontrol dan memastikan bahwa kesantunan tetap terjaga selama jalannya acara. Untuk membangun suasana yang nyaman, seorang pembawa acara dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi dan keterampilan untuk membangun suasana yang nyaman bagi audiens atau bintang tamu agar tidak bosan atau jenuh.

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan salah syarat wajib yang harus dimiliki oleh pembawa acara. Keahlian membuat suasana menjadi santai, nyaman, dan bersahabat dengan memanfaatkan bahasa untuk berkomunikasi memiliki peran besar dalam keberhasilan acara tersebut. Pembawa acara harus mengetahui susunan acara yang dibawakannya, selain mengetahui hal-hal yang bersifat umum pada acara yang dipandunya. Pembawa acara juga harus mengetahui hal-hal yang bersifat khusus seperti latar belakang mengapa suatu acara disusun pada urutan tertentu, pandai mengatur waktu, akurat informasinya, mengenal nama, bahkan pangkat atau pun jabatan secara tepat. Semua aktivitas hiburan tersebut harus memiliki pemandu acara yang mampu berlaku sebagai penghibur (entertainer).

Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, seorang pembawa acara harus mampu memberikan penampilan yang memuaskan karena selain pembawa acara, juga mempuyai tugas lain, yakni memberi hiburan yang menyegarkan bagi khalayak. Keterampilan dan kemampuan mengolah bahasa yang dimiliki oleh seorang entertainer menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki untuk menjaga keberlangsungan acara yang dipandunya. Hal ini disebabkan oleh seorang entertainer memegang dua tugas sekaligus di dalam sebuah acara. Pertama, entertainer menjadi pembawa acara. Kedua, entertainer memiliki peran sebagai penghibur. Namun, apabila salah satu tugas tersebut tidak mampu dilaksanakan oleh seorang entertainer, acara yang sedang dipandu menjadi kaku. Berdasarkan kedua tugas tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan berkomunikasi dan menghibur sangat penting dikuasai dan dimiliki oleh seorang entertainer.

Acara program “Rumpi” yang disiarkan di TransTV juga memiliki peran yang sama dengan program infotaimen yang lain yaitu memberikan informasi hiburan,

(3)

Tindak Tutur Ironi dan Kelakar …. (Nanik Handayani & Dewi Qhuril Malasari Ely)

313 dan tontonan yang baik. Acara “Rumpi”

yang menghadirkan bintang tamu dan mengugkap sisi kehidupan dari bintang tamu tersebut sering juga menghadirkan bintang tamu yang misterius bagi bintang tamu yang lain. Seorang pembawa acara memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik. Pertanyaan yang dilontarkan pemandu acara kepada bintang tamu terkadang mengandung sindiran ataupun ejekan yang mendorong bintang tamu ataupun pembawa acara untuk berkelakar bahkan berironi dengan bintang tamu yang lainnya. Keberagaman berkelakar dan berironi mampu mengembangkan sebuah acara yang menyegarkan dan menarik bagi penikmatnya. Namun, pembawa acara harus dapat mengontrol ketika berkomunikasi agar tetap dalam koridor.

Sebagai sebuah acara talk show, tentu saja tuturan yang disampaikan bertujuan untuk memberikan informasi dan menghibur pemirsa terhadap tema yang dibahas. Namun tidak jarang ditemukan bentuk ironi dan kelakar dari tuturan antara pembawa acara dan bintang tamu, seperti tuturan berikut ini.

FR : kenapa teriak-teriak, mirip ondel-ondel ya, iya fakta ya. Ngak deng.

DC : Bibirmu jutek ya

FR : Biarin bibir gue jutek dari pada muka gue yang jutek.

DC: aku nggak kenal dia, kalau dia pernah ku undang di talk show ku pasti aku kenal dia.

FR : dalem ya dia, judesan siapa dia apa goe.

Pada percakapan antara DC dan FR di atas menunjukkan bentuk kelakar dan ironi. Hal tersebut dapat dilihat pada “kalimat kenapa teriak-teriak, mirip ondel-ondel ya, iya fakta ya. Ngak deng”. Pada kalimat tersebut merupakan bentuk kelakar yang ditutukan oleh FR terhadap DC, dengan mengatakan DC mirip dengan ondel-odel. Seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (2009, hlm. 87), kelakar adalah senda gurau,

percakapan untuk olok-olok (lelucon dan sebagainya).

Dalam acara talk show seperti Rumpi tuturan yang mengandung bentuk kelakar dan ironi merupakan bentuk tuturan yang yang dituturkan oleh pembawa acara maupun bintang tamu. Kelakar dan ironi dituturkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dan untuk menyela pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara. Dalam acara talk show, untuk menghindari konflik, pembawa acara harus berkelakar dan berironi walaupun dapat menyudutkan dan merugikan bintang tamu.

Dalam pembahasan tulisan ini, akan dideskripsikan bentuk dan faktor-faktor yang memengaruhi munculnya tuturan ironi dan kelakar dalam acara “Rumpi” di TransTV.

LANDASAN TEORI

Kajian teori bertujuan untuk menjadi dasar pikir dalam melakukan analisis terkait konteks sosial yang diteliti. Penelitian tentang kesantunan, khususnya ironi dan kelakar.

Berikut ini dipaparkan penelitian yang relevan untuk membandingkan penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang saat ini dilakukan agar mengetahui persamaan dan perbedaan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Setyo Nugroho (2014) berjudul “Tindak Kelakar dan Ironi Pada Pemandu Acara Televisi”. Kajian Pragmatik diperoleh tiga hasil, yaitu 1) tindak kelakar ilokusi tidak santun asertif digunakan oleh pemandu acara pada saat memandu acara, 2) tindak ironi perlokusi santun direktif digunakan oleh pemandu acara pada saat memandu acara, 3) temuan/hasil penelitian dapat diimplementasikan sebagai bahan ajar MPBSI di SMP/MTs kelas VII pada Kompetensi Inti 1,2,3 dan 4 pada KD 2.3 dan 4.2. Hal ini dipengaruhi oleh konteks situasi pada saat pembawa acara memandu acara terjadinya komunikasi antara

(4)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 311—325

314

pemandu acara dengan pemandu acara yang lain dan penonton yang ada di studio.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nugroho, yaitu sama-sama tentang kesantunan. Perbedaannya, penelitian Nugroho meneliti tentang tindak kelakar dan ironi pada pemandu acara televisi, sedangkan penelitian ini tentang kesantunan ironi dan kelakar pada acara “Rumpi”. Pada acara “Rumpi”, narasumber ditanya langung mengenai berita yang beredar dan harus dijawab secara langsung oleh narasumber secara jelas dan tuntas. Rahardi (2005, hlm. 87) dalam buku yang berjudul “Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia” menjelaskan perihal pragmatik imperatif bahasa Indonesia. Rahardi melakukan penelitian untuk mengetahui hakikat tuturan bahasa Indonesia. Rahardi menemukan bahwa imperatif dalam bahasa Indonesia memiliki dua macam perwujudan. Rahardi (2005, hlm. 87--116) menyatakan ada terdapat dua macam perwujudan tersebut, yakni (1) wujud formal imperatif, (2) wujud pragmatik imperatif. Secara formal, dalam imperatif bahasa Indonesia meliputi (1) imperatif aktif dan (2) imperatif pasif. Secara pragmatik imperatif bahasa Indonesia mengandung makna pragmatik perintah, suruhan, permintaan, permohonan, desakan, bujukan, imbauan, persilakan, ajakan, permintaan izin, mengizinkan, larangan harapan, umpatan, pemberian, ucapan selamat, anjuran. Selain itu, kesantunan pemakaian tuturan imperatif bahasa Indonesia mencakup dua perwujudan, yakni kesantunan linguistik dan kesantunan pragmatik.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Rahardi, yakni sama-sama membahas tentang kesantunan. Namun terdapat perbedaan, yaitu penelitian Rahardi meneliti tentang kesantuana imperatif bahasa Indonesia, sedangkan dalam penelitian ini meneliti tentang prinsip ironi dan kelakar pada acara “Rumpi” di Trans TV

Pragmatik dan semantik merupakan cabang ilmu lingustik yang membahas tentang makna. Pragmatik salah satu cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna bahasa sama halnya dengan semantik. Perbedaannya, semantik mempelajari makna bahasa yang bebas konteks, sedangkan pragmatik mempelajari makna bahasa yang terikat konteks (Wijana, 1996, hlm. 2). Pragmatik juga selalu dihubungkan dengan penutur atau pemakai bahasa sedangkan semantik dihubungkan dengan ungkapan-ungkapan dalam suatu bahasa tertentu.

Brown dan Lovinson dalam Chaer (2010) dalam teori kesantunan berbahasa itu berkisar atas nosi muka atau wajah (face) “citra diri” atau harga diri yang bersifat selalu umum dan mutlak, dan selalu dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Setiap penutur merupakan bagian dari masyarakat memilik harga diri yang ditunjukkan melalui bahasa yang digunakan saat mereka sedang berkomunikasi dengan lawan tuturnya.

Setiap penutur memiliki keingian untuk dihargai oleh lawan tuturnya dengan berbagai keinginan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan yg diungkapkan oleh (Azis, 2008, hlm. 2), wajah positif terkait dengan nilai solidaritas, ketakformalan, pengakuan dan kesekoncoan. Sementara itu, wajah negatif bertujuan pada kepada keinginan seseorang untuk tetap mandiri, bebas dari gangguan pihak luar serta adanya penghormatan pihak luar terhadap kemandiriannya itu.

Muka di sini memiliki dua aspek yang saling berkaitan, yaitu muka negatif dan muka positif. Muka negatif lebih berkaitan pada citra diri setiap orang yang berkeinginan agar dia dihargai dengan cara membiarkannya bebas melakukan tindakan atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Namun yang dimaksud muka positif berkeinginan mengacu pada citra diri setiap orang yang dimiliki agar apa yang dilakukannya, dimilikinya, merupakan nilai-nilai yang

(5)

Tindak Tutur Ironi dan Kelakar …. (Nanik Handayani & Dewi Qhuril Malasari Ely)

315 diyakini sebagai akibat apa yang dilakukan

atau yang dimiliki itu diakui oleh orang lain sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan dan patut dihargai. Kesantunan dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk menghindari konflik antara penutur dan lawan tuturnya dalam proses berkomunikasi, serta bertujuan saling memahami antara penutur dan mitra tutur.

Tarigan (1990) menerjemahkan maksim-maksim dalam prinsip kesantunan yang disampaikan Leech (1983) dalam Rahardi (2005, hlm. 56-60) sebagai berikut:

1. Maksim kebijaksanaan. Kurangi kerugian orang lain dan tambahi keutungan orang lain.

2. Maksim kedermawanan. Kurangi keutungan diri sendiri dan tambahi pengorbanan diri sendiri.

3. Maksim penghargaan. Kurangi cacian pada orang lain dan tambahin pujian pada orang lain.

4. Maksim kesederhanaan. Kurangin pujian pada diri sendiri dan tambahin cacian pada diri sendiri.

5. Maksim permufakatan. Kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain dan tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain.

6. Maksim simpati. Kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain.

Ironi merupakan majas sindiran yang diungkapkan secara halus dengan tujuan untuk menghindari konflik dalam berkomunikasi. Timbul pula istilah sarkasme yang dimaksudkan sebagai sebuah teknik dalam berkomunikasi yaitu ungkapan verbal disampaikan secara sinis/langsung serta memaksimalkan ironi. Rahardi (2003, hlm. 88) menyatakan bahwa ironi dapat dipahami sebagai sosok ragam atau laras bahasa atau sosok gaya bahasa yang menyatakan maksud seolah-olah sangat

santun padahal sesungguhnya orang tersebut bersikap yang tidak santun.

Dalam pragmatik prinsip ironi digunakan untuk mengungkapkan tuturan dengan cara beramah-tamah untuk menyinggung perasaan orang lain. Dengan kata lain, ironi merupakan sopan santun yang mengejek (menyindir secara halus). Dengan penggunaan prinsip ironi, memungkinkan seseorang untuk bertindak tidak sopan dan bertujuan merugikan dan menyudutkan orang lain secara halus dan sulit untuk dihindari. Penyudutan tersebut dilakukan secara tidak langsung. Daya ironi merupakan pernyataan yang sering ditandai dengan pernyataan yang berlebihan atau pernyataan yang mengecilkan arti, sehingga menjadi lebih sulit bagi t untuk mengiterpretasikan pernyataan tersebut dengan segera. Dengan demikian ciri khas ironi lewat pengecilan arti ialah dengan mengungkapkan penyangkalan (negation) penutur mengungkapkan sebuah pendapat yang jauh lebih lemah daripada yang sebetulnya dapat dibuatnya.

Prinsip ironi mengambil tempat di sisi prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun, tetapi prinsip ini bersifat parasit terhadap yang kedua itu, dalam pengertian bahwa prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun dapat dilihat menjadi fungsional dengan referensi langsung pada peranannya dalam mempromosikan komunikasi antarpribadi yang tepat guna, tetapi fungsi prinsip ironi hanya dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip lainnya. Prinsip ironi merupakan suatu prinsip uruta kedua yang memungkinkan seorang pembicara menjadi tidak sopan, tetapi kelihatanya seolah-olah sopan hal itu dapat terjadi dengan melanggar prinsip kerja sama secara luaran, tetapi pada akhirnya tidak mempertahankannya. Kita biasanya bersikap ironis terhadap pengorbanan seseorang, menilai orang lain dengan kesopansantunan, padahal nyata sekali hal itu tidak jujur, sebagai suatu pergantian bagi ketidaksopanan.

(6)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 311—325

316

Kekuatan ironik suatu ucapan yang ditandai oleh pernyataan dilebih-lebihkan atau keterangan yang mengecilkan suatu persoalan, yang membuat sukar bagi penyimaknya menginterpretasikan ucapan tersebut dengan nilai yang sebenarnya.

Mengingat bahwa cacian dapat secara mudah memancing cacian balasan dan menjadi konflik, maka suatu ucapan ironi kurang mudah menjawabnya dengan ucapan yang setimpal. Di dalamnya mengandung seni menyerang dengan suatu sikap tidak bersalah yang merupakan suatu bentuk pembelaan diri. Apabila prinsip sopan santun dilanggar, maka hal ini akan berakibat adanya pelanggaran pada dua sisi; tuduhan langsung memancing tuduhan balasan; ancaman memancing ancaman balas; kritik memancing kritik balasan dan sebagainya. Tetapi karena ironi harus berpura-pura pada prinsip sopan santun, maka kurang mudah melanggar prinsip sopan santun dalam respons seseorang kepadanya. Oleh karena itu, prinsip ironi tetap berusaha menjauhkan agresi atau serangan dari pinggiran percekcokan, perselisihan atau konflik.

Leech (1983, hlm. 228) menyatakan prinsip kelakar adalah cara menyinggung perasaan untuk beramah-tamah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam bergaul, seseorang kadang perlu mengejek orang lain dengan tujuan bergurau atau bercanda. Kelakar dilakukan hanya sekadar untuk mengakrabkan suasana tanpa terkandung maksud menyinggung perasaan atau merugikan orang lain. Dalam berkomunikasi terkadang dibutuhkan kelakar untuk mengakrabkan diri antara penutur terhadap lawan tutur. Tujuan dari berkelakar, yakni untuk menghilangkan kecangguhan dari situasi yang ada.

Prinsip kelakar mengandung kegunaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan prinsip-prinsip retorik lainnya yang kita bicarakan, tetapi prinsip kelakar ini dimanifestasikan dalam sejumlah

percakapan linguistik yang lalu, khususnya antara orang-orang muda.

‘Untuk memperlihatkan kesetiakawanan atau solidaritas dengan penyimak, katakanlah sesuatu dengan (a) jelas tidak benar, dan (b) jelas tidak sopan kepada penyimak’ (Leech, 1983, hlm. 144).

Sopan santun yang berlebih-lebihan dapat mempunyai efek penanda superior atas atau jarak ironi, maka sopan santun yang dikurang-kurangi pun dapat mempunyai efek sebaliknya dalam menentukan atau memelihara ikatan kekerabatan. Alasannya adalah sebagai berikut, nilai rendah pada skala-skala otoritas dan jarak sosial mempunyai korelasi dengan posisi rendah pada skala sopan santun, kurangnya sopan santun dalam praktik dapat menjadi penanda keakraban dan keintiman dan selanjutnya, kemampuan berbuat tidak sopan pada sesearang dalam sendau gurau atau kelakar menolong memantapkan dan memelihara hubungan akrab. Implikatur yang diturunkan dari prinsip kelakar itu justru kebalikan yang diturunkan dari prinsip ironi

‘Apa yang pembicara katakan adalah tidak sopan bagi penyimak dan itu jelas tidak benar. Oleh karena itu, apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pembicara adalah sopan bagi penyimak dan benar”

(Lecch;1983, hlm. 144) Ironi dan kelakar tidak dapat dipisahkan karena prinsip kelakar sebagai prinsip ketiga dan prinsip ini dapat memanfaatkan ironi. Kelakar dapat diperkirakan sebagai ironi pura-pura untuk beramah tamah.

Skala Kesantunan Leech

Di dalam model kesantunan (Leech 1983 dalam Rahardi 2005, hlm. 66-68), setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Ada 5 macam skala pengukuran kesantunan Leech yaitu:

1. Cost-benefit scale atau skala untung rugi, menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang

(7)

Tindak Tutur Ironi dan Kelakar …. (Nanik Handayani & Dewi Qhuril Malasari Ely)

317 diakibatkan oleh sebuah tindak tutur

pada sebuah penuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan tersebut.

2. Optinaliy scale atau skala pilihan, merujuk pada banyak atau sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur di dalam kegiatan bertutur.

3. Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsung maksud sebuah tuturan. 4. Authority scale skala keotoritasan

merujuk pada hubungan status sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.

5. Social distance acale atau skala jarak sosial merujuk pada peringkat hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah penuturan.

METODE

Bentuk penelitian ini bersifat deskriptif kualitataif, yaitu peneliti berfungsi sebagai key instrument. Hal ini dilakukan karena hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna interaksi antarmanusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden (Nasution, 1996, hlm. 9). Menurut Strauss dan Corbin (2003, hlm. 7) penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial dan lain-lain. Objek pada penelitian ini adalah pembawa acara dan bintang tamu pada acara “Rumpi” di TransTV. Adapun objek penelitian merupakan sasaran yang menjadi fokus penelitian. Pada penelitian ini, peneliti memilih objek penelitian yaitu tindak ironi dan kelakar pada pemandu acara dan bintang tamu pada acara “Rumpi”. Data penelitian ini, yaitu tuturan ironi dan kelakar

serta konteks tuturan yang menyertai pembawa acara dan bintang tamu pada acara “Rumpi”. Sedangkan sumber data penelitian, yaitu pembawa acara dan bintang tamu.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni metode simak. Metode simak ialah mengambil data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993, hlm.133). Adapun Teknik-teknik yang digunakan untuk melengkapi metode simak tersebut antara lain teknik dokumentasi, transkripsi dan teknik catat

Setelah diamati, disimak dan direkam video acara “Rumpi” kemudian diunduh melalui akun youtube kemudian didokumentasikan dan hasil rekaman selanjutnya ditranskripsikan dalam bentuk teks. Teks tersebut kemudian menjadi data untuk dianalisis.

Teknik catat merupakan lanjutan dari metode simak dan teknik dokumentasi. Data yang telah disimak, ditandai, dan didokumentasikan. Selanjutnya dicatat menggunakan alat tulis manual. Data yang telah dicatat tersebut diketik menggunakan komputer sehngga berbentuk soft file dan hard file.

Selanjutnya data dianalisis menurut Muhammad (2011, hlm. 221), analisis data dimaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Pekerjaan analisis data dalam penelitian meliputi mengurutkan dan mengelompokkan data. Dengan demikian, analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berikut: identifikasi data, klasifikasi data, analisis data, dan penyimpulan hasil penelitian.

PEMBAHASAN

Data yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan data lisan yang digunakan oleh pembawa acara (Feni Rose) dan bintang tamu dalam acara tersebut. Dalam hal ini penggunaan tindak tutur ironi dan kelakar. Ironi dan kelakar yang dianalisis adalah bentuk ironi dan kelakar yang terdiri

(8)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 311—325

318

atas implikatur langsung dan tidak langsung yang digunakan oleh pembawa acara dan bintang tamu, sopan santun serta penerapan prinsip sopan santun percakapan antara pembawa acara dan bintang tamu.

Pada pembahasan hasil penelitian ini terdapat 10 tuturan yang mengadung ironi dan kelakar. Setelah diklasifikasikan, terdapat 3 bagian, yaitu tuturan yang bersifat ironi sebanyak 3, tuturan yang sifat kelakar 5 dan tuturan yang bersifat ironi dan kelakar 2. Pengklasifikasian ini berdasarkan temuan dari data yakni pembaca acara saat bertanya kadang menggunakan pertanyaan yang

bersifat ironi dan kelakar sebalikanya bintang tamu memberi jawaban kadang bersifat ironi dan kelakar tetapi penonton masih dapat memahami maksud dari pembicaraan antar pembawa acara dan bintang tamunya dan informasi yang dibutuhkan tetap terkuak.

Analisis Bentuk Penggunaan Ironi Dan Kelakar dalam Acara Rumpi

Berikut ini data-data yang mengandung bentuk ironi dan kelakar yang terdapat pada acara “Rumpi” berupa tuturan antara Feni Ros dan Gracea Indri (bintang tamu).

Tabel 1

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 1 Topik Pembicaraan: kisah percintaan David Noah dan Gracea

Indri (jodoh itu tak akan kemana)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Gracea Indri(GI)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 25

b. Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status Pembawa Acara Bintang Tamu

2. Solidaritas Akrab/tidak akrab

+S akrab

3. Publik +P

Isi Percakapan

GI : Ntar dulu ntar dulu lo bagus-bagus panggil Gracea blakang-blakangnya Ningrum.

FR :Ya ngak apa-apa lah, dipanggil Nigrum

GI :Ya udah gitu pas nama Nigrum baru saya keluar

FR : Berarti dari hati yang paling dalam nama lo Nigrum Pada data (1) menunjukkan adanya

bentuk kelakar yang bersifat deklaratif yang menyatakan bahwa nana saya Gracea bukan Nigrum, tetapi ditanggapi santai oleh FR dan menyatakan bahwa Berarti dari hati yang paling dalam nama lo Nigrum. Pada data (1) terjadi pelanggaran maksim penghargaan karena penutur mengecam mitra tutur dengan mengiyakan pernyataan GI Makna implikasi dari tutur FR menyatakan bahwa

namanya sebenarnya Gracea bukan Gracea, tetapi Nigrum.

Berdasarkan percakapan di atas bila diukur dengan menggunakan skala kesantunan dapat disimpulkan bahwa FR merugikan GI, FR tidak memberikan pilihan kepada GI, FR menuturkan tuturan langsung, FR dan GR tidak sebaya, FR lebih tua FR dan Gi tidak bersahabat hubungan di antara keduanya adalah host dan bintang tamu.

(9)

Tindak Tutur Ironi dan Kelakar …. (Nanik Handayani & Dewi Qhuril Malasari Ely)

319

Tabel 2

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 2 Topik Pembicaraan: kisah percintaan David Noah dan

Gracea Indri (jodoh itu tak akan kemana)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Gracea Indri (GI)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 25

b. Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan

FR :Waktu jadi pemain sinetron ini, Gracea inikan termasuk punya pacar juga ya…seperti pemain-pemain sinetron itulah yang seperti pemain-pemain-pemain-pemain sinetron yang pacaran sama pemain sinetron, bertahun-tahun ya kan…diliput sana diliput sini, bahkan sejak saya masih jadi presenter infotaimen pacarannya sama orang lain itu eh…mau kawinya sama beda lagi

GI :…….(senyum saja)

Pada percakapan di atas, menunjukkan adanya bentuk ironi dan kelakar yang berbentuk deklaratif dilontarkan oleh FR menyatakan bahwa Grecea pacarannya sudah lama dan dikabarkan akan menikah dengan…tetapi malah belakang kabarnya menikahnya dengan David Noah pacarannya sama orang lain itu eh…mau kawinnya sama

beda lagi. Makna implikasi dari tuturan FR tersebut adalah tidak jadi menikah dengan pacarnya yang pacaran sudah lama malah mau menikah David yang baru saja pacaran. Pada tutur di atas FR melanggar maksim penghargaan karena FR mengungkapkan bahwa GI tidak jadi menikah dengan pacarnya yang dulu, tetapi menikah dengan David.

Tabel 3

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 3 Topik Pembicaraan: kisah percintaan David Noah dan

Gracea Indri (Jodoh itu tak akan kemana)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Gracea Indri( GI)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 25

b. Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan FR : Waktu itu yang mutusin kamu ya?

(10)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 311—325

320

GI : Kita yang mutusin berdua, kok,baik-baik FR : kenapa putusnya?

GI : ini hostnya yang kepo banget sih FR : oke harus hati-hati menjawabnya…

Pada percakapan di atas, menunjukkan adanya penggunaan bentuk ironi yang bersifat deklaratif karena adanya hubungan keakraban antara pembawa acara dan bintang tamu, dilihat dari pilihan katanya yaitu ini hostnya yang kepo banget sih. Makna dari implikasi dari

tuturan GI adalah pembawa acara ini ingin mengetahui urusan orang lain lebih banyak lagi. Pada percakapan di atas, GI melanggar maksim kualitas karena GI tidak mau memberitahukan kepada FR tentang kejadian yang sebenarnya.

Tabel 4

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 4 Topik Pembicaraan: kisah percintaan David Noah dan

Gracea Indri (Jodoh itu takkan kemana)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Gracea Indri (GI)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 25

b. Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan GI : Saya inikan selebritis

FR : Kamu ini selebritis atau grupbis GI : Selebritis no bu…

GI : Trus saya bawakan acara musik, trus Noah main di acara musik saya. Ini penontonnya…

FR :Eh penonton, penonton yang gatel siapa? David atau Gracea.

Pada percakapan di atas, menunjukkan adanya bentuk ironi dan kelakar yang bersifat deklaratif. Eh penonton, penonton yang gatel siapa? David atau Gracea Makna implikasi dari tuturan FR adalah menyatakan bahwa GI

menjalin hubungan dengan David padahal saat itu GI masing menjalin hubungan dengan pria lain. Pada tuturan di atas FR melanggar maksim penghargaan karena tidak menghargai apa yang stelah diputuskan oleh G.

(11)

Tindak Tutur Ironi dan Kelakar …. (Nanik Handayani & Dewi Qhuril Malasari Ely)

321

Tabel 5

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 5 Topik Pembicaraan: kisah percintaan David Noah dan

Gracea Indri (Jodoh itu tak akan kemana)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Gracea Indri (GI)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 25

b. Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan

FR : Kalau masih baru nih biasanya…siang-siang ditelepon sudah makan belum sayang, coba sekarang kamu telepon. GI : Nih…saya ngak pernah nanya sudah makan belum.Sudah

transfer belum

FR : Gimana nih tadi minta transfer sekarang malah neransper. Pada percakapan di atas

menunjukkan adanya bentuk kelakar yang bersifat deklaratif. Nih…saya ngak pernah nanya sudah makan belum. Sudah transfer belum. Makna impilikasi dari tuturan GI adalah GI tidak pernah menanyakan keadaan David tetapi lebih

membutuhkan dana untuk persiapan pernikahannya. Pada tuturan di atas GI melanggar maksin kesederhanaan dengan menyatakan dia tidak pernah menayakan sudah makan belum ,tetapi sudah transfer belum.

Tabel 6

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 6 Topik Pembicaraan: kisah percintaan David Noah dan

Gracea Indri (Jodoh itu tak akan kemana)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Gracea Indri (GI)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 25

b.Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan

FR : Kamu nggak pengen pernikahan kamu diliput 24 jam GI : Kebetulan saya 24 stasiun. Asal kalian tau Rafi 2

stasiun,saya 24 stasiun… FR : Stasiun apa?

GI : Stasiun kereta api. Pada percakapan di atas,

menunjukkan adanya bentuk kelakar yang

bersifat deklaratif. Kebetulan saya 24 stasiun. Asal kalian tau Rafi 2 stasiun,

(12)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 311—325

322

saya 24 stasiun… Stasiun kereta api. Makna implikasi dari tuturan GI adalah Saat pernikahannya digelar pasti juga akan ditayangkan distasiun tv tetapi tidak selama Rafi karena GI juga merendahkan dirinya dengan menyebutkan stasiun kereta api.

Pada data (6) GI mematuhi prinsip kerja sama dengan menaati maksim kesederhanaan, karena GI tidak menjelaskan di stasiun mana pernikahannya akan ditayangkan dan berapa lama.

Tabel 7

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 7 Topik Pembicaraan : artis yang dikabarkan operasi plastik

(Bunga Zainal mengklasifikasi tentang operasi plastik yang dituduhkan pada dirinya)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Bunga Zainal(BZ)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 28

b.Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan

FR : Tadi sebelumya kita munculkan fotonya, nah itu yang

ditanyakan orang-orang, kok sekarang Bunga Zainal .Beda sih, apa rahasianya?

BZ : Emang beda, beda apanya sih FR : Aku juga beda?

Pada percakapan di atas, menunjukkan adanya penggunaan bentuk ironi yang bersifat deklaratif. Aku juga beda? .Makna implikasi dari tuturan FR adalah menyatakan bahwa BG itu beda sekali dengan yang dulu tetapi setelah ditanya BG tidak menanggapinya dengan baik. FR menegaskan pada BZ dia juga beda tetapi sebenarnya bedanya ditunjukkan kepada BZ. Pada tuturan di atas BG melanggar maksim kuantitas karena tidak meginformasikan apa yang diiginkan oleh FR

Berdasarkan percakapn di atas, bila diukur dengan menggunakan skala kesantunan, dapat disimpulkan sebagai berikut: BZ merugikan BG karena tidak memberitahukan apa yang ditanyakan oleh FR, FR tidak memberikan pilihan kepada BG, FR menuturkan tuturan secara langsung, hubungan antara FR dan BZ tidak sebaya lebih tua dari BZ dan hubungan FR dan BZ adalah antara host dan bintang tamu pada acara “Rumpi”

(13)

Tindak Tutur Ironi dan Kelakar …. (Nanik Handayani & Dewi Qhuril Malasari Ely)

323

Tabel 8

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 8 Topik Pembicaraan: artis yang dikabarkan operasi Plastik

(Bunga Zainal mengklasifikasi tentang operasi plastik yang dituduhkan pada dirinya)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Bunga Zainal(BZ)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 28

b.Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan FR : Bagaimana kamu bias tirus?

BG : Aku pernah sakit gigi! Aku tahan-tahan gigiku nggak dicabut, dokter bilang dicabut dan diimplan pasang baru, tapi aku bertahan karena aku rasa aku lebih tirus ya udah aku tahan-tahan ngak pasang lagi

FR : Oh iya aku juga cuma sebelah jangan-jangan tirusku cuma sebelah.

Pada data (8), menunjukkan adanya bentuk ironi dalam bentuk dekraratif. Oh iya aku juga cuma sebelah jangan-jangan tirusku cuma sebelah. Makna dari implikasi tuturan FR adalah BZ diduga oprasi plastik tetapi dia tidak mau mengakuinya dengan bukti-bukti yang ada. Pada tuturan di atas FR melanggar maksim

penghargaan karena BZ sudah menjelaskan tetapi FR sepertinya tidak mempercayai apa yang dikatakan BZ. Tuturan FR membuat BG merasa tidak nyaman karena setelah FR mengatakan jangan-jangan tirusku cuma sebelah BG hanya diam saja tidak memberikan tanggapan atas pernyataan FR

Tabel 9

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 9 Topik Pembicaraan: artis yang dikabarkan operasi Plastik

(Bunga Zainal mengklasifikasi tentang operasi plastik yang dituduhkan pada dirinya)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Bunga Zainal(BZ)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 28

b.Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status

2. Solidaritas Akrab/tidak akrab

+S akrab

(14)

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 311—325

324

Isi Percakapan BG : Cuma ngurusi badan

FR : Turun berapa kg ? BG : 15 kg

FR : Dengan cara mau tau dong rahasianya hi kita kan

perempuan pengen tau dong rahasianya 15 kg, itu gimana dalam waktu berapa bulan.

BG : Mau tau banget atau mau tau baget. Beli buku gue. Percakapan di atas menujukkan

adanya bentuk kelakar yang bersifat deklaratif dapat dilihat dari bentuk tuturan BZ “Mau tau banget, atau mau tau banget. Beli buku gue.” Makna implikasi dari dari tuturan BZ adalah kalau mau tau

rahasia kecantikannya BZ harus membeli buku yang ditulisnya. Pada tuturan di atas BZ melanggar maksim kuantitas karena BZ tidak mau menjawab langsung pertanyaan dari FR tapi malah menyuruh membeli bukunya.

Tabel 10

Data Penggunaan Ironi dan Kelakar

No 10 Topik Pembicaraan : artis yang dikabarkan operasi plastik

(Bunga Zainal mengklasifikasi tentang operasi plastik yang dituduhkan pada dirinya)

Dari siapa Feni Ros (FR) untuk siapa Bunga Zainal(BZ)

1. Kekuasaan +K

a. Umur 42 28

b.Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

c. Status 2. Solidaritas Akrab/tidak akrab +S akrab 3. Publik +P Isi Percakapan

FR : Bunga kamu ngak merasa kalau kamu beda banget ya? BZ : Ngak biasa aja, ya aku mungkin lebih putih aja gitu aja

sudah.

FR : Nah kalu lebih putih diapain?

BZ : Mau tau aja nih, ntar gue ngak jualan… sekarang aku lagi bikin skinker.

Percakapan di atas menunjukkan adanya bentuk kelakar yang bersifat deklaratif dapat dilihat dari bentuk tuturan BZ, mau tau aja nih, ntar gue nggak jualan… sekarang aku lagi bikin skinker. Makna implikasi dari tuturan BZ adalah bahwa BZ tidak mau mengatakan rahasia mengapa kulitnya bisa putih, tetapi BZ malah menyarankan untuk membeli produk yang dia jual.Tuturan BZ di atas melanggar

maksim kuantitas karena BZ tidak langsung memberitahukan apa yang menyebabkan perubahan kulitnya. BZ juga melanggar maksim kebijaksanaan karena membuat keuntungan sesedikit mungkin dan merugikan orang lain sebanyak mungkin. PENUTUP

Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dalam

(15)

Tindak Tutur Ironi dan Kelakar …. (Nanik Handayani & Dewi Qhuril Malasari Ely)

325 penelitian ini terdapat dua simpulan, yaitu

(1) pemandu acara dalam mengajukan pertanyaan menggunakan ironi dan kelakar yang bersifat deklaraif terkadang juga melanggar maksim penghargaan, (2) bintang tamu menggunakan tindak tutur ironi dan kelalar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan terkadang juga melanggar maksim kuantitas. Bila suatu tuturan masih dapat ditanggapi oleh penutur itu bersifat kelakar. Namun bila tuturan tersebut tidak bisa ditanggapi oleh penutur itu bersifat ironi.

DAFTAR PUSTAKA

Anselm, Strauss dan Juliet Corbin. (2003). “Dasar-dasar Penelitian Kualitatif”. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Aziz, E. Aminudin. (2008). “Horison Baru

Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki”. Universitas Pendidikan Indonesia. Black, Elizabeth, (2011). Stilistika

Pragmatik.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Brown, Penelope and Stephen C. Levinson. (1987). Politeness: Same Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. (2010). Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Kridalaksana, Harimukti. (2001). Kamus

Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Leech, Geoffrey. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Muhammad, (2011). Metode Penelitian Bahasa. Jogjakara; Ar-Ruzz Media Muhammad, (2011). Metode Penelitian

Bahasa. Jogyakarta:AR Ruzzmedia. Nasution. (1996). Metode Penelitian Kualitatif Naturalistik. Jakarta: Sinar Grafika

Nugroho, Setyo. (2014).Tindak Kelakar dan Ironi Pada Pemandu Acara Televisi Kajian Pragmatik. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta (online)

Rahardi, Kunjana. (2005). Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Suprapto, Tommy. (2009). Pengantar Teori & Manajenen Komunikasi. Jakarta: PT Buku Kita

Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet.

Wijana, I Dewa Putu. (1996). Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dari kinerja guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran passing bawah bola voli pada siklus I, serta tes

pengembangan UMKM yang berbasis pada pengolahan hasil pertanian khususnya salak. Salak merupakan icon Desa Suwaru Kecamatan Pagelaran yang masih bertahan hingga saat ini.

Berdasarkan uraian di atas, mengenai pentingnya mempergunakan laporan keuangan dalam menilai dan mengevaluasi sehatnya perusahaan agar dapat terhindar dari kemungkinan

Menimbang, bahwa menyangkut gugatan Penggugat yang pada pokoknya menghendaki perceraian dengan tergugat dengan dalil - dalil dan alasan sudah tidak ada lagi keharmonisan dalam

Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) terdapat perbedaan kemampuan membaca pemahaman yang yang signifikan antara siswa kelas VIII MTs N 1 Yogyakarta yang mengikuti

Segala puji bagi Allah zat yang maha sempurna penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

Dari hasil identifikasi jamur filoplan kangkung darat yang didapat pada lahan organik dan konvensional, dapat dihitung indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan