• Tidak ada hasil yang ditemukan

PILIHAN KEBIJAKAN MAKRO DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA. Iswanto Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PILIHAN KEBIJAKAN MAKRO DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA. Iswanto Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PILIHAN KEBIJAKAN MAKRO DALAM PEREKONOMIAN TERBUKA

Iswanto

Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY )

ABSTRAK

Pilihan kebijakan makro dalam perekonomian terbuka akan dapat di lakukan dengan cara pembiayaan ketidakseimbangan neraca pembayaran bersifat sementara, yang indikatornya adalah adanya pembiyaan defisit dan penumpukan surplus, hal ini akan terkait dengan keadaan yang ada dalam geografi kewilayahan atau terjadinya gelombang konjungtur perekonomian, disamping itu juga dapat menggunakan pembiayaan dengan mata uang yang kuat dan dengan pengawasan devisa, hanya saja dengan pengawasan devisa ini melibatkan negara-negara yang berhubungan dan harus mau menyesuaikan dan ini secara otomatis negara lain akan terkena akibat dari kebijakan tersebut. Sehingga apabila ada suatu negara tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi tersebut maka akan membiarkan kondisi pertukaran berjalan secara alami atau dengan jalan membuat ketentuan penerapan penggunaan nilai tukar yang terikat dan fleksibel.

I. PENDAHULUAN

Dalam pemilihan kebijakan makro suatu negara akan selalu didasari oleh kondisi devisa luar negeri yang merupakan bagian proses penyesuaian pembayaran, dari sini barulah kita dapat membuat pilihan kebijakan bagi negara dalam rangka mempertahankan stabilitasnya dalam kondisi ekonomi yang berkembang antara negara yang satu dengan negara yang lain.

Mempertahankan stabilisasi disini mengandung maksus sebagai upaya untuk mempertahankan kondisi tingkat harga dan pertumbuhan yang semakin mantap, sehingga kegiatan ekonomi nasional semakin baik. Dalam rangka mempertahankan tingkat harga dan pertumbuhan ini akan tidak bisa terhindar dari upaya pengelolaan pembayaran luar negeri, hal tersebut ini dilakukan agar dapat menghindari adanya krisis pada sektor ini. Apabila terjadi kondisi defisit (dengan nilai tukar tetap) dan jika ini berlangsung lama akan memperkecil uang yang beredar dan akhirnya akan berakibat pada merosotnya nilai uang (depresiasi) dan

(2)

apabila terjadi apresiasi terhadap mata uang dan bahkan terjadi surplus yang berkelanjutan akan mengakibatkan inflasi yang tidak terkendali dengan ditetapkannya nilai tukar tetap yang dipertahankan.

Dengan demikian baik defisit kondisi depresiasi maupun surplus (apresiasi) secara terus menerus akan dapat merusak tatanan ekonomi suatu negara, sehingga kebijakan yang baik adalah baik defisit maupun surplus semuanya bersifat sementara.

II. PILIHAN KEBIJAKAN BAGI SUATU NEGARA

Untuk memilih kebijakan sangat terbuka bagi suatu negara dalam rangka stabilitas makro ekonomi dapat dimulai dengan kebijakan mengambil lima cara dalam menghadapi kepincangan pembayaran luar negeri atau karena terjadi ketidakstabilan nilai tukar suatu negara baik dalam kondisi defisit (depresiasi) maupun dalam kondisi surplus (apresiasi).

Ada lima pilihan dalam menghadapi defisit atau depresiasi yaitu: (Kindleberger Lindert 1983 :369)

1. Pembiayaan/Pembelanjaan (Financiing) 2. Kurs Mengambang

3. Pengawasan Devisa

4. Penyesuaian perekonomian terhadap nilai tukar

5. Mengikuti sistem nilai tukar terikat (the adjustable peg) Untuk memberikan fokus bahasan maka pilihan kebijakan yang ada tersebut perlu dipersempit dari lima pilihan yang ada bagi suatu negara dan dengan hanya menghadapi beberapa persoalan mengenai perlunya koordinasi kebijakan internasional dibawah sistem nilai tukar tetap dan nilai tukar yang dapat disesuaikan (Adjustable peg). 1. Pembiayaan /Pembelanjaan (Financiing)

Pembiayaan/Pembelanjaan ini sering dikenal dengan pembiayaan ketidakseimbangan sementara, dalam hal ini ada dua keadaan yang dapat dipilih atau adanya kemungkinan untuk terjadi yaitu:

a. Pembiayaan defisit yaitu apabila sebuah negara mempunyai kemungkinan/ kesempatan untuk dapat terus menerus membiayainya maka kondisi seperti ini dapat dianggap bahwa negara tersebut senang/diuntungkan karena dapat memaksa

(3)

negara lain untuk menerima kenyataan meningkatkan tagihannya.

Keadaan seperti ini bagi negara yang mengalami defisit yang bahkan tidak perlu membayar bunga atas kewajiban-kewjiban yang harus ditanggung tersebut, ini juga akan menyebabkan terjadinya harga yang semakin tinggi sehingga negara lain akan menanggung beban dari negara-negara yang mengalami defisit yang akhirnya akan memperoleh tingkat hasil nyata yang negatif ( negative real rate of return) karena mereka menerima mata uang yang daya belinya sudah merosot

b. Negara yang memupuk surplus kebalikan dari point pertama negara yang memupuk surplus akan kehilangan kesabaran mereka atas derma yang dipaksa ini, hal ini terjadi apabila negara yang mengalami defisit mempunyai posisi hubungan dengan negara yang mata uangnya kuat, atau memang menggunakan dasar mata uang yang kuat. Keadaan ini biasanya akan diikuti adanya fihak swasta pada negara surplus akan menukarkan depositonya ke mata uang yang negaranya sedang defisit melalui bank sentral, selanjutnya bank sentral (negara surplus) akan meminta kepada yang berwenang negara defisit untuk menanggung kewajiban dengan melepas cadangan devisanya atau cadangan emas, akibatnya kalau hal ini berkelanjutan negara defisit akan kehabisan devisa yang akhirnya pembiayaan (finacing) defisit neraca pembayaran tidak bisa dilakukan dan apabila hal ini bersifat pemanen maka penyesuaian yang sesungguhnya merupakan jalan yang paling tepat.

Sebagaimana negara yang menggunakan nilai tukar tetap pembiayaan defisit maupun surplus secara terus menerus (karena adanya pergantian musim atau gelombang konjungtur) merupakan hal yang tepat yaitu keadaan dimana defisit dan surplus neraca pembayaran itu jelas bersifat sementara yang berarti negara membiayai dan secara tidak terbatas tanpa batas waktu akan kehabisan cadangan atau sebaliknya akan menumpuk cadangan devisa yang amat besar.

Suatu contoh penggunaan kebijakan defisit atau surplus bagi suatu negara yang dapat menggunakan sistem nilai tukar tetap yaitu pembiayaan defisit pada suatu musim kemarau (Semi/Panas)

(4)

dengan cadangan devisa yang dikumpulkan pada musim hujan (gugur/dingin) yang akibatnya akan membawa keuntungan sosial (net social gain) (Kindleberger Lindert 1983 : 372)

Dari contoh diatas ketidakseimbangan neraca pembayaran karena terjadinya fluktuasi ekonomi yang sering terjadi dalam suatu negara.

Ada tiga macam ketidakseimbangan neraca pembayaran internasional yang sering terjadi yaitu : (Soediyono 1984 :76)

a. Musiman b. Siklus c. Struktural

Disektor yang disebabkan oleh gejala ekonomi yang berifat musiman surplus pada suatu saat dapat menutup defisit disaat lain.

Disektor yang disebabkan oleh siklus (gelombang konjungtur) yang merupakan pola berbeda atau elastisitas pendapatan berbeda, atau elastisitas harganya berbeda, hal ini yang menyebabkan ketidakseimbangan siklus. Untuk mengatasinya dengan cara dipergunakan kebijakan moneter/fiskal

Disektor yang disebabkan oleh ketidakseimbangan karena struktur karena adanya perubahan penawaran dan permintaan akan barang perdagangan internasional dengan perubahan pada faktor produksi seperti:

a. berkurangnya stock Kapital nasional b. berubahnya pola produksi

c. berubahnya pola permintaan d. berubahnya term of trade e. berubahnya pola perdagangan

f. berubahnya pola aliran kapital jangka panjang g. berubahnya dalam institusi

Selanjutnya menurut Nopirin dalam bukunya ekonomi Internasional 1985 : 37 Ketidakseimbangan neraca pembayaran karena disamping ketiga sektor tersebut (musiman, Siklus dan struktur) ada Sektor aliran modal sebagai akibat kegiatan spekulasi (destabilizing speculation)

(5)

Dalam grafik dapat digambarkan sebagai barikut : Rp R1 R0 D1 D0 S O X0 X1 US $

Keseimbangan awal pada OR0 dengan valuta asing X0 karena terdapat permintaan terhadap valuta asing sebesar X0 X1 maka untuk mengatasi keadaan tersebut (dalam menjaga ketidakseimbangan) dengan cara :

a. Membiarkan kurs naik menjadi OR1 (kurs nya yang berubah) b. Membiarkan proses penyeimbangan bergerak secara otomatis

melalui perubahan harga dan pendapatan dengan (kurs tetap) c. Pemerintah dapat menambah penawaran devisa di Pasar

dengan cadangan yang dimiliki.

d. Kebijakan deflasi untuk menurunkan ongkos produksi dan harga serta mengurangi permintaan total dan pendapatan guna menekan impor.

e. Melakukan pengawsan devisa (exchange control)

Selanjutnya agar supaya ketidakseimbangan sementara ini dapat dikatakan merupakan pilihan yang tepat maka diperlukan syarat antara lain :

a. Bahwa calon spekulan tidak mempunyai kesempatan atau tidak ada peluang membeli devisa pada musim gugur atau dingin b. Investasi untuk beberapa bulan dan selanjutnya menjualnya

pada musim lain yang menguntungkan.

(6)

2. Kurs Mengambang (Pembiayaan dengan mata uang yang kuat) Mata uang yang kuat sebagaimana dolar Amerika serikat sangat terbuka dan mempunyai banyak kesempatan dijadikan cadangan devisa negara lain (recerve center country) walaupun negara yang terlibat transaksi tidak melibatkan negara yang mempunyai mata uang kuat tersebut. Akibat dari penggunaan cara tersebut maka mata uang dolar ($) akan semakin berkembang karena sebagai mata uang yang digunakan untuk alat pembayaran internasional.

Sebagai akibat dari penggunaan mata uang yang kuat ini Indonesia yang mempunyai pasaran Ekspor ke seluruh penjurun dunia dengan kemampuan beberapa Perusahaan pelayaran yang ada termasuk Penerbangan maka devisa yang ditibulkan merupakan sumbangan besar dari sektor Pelayaran ini karena disamping devisa yang semuanya didasarkan pada dolar Amerika baik dari perdagangan Internasionalnya (impor dan ekspornya) maupun devisa dari jasa angkutan yang dilakukan oleh Perusahaan Pelayaran, jasa sumber daya manusianya juga merupakan devisa bagi negara yang sangat besar sektor terakhir ini tidak hanya sumber daya manusia yang bekerja pada perusahaan pelayaran dalam negeri namun sumber daya manusia yang mengoperasikan alat angkutan negara asing.

Karena semua kegiatan baik perdagangan, jasa angkutan maupun jasa sumber daya manusia nasional maupun asing yang kesemuanya ukurannya adalah menggunakan mata uang dolar amerika maka bagi Indonesia pemupukan devisa dengan mata uang kuat ini jelas sangat terdukung dengan aktifitas yang ditimbulkan oleh Peruasahaan Pelayaran tersebut.

Namun demikian walaupun indonesia diuntungkan karena dapat memupuk devisa dengan mata uang kuat tetapi masih saja akan sangat menguntungkan Amerika karena dengan keadaan defisitpun negara masih dapat membiayai tanpa susah payah seperti negara lain kondisi seperti ini sering disebut (to run “deficits without tears’) (Kindleberger-Lindert 1983:375) hal ini juga sering disebut (makan tanpa bayar) dengan cara merangsang dunia untuk memupuk devisanya dalam dolar sehingga Amerika secara otomatis akan mempunyai kemudahan dalam membiayai defisitnya.

(7)

Bagi Negara lain yang mempunyai mata uang yang kuat mempunyai kesempatan untuk mengimpor barang melebihi barang dan jasa luar negeri dan perusahaan-perusahaan, yang jumlahnya melebihi kemampuan penjualannya (ekspor)

Demikian juga negara-negara yang dapat memupuk cadangan devisa dalam bentuk dolar sebagaiman Indonesia juga akan memperoleh manfaat yaitu seperti jasa-jasa implisit dari suatu mata uang yang diakui sebagai alat pembayaran internasional, juga berpengaruh terhadap hasil produksi karena dapat bersaing dipasar. 3. Pengawasan Devisa ( Exchange Control)

Pengawasan devisa tidak ubahnya dengan pembatasan (kwota) Impor karena dalam kondisi tertentu bisa dikatakan tepat, sehingga kesejahteraan ekonomi (the welfare economics) yang diakibatkan pengawasan devisa juga kesejahteraan ekonomi karena pembatasan impor termasuk dalam golongan ini adalah pinjaman luar negeri dan jasa-jasa tourisme.

Pengawasan devisa, pembatasan impor tarip impor yang mendasarkan pada basis kesejahteraan dan didasarkan dengan nilai uang dolar sama buruknya dengan pengenaan pajak setiap transaksi internasional. Walupun untuk menggambarkan bduruknya kerugian ekonomi dalam pengawasan devisa sangatlah sulit bahkan hampir pasti tidak akan mampu memperlihatkan seluruh kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh pengawasan devisa tersebut.

Sebagai contoh pengawasan devisa yang mensyaratkan bahwa nilai tukar mata uang asing harus lebih rendah, sehingga para eksportir akan menyerahkan tagihannya dengan nilai mata uang negara yang mengadakan pengawasan devisa, namun sebagai gantinya eksportir hanya menerima nilai mata uang yang lebih rendah tersebut. Disamping itu negara yang mengadakan pengawasan devisa harus dapat membuat keseimbangan permintaan dan penawaran dengan nilai mata uang yang ditetapkan. Akaibat dari hal tersebut pemerintah harus membatasi hak pembelian mata uang asing kecuali untuk membiayai kebutuhan impor. Kebijakan ini pemerintah harus menanggung/mengeluarkan biaya sosial yang lebih besar

Tujuan utama pengawasan devisa ini untuk memberikan keuntungan bagi masyarakat, namun dalam prakteknya daya guna

(8)

pengawasan devisa ini masih harus dipertanyakan termasuk bagaimana untuk memberikan tercapainya tujuan sosial di dalam negeri bila dibandingkan dengan cara yang langsung tanpa pengawasan devisa.

Pengawasan devisa merupakan alternatif dari pengambangan nilai mata uang juga digunakan untuk mengurangi ketidakpastian dengan menetapkan nilai tukar resmi terhadap dunia luar. Dalam pengawasan devisa ini mensyaratkan adanya alokasi sumber daya yang lebih efisien, yang berarti adanya fihak swasta dan perseorangan akan mendapatkan kesempatan untuk memiliki devisa yang diperlukan atau bahkan ada yang mengambil kesempatan bagi para pejabat untuk meningkatkan kemampuan pribadinya dan sekaligus melibatkan diri pada kegiatan yang menguntungkan.

Alternatif lain disamping pengawasan devisa yang memerlukan biaya besar sehingga tidak mungkin dilaksanakan ada 3 alternatif (Kindleberger Lindert 1983 hal 379)

a. Pengambangan nilai tukar. b. Nilai tukar tetap

c. Variasi dari nilai tukar yang terikat (the adjustable peg.) 4. Penyesuaian Perekonomian Terhadap Nilai tukar

Kebijakan yang dihadapi sebuah negara dalam ketidakseimbangan neraca pembayaran telah banyak kita bahas diatas namun dalam memilih mana yang akan digunakan sebagai kebijakan pemerintah perlu memperhatikan bahwa sistem nilai tukar tetap dan nilai tukar terikat mensyaratkan bukan hanya suatu negara harus mengikuti aturan permainan tetapi juga negara-negara lain turut bekerja sama dalam menghapus ketidakseimbangan tersebut, apabila terjadi perbedaan penilaiaan terhadap nilai tukarnya.

Setiap satua nilai tukar akan menciptakan ketidakseimbangn yang tidak stabil, sehingga jalan yang terbaik untuk mengatasinya adalah menyeimbangkan nilai tukar sesuai dengan mekanisme pasar jika kedua belah fihak menyetujui kebijakan tersebut.

Pada kenyataannya bahwa penyesuaian terhadap keseimbangan tersebut lebih pada negara yang menderita defisit

(9)

yang akhirnya akan memberatkan karena cadangan devisanya lama kelamaan akan habis selanjutnya sulit mendapatkan kredit dibanding dengan negara yang mempunyai surplus neraca pembayaran.

5. The adjustable peg

Kebijakan yang dapat ditempuh dengan mengambil jalan menggunakan pilihan dengan menyesuaikan perekonomian terhadap nilai tukar dengan sedikit saja menyesuaikan ekonomi dalam negerinya akan dapat mempertahankan nikai tukar tetap, atau dengan melakukan devaluasi nilai mata uangnya dan menetapkan sebagai nilai tukar resmi yang baru bilamana mempertahankan nilai tukar tetap yang lama memerlukan terlalu banyak penyesuaian dalam perekonomiannya. Selanjutnya kebijakan penyesuaian dengan lebih mempersempit berbagai pilihan kebijakan bagi suatu negara dan dengan menghadapi beberapa persoalan mengenai kebijakan internasional dibawah sistem nilai tukar tetap dan nilai tukar yang dapat disisuaikan tersebut. (adjustable peg).

III. KESIMPULAN

Ketidakseimbangan neraca pembayaran suatu negara mempunyai lima macam pilihan kebijakan yaitu :

1. Membiayai ketidakseimbangan 2. Mengambangkan nilai tukar 3. Mengenakan pengawasan devisa

4. Menyesuaikan perekonomiannya dengan nilai tukar tetap 5. Dan mengikuti sistem nilai tukar terikat.

Kebijakan ketiga dapat diambil apabila hanya bersifat sementara dan dengan asumsi bahwa fihak spekulan swasta tidak dapat melakukan peranan sebagai stabilisator dan pemerintah secara tepat dapat meramalkan perkembangan nilai tukar yang akan datang. Dan bila asumsi ini tidak berlaku maka usaha untuk membiayai defisit atau surplus dengan nilai tukar yang tetap akan mengalami kegagalan.

Mengadakan pengawasan devisa membutuhkan biaya sosial yang besar disamping kesejahteraan akan mandek dan berhentinya trnsaksi bebas, juga besarnya biaya administrasi, borosnya sumber ekonomi, sehingga semua ini akan menghambat kebijkan pengawasan devisa dibanding dengan sistem pengambangan nilai tukar, nilai tukar

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 11 Hasil Olahan Data SPSS (Statistical Package for Social Sciences).

Aspal cair adalah campuran antar aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. %ehingga aspal ini berbentuk cair dalam temperatur ruang.ini. erdasarkan

Terkait dengan hal tersebut, maka Bappeda Kota Salatiga melalui misi keempat ini memfokuskan perencanaan pembangunan daerah yang mendukung tumbuhnya pusat-pusat

Suatu pelarian modal, baik yang berasal dari sumber dalam negeri maupun modal asing, terutama investasi asing jangka pendek (yang umum disebut „uang panas ‟), dalam jumlah yang

b. Permintaan Tindakan melengkapi persyaratan ISO 9001:2008. Ada sembilan temuan lainnya adalah saran untuk melengkapi persyaratan ISO 9001:2008.. Tupoksi masih belum

LAPORAN PENGENDALIAN DAN RENCANA AKSI KEPALA SEKSI PELAYANAN RAWAT INAP DAN

Untuk memastikan kemampuan sambungan tulangan dalam penelitian ini, dilakukan pengujian tarik atau yang sesuai dengan standar yang berlaku untuk menunjukkan kinerja dan

Upaya lain yang dilakukan oleh kepala MTs Al Hikmah Pasir Mijen Demak, adalah dengan memberikan supervisi secara kelompok, supervisi dengan teknik kelompok ini