• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEBUTUHAN DAN POLA SEBARAN RUMAH DI KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN BUTON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KEBUTUHAN DAN POLA SEBARAN RUMAH DI KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN BUTON"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

STUDI KEBUTUHAN DAN POLA SEBARAN RUMAH

DI KAWASAN PERMUKIMAN KABUPATEN BUTON

Ishak Kadir1)

ABSTRACT

The aim of this research was identified and analyzed housing needs and housing distribution patterns at the settlement areas in Butonese Regency.

Method off this research was description-qualitative, be based on Rasionalistik-Eksplorative research. Analyses is helped by categori, typology and description techniques.

The result of this research were presence the data Housing Hold in 2008 years about 66.314 HH dan Housing stocks about 58.666 units. Housing backlog amount 7.468 units. The result prediction amount housing hold until 2018 years about 79.343 HH, Prediction Housing needs about 79.343 units. The settlement distribution patterns tend concentric in central sub-district and central services and central business. This be affected accessibility factors against working activity area. The settlement in the middle and low density area tend linear against the road accessibility and central services at kelurahan level to become of distribution settlement scopes.

Keywords: Housing needs, distribution pattern

PENDAHULUAN

Salah satu pokok kebutuhan manusia selain sandang dan pangan adalah ”Papan”. ”Papan” yang dimaksud dalam hal ini adalah rumah yang merupakan tempat tinggal manusia, tempat manusia hidup, baik secara individu maupun berkelompok. Sudah tentu dalam perkembangannya, rumah yang menjadi elemen terbentuknya perumahan dan pemukiman menjadikan manusia menjadi lebih sempurna dalam kehidupan sosialnya. Realitas tersebut yang menjadi dasar pemikiran betapa pentingnya perumahan dan pemukiman terbangun dalam tatanan yang lebih teratur. Namun demikian, perkembangan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman belum secara optimal mengikuti arahan penataan ruang yang ada. Hal ini pula yang menyebabkan kebutuhan masyarakat akan perumahan dan permukiman yang layak ini belum sepenuhnya tercapai.

Pesatnya laju urbanisasi jelas terlihat di berbagai kota di Asia dan ditandai dengan semakin besarnya kebutuhan akan perumahan (Wicaksono et.al, 2009). Hal ini pula senada dengan Kepmen

No.403/KPTS/M/2002 bahwa dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat Indonesia melalui penyediaan perumahan secara merata, khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah dan kelompok berpenghasilan informal, maka diperlukan upaya penyediaan perumahan murah layak dan terjangkau akan tetapi tetap memenuhi persyaratan kesehatan, keamanan dan kenyamanan.

Jumlah penduduk Kabupaten Buton yang mengalami perkembangan yang cukup pesat setiap tahunnya setelah terjadi pemekaran, semakin berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman pada masa yang akan datang. Berdasarkan Data RP4D kabupaten Buton jumlah KK Kabupaten Buton pada tahun 2008 sebesar 66.314 KK dan ketersediaan rumah sebesar 58.666 unit rumah. Hal ini berarti jumlah backlog rumah yang semestinya tersedia sebesar 7.468 unit rumah. Hal inilah menjadi tugas mendasar pemerintah, masyarakat dan swasta untu berupaya memenuhi kebutuhan tersebut.

(2)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

Isu perumahan dan permukiman tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang perlu di antisipasi oleh pemerintah daerah Kabupaten Buton. Oleh karena itu, masalah tersebut perlu diminimalkan dengan berbagai upaya dan kebijakan yang sifatnya tindak lanjut. Adapun masalah yang dimaksud antara lain : (1) RTRW Kabupaten Buton belum dilaksanakan secara optimal sehingga masih terdapat pembangunan perumahan dan permukiman berkembang tidak sebagaimana mestinya karena tidak sesuai dengan arahan dan peruntukkannya; (2) Meningkatnya jumlah KK yang belum memiliki rumah, yang merupakan akumulasi dari kebutuhan tahun sebelumnya yang belum terakomodasi oleh penyediaan rumah yang dilakukan oleh BUMN dan developer swasta serta swadaya masyarakat dan adanya pertumbuhan jumlah rumah tangga. Disisi lain kemampuan pemerintah dalam menyediakan prasarana dasar terhadap kawasan rumah yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan maksud menurunkan harga jual rumah pun semakin terbatas; (3) Masih banyaknya persoalan tanah/sengketa tanah disebabkan masih rendahnya keinginan masyarakat dalam mengurus sertifikat kepemilikan lahan; (4) Masih rendahnya efisiensi dalam pembangunan perumahan selain disebabkan masih tingginya biaya administrasi perijinan yang dikeluarkan juga masih tinggi dan tidak stabilnya harga material/ bahan dalam pembangunan perumahan; (5) Belum adanya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan pemukiman. Walaupun peraturan perundangan yang berlaku menyatakan bahwa masalah perumahan dan permukiman merupakan tugas dan tanggungjawab pemerintah daerah, namun belum adanya kelembagaan penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman yang ada pada semua tingkatan pemerintahan menyebabkan pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang terjangkau dan layak huni menjadi persoalan yang semakin kritis; (6) Pola persebaran permukiman belum merata di sluruh kawasan permukiman Kabupaten Buton.

Konsep dasar dalam Program Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan adalah, pelaksanaan pengelolaan seluruh kegiatan diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat dan didampingi oleh konsultan. Jadi tidak diserahkan ke birokrasi pemerintahan, fungsi birokrasi hanya memfasilitasi agar terjadi situsi yang kondusif sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengelola program secara maksimal. Dengan demikian NUSSP bukanlah program yang semata-mata menyalurkan dana ke masyarakat melainkan juga mendorong pemberdayaan masyarakat itu sendiri untuk dapat berdiri sendiri dalam

menyelesaikan berbagai persoalan lingkungan permukiman yang dihadapinya. Sesuai dengan paradigma keberlanjutan dalam prinsip-prinsip pemberdayaan komunitas, maka NUSSP akan menempatkan masyarakat setempat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi. Salah satu cara/bentuk yang ditempuh adalah dengan menyediakan bantuan pendampingan dan sumber daya untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam mengidentifikasi masalah dan mencari alternatif pemecahannya serta mendorong masyarakat agar dapat mengorganisasikan dirinya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk penanganan permasalahan terkait lingkungan permukiman kumuh (Pedoman Umum NUSSP, 2006).

Olehnya itu dalam penanganan permaslahan permukiman dibutuhkan adanya partisipasi dari seluruh pelaku pembangunan. Sanoff (1990) mendefenisikan arti partispasi sebagai suatu interaksi langsung dari individu-individu dalam membahas dan memahami sejumlah hal atau nilai-nilai yang dianggap penting bagi semua. Dua hal penting dalam pendekatan partisipasi yakni individu-individu yang”terlibat” atau ”dilibatkan” serta kesepakatan bersama atas substansi” yang dibahas dan dipahami. Sementara Walt dalam Parwoto (1997) merumuskan partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat tanpa dipaksa untuk mengambil dan melaksanakan keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi serta menganalisis kebutuhan rumah serta pola persebaran di kawasan permukiman Kabupaten Buton.

METODE PENELITIAN

Kajian kebutuhan dan pola persebaran rumah di Kawasan Permukiman Kabupaten Buton merupakan penelitian dengan pendekatan deskrtiptif-kualitatif yang didasarkan atas penelitian yang bersifat eksploratif rasionalistik dengan menggali informasi dari masyarakat tanpa menentukan batas variabel maupun indikator yang secara partisipatif bertujuan deskriptif. Pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis, tetapi lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang lebih dikumpulkan dan kemudian dikelompokkan dalam unit-unit. Proses analisis data dimulai dengan mempelajari data yang tersedia dari berbagai sumber atau dokumen yang berkaitan. Analisis dan penyusunan data dibantu dengan teknik Kategorisasi. Tipologi dan Deskripsi. Hasil

(3)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

penelitian yang berupa hasil identifikasi dan analisis kebutuhan serta pola persebaran rumah di Kawasan Permukiman Kabupaten Buton.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proyeksi Perkembangan Penduduk dan Penyebarannya

Penduduk Kabupaten Buton terdistribusi ke berbagai kecamatan dan desa yang ada. Distribusi penduduk di Kabupaten Buton belum proporsional jika dibandingkan dengan luas wilayah yang ada, sehingga menjadi tantangan terbesar dalam penyediaan prasarana serta sarana perumahan dan permukiman di daerah ini. Berdasarkan kondisi eksisting jumlah penduduk terlihat ada ketimpangan-ketimpangan dalam kependudukan baik jumlah maupun persebarannya di Kabupaten Buton, sehingga perlu diupayakan pemerataan persebaran penduduk.Wilayah dengan kepadatan tinggi pada semua kecamatan di Kabupaten Buton, biasanya berpusat pada ibukota kecamatan dan pada wilayah yang berdekatan dengan pusat kecamatan.

Alternatif limpahan kepadatan adalah pada desa/kelurahan pada kecamatan yang sama dengan kepadatan rendah, hal ini juga didukung dengan luas wilayah kecamatan yang masih sangat tersedia untuk pengembangan. Pada tabel 1 diperlihatkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Buton hingga tahun 2018, dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk pertahun rata-rata sebesar 1,71 %/tahun. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk. terlihat bahwa jumlah Penduduk hingga Tahun 2018 sebanyak 340.556 jiwa, jumlah penduduk terbesar berada di Pasarwajo sebagai ibukota kabupaten sebanyak 53.022 jiwa dan terendah di Kecamatan Wabula dengan 5.616 jiwa.

Kepadatan ideal untuk suatu kawasan permukiman di kategorikan sebagai berikut: (1) Kepadatan Rendah 0 – 80 jiwa/ha; (2) Kepadatan Sedang 80 – 100 jiwa/ha; (3) Kepadatan tinggi 100 – 150 jiwa/ha; (4) Kepadatan sangat Tinggi > 150 jiwa/ha. Hampir semua kecamatan di Kabupaten Buton dikategorikan memiliki kepadatan rendah yakni antara 0- 80 jiwa/ha.

Tabel 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Buton Tahun 2009 – 2018.

Sumber : Hasil Analisis, 2009

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1 Lasalimu 1,91          10.623     10.826   11.033   11.243   11.458   11.677   11.900     12.127     12.359     12.595   12.836 2 Lasalimu Selatan 1,03          13.789     13.931   14.075   14.219   14.366   14.514   14.663     14.814     14.967     15.121   15.277 3 Siotapina 2,36          13.982     14.312   14.650   14.995   15.349   15.712   16.082     16.462     16.850     17.248   17.655 4 Pasarwajo 3,28          38.397     39.656   40.957   42.301   43.688   45.121   46.601     48.129     49.708     51.339   53.022 5 Wabula 0,94       5.114       5.162     5.211     5.260     5.309     5.359     5.409       5.460       5.511      5.563     5.616 6 Wolowa 1,56       4.975       5.053     5.131     5.211     5.293     5.375     5.459       5.544       5.631      5.719     5.808 7 Sampolawa 2,01          22.054     22.497   22.949   23.411   23.881   24.361   24.851     25.351     25.860     26.380   26.910 8 Lapandewa 1,31       8.645       8.758     8.873     8.989     9.107     9.226     9.347       9.470       9.594      9.719     9.847 9 Batuatas 1,53       9.530       9.676     9.824     9.974   10.127   10.282   10.439     10.599     10.761     10.926   11.093 10 Batauga 1,22          13.222     13.383   13.547   13.712   13.879   14.048   14.220     14.393     14.569     14.747   14.927 11 Siompu 1,17       9.429       9.539     9.651     9.764     9.878     9.994   10.111     10.229     10.349     10.470   10.592 12 Siompu Barat 1,54          10.347     10.506   10.668   10.832   10.999   11.169   11.341     11.515     11.693     11.873   12.056 13 Kadatua 0,25          10.889     10.916   10.944   10.971   10.998   11.026   11.053     11.081     11.109     11.136   11.164 14 Kapontori 1,00          13.713     13.727   13.740   13.754   13.768   13.782   13.795     13.809     13.823     13.837   13.851 15 Gu 2,57          17.371     17.817   18.275   18.745   19.227   19.721   20.228     20.748     21.281     21.828   22.389 16 Sangia Wambulu 1,49       7.002       7.106     7.212     7.320     7.429     7.539     7.652       7.766       7.881      7.999     8.118 17 Lakudo 1,59          26.126     26.541   26.963   27.392   27.828   28.270   28.720     29.176     29.640     30.111   30.590 18 Mawasangka 1,27          24.782     25.097   25.415   25.738   26.065   26.396   26.731     27.071     27.415     27.763   28.115 19 Mawasangka Timur 1,16       7.299       7.384     7.469     7.556     7.644     7.732     7.822       7.913       8.004      8.097     8.191 20 Mawasangka Tengah 0,51       9.576       9.625     9.674     9.723     9.773     9.823     9.873       9.923       9.974     10.025   10.076 21 Talaga Raya 1,69          10.507     10.685   10.865   11.049   11.235   11.425   11.618     11.815     12.014     12.218   12.424 1,71        287.372  292.198 297.127 302.160 307.301 312.552 317.916   323.395   328.993   334.712 340.556 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Jumlah No Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun 2008

(4)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

Tabel 2. Proyeksi Kepadatan Penduduk dan Persebaran penduduk tahun 2018

1 Lasalimu 32.729 12.836        1       3,77 2 Lasalimu Selatan 8.809 15.277        2       4,49 3 Siotapina 18.102 17.655        1       5,18 4 Pasarwajo 35.640 53.022        1       15,57 5 W abula 5.158 5.616        1       1,65 6 W olowa 6.502 5.808        1       1,71 7 Sampolawa 15.366 26.910        2       7,90 8 Lapandewa 4.516 9.847        2       2,89 9 Batuatas 718 11.093        15       3,26 10 Batauga 7.583 14.927        2       4,38 11 Siompu 3.250 10.592        3       3,11 12 Siompu Barat 1.000 12.056        12       3,54 13 Kadatua 2.367 11.164        5       3,28 14 Kapontori 11.300 13.851        1       4,07 15 Gu 10.400 22.389        2       6,57 16 Sangia W ambulu 1.000 8.118        8       2,38 17 Lakudo 22.500 30.590        1       8,98 18 Mawasangka 27.155 28.115        1       8,26 19 Mawasangka Timur 12.623 8.191        1       2,41 20 Mawasangka Tengah 15.022 10.076        1       2,96 21 Talaga Raya 7.131 12.424        2       3,65 248.871               340.556        66        100 Persebaran (%)

No Kecamatan Luas (Ha)

Jumlah Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) Jumlah Penduduk Tahun 2018 (Jiwa) Hasil Analisis, 2009

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Gambar 1. Luas Wilayah Kecamatan, Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Tahun 2018 Sumber : RP4D Kab. Buton, 2008

PERSEBA RAN KEPADAT AN LUAS 3,65 2 7.13 2,96 1 15,0 8,261 27.1 2,411 12,6 8,981 22.5 3,285 2.36 6,572 10.4 4,071 11.3 3,771 32.7 4,492 8.80 5,181 18.1 1,71 1 6.50 15,51 35,6 1,651 5.15 2,892 4.51 3,113 3.25 4,382 7.58 3,54 1 1.00 7,902 15.3 2,388 1.00

(5)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

Proyeksi Kebutuhan Perumahan dan Permukiman Kabupaten Buton

Pada Tabel 3. menyajikan proyeksi kebutuhan perumahan hingga Tahun 2018 sebesar 79.343 unit

rumah dengan laju pertumbuhan KK sebesar 1,81 % pertahun dan asumsi satu kepala keluarga membutuhkan satu buah rumah.

Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Buton 2009-2018

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1 Lasalimu 2.725       2.774       2.825     2.876     2.928     2.981     3.035     3.090      3.146       3.202       3.260 2 Lasalimu Selatan 3.428       3.490       3.553     3.618     3.683     3.750     3.818     3.887      3.957       4.029       4.102 3 Siotapina 3.362       3.423       3.485     3.548     3.612     3.677     3.744     3.812      3.881       3.951       4.023 4 Pasarwajo 8.404       8.556       8.711     8.869     9.029     9.193     9.359     9.528      9.701       9.876     10.055 5 Wabula 1.232       1.254       1.277     1.300     1.324     1.348     1.372     1.397      1.422       1.448       1.474 6 Wolowa 1.100       1.120       1.140     1.161     1.182     1.203     1.225     1.247      1.270       1.293       1.316 7 Sampolawa 4.835       4.923       5.012     5.102     5.195     5.289     5.384     5.482      5.581       5.682       5.785 8 Lapandewa 2.040       2.077       2.115     2.153     2.192     2.231     2.272     2.313      2.355       2.397       2.441 9 Batuatas 2.014       2.050       2.088     2.125     2.164     2.203     2.243     2.283      2.325       2.367       2.410 10 Batauga 3.104       3.160       3.217     3.276     3.335     3.395     3.457     3.519      3.583       3.648       3.714 11 Siompu 2.247       2.288       2.329     2.371     2.414     2.458     2.502     2.548      2.594       2.641       2.688 12 Siompu Barat 2.241       2.282       2.323       2.365       2.408       2.451       2.496       2.541       2.587       2.634       2.681 13 Kadatua 2.552       2.598       2.645       2.693       2.742       2.791       2.842       2.893       2.946       2.999       3.053 14 Kapontori 3.187       3.245       3.303       3.363       3.424       3.486       3.549       3.613       3.679       3.745       3.813 15 Gu 4.359       4.438       4.518       4.600       4.683       4.768       4.854       4.942       5.032       5.123       5.215 16 Sangia Wambulu 1.728       1.759       1.791       1.824       1.857       1.890       1.924       1.959       1.995       2.031       2.068 17 Lakudo 5.712       5.815       5.921       6.028       6.137       6.248       6.361       6.476       6.593       6.713       6.834 18 Mawasangka 5.349       5.446       5.544       5.645       5.747       5.851       5.957       6.065       6.174       6.286       6.400 19 Mawasangka Timur 1.982       2.018       2.054     2.092     2.129     2.168     2.207     2.247      2.288       2.329       2.371 20 Mawasangka Tengah 2.240       2.281       2.322     2.364     2.407     2.450     2.495     2.540      2.586       2.632       2.680 21 Talaga Raya 2.473       2.518       2.563     2.610     2.657     2.705     2.754     2.804      2.855       2.906       2.959 66.314               67.514     68.736   69.980   71.247   72.537   73.850   75.186   76.547     77.933     79.343 No Kecamatan Jumlah KK Tahun 2008 PROYEKSI RUMAH/TAHUN Jumlah

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Perhitungan alokasi lahan untuk masing masing kecamatan didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut : (1) Untuk kecamatan dengan kepadatan tinggi 150 jiwa/ha, maka kebutuhan tiap unit rumah adalah tipe Sederhana perumahan swadaya kebutuhan kapling 150 m2 , Perumahan developer/pemerintah 54 m2; .(2) Untuk kecamatan dengan kepadatan sedang 80 – 100 jiwa/ha, maka kebutuhan tiap unit rumah adalah tipe Sedang perumahan swadaya kebutuhan kapling 300 m2, Perumahan developer/pemerintah 200 m2.; (3) Untuk kecamatan dengan kepadatan Rendah 0 – 80

jiwa/ha, maka kebutuhan tiap unit rumah adalah tipe Besar perumahan swadaya kebutuhan kapling 500 m2 , Perumahan developer/pemerintah 600 m2 .

Pada Tabel 4 dan Tabel 5 disajikan distribusi pemenuhan kebutuhan rumah swadaya dan developer/pemerintah. Dari tabel distribusi tersebut, maka dapat dihitung kebutuhan kapling lahan untuk perumahan swadaya dan developer/pemerintah yang dibagi kedalam beberapa tipe yakni tipe rumah besar, rumah sedang dan rumah sederhana, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 4. Distribusi Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Swadaya Kabupaten Buton Hingga Tahun 2018

RUMAH BESAR RUMAH SEDANG RUMAH SEDERHANA 1 Lasalimu 3.260 2.282        228        685       1.369 2 Lasalimu Selatan 4.102 2.871        287        861       1.723 3 Siotapina 4.023 2.816        282        845       1.690 4 Pasarwajo 10.055 7.039        704       2.112       4.223 5 W abula 1.474 1.032        103        310       619 6 W olowa 1.316 921        92        276       553 7 Sampolawa 5.785 4.050        405       1.215       2.430 8 Lapandewa 2.441 1.709        171        513       1.025 9 Batuatas 2.410 1.687        169        506       1.012 10 Batauga 3.714 2.600        260        780        1.560 11 Siompu 2.688 1.882        188        564       1.129 12 Siompu Barat 2.681 1.877        188        563        1.126 13 Kadatua 3.053 2.137        214        641       1.282 14 Kapontori 3.813 2.669        267        801        1.601 15 Gu 5.215 3.651        365       1.095       2.190 16 Sangia W ambulu 2.068 1.448        145        434       869 17 Lakudo 6.834 4.784        478       1.435       2.870 18 Mawasangka 6.400 4.480        448       1.344       2.688 19 Mawasangka Timur 2.371 1.660        166        498       996 20 Mawasangka Tengah 2.680 1.876        188        563       1.126 21 Talaga Raya 2.959 2.071        207        621       1.243 79.343              55.539        5.554          16.662       33.324 NO KECAMATAN KEBUTUHAN RUMAH HINGGA 2018 KEBUTUHAN RUMAH SWADAYA 2018 (70% DEMAND RUMAH)

DISTRIBUSI KEBUTUHAN RUMAH SWADAYA (1:3:6)*

Jumlah

*) Perbandingan 1:3:6 diperoleh dari struktur masyarakat Kab. Buton Berdasarkan perbandingan KK Sejahtera III plus, sejahtera III, sejahtera II, Sejahtera I dan pra sejahtera

(6)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

Tabel 5. Distribusi Pemenuhan Kebutuhan Perumahan Developer/pemerintah Kabupaten Buton Hingga Tahun 2018 RUMAH BESAR RUMAH SEDANG RUMAH SEDERHANA 1 Lasalimu 3.260 978        98       293        587 2 Lasalimu Selatan 4.102 1.231        123       369        738 3 Siotapina 4.023 1.207        121       362        724 4 Pasarwajo 10.055 3.017        302       905       1.810 5 Wabula 1.474 442        44       133        265 6 Wolowa 1.316 395        39       118        237 7 Sampolawa 5.785 1.736        174       521       1.041 8 Lapandewa 2.441 732        73       220        439 9 Batuatas 2.410 723        72       217        434 10 Batauga 3.714 1.114        111       334        669 11 Siompu 2.688 806        81       242        484 12 Siompu Barat 2.681 804        80       241        483 13 Kadatua 3.053 916        92       275        550 14 Kapontori 3.813 1.144        114       343        686 15 Gu 5.215 1.565        156       469        939 16 Sangia Wambulu 2.068 620        62       186        372 17 Lakudo 6.834 2.050        205       615       1.230 18 Mawasangka 6.400 1.920        192       576       1.152 19 Mawasangka Timur 2.371 711        71       213        427 20 Mawasangka Tengah 2.680 804        80       241        482 21 Talaga Raya 2.959 888        89       266        533 79.343               23.803        2.380       7.141        14.282 NO KECAMATAN KEBUTUHAN RUMAH HINGGA 2018 KEBUTUHAN RUMAH DEVELOPER/PEME RINTAH 2018 (30% DEMAND RUMAH) DISTRIBUSI KEBUTUHAN RUMAH DEVELOPER/PEMERINTAH (POLA 1:3:6) Jumlah Sumber : Hasil Analisis, 2009 Tabel 6. Kebutuhan Luas Lahan Untuk Perumahan Swadaya Kab. Buton Hingga Tahun 2018 RUMAH BESAR (500 M2) RUMAH SEDANG (300 M2) RUMAH SEDERHANA (150 M2) KEBUTUHAN KAPLING (Ha) 70% KEBUTUHAN SARANA PRSARANA (Ha) 30% TOTAL KEBUTUHAN LAHAN (Ha) 1 Lasalimu 114.000      205.500        205.350       52        22       74 2 Lasalimu Selatan 143.500      258.300        258.450       66        28       94 3 Siotapina 141.000      253.500        253.500       65        28       93 4 Pasarwajo 352.000      633.600        633.450       162        69       231 5 Wabula 51.500       93.000          92.850       24        10       34 6 Wolowa 46.000       82.800          82.950       21       9       30 7 Sampolawa 202.500      364.500        364.500       93        40       133 8 Lapandewa 85.500      153.900        153.750       39        17       56 9 Batuatas 84.500      151.800        151.800       39        17       56 10 Batauga 130.000      234.000        234.000       60        26       86 11 Siompu 94.000      169.200        169.350       43        19       62 12 Siompu Barat 94.000      168.900        168.900       43        19       62 13 Kadatua 107.000      192.300        192.300       49        21       70 14 Kapontori 133.500      240.300        240.150       61        26       87 15 Gu 182.500      328.500        328.500       84        36       120 16 Sangia Wambulu 72.500      130.200        130.350       33        14       47 17 Lakudo 239.000      430.500        430.500       110        47       157 18 Mawasangka 224.000      403.200        403.200       103        44       147 19 Mawasangka Timur 83.000      149.400        149.400       38        16       54 20 Mawasangka Tengah 94.000      168.900        168.900       43        19       62 21 Talaga Raya 103.500      186.300        186.450       48        20       68 2.777.500     4.998.600     4.998.600        1.277       547       1.823 NO KECAMATAN Jumlah PERUMAHAN SWADAYA

(7)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

Tabel 7. Kebutuhan Luas Lahan Untuk Perumahan Developer/Pemerintah Kab. Buton Hingga Tahun 2018

RUMAH BESAR (600 M2) RUMAH SEDANG (200 M2) RUMAH SEDERHANA (54 M2) KEBUTUHAN KAPLING (Ha) 70% KEBUTUHAN SARANA PRSARANA (Ha) 30% TOTAL KEBUTUHAN LAHAN (Ha) 1 Lasalimu 58.800      58.600          31.698       15       6       21 2 Lasalimu Selatan 73.800      73.800          39.852       19       8       27 3 Siotapina 72.600      72.400          39.096       18       8       26 4 Pasarwajo 181.200    181.000          97.740       46        20       66 5 Wabula 26.400      26.600          14.310        7       3       10 6 Wolowa 23.400      23.600          12.798        6       3       9 7 Sampolawa 104.400    104.200          56.214       26        11       38 8 Lapandewa 43.800      44.000          23.706       11       5       16 9 Batuatas 43.200      43.400          23.436       11       5       16 10 Batauga 66.600      66.800          36.126       17       7       24 11 Siompu 48.600      48.400          26.136       12       5       17 12 Siompu Barat 48.000      48.200          26.082       12       5       17 13 Kadatua 55.200      55.000          29.700       14       6       20 14 Kapontori 68.400      68.600          37.044       17       7       24 15 Gu 93.600      93.800          50.706       24        10       34 16 Sangia Wambulu 37.200      37.200          20.088        9       4       13 17 Lakudo 123.000    123.000          66.420       31        13       44 18 Mawasangka 115.200    115.200          62.208       29        13       42 19 Mawasangka Timur 42.600      42.600          23.058       11       5       16 20 Mawasangka Tengah 48.000      48.200          26.028       12       5       17 21 Talaga Raya 53.400      53.200          28.782       14       6       20 1.427.400    1.427.800        771.228       363        155        517 NO KECAMATAN PERUMAHAN DEVELOPER/PEMERINTAH Jumlah

Sumber : Hasil Analisis, 2009

Total lahan yang dibutuhkan untuk perumahan swadaya dan Developer mencapai 2.340 Ha. Pengembangan perumahan dan permukiman untuk masing-masing kecamatan diarahkan pada desa/kelurahan pada kecamatan yang sama dengan mengacu pada ketersediaan lahan yang masih cukup luas dimana peruntukkannya disesuaikan dengan RTRW yang ada. Pada gambar 6.3 dapat dilihat peta peruntukkan kebutuhan rumah masing-masing kecamatan dan daya tampung lahan permukiman hingga tahun 2018.

Pola Sebaran Permukiman

Pola pemusatan permukiman khususnya dikecamatan cenderung konsentrik pada ibukota kecamatan dan terhadap pusat-pusat pelayanan jasa serta perdagangan hal ini dipengaruhi faktor pencapaian terhadap lokasi aktivitas kerja. Permukiman di wilayah dengan tingkat kepadatan yang sedang dan kurang cenderung linier terhadap akses jalan dan pusat-pusat pelayanan skala kelurahan menjadi radius penyebaran permukimannya. Pusat pusat permukiman akan terjadi pada kawasan kawasan yang

direkomendasikan sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan skala lokal sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Buton, masing-masing kecamatan yang menjadi pusat-pusat permukiman di Kabupaten Buton sebagai berikut : Kecamatan Pasarwajo pemusatan permukiman difokuskan pada Desa/Kelurahan Pasarwajo, Banabungi, Saragi, Laburunci, Takimpo, Lapodi, Wining, Kambula-mbulana; Kecamatan Wabula difokuskan pada Desa/Kelurahan Wabula, Holimombo, Wasuemba; Kecamatan Wolowa difokuskan pada Desa/Kelurahan Matawia, Kaumbu, Wolowa; Kecamatan Sampolawa difokuskan pada Desa/Kelurahan Jaya Bakti, Gerak Makmur, Katilombu, Tira, Sandang Pangan, Bahari, Bangun; Kecamatan Lapandewa difokuskan pada Desa/Kelurahan Lapandewa, Gaya Baru, Lapandewa Kaindea; Kecamatan Batuatas difokuskan pada Desa/Kelurahan Tolando Jaya, Batuatas Timur, Wacuala; Kecamatan Siompu difokuskan pada Desa/Kelurahan Kaimbulawa, Tongali, Biwinapada, Nggula-nggula,Wakinamboro, Lontoi; Kecamatan Siompu Barat difokuskan pada Desa/Kelurahan Watuampara, Lalole, Molona; Kecamatan Batauga

(8)

Metropilar Volume 8 Nomor 3 Juli 2010

difokuskan pada Desa/Kelurahan Masiri, Busoa, Laompo, Lakambau, Majapahit; Kecamatan Kadatua difokuskan pada Desa/Kelurahan Banabungi Selatan, Banabungi, Kaofe, Uwemaasi, Kapoa, Marawali; Kecamatan Talaga Raya difokuskan pada Desa/Kelurahan Talaga II, Talaga I, Talaga Besar; Kecamatan Mawasangka difokuskan pada Desa/Kelurahan Mawasangka, Watolo, Terapung, Wakambamangura, Kancebungi; Kecamatan Mawasangka Tengah difokuskan pada Desa/Kelurahan Lantongau, Waturumbe, Lakorua, Waturumbe Barat, Morikana; Kecamatan Mawasangka Timur difokuskan pada Desa/Kelurahan Lasori, Inulu, Wambuloli, Bonemarambe; Kecamatan Gu difokuskan pada Desa/Kelurahan Watulea, Bombonawulu, Waliko, Walandu, Wadiabero; Kecamatan Sangia Wambulu difokuskan pada Desa/Kelurahan Tolandona, Baruta Lestari, Tolandona Matanaeo, Baruta; Kecamatan Lakudo difokuskan pada Desa/Kelurahan Boneoge, Lakudo, Lolibu, Mone, Wanepa-Nepa, Madongka; Kecamatan Kapontori difokuskan pada Desa/Kelurahan Boneatiro, Barangka, Mabulugo, Wakangka, Watumotobe, Todanga; Kecamatan Lasalimu difokuskan pada Desa/Kelurahan Lawele, Wasuamba, Kamaru, Bonelalo, Suandala, Waoleona; Kecamatan Lasalimu Selatan difokuskan pada Desa/Kelurahan Ambuau Indah, Lasalimu, Wajah Jaya, Umalaoge, Mulia Jaya, Kinapani Makmur; Kecamatan Siotapina difokuskan pada Desa/Kelurahan Kumbewaha, Matanauwe, Sumber Sari, Manuru, Sampuabalo, Kuraa, Labuandiri.

KESIMPULAN

Kondisi ideal adalah satu kepala keluarga memiliki satu rumah, kondisi tersebut di Kabupaten Buton belum mampu terpenuhi secara ideal. Data jumlah KK tahun 2008 sebesar 66.314 KK dan ketersediaan rumah sebesar 58.666 unit rumah dengan jumlah backlog rumah sebesar 7.468 unit rumah. Hasil prediksi jumlah Kepala Keluarga (KK) hingga tahun 2018 sebesar 79.343 KK, ini berarti bahwa kebutuhan rumah di Kabupaten Buton hingga tahun 2018 sebesar 79.343 unit

rumah. Selain itu, faktor geografi kabupaten Buton sehingga pola persebaran rumah tinggal masyarakat belum merata. Pola pemusatan permukiman khususnya di kecamatan cenderung konsentrik pada ibukota kecamatan dan terhadap pusat-pusat pelayanan jasa serta perdagangan hal ini dipengaruhi faktor pencapaian terhadap lokasi aktivitas kerja. Permukiman di wilayah dengan tingkat kepadatan yang sedang dan kurang cenderung linier terhadap akses jalan dan pusat-pusat pelayanan skala kelurahan menjadi radius penyebaran permukimannya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. Buku Pedoman Umum NUSSP,

versi-2, Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta.

Anonim, 2006. Buku Pedoman Teknis NUSSP, versi-2, Dirjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum RI, Jakarta.

Anonim, 2009. Laporan Akhir RP4D Kabupaten Buton, Bappeda Kabupaten Buton.

Budihardjo, Eko. (1984), Sejumlah Masalah

Permukiman Kota, Alumni, Bandung.

Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT), Jakarta. Parwoto. (1997), Pembangunan Partisipatif,

makalah pada Lokakarya Penerapan Strategy Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan dan Permukiman, 15-16 Juli 1997, BKP4N, jakarta.

Sanoff, Henry. (1990), Participatory Design :

Theory and Technique. North Caroline :

Bookmastr.

Wicaksono, Sarosa, Eveline, FP Anggriani Arifin, Savitri R. Soegijoko, 2009. Perumahan bagi kaum miskin di Kota0kota Asia, Panduan Ringkas untuk Pembuta Kebijakan, UNESCAP dan UN-HABITAT, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Buton Tahun 2009 – 2018.
Gambar 1.   Luas Wilayah Kecamatan, Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Tahun 2018  Sumber : RP4D Kab
Tabel 3. Proyeksi Kebutuhan Perumahan di Kabupaten Buton 2009-2018

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Hukum Islam telah sejalan dengan mekanisme yaitu memenuhi rukun dan syarat pembentukan akad, akan tetapi tidak memenuhi syarat keabsahan akad dimana syarat

Siklus 3: (1) Tahap perencanaan, mengidentifikasi masalah dan menetapkan aternatif pemecahan pada siklus 2, (2) Tahap pelaksanaan, meliputi menyiapkan media yang akan digunakan

Pernyataan ilmiah yang kita gunakan dalam tulisan kita harus mencakup beberapa hal. Pertama kita harus mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita

Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri dalam rangka kerja sama ASEAN dengan Mitra Eksternal ASEAN di

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Penelitian sejalan dengan penelitian yang telah di lakukan di Sragen tahun 2014 bahwa terdapat hubungan yang mempengaruhi antara persalinan secara Sectio

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang berbunyi “penerapan layanan informasi karier dengan menggunakan media flashcard

Tabel di atas menerangkan bahwa Duta Baca Unsyiah lebih banyak menciptakan kesan positif dari pada orang yang tidak berkesan apa pun. Berikut adalah kesan-kesan positif terhadap