HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN
KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Sylfia Pernanda
Abstrak
Latar Belakang : Angka Nasional dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 cakupan Imunisasi BCG telah mencapai target yaitu sebesar 82,5%. Propinsi DIY adalah satu-satunya Propinsi yang cakupannya mencapai 100%. Imunisasi BCG sudah cukup tinggi di DIY ternyata tidak diikuti dengan penurunan insiden tuberkulosis pada anak.
Tujuan Penelitian : Diketahuinya hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Metode Penelitian : survey analitik dengan rancangan case control yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective.
Hasil : Kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar tidak diberikan imunisasi BCG. Pemberian imunisasi BCG pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar diberikan imunisasi BCG.
Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Didukung hasil analisis Chi-Square diperoleh nilai χ2 sebesar 4,243 dengan p value sebesar 0,039 (p<0,05).
Keywords : Imunisasi BCG, TB paru anak
Latar Belakang
Indonesia kini menempati urutan ketiga penderita TBC terbanyak, setelah Cina dan India. Diperkirakan terdapat 582.000 kasus baru TBC per tahun di Indonesia, yang hampir separuhnya adalah TBC paru dengan hasil pemeriksaan BTA positif. (Wahyu,2008). Di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010 jumlah pada pasien baru untuk kasus TB paru BTA (+) terbanyak adalah di Kota Yogyakarta dengan jumlah 420 orang, Kabupaten Bantul 229 orang, Kabupaten Sleman sebanyak 245 orang, Kabupaten Gunungkidul sebanyak 166 orang, dan Kabupaten Kulonprogo yaitu 133 orang. ( Dinas Kesehatan Propinsi Yogyakarta, 2010)
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 8 November 2011 di RSUD Panembahan Senopati Bantul dari 2.112 anak balita yang menjalani pengobatan pada tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan 8 November
2011 didapatkan 354 anak balita yang menderita tuberkulosis paru.
Upaya yang dilakukan untuk menghindari penyakit TBC yang berat, maka sistem imunitas mereka perlu ditingkatkan melalui vaksin Basil Callmette-Guerin (BCG). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksin ini mampu memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi atau anak selama 15 tahun. (Wahyu,2008). Pemberian vaksin BCG telah dilakukan sejak tahun 1921, dan selama ini lebih dari 3 milyar dosis vaksin BCG telah diberikan diseluruh dunia. Hingga saat ini, pemberian imunisasi BCG masih menjadi bagian dari strategi WHO dalam menanggulangi masalah TB, terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia., sehingga BCG termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang wajib diberikan kepada bayi di Indonesia. Berdasarkan latar belakang kondisi negara kita,
meskipun belum dibuktikan efikasinya secara konsisten, BCG hingga saat ini masih merupakan vaksin yang masih perlu dan aman diberikan.(PP IDAI,2008)
Angka Nasional dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003 cakupan Imunisasi BCG telah mencapai target yaitu sebesar 82,5%. Propinsi DIY adalah satu-satunya Propinsi yang cakupannya mencapai 100%. Imunisasi BCG sudah cukup tinggi di DIY ternyata tidak diikuti dengan penurunan insiden tuberkulosis pada anak. (BBKBN,2002-2003)
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, masalah penelitiannya adalah “Apakah ada hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul?”
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Diketahuinya pemberian imunisasi
BCG pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
c. Diketahuinya hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
survey analitik dengan rancangan case control
yaitu suatu penelitian analitik yang menyangkut
bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak balita yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. jumlah populasi yaitu 352. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 sebagai kelompok kasus dan 33 kelompok kontrol. a. Kelompok kasus
1) Kriteria inklusi
a) Anak balita yang menderita tuberkulosis paru yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul b) Anak balita yang memiliki
KMS 2) Kriteria eksklusi
a) Anak balita tidak memiliki KMS
b. Kelompok kontrol 1) Kriteria inklusi
a) Anak balita yang tidak menderita tuberkulosis paru yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul b) Anak balita yang memiliki
KMS 2) Kriteria eksklusi
a) Anak balita tidak memiliki KMS
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian a. Variabel bebas
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2007). Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu pemberian imunisasi BCG.
b. Variabel terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Notoatmodjo, 2002). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kejadian tuberkulosis paru.
2. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional 1 Pemberian
imunisasi BCG
Pemberian vaksin BCG yang digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis yang diberikan pada anak yang berusia < 2 bulan yang didapat melalui observasi dengan
chek list, dan melihat KMS pada anak balita yang selanjutnya dimasukkan kedalam
master tabel, dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi imunisasi BCG dan tidak imunisasi BCG
2 Kejadian tuberkulosis paru
Suatu penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh M. tuberculosis yang terjadi pada anak balita, yang didapatkan dari rekam medis yang selanjutnya dimasukkan kedalam master tabel dengan skala nominal dan dikategorikan menjadi tuberkulosis paru dan tidak tuberkulosis paru
Hasil
1. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden penelitian ini adalah sebanyak 33 balita yang menderita TB paru yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagai kelompok kasus dan 33
balita yang tidak menderita TB paru kelompok kontrol. Gambaran karakteristik responden penelitian terdiri dari umur dan jenis kelamin. Hasil analisis deskripsi karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Anak Balita Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Karakteristik TB Paru Tidak TB Paru Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%) Umur < 2 tahun 12 36,4 15 45,5 2 – 3 tahun 17 51,5 12 36,4 > 3 tahun 4 12,1 6 18,2 Total 33 100,0 33 100,0 Jenis Kelamin Laki-laki 13 39,4 11 33,3 Perempuan 20 60,6 22 66,7 Total 33 100,0 33 100,0
Sumber: Data sekunder diolah 2012
2. Kejadian Tuberkulosis Paru Data kejadian Tuberkulosis Paru diperoleh dari data sekunder Rekam Medis RSUD
Panembahan Senopati Bantul. Kejadian
Tuberkulosis paru dikategorikan menjadi TB paru dan tidak TB paru. Hasil analisis data kejadian
Tuberkulosis paru dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Anak Balita Berdasarkan TB Paru Pada Anak Balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Kejadian TB Paru Frekuensi Persentase (%)
TB paru 33 50,0
Tidak TB paru 33 50,0
Total 66 100,0
Sumber: Data sekunder diolah 2012
3. Pemberian Imunisasi BCG
Data pemberian imunisasi BCG diperoleh dari data KMS serta melakukan observasi dengan melihat scar pada lengan balita. Data pemberian imunisasi BCG dalam analisis univariat
dikategorikan menjadi imunisasi dan tidak imunisasi. Distribusi frekuensi data pemberian imunisasi BCG dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Anak Balita Berdasarkan Pemberian Imunisasi BCG Pada Anak Balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Imunisasi TB Paru Tidak TB Paru Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)
Imunisasi 25 75,8 31 93,9
Tidak imunisasi 8 24,2 2 6,1
Total 33 100,0 33 100,0
Sumber: Data primer dan sekunder diolah 2012
Tabel 4.4. Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian TB Paru Pada Anak Balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Imunisasi BCG Kejadian TB paru Total χ2 P C Tidak TB paru TB paru f % f % f % Imunisasi 31 55,4 25 44,6 56 100,0 4,243 0,039 0,246 Tidak imunisasi 2 20,0 8 80,0 10 100,0 Total 33 50,0 33 50,0 66 100,0 Sumber: Data sekunder diolah 2012
Hasil análisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dibuktikan dengan hasil analisis Chi-Square
diperoleh nilai χ2 hitung sebesar 4,243 dengan p value sebesar 0,039 (p<0,05). Hasil ini dapat diartikan bahwa pemberian imunisasi BCG memberikan kontribusi terhadap kejadian TB paru.
Hasil analisis diketahui sebagian besar balita yang diberi imunisasi tidak mengalami TB paru sebesar (55,4%), sedangkan balita yang tidak diberi imunisasi sebagian besar mengalami TB paru sebesar (80%). Dapat dijelaskan bahwa bayi yang tidak diberi imunisasi BCG mempunyai resiko yang lebih tinggi menderita TB paru. Hasil ini dapat diartikan bahwa pemberian imunisasi BCG pada bayi dapat mengurangi risiko kejadian TB paru. Pemberian imunisasi BCG merupakan bentuk tindakan preventif yang dilakukan sejak dini. Imunisasi BCG yang diberikan membuat bayi mempunyai kekebalan terhadap kuman penyebab TB sehingga tidak mudah terinfeksi TB. Didukung dengan Wahyu (2008) disebutkan bahwa vaksin BCG mampu memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi terhadap terinfeksi M. tuberculosis.
BCG merupakan jenis vaksin yang dikembangkan dan digunakan diberbagai Negara di dunia sebagai antibodi terhadap M.
tuberculosis. BCG juga termasuk dalam program
dan strategi WHO dalam menanggulangi masalah TB, terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa BCG dapat digunakan untuk mencegah TB paru pada anak. Seperti halnya yang dikemukakan oleh PP IDAI (2008) disebutkan bahwa BCG hingga saat ini masih merupakan vaksin yang masih
perlu dan aman diberikan sebagai antibodi terhadap TB.
Hasil analisis diketahui nilai koefisien kontingensi sebesar 0,246, menunjukkan keeratan hubungan dalam kategori rendah. Artinya hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam kategori rendah. Hasil ini dapat diartikan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan kejadian TB pada balita diantaranya adalah umur, status gizi balita, faktor lingkungan maupun status sosial ekonomi.
Berdasarkan hasil analisis diketahui sebagian besar balita yang menderita TB paru berumur 2-3 tahun sebesar 51,5%. Pada usia ini, anak masih rentan untuk terinfeksi berbagai macam penyakit. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang masih belum sempurna. Didukung pernyataan dari PP IDAI (2008) disebutkan snak berusia ≤5 tahun mempunyai resiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selularnya belum berkembang sempurna (imatur). TB paru juga dapat dipengaruhi oleh status gizi balita. Menurut teori disebutkan anak yang kurang gizi rentang mengalami berbagai penyakit dan infeksi (Wahyu, 2008). Hal ini dapat dijelaskan karena kekurangan gizi pada anak
menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh balita, sehingga mudah terserang penyakit termasuk infeksi TB paru.
TB paru juga dapat disebabkan karena adanya faktor lingkungan seperti lingkungan tempat tinggal yang tidak terjaga kebersihannya, kurangnya pencahayaan, kepadatan, kelembaban udara dan sirkulasi udara yang tidak memadai dapat menyebabkan rumah menjadi tempat berkembang biaknya kuman penyakit (Wahyu, 2008). Kondisi ini menyebabkan penghuninya termasuk balita rentan menderita TB paru.
Faktor sosial ekonomi secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi TB paru. Hal ini berkaitan dengan kemampuan orang tua untuk mencukupi dan memenuhi kebutuhan gizi pada balita. Selain itu keadaan ekonomi juga mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memberikan imunisasi kepada bayinya. Semakin rendah kondisi ekonomi maka semakin rendah kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Didukung pendapat Achmadi (2005) menyebutkan kondisi sosial ekonomi tidak berhubungan langsung dengan kejadian TB, tetapi merupakan penyebab langsung terhadap kondisi gizi buruk, perumahan yang tidak sehat dan kemampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang menurun.
Imunisasi BCG sangat penting diberikan kepada bayi. Pemberian imunisasi BCG pada bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi terhadap kuman TB sehingga akan menghindarkan bayi dari infeksi TB. Didukung dengan Wahyu (2008) menyebutkan upaya yang dilakukan untuk menghindari penyakit TBC yang berat, maka sistem imunitas mereka perlu ditingkatkan melalui vaksin Basil Callmette-Guerin (BCG).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rohmah (2011) dengan hasil penelitian imunisasi memberi kontribusi terhadap kejadian tuberculosis paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Unit Bantul, dengan nilai p<0,05. Hasil yang sama ditunjukkan dari penelitian Livana (2007) dengan hasil diketahui ada hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberculosis dengan nilai Rasio Odds (Ψ) dengan interval kepercayaan 95% didapatkan OR :0,489. Didukung dengan pendapat yang menyebutkan bahwa vaksinasi Basil Calmette-Guerin (BCG) dapat meningkatkan sistem imunitas yang menghindarkan bayi dan anak dari penyakit TBC berat, seperti TBC milier dan meningitis TBC.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Kejadian tuberkulosis paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar tidak diberikan imunisasi BCG
2. Pemberian imunisasi BCG pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar diberikan imunisasi BCG.
3. Ada hubungan yang signifikan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru pada anak balita di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Didukung hasil analisis Chi-Square
diperoleh nilai χ2
sebesar 4,243 dengan p value sebesar 0,039 (p<0,05).
4. Nilai koefiesien kontingensi sebesar 0,246 menunjukkan keeratan hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian TB paru dalam kategori rendah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul
a. Rumah sakit disarankan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam penanganan penyakit tuberkulosis pada anak.
b. Rumah sakit perlu untuk menggalakkan tindakan preventif penyakit tuberkulosis
melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan maupun promosi kesehatan kepada masyarakat.
2. Bagi Mahasiswa FIKES UNRIYO
Meningkatkan pengetahuan, wawasan serta informasi tentang hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak balita sebagai bahan referensi untuk mengembangkan penelitian dan kajian ilmiah mahasiswa.
3. Bagi Ibu-ibu yang mempunyai anak balita Menyarankan ibu-ibu untuk memberikan imunisasi secara lengkap kepada bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Umar F. (2005). Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : Buku kompas Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Azwar, Saifuddin. (2001). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2002-2003). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta
Brunner&Suddarth. (2001). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Crofton, John et al. (2002). Tuberkulosis klinis. Edisi 2. Jakarta : Widya Medika
Depkes R1. (2001). Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberculosis. Cetakan 6.
Jakarta
Depkes RI. (2007).Internet. Pedoman
Penanggulangan Tuberkulosis.
www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007. 10 November 2011
Depkes RI. (2010). Internet. Profil kesehatan 2010.www.depkes.go.id
Hidayat, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan
Anak untuk Pendidikan Bidan. Jakarta
:Salemba Medika
Hidayat, A. (2007) . Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknis analisa data.
Jakarta : Salemba medika
Hidayat, A. (2003). Riset Keperawtan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta
: Salemba medika
International Council of nursing. (2011). Training for Transformation Improving Care for
People Affected by Tuberculosis.
Switzerland
Livana. (2007). Hubungan Pemberian Imunisasi BCG dengan Kejadian TB Paru pada Anak Balita di Balai Pengobatan Paru
Ambarawa. Diambil pada tanggal.STIKES
Surya Global
Marimba, Hanum. (2010).Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dassar pada Balita. Yogyakarta :Nuha Medika Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi , Tesis, dan Instrument Penelitian
Keperawtaan. Jakarta: Salemba Medika
Pelita Indonesia. (2006). Stop Tuberkulosis.
www.pelitaindonesia.org
PP IDAI. (2008). Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Cetakan 2 dengan revisi. Jakarta Riwidikdo, Handoko. (2010). Statistik untuk
Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi
Program R dan spss. Yogyakarta : Pustaka
Rihama
Rohmah, Isti. (2011). Hubungan Pemberian
Imunisasi BCG dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru pada Anak Balita di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
Unit Bantul. Skripsi SI Keperawatan
UNRIYO.
Rusmawati. (2009). Faktor Resiko Kejadian TB Paru di Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Tahun 2008.Skripsi SI Kesehatan Masyarakat UNUD
Sastroasmoro,S.,Ismail,S.(2002). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis.Jakarta : Banipura Aksara
Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta : Graha ilmu
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan
R&D. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sujarweni, V.W. (2008). Belajar Mudah SPSS
untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi dan
Umum. Yogyakarta: Ardana Media.
Wahyu, Genis G.. (2008).Panduan Praktis Mencegah dan Menangkal TBC pada Anak. Jakarta: Dian rakyat
Wahyuni, Yuyun. (2009). Metodelogi Penelitian Bisnis Bidang Kesehatan . Yogyakarta : Fitramaya
Widyastuti. (2010). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Yogyakarta. Skripsi. SI Keperawatan