• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETERMINAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DETERMINAN KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2000-2015

KAHFI ALFATH HIRA

Tasikmalaya (kahfialfathhira18@gmail.com) Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Siliwangi

Jalan Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya Jawa Barat Indonesia (0265) 330634

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine empirically how correlation and the effect of economic growth, minimum wage and open unemployment rate to poverty rate in Indonesia year of 2000-2015. The research used multiple linear regression analysis with the method of Ordinary Least Square (OLS) and used the program EViews8. The results of research partially (test t) show that economic growth have negative correlation and non significant effect, the minimum wage have negative correlation and significant effect, while open unemployment rate have positive correlation and significant effect to poverty rate in Indonesia year of 2000-2015. Simultaneously (Test F) economic growth, minimum wage and open unemployment rate have significant effect to poverty rate in Indonesia year of 2000-2015.

Keywords: Poverty Rate, Economic Growth, Minimum Wage, Open Unemployment Rate.

ABSTRAK

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara empiris bagaimana hubungan dan pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan menggunakan bantuan program EViews8. Hasil penelitian secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh tidak signifikan, upah minimum mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh signifikan, sementara tingkat pengangguran terbuka mempunyai hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015. Secara bersama-sama (Uji F) pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015.

Kata kunci: Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran terbuka.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mewujudkan kemakmuran masyarakat melalui pengembangan perekonomian. Tujuan usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya, harus pula menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, kesenjangan dan tingkat pengangguran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu usaha pembangunan adalah untuk meminimalisir kemiskinan.

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis kemiskinan atau jumlah rupiah untuk konsumsi orang perbulan. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antara waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka.

Kemiskinan masih menjadi salah satu penyakit kronis di Indonesia yang masih belum bisa disembuhkan, sudah 71 tahun Indonesia merdeka, kemiskinan masih tetap menggerogoti bangsa ini. Berdasarkan data dari BPS, 15 tahun terakhir persentase kemiskinan di Indonesia cenderung menurun, fenomena yang terjadi pada tahun 2006 diwarnai oleh paradoks. Yaitu dimana membaiknya indikator makro tidak berkorelasi dengan membaiknya keadaan ekonomi masyarakat. Walaupun fenomena seperti itu tidaklah baru,akan tetapi harus menjadi perhatian serius semua pihak, khususnya dalam menggerakan ekonomi di masayang akan datang, karena membaiknya indikator ekonomi makro sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi harus beriringan dengan meningkatnya kesempatan kerja dan berkurangnya kemiskinan.

(3)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Gambar 1

Tingkat Kemiskinan Indonesia Tahun 2004-2008

Tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 17,75% disebabkan adanya lonjakan inflasi umum mencapai 17,11% yang dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan karena kenaikan harga BBM, akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.

Pertumbuhan ekonomi dengan laju yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan untuk memastikan kelangsungan pembangunan ekonomi yang optimal dan menurunkan angka kemiskinan. Di banyak negara di dunia syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi. Ini sangat penting, terutama di Indonesia, di mana pertumbuhan ekonomi yang dicapai dengan jumlah penduduknya yang cukup besar (sekitar 250 juta) dan terus bertambah setiap tahun ternyata diiringi dengan munculnya permasalahan meningkatnya jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Populasi yang besar dan terus bertambah itu membutuhkan pendapatan untuk bisa hidup layak, dan oleh karena itu mereka membutuhkan kesempatan kerja sebagai sumber utama pendapatan. Dan, sudah merupakan pengetahuan umum bahwa sumber utama pertumbuhan kesempatan kerja adalah pertumbuhan ekonomi.

Dalam beberapa tahun belakangan ini masalah besar yang dihadapi oleh tenaga kerja atau buruh di Indonesia ialah penetapan dan implementasi upah yang juga merupakan isu penting dalam dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi.

16,66 15,97 17,75 16,58 15,42 14 16 18 20 2004 2005 2006 2007 2008

(4)

Penetapan dan/atau pelaksanaan upah minimum dan juga keterlibatan pekerja dalam proses penetapan tersebut sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan pekerja (dan tingkat kemiskinan di Indonesia selama ini sangat ditentukan oleh tingkat kesejahteraan dari dua kelompok masyarakat yakni buruh dan petani).

Menurut (Sadono Sukirno, 2010) Pengangguran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan hal tersebut akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan.

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan membuat masyarakat Indonesia mengalami kesusahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Persoalan kemiskinan ini lebih dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka kemiskinan selalu ada.Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia, oleh karena itu penulis mengambil beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia, pada beberapa penelitian terdahulu telah teruji beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia, penulis tertarik menguji kembali dengan variabel yaitu; pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka, dengan mengambil judul “Determinan Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2000-2015”.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris bagaimana

(5)

pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun

2000-2015 baik secara parsial maupun secara bersama-sama.

METODE PENELITIAN

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat, dan tiga variabel bebas yaitu pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka tahun 2000-2015.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series), yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh instansi tertentu. Dalam penelitian data yang digunakan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Model penelitian ini menggunakan model analisis regresi linear berganda dengan metode deskriptif, di mana metode deskriptif itu merupakan metode dengan carapengumpulan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa adanya pada saat penelitian dilaksanakan

Untuk memperoleh data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan yaitu dengan membaca literatur-literatur bidang ekonomi dan pembangunan yang digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dan teori yang sesuai dengan topik penelitian.

2. Penelitian dokumenter yaitu dengan menelaah dan menganalisa laporan-laporan mengenai ekonomi dan pembangunan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Model Penelitian

Y = 𝛽0 + 𝛽1X1 + 𝛽2logX2 + 𝛽3X3 + e Dimana:

Y : Tingkat Kemiskinan

X1 : Laju Pertumbuhan Ekonomi X2 : Upah Minimum

X3 : Tingkat Pengangguran Terbuka β0 : Intercept

(6)

β1…βn : Konstanta e : error term

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengolah data menggunakan EViews8 didapat persamaan regresi dalam bentuk persamaan ekonometrika sebagai berikut:

Y = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏X1 + 𝜷𝟐logX2 + 𝜷𝟑X3 + e Y = 62,86445 – 0,190931X1 – 3,746562X2 + 0,439469X3 Prob. t-stat (0,4779) (0,0000) (0,0046) R-square (0,951599) F-statistik (78,64255) Prob. F-statistik (0,000000)

Berdasarkan persamaan diatas, diketahui bahwa koefisien tiap variabel adalah :

 Nilai konstanta (𝛽0) adalah 62,86445berarti ketika variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka bernilai konstan maka tingkat kemiskinan di Indonesia meningkat sebesar 62,86445%.

 Pertumbuhan ekonomi (X1) mempunyai koefisien sebesar -0,190931, berarti ketika pertumbuhan ekonomi meningkat 1%, maka tingkat kemiskinan di Indonesia menurun sebesar 0,190931%.

 Upah minimum (X2) mempunyai koefisien sebesar -3,746562, berarti ketika upah minimum meningkat 1% maka tingkat kemiskinan di Indoenesia menurun sebesar 3,746562%.

 Tingkat pengangguran terbuka (X3) mempunyai koefisien sebesar 0,439469, ini berarti ketika tingkat pengangguran terbuka meningkat 1%, maka tingkat kemiskinan di Indonesia meningkat 0,439469%.

Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah koefisien determinasi, uji signifikansi parsial (Uji t) dan uji signifikansi bersama-sama (Uji F).

(7)

Koefisien determinasi (𝑹𝟐)

Hasil regresi menunjukkan bahwa nilai R2 adalah sebesar 0,951599 atau 95,1599% hal ini berarti variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka dapat menjelaskan perubahan pada variabel tingkat kemiskinan sebesar 95,1599% dan sisanya sebesar 4,8401% disebabkan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model regresi ini.

Uji Signifikansi Parsial ( Uji t )

Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

Tabel 1 Hasil Uji t Variabel Prob (t-statistik) Signifikansi 5% Laju Pertumbuhan Ekonomi 0,4779 Tidak Signifikan

Upah Minimum 0,0000 Signifikan

Tingkat Pengangguran Terbuka 0,0046 Signifikan Sumber: Hasil Pengolahan EViews8

Diketahui, derajat keyakinan sebesar 95% (α = 0,05) maka diperoleh nilai t-tabel yaitu sebesar 1,812. Maka pengambilan keputusan:

 Pertumbuhan ekonomi mempunyai nilai probabilitas sebesar (0,4779> 0,05) atau nilai t-statistik < t-tabel (-0,732590 < 1,812) maka H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, artinya terdapat hubungan negatif yang tidak signifikan antara variabel pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan.

 Upah minimum mempunyai nilai probabilitas sebesar (0,0000< 0,05) atau nilai t-statistik < t-tabel (-9,322549 < 1,812) dan maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, artinya terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel upah minimum dengan tingkat kemiskinan.

 Tingkat pengangguran terbuka mempunyai nilai probabilitas sebesar (0,0046< 0,05) atau nilai t-statistik > t-tabel (3,472049 > 1,812) maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel

(8)

Uji Signifikansi Bersama-sama (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas yaitu pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka secara bersama-sama terhadap variabel terikat tingkat kemiskinan. Signifikansi variabel bebas secara bersama-sama dapat dilihat dengan membandingkan Prob. (F-statistik) dengan tingkat signifikansi atau membandingkan dengan F-statistik dengan F-tabel. Dari hasil regresi, dapat disimpulkan bahwa secara-bersama-sama variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinan. Hal ini dapat dilihat dari niali Prob.(F-statistik) yang lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi (0,000000 < 0,05) atau nilai F-statistik lebih besar dibandingkan dengan F-tabel (78,64255 > 3,48). Maka H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, sehingga secara bersama-sama variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap variabel tingkat kemiskinandi Indonesia tahun 2000-2015.

Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Cara yang digunakan untuk menguji gejala multikolinieritas dalam penelitian ini dengan menggunakan uji Correlations dalam Eviews8. Bila nilai koefisien korelasi lebih dari 0,8 maka terdapat gejala multikolinieritas, sebaliknya jika angka koefisien korelasi kurang dari 0,8 maka tidak terdapat gejala multikolinieritas.

Tabel 2 Uji Multikolinieritas X1 LOG(X2) X3 X1 1.000000 0.451567 -0.043562 LOG(X2) 0.451567 1.000000 -0.506834 X3 -0.043562 -0.506834 1.000000 Sumber: Hasil Pengolahan EViews8

Pada tabel tersebut terlihat bahwa tidak ada variabel yang korelasinya lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan dalam penelitian tidak terdapat gejala multikolinieritas.

(9)

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dapat menggunakan metode Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Jika (α = 5 %), maka keputusan yang diambil adalah:

Prob. Chi-square > 0,05 maka tidak terdapat gejala autokorelasi. Prob. Chi-square < 0,05 maka terdapat gejala autokorelasi.

Tabel 3 Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.661573 Prob. F(2,10) 0.5372 Obs*R-squared 1.869650 Prob. Chi-Square(2) 0.3927 Sumber: Hasil Pengolahan EViews8

Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa nilai Prob.Chi-square sebesar (0,3927 > 0,05), sehingga dapat disimpulkan model regresi tersebut bebas dari gejala autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat menggunakan uji white dalam Eviews8. Model regresi yang baik adalah regresi yang memenuhi asumsi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memenuhi ragam error yang sama. Jika α = 5% (0,05), maka keputusan yang diambil adalah :

Prob. Chi-square > 0,05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Prob. Chi-square < 0,05 maka terdapat gejala heteroskedastisitas.

Tabel 4

Uji Heteroskedastistitas Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 6.056582 Prob. F(9,6) 0.0200 Obs*R-squared 14.41347 Prob. Chi-Square(9) 0.1084 Scaled explained SS 5.067216 Prob. Chi-Square(9) 0.8284 Sumber: Hasil Pengolahan EViews8

(10)

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, diketahui bahwa nilai Prob. Chi-square > tingkat signifikansi (0,1084 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model penelitian.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, baik variabel dependen maupun variabel independennya terdistirbusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Jarque-Bera Test dalam Eview 8. 0 1 2 3 4 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 Series: Residuals Sample 2000 2015 Observations 16 Mean -3.33e-15 Median -0.119220 Maximum 1.203759 Minimum -1.095999 Std. Dev. 0.632978 Skewness 0.242327 Kurtosis 2.249996 Jarque-Bera 0.531598 Probability 0.766593

Sumber: Hasil Pengolahan EViews8

Gambar 2 Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa nilai probabilitas > tingkat signifikansi (0,766593 > 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi normal.

Pembahasan

Hubungan Dan Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Secara Parsial Terhadap Tingkat Kemiskinan Indonesia Tahun 2000-2015

Berdasarkan hasil regresi dengan derajat keyakinan sebesar 95% dapat dilihat besarnya koefisien regresi variabel pertumbuhan ekonomi sebesar -0,190931 dengan probabilitas 0,4779, artinya pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Artinya setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1%, maka tingkat kemiskinan turun sebesar 0,190931%. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai

(11)

hubungan tetapi tidak terlalu berpengaruh terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis dan penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Windra (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Indonesia” menggunakan alat analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Arius Jonaidi (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisi Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Di Indonesia” menggunakan model analisis simultan dengan hasil estimasi menunjukkan pertumbuhan ekonomi berkorelasi negatif terhadap tingkat kemiskinan Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi selama ini tidak diikuti dengan perbaikanpada pemerataan pendapatan, sehinggakenaikan perekonomian hanya dinikmati oleh sebagian kelompok tertentu, sementara golongan masyarakat miskin tidak memperoleh kenaikan yang berarti. Seharusnya dengan adanya pertumbuhan ekonomi berarti terdapat peningkatan produksi sehingga menambah lapangan pekerjaan yang pada akhirnya akan mengurangi kemiskinan.

Hubungan Dan Pengaruh Upah Minimum Secara Parsial Terhadap Tingkat Kemiskinan Indonesia Tahun 2000-2015

Berdasarkan hasil regresi dengan derajat keyakinan sebesar 95% yang diukur menggunakan rupiah dapat dilihat besarnya koefisien regresi variabel upah minimum sebesar -3,746562 dengan probability 0,0000 memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Ini berarti ketika upah minimum meningkat 1% maka tingkat kemiskinan di Indoenesia menurun sebesar 3,746562%.

Hasil ini sejalan dengan hipotesis yang dibuat peneliti dan penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh I.A Septyana Mega Putri (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Bali”. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan variabel upah minimum

(12)

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali periode tahun 2007-2011. Penelitian yang dilakukan oleh Adit Agus Prastyo (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2003-2007)”. Penelitian ini menggunakan analisis panel data sebagai alat pengolah datanya. Hasil penelitiannya menyatakan variabel upah minimum berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan.

Perkembangan upah minimum yang mengalami kenaikan tiap tahunnya menunjukan bahwa kenaikan upah minimum bisa membantu masyarakat yang bekerja mendapatkan upah yang lebih layak dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan (Kaufman 2000 dalam Achmad Khabhibi, 2010).

Dengan terdapatnya hubungan negatif dan signifikan antara upah minimum terhadap tingkat kemiskinan diharapkan pemerintah dapat menentukan kebijakan dalam menetapkan upah minimum dan penetapan kenaikan upah minimum sesuai dengankebutuhan hidup layak agar para pekerja tidak di eksploitasi dengan upah yang kecil serta perkembangan ekonomi yang sedang terjadi, jika kebutuhan hidup layak dapat terpenuhi, maka kesejahteraan pekerja meningkatkan dan terbebas dari masalah kemiskinan.

Hubungan Dan Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka Secara Parsial Terhadap Tingkat Kemiskinan Indonesia Tahun 2000-2015

Berdasarkan hasil regresi dengan derajat keyakinan sebesar 95% dapat dilihat besarnya koefisien regresi variabel tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,439469 dengan probabilitas 0,0046. artinya tingkat pengangguran terbuka mempunyai hubungan positif terhadap tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan. . Ini berarti ketika tingkat pengangguran terbuka meningkat 1%, maka tingkat kemiskinan di Indonesia meningkat 0,439469%.

(13)

Hasil ini sesuai dengan hipotesis dan penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Fransiska Hastin Wulandari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pengangguran dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012”. Penelitian ini menggunakan analisis panel data sebagai alat pengolahan data. Pengangguran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan provinsi di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Windra (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Indonesia” menggunakan alat analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia dalam periode tahun 2001 sampai tahun 2015.

Menurut Sadono Sukirno (2010) efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentu akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

Terdapatnya hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengangguran terbuka dengan tingkat kemiskinan menunjukan bahwa pengagguran sangat berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi di Indonesia memang perlu dilihat sebagai suatu masalah yang sangat serius, karena saat ini kemiskinan membuat masyarakat Indonesia mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu masalah kemiskinan ini dipicu karena masih banyaknya masyarakat yang mengalami pengangguran dalam bekerja. Pengangguran yang dialami sebagian masyarakat inilah yang membuat sulitnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga angka kemiskinan selalu ada. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka Secara Bersama-sama Terhadap Tingkat Kemiskinan Indonesia Tahun 2000-2015

Secara parsial variabel pertumbuhan ekonomi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan upah minimum dan tingkat

(14)

pengangguran terbuka memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Secara bersama-sama variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Besarnya kontribusi secara bersama-sama variabel pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia adalah sebesar 0.000000. Ini berarti variasi naik turunnya tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015 dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka.

PENUTUP

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris bagaimana hubungan dan pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial pertumbuhan ekonomi mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015, upah minimum mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015, tingkat pengangguran terbuka mempunyai hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015.

2. Secara bersama-sama pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2000-2015.

Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran sebagai berikut:

(15)

1. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, pemerintah diharapkan tanggap dengan permasalahan kemiskinan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, mengingat bahwa bagaimanapun kemiskinan menjadi tanggung jawab negara. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan, pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang tepat sasaran dan dilakukan secara konsisten untuk meningkatkan kinerja sektor-sektor ekonomi serta kebijakan tersebut mengacu pada pemerataan pendapatan.

2. Dari sisi upah minimum, dengan terdapatnya hubungan negatif dan signifikan antara upah minimum terhadap tingkat kemiskinan diharapkan pemerintah dapat menentukan kebijakan dalam menetapkan upah minimum yang memenuhi kebutuhan hidup layak pekerja buruh dan penetapan kenaikan upah minimum sesuai dengan perkembangan ekonomi yang sedang terjadi sehingga dapat mensejahterakan masyarakat dan menurunkan tingkat kemiskinan. 3. Dari sisi tingkat pengangguran terbuka, pemerintah hendaknya lebih

menggiatkan usaha-usaha pemberdayaan masyarakat, dengan demikian diharapkan masyarakat mampu mandiri dalam perekonomian. Pemerintah perlu merangsang terciptanya lapangan pekerjaan baru, seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap usaha kecil dan menengah (UKM) karena pada sektor itulah banyak kesempatan kerja dan dapat menyerap tenaga kerja penganggur. 4. Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak

signifikan terhadap tingkat kemiskinan, upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka berpengaruh signifikan, oleh karena itu kepada peneliti selanjutnya dikemudian hari diharapkan dapat melakukan studi lanjutan yang lebih mendalam tentang pengaruh upah minimum dan tingkat pengangguran terbuka yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan dengan jangka waktu data yang lebih lama dan metode yang lebih lengkap sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada dan hasilnya dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan berbagai pihak yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dalam hal pengentasan kemiskinan di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA

Adhi Saputra, Whisnu. 2011: Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Semarang. FEB UNDIP. http://eprints.undip.ac.id.

Aditya, Sri N. P. 2010: Analisis Ketimpangan antar Wilayah dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dengan Model Panel Data (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2007).Semarang. FE UNDIP.

Agus Prastyo, Adit. 2010: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2003-2007). Semarang. FE UNDIP.

(16)

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi. Edisi pertama. BPFE, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik. Ekonomi Dan Perdagangan Statistik Indonesia. http://www.bps.go.id/

Badan Pusat Statistik. Sosial Dan Kependudukan Statistik Indonesia. http://www.bps.go.id/

Barika. 2013: Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Se Sumatera. Jurnal Ekonomi Dan Perencanaan Pembangunan. Vol. 05 No. 01 Edisi Januari-Juni (27-36). http://repository.unib.ac.id.

Chrismastia, YFM. 2014: Pengertian Upah. Chapter II. http://e-journal.uajy.ac.id526832MIH01782.pdf.

Dita Aprilia, Rizki. 2016: Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Pendidikan Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi kasus Kab/Kota di Jawa Timur Tahun 2008-2013. Jurnal Ilmiah. Malang. FEB Universitas Brawijiya. http://jimfeb.ub.ac.id.

Drs. Subandi, M.M. 2008. Ekonomi pembangunan. Bandung: Alfabeta.

Dwi Kristanto, Prabowo. 2014: Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Kabupaten Brebes Tahun 1997-2012. Semarang. FEB UNDIP.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi Ke-3. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Ghozali, Imam. 2005. Struktur Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gujarati, Damodar dan Dawn C. Porter. 2015. Dasar-dasar Ekonometrika. Edisi kelima. Jakarta: Salemba Empat.

Gujarati, Damodar. 2004.Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga.

HastinWulandari, Fransiska. 2015: PengaruhPertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pengangguran dan Pendidikan Terhadap Kemiskinan Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012. Yogyakarta. FE UAJY. http://e-Journal.uajy.ac.id.

I Made Tony Wirawan, ddk. 2015: Analisis Pengaruh Pendidikan, PDRB Per Kapita Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin

(17)

Provinsi Bali. Jurnal ilmiah. Vol. 4, No. 5 Edisi Mei (546-569). http://ojs.unud.ac.id.

I.A Septyana Mega Putri, dkk. 2013: Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Bali. Jurnal ilmiah. Vol. 2, No. 10 Edisi Oktober (441-448). http://ojs.unud.ac.id.

Jonaidi, Arius. 2012. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol. 1, No. 1. Edisi April (140-164). http://ejournal.unp.ac.id.

Khabhibi, Achmad. 2013: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011). Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Kuncoro, Sri. 2014: Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Dan Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2011. Jurnal ilmiah. FEB UMS. http://eprints.ums.ac.id.

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan. Salinan. https://www.ekon.go.id.

Ryan Pranata Yudha, Okta. 2013 : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka, Dan Inflasi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2009-2011. Semarang. FE UNS.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2010.Makro Ekonomi Teori Pengantar, edisi 3.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

T. H. Tambunan, Tulus. 2016. Pembangunan Ekonomi Inklusif. Jakarta: LP3ES. Todaro, Michael P. 2004. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Windra, dkk. 2016: Analisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal ilmiah. Vol. 14, No. 2 Edisi November (19-27).http://e-jurnal.stie-ibek.ac.id.

Yacoub, Yarlina. 2012: Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal ilmiah. Vol. 8, No. 3 Edisi Oktober (176-185). http://repository.polnep.ac.id.

Gambar

Tabel 1  Hasil Uji t  Variabel  Prob  (t-statistik)  Signifikansi 5%  Laju Pertumbuhan Ekonomi  0,4779 Tidak Signifikan
Gambar 2  Uji Normalitas

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dialami kedua mitra adalah (1) kesulitan meningkatkan kapasitas produksi jamur akibat keterbatasan jumlah baglog, (2) rendahnya pengetahuan dan

KEW yang diwujudkan oleh Jabatan Perikanan daerah Langkawi telah memberi peluang pekerjaan kepada wanita di Kuala Teriang, dengan itu mengisi masa senggang mereka

All neurons across the visual field of a given slice have the same weight set, meaning that the total number of weights connecting the prior layer to the current layer is now

 Guru dan Peserta didik menarik sebuah kesimpulan tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan tentang Pengolahan Hasil Peternakan

Pentingnya kedudukan saksi dalam proses peradilan pidana, telah dimulai sejak awal proses peradilan pidana. Terungkapnya kasus pelanggaran hukum sebagian besar berasal

Penerapan metode group investigation dalam mengembangkan aspek kognitif siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Negeri 1 Kudus. Kooperatif group investigation (GI)

Dengan melakukan perhitungan yang sama dapat diperoleh nilai sekarang dari besaran manfaat JHT yang akan diberikan pada saat pencairan untuk seluruh peserta

6; Perilaku kekerasan .iasanya +iawali +engan situasi .er+uka yang  .erkepan6angan +ari seseorang karna +itinggal oleh orang yang +ianggap .erpangaruh +alam hi+upnya3