• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Seminar Tugas Akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Seminar Tugas Akhir"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Tugas Akhir

Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan RBF (Radial Basis Fuction) pada Plant Pengaturan Level Cairan Berbasis Mikrokontroler

ATmega32

Wahyu Nur Priyanto[1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Jln. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

Pengendalian plant yang parameternya tidak diketahui dapat dilakukan dengan menggunakan kendali cerdas yaitu dengan menggunakan jaringan saraf tiruan sebagai komponen kendali sistem. Jaringan syaraf tiruan ini pada dasarnya adalah fungsi pemetaan masukan keluaran sistem yang bebas model matematis. Jaringan syaraf tiruan dibangun pada awalnya dengan tujuan untuk meniru secara fungsional mekanisme kerja otak manusia dalam menyimpan, belajar dan mengambil kembali pengetahuan yang tersimpan dalam sel syaraf atau neuron.

Pada tugas akhir ini dilakukan pengujian terhadap jaringan syaraf tiruan RBF untuk mengendalikan ketingian level cairan. Pengendalian dilakukan dengan mengatur tegangan sumber yang masuk ke pompa yang dilakukan dengan mengatur sudut tunda pemicuan TRIAC. Pengujian dilakukan pada pengaruh nilai gain proporsional, laju konvergensi, jumlah fungsi basis, pengujian referensi naik, referensi turun dan pemberian gangguan.

Plant pengendalian level cairan menggunakan mikrokontroler ATmega32 sebagai kontroler dan pompa sebagai aktuator, merupakan plant uji untuk modul kendali jaringan syaraf tiruan RBF. Pada pengujian didapatkan hasil semakin besar laju konvergensi dan gain proporsional yang diberikan, membuat waktu naik dan waktu penetapannya semakin cepat. Semakin banyak fungsi basis yang digunakan akan memperkecil overshoot pada sistem. RBF memiliki respon yang cukup baik pada pengujian perubahan referensi dan ketika sistem diberi gangguan, tanggapan keluaran akan tetap terjaga dalam kestabilan.

Kata kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, RBF, mikrokontroler ATmega32.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekarang ini dunia teknologi industri terus berkembang dalam berbagai aspek salah satunya dibidang teknologi sistem kontrol. Padahal pada umumnya di dunia industri masih dijumpai kontroler yang sifatnya konvensional. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sistem kontrol yang baik untuk dapat menunjang berjalannya proses industri dengan maksud meningkatkan efisiensi dalam proses produksi. Sebagai contoh, otomatisasi dalam bidang industri yaitu proses pengaturan level cairan, pengisian atau pembuangan cairan dalam tangki.

Sebuah pendekatan dalam pengendalian

plant yang parameternya tidak diketahui dapat

dilakukan dengan menggunakan kendali cerdas yaitu dengan menggunakan jaringan saraf tiruan sebagai komponen kendali sistem. Jaringan syaraf tiruan ini pada dasarnya adalah fungsi pemetaan masukan keluaran sistem yang bebas model matematis. Jaringan syaraf tiruan dibangun pada awalnya dengan tujuan untuk meniru secara fungsional mekanisme kerja otak manusia dalam menyimpan, belajar dan mengambil kembali pengetahuan yang tersimpan dalam sel syaraf atau

neuron. Sistem kendali jaringan syaraf tiruan yang

dipergunakan yaitu memakai model Fix

Stabilising Controller yang pernah diusulkan oleh

Kraft G tahun 1990 secara on line.[2] Bentuk

jaringan syaraf tiruan yang dipergunakan adalah

Radial Basis Function (RBF) digunakan sebagai

komponen pengendali motor AC dengan parameter yang tidak diketahui. Dalam hal ini memakai metode dua masukan dengan satu keluaran.

Pada tugas akhir ini dirancang suatu sistem pengendalian level cairan dengan memanfaatkan mikrokontroler Atmega32 sebagai kontroler, dan kendali jaringan syaraf tiruan RBF dengan struktur kendali fixed stabilizing controller akan

melakukan koreksi sinyal kesalahan secara terus menerus sehingga menghasilkan sinyal kontrol yang mampu membuat keluaran plant sesuai

dengan referensi.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini adalah mengatur ketinggian cairan pada tangki penampung dengan jaringan Syaraf Tiruan Radial

Basis Function model pembelajaran Fixed

Stabilising Controllers berbasis mikrokontroler

Atmega32.

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam Tugas Akhir ini diberikan pembatasan - pembatasan sebagai berikut :

(2)

1. Pengendalian dengan Jaringan Syaraf Tiruan

Radial Basis Function (RBF) ini tidak

dibandingkan dengan metode lain.

2. Penentuan kinerja sistem terbaik berdasarkan waktu penetapan.

3. Mikrokontroler Atmega32 digunakan sebagai kontroler, sedangkan digunakan PC

(Personal Computer) sebagai monitoring.

4. Pengendalian ketinggian dilakukan dengan mengatur tegangan pompa.

5. Bahasa pemograman yang digunakan pada mikrokontroler adalah dengan menggunakan bahasa C sedangkan program yang digunakan dalam proses monitoring adalah Microsoft Visual Studio 2010.

6. Pengujian dilakukan pada pengaruh laju konvergensi, gain proporsional, jumlah fungsi

basis, perubahan referensi ketinggian dan

pemberian gangguan.

7. Plant yang digunakan mempunyai spesifikasi

pompa dengan debit keluaran 6500 l/h, pipa masukan dengan diameter ½ inci, valve

keluaran utama dengan diameter ½ inci, dan

valve gangguan dengan diameter ½ inci.

II. DASAR TEORI

2.1 Jaringan Syaraf Tiruan RBF

RBF (φ) merupakan fungsi dimana keluarannya simetris terhadap center c tertentu

atau dinyatakan sebagai φc = φ ||x - c||, dimana || . || merupakan vektor normal. Jaringan syaraf yang dibentuk dengan menggunakan fungsi basis

berupa fungsi basis radial dinamakan Jaringan

Syaraf RBF.

Jaringan RBF terdiri atas 3 layer yaitu input layer, hidden layer (unit tersembunyi) dan output

layer.[9] Masing–masing unit tersembunyi

merupakan fungsi aktifasi yang berupa fungsi

basis radial. Fungsi basis radial ini diasosiasikan

oleh lebar dan posisi center dari fungsi basis

tersebut. Struktur dasar jaringan RBF dapat dilihat pada Gambar 1. 1 ϕ 2 ϕ n ϕ ∑

Gamba 1 Struktur dasar jaringan syaraf RBF Setiap input dari jaringan syaraf tiruan RBF

ini akan mengaktifkan semua fungsi basis pada

hidden layer. Setiap unit dari hidden layer

merupakan fungsi aktifasi tertentu yang disebut sebagai fungsi basis. Di dalam hidden layer

terdapat sejumlah fungsi basis yang sejenis.

Setiap fungsi basis akan menghasilkan sebuah

keluaran dengan bobot tertentu. Output jaringan

ini merupakan jumlah dari seluruh output fungsi

basis dikalikan dengan bobot masing-masing.

Untuk jaringan RBF dengan 2 masukan, proses pemetaannya dapat dilihat pada Gambar 2.

22 * 11 21 * 11 ϕ ϕ ϕ ϕ 22 * 12 21 * 12 2 * 11 ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ n 22 * 1 21 * 1 2 * 12 ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ n n n n n* 2 1 ϕ ϕ ∑ 1 = ϕ 11 ϕ 12 ϕ 21 ϕ 22 ϕ n 1 ϕ n 2 ϕ

Gamba 2 Operasi jaringan syaraf RBF dengan 2 masukan

Setiap masukan akan mengaktifkan setiap fungsi basis pada jaringannya sendiri.

Misalkan pada operasi masukan [x1 x2]. Setiap masukan akan mengaktifkan fungsi basis pada

jaringan RBF, sehingga masukan x1 akan mengaktifkan fungsi basisφ11, φ12, sampai φ1n.

Masukan x2 akan mengaktifkan fungsi basisφ21, φ22, sampai φ2n. Pada hidden layer terjadi

korelasi silang antara setiap fungsi basis jaringan

RBF pertama dan jaringan RBF kedua. Masing– masing hasil korelasi silang diboboti dengan bobot tertentu yaitu w11,w12, sampai wnn. Keluaran jaringan RBF dihitung dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian antara keluaran tiap fungsi basis dengan bobotnya

sendiri ditambah dengan bobot bias (wb).

2.2 Struktur Jaringan RBF

Radial basis function (RBF) memiliki

jaringan yang tidak begitu kompleks, yaitu : input layer, hidden layer, dan output layer.

A Input layer

Input layer adalah bagian dari rangkaian

jaringan syaraf tiruan RBF sebagai masukan untuk melakukan proses pertama. Input layer ini

membaca data dari faktor luar yaitu keluaran plant

(unit sensor) dan nilai yang kita kehendaki (referensi). Di input leyer ini tidak memiliki

algoritma khusus, tetapi hanya sebagai suplemen terhadap layer berikutnya. Tahap awal ini

ditentukan sebagai identifikasi sebelumnya.

B Hidden Layer

Pada bagian ini terjadi aktifitas perumusan dalam pembentukan sistem algoritma yang digunakan dalam jaringan RBF. Layer (lapisan)

(3)

kedua adalah lapisan tersembunyi dari dimensi yang lebih tinggi, yang melayani suatu tujuan pada fungsi basis dan bobotnya dengan nilai yang

berbeda. Pada bagian hidden layer terjadi proses

aktifasi fungsi basis dan korelasi silang masing–

masing fungsi basis.

Pada hidden layer ini selain memuat bobot

juga memuat fungsi basis. Pada jaringan RBF

fungsi basis ini identik dengan dengan fungsi

gaussian yang diformulasikan pada persamaan

2.1.[2] 2 2 2d x c j j

e

− −

=

ϕ

…..………...….…….(1) Dimana :

c = Center fungsi gausiaan

d = Lebar fungsi gausiaan

xj = Masukan ke j

φj = Keluaran fungsi basis oleh adanya masukan xj Secara grafis fungsi ini digambarkan seperti pada Gambar 3.

Gambar 3 Fungsi Gaussian

Pada jaringan biasanya digunakan lebih dari 1 buah fungsi basis. Tiap – tiap fungsi basis

mempunyai 1 center dan 1 bobot tertentu

sehingga jumlah center dan bobot memori yang

digunakan sama dengan jumlah fungsi basis yang

digunakan. Untuk n buah membership function

pada jaringan maka diperlukan bobot memori sebesar n x jumlah fungsi basis yang digunakan

pada satu jaringan.

C Output layer

Hasil dari penjumlahan dari perkalian antara bobot dengan fungsi basis akan menghasilkan

keluaran yang disebut output layer. Output layer

merespon dari jaringan sesuai pola yang diterangkan pada input layer. Pada jaringan syaraf

RBF bentuk dan formasi sesuai dengan jaringan syaraf tiruan standar Skema dasar jaringan syaraf tiruan RBF dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Jaringan syaraf tiruan dengan 3 lapisan Pada Gambar 4 merupakan skema dasar dari perumusan algoritma dari RBF yang terletak pada daerah hidden layer. X1, X2 ….Xp

merupakan input, algoritma RBF terbentuk

ditengah, W1, W2 …Wn merupakan bobot yang ada. Hasil dari keluaran RBF adalah hasil penjumlahan dari perkalian bobot dan fungsi

basis.

2.3 Algoritma LMS

Algoritma LMS merupakan salah satu algoritma yang digunakan untuk pembelajaran atau pembaharuan bobot jaringan. Algoritma LMS mempunyai komputasi sederhana dengan melakukan proses untuk mengoreksi bobot–bobot jaringan yang akhirnya akan meminimalkan fungsi rata–rata kuadrat error. Secara matematis

algoritma LMS untuk pembaharuan bobot jaringan syaraf dituliskan pada persamaan 2.2. [5]

(

( ) ( )

)

*x * 2 w wk+1 = k +

μ

d ky k ……..….(2) Dimana : 1 k

w + : bobot pada cacah ke k+1

k

w : bobot pada cacah ke k

μ

: laju konvergensi (0<

μ

<1) x: masukan (fungsi basis)

(

d(k)−y(k)

)

: sinyal kesalahan

2.4 Strategi Pembelajaran Bobot

Beberapa strategi pembelajaran pada jaringan RBF ini antara lain :

1. Posisi center pada fungsi basis

2. Lebar dari fungsi basis

3. Bobot keluaran setiap fungsi basis

Pada tugas akhir ini strategi pembelajaran yang digunakan adalah pembaharuan bobot keluaran tiap fungsi basis.

2.5 Algoritma Pelatihan RBF

Algoritma pelatihan RBF secara iteratif memiliki langkah – langkah sebagai berikut : Langkah 1 :Menentukan jumlah fungsi basis yang

akan digunakan.

Langkah 2 :Menentukan center tiap fungsi basis.

Langkah 3 :Menyediakan bobot sebanyak (fungsi

basis)n + 1, dimana n adalah jumlah

masukan jaringan syaraf tiruan RBF. Langkah 4 :Inisialisasi bobot w = [0 0 0 . . . 0],

masukan laju konvergensi yang digunakan ( 0 < α <1).

Langkah 5 :Untuk setiap sinyal latih kerjakan langkah 6 – selesai.

Langkah 6 :Hitung keluaran tiap fungsi basis.

(4)

Langkah 8 :Hitung kesalahan (error) antara sinyal

terharap (d) dengan keluaran RBF y

error = d – y.

Langkah 9 :Update bobot-bobot tiap fungsi basis

dan bobot basis dengan metoda LMS.

2.6 Fixed Stabilising Controllers

Fix Stabilising Controlle merupakan

salah satu arsitektur kendali adaptif yang diusulkan oleh Miller pada tahun 1987 dan Kraft pada tahun 1990[2]. Blok diagram kendali dengan skema Fix Stabilising Controller dapat dilihat

pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram kotak pengendalian dengan jaringan syaraf secara on- line: metode fixed stabilising

controllers

2.7 Plant Pengendalian Level Cairan

Untuk plant pengendalian level cairan ini

secara garis besarnya dapat dilihat pada Gambar 6. Perangkat keras meliputi sistem mikrokontroler berfungsi sebagai pengendali, unit masukan dan PC sebagai monitoring. Keluaran level ketinggian ditampilkan pada licuid crystal display (LCD).[7]

pompa V-1 Tank 1 Tank 2 PING PELAMPUNG Tank 3 utama PC LCD KEYPAD Kendali tegangan AC dengan zero crossing gangguan

Gambar 6 Perangkat keras pengendalian level ketinggian cairan.

2.8 Rangkaian sistem minimum

Mikrokontroler Atmega32

Sistem mikrokontroler digunakan sebagai unit kendali utama yang didalamnya berisi program untuk mengendalikan proses pengaturan pompa (pump), termasuk pengesetan parameter,

pengaturan tampilan LCD, pengaturan data serial

dan input clock sensor PING, kendali jaringan

syaraf tiruan RBF serta mengatur aliran data komunikasi serial melalui RS232 dengan

komputer untuk proses monitoring. Secara umum alokasi penggunaan port pada rangkaian

Atmega32dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 7.[7] Tabel 1 Penggunaan port pada ATmega32.

PORT ATMEGA32 Fungsi

Port A PORTA Keypad

Port B PORTB.2 PORTB.5 Sensor PING

TM Led

Port C PORTC LCD

Port D PORTD.2 PORTD.3

Intrupsi Zero Crossing Detector

Output kePompa (MOC3021) `

10 K

Gambar 7 Alokasi port pada sistem minimum mikrokontroler Atmega32.

3.1 Perancangan Kendali Jaringan Syaraf

Tiruan RBF

Perancangan kendali RBF dilakukan untuk merancang jaringan RBF yang akan digunakan. Perancangan jaringan RBF meliputi perancangan fungsi basis yang digunakan dan perancangan

algoritma kontrol RBF yang akan diimplementasikan pada mikrokontroler. Sistem kendali jaringan syaraf RBF secara keseluruhan diperlihatkan pada Gambar 8.

22 * 11 21 * 11 ϕ ϕ ϕ ϕ 22 * 12 21 * 12 2 * 11 ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ n 22 * 1 21 * 1 2 * 12 ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ n n n n n* 2 1 ϕ ϕ ∑ 1 = ϕ 11 ϕ 12 ϕ 21 ϕ 22 ϕ n 1 ϕ n 2 ϕ n n 2 1 22 12 21 11 ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ ϕ = = =

Gambar 8 Diagram blok jaringan syaraf RBF

(5)

3.1.1 Penentuan Nilai Gain Proporsional

Penentuan besarnya gain proporsional

secara praktis dibatasi oleh jangkauan sinyal kendali maksimum. Diusahakan sinyal kendali proporsional pada kondisi awal tidak melebihi 100, karena keluaran maksimum dari kendali jaringan syaraf RBF adalah 100.

3.1.2 Penentuan Nilai Laju Konvergensi

Pemilihan besarnya laju konvergensi yang digunakan pada pengendalian dilakukan secara empiris dan tidak boleh terlalu besar karena hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem keluaran plant. Pada tugas akhir ini laju

konvergensi yang digunakan pada range 0 sampai

1.

3.1.3 Penentuan jumlah fungsi basis pada jaringan RBF

Dengan mempertimbangkan besarnya memori yang dimiliki mikrokontroler AVR ATmega32 diperoleh jumlah fungsi basis

maksimal adalah 10 karena banyaknya jumlah fungsi basis berpengaruh pada penggunaan

memori pada mikrokontroler.

3.1.4 Perancangan Algorima Kontrol

Jaringan Syaraf Tiruan RBF

Tahap pertama yang perlu dilakukan pada perancangan algoritma kontrol jaringan syaraf tiruan RBF adalah merancang jaringan yang akan digunakan. Proses perancangan jaringan RBF yang akan digunakan diperlihatkan pada Gambar 9.

Gambar 9 Diagram alir perancangan jaringan RBF Proses perancangan jaringan RBF jumlah fungsi basis menentukan besarnya nilai center dan

deviasi yang digunakan dalam perhitungan

keluaran RBF. Algoritma untuk menghitung keluaran jaringan RBF 2 masukan diperlihatkan oleh diagram alir pada Gambar 10.

Gambar 10 Diagram alir perhitungan keluaran RBF 2 dimensi

Aplikasi algoritma kontrol jaringan syaraf tiruan RBF secara keseluruhan ditunjukan oleh diagram alir pada Gambar 11. Proses kontrol diawali dengan setting parameter jaringan RBF yang meliputi jumlah fungsi basis yang

digunakan, gain proporsional dan laju

konvergensi jaringan.

(6)

3.2 Perancangan Program Utama

Perancangan perangkat lunak program utama ini secara garis besar bisa dilhat pada Gambar 12 diagram alir program utama. Perancangan program bertujuan untuk mengatur kerja sistem seperti inisialisasi register I/O dan

variabel, scanning keypad, memilih kontroler,

setting parameter, pembacaan hasil sensor, proses

perhitungan jaringan syaraf tiruan RBF.

Gambar 12 Diagram alir program utama.

IV. PENGUJIAN dan ANALISIS

4.1 Pengaruh Perubahan Gain Proporsional

Beberapa hasil pengujian Pengaruh Perubahan Gain Proporsional Terhadap Transien

Ketinggian Level Cairan ditunjukan pada Gambar 13, dan Gambar 14.

Gambar 13. Respon transien kendali RBF untuk referensi 15 cm dengan gain proporsional 0,2

Gambar 14. Respon transien kendali RBF untuk referensi 15 cm dengan gain proporsional 0,8

Data parameter unjuk kerja pada pengujian ini diperlihatkan pada Tabel.1.

Tabel 2. Data parameter unjuk kerja sistem pada referensi 15 cm terhadap perubahan nilai gain proporsional Nilai Gain proposional Darameter sistem tr detik tp detik ts detik overshoot(%) 0,1 35 40 47 5,3 0,2 27 35 41 4,6 0,3 25 33 42 4 0,4 23 35 47 3,3 0,5 21 30 45 3,3 0,6 21 27 43 2,3 0,7 22 25 48 3,3 0,8 21 23 27 2,3 0,9 22 25 35 4 1 21 23 28 4

4.2 Pengaruh Perubahan laju konvergensi

Beberapa hasil pengujian Pengaruh Perubahan laju konvergensi Terhadap Transien Ketinggian Level Cairan ditunjukan pada Gambar 15, dan Gambar 16.

(a) bobot awal nol

(b) bobot hasil latih

Gambar 15. Respon transien kendali RBF untuk referensi 15 denagan konvergensi 0,3

(a) bobot awal nol

(b) bobot hasil latih

Gambar 16. Respon transien kendali RBF untuk referensi 15 dengan Laju konvergensi 0,8

(7)

Data parameter unjuk kerja pada pengujian pengaruh laju konvergensi diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Data parameter unjuk kerja sistem pada referensi 15 cm terhadap perubahan nilai laju konvergensi

Nilai LK

Bobot awal nol Bobot hasil latih tr tp ts Mp tr tp ts Mp 0,1 41 60 145 32,7 29 50 124 26 0,2 31 51 109 40,7 25 41 97 32 0,3 29 48 101 44 23 49 64 36 0,4 27 48 95 45,3 22 40 69 40 0,5 25 44 84 43,3 22 40 60 40 0,6 25 46 93 46,7 23 42 66 44 0,7 23 43 92 48,7 24 42 67 45 0,8 22 41 84 44 22 40 60 44 0,9 24 43 87 45,3 23 41 61 44 1 23 42 85 45,3 23 41 60 43

4.3 Pengaruh Perubahan Jmlah Fngsi Basis

Beberapa hasil pengujian Pengaruh Perubahan jumlah fungsi basis Terhadap Transien

Ketinggian Level Cairan ditunjukan pada Gambar 17, dan Gambar 18.

(a) bobot awal nol

(b) bobot hasil latih

Gambar 17. Respon transien kendali jumlah fungsi basis 3

(a) bobot awal nol

Gambar 18. Respon transien kendali RBF jumlah fungsi basis 8

(b) bobot hasil latih

Gambar 18. Respon transien kendali RBF jumlah fungsi basis 8 {lanjutan)

Data parameter unjuk kerja pada pengujian pengaruh jumlah fungsi basis diperlihatkan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Data parameter unjuk kerja sistem pada referensi 15 cm terhadap perubahan jumlah fungsi basis

Jumlah fungsi

basis

Bobot awal nol Bobot hasil latih tr tp ts Mp tr tp ts Mp 2 25 52 219 56,7 24 43 127 45,3 3 25 48 118 52,6 22 40 78 42 4 26 48 96 50 23 41 67 43,3 5 25 44 85 44 22 40 63 40,7 6 27 47 85 44 25 41 73 37,3 7 27 46 79 40 23 38 57 32,7 8 28 45 76 26,5 24 38 59 30,7 9 32 50 85 36 30 48 67 35,3 10 32 49 96 35,3 32 48 68 32,6

4.4 Pengaruh Perubahan Referensi Naik dan

Referensi Turun

Pengujian dilakukan dengan parameter jaringan RBF sebagai berikut laju konvergensi 0,5

gain proporsional 0,8 dan jumlah fungsi basis 8.

Hasil pengujian referensi naik dapat dilihat pada Gambar 19

(a) Bobot awal nol

(b) Bobot Hasil Latih

Gambar 19. Respon Pengujian Referensi naik kendali RBF

Data parameter dari hasil percobaan referensi naik seperti pada Tabel 5.

(8)

Tabel 5. Data parameter unjuk kerja sistem terhadap perubahan nilai referensi naik

Parameter unjuk kerja

Laju konvergensi = 0,5

Gain proporsional = 0,8

Jumlah basis = 8

Bobot awal nol Bobot hasil latih Ketinggian 10cm – 16cm 16cm-20cm 10cm – 16cm 16cm-20cm Waktu naik detik 14 detik 13 detik 11 detik 11

Waktu stabil 60 detik 70 detik 37 detik 56 detik Overshoot 51,6 % 67,5 % 28,3 % 45 %

Pengujian dilakukan dengan parameter jaringan RBF sebagai berikut laju konvergensi 0,5

gain proporsional 0,8 dan jumlah fungsi basis 8.

Hasil pengujian referensi naik dapat dilihat pada Gambar 20 dan data parameter unjuk kerja pada Tabel 6.

(a) Bobot awal nol

(b) Bobot hasil latih

Gambar 20. Respon Pengujian Referensi turun kendali RBF

Tabel 6. Data parameter unjuk kerja sistem terhadap perubahan nilai referensi tutun

Parameter unjuk kerja

Laju konvergensi = 0,5

Gain proporsional = 0,8

Jumlah basis = 8

Bobot awal nol Bobot hasil latih Ketinggian 20cm – 15cm 15 cm – 10cm 20cm – 15cm 15 cm – 10cm waktu stabil 69 detik 19 detik 45 detik 15 detik

4.4 Pengaruh Gangguan Terhadap Respon

Sistem

Pada saat pengujian digunakan referensi ketinggian 15 cm dengan nilai gain proporsional

0,8 laju konvergensi 0,5 dan jumlah basis 8.

Setelah respon mencapai nilai referensi selanjutnya diberikan gangguan berupa pembukaan valve ganggguan. Setelah kondisi

stabil valve utama ditutup kemudian valve utama

dibuka kembali setelah kondisi sistem stabil. Hasil pengujian pemberian gangguan diperlihatkan pada Gambar 21.

(a) Bobot awal nol

(b) Bobot hasil latih

Gambar 21. Respon pengujian pemberian gangguan kendali RBF

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan perancangan, pembuatan, pengujian dan penganalisaan teknik kendali jaringan syaraf tiruan RBF dengan struktur kendali fixed stabilizing controller, proses

pengaturan ketinggian cairan pada tangki penampung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kestabilan respon keluaran ketinggian level cairan akan sangat tergantung terhadap pemilihan parameter-parameter kendali yaitu:

- Besarnya laju konvergensi

berpengaruh semakin besar nilai laju konvergensi yang digunakan maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kestabilan akan tetapi respon transien akan mengalami

overshoot yang semakin besar.

- Besarnya gain proporsional

berpengaruh semakin tinggi nilai gain

yang digunakan maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai referensi.

(9)

- jumlah fungsi basis berpengaruh

semakin besar jumlah fungsi basis

akan mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kestabilan dan memperkecil

overshoot pada respon sistem.

2. Plant pengendalian ketinggian level

caiaran jaringan syaraf tiruan RBF dengan nilai gain proporsional 0,8, laju

konvergensi 0,5 dan jumlah fungsi basis 8

dapat untuk mengatasi gangguan yang diberikan.

3. Pada pengujian transien sistem dengan posisi valve utama terbuka penuh, respon

keadaan tunak dan waktu naik terbaik dengan menggunakan parameter gain

proporsional 0,8 laju konvergensil 0,5 dan jumlah fungsi basis 8.

5.2 Saran

Pada pengembangan sistem lebih lanjut ada beberapa saran yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

1 Untuk penelitian pengendalian dengan menggunakan jumlah fungsi basis yang

lebih besar dapat menggnakan mikrokontroler yang memiliki memori lebih besar.

2 Dapat dilakukan pengendalaian level cairan dengan metode gain scheduling

dan MRAC.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Andrianto, Hari, Pemograman

Mikrokontroler AVR ATMEGA16 Menggunakan Bahasa C (Code Vision AVR), Informatika, Bandung, 2008.

[2] Brown, Martin and Harris, Neurofuzzy

Adaptive Modelling and Control, Prentice

Hall Inc, 1994

[3] Dani, Agus, Tugas Akhir: Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan RBF (Radial Basis Function) Untuk Pengendalian Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Secara On-Line

Mikrokontroler ATMega 8535, Universitas

Diponegoro, Semarang, 2007.

[4] Hariyanto, Tugas Akhir: Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan RBF (Radial Basis Function) Pada Sistem Kontrol Valve Untuk Pengendalian Tinggi Muka Cairan Secara

On-Line, Universitas Diponegoro,

Semarang, 2007.

[5] Haykin, Simon, Neural Nerworks- A

Comprehensive Foundation, Macmillan

Colege-Publishing Company Inc, New York. 1994.

[6] Kusumadewi, Sri, Artificial Inteligence.

GRAHA ILMU Yogyakarta, 2003.

[7] Tigor, Eduward, Tugas Akhir: Tuning Parameter Proporsional-Integral Dengan FL (Fuzzy Logic) Untuk Pengaturan Level

Air Berbasis Mikrokontroler ATMega 8535,

Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. [8] Widrow B, Stearns S D, Adaptive Signal

Processing, Prentice hall, New Jersey. 1985

[9] Winoto, Ardi, Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemograman dengan Bahasa C pada WinAVR ,Informatika, Bandung, 2008

[10] ………,www.data2money.com/PDF/R BFpaper.pdf

Wahyu Nur Priyanto (L2F 307 051)

Lahir di Brebes 22 September 1984. Saat ini sedang melanjutkan studi pendidikan strata I di Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Konsentrasi Kontrol.

Mengetahui dan mengesahkan, Dosen Pembimbing I Wahyudi, ST, MT NIP. 196906121994031001 Tanggal:____________ Dosen Pembimbing II Iwan Setiawan, ST, MT NIP. 197309262000121001 Tanggal: ___________

Gambar

Gambar 6 Perangkat keras pengendalian level  ketinggian cairan.
Gambar 9 Diagram alir perancangan jaringan RBF
Gambar 13. Respon transien kendali RBF untuk  referensi 15 cm dengan gain proporsional 0,2
Tabel 3. Data parameter unjuk kerja sistem pada  referensi 15 cm terhadap perubahan nilai laju  konvergensi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian PLA talas kimpul 400 mg/kg berat badan dapat menghambat laju absorbansi glukosa yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah yang rendah pada uji glucose

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAIT 6,554. TOTAL LABA

Karena saat anda berkata tidak bisa, sama dengan menegaskan kepada pikiran bawah sadar anda untuk tidak bisa, sedangkan suatu saat anda pasti bisa.Tentunya hal

UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan melalui Kepala Satpam akan menugaskan dua orang Petugas Satpam non-shift atau yang sedang tidak bertugas

Berdasarkan Rasio Solvabilitas yang terdiri dari Debt to Total Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio menunjukan kinerja keuangan BUMDes masuk dalam kriteria sangat baik..

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosedur ekspor yang dilakukan oleh CV.ACLASS Surakarta terdiri dari tahap korespondensi, pembuatan Kontrak Dagang (Sales

Hasil kuantifikasi atau penghitungan plak yang terbentuk (PFU) (Tabel 1) setelah dilakukan satu kali perbanyakan dalam proporsi yang sama (100 µl kultur EPEC diinfeksikan dengan

Berdasarkan analisis menggunakan FMEA, dapat diketahui komponen prioritas yang paling berpengaruh berdasarkan nilai RPN tertinggi dan akan diperbaiki strategi perawatan