• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENDIDIKAN A KHLAK ANAK PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG, DESA TRUKO, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STRATEGI PENDIDIKAN A KHLAK ANAK PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG, DESA TRUKO, KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK

PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA

DI DUSUN BAWANG, DESA TRUKO,

KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

ABDUL HALIM MANSUR

NIM 11413010

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

SALATIGA

(2)
(3)

NOTA PEMBIMBING

Lamp. : 4 eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamualaikum wr. Wb

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:

Nama : Abdul Halim Mansur

NIM : 11413010

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA

KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN

BAWANG DESA TRUKO KECAMATAN BRINGIN

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Wassalamualaikum wr. Wb

Salatiga, 16 Agustus 2017 Pembimbing

(4)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAKANAK PADA KELUARGA

TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG TRUKO

KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016

DISUSUN OLEH ABDUL HALIM MANSUR

11413010

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan.

Susunan Panitia Penguji Ketua penguji : Mufiq, S,Ag, M.Phil Sekretaris penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd Penguji II : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si

Salatiga, 18 September 2017

Dekan

FTIK IAIN Salatiga

Suwardi, M. Pd.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Abdul Halim Mansur

NIM : 11413010

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 16Agustus 2017

Yang menyatakan,

(6)

MOTTO

ةحابساو ةباتنىا ًميعي ناو ًبداو ًمسا هسحي نا دىىىا ىيع دىاىىا قح

) مماحىا ياوز ( كزدا اذا ًجوصي ناو ابيط لاا ًقشسي لا ناو ةيامسىاو

Artinya: “Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan akhlak/ sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berrenang dan memanah, memberi makan

dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup umur.” ( syu’bu Al

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Semua anggota keluargaku, istri dan anakku, orang tuaku, yang semuanya

telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta bantuan.

2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo’akanku dan mendukungku.

3. Ibu Dr. Lilik Sriyanti M.Si yang dengan sabar membimbingku dalam

penulisan skripsi.

4. Semua Dosen dan Guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku.

5. Semua Bapak dan Ibu guru MI Miftahul Huda Truko yang memberikan

dukungan serta bantuan dan juga murid-muridku yang semuanya

mendo’akanku.

6. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, sahabatku dan sahabatku yang lainnya

trimakasih atas semuanya.

7. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, trimakasih

(8)

ABSTRAK

Mansur, Abdul Halim. 2016.Strategi Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita di Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan

Bringin, Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas

TarbiyahdanIlmuKeguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.

Kata Kunci: pendidikan akhlak dan keluarga TKW

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kwalitas pendidikan akhlak keluarga TKW Dusun Bawang. Pertanyaan umum yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pendidikan akhlak dalam keluarga TKW? (2) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2017? (3) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak keluarga TKW?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Jadi kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat peneliti bertindak langsung dalam proses pencarian data. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari informan pada waktu diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para informan. Selain data yang berupa keterangan yaitu data dari hasil observasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan tahap akhir dari analisa data adalah mengadakan keabsahan temuan.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak adalah orang tua, keluarga, guru atau ustadz, dan masyarakat.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah

memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “strategi pendidikan akhlak anak

pada keluarga tenaga kerja wanita di dusun bawang, desa truko, kecamatan

bringin, kabupaten semarang tahun 2016)”.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta

para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk

membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama islam.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (SPd) di Sekolah InstitutAgama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“strategi pendidikan

akhlak anak pada keluarga tenaga kerja wanita di dusun bawang, desa

truko, kecamatan bringin, kabupaten semarang tahun 2016)”.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga

(10)

4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuan.

7. Semua anggota keluargaku istriku, ibu, dan anggota keluarga yang lain

yang telah menemani, membantu, dan memberikan motivasi kepada

penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,

sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan

mereka diterima oleh Allah SWt.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini

dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 16Agustus 2017 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN LOGO... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penegasan Istilah ... 8

(12)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Kehadiran Peneliti ... 11

3. Lokasi Penelitian ... 12

4. Sumber Data ... 12

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 13

6. Analisis Data ... 14

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 15

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 15

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak... 16

2. Model Pola Asuh dalam Keluarga... 17

3. Isi Materi Pendidikan Akhlak... 21

B. Keluarga TKW 1. Pengertian Keluarga TKW... 33

2. Faktor Penyebab Menjadi TKW... 34

3. Kendala dan Pemecahan yang Dihadapi Dalam Keluarga TKW a. Keadaan pengasuh... 38

b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW... 39

4. Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga TKW... 42

(13)

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Letak Geografis... 44

2. Keadaan Penduduk... 44

B. Diskripsi Subjek Pendidikan Akhlak a. Hasil wawancara Syarif... 48

b. Hasil wawancara Alifah... 51

c. Hasil wawancara Renita... 54

d. Hasil wawancara Wildan... 57

BAB IV PEMBAHASAN A. Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW 1. Pihak yang Terlibat dalam Pendidikan Akhlak... 62

2. Strategi Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 65

3. Nilai Akhlak yang Ditanamkan dalam Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 68

B. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak di Keluarga TKW 1. Kurangnya Pengetahuan Pengasuh dalam Mendidik Anak... 71

2. Kurangnya Ketrampilan Pengasuh dalam Mendidik Anak... 72

3. Kurangnya Kepedulian Pengasuh dalam Mendidik Anak.... 73

C. Faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak dalam Keluarga TKW 1. Perhatian Pengasuh... 71

(14)

3. Lingkungan Sekitar... 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 45

Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 53

Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan... 47

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan akhlak merupakan pendidikan tingkah laku yang

bertujuan untuk membentuk akhlak mahmudah. Jadi pendidikan akhlak

adalah usaha untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik

atau dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan akhlak adalah

kebutuhan bagi setiap manusia yang harus diberikan agar dia menjadi

insan yang baik. Karena manusia yang baik akan menguntungkan orang

lain dan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan

merugikan orang lain dan dirinya sendiri pula.

Nata ( 2010:15) berpendapat jika kata al-tahzib berarti pendidikan

akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk. Dari arti kata

tersebut pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang

tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan

ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat

serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak

mulia (Nata, 2010:16). Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa

kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya iti disebut

akhlak (Achmad,1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan

(17)

Anak sangat ditentukan perkembangannya oleh keluarga. Ayah dan

Ibu serta anggota lain di rumah harus bekerjasama dalam mendidik Anak.

Shochib mengemukakan “Esensi keluarga adalah kesatuarahan dan

kesatutujuan atau keutuhan dalam mengupayakan Anak untuk memiliki

dan mengembangkan disiplin diri” (Shochib, 1998:18). Jadi keutuhan

keluarga terutama Ayah dan Ibu sangat mempengaruhi perkembangan

Anak. Sehingga orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal yang akan

dilakukan jika harus berpisah dengan Anak.

Dalam sebuah hadistelah dijelaskan beberapa kewajiban orang tua

terhadap anak:

نا و ًب دا و ًمسا هسحي نا دىِ ىىا ىيع دَى َاىىا ُّقَح

ةح ابساو ةب اتنىا ًميعي

مم احىا ياوز( كزدا اذا ًجوصي ناو ابيطلاا ًقشسي لا ناو ةي امسىاو

)

Artinya:“ :Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan

akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berenang, dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup umur.”(Syu’bu Al Iman Li Al Baihaqi, hadis ke 8137:2856)

Hal itu sangatlah jelas jika mendidik akhlak anak hukumnya wajib,

karena disitu disebutkan jika orang tua wajib mendidik sopan santun yang

juga merupakan akhlak.

Akhlak yang mulia menurut ajaran islam adalah melaksanakan

kewajiban-kewajiban menjauhi segala larangan-larangan memberikan hak

pada yang mempunyainya, baik yang berhubungan dengan allah maupun

yang berhubungan dengan makhluk, dirinya sendiri, orang lain dan

(18)

tidak bisa melihat Allah, harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya,

sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Dan kesemuanya itu dilandasi dengan iman dan taqarrub kepada Allah

(Djatnika, 1996:24).

Orang yang ada di sisi anak tidak hanya bertugas untuk mendidik

saja, tetapi mengasuhnya. “Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar,

dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu,

sesuai posisi anak sebagai mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap

imbalan” (Lestari dan Ngatini, 2010:2). Jadi hal-hal lain salain mandidik

juga harus dilakukan dengan baik, karena akan mempengaruhi yang

lainnya.

Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) adalah pekerjaan yang dilakukan

oleh perempuan atau ibu rumah tangga dengan menjadi buruh di negara

lain. Kebanyakan mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga,

meskipun ada beberapa yang bekerja menjadi karyawan pabrik, penjaga

toko atau yang lainnya. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negeri (versi

badan legislatif) mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri

adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di

luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).

Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) menjadi pilihan ibu-ibu yang ingin

mendapat penghasilan banyak dengan mudah dan tanpa membutuhkan

(19)

bertekad melakukannya. Untuk menjadi TKW tidak harus bermodal

banyak guna mendapatkan pendidikan bahasa asing, karena sekarang

sudah banyak disediakan PT yang memberikan aturan biaya pendidikan

dengan sistem potong gaji setelah dia bekerja. Hal inilah yang

menyebabkan pekerjaan ini menjadi pilihan mereka. Tim PSGK STAIN

berpendapat bahwa faktor yang mendorong perempuan menjadi TKW ada

tiga: Faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, faktor

kemudahan menjadi TKW (Tim PSGK, 2007:31-38).

Sebenarnya gaji mereka tidak terlalu besar, tetapi dibanding

dengan keuangan orang yang memiliki ekonomi rendah sudah cukup

lumayan. Pendapatan mereka digunakan untuk mencukupi kebutuhan

rumah tangga keluarga di rumah dan sisannya untuk simpanan.

Kebanyakan dari mereka tidak menggunakan gajinya untuk modal usaha

sehingga dia bisa merubah kondisi ekonominya, tetapi mereka

mempergunakan sisa uangnya untuk memperbaiki rumah dan membeli

sebidang tanah. Ada juga TKW yang uangnya habis karena digunakan

untuk berfoya-foya suaminya.

Di Dusun Bawang banyak ibu rumah tangga yang memilih jalan

hidupnya untuk menjadi TKW. Mereka ada yang bekerja di Saudi Arabia,

Abudabi, Taiwan, dll. Biasanya mereka pergi selama dua tahun, tetapi ada

juga yang sampai tiga atau empat tahun. Pekerjaan mereka juga beragam,

(20)

Banyak diantara mereka yang kembali ke sana setelah pulang ke kampung

karena merasa lebih nyaman berada di sana.

Alasan mereka memilih pekerjaan itu karena hasilnya yang

lumayan, tidak membutuhkan biaya tinggi, dan tidak membutuhkan

pendidikan yang tinggi atau ketrampilan khusus. Pekerjaan disana

kebanyakan menjadi ibu rumah tangga sehingga mereka kemungkinan

besar bisa mengerjakannnya, hanya saja bahasa komunikasinya yang

berbeda dan perlu belajar. Alasan lainnya, sebagian ada yang tidak

mempunyai sumber pendapatan, karena mempunyai pendapatan yang

tidak mencukupi, serta tidak dimilikinya jalan atau modal untuk

mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan itu karena keadaan yang

mendesak, demi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Ada juga yang

benar-benar bertekad karena merasa tidak cukup dengan pendapatan yang

di berikan oleh suaminya atau ingin memiliki rumah bagus dan tanah yang

luas seperti tetangga yang kaya.

Di Dusun Bawang sebagian besar orang bermata pencaharian

sebagian petani dan perajin besek ikan dan nasi, akan tetapi sawah di

daerah Bawang tidak ada sistem irigasinya sehingga sawah hanya bisa

digarap ketika musim penghujan. Selain itu biasanya masyarakat hanya

memiliki sebidang tanah yang hasilnya tidak cukup untuk makan sampai

masa panen selanjutnya tiba.

Nilai jual besek juga sangat rendah, bahkan besek nasi sudah

(21)

besek ikan. Dalam sehari rata-rata mereka dapat satu ikat yang harganya

9500 dan bahan baku bambu juga harus beli. Sebagian dari kepala

keluarga mereka ada yang merantau ke luar kota untuk bekerja sebagai

tukang bangunan atau tukang cat di sela-sela musim menggarap sawah.

Akan tetapi mereka yang mempunyai ketrampilan tidak harus pergi ke luar

kota untuk bertahan hidup, mereka ada yang berprofesi sebagai tukang

atau pengrajin makanan. Itulah peyebab mereka pergi menjadi TKW.

Meraka yang pergi kurang memikirkan dampak negatif dari

kepergiannya pada keluarga, terutama bagi anaknya. Anak sangat

membutuhkan peran Ibu untuk memberikan kasih sayang, pendidikan dan

perhatian. Mereka hidup tanpa kasih sayang seorang Ibu dan hanya

mendapatkan perhatian dari Ayah. Sebagian Ayah ada yang kurang

memperhatikan anaknya karena kurangnya ketlatenan dari pribadi seorang

Ayah dan sebagian ada yang karena ayahnya menyeleweng setelah

ditingggal ibu. Laki-laki yang di tinggal istrinya ada yang malah main

judi, main perampuan, mencuri, dll. Sehingga dengan keadaan seperti itu

anak tidak lagi terurus dan hanya mendapatkan pemenuhan kebutuhan

materi saja. Anak-anak mereka tidak mau sekolah tidak mau mengaji

sehingga setelah dewasa hanya menjadi orang yang kurang baik. Mereka

yang di perhatikan ayahnya saja juga nakal karena kurangnya kasih sayang

dan ketelatenan dari seorang ayah.

Kasih sayang seorang ibu sangat dibutuhkan oleh anak, dan bagi

(22)

sosok Ayah sekaligus Ibu, supaya mereka menjadi orang yang baik dan

terarah dan tidak kurang kasih sayang. Dalam mengasuh anak perlu

kesungguhan dan usaha yang total agar anak terbentuk sesuai keinginan

orang tua, anak berakhlakul karimah dan menjadi kebanggaan orang tua.

Dari fenomena di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan

penelitian yang berjudul “STRATEGI PENDIDIKAN AHKLAK ANAK

PADA KELUAGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG

DESA TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2016.

B. Fokus Masalah

1. Bagaimana pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW di Dusun

Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th

2016?

2. Apa saja kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak

anak di keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan

Bringin, Kabupaten Semarang th 2016?

3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi anak di keluarga TKW Dusun

Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th

2016?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW di

Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten

(23)

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan

akhlak anak di keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko,

Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th 2016?

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak di keluarga

TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten

Semarang th 2016.

D. Manfaat Penelitian

1.Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan

terhadap masyarakat pada umumnya, khususnya pada keluarga yang

bekerja sebagai TKW mengenai pendidikan akhlak anak TKW

terutama di Dusun Bawang.

2. Praktis

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi

para orang tua yang bekerja sebagai TKW dalam meningkatkan

kualitas dan mutu pendidikan anaknya,khususnya pendidikan

akhlak.Yang mana bukan hanya kesejahteraan materi yang menjadi

tuntunan karena keluarga khususnya orang tua merupakan pondasi

(24)

E. Penegasan Istilah

1. Pendidikan Akhlak

Pendidikan adalah suatu proses untuk menngenalkan dan

menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seseorang yang menjadi tujuan

dalam pendidikan nilai-nilai itu disampaikan dan di tanamkan dalam

membentuk karakter pribadi yang kemudian diimplementasikan dalam

kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara (Khoirun,1999:83 ).

Nata berpendapat pendidikan arti dari kata al-tahzib yang berarti

pendidikan akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk.

Dari arti kata tersebut pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental

seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan

menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunnya agar

menjadi baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi

pekertinya agar menjadi berakhlak mulai ( Nata, 2010:16 ).

Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari

karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi

istimewa (Mahmud, 2004:26-27). Sedangkan pendapat lain akhlak

adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam

jiwanya dan selalu ada padanya (Asmaran, 2002:1). Pendapat lain lagi

akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

(25)

memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Al Ghazali dalam Nata,

2002:4).

Jadi pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang

tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan

dengan ajaran norma, memperbaiki perilaku agar menjadi baik dan

terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi

berakhlak mulia (Nata, 2010:16).

2. Keluarga TKI/TKW

Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negeri (versi badan legislatif)

mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri adalah setiap

orang indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di

dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).

Mughni mendefinisikan buruh migran Indonesia adalah setiap

orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu

hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain.

(Tim PSGK, 2007:11-12).

Jadi keluarga TKW adalah keluarga yang ibu dalam keluarga itu

bekerja di luar negeri di dalam satu hubungan kerja dengan menerima

upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi yang dimaksud judul skrispsi

(26)

wanita di dusun bawang desa truko kecamatan bringin kabupaten

semarang tahun 2016.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif mempunyai latar aktual sebagai sumber langsung data dan

peneliti merupakan instrumen kunci. Penelitian kualitatif adalah

deskriptif, data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata

atau gambar daripada angka. Dalam penelitian ini lebih berkonsentrasi

pada proses daripada hasil atau produk serta cenderung menganalisis

data mereka secara induktif (Emzir, 2011:2-3).

Jenis penelitiannya adalah fenomenologis. Penelitian ini

melihat secara dekat interpretasi individual tentang

pengalaman-pengalamannya. Pengalaman fenomenologis berusaha memahami

makna dari sebuah pengalaman dari perspektif partisipan.

2. Kehadiran peneliti

Pada penelitian ini, peneliti secara langsung mendapatkan data

dari responden sehingga sangat leluasa untuk mendapatkan data secara

lengkap dan valid. Selain itu responden adalah tetangga peneliti

sehingga peneliti sangat mengetahui keadaan responden yang akan

mempermudah peneliti mendapatkan data dan perkembangan dari

(27)

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian di Dusun Bawang, Desa Truko, Kec. Bringin,

Kab. Semarang.

4. Sumber data

Sumber data penelitian ini adalah:

a.Sumber data primer

Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan objek riset

(Arikunto, 1989: 1). Data primer dalam penelitian ini adalah data di

lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini. Objek

penelitian tersebut diantaranya: Bapak,anak dan nenek. Peneliti

membatasi keluarga TKW yang memiliki anak usia 6-12 tahun yaitu

anak usia sekolah dasar dimana anak sudah memiliki sedikit bekal

ketika di taman kanak-kanak.

b. Sumber data skunder

Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber

data primer. Data skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi

berupa foto monografi di lingkungan penelitian serta data-data lain

(28)

5. Prosedur pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti

menggunakan beberapa metode, diantaranya: Observasi, wawancara,

analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan.

a. Wawancara

Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara

tanya jawab sepihak yang dilakukan peneliti. Wawancara akan

dilakukan terhadap anak, bapak, dan nenek serta anggota keluarga

lain. Untuk menggali data mengenai pendidikan akhlak anak dalam

keluarga TKW serta pendapat masyarakat tentang akhlak

anak-anak TKW sehari-hari.

b. Observasi

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada

penelitian ini adalah observasi yaitu pengamatan dan pencatatan

secara sistmatis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1992:

132).Peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu observasi

yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang

berperan serta dalam kehidupan masyarakat topik penelitian

(Emzir,2011:39). Penulis melakukan pengamatan secara langsung

pada keluarga TKW mengenai gejala-gejala yang ada dilokasi

(29)

Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten

Semarang.

6. Analisis data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan

pengaturan trankripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi

lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

materi-materi dan memungkinkan untuk menyajikan data kepada orang lain

(Emzir,2011:85). Penelitian ini menggunakan analisis induktif, yaitu

mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun

kesimpulan. Metode ini digunakan untuk menganalisis keadaan

keluarga TKW, khususnya mengenai pendidikan akhlak anak yang

ibunya menjadi TKW.

7. Pengecekan keabsahan temuan

Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung

dengan melakukan wawancara dan observasi dengan dicocokkan

melalui tingkah laku langsung subjek penelitian, sehingga penulis

benar-benar mendapat data yang langsung dari keluarga tersebut.

Kemudian data tersebut tentu akan penulis simpulkan dengan perilaku

(30)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya

sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, fokus

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metologi

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: kajian teori, berisi tentang diskripsi pendidikan akhlak anak dan

bagaimana penerapan dalam TKW.

BAB III: membahas tentang gambaran umum, diskripsi pendidikan akhlak

dalam keluarga TKW.

BAB IV: analisis tentang pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di

Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten

Semarang th 2016.

(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Pendidikan Akhlak

1. Pengertian pendidikan akhlak

Anak merupakan titipan dari Allah SWt yang harus kita jaga, dalam

artian kita harus mengasuhnya, mendidiknya serta menghidupinya dengan

cara sebaik mungkin semampu kita. Hal itu harus benar-benar kita berikan

secara ikhlas, karena hal itu hukumnya adalah wajib. Kewajiban tersebut

bisa kita titipkan pada orang lain yang lebih mampu untuk membantu kita

mendidik anak, misalnya ustad, guru, dan kyai. Karena kemampuan orang

dalam mendidik anak berbeda-beda. Akan tetapi tugas mendididik tidak

bisa kitabebankan pada orang lain, tanggung jawab tetap berada ditangan

orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan

meringankan beban saja”(Ahid,2010:vi).

Sangatlah tidak tepat jika seseorang menyerahkan sepenuhnya

pendidikan anak pada lembaga tertentu dan tidak ikut serta dalam

mendidik anak. Keberhasilan pendidikan tersebut kurang maksimal,

karena waktu anak lebih banyak di rumah daripada di lembaga pendidikan

tersebut. Selain itu bentuk tanggung jawab dari orang tua kurang

terwujudkan. “Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi

perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara

baik”(Ahid, 2010:100). Untuk itu orang tua tidak boleh sembarangan

(32)

a. Pendidikan

Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, dansetiap orang

mempunyai pengertian yang berbeda-beda tentang pendidikan. Nata

mengartikan pendidikan sebagai usaha memperbaiki mental seseorang

yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi

sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi

baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar

menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010: 16).

b. Akhlak

Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,

sehingga dia akan muncul secara spontan bila mana diperlukan, tanpa

memerlukan pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan

dorongan dari luar ( Ilyas,1999:2). Akhlak adalah kebiasaan,

kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu

maka kebiasaannya itu disebut akhlak (Achmad,1998: 62).

Jadi pendidikan akhlak adalah usaha untuk membentuk akhlak dari

yang belum baik menjadi baik atau dari yang kurang baik menjadi

lebih baik. Pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang

yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi

sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi

baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar

(33)

2. Isi materi pendidikan akhlak

Agar anak memiliki akhlak yang baik perlu ditanamkan

beberapa hal sebagai berikut:

a. Jujur

Jujur adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang

sesungguhnya, baik perkataan maupun perbuatan.

(humaidi,1991:149). Sikap jujur teremasuk salah satu akhlak

mahmudah, untuk itu kita harus mengupayakan diri kita untuk

selalu bersikap jujur. Allah sangat menganjurkan orang bersikap

jujur, hal ini sesuai dengan Q.S Al Ahzab:71-70.

ْسِفْغَي َو ْمُنَىاَمْعَا ْمُنَى ْحِيْصُي .اًدْـيِدَس ًلاْىَق اْىُىْىُق َو َالله اىُقـَّتا اىُىَما َهْـيِرَّىا اَهُّـيَاـي

Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah engkau kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar,niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Jujur adalah modal untuk mendapatkan kepercayaan dari

orang lain. Jujur juga akan membawa keberuntungan, karena

dengan sifat jujur seseorang akan memberikan kepercayaannya

pada orang tersebut. Biasanya orang yang jujur akan diberikan

kepercayaan kembali oleh orang yang memberikan kepercayaan

kepadanya, karena dia merasa senang dan tidak kecewa dengan hal

teresebut.

Kejujuran adalah seimbangnya antara batin dan lahir

(34)

perkataannya, dalam segala perbuatannya, dan juga benar dalam

segala kindisinya (Khalil, 2009:137). Jadi orang yang jujur

merupakan orang yang baik, karena kata-katanya, perbuatannya,

juga segala kondisinya selalu benar. Orang yang jujur akan tenang,

karena dia tidak punya beban karena telah mengucapkan ataupun

melakukan sesuatu yang tidak benar.

Jujur perlu dibiasakan sejak dini, karena hal itu mudah dan

ringan dilakukana jika sudah terbiasa, tetapi sebaliknya jika kita

tidak terbiasa akan terasa berat dan sulit. Anak perlu dilatih untuk

berani bersikap jujur, jangan menghukum anak yang telah berani

jujur dengan apa yang telah dilakukan. Jika dia memang salah dan

berani jujur anak cukup diarahkan atas kesalahannya agar dia tidak

takut untuk jujur dikemudian waktu. Hal tersebut kemudian dengan

bertahap akan membentuk anak yang jujur dan terbiasa dengan

melakukan hal itu.

b. Ikhlas

Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran

(Tatapangarsa,1991:151). Maksudnya apa yang dia lakukan murni

untuk beribadah pada Allah, dan bersih dari niat-niat

lain.Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan niat selain

karena allah maka dia tidak akan mendapat pahala darinya, dia

hanya akan mendapatkan apa yang dia inginkan selain dari allah

(35)

bersedekah karena ingin mendapatkan pujian dia hanya akan

mendapatkan pujian dari beberapa orang saja, mungkin sebagian

malah mengejeknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul yang

Artinya: Segala pekerjaan harus disertai niat, dan setiap perkara

yergantung apa yang diniatkannya. (HR. Bukhori Muslim).

Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang perlu kita biasakan.

Jika hal tersebut terasa berat perlu dilatih sedikit demi sedikit

dengan melakukan yang ringan terlebih dahulu.

c. Qana’ah

Qana’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau

merasa cukup dengan apa yang ia miliki (Tatapangarsa,1991:153).

Qana’ah disini bukan berarti menerima apa yang ia miliki tanpa

usaha dan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun. Jadi

seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian

menerima dengan rela apapun hasilnya, karena itu adalah kehendak

allah Swt. Kita semua harus meyakini jika allah sudah bertanggung

jawab untuk memberikan kebutuhan semua makhluknya. Kita

harus berusaha dan menerima dengan ikhlas atas pemberian-Nya.

Dalam QS. Hud ayat 6 dijelaskan:

(36)

Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia

mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat

penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata

(Lohmahfuz). (QS Hud : 6 )

Seseorang kadang salah memahami makna qona’ah itu

sendiri, karena beberapa orang menganggap orang yang qona’ah

berarti orang yang putus asa dengan keadaannya, orang yang tidak

mau usaha untuk mengubah diri.Qana’ah dalam pengertiannya

yang luas sebenarnya mengandung lima perkara, yaitu:

1) Menerima dengan rela apa yang ada.

2) Menerima dengan tuhan tambahan yang pantas, disertai

dengan usaha atau ikhtiar.

3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan.

4) Bertawakal kepada allah.

5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

d. Tanggung jawab

Tanggung jawab artinya bersedia untuk melakukan apa yang

seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin.Tanggung jawab

menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib

menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab

menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban

menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau

(37)

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah

laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.

Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan

kesadaran akan kewajibannya.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi

bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani

dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,

maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.

Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi,

yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak

lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).

Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat

baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak

lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk

memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab

perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,

keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan

manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal

(38)

1) Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri

QS. Al-An’am ayat 142:

اوُعِبَّتَ ت

لَو

ُُهَّللا

ُُمُكَقَزَر

اَِّمِ

وُلُك

اًشْرَ فَوا

َُنِمَوِماَعْ نلأاًةَلوَُحَ

يبمُودع

ُْمُكَل

ُُهَّنِإ

ُِناَطْيَّشلا

ُِتاَوُطُخ

Artinya: Dan diantara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya setan

itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al An’am:142).

Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu kesadaran

setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam

mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan

demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian

mengenai dirinya sendiri. Contohnya: Rudi membaca sambil

berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan tetap

juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus

beristirahat diruma beberapa hari. Konsekuensi tinggal

dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri

akan kelengahannya.

2) Tanggung Jawab kepada Keluarga

ُُةَراَجِْلْاَوُُساَّنلاُاَهُدوُقَوُاًراَنُْمُكيِلْهَأَوُْمُكَسُفنَأُاوُقُاوُنَمآَُنيِذَّلاُاَهُّ يَأُاَي

ُاَمَُنوُلَعْفَ يَوُْمُهَرَمَأُاَمَُهَّللاَُنوُصْعَ يُ َّلاٌُداَدِشٌُظ َلَِغٌُةَكِئ َلََمُاَهْ يَلَع

َُنوُرَمْؤُ ي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu

(39)

terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan

selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

(Q.S. At-Tahrim/66: 6).

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri

dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain

yang menjadi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga wajib

bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini

menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga

merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan

kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya

memiliki peraturan-peraturan sendiri yang bersifat mendidik,

suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota

keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau

bahkan memberi hukuman. Hukuman tersebut merupakan

tanggung jawab terhadap perbuatannya.

3) Tanggung Jawab terhadap Masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan

manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk

sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus

berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga dengan

demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang

tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah

apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus

dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i

(40)

orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena

ia termasuk dalam orang yang kaya dikampungnya. Ia harus

bertanggung jawab atas kelakuannya tersebut. Sebagai

konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh

masyarakat sekitar. menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang

beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104).

4) Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara

Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia adalah warga

dari suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah

laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran

yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya

sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus

bertanggung jawab kepada negara.

Setiap orang harus ikut menjaga negara masing-masing

agar tetap baik dan tentram. Sekarang banyak ulah manusia

yang merugikan negara atau orang lain, seperti penjelasan surat

Ar-Ruum ayat 41:

(41)

Artinya: (Telah tampak kerusakan di darat) disebabkan terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-tumbuhan (dan di laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya menjadi kering (disebabkan perbuatan tangan manusia) berupa perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka) dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan maksiat.

Contohnya: Kasus kriminal yang banyak diberitakan,

seseorang yang mencuri untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya. Hal itu harus dipertanggungjawabkan kepada

pemerintah, ketika perbuatan itu diketahui ia harus berurusan

dengan pihak kepolisian dan pengadilan.

5) Tanggung Jawab terhadap Allah Swt

Allah SWT menciptakan manusia di bumi ini bukanlah

tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya.

Manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap

perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia

tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan

dalam kitab suci Al Qur'an. Allah menjadikan manusia sebagai

kholifah di bumi,sehingga manusia harus benar-benar bersikap

(42)

Al-Artinya: Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.

Selain sebagai kholifah manusia juga memiliki tanggung jawab

untuk beribadah kepada allah, karena allah menciptakan

manusia adalah untuk beribadah kepadanya, dijelaskan dalam

QS. Al-Dzariat ayat 56:

نوُدُبْعَ يِل لاِإ َسْنلإاَو َّنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan untuk beribadah kepadaku (QS. Al-Dzariat:56).

Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan

segera diperingati oleh Allah dan jika dengan peringatan yang

keraspun manusia masih juga tidak menghiraukannya maka

Allah akan melakukan kutukan. Contohnya: Seorang muslim

yang taat kepada agamanya maka ia bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah. Karena ia

menghindari hukuman yang akan ia terima jika tidak taat pada

ajaran agama. Kedua yang harus dilakukan seorang muslim

kepada Allah SWT adalah memiliki rasa tanggung jawab atas

amanah yang diberikan padanya. Pada hakekatnya kehidupan

inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya

seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah

berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan

(43)

e. Rendah hati (tawadhu’)

Rendah hati adalah tidak melihat diri kita memiliki nilai

lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang

tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang

didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan

pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun

dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain,

tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah

dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat

segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap

menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Sikap

rendah hati ini sangat dianjurkan, dan telah dijelaskan dalam QS. adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salâm'."

Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang

semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap

tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya

maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap

(44)

nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah

kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan

setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka

semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk

menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati

kepada mereka. Ini karena orang yang tawadhu menyadari

akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk

mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.

3. Model pola asuh dalam keluarga

Model adalah ragam atau cara yang terbaik (Sulistiyo &

Mulyono:306). “Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka

atau bentuk awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal

menuju bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat

umum, dasar, dan kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif” (Lestari

& Ngatini, 2010:1).

“Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari

awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai

mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan” (Lestari

&Ngatini,2010:2).

“Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,

mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi

(45)

anggota keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu, anak, serta orang yang

tinggal serumah dan masih mempumyai hubungan darah.

Selain keluarga ada pihak-pihak di luar rumah yang berperan dalam

pendidikan anak seperti guru, ustadz, serta tetangga sekitar yang peduli.

Meskipun perannya sangat sedikit juga sangat mempengaruhi akan tetapi

tidak boleh dianggungjawabkan sepenuhnya karena pendidikan adalah

tugas orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan

meringankan beban saja”(Ahid,2010:vi).

Jadi model pola asuh dalam keluarga adalah kerangka dalam

mendidik, mengajar dan merawat pada jangka waktu tertentu dalam

keluarga.

Pola asuh menurut Hurlock, Schneider, dan Lore ada tiga: otoriter,

permisif, demokratis (Lestari & Ngatini, 2010:6-8).

a. Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara

mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali

memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),

kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Mansur,

2005:354). Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka

harapkan dari anaknya dan hukuman perilaku anak yang kurang

baik juga berat. Peraturan diterapkan secara kaku dan seringkali

tidak dijelaskan secara memadai dan kurang memahami serta

(46)

ketaatan tanpa bertanya dan menghargai tingkat kekuasaan.

Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan banyak

hukuman yang diberikan pada anak.

b. Permisif

Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya untuk

menampilkan dirinya dan tidak membuat aturan yang jelas serta

kejelasan tentang perilaku yang mereka harapkan. Mereka

seringkali menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang buruk.

Hubungan mereka dengan anaknya adalah hangat dan menerima.

Pola ini mengasuh anak dengan sangat bebas.

Hal ini ternyata dapat diterapkan pada orang dewasa yang

sudah matang pemikirannya (Mansur, 2005:357). Karena mereka

sudah bisa memilah tersendiri mana yang tepat dan mana yang

tidak, asalkan bekal pengetehuan yang dimilikinya sudah cukup.

c. Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan

pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan

kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung

kepada orang tua (Mansur,2005:355). Orang tua yang memberikan

kebebasan yang memadai pada anaknya tetapi memiliki standar

perilaku yang jelas. Mereka memberikan alasan yang jelas dan mau

mendengarkan anaknya tetapi juga tidak segan untuk menetapkan

(47)

Menurut islam ada enam model pola asuh yang bisa dijadikan

referensi dalam mendidik anak, diantaranya: metode dialog Qur’ani dan

nabawi, metode kisah Al Qur’an dan nabawi, metode keteladanan, metode

praktek dan perbuatan, metode ibrah dan mau’izah, metode targhib dan

tarhib (Lestari & Ngatini,2010:9-10).

a. Metode dialog Qur’ani dan nabawi

Metode ini juga bisa disebut dengan metode hiwar

(percakapan). Metode hiwar atau dialog adalah percakapan silih

berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai

satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang

dikehendaki (Gunawan, 2014:260).

b. Metode kisah Al Qur’an dan nabawi

Mendidik anak menggunakan metode ini yakni dengan cara

menceritakan kisah-kisah teladan yang ada pada al- Qur’an, serta

kisah-kisah nabi dan umat islam terdahulu. Karena dengan

mendengar cerita seorang anak akan terpengaruh mengikutinya.

c. Metode keteladanan

Maksud metode ini yakni mendidik anak dengan cara

memberi teladan yang baik supaya anak memiliki perilaku yang

sama dengan yang dicontohkan. Karena teladan atau contoh akan

sangat mudah mempengaruhi anak, orang tua tidak perlu banyak

memberikan pengarahan asalkan dia melakukan hal-hal yang baik

(48)

d. Metode praktek dan perbuatan

Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengajari

anak secara langsung tanpa teori yang bertele-tele. Jadi anak

langsung diberikan pengertian pada hal yang dimaksud, anak dapat

langsung menangkap apa yang dia jelaskan.

e. Metode ibrah danmau’izah

Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengambil

pelajaran dan khikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya,

sehingga dari situ anak bisa meresapi maknanya. Anak sangat

membutuhkan dampingan orang tua disetiap hal yang dialaminya,

karena anak belum bisa mengambil hikmah disetiap kejadian.

Karena semua taqdir allah itu baik dan apa yang terjadi adalah

pelajaran bagi yang mengalaminya.

f. Metode targhib dan tarhib

Metode ini yakni mendidik anak dengan cara

memberitahukan anak atas akibat dari perbuatan yang dilakukan

baik positif maupun negatif. Jadi disetiap yang dilakukan ada

akibatnya, sehingga anak selalu diarahkan untuk memilah-milah

apa yang akan dia lakukan. Apapun yang dia lakukan akan

mendapatkan akibat positif dan negatif.

(49)

A. Keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)

1. Pengertian keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)

a. Pengertian keluarga dari beberapa ahli sebagai berikut:

1) Menurut ahid “keluarga adalah umat kecil yang memeliki

pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan

kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing

anggotanya”(Ahid, 2010:75).

2) Keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan

dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan

mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (Shochib, 1998:18).

Pengertian TKW menurut beberapa ahli sebagai berikut:

a. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)

mendefinisikan TKI atau pekerja indonesia di luar negri adalah

setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di

luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim

PSGK, 2007:11).

b. Mughni mendefinisikan buruh migran indonesia adalah setiap

orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam

suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam

bentuk lain(Tim PSGK, 2007:11-12).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan

(50)

memiliki hubungan darah terhadap anak yang ibunya bekerja di

luar negri dan tinggal serumah dengannya.

2. Faktor penyebab menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita)

Setiap orang yang bekerja menjadi TKW ada sebabnya,

menurut tim PSGK STAIN Salatiga (2007:23-27) ada tiga fakor

diantaranya faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, dan

faktor kemudahan prosedur menjadi TKW .

a. Faktor ekonomi

Sebagaian besar wanita bekerja ke luar negri karena ingin

memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia ingin lebih

makmur dengan memiliki harta yang cukup. Kepemilikannya sulit

dimungkinkan untuk bisa mengubah kondisi ekonominya yang

lemah.

Dimasa sekarang ini pekerjaan semakin sulit didapatkan.

Hasil pertanian penduduk yang sangat minim tidak dapat

mencukupi kebutuhannya. Apalagi sekarang pupuk dan obat

harganya tinggi, sementara hasil pertanian harganya rendah.

Lebih-lebih banyaknya pnyakit yang menyeang tanaman petani

menyebabkan minimnya hasil dan pendapatan dari sektor

pertanian. Selain itu jasa manusia sangat minim dibutuhkan karena

tergeser oleh tenaga mesin yang banyak berdatangan.

Kebutuhan yang semakin banyak, harga yang melambung

(51)

pendorong bagi mereka untuk menjadi TKW. Mereka kesulitan

untuk mencukupi kebutuhannya, padahal itu semua harus

didapatkan. Mulai dari sandang, pangan, dan papan senua harus

terpenuhi ,serta pendidikan anak tidak boleh terkesampingkan.

Dengan menjadi TKW mereka akan mendapatkan gaji tetap

yang lumayan tinggi dan bisa ia gunakan untuk mencukupi

kebutuhannya. Dia tidak perlu sulit-sulit dan banyak berfikir, yang

penting dia bekerja menyelesaikan tugasnya selesai istirahat, setiap

bulan menerima gaji. Dia tidak perlu memikirkan hal lain, anak di

rumah, tetangga keluarga dan masyaarakat semua tidak ada

didekatnya. Hal ini menjadikan mereka lebih senang menjadi TKW

dari pada dirumah tapi tidak punya apa-apa.

b. Faktor tekanan psikologis

Selain karena faktor ekonomi, seseorang menjadi TKW

karena faktor psikologis. Sebenarnya juga masih berhubungan

dengan ekonomi, akan tetapi keinginannya bukan untuk memenuhi

kebutuhannya yang masih kurang. Mereka ke luar negri karena

gengsi dengan tetangganya yang mampu atau ingin seperti

tetangganya yang pulang dari luar negri dan mempunyai banyak

harta yang dihasilkan dari sana.

Perbedaan antar masyarakat sangat mencolok pada

kepemilikannya. Orang yang kaya memiliki rumah bagus, isi

(52)

yang bagus. Sementara mereka yang biasa atau tidak punya hanya

memiliki rumah sederhana dan fasilitas apa kadarnya dengan gaya

hidup yang sederhana. Hal tersebut menjadikan para istri berminat

untuk menjadi TKW, supaya dia bisa memiliki seperti yang

dimiliki orang lain yang memiliki banyak harta. Padahal itu hanya

sementara ketika mereka baru pulang, setelah beberapa waktu di

rumah biasanya mereka kembali hidup dengan gaya sederhana.

c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKW

Untuk menjadi TKW caranya sangatlah mudah, hal itu

mengakibatkan banyaknya orang berminat menjadi TKW.

Meskipun sebenarnya dia kurang membutuhkan seseorang kadang

pergi karena terbawa bujukan sponsor (orang yang mencari

peminat menjadi TKW) dan syaratnya yang mudah. Seseorang

tidak perlu mempunyai pendidikan khusus karena di PT

calon-calon TKW diajarkan bahasa dan ketrampilan yang akan

dikerjakan disana. Dan untuk biaya pendidikan dan lain-lain bisa

potong gaji, sehingga dia tidak harus memiliki uang untuk biaya

berangkat.

Banyak sponsor yang masuk ke desa-desa untuk mencari

orang yang mau ke luar negeri. Para sponsor akan mendekati

seseorang di tiap-tiap desa dan memberikan persen guna mendekati

orang-orang disekitarnya. Mereka memberikan iming-iming

(53)

bekerja dan akan menerima gaji yang besar setiap bulan. Itulah

beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya kaum istri yang

berminat menjadi TKW. Dengan rayuan yang manis dan

iming-iming yang menarik lama-kelamaan ibu-ibu mulai berfikir dan

lama-kelamaan mereka akan tertarik. Pencari calon TKW terus

berusaha karena menginginkan upah atas keberhasilannya mencari

orang yang mau berangkat ke luar negeri.

3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKW

(Tenaga Kerja Wanita)

a. Pendidikan anak

1) Kurangnya pengetahuan pengasuh

Anak membutuhkan pengasuhan yang tepatsupaya dia

terbentuk sesuai yang diharapkan. Hal itu juga dipengaruhi

oleh pendidikan pengasuhnya. Orang yang berpendidikan

rendah kurang mengerti tentang cara mengasuh yang tepat.

Mereka juga kurang mengetahui tugas anak sekolah, prestasi,

dan kegiatan-kegiatan lain.

Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik

spiritual (psikhis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi

oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah

biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya

(54)

pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Hal itulah yang

menjadi kendala pengasuh dalam mendidik akhlaknya.

2) Kurangnya kepedulian pengasuh terhadap pendidikan

anak.

Orang tua kadang menyekolahkan anak tanpa memiliki

tujuan ayang jelas, dia hanya mengikuti kebiasaan orang yang

ada disekitarnya. Sekolah kemudian lulus dan melanjutkan ke

jenjang selanjutnya. Mereka tidak mempedulikan nilai anak,

yang penting sekolah seperti yang lain. Ketika nilai anak

rendah atau tidak mau melanjutkan dia membiarkan saja,

karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam sekolah. Sebagian

diantara mereka menganggap jika pendidikan tidak penting,

asalkan mereka bisa bekerja dan mengahasilkan uang itu sudah

cukup.

3) Putus sekolah

Anak yang kurang mendapat motivasi dan perhatian

tidak akan sungguh-sungguh di sekolah. Biasanya mereka

sekolah agar terhindar dari tugas orang tuanya dan

mendapatkan uang saku setiap hari. Di sekolah dia hanya

bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran. Lama kelamaan

dia akan melakukan beberapa pelanggaran yang mengakibatkan

(55)

mengasuhnya kurang memperhatikannya lama-kelamaan dia

tidak akan berangkat sekolah dan berhenti di tengah jalan tanpa

ada yang mempedulikan.

b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW

1) Orang yang berperan dalam pengasuhan selama ibu

menjadi TKW

Beberapa orang yang berperan menggantikan

ibunya adalah ayah, nenek, kakek, kakak, paman, bibi, atau

orang lain yang tinggal serumah dengannya, karena

merekalalah keluarganya. Anggota keluarga diantaranya

suami, istri, ayah, ibu, anak-anak, dan orang yang serumah

(http:// keluarga. Anggotanya, masalahnya//).Kebanyakan

anak yang di tinggal ibunya masih usia bayi ia diasuh oleh

neneknya, karena jika ayahnya mungkin kurang terampil

untuk mengurusi bayi. Sebagian yang sudah anak-anak

diasuh bersama oleh ayah dan orang yang serumah, akan

tetapi ada juga diantara mereka yang diasuh oleh paman

dan tantenya karena ayah, kakek, dan neneknya sudah

meninggal atau orang tua mereka telah bercerai.

Biasanya famili atau tetangga yang ada di dekatnya

ikut mengasuh anak yang ditinggal ibunya. Karena jika

yang ditinggal itu masih anak-anak biasanya kurang

(56)

dalam mengurus anak, sehingga anak terlihat seperti

terlantar. Hal itulah yang memunculkan rasa iba pada orang

yang melihatnya. Biasanya mereka diberi makan,

dimandikan, atau dibelajari.

2) Problem pengasuhan yang dirasakan oleh figur

pengganti ibu

(a) Kedekatan anak pada ibu

Sebagian besar anak lebih dekat pada ibu, sehingga

anak sulit diarahkan oleh oranglain selain ibunya Ibu

adalah orang yang mengatur dan membuatrumah

tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi

mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya

(Daradjat, 1995:47).Selain itu biasanya orang lain selain

ibunya kurang telaten dalam mengasuh anak, hal itu

mengakibatkan anak kurang menurut dan sulit diarahkan.

Karena anak kurang kasih sayang dari ibu dia biasanya

mencari perhatian dari orang yang kurang tepat. Jika

anak itu perempuan biasanya lebih merasa kehilangan,

karena mereka membutuhkan tempat untuk curhat.

(b)Berkurangnya orang yang memperhatikannya

Karena ibu tidak ada disisi mereka, dia hanya

diperhatikan oleh orang selain ibunya. Sebenarnya

Gambar

Jumlah Penduduk Menurut UsiaTabel 1
Tabel 2
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

disimpulkan bahwa Peran IOV World (International Organization of Folk Art) dalam melestarikan kesenian rakyat Indonesia (studi kasus seni tari Indonesia tahun

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul : ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, BAYI BARU LAHIR DAN PERENCANAAN

a. Sistem Full Day School acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa. Sistem pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan.. baik fisik,

We assessed the effects of canopy position and feral pig disturbance on soil moisture, pH, and inorganic nitrogen con- centrations beneath canopies of Quercus agrifolia and

Penerbitan buku hasil inventarisasi kain tradisional tersebut, salah satunya adalah penerbitan hasil inventarisasi kain tradisional Kofo di Sangihe, kegiatan ini merupakan salah

Judul Tugas Akhir : Perbaikan Data Impor BC 1.1 (Redress Manifest) Terhadap Custom Clearance Pada Perusahaan Freight Forwarder (Studi Kasus Pada PT Arindo Jaya

1 Proposal penelitian adalah dokumen yang berisi konsep rencana penelitian.. 2 KTI adalah dokumen yang disusun oleh mahasiswa berisi tulisan ilmiah yang merupakan

dalam bentuk skala likert 5 poin yang digunakan untuk mengukur persepsi. level computer anxiety yang dirasakan