STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK
PADA KELUARGA TENAGA KERJA WANITA
DI DUSUN BAWANG, DESA TRUKO,
KECAMATAN BRINGIN, KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
ABDUL HALIM MANSUR
NIM 11413010
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 4 eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum wr. Wb
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Abdul Halim Mansur
NIM : 11413010
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK ANAK PADA
KELUARGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN
BAWANG DESA TRUKO KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Wassalamualaikum wr. Wb
Salatiga, 16 Agustus 2017 Pembimbing
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: tarbiyah@iainsalatiga.ac.id
SKRIPSI
STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAKANAK PADA KELUARGA
TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG TRUKO
KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016
DISUSUN OLEH ABDUL HALIM MANSUR
11413010
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 18 September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan.
Susunan Panitia Penguji Ketua penguji : Mufiq, S,Ag, M.Phil Sekretaris penguji : Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si Penguji I : Dr. Budiyono Saputro, M.Pd Penguji II : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
Salatiga, 18 September 2017
Dekan
FTIK IAIN Salatiga
Suwardi, M. Pd.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Abdul Halim Mansur
NIM : 11413010
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 16Agustus 2017
Yang menyatakan,
MOTTO
ةحابساو ةباتنىا ًميعي ناو ًبداو ًمسا هسحي نا دىىىا ىيع دىاىىا قح
) مماحىا ياوز ( كزدا اذا ًجوصي ناو ابيط لاا ًقشسي لا ناو ةيامسىاو
Artinya: “Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan akhlak/ sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berrenang dan memanah, memberi makan
dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup umur.” ( syu’bu Al
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Semua anggota keluargaku, istri dan anakku, orang tuaku, yang semuanya
telah memotivasiku dan memberikan dukungan serta bantuan.
2. Keluarga besarku yang dengan ikhlas mendo’akanku dan mendukungku.
3. Ibu Dr. Lilik Sriyanti M.Si yang dengan sabar membimbingku dalam
penulisan skripsi.
4. Semua Dosen dan Guru-guruku yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku.
5. Semua Bapak dan Ibu guru MI Miftahul Huda Truko yang memberikan
dukungan serta bantuan dan juga murid-muridku yang semuanya
mendo’akanku.
6. Semua sahabatku di IAIN Salatiga, sahabatku dan sahabatku yang lainnya
trimakasih atas semuanya.
7. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, trimakasih
ABSTRAK
Mansur, Abdul Halim. 2016.Strategi Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita di Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan
Bringin, Kabupaten Semarang). Skripsi. Fakultas
TarbiyahdanIlmuKeguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.
Kata Kunci: pendidikan akhlak dan keluarga TKW
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui kwalitas pendidikan akhlak keluarga TKW Dusun Bawang. Pertanyaan umum yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pendidikan akhlak dalam keluarga TKW? (2) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak anak keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang 2017? (3) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak anak keluarga TKW?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Jadi kehadiran peneliti dilapangan sangat penting mengingat peneliti bertindak langsung dalam proses pencarian data. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari informan pada waktu diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan dari para informan. Selain data yang berupa keterangan yaitu data dari hasil observasi. Analisa data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan, dan tahap akhir dari analisa data adalah mengadakan keabsahan temuan.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pihak yang terlibat dalam pendidikan akhlak anak adalah orang tua, keluarga, guru atau ustadz, dan masyarakat.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWt yang telah
memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “strategi pendidikan akhlak anak
pada keluarga tenaga kerja wanita di dusun bawang, desa truko, kecamatan
bringin, kabupaten semarang tahun 2016)”.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta
para pengikutnya yang setia. Beliau adalah utusan Allah untuk
membebaskan manusia dari kejahiliahan dengan membawa agama islam.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (SPd) di Sekolah InstitutAgama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul .“strategi pendidikan
akhlak anak pada keluarga tenaga kerja wanita di dusun bawang, desa
truko, kecamatan bringin, kabupaten semarang tahun 2016)”.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga
4. Ibu Dr. Lilik Sriyanti, M. Si selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai
ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
7. Semua anggota keluargaku istriku, ibu, dan anggota keluarga yang lain
yang telah menemani, membantu, dan memberikan motivasi kepada
penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini,
sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal kebaikan
mereka diterima oleh Allah SWt.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini
dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.
Salatiga, 16Agustus 2017 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN LOGO... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Penegasan Istilah ... 8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Kehadiran Peneliti ... 11
3. Lokasi Penelitian ... 12
4. Sumber Data ... 12
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 13
6. Analisis Data ... 14
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 15
G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 15
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pendidikan Akhlak 1. Pengertian Pendidikan Akhlak... 16
2. Model Pola Asuh dalam Keluarga... 17
3. Isi Materi Pendidikan Akhlak... 21
B. Keluarga TKW 1. Pengertian Keluarga TKW... 33
2. Faktor Penyebab Menjadi TKW... 34
3. Kendala dan Pemecahan yang Dihadapi Dalam Keluarga TKW a. Keadaan pengasuh... 38
b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW... 39
4. Pendidikan Akhlak Anak pada Keluarga TKW... 42
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Letak Geografis... 44
2. Keadaan Penduduk... 44
B. Diskripsi Subjek Pendidikan Akhlak a. Hasil wawancara Syarif... 48
b. Hasil wawancara Alifah... 51
c. Hasil wawancara Renita... 54
d. Hasil wawancara Wildan... 57
BAB IV PEMBAHASAN A. Pendidikan Akhlak dalam Keluarga TKW 1. Pihak yang Terlibat dalam Pendidikan Akhlak... 62
2. Strategi Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 65
3. Nilai Akhlak yang Ditanamkan dalam Pendidikan Akhlak di Keluarga TKW... 68
B. Kendala yang Dihadapi Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak di Keluarga TKW 1. Kurangnya Pengetahuan Pengasuh dalam Mendidik Anak... 71
2. Kurangnya Ketrampilan Pengasuh dalam Mendidik Anak... 72
3. Kurangnya Kepedulian Pengasuh dalam Mendidik Anak.... 73
C. Faktor Yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak Anak dalam Keluarga TKW 1. Perhatian Pengasuh... 71
3. Lingkungan Sekitar... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 78
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 45
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ... 53
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan... 47
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan akhlak merupakan pendidikan tingkah laku yang
bertujuan untuk membentuk akhlak mahmudah. Jadi pendidikan akhlak
adalah usaha untuk membentuk akhlak dari yang belum baik menjadi baik
atau dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan akhlak adalah
kebutuhan bagi setiap manusia yang harus diberikan agar dia menjadi
insan yang baik. Karena manusia yang baik akan menguntungkan orang
lain dan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya jika orang yang tidak baik akan
merugikan orang lain dan dirinya sendiri pula.
Nata ( 2010:15) berpendapat jika kata al-tahzib berarti pendidikan
akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk. Dari arti kata
tersebut pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang
tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan
ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat
serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi berakhlak
mulia (Nata, 2010:16). Akhlak adalah kebiasaan, kehendak. Berarti bahwa
kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya iti disebut
akhlak (Achmad,1998:62). Contoh bila kehendak itu membiasakan
Anak sangat ditentukan perkembangannya oleh keluarga. Ayah dan
Ibu serta anggota lain di rumah harus bekerjasama dalam mendidik Anak.
Shochib mengemukakan “Esensi keluarga adalah kesatuarahan dan
kesatutujuan atau keutuhan dalam mengupayakan Anak untuk memiliki
dan mengembangkan disiplin diri” (Shochib, 1998:18). Jadi keutuhan
keluarga terutama Ayah dan Ibu sangat mempengaruhi perkembangan
Anak. Sehingga orang tua perlu mempertimbangkan hal-hal yang akan
dilakukan jika harus berpisah dengan Anak.
Dalam sebuah hadistelah dijelaskan beberapa kewajiban orang tua
terhadap anak:
نا و ًب دا و ًمسا هسحي نا دىِ ىىا ىيع دَى َاىىا ُّقَح
ةح ابساو ةب اتنىا ًميعي
مم احىا ياوز( كزدا اذا ًجوصي ناو ابيطلاا ًقشسي لا ناو ةي امسىاو
)
Artinya:“ :Hak anak atas orang tuanya membaguskan namanya dan
akhlak/sopan santun, mengajarkan tulis menulis, berenang, dan memanah, memberi makan dengan makanan yang baik, menikahkannya bila telah cukup umur.”(Syu’bu Al Iman Li Al Baihaqi, hadis ke 8137:2856)
Hal itu sangatlah jelas jika mendidik akhlak anak hukumnya wajib,
karena disitu disebutkan jika orang tua wajib mendidik sopan santun yang
juga merupakan akhlak.
Akhlak yang mulia menurut ajaran islam adalah melaksanakan
kewajiban-kewajiban menjauhi segala larangan-larangan memberikan hak
pada yang mempunyainya, baik yang berhubungan dengan allah maupun
yang berhubungan dengan makhluk, dirinya sendiri, orang lain dan
tidak bisa melihat Allah, harus yakin bahwa Allah selalu melihatnya,
sehingga perbuatan itu benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dan kesemuanya itu dilandasi dengan iman dan taqarrub kepada Allah
(Djatnika, 1996:24).
Orang yang ada di sisi anak tidak hanya bertugas untuk mendidik
saja, tetapi mengasuhnya. “Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar,
dan merawat anak dari awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu,
sesuai posisi anak sebagai mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap
imbalan” (Lestari dan Ngatini, 2010:2). Jadi hal-hal lain salain mandidik
juga harus dilakukan dengan baik, karena akan mempengaruhi yang
lainnya.
Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh perempuan atau ibu rumah tangga dengan menjadi buruh di negara
lain. Kebanyakan mereka bekerja sebagai pembantu rumah tangga,
meskipun ada beberapa yang bekerja menjadi karyawan pabrik, penjaga
toko atau yang lainnya. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negeri (versi
badan legislatif) mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri
adalah setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di
luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).
Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) menjadi pilihan ibu-ibu yang ingin
mendapat penghasilan banyak dengan mudah dan tanpa membutuhkan
bertekad melakukannya. Untuk menjadi TKW tidak harus bermodal
banyak guna mendapatkan pendidikan bahasa asing, karena sekarang
sudah banyak disediakan PT yang memberikan aturan biaya pendidikan
dengan sistem potong gaji setelah dia bekerja. Hal inilah yang
menyebabkan pekerjaan ini menjadi pilihan mereka. Tim PSGK STAIN
berpendapat bahwa faktor yang mendorong perempuan menjadi TKW ada
tiga: Faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, faktor
kemudahan menjadi TKW (Tim PSGK, 2007:31-38).
Sebenarnya gaji mereka tidak terlalu besar, tetapi dibanding
dengan keuangan orang yang memiliki ekonomi rendah sudah cukup
lumayan. Pendapatan mereka digunakan untuk mencukupi kebutuhan
rumah tangga keluarga di rumah dan sisannya untuk simpanan.
Kebanyakan dari mereka tidak menggunakan gajinya untuk modal usaha
sehingga dia bisa merubah kondisi ekonominya, tetapi mereka
mempergunakan sisa uangnya untuk memperbaiki rumah dan membeli
sebidang tanah. Ada juga TKW yang uangnya habis karena digunakan
untuk berfoya-foya suaminya.
Di Dusun Bawang banyak ibu rumah tangga yang memilih jalan
hidupnya untuk menjadi TKW. Mereka ada yang bekerja di Saudi Arabia,
Abudabi, Taiwan, dll. Biasanya mereka pergi selama dua tahun, tetapi ada
juga yang sampai tiga atau empat tahun. Pekerjaan mereka juga beragam,
Banyak diantara mereka yang kembali ke sana setelah pulang ke kampung
karena merasa lebih nyaman berada di sana.
Alasan mereka memilih pekerjaan itu karena hasilnya yang
lumayan, tidak membutuhkan biaya tinggi, dan tidak membutuhkan
pendidikan yang tinggi atau ketrampilan khusus. Pekerjaan disana
kebanyakan menjadi ibu rumah tangga sehingga mereka kemungkinan
besar bisa mengerjakannnya, hanya saja bahasa komunikasinya yang
berbeda dan perlu belajar. Alasan lainnya, sebagian ada yang tidak
mempunyai sumber pendapatan, karena mempunyai pendapatan yang
tidak mencukupi, serta tidak dimilikinya jalan atau modal untuk
mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan itu karena keadaan yang
mendesak, demi keluarganya agar bisa bertahan hidup. Ada juga yang
benar-benar bertekad karena merasa tidak cukup dengan pendapatan yang
di berikan oleh suaminya atau ingin memiliki rumah bagus dan tanah yang
luas seperti tetangga yang kaya.
Di Dusun Bawang sebagian besar orang bermata pencaharian
sebagian petani dan perajin besek ikan dan nasi, akan tetapi sawah di
daerah Bawang tidak ada sistem irigasinya sehingga sawah hanya bisa
digarap ketika musim penghujan. Selain itu biasanya masyarakat hanya
memiliki sebidang tanah yang hasilnya tidak cukup untuk makan sampai
masa panen selanjutnya tiba.
Nilai jual besek juga sangat rendah, bahkan besek nasi sudah
besek ikan. Dalam sehari rata-rata mereka dapat satu ikat yang harganya
9500 dan bahan baku bambu juga harus beli. Sebagian dari kepala
keluarga mereka ada yang merantau ke luar kota untuk bekerja sebagai
tukang bangunan atau tukang cat di sela-sela musim menggarap sawah.
Akan tetapi mereka yang mempunyai ketrampilan tidak harus pergi ke luar
kota untuk bertahan hidup, mereka ada yang berprofesi sebagai tukang
atau pengrajin makanan. Itulah peyebab mereka pergi menjadi TKW.
Meraka yang pergi kurang memikirkan dampak negatif dari
kepergiannya pada keluarga, terutama bagi anaknya. Anak sangat
membutuhkan peran Ibu untuk memberikan kasih sayang, pendidikan dan
perhatian. Mereka hidup tanpa kasih sayang seorang Ibu dan hanya
mendapatkan perhatian dari Ayah. Sebagian Ayah ada yang kurang
memperhatikan anaknya karena kurangnya ketlatenan dari pribadi seorang
Ayah dan sebagian ada yang karena ayahnya menyeleweng setelah
ditingggal ibu. Laki-laki yang di tinggal istrinya ada yang malah main
judi, main perampuan, mencuri, dll. Sehingga dengan keadaan seperti itu
anak tidak lagi terurus dan hanya mendapatkan pemenuhan kebutuhan
materi saja. Anak-anak mereka tidak mau sekolah tidak mau mengaji
sehingga setelah dewasa hanya menjadi orang yang kurang baik. Mereka
yang di perhatikan ayahnya saja juga nakal karena kurangnya kasih sayang
dan ketelatenan dari seorang ayah.
Kasih sayang seorang ibu sangat dibutuhkan oleh anak, dan bagi
sosok Ayah sekaligus Ibu, supaya mereka menjadi orang yang baik dan
terarah dan tidak kurang kasih sayang. Dalam mengasuh anak perlu
kesungguhan dan usaha yang total agar anak terbentuk sesuai keinginan
orang tua, anak berakhlakul karimah dan menjadi kebanggaan orang tua.
Dari fenomena di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian yang berjudul “STRATEGI PENDIDIKAN AHKLAK ANAK
PADA KELUAGA TENAGA KERJA WANITA DI DUSUN BAWANG
DESA TRUKO KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2016.
B. Fokus Masalah
1. Bagaimana pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW di Dusun
Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th
2016?
2. Apa saja kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan akhlak
anak di keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan
Bringin, Kabupaten Semarang th 2016?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi anak di keluarga TKW Dusun
Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th
2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pendidikan akhlak anak pada keluarga TKW di
Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi keluarga dalam pendidikan
akhlak anak di keluarga TKW Dusun Bawang, Desa Truko,
Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang th 2016?
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak di keluarga
TKW Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang th 2016.
D. Manfaat Penelitian
1.Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
terhadap masyarakat pada umumnya, khususnya pada keluarga yang
bekerja sebagai TKW mengenai pendidikan akhlak anak TKW
terutama di Dusun Bawang.
2. Praktis
Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi
para orang tua yang bekerja sebagai TKW dalam meningkatkan
kualitas dan mutu pendidikan anaknya,khususnya pendidikan
akhlak.Yang mana bukan hanya kesejahteraan materi yang menjadi
tuntunan karena keluarga khususnya orang tua merupakan pondasi
E. Penegasan Istilah
1. Pendidikan Akhlak
Pendidikan adalah suatu proses untuk menngenalkan dan
menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seseorang yang menjadi tujuan
dalam pendidikan nilai-nilai itu disampaikan dan di tanamkan dalam
membentuk karakter pribadi yang kemudian diimplementasikan dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara (Khoirun,1999:83 ).
Nata berpendapat pendidikan arti dari kata al-tahzib yang berarti
pendidikan akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak buruk.
Dari arti kata tersebut pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental
seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan
menjadi sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunnya agar
menjadi baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi
pekertinya agar menjadi berakhlak mulai ( Nata, 2010:16 ).
Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari
karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang menjadi
istimewa (Mahmud, 2004:26-27). Sedangkan pendapat lain akhlak
adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya (Asmaran, 2002:1). Pendapat lain lagi
akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
memerlukan pemikiran dan pertimbangan (Al Ghazali dalam Nata,
2002:4).
Jadi pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang yang
tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan
dengan ajaran norma, memperbaiki perilaku agar menjadi baik dan
terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar menjadi
berakhlak mulia (Nata, 2010:16).
2. Keluarga TKI/TKW
Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negeri (versi badan legislatif)
mendefinisikan TKI atau pekerja Indonesia di luar negeri adalah setiap
orang indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di luar negri di
dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim PSGK, 2007:11).
Mughni mendefinisikan buruh migran Indonesia adalah setiap
orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam suatu
hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam bentuk lain.
(Tim PSGK, 2007:11-12).
Jadi keluarga TKW adalah keluarga yang ibu dalam keluarga itu
bekerja di luar negeri di dalam satu hubungan kerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain. Jadi yang dimaksud judul skrispsi
wanita di dusun bawang desa truko kecamatan bringin kabupaten
semarang tahun 2016.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif mempunyai latar aktual sebagai sumber langsung data dan
peneliti merupakan instrumen kunci. Penelitian kualitatif adalah
deskriptif, data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata
atau gambar daripada angka. Dalam penelitian ini lebih berkonsentrasi
pada proses daripada hasil atau produk serta cenderung menganalisis
data mereka secara induktif (Emzir, 2011:2-3).
Jenis penelitiannya adalah fenomenologis. Penelitian ini
melihat secara dekat interpretasi individual tentang
pengalaman-pengalamannya. Pengalaman fenomenologis berusaha memahami
makna dari sebuah pengalaman dari perspektif partisipan.
2. Kehadiran peneliti
Pada penelitian ini, peneliti secara langsung mendapatkan data
dari responden sehingga sangat leluasa untuk mendapatkan data secara
lengkap dan valid. Selain itu responden adalah tetangga peneliti
sehingga peneliti sangat mengetahui keadaan responden yang akan
mempermudah peneliti mendapatkan data dan perkembangan dari
3. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di Dusun Bawang, Desa Truko, Kec. Bringin,
Kab. Semarang.
4. Sumber data
Sumber data penelitian ini adalah:
a.Sumber data primer
Yaitu sumber data yang berkaitan langsung dengan objek riset
(Arikunto, 1989: 1). Data primer dalam penelitian ini adalah data di
lapangan yang dapat menyempurnakan penelitian ini. Objek
penelitian tersebut diantaranya: Bapak,anak dan nenek. Peneliti
membatasi keluarga TKW yang memiliki anak usia 6-12 tahun yaitu
anak usia sekolah dasar dimana anak sudah memiliki sedikit bekal
ketika di taman kanak-kanak.
b. Sumber data skunder
Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber
data primer. Data skunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi
berupa foto monografi di lingkungan penelitian serta data-data lain
5. Prosedur pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti
menggunakan beberapa metode, diantaranya: Observasi, wawancara,
analisis data, dan pengecekan keabsahan temuan.
a. Wawancara
Wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara
tanya jawab sepihak yang dilakukan peneliti. Wawancara akan
dilakukan terhadap anak, bapak, dan nenek serta anggota keluarga
lain. Untuk menggali data mengenai pendidikan akhlak anak dalam
keluarga TKW serta pendapat masyarakat tentang akhlak
anak-anak TKW sehari-hari.
b. Observasi
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data pada
penelitian ini adalah observasi yaitu pengamatan dan pencatatan
secara sistmatis fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1992:
132).Peneliti menggunakan observasi partisipan yaitu observasi
yang dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai anggota yang
berperan serta dalam kehidupan masyarakat topik penelitian
(Emzir,2011:39). Penulis melakukan pengamatan secara langsung
pada keluarga TKW mengenai gejala-gejala yang ada dilokasi
Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang.
6. Analisis data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan trankripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi
lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
materi-materi dan memungkinkan untuk menyajikan data kepada orang lain
(Emzir,2011:85). Penelitian ini menggunakan analisis induktif, yaitu
mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun
kesimpulan. Metode ini digunakan untuk menganalisis keadaan
keluarga TKW, khususnya mengenai pendidikan akhlak anak yang
ibunya menjadi TKW.
7. Pengecekan keabsahan temuan
Agar diperoleh data yang akurat peneliti terjun langsung
dengan melakukan wawancara dan observasi dengan dicocokkan
melalui tingkah laku langsung subjek penelitian, sehingga penulis
benar-benar mendapat data yang langsung dari keluarga tersebut.
Kemudian data tersebut tentu akan penulis simpulkan dengan perilaku
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya
sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, fokus
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: kajian teori, berisi tentang diskripsi pendidikan akhlak anak dan
bagaimana penerapan dalam TKW.
BAB III: membahas tentang gambaran umum, diskripsi pendidikan akhlak
dalam keluarga TKW.
BAB IV: analisis tentang pendidikan akhlak anak dalam keluarga TKW di
Dusun Bawang, Desa Truko, Kecamatan Bringin, Kabupaten
Semarang th 2016.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian pendidikan akhlak
Anak merupakan titipan dari Allah SWt yang harus kita jaga, dalam
artian kita harus mengasuhnya, mendidiknya serta menghidupinya dengan
cara sebaik mungkin semampu kita. Hal itu harus benar-benar kita berikan
secara ikhlas, karena hal itu hukumnya adalah wajib. Kewajiban tersebut
bisa kita titipkan pada orang lain yang lebih mampu untuk membantu kita
mendidik anak, misalnya ustad, guru, dan kyai. Karena kemampuan orang
dalam mendidik anak berbeda-beda. Akan tetapi tugas mendididik tidak
bisa kitabebankan pada orang lain, tanggung jawab tetap berada ditangan
orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan
meringankan beban saja”(Ahid,2010:vi).
Sangatlah tidak tepat jika seseorang menyerahkan sepenuhnya
pendidikan anak pada lembaga tertentu dan tidak ikut serta dalam
mendidik anak. Keberhasilan pendidikan tersebut kurang maksimal,
karena waktu anak lebih banyak di rumah daripada di lembaga pendidikan
tersebut. Selain itu bentuk tanggung jawab dari orang tua kurang
terwujudkan. “Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi
perkembangan bagi anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara
baik”(Ahid, 2010:100). Untuk itu orang tua tidak boleh sembarangan
a. Pendidikan
Pendidikan mempunyai arti yang sangat luas, dansetiap orang
mempunyai pengertian yang berbeda-beda tentang pendidikan. Nata
mengartikan pendidikan sebagai usaha memperbaiki mental seseorang
yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi
sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi
baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar
menjadi berakhlak mulia (Nata, 2010: 16).
b. Akhlak
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia,
sehingga dia akan muncul secara spontan bila mana diperlukan, tanpa
memerlukan pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan
dorongan dari luar ( Ilyas,1999:2). Akhlak adalah kebiasaan,
kehendak. Berarti bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu
maka kebiasaannya itu disebut akhlak (Achmad,1998: 62).
Jadi pendidikan akhlak adalah usaha untuk membentuk akhlak dari
yang belum baik menjadi baik atau dari yang kurang baik menjadi
lebih baik. Pendidikan akhlak adalah memperbaiki mental seseorang
yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi
sejalan dengan ajaran norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi
baik dan terhormat serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar
2. Isi materi pendidikan akhlak
Agar anak memiliki akhlak yang baik perlu ditanamkan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Jujur
Jujur adalah menyampaikan sesuatu sesuai kenyataan yang
sesungguhnya, baik perkataan maupun perbuatan.
(humaidi,1991:149). Sikap jujur teremasuk salah satu akhlak
mahmudah, untuk itu kita harus mengupayakan diri kita untuk
selalu bersikap jujur. Allah sangat menganjurkan orang bersikap
jujur, hal ini sesuai dengan Q.S Al Ahzab:71-70.
ْسِفْغَي َو ْمُنَىاَمْعَا ْمُنَى ْحِيْصُي .اًدْـيِدَس ًلاْىَق اْىُىْىُق َو َالله اىُقـَّتا اىُىَما َهْـيِرَّىا اَهُّـيَاـي
Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah engkau kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar,niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
Jujur adalah modal untuk mendapatkan kepercayaan dari
orang lain. Jujur juga akan membawa keberuntungan, karena
dengan sifat jujur seseorang akan memberikan kepercayaannya
pada orang tersebut. Biasanya orang yang jujur akan diberikan
kepercayaan kembali oleh orang yang memberikan kepercayaan
kepadanya, karena dia merasa senang dan tidak kecewa dengan hal
teresebut.
Kejujuran adalah seimbangnya antara batin dan lahir
perkataannya, dalam segala perbuatannya, dan juga benar dalam
segala kindisinya (Khalil, 2009:137). Jadi orang yang jujur
merupakan orang yang baik, karena kata-katanya, perbuatannya,
juga segala kondisinya selalu benar. Orang yang jujur akan tenang,
karena dia tidak punya beban karena telah mengucapkan ataupun
melakukan sesuatu yang tidak benar.
Jujur perlu dibiasakan sejak dini, karena hal itu mudah dan
ringan dilakukana jika sudah terbiasa, tetapi sebaliknya jika kita
tidak terbiasa akan terasa berat dan sulit. Anak perlu dilatih untuk
berani bersikap jujur, jangan menghukum anak yang telah berani
jujur dengan apa yang telah dilakukan. Jika dia memang salah dan
berani jujur anak cukup diarahkan atas kesalahannya agar dia tidak
takut untuk jujur dikemudian waktu. Hal tersebut kemudian dengan
bertahap akan membentuk anak yang jujur dan terbiasa dengan
melakukan hal itu.
b. Ikhlas
Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran
(Tatapangarsa,1991:151). Maksudnya apa yang dia lakukan murni
untuk beribadah pada Allah, dan bersih dari niat-niat
lain.Seseorang yang melakukan pekerjaan dengan niat selain
karena allah maka dia tidak akan mendapat pahala darinya, dia
hanya akan mendapatkan apa yang dia inginkan selain dari allah
bersedekah karena ingin mendapatkan pujian dia hanya akan
mendapatkan pujian dari beberapa orang saja, mungkin sebagian
malah mengejeknya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul yang
Artinya: Segala pekerjaan harus disertai niat, dan setiap perkara
yergantung apa yang diniatkannya. (HR. Bukhori Muslim).
Ikhlas termasuk akhlak mahmudah yang perlu kita biasakan.
Jika hal tersebut terasa berat perlu dilatih sedikit demi sedikit
dengan melakukan yang ringan terlebih dahulu.
c. Qana’ah
Qana’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau
merasa cukup dengan apa yang ia miliki (Tatapangarsa,1991:153).
Qana’ah disini bukan berarti menerima apa yang ia miliki tanpa
usaha dan hanya berpangku tangan tanpa melakukan apapun. Jadi
seseorang harus berusaha dengan sungguh-sungguh kemudian
menerima dengan rela apapun hasilnya, karena itu adalah kehendak
allah Swt. Kita semua harus meyakini jika allah sudah bertanggung
jawab untuk memberikan kebutuhan semua makhluknya. Kita
harus berusaha dan menerima dengan ikhlas atas pemberian-Nya.
Dalam QS. Hud ayat 6 dijelaskan:
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia
mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(Lohmahfuz). (QS Hud : 6 )
Seseorang kadang salah memahami makna qona’ah itu
sendiri, karena beberapa orang menganggap orang yang qona’ah
berarti orang yang putus asa dengan keadaannya, orang yang tidak
mau usaha untuk mengubah diri.Qana’ah dalam pengertiannya
yang luas sebenarnya mengandung lima perkara, yaitu:
1) Menerima dengan rela apa yang ada.
2) Menerima dengan tuhan tambahan yang pantas, disertai
dengan usaha atau ikhtiar.
3) Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan.
4) Bertawakal kepada allah.
5) Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
d. Tanggung jawab
Tanggung jawab artinya bersedia untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin.Tanggung jawab
menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab
menurut kamus Bahasa Indonesia adalah berkewajiban
menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya, atau
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja.
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi
bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani
dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab,
maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak
lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).
Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat
baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak
lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk
memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab
perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan,
keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan
manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, lalu dikenal
1) Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
QS. Al-An’am ayat 142:
اوُعِبَّتَ ت
لَو
ُُهَّللا
ُُمُكَقَزَر
اَِّمِ
وُلُك
اًشْرَ فَوا
َُنِمَوِماَعْ نلأاًةَلوَُحَ
يبمُودع
ُْمُكَل
ُُهَّنِإ
ُِناَطْيَّشلا
ُِتاَوُطُخ
Artinya: Dan diantara binatang ternak itu ada yang dijadikan untuk pengangkutan dan ada yang disembelih. Makanlah dari rezeki yang telah diberikan allah kepadamu, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya setanitu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al An’am:142).
Tanggung jawab terhadap diri sendiri yaitu kesadaran
setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam
mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan
demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian
mengenai dirinya sendiri. Contohnya: Rudi membaca sambil
berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan tetap
juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus
beristirahat diruma beberapa hari. Konsekuensi tinggal
dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri
akan kelengahannya.
2) Tanggung Jawab kepada Keluarga
ُُةَراَجِْلْاَوُُساَّنلاُاَهُدوُقَوُاًراَنُْمُكيِلْهَأَوُْمُكَسُفنَأُاوُقُاوُنَمآَُنيِذَّلاُاَهُّ يَأُاَي
ُاَمَُنوُلَعْفَ يَوُْمُهَرَمَأُاَمَُهَّللاَُنوُصْعَ يُ َّلاٌُداَدِشٌُظ َلَِغٌُةَكِئ َلََمُاَهْ يَلَع
َُنوُرَمْؤُ ي
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
(Q.S. At-Tahrim/66: 6).
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri
dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain
yang menjadi anggota keluarga. Setiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini
menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga
merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan
kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya
memiliki peraturan-peraturan sendiri yang bersifat mendidik,
suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota
keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau
bahkan memberi hukuman. Hukuman tersebut merupakan
tanggung jawab terhadap perbuatannya.
3) Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan
manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk
sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga dengan
demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang
tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah
apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i
orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena
ia termasuk dalam orang yang kaya dikampungnya. Ia harus
bertanggung jawab atas kelakuannya tersebut. Sebagai
konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh
masyarakat sekitar. menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S. Ali Imran: 104).
4) Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa setiap manusia adalah warga
dari suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah
laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran
yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya
sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus
bertanggung jawab kepada negara.
Setiap orang harus ikut menjaga negara masing-masing
agar tetap baik dan tentram. Sekarang banyak ulah manusia
yang merugikan negara atau orang lain, seperti penjelasan surat
Ar-Ruum ayat 41:
Artinya: (Telah tampak kerusakan di darat) disebabkan terhentinya hujan dan menipisnya tumbuh-tumbuhan (dan di laut) maksudnya di negeri-negeri yang banyak sungainya menjadi kering (disebabkan perbuatan tangan manusia) berupa perbuatan-perbuatan maksiat (supaya Allah merasakan kepada mereka) dapat dibaca liyudziiqahum dan linudziiqahum; kalau dibaca linudziiqahum artinya supaya Kami merasakan kepada mereka (sebagian dari akibat perbuatan mereka) sebagai hukumannya (agar mereka kembali) supaya mereka bertobat dari perbuatan-perbuatan maksiat.
Contohnya: Kasus kriminal yang banyak diberitakan,
seseorang yang mencuri untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Hal itu harus dipertanggungjawabkan kepada
pemerintah, ketika perbuatan itu diketahui ia harus berurusan
dengan pihak kepolisian dan pengadilan.
5) Tanggung Jawab terhadap Allah Swt
Allah SWT menciptakan manusia di bumi ini bukanlah
tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya.
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap
perintah Allah SWT. Sehingga tindakan atau perbuatan manusia
tidak bisa lepas dari pengawasan Allah SWT yang dituangkan
dalam kitab suci Al Qur'an. Allah menjadikan manusia sebagai
kholifah di bumi,sehingga manusia harus benar-benar bersikap
Al-Artinya: Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Selain sebagai kholifah manusia juga memiliki tanggung jawab
untuk beribadah kepada allah, karena allah menciptakan
manusia adalah untuk beribadah kepadanya, dijelaskan dalam
QS. Al-Dzariat ayat 56:
نوُدُبْعَ يِل لاِإ َسْنلإاَو َّنِجْلا ُتْقَلَخ اَمَو
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan untuk beribadah kepadaku (QS. Al-Dzariat:56).
Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan
segera diperingati oleh Allah dan jika dengan peringatan yang
keraspun manusia masih juga tidak menghiraukannya maka
Allah akan melakukan kutukan. Contohnya: Seorang muslim
yang taat kepada agamanya maka ia bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan kepada Allah. Karena ia
menghindari hukuman yang akan ia terima jika tidak taat pada
ajaran agama. Kedua yang harus dilakukan seorang muslim
kepada Allah SWT adalah memiliki rasa tanggung jawab atas
amanah yang diberikan padanya. Pada hakekatnya kehidupan
inipun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh karenanya
seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah
berikan padanya, maka itu merupakan amanah yang kelak akan
e. Rendah hati (tawadhu’)
Rendah hati adalah tidak melihat diri kita memiliki nilai
lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang
tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang
didapatnya bersumber dari Allah SWT. Yang dengan
pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun
dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain,
tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah
dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat
segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap
menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah. Sikap
rendah hati ini sangat dianjurkan, dan telah dijelaskan dalam QS. adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan 'salâm'."
Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang
semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap
tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya
maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap
nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah
kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan
setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka
semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk
menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati
kepada mereka. Ini karena orang yang tawadhu menyadari
akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk
mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.
3. Model pola asuh dalam keluarga
Model adalah ragam atau cara yang terbaik (Sulistiyo &
Mulyono:306). “Istilah pola dan model sama-sama merupakan kerangka
atau bentuk awal yang bersifat umum kemudian diberi sentuhan personal
menuju bentuk yang sempurna yang bersifat unik, pola lebih bersifat
umum, dasar, dan kaku, sedangkan model lebih bersifat subjektif” (Lestari
& Ngatini, 2010:1).
“Asuh mempunyai arti mendidik, mengajar, dan merawat anak dari
awal kehadirannya sampai batas waktu tertentu, sesuai posisi anak sebagai
mahluk biopsikososiospiritual, tanpa mengharap imbalan” (Lestari
&Ngatini,2010:2).
“Keluarga adalah umat kecil yang memiliki pemimpin dan anggota,
mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi
anggota keluarga adalah suami, istri, ayah, ibu, anak, serta orang yang
tinggal serumah dan masih mempumyai hubungan darah.
Selain keluarga ada pihak-pihak di luar rumah yang berperan dalam
pendidikan anak seperti guru, ustadz, serta tetangga sekitar yang peduli.
Meskipun perannya sangat sedikit juga sangat mempengaruhi akan tetapi
tidak boleh dianggungjawabkan sepenuhnya karena pendidikan adalah
tugas orang tua. “Pendidik di luar keluarga hanya sebagai bantuan dan
meringankan beban saja”(Ahid,2010:vi).
Jadi model pola asuh dalam keluarga adalah kerangka dalam
mendidik, mengajar dan merawat pada jangka waktu tertentu dalam
keluarga.
Pola asuh menurut Hurlock, Schneider, dan Lore ada tiga: otoriter,
permisif, demokratis (Lestari & Ngatini, 2010:6-8).
a. Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara
mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali
memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua),
kebebasan bertindak atas nama diri sendiri dibatasi (Mansur,
2005:354). Pola asuh ini cukup ketat dengan apa yang mereka
harapkan dari anaknya dan hukuman perilaku anak yang kurang
baik juga berat. Peraturan diterapkan secara kaku dan seringkali
tidak dijelaskan secara memadai dan kurang memahami serta
ketaatan tanpa bertanya dan menghargai tingkat kekuasaan.
Disiplin pada rumah tangga ini cenderung kasar dan banyak
hukuman yang diberikan pada anak.
b. Permisif
Orang tua pada kelompok ini membiarkan anaknya untuk
menampilkan dirinya dan tidak membuat aturan yang jelas serta
kejelasan tentang perilaku yang mereka harapkan. Mereka
seringkali menenima atau tidak peduli dengan perilaku yang buruk.
Hubungan mereka dengan anaknya adalah hangat dan menerima.
Pola ini mengasuh anak dengan sangat bebas.
Hal ini ternyata dapat diterapkan pada orang dewasa yang
sudah matang pemikirannya (Mansur, 2005:357). Karena mereka
sudah bisa memilah tersendiri mana yang tepat dan mana yang
tidak, asalkan bekal pengetehuan yang dimilikinya sudah cukup.
c. Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan
pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan
kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung
kepada orang tua (Mansur,2005:355). Orang tua yang memberikan
kebebasan yang memadai pada anaknya tetapi memiliki standar
perilaku yang jelas. Mereka memberikan alasan yang jelas dan mau
mendengarkan anaknya tetapi juga tidak segan untuk menetapkan
Menurut islam ada enam model pola asuh yang bisa dijadikan
referensi dalam mendidik anak, diantaranya: metode dialog Qur’ani dan
nabawi, metode kisah Al Qur’an dan nabawi, metode keteladanan, metode
praktek dan perbuatan, metode ibrah dan mau’izah, metode targhib dan
tarhib (Lestari & Ngatini,2010:9-10).
a. Metode dialog Qur’ani dan nabawi
Metode ini juga bisa disebut dengan metode hiwar
(percakapan). Metode hiwar atau dialog adalah percakapan silih
berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai
satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang
dikehendaki (Gunawan, 2014:260).
b. Metode kisah Al Qur’an dan nabawi
Mendidik anak menggunakan metode ini yakni dengan cara
menceritakan kisah-kisah teladan yang ada pada al- Qur’an, serta
kisah-kisah nabi dan umat islam terdahulu. Karena dengan
mendengar cerita seorang anak akan terpengaruh mengikutinya.
c. Metode keteladanan
Maksud metode ini yakni mendidik anak dengan cara
memberi teladan yang baik supaya anak memiliki perilaku yang
sama dengan yang dicontohkan. Karena teladan atau contoh akan
sangat mudah mempengaruhi anak, orang tua tidak perlu banyak
memberikan pengarahan asalkan dia melakukan hal-hal yang baik
d. Metode praktek dan perbuatan
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengajari
anak secara langsung tanpa teori yang bertele-tele. Jadi anak
langsung diberikan pengertian pada hal yang dimaksud, anak dapat
langsung menangkap apa yang dia jelaskan.
e. Metode ibrah danmau’izah
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara mengambil
pelajaran dan khikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya,
sehingga dari situ anak bisa meresapi maknanya. Anak sangat
membutuhkan dampingan orang tua disetiap hal yang dialaminya,
karena anak belum bisa mengambil hikmah disetiap kejadian.
Karena semua taqdir allah itu baik dan apa yang terjadi adalah
pelajaran bagi yang mengalaminya.
f. Metode targhib dan tarhib
Metode ini yakni mendidik anak dengan cara
memberitahukan anak atas akibat dari perbuatan yang dilakukan
baik positif maupun negatif. Jadi disetiap yang dilakukan ada
akibatnya, sehingga anak selalu diarahkan untuk memilah-milah
apa yang akan dia lakukan. Apapun yang dia lakukan akan
mendapatkan akibat positif dan negatif.
A. Keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)
1. Pengertian keluarga TKW (Tenaga Kerja Wanita)
a. Pengertian keluarga dari beberapa ahli sebagai berikut:
1) Menurut ahid “keluarga adalah umat kecil yang memeliki
pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan
kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya”(Ahid, 2010:75).
2) Keluarga adalah kesatuarahan dan kesatutujuan atau keutuhan
dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan
mengembangkan dasar-dasar disiplin diri (Shochib, 1998:18).
Pengertian TKW menurut beberapa ahli sebagai berikut:
a. Dalam RUU Tenaga Kerja Luar Negri (versi badan legislatif)
mendefinisikan TKI atau pekerja indonesia di luar negri adalah
setiap orang Indonesia dewasa yang sedang dan pasca bekerja di
luar negeri di dalam suatu hubungan kerja dengan menerima upah
atau imbalan dalam bentuk lain (Bab 1 pasal 1 angka 1) (Tim
PSGK, 2007:11).
b. Mughni mendefinisikan buruh migran indonesia adalah setiap
orang yang akan, sedang, dan pasca bekerja di luar negri di dalam
suatu hubungan kerja dengan menerima upah dan imbalan dalam
bentuk lain(Tim PSGK, 2007:11-12).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
memiliki hubungan darah terhadap anak yang ibunya bekerja di
luar negri dan tinggal serumah dengannya.
2. Faktor penyebab menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita)
Setiap orang yang bekerja menjadi TKW ada sebabnya,
menurut tim PSGK STAIN Salatiga (2007:23-27) ada tiga fakor
diantaranya faktor tekanan ekonomi, faktor tekanan psikologis, dan
faktor kemudahan prosedur menjadi TKW .
a. Faktor ekonomi
Sebagaian besar wanita bekerja ke luar negri karena ingin
memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia ingin lebih
makmur dengan memiliki harta yang cukup. Kepemilikannya sulit
dimungkinkan untuk bisa mengubah kondisi ekonominya yang
lemah.
Dimasa sekarang ini pekerjaan semakin sulit didapatkan.
Hasil pertanian penduduk yang sangat minim tidak dapat
mencukupi kebutuhannya. Apalagi sekarang pupuk dan obat
harganya tinggi, sementara hasil pertanian harganya rendah.
Lebih-lebih banyaknya pnyakit yang menyeang tanaman petani
menyebabkan minimnya hasil dan pendapatan dari sektor
pertanian. Selain itu jasa manusia sangat minim dibutuhkan karena
tergeser oleh tenaga mesin yang banyak berdatangan.
Kebutuhan yang semakin banyak, harga yang melambung
pendorong bagi mereka untuk menjadi TKW. Mereka kesulitan
untuk mencukupi kebutuhannya, padahal itu semua harus
didapatkan. Mulai dari sandang, pangan, dan papan senua harus
terpenuhi ,serta pendidikan anak tidak boleh terkesampingkan.
Dengan menjadi TKW mereka akan mendapatkan gaji tetap
yang lumayan tinggi dan bisa ia gunakan untuk mencukupi
kebutuhannya. Dia tidak perlu sulit-sulit dan banyak berfikir, yang
penting dia bekerja menyelesaikan tugasnya selesai istirahat, setiap
bulan menerima gaji. Dia tidak perlu memikirkan hal lain, anak di
rumah, tetangga keluarga dan masyaarakat semua tidak ada
didekatnya. Hal ini menjadikan mereka lebih senang menjadi TKW
dari pada dirumah tapi tidak punya apa-apa.
b. Faktor tekanan psikologis
Selain karena faktor ekonomi, seseorang menjadi TKW
karena faktor psikologis. Sebenarnya juga masih berhubungan
dengan ekonomi, akan tetapi keinginannya bukan untuk memenuhi
kebutuhannya yang masih kurang. Mereka ke luar negri karena
gengsi dengan tetangganya yang mampu atau ingin seperti
tetangganya yang pulang dari luar negri dan mempunyai banyak
harta yang dihasilkan dari sana.
Perbedaan antar masyarakat sangat mencolok pada
kepemilikannya. Orang yang kaya memiliki rumah bagus, isi
yang bagus. Sementara mereka yang biasa atau tidak punya hanya
memiliki rumah sederhana dan fasilitas apa kadarnya dengan gaya
hidup yang sederhana. Hal tersebut menjadikan para istri berminat
untuk menjadi TKW, supaya dia bisa memiliki seperti yang
dimiliki orang lain yang memiliki banyak harta. Padahal itu hanya
sementara ketika mereka baru pulang, setelah beberapa waktu di
rumah biasanya mereka kembali hidup dengan gaya sederhana.
c. Faktor kemudahan prosedur menjadi TKW
Untuk menjadi TKW caranya sangatlah mudah, hal itu
mengakibatkan banyaknya orang berminat menjadi TKW.
Meskipun sebenarnya dia kurang membutuhkan seseorang kadang
pergi karena terbawa bujukan sponsor (orang yang mencari
peminat menjadi TKW) dan syaratnya yang mudah. Seseorang
tidak perlu mempunyai pendidikan khusus karena di PT
calon-calon TKW diajarkan bahasa dan ketrampilan yang akan
dikerjakan disana. Dan untuk biaya pendidikan dan lain-lain bisa
potong gaji, sehingga dia tidak harus memiliki uang untuk biaya
berangkat.
Banyak sponsor yang masuk ke desa-desa untuk mencari
orang yang mau ke luar negeri. Para sponsor akan mendekati
seseorang di tiap-tiap desa dan memberikan persen guna mendekati
orang-orang disekitarnya. Mereka memberikan iming-iming
bekerja dan akan menerima gaji yang besar setiap bulan. Itulah
beberapa faktor yang menyebabkan banyaknya kaum istri yang
berminat menjadi TKW. Dengan rayuan yang manis dan
iming-iming yang menarik lama-kelamaan ibu-ibu mulai berfikir dan
lama-kelamaan mereka akan tertarik. Pencari calon TKW terus
berusaha karena menginginkan upah atas keberhasilannya mencari
orang yang mau berangkat ke luar negeri.
3. Kendala dan pemecahan yang dihadapi dalam keluarga TKW
(Tenaga Kerja Wanita)
a. Pendidikan anak
1) Kurangnya pengetahuan pengasuh
Anak membutuhkan pengasuhan yang tepatsupaya dia
terbentuk sesuai yang diharapkan. Hal itu juga dipengaruhi
oleh pendidikan pengasuhnya. Orang yang berpendidikan
rendah kurang mengerti tentang cara mengasuh yang tepat.
Mereka juga kurang mengetahui tugas anak sekolah, prestasi,
dan kegiatan-kegiatan lain.
Orang tua dalam melaksanakan berbagai upaya baik
spiritual (psikhis) ataupun fisik juga akan sangat dipengaruhi
oleh tingkatan pendidikannya. Pendidikan yang rendah
biasanya dalam merawat atau perhatian pendidikan seadanya
pengaruh lingkungan (Mansur, 2005:358). Hal itulah yang
menjadi kendala pengasuh dalam mendidik akhlaknya.
2) Kurangnya kepedulian pengasuh terhadap pendidikan
anak.
Orang tua kadang menyekolahkan anak tanpa memiliki
tujuan ayang jelas, dia hanya mengikuti kebiasaan orang yang
ada disekitarnya. Sekolah kemudian lulus dan melanjutkan ke
jenjang selanjutnya. Mereka tidak mempedulikan nilai anak,
yang penting sekolah seperti yang lain. Ketika nilai anak
rendah atau tidak mau melanjutkan dia membiarkan saja,
karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam sekolah. Sebagian
diantara mereka menganggap jika pendidikan tidak penting,
asalkan mereka bisa bekerja dan mengahasilkan uang itu sudah
cukup.
3) Putus sekolah
Anak yang kurang mendapat motivasi dan perhatian
tidak akan sungguh-sungguh di sekolah. Biasanya mereka
sekolah agar terhindar dari tugas orang tuanya dan
mendapatkan uang saku setiap hari. Di sekolah dia hanya
bermalas-malasan dalam mengikuti pelajaran. Lama kelamaan
dia akan melakukan beberapa pelanggaran yang mengakibatkan
mengasuhnya kurang memperhatikannya lama-kelamaan dia
tidak akan berangkat sekolah dan berhenti di tengah jalan tanpa
ada yang mempedulikan.
b. Pengasuhan anak selama ditinggal ibu menjadi TKW
1) Orang yang berperan dalam pengasuhan selama ibu
menjadi TKW
Beberapa orang yang berperan menggantikan
ibunya adalah ayah, nenek, kakek, kakak, paman, bibi, atau
orang lain yang tinggal serumah dengannya, karena
merekalalah keluarganya. Anggota keluarga diantaranya
suami, istri, ayah, ibu, anak-anak, dan orang yang serumah
(http:// keluarga. Anggotanya, masalahnya//).Kebanyakan
anak yang di tinggal ibunya masih usia bayi ia diasuh oleh
neneknya, karena jika ayahnya mungkin kurang terampil
untuk mengurusi bayi. Sebagian yang sudah anak-anak
diasuh bersama oleh ayah dan orang yang serumah, akan
tetapi ada juga diantara mereka yang diasuh oleh paman
dan tantenya karena ayah, kakek, dan neneknya sudah
meninggal atau orang tua mereka telah bercerai.
Biasanya famili atau tetangga yang ada di dekatnya
ikut mengasuh anak yang ditinggal ibunya. Karena jika
yang ditinggal itu masih anak-anak biasanya kurang
dalam mengurus anak, sehingga anak terlihat seperti
terlantar. Hal itulah yang memunculkan rasa iba pada orang
yang melihatnya. Biasanya mereka diberi makan,
dimandikan, atau dibelajari.
2) Problem pengasuhan yang dirasakan oleh figur
pengganti ibu
(a) Kedekatan anak pada ibu
Sebagian besar anak lebih dekat pada ibu, sehingga
anak sulit diarahkan oleh oranglain selain ibunya Ibu
adalah orang yang mengatur dan membuatrumah
tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi
mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya
(Daradjat, 1995:47).Selain itu biasanya orang lain selain
ibunya kurang telaten dalam mengasuh anak, hal itu
mengakibatkan anak kurang menurut dan sulit diarahkan.
Karena anak kurang kasih sayang dari ibu dia biasanya
mencari perhatian dari orang yang kurang tepat. Jika
anak itu perempuan biasanya lebih merasa kehilangan,
karena mereka membutuhkan tempat untuk curhat.
(b)Berkurangnya orang yang memperhatikannya
Karena ibu tidak ada disisi mereka, dia hanya
diperhatikan oleh orang selain ibunya. Sebenarnya