• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019 - Test Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA GURU PAI DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK TUNAGRAHITA DI SMALB NEGERI SALATIGA

TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : TRI OKTAVIANI

NIM : 111-14-030

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

UPAYA GURU PAI DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU ANAK TUNAGRAHITA DI SMALB NEGERI SALATIGA

TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : TRI OKTAVIANI

NIM : 111-14-030

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Tujuan seorang guru bukanlah menciptakan siswa-siswanya menurut

pandangannya, tapi mengembangkan siswanya yang mampu menciptakan

pandangan mereka sendiri

*Tri Oktaviani*

Anak-anak bagaikan bunga, siramilah selalu dengan kasih sayang, pupuklah

dengan nilai-nilai kebaikan agar mereka kelak mekar menjadi bunga yang indah

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ‘alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Bapak Suyanto dan Ibu Siti Sobiah, sebagai wujud baktiku padanya, yang senantiasa memberikan nasehat, mencurahkan kasih sayang, dan telah mendidikku dari kecil sampai dewasa ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

2. Kakakku tersayang Slamet Hariyanto yang selalu memberiku motivasi dan semangat.

3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang selalu mendoakanku

4. Sahabat-sahabatku (sa’idatun ‘Iin M, Fahruni D, Desi Nor W, Zahrotul U, Rokhanah) yang telah memberi motivasi dan semangat.

5. Teman-teman seperjuangan (Himatul Uliyah, Eka Yuniyanti, Mir’atus S) di PPTQ Al-Muntaha yang selalu memberi arahan dan semangat. 6. Keluarga besar PPTQ Al-Muntaha yang saya sayangi.

7. Tunangan saya Muhammad Mustofa, terimakasih selalu mendukung dan memberi semangat untuk saya.

8. Temanku Anggix Lyga Wijayanto, yang selalu memberi motivasi, arahan, dan semangat.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-Nya, pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membimbing Siswa

Tunagrahita Sedang (studi kasus pada siswa kelas XI di SMALB Negeri Salatiga Tahun 2018/2019)” ini yang merupakan tugas dan syarat wajib yang harus

dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan agama Islam (PAI) IAIN Salatiga.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat dijagat raya ini. Beliau adalah pembawa dan penyampai risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-imu keislaman, yang dapat menjadi bekal hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada smeua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Siri Rukhayati, M.Ag., selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.

(10)

x

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan pada penulisan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik penulis yang dengan sabarnya, membimbing penulis dari waktu ke waktu.

6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staff perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

7. Bapak Muhlisun, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMALB Negeri Salatiga, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penulisan disekolah tersebut.

8. Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd.I., selaku guru PAI SMALB Negeri Salatiga yang menjadi narasumber utama dan membantu penulis selama melakukan penulisan.

9. Bapak/Ibu Guru serta Staff Karyawan SMALB Negeri Salatiga yang telah membantu penulis selama melakukan penulisan.

10.Orang tua tercinta Bapak Suyanto dan Ibu Siti Sobiah yang telah mencurahkan kasih sayang, semangat dan doa demi keberhasilan penulis. 11.Kakakku tersayang Slamet Hariyanto yang selalu memberiku motivasi dan

semangat.

12.Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha yang selalu mendoakanku

(11)
(12)

xii ABSTRAK

Oktaviani, Tri. 2018. Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing : Dra. Urifatun Anis M.Pd.I.

Kata Kunci :

Masalah dalam penelitian ini adalah apa saja bentuk penyimpangan yang dilakukan anak tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga dan bagaimana upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi penyimpangan perilaku tersebut.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk analisis data dengan menggunakan analisis data model interaktif, sedangkan pengecekan keabsahan datanya menggunakan truangulasi sumber dan metode. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini dilaksanakan di SMALB Negeri Salatiga Bulan Agustus sampai dengan September. Subjek dalam penelitian ini adalah narasumber utama yang dapat memberikan informasi data yang dibutuhkan untuk mengungkap permasalahan dalam penelitian ini, adapun subjeknya yaitu Guru pendidikan agama Islam. Sedangkan informannya adalah Kepala Sekolah dan siswa. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan berupa metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penyajian keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Tehnik analisis data dalam penelitian ini yaitu 1) data reduction (reduksi data), 2) data display (penyajian data), 3) drawing conclusion/ verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

E. Penegasan Istilah ... 9

1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam ... 10

2. Mengatasi Kenakalan Siswa Tunagrahita ... 11

(14)

xiv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Upaya Guru ... 13

a. Pengertian Upaya ... 13

b. Pengertian Guru ... 13

c. Syarat Guru ... 18

d. Tugas Guru ... 21

2. Pendidikan Agama Islam ... 24

a. Pengertian pendidikan Agama Islam ... 24

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 26

3. Tunagrahita ... 30

a. Pengertian Tunagrahita ... 30

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 31

c. Karakteristik Tunagrahita ... 33

d. Faktor Penyebab Tunagrahita ... 37

4. Penyimpangan Perilaku/Abnormal ... 38

a. Pengertian Perilaku Abnormal ... 38

b. Sebab-sebab Perilaku Abnormal ... 39

c. Bentuk-bentuk Perilaku menyimpang ... 43

B. Kajian pustaka ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Jenis Penelitian ... 47

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 48

C. Sumber Data ... 48

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 50

E. Analisis Data ... 52

(15)

xv

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA ... 57

A. Gambaran Umum SMALB Negeri Salatiga... 57

1. Sejarah singkat SMALB Negeri Salatiga ... 57

2. Profil Sekolah ... 58

3. Visi, Misi, dan Tujuan ... 61

4. Struktur Organisasi SMALB Negeri Salatiga ... 62

5. Keadaan Guru dan Siswa ... 63

6. Keadaan Sarana dan Prasarana SMALB Negeri Salatiga64 B. Analisis Data ... 66

1. Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita 66 2. Upaya Guru PAI dalam Mengatasi Penyimpangan perilaku Siswa Tunagrahita ... 69

BAB V PENUTUP ... 82

A. Kesimpulan... ..82

B. Saran ... ..83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. SKK

3. Nota Pembimbing Skripsi

4. Surat Permohonan Izin Penelitian 5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembar Konsultasi

(17)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama satu dengan yang lainnya. Anak adalah karunia terbesar yang diberikan Tuhan Sang Maha Pencipta kepada umat manusia. Tuhan mempunyai rahasia tersendiri sehingga ada anak yang dilahirkan normal dan ada pula yang dilahirkan istimewa (berkebutuhan khusus). Banyak masyarakat memandang sebelah mata tentang anak berkebutuhan khusus karena perbedaan fisik, mental, intelegensi dan emosional. Di dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa semua manusia sama dimata Allah dan tidak ada yang dibedakan. Seperti firman Allah dalam Surah An-Nuur ayat 61:

(18)

2

saudaramuyang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara ibumu yang perempuan, di rumah yang kamu miliki kuncinya atau di rumah kawan-kawanmu, tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian.

Di dalam ayat tersebut mengandung makna kesetaraan yaitu bahwa tidak ada halangan bagi masyarakat untuk bergabung bersama dengan mereka yang berkebutuhan khusus seperti penyandang tunanetra, tunarungu, tunadaksa atau bahkan tunagrahita. Mereka berhak untuk melakukan aktivitas sehari-hari bersama orang-orang normal tanpa adanya diskriminasi seperti layaknya masyarakat pada umumnya. Perbedaan yang terdapat pada anak berkebutuhan khusus bukanlah hukuman dari Allah SWT, karena semua manusia sama tanpa melihat dari kesempurnaan fisik.

(19)

3

menerima dengan ikhlas serta menjaga, merawat dan membesarkannya sebagaimana mestinya karena terdapat hikmah yang dapat di ambil untuk keluarga maupun masyarakat.

(20)

4

Salah satu anak berkebutuhan khusus yaitu anak tunagrahita atau anak dengan gangguan intelektual rendah. Seorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu: (1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata. Hal ini mengakibatkan anak tunagrahita tidak mampu bergaul dengan teman seusianya. Oleh sebab itu, mereka bergaul dengan anak yang usianya di bawah usia mereka. (2) ketidakmampuan dalam perilaku adaptif dan bersosial. Dalam keseharian anak tunagrahita tidak mampu untuk adaptasi dan bersosialisasi dengan baik dikarenakan intelektual mereka yang rendah di bawah rata-rata. (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun. (Salim Choiri & Munawir Yusuf, 2009:56).

(21)

5

bergaul, tidak mampu berpartisipasi, maka dari itu anak tunagrahita lebih memfokuskan pada program bina diri agar mereka mampu untuk hidup mandiri dan tidak terlalu bergantung pada lingkungan sekitarnya serta dapat beradaptasi dengan lingkungan (Wawancara dengan Pak Eko 11 Agustus 2018).

Perilaku menyimpang termasuk dalam kategori perilaku abnormal. Kebanyakan psikolog saat ini mengakui bahwa perilaku abnormal disebabkan oleh kombinasi faktor biologis, psikologis dan sosial (Kendler & Prescott, 2006; Rutter & Rutter, 1993). Perilaku abnormal anak tunagrahita disebabkan oleh faktor biologis. Rendahnya kapasitas mental pada anak tunagrahita sangat mempengaruhi terhadap kemampuannya untuk menjalankan fungsi-fungsi sosialnya seperti kurangnya perilaku adaptif atau kesulitan pada dirinya sendiri untuk bertingkah laku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat.

(22)

6

bawah rata-rata. Penderita retardasi mental mengalami kesulitan dalam berbagai aktivitas sehari-hari sampai ke tingkat yang mencerminkan beratnya defisit kognitif mereka serta jenis dan banyaknya bantuan yang mereka terima. Penderita retardasi mental memperlihatkan kemampuan dan kepribadian yang sangat beragam.

(23)

7

yaitu guru kelas dan guru pendidikan Agama Islam (Observasi 11 Agustus 2018).

Anak berkebutuhan khusus (ABK) memang berbeda dengan anak normal pada umumnya, baik dari segi fisik, mental, maupun secara pemikiran. Meskipun demikian anak berkebutuhan khusus harus memiliki kesamaan perlakuan seperti yang telah dirasakan anak-anak normal, tidak terkecuali dalam masalah pendidikan. Karena pendidikan sangatlah penting bagi setiap manusia dalam rangka mengembangkan segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima oleh setiap warga negara. Seluruh warga negara tanpa terkecuali termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, hal tersebut dijamin oleh UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang mengemukakan “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,dijelaskan dalam pasal 5 ayat (1) dan (2) menyatakan: (1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. (2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental intelektual, dan atau sosial berhak mendapatkan pendidikan khusus.

(24)

8

Berdasarkan hasil observasi dari peneliti bahwa sebagian besar siswa di SMALB Negeri Salatiga masih banyak yang melakukan penyimpangan perilaku khususnya pada siswa tunagrahita. Untuk itu peneliti menjadi tertarik untuk mengadakan penelitian lebih mendalam tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi perilaku kurang baik siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga. Berdasarkan hal-hal tersebut peneliti mengajukan judul penelitian yang berjudul : “Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Anak Tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dengan hal tersebut dapat diambil rumusan masalah untuk penelitian ini sebagai berikut :

1. Apa saja bentuk penyimpangan perilaku siswa tunagrahita SMALB Negeri Salatiga?

2. Bagaimana upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa tunagrahita?

C. Tujuan penelitian

Didalam suatu penelitian selalu memiliki tujuan, adapun tujuan dalam penulisan ini adalah :

(25)

9

2. Untuk mengetahui peran guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik

a. Memberi kejelasan secara teoritis tentang upaya guru Pendidikan agama Islam dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahita sedang di SMALB Negeri Salatiga.

b. Sebagai tambahan Khazanah keilmuwan pendidikan Islam terutama tentang bagaimana peran guru pendidikan agama Islam dalam menanggulangi kenakalan siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga pendidik, dalam hal ini guru diharapkan dapat melakukan pendekatan dan keteladanan terhadap siswa untuk meminimalisir perilaku yang kurang baik bagi siswa.

b. Untuk menambah wawasan bagi peneliti mengenai kegiatan guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga.

E. Penegasan Istilah

(26)

10 1. upaya Guru pendidikan Agama Islam

a. Upaya

Dalam kamus etismologi kata upaya memiliki arti yaitu yang didekati atau pendekatan untuk mencapai suatu tujuan ( Ngajenan, 1990 : 177).

b. Guru

Guru adalah sosok yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai seseorang pendidik dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru professional yang pantas menjadi figure atau teladan bagi peserta didiknya (Roqib dan Nurfuadi, 2009 : 23).

c. Pendidikan

Pendidikan adalah proses sosialisasi, memasyarakatkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan ketrampilan dalam kehidupan (Rosyadi, 2004 : 136).

d. Agama

Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan bentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu (Ali, 2008 : 40).

e. Agama Islam

(27)

11

manusia, yang mengandung ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah) dan ketentuan ibadah dan mu’amalah (syari’ah) yang

menentukan positif berfikir, merasa, dan berbuat, dan proses terbentuknya kata hati (Salimi dan Ahmadi, 1991 : 4).

2. Kenakalan Siswa Tunagrahita a. Kenakalan

Kenakalan adalah suka berbuat kurang baik (tidak menurut, mengganggu, terutama bagi anak-anak) atau sikap nakal dan perbuatan nakal (Poerdarminta, 1982 : 670), yang artinya sifat nakal atau tingkah laku yang menyimpang dari norma yang berlaku.

b. Siswa

Siswa adalah peserta didik yang berusaha dalam mengembangkan potensi dalam dirinya melalui proses pembelajaran.

c. Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan fungsi kecerdasan intelektual dan adaptasi sosial yang terjadi pada masa perkembangannya (nunung, 2012 : 27).

F. Sistematika Penulisan Skripsi

(28)

12 BAB 1 : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, analisis data dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang pengertian upaya guru Pendidikan Agama Islam, pengertian guru Pendidikan Agama Islam, pengertian tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa Tunagrahita, teori kenakalan remaja di SMALB Negeri Salatiga.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa dan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengatasi kenakalan siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga Tahun 2018.

(29)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Upaya

Suatu usaha, akal, atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, dan mencari jalan keluar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998 : 995).

b. Pengertian Guru

Guru atau pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta didik, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri, dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam mengerjakan tugas, taat sebagai hamba Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk mandiri (Nata, 2010 : 159). Seseorang guru adalah pendidik di lembaga formal atau disekolah. Guru sering pula disebut dengan pendidik, pembantu karena guru menerima limpahan sebagai tanggung jawab orang untuk menolong dan membimbing anak (Ahmad dan Nur, 1991 : 241 : 242).

(30)

14

karena faktor utama dalam keseluruhan proses pendidikan. Seperti yang dikatakan oleh Asep Yonny bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru tidak sekedar dituntut memiliki kemampuan mentransformasikan pengetahuan dan pengalamannya, memberikan ketauladanan, tetapi juga diharapkan mampu menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlaq yang baik (Yonny, 2011 : 9).

Pendidik adalah orang yang secara langsung bertanggung jawab untuk membawa peserta didik ke arah yang dicita-citakan. Seorang pendidik dituntut tanggung jawab yang besar. Untuk itu diperlukan beberapa kompetensi pokok. Pertama kompetensi keilmuan, seorang pendidik mesti memiliki ilmu yang kadarnya layak untuk mengajar pada tingkat dan program tertentu. Kedua kompetensi keterampilan mengkomunikasian keilmuwan. Ketiga kompetensi moral akademik. Saat sekarang dalam undang-undang tentang Guru dan Dosen telah ditetapkan empat kompetensi yaitu Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (daulay dan Nurgaya, 2012 : 20).

(31)

15

didefinisikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Djamarah, 2005 : 31).

Guru adalah seseorang yang kerjanya mengajar serta mendidik yang merupakan sebuah profesi yang memerlukan keahlian dan keterampilan khusus sebagai seorang pengajar. Seorang pendidik yang professional memiliki tugas penting yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik melalui pendidikan formal. Tugas guru adalah melaksanakan berbagai usaha untuk menolong anak didik dalam menuju kedewasaan, salah satu diantara sekian banyak usaha yang dapat dilakukan ianlah dengan mengajar. Usaha lain umpanya memberikan contoh yang baik, pembiasaan, memberikan hadiah, pujian, hukuman, larangan, dan sebagainya (tafsir, 2008 : 7). Guru dalam sejarah hidupnya senantiasa menghargai kejayaan anak didiknya serta sanggup berkorban dan melakukan apa saj untuk manfaat dan kesejahteraan orang lain. Firman Allah SWT di dalam Al Qur’an surat Al Mujadaalah : 11

ي

(32)

16

untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(33)

17

berwawasan luas, memiliki keterampilan, pengalaman, kepribadian mulia, memahami, yang tersurat dan tersirat, menjadi cotoh dan model bagi muridnya, senantiasa membaca dan meneliti, memiliki keahlian yang dapat diandalkan, serta menjadi penasehat (Nata, 2010 : 165). Sehingga guru atau pendidik mempunyai peran penting dalam membentuk karakter anak didiknya untuk lebih baik dan berakhlaq mulia yang berguna bagi bangsa dan Negara (Asmani, 2009 : 160).

Seorang guru memiliki dua sisi yang tidak dapat dilepaskan yaitu kelebihan dan kekurangan, kelebihan yang ada sangat baik untuk ditingkatkan. Menjadi guru yang ideal dan inovatif yang menjunjung tinggi integritas moral, emosional, spiritual, question dan sosial. Dan kelemahan yang harus dikurangi sedikit demi sedikit, sehingga bisa menjadi teladan bagi murid dan lingkungan sosialnya (Asmani, 2009 : 9). Untuk itu pendidik harus rela melayani dan sadar bahwa : 1) Anak adalah makhluk yang berpribadi, karena itu harus

diperlakukan sesuai dengan kepribadiannya.

2) Anak untuk berkembang sendiri kemampuannya masih terbatas.

(34)

18

4) Atas dasar keterbatasan tersebut anak membutuhkan pertolongan dan bantuan pelayanan dari pendidik/ orang tua (Ahmadi dan Nur, 1991 : 13).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang profesinya mengajar, melakukan profesi transfer ilmu yang dimilikinya kepada siswa. Atau juga bisa diartikan guru adalah salah satu unsur yang berperan dalam proses belajar mengajar, tanpa kehadiran guru niscaya tujuan PAI tidak dapat tercapai. Guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan disekolah karena guru merupakan pusat informasi dan pembentuk rupa mental peserta didik.

c. Syarat Guru

Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, secara umum untuk menjadi seorang Guru Pendidikan Agama Islam yang baik dan dapat bertanggung jawab haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Menurut Zakiyah Darajat (2004 : 41), syarat-syarat tersebut antara lain :

1) Taqwa kepada Allah SWT

(35)

19

mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

2) Berilmu

Syarat utama untuk menjadi seorang guru adalah berilmu. Sehingga ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi sesuatu bukti bahwa pemiliknya telah memiliki ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah supaya ia diperbolehkan mengajar kecuali dalam keadaan darurat. Misalnya jumlah murid sangat meningkat sedang jumlah gru jauh daripada mencakup, maka terpaksa menyimpang untuk sementara yakni menerima guru yang belum berijazah tapi dalam keadaan normal dan patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin tinggi pula derajat masyarakat. 3) Sehat Jasmani

(36)

20 4) Berkelakuan Baik

Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan murid. Guru harus menjadi suri tauladan bagi anak didiknya.

Menurut (Yunus Namsa 2000 : 89), syarat-syarat bagi Guru Pendidikan Agama Islam yang baik sebagai berikut :

1) Zuhud.

2) Kebersihan guru. 3) Ikhlas dalam mengajar 4) Pemaaf.

5) Harus mengetahui tabi’at murid.

6) Harus mengetahui mata pelajaran yang diajarkan.

Menurut (Oemar hamalik, 2001 : 118) pekerjaan guru adalah professional, maka untuk itu menjadi guru harus pada memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya ialah :

1) Harus memiliki bakat sebagai guru, 2) Harus memiliki keahlian sebagai guru,

3) Memiliki kepribadian yang baik dan terintergrasi, 4) Memiliki mental yang kuat,

5) Berbadan sehat,

(37)

21

7) Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila, 8) Guru adalah warga Negara yang baik.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa untuk menjadi seorang guru bukanlah hal yang mudah, ia harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan antara lain taqwa kepada Allah, taat pada agama, menguasai ilmu pengetahuan agama, zuhud, ikhlas, sehat jasmani dan rohami, dan ia juga mampu mempengaruhi anak didik kea rah yang

1) Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(38)

22

Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya akan mejadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.

3) Tugas guru dalam masyarakat, seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berartti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan pancasila.

Berbeda dengan guru-guru bidang studi lain, guru pendidikan agama Islam disamping melakukkan tugas pengajaran yaitu memberitahu pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pengajaran dan pembinaan bagi pesertsa didik, membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak serta menumbuh kembangkan keimanan dan ketaqwaan para peserta didik.

Menurut Muhaimin (2002: 83), tugas guru pendidikan agama Islam adalah berusaha secara sadar untuk membimbing, mengajar dan melatih siswa agar dapat:

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

(39)

23

sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.

3) Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurang-kurangan dan kelemah-kelemahannya dalam keyakinan, pengalaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

4) Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayan, paham atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan keyakinan siswa.

5) Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sesuai ajaran Islam.

6) Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 7) Mampu memahami, mengilmu pengetahuan Agama

Islam secara menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan keterbatasan waktu yang tersedia.

(40)

24

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa tugas Guru Pendidikan Agama Islam tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT, memperbaiki kesalahan dan kekurangan pada dirinya dan peserta didik, sebagai tauladan untuk mengajak orang lain berbuat baik, pembinaan akhlak, serta pembawaan normal agama di tengah-tengah masyarakat.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayai, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kementerian Pendidikan, 2002 : 3).

Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada serangkaian yang saling mendukung antara lain :

(41)

25

2) Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan dalam arti yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama Islam.

3) Pendidik/ guru yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan secara sadar terhadap pesera didiknya untuk mencapai tujuan tertentu.

4) Kegiatan PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga membentuk kesalehan sosial (Muhaimin, dkk 1996 : 3).

Menurut Zakiyah Darajat, yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani, “Pendidikan Agama Islam adalah suatu

usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang ada pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.

(42)

26

generasi muda agar menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT (Majid, Andayani, 2004 : 13).

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwasanya dalam penyampaian PAI maupun menerima PAI adalah dua hal yang dilakukan secara sadar dan terencana oleh peserta didik dan guru untuk meyakini akan adanya suatu ajaran kemudian ajaran tersebut difahami, dihayati dan setelah itu diamalkan atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi disitu juga dituntut untuk menghormati agama lain.

Sedangkan dalam buku “Ilmu Pendidikan Islam” yang ditulis H.M. Arifin dikatakan Pendidikan Agama Islam adalah system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehudpannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

Dengan istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan Islam itu harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan sebagaimana cita-cita Islam.

b. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

(43)

27

diistilahkan dengan ghayat, ahdaf, maqosid. Sedangkan secara terminologi, tujuan berarti “suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Maka dari itu segala sesuatu harus memiliki tujuan, karena dengan adanya tujuan maka hal yang kita inginkan akan tercapai meskipun kadang sulit untuk mencapainya (Arief, 2002 : 12).

H. M. Arifin menyebutkan bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah “idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.

Dan dari sini dapat diketahui betapa pentingnya kedudukan pendidikan agama Islam dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya, dapat dibuktikan dengan ditempatkannya unsur-unsur agama dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

(44)

28

pendidikan yang lebih tinggi (Kementerian Pendidikan, 2002 : 3).

Pendidikan agama Islam juga mempunyai tujuan pembentukan kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam yang berhubungan dengan Allah SWT dan manusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti (Darajat, dkk 2011 : 30).

(45)

29

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam haruslah diarahkan pada pencapaian tujuan akhir tersebut, yaitu membentuk insan yang senantiasa berhamba kepada Allah, dalam semua aspek kehidupannya.

Pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah (SMA) bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlaq mulia dalam mengamalkan agama Islam dari sumber utama kitab suci Al Qur’an dan hadits, melalui kegiatan bimbingan,

(46)

30 3. Tunagrahita

a. Pengertian Tunagrahita

Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasan disebut anak terbelakang mental : istilah resminya di Indonesia disebut anak tunagrahita (PP No. 72 Tahun 1991). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “tuna” diartikan sebagai luka, rusak, kurang, atau tidak

memiliki. Tunagrahita adalah sebutan bagi anak-anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak normal pada umumnya.

Tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan disekitarnya. Mereka mengalami keterlambatan dalam segala bidang, dan itu sifatnya permanen, rentang memori mereka pendek terutama yang berhubungan dengan akademik, kurang dapat berfikir abstrak dan pelik. Untuk anak-anak tunagrahita tertentu dapat belajar akademik yang sifatnya aplikatif (Apriyanto, 2012 : 21-22).

(47)

31

retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Aqila Smart, 2010 : 49).

Manusia yang terlahir pada keadaan normal pada umumnya dapat bermanfaat bagi orang lain. Namun tidak menutup kesempatan bagi mereka yang menyandang tunagrahita. Meskipun dalam keterbatasan mental, intelektual, sesungguhnya masih ada potensi yang dapat digali dan dikembangkan melalui pendidikan. Karena sesungguhnya status tunagrahita merupakan takdir dari Allah SWT. Seperti ayat Allah disurat At-tiin : 4

د ق ل

Artinya : sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

b. Klasifikasi Anak Tunagrahita

(48)

32

Klasifikasi yang digunakan sekarang adalah klasifikasi yang dikemukakan oleh AAMD(Ammerican Association On Mentally Deficiency) (hallahan dan wardani, dkk., 2002 : 6.4)

sebagai berikut :

1) Mild Mental Retardation (Tunagrahita ringan) IQ nya 70-55,

2) Moderate Mental Retardation (Tunagrahita sedang) IQ nya 55-40,

3) Severe Mental retardation (tunagrahita berat) IQ nya (40-25)

4) Profound Mental Retardation (sangat Berat) IQ nya 25 kebawah.

Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72 tahun 1991 adalah sebagai berikut :

1) Tunagrahita Ringan (IQ 50-70)

Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan bekerja.

2) Tunagrahita sedang (IQ 30-50)

(49)

33

adaptasi perilaku dibawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, dan dapat sebagai pekerja bantuan.

3) Tunagrahita berat dan sangat berat ( IQ kurang dari 30) Anak yang tergolong dalam tunagrahita berat pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja.

Pengkasifikasian Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut :

1) Educable, merupakan anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak regular pada kelas 5 Sekolah dasar.

2) Trainable, merupakan anak yang yang mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial sangat terbatas kemampuannya untuk mendapat pendidikan secara akademik.

(50)

34 c. Karakteristik Tunagrahita

1) Karakteristik umum

Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa karakteristik anak tunagrahita yaitu penampilan fisik tidak seimbang, tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai dengan usianya, perkembangan bicara/ bahasanya terhambat, kurang perhatian pada lingkungan, koordinasi gerakannya kurang dan sering mengeluarkan ludah tanpa sadar.

James D Page yang dikutip oleh suhaeri H. N (Amin : 1995) menguraikan karakteristik anak tunagrahita sebagai berikut :

a) Kecerdasan

Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote-learning) bukan dengan pengertian.

b) Sosial

(51)

35

c) Fungsi-fungsi mental lain

Mereka mengalami kesukaran memusatkan perhatian. Minatnya sedikit dan cepat peralihan perhatian, pelupa, sukar membuat asosiasi-asosiasi, sukar membuat kreasi baru. Mereka cenderung menghindar dari berfikir.

d) Dorongan dan emosi

e) Anak yang sangat terbelakang hampir-hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan dirinya. Kehidupan dan penghayatannya terbatas. f) Kepribadian

Anak tunagrahita jarang yang mempunyai kepribadian yang dinamis, menawan, berwibawa dan berpandangan luas. Kepribadian mereka pada umumnya mudah goyah.

g) Organisme

(52)

36 2) Karakteristik Khusus

Wardani, dkk (2002) mengemukakan karakteristik anak tunagrahita menurut tingkat ketunagrahitaannya sebagai berikut :

a) Karakteristik Tunagrahita Ringan

Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, mereka masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga perempat kecepatan angka normal dan berhenti pada usia muda.

b) Karakteristik Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Namun mereka masih memiliki potensi untuk mengurus diri-sendiri dan dilatih untuk mengerjakan sesuatu dengan rutin, dapat dilatih berkawan, mengikuti kegiatan dan menghargai hak milik orang lain. Sampai batas tertentu mereka selalu membutuhkan pengawasan, pemeliharaan dan bantuan orang lain.

(53)

37

bantuan orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri sendiri dan tidak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Mereka juga tidak dapat bicara, kalaupun hanya bicara hanya mampu mengucapkan kata-kata atau tanda sederhana saja.

d. Faktor Penyebab Tunagrahita

Para ahli dari berbagai ilmu telah membagi faktor-faktor penyebab menjadi beberapa kelompok. Straus mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi dua gugus yaitu endogen dan eksogen. Suatu faktor dimasukkan kedalam gugus endogen apabila letaknya pada sel keturunan, faktor ini diturunkan. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya : infeksi dan virus yang menyerang otak dan benturan, radiasi dan sebagainya; faktor ini tidak diturunkan.

Berikut ini beberapa faktor penyebab Tunagrahita yaitu : 1) Faktor keturunan

(54)

38

2) Gangguan Metabolisme Gizi

Kegagalan dalam metabolism dan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental pada individu. 3) Infeksi dan keracunan

Infeksi dan keracunan yang mana terjadi selama janin masih berada dalam kandungan ibunya tidak secara langsung akan tetapi lewat penyakit-penyakit yang dialami ibunya, diantaranya adalah penyakit yang timbul karena virus rubella, syiphilis, toxoplasmosis, dan keracunan yang berupa : gradivity syindrome yang beracun, kecanduan alkohol, obat-obatan atau narkotika.

4) Trauma dan Zat radioaktif

Trauma terjadi pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.

4. Penyimpangan Perilaku/ Perilaku Abnormal a. Pengertian Perilaku Abnormal

(55)

39

kenakalan remaja atau penyimpangan perilaku adalah kelainan tingkah laku/tindakan remaja yang bersifat antisosial, melanggar norma, sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku abnormal atau penyimpangan perilaku yaitu suatu perilaku yang berbeda, tidak mengikuti peraturan yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti melalui kriteria yang biasa di dalam masyarakat.

b. Sebab-sebab Perilaku Abnormal

Berdasarkan sumber asalnya, sebab-sebab perilaku abnormal menurut Supratiknya, (1995: 25-32) dapat digolongkan sedikitnya menjadi tiga, yaitu faktor biologis, faktor psikososial, dan faktor sosiokultural.

1) Faktor Biologis

(56)

40

terhadap stres. Beberapa jenisnya yang terpenting adalah sebagai berikut

a) Cacat Genetik

Keadaan ini biasanya berupa kelainan kromosom. Kelainan struktur atau jumlah kromosom, misalnya dapat menimbulkan aneka cacat dan gangguan kepribadian. Contoh: Sindrom Down, yaitu sejenis keterbelakangan mental akibat adanya trisomi dalam struktur kromosom penderita; Sindrom Klinefelter, yakni sejenis kelainan berupa tubuh pria namun dengan sifat wanita, akibat kelebihan kromosom X pada kromosom jenis kelamin XXY.

b) Kelemahan Konstitusional

Konstitusi adalah struktur biologis individu yang relatif menetap akibat pengaruh-pengaruh genetik atau lingkungan sangat awal, termasuk lingkungan pranatal. c) Deprivasi Fisik

(57)

41

d) Proses-proses Emosi yang Berlebihan

Gejolak emosi ekstrem yang berlangsung singkat dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk bereaksi secara tepat dalam situasi-situasi darurat. Gejolak emosi ekstrem itu dapat berakibat negatif terhadap penyesuaian diri terhadap orang yang bersangkutan secara keseluruhan.

e) Patologi Otak

Yang dimaksud adalah gangguan-gangguan organik atau penyakit yang langsung mengganggu atau melumpuhkan fungsi otak. Gangguan ini dapat bersifat sementara misalnya, suhu badan yang tinggi atau keracunan atau dapat pula bersifat permanen, misalnya infeksi sipilis. Suhu badan tinggi dan keracunan dapat menimbulkan delirium atau kekacauan mental, misalnya dalam bentuk mengigau yang bersifat sementara sedangkan infeksi sipilis yang menyerang otak akan menimbulkan gangguan pikosis tertentu yang lebih sulit disembuhkan.

2) Faktor-Faktor Psikososial

a) Trauma di Masa Kanak-kanak

(58)

42

sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak-kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa, terlebih bila trauma tersebut tidak pernah disadari oleh lingkungan sosial anak dan dicoba disembuhkan. Akibatnya bila kemudian hari sesudah dewasa anak itu mengalami kejadian yang mengingatkannya kembali pada trauma yang pernah dialaminya itu, maka luka lama itu pun akan muncul kembali dan menimbulkan gangguan atau masalah padanya.

b) Deprivasi Parental

Yang dimaksud dengan deprivasi parental adalah tiadanya kesempatan untuk mendapatkan rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik, rangsangan intelektual, emosional dan sosial.

c) Hubungan Orang Tua-Anak yang Patogenik

(59)

43

d) Struktur Keluarga yang Patogenik

Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung di antara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat, dan selanjutnya berpengaruh terhadap munculnya gangguan perilaku pada sebagian anggotanya.

3) Faktor-faktor Sosiokultural

Faktor-faktor sosiokultural meliputi keadaan obyektif dalam masyarakat atau tuntutan dari masyarakat yang dapat berakibat menimbulkan tekanan pada individu dan selanjutnya melahirkan berbagai bentuk gangguan, seperti:

a) Suasana perang dan suasana kehidupan yang diliputi kekerasan.

b) Terpaksa menjalankan peran sosial yang berpotensi menimbulkan gangguan, seperti menjadi tentara yang dalam peperangan harus membunuh musuh, terlibat dalam situasi kekerasan, dan sebagainya.

(60)

44

d) Resesi ekonomi dan kehilangan pekerjaan.

e) Perubahan sosial dan iptek yang sangat cepat melampaui kemampuan wajar orang untuk menyesuaikan diri.

c. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang

Menurut Kartini Kartono (2010:49), perilaku menyimpang dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

1) Kenakalan Terisolir (Delinkuensi terisolir)

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis.

2) Kenalakan Neurotik (Delinkuensi neurotik)

Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa, dan lain sebagainya.

3) Kenakalan Psikopatik (Delinkuensi psikopatik)

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. 4) Kenakalan Defek Moral (Delinkuensi defek moral)

(61)

45

puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki.

Sedangkan menurut Narwoko (2007:101) bentuk-bentuk perilaku menyimpang secara umum dapat digolongkn antara lain:

1) Tindakan nonconform

Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada.

2) Tindakan anti sosial atau asosial

Yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum.

3) Tindakan-tindakan kriminal

Tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.

(62)

46 B. Kajian Pustaka

Kajian hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini adalah:

Andi Wardana (2015) dalam judulnya “Upaya Kuratif Dalam Menangani Kenakalan Santri Di Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an

Karang Joho, Kacangan, Andong, Boyolali, menunjukkan bahwa kenakalan remaja atau penyimpangan perilaku pada masa remaja perlu penanganan yang serius yaitu dengan menggunakan metode kuratif. Upaya kuratif yang dilakukan dalam menangani santri sudah dilaksanakan di pondok pesantren Madrasatul Qur’an untuk mengobati

dan merubah kedudukan santri yang dulunya nakal atau melakukan penyimpangan perilaku yang melanggar sekarang menjadi lebih baik dan tidak melakukan penyimpangan perilaku kembali.

Sedangkan Danik Noviasari (2016) dalam judulnya “Upaya Guru

Pendamping Terhadap Perkembangan Religiusitas Siswa Tunagrahita Di Sekolah Inklusi Sekolah Menengah Al Firdaus Mendungan, Kartasuro, Sukoharjo, menunjukkan bahwa anak tunagrahita memerlukan guru pendamping terhadap perkembangan religiusitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

(63)

47

anak tunagrahita. Sedangkan peneliti akan melakukan penelitian tentang peran guru PAI dalam membimbing siswa tunagrahita di SMALB yang berfokus pada penyimpangan perilaku atau kenakalan remaja. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membimbing

(64)

Dalam menyelesaikan masalah ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. “Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran seseorang secara individual maupun kelompok ”(Nana Syaodih S, 2012 : 60). Menurut Sukmadinata (2012: 60) penelitian kualitatif (Qualilative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, aktivitas sosial, sikap, kepecayaan, presepsi, pemikiran, orang secara individu maupun kelompok.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif dari beberapa kondisi tertentu yang menggunakan metode-metode ilmiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.

(65)

49

lapangan (Field Research) dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu keadaan alamiah.

Dalam penelitian ini, penulis mendeskripsikan dan menggambarkan upaya guru PAI dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahita di SMALB 2018/2019.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMALB Negeri Salatiga. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa di SMALB Negeri Salatiga memiliki siswa penyandang tunagrahita yang melakukan penyimpangan perilaku.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 – September 2018.

C. Sumber data a. Sumber Primer

(66)

50

lainnya yang terdiri dari dokumen-dokumen resmi. Data primer dalam penelitian ini meliputi dokumen resmi, yakni segala macam bentuk dokumen, baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan yang ada pada tanggung jawab badan resmi (Ali, 1987 : 42), yang artinya data yang diperoleh secara langsung dari penelitian lapangan dengan mengamati dan mewawancarai untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang upaya guru PAI dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahitadi SMALB Negeri Salatiga.

Sumber primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI, siswa.

b. Sumber sekunder

(67)

51 D. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu :

1. Metode observasi

Metode Observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung (Ali, 1987 : 91). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang Observasi dilakukan untuk mengamati penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa tunagrahita dan apa upaya guru PAI dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga.

2. Wawancara

(68)

52

perilaku siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga tahun 2018/2019.

Wawancara dilakukan kepada guru PAI SMALB Negeri Salatiga berkaitan dengan penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa baik di dalam kelas saat proses belajar mengajar berlangsung maupun di luar kelas serta peran apa yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hal tersebut. Wawancara juga dilakukan kepada kepala SMALB Negeri Salatiga berkaitan dengan tingkat penyimpangan perilaku dari tahun ke tahun. Selanjutnya wawancara dilakukan kepada wali murid berkaitan dengan penyimpangan perilaku yang dilakukan siswa di lingkungan rumah.

Wawancara dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sebagai sumber primer. Metode ini digunakan untuk mencari data yang berhubungan dengan upaya guru PAI dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa tunagrahita di SMALB Negeri Salatiga tahun ajaran 2018/2019. 3. Metode dokumentasi

(69)

53

hasil wawancara. Rekaman wawancara digunakan untuk menelaah lebih detail informasi-informasi yang disampaikan oleh narasumber. E. Analisis Data

Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 191) mengatakan, analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Menurut Robert Bogdan & Steven J. Taylor (1992:137) teknik analisis data adalah teknik-teknik yang dapat digunakan untuk memberi arti kepada beribu-ribu, lembar catatan pernyataan dan perilaku dalam catatan-catatan anda. “Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.” (Creswell, 2016:274). Dalam sebuah penelitian, teknik analisis data sangat penting untuk hasil akhir penelitian.

(70)

54 1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstrakan dan transformasi data kasar dari lapangan. Reduksi data ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian. Dalam proses reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang valid. Ketika peneliti menyaksikan dan memperoleh kebenaran data, akan dicek ulang dengan informasi lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui.

Reduksi data yang dilakukan sebagai proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi dari catatan lapangan. Pada saat penelitian, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan yang diperoleh dari lapangan dengan membuat coding, memusatkan tema dan menentukan batas. Reduksi data merupakan bagian dari analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.

2. Penyajian data

(71)

55

Deskripsi dalam bentuk narasi memungkinkan simpulan peneliti dapat dilakukan dengan menyusun kalimat secara logis dan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi.

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan temuan baru yang berbeda dari temuan yang sudah ada.

F. Pengecekan Keabsahan data

(72)

56 1. Triangulasi dengan sumber

Triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

2. Triangulasi dengan metode

Triangulasi jenis ini terdapat dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

3. Triangulasi dengan penyidik

Teknik ini ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 4. Triangulasi dengan teori

Menurut Lincoln dan Guba dalam Lexy J Moleong beranggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori saja. Maka diperlukan teori lain sebagai pembanding.

(73)

57

(74)

58 BAB IV

PAPARAN DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMALB Negeri Salatiga 1. Sejarah Singkat SMALB Negeri Salatiga

SMALB Negeri Dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Pada awalnya SMALB Negeri Salatiga adalah SDLB Negeri Mangunsari Salatiga (jenjang sekolah dasar ) yang berdiri tahun 1983 berdasar Inpres Nomor 4 / 1983, dengan jumlah siswa awal 4 anak jenis ketunaan Tunagrahita (C) yang diasuh oleh 5 orang guru. Menyesuaikan perkembangan dan sesuai dengan situasi dan kondisi untuk lebih memberikan fasilitas anak untuk memperoleh layanan pendidikan, dengan SK Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Nomor 421.8/24686 Tanggal 25 Juni 2007 Beralih status menjadi SLB NEGERI SALATIGA yang menyelenggarakan pelayanan pendidikan jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB.

Data awal tahun pelajaran 2008 / 2009 SLB Negeri Salatiga melayani pendidikan untuk jenjang : SDLB = 89 Siswa dalam 20 kelas / rombel, SMPLB = 29 Siswa dalam 6 kelas / rombel, SMALB = 3 Siswa dalam 1 kelas / rombel, Yang dilayani oleh 28 tenaga guru. Tahun pelajaran 2015/2016 jumlah peserta didik jenjang SDLB ada 119 siswa, SMPLB ada 41 siswa dan SMALB ada 30 siswa.

(75)

59

kelas 1 tuna grahita sedang (1-C1) ada 2 rombel yang masing-masing menggunakan metode pembelajaran team teaching. Maksud dari team teaching disini adalah setiap rombel/kelas diampu oleh dua guru. Hal ini dimaksudkan untuk memperlancar proses belajar mengajar pada anak berkebutuhan khusus tuna grahita sedang yang masih kecil yang masih sangat membutuhkan perhatian lebih dari guru pengampu. 2. Profil Sekolah

a. Identitas sekolah

1) Nama Sekolah : SLB Negeri Salatiga

2) NPSN : 20328473

3) Jenjang Pendidikan : SLB 4) Status Sekolah : Negeri

5) Alamat Sekolah : Jl.Hasanudin gang II RT/ (Cakra)

RW : 03/ 12

Kode Pos : 50721 Keluarahan : Mangunsari Kecamatan : Sidomukti Kabupaten/ Kota : Salatiga Provinsi : Jawa Tengah

Negara : Indonesia

(76)

60 b. Data Pelengkap

1) SK Pendirian Sekolah : 4/1983 2) Tanggal SK Pendirian : 1983-01-07

3) Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah 4) SK Izin Operasional : 421.8/24686 5) Tgl SK Izin Operasional : 2007-06-25

6) Kebutuhan Khusus Dilayani : A, B, C, D, Autis, Ganda 7) Nomor Rekening : 2-003-08323-1

8) Nama Bank : Bang Jateng 9) Cabang KCP/ Unit : Salatiga

10)Rekening Atas nama : SMPLB Negeri Salatiga

11)MBS : ya

12)Luas Tanah Milik (m2) : 3810 13)Luas Tanah Bukan Milik : 0

14)Nama Wajib Pajak : SLB Negeri Salatiga

15)NPWP : 005990130505000

(77)

61

2) Bersedia Menerima Bos? : Ya

3) Sertifikat ISO : Belum Bersertifikat 4) Sumber Listrik : PLN

5) Daya Listrik (watt) : 5500 6) Akses Internet : Smartfren 7) Akses Internet Alternatif : Telkom Speedy e. Sanitasi

1) Kecukupan Air : Cukup 2) Sekolah Memproses Air sendiri : Tidak 3) Air Minum Untuk Siswa : Disediakan 4) Mayoritas Siswa Membawa

Air Minum : ya

5) Jumlah Toilet

Berkebutuhan Khusus : 13

6) Sumber Air Sanitasi : Ledeng/ PAM 7) Ketersediaan Air

di Lingkungan Sekolah : ada Sumber Air 8) Tipe Jamban : Leher Angsa (Toilet

duduk/Jongkok)

9) Jumlah Tempat Cuci Tangan : 7 10)Apakah Sabun dan Air Mengalir

(78)

62 3. Visi, Misi, dan Tujuan

a. Visi

1) Mewujudkan insan yang mandiri, berpotensi dan berakhlak mulia

b. Misi

Dalam rangka mencapai Visi tersebut, SLB Negeri salatiga:

1) Mengoptimalkan potensi sumber daya manusia, sarana dan prasarana di sekolah

2) Meningkatkan mutu pendidikan dengan mengintegrasikan nilai agama, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi

3) Menanamkan kedisiplinan melalui budaya bersih, budaya tertib dan budaya kerja

4) Mengoptimalkan kegiatan akademis dan non-akademis

5) Meningkatkan pendidikan karakter dengan meningkatkan budi pekerti dan jiwa nasionalisme

6) Menumbuhkan budaya membaca melalui program literasi 7) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, aman dan

damai

8) Menjalin hubungan yang harmonis dengan stake holder c. Tujuan Sekolah

(79)

63

4) Melaksanakan pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan yang efektif

5) Melakasanakan pengelolaan sumber belajar secara efektif 6) Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusi

4. Struktur Organisasi SMALB Negeri Salatiga

SMALB Negeri Salatiga sebagai lembaga formal yang menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, mempunyai sistem pengelolaan secara dinamis dan profesional dalam bentuk pelaksanaan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu lembaga ini dibentuk dalam suatu jalinan koordinasi yang terstruktur dan jelas. Hal ini digunakan untuk kejelasan masing-masing tanggungjawab yang akan diemban. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka dalam penyusunan struktur organisasi yang tepat, Kepala Sekolah beserta guru dan staf karyawan menentukan nama-nama yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya untuk mengisi jabatan dalam struktur organisasi sekolah. Struktur organisasi sangat diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan atau sekolah. Karena struktur organisasi satu-satunya dalam anggota tubuh dalam lembaga pendidikan sehingga tidak dapat terpisah-pisahkan.

(80)

64

akan didistribusikan sesuai dengan fungsi, kemampuan dan wewenang masing-masing yang telah ditentukan. Struktur organisasi sebagaimana terlampir (Dokumentasi, 21 Agusutus 2018).

5. Keadaan Guru dan siswa a. Keadaan Guru

(81)

65 b. Keadaan Siswa

Jumlah siswa seluruhnya yang ada di SMALB Negeri Salatiga berdasarkan data yang telah peneliti peroleh berjumlah 195 siswa. 6. Keadaan Sarana dan prasarana SMALB Negeri Salatiga

Sarana atau fasilitas di SMALB Negeri Salatiga adalah segala sesuatu yang mendukung dan menunjang terlaksananya pendidikan dan keberhasilan pendidikan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sebagian sarana dan prasarana di SMALB Negeri Salatiga sudah terfasilitasi, namun ada sebagian yang belum memadai, dikarenakan jumlah siswa dan bantuan dari pemerintah yang kurang.

(82)

c. Alat Kantor dan Rumah

Tangga : 772 Buah

Jumlah Buku Perpustakaan : 3.938

(83)

67 B. Analisis Data

1. Bentuk-bentuk Penyimpangan Perilaku Anak Tuna Grahita

Pada bagian ini peneliti akan menyajikan fakta temuan mengenai bentuk-bentuk penyimpangan perilaku yang ada di SMALB Negeri Salatiga. Pembahasan yang ditulis pada bab ini mengacu pada rumusan masalah yang pertama yaitu apa saja gambaran penyimpangan perilaku di SMALB Negeri salatiga.

Untuk mengetahui apa saja gambaran penyimpangan perilaku siswa tunagrahita sedang di SMALB Negeri Salatiga, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi di dampingi oleh guru pendidikan agama Islam yaitu Bapak Eko. Dalam proses observasi peneliti mengamati sikap siswa tunagrahita saat di dalam maupun diluar kelas. Dari observasi tersebut peneliti melihat berbagai sikap yang ditunjukkan siswa tunagrahita dari yang pendiam sampai dengan sikap yang menunjukkan adanya penyimpangan perilaku. Di sela-sela observasi peneliti melihat ada siswa yang melakukan penyimpangan perilaku seperti mengganggu teman saat pembelajaran berlangsung padahal pada saat itu ada guru di dalam kelas yang sedang menerangkan pelajaran, kemudian ada juga yang berjalan mengelilingi isi ruang kelas. (Observasi, 8 Agustus 2018)

(84)

68

SMALB Negeri Salatiga sangat beragam mengingat rendahnya kapasitas intelegensi siswa tunagrahita sedang. Dimulai dari penyimpangan perilaku yang masuk kategori ringan seperti membuat gaduh di kelas saat pembelajaran berlangsung, mengganggu teman lainnya, berjalan-jalan di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung sampai ke penyimpangan perilaku kategori berat seperti mencuri dan berkelahi. Dikarenakan daya ingat serta intelegensi yang kurang maka bentuk-bentuk penyimpangan perilaku tersebut dianggap wajar oleh guru dan masyarakat tetapi hal itu perlu diatasi karena mengganggu ketentraman bersosialisasi serta mengganggu anak-anak yang lainnya.

Ciri utama dari anak tunagrahita yaitu kelemahan dalam berfikir dan bernalar. Akibat dari kelemahan tersebut anak tunagrahita memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosialnya berada di bawah rata-rata. Menjadi halayak umum jika anak tunagrahita rata-rata memiliki perilaku yang menyimpang, berlawanan dengan norma yang berlaku di masyarakat. Hal ini juga dikuatkan oleh Bapak Eko selaku Guru Pendidikan agama Islam mengatakan bahwa kenakalan anak Tunagrahita yang sosialnya rendah dan dimaklumi jika mereka berperilaku yang tidak baik.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan Pemebelajaran Mata Pelajaran Fiqh Berbasis Kitab Kuning di MTs Sunan Kalijaga Krandig Mojo dan MTs al- Makhrusiyyah Lirboyo Kediri a. Di MTs

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan usulan estimasi waktu, sumber daya, dan biaya dari proyek Sistem Penggajian pada PT EINS TREND, yang diharapkan dapat

GURUAN TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (PTAIN) PENYELENGGARA DIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI).. NAMA DAN ALAMAT PTAI PROGRAM

Secara garis besar pengertian media pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai perantara atau pengantar, alat bantu mengajar, sarana pembawa/penyalur pesan,

Skripsi ini berisikan tentang hasil pengukuran status kualitas hidup pasien pasca stroke yang dikaitkan dengan variabel independen berupa karakteristik

Tidak dperbolehkan untuk menambah nama di bahan absen ini, apabila ai: penambahan nama mahasiswa diharapkan kepada tutor/instruktur untuk mencoret dan menyarankan

Komitmen memiliki hubungan dengan kepuasan kerja, karena komitmen dan kepuasan kerja dapat diidentifikasikan sebagai akumulasi dari hasil interaksi yang terjadi

Penyebab menurunnya motivasi belajar siswa kelas X E SMA Negeri 1 Kejobong adalah karena rendahnya motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn dan khususnya pada kompetensi