• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS MATERI TAJWID DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I DI MTs MUHAMMADIYAH 05 KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20182019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS MATERI TAJWID DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I DI MTs MUHAMMADIYAH 05 KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20182019"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS MATERI TAJWID DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I

DI MTs MUHAMMADIYAH 05 KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Devi Dahlianawati 111-14-022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

















“Dan masing-masing orang memperolehderajat-derajat (seimbang) denganapa yang dikerjakannya.DanTuhanmutidaklengahdariapa

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, Skripsi ini penulis susun dan dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, bapak Sujimanto dan ibu Ngatmiyati yang senantiasa membimbing, menasehati, mendo‟akan dan mencurahkan segala kasih sayangnya.

2. Kedua adikku tercinta, dekArgadan dek Syifa atas do‟a dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

3. Dosen Pembimbing Skripsiku, Ibu Dra. Urifatun Anis, M. Pd.I. yang telah meluangkan waktu dan membimbing saya dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai.

4. Sahabat-sahabatku Nurul, Lina, Ika, Nurul Hidayah,dan seluruh teman-teman seangkatan PAI 2014 yang selalu menyemangati dan mendo‟akan saya. 5. Bapak Kyai Ahmad Afif Dimyati dan Ibu Nyai Maftuhah yang menjadi

orangtua kedua saya selama di PONPES API Al-Masykur yang selalu

mendukung serta mendo‟akan saya. Serta Teman-teman PONPES API

Al-Masykur yang selalu menyemangati saya.

6. Seseorang yang selalu ada dalam do‟a saya, yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

7. Teman-teman kamar Khadijah Ma‟had IAIN Salatiga, Nastiti, Fitri, Fatimah, Tika, Uky yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi dan doanya.

8. Teman-teman PPL SMP Negeri 9 Salatiga dan KKN Desa Klewor.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan Syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil BelajarAl-Qur’an dan Hadits Materi Tajwid dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkankepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw., kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan dalam bentuk yang sebaik-baiknya pada kehidupan kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman Islamiah yang terang benderang. Besarharapan agar menjadisalahsatugolonganumatbeliau yang

memperolehsyafa‟at di harikiamatnanti. Aamiin.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, motivasi serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag.,selaku dosen Pembimbing Akademik. 5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I., selaku dosen Pembimbing Skripsi.

(8)
(9)

ix ABSTRAK

Dahlianawati, Devi.2018. Peningkatan Hasil Belajar Al-Qur‟an dan Hadits Materi Tajwid dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Urifatun Anis, M. Pd. I.

Kata Kunci : HasilBelajar, Al-Qur’an Hadits, Tajwid, Tutor Sebaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid melalui metode tutor sebaya pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 15 laki-lakidan 12 perempuan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapanya itu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan cara membandingkan pencapaian hasil belajar tiap siklus dengan ditandai peningkatan kriteria ketuntasan klasikal (KKM) atau menggunakan deskriptif-kualitatif.

(10)
(11)
(12)
(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Siswa Kelas VIIIMTs Muhammmadiyah 05 Kemusu ... 16

Tabel3.1 Data Guru MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ... 65

Tabel 3.2 JumlahSiswa MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ... 66

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana ... 67

Tabel 3.4 Daftar Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ... 68

Tabel 3.5 Nilai Harian (PraSiklus) Kelas VIII ... 70

Tabel 3.6 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian (PraSiklus) ... 71

Tabel 3.7 Lembar Observasi Siswa pada Siklus I ... 76

Tabel 3.8 Lembar Observasi Guru pada Siklus I ... 77

Tabel 3.9 Lembar Observasi Siswa pada Siklus II ... 83

Tabel 3.10 Lembar Observasi Guru pada Siklus II ... 85

Tabel4.1 Nilai Ulangan Harian (PraSiklus) ... 87

Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 90

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siklus II ... 93

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Desain PTK Model Kemmis & Mc. Taggar ……….……. 19

Gambar 4.1 Histogram Persentase Ulangan Harian ………. 89

Gambar 4.2 Histogram Persentase Hasil Belajar Siklus I ……… 91

Gambar 4.3 Histogram Persentase Hasil Belajar Siklus II ……….. 94

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Silabus

2. Perhitungan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I danSiklus II 4. Lembar Observasi Aktivitas SiswaSiklus I

5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I 6. Lembar Observasi Aktivitas SiswaSiklus II 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II 8. Hasil Nilai Evaluasi Siklus I

9. Hasil Nilai Evaluasa siklus II 10. Dokumentasi

11. Lembar Konsultasi Skripsi 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian 13. Surat Keterangan Penelitian 14. Nilai SKK Mahasiswa

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menurunkan Al-Qur‟an untuk diimani, dipelajari, dibaca,

direnungkan dan dijadikan sebagai hukum. Al-Qur‟an juga dapat dijadikan

obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati, serta hikmah lain yang

dikehendaki oleh Allah dalam menurunkannya. Al-Qur‟an adalah kitab

suci yang sempurna, serta berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia,

pedoman hidup bagi setiap muslim dan petunjuk bagi orang yang

bertaqwa. Kemampuan membaca merupakan kemampuan khas manusia.

Kemampuan membaca menjadi penting dimiliki karena setiap aktifitas

belajar di sekolah pasti tidak lepas dari kegiatan membaca.

Pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 bahwa: “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”. (Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003 : 6).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peranan yang

sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya soal

bagaimana membentuk anak-anak muda menjadi generasi bangsa yang

berkompeten. Akan tetapi, pendidikan mencakup ranah praktis bagaimana

(17)

2

Pendidikan dan pengajaran dalam Islam bukanlah sesuatu yang

terpisah dari tujuan pendidikan agama dan petunjuk agama dalam

kehidupan, tetapi pendidikan merupakan sarana dan media Allah

memuliakan Adam atas semua makhluk lainnya, dan merupakan alat bagi

Nabi Muhammad untuk menyebarkan agama, mendidik generasi,

mengatur kehidupan dengan seluruh aspeknya sesuai dengan petunjuk

al-Qur‟an. (Hafidz dan Kastolani, 2009: 17)

Tujuan pendidikan Islam yaitu pendidikan Islam tidak hanya

bersifat teoritis saja tetapi juga bersifat praktis. Salah satunya yaitu

pembelajaran PAI dalam aspek Al-Qur‟an. Dalam pembelajaran Al

-Qur‟an terdapat beberapa aspek yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu

membaca, memahami, dan mengaplikasikan. Selain itu, hal paling utama

yang harus dipelajari oleh peserta didik yaitu memahami kandungan

Al-Qur‟an. Sebelum peserta didik dapat memahami kandungan Al-Qur‟an,

diharapkan mereka dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

Kitab Al-Qur‟an dinamakan dengan sebutan al Qur’an al Karim,

tanda untuk membaca dan belajar, sebagai penghormatan terhadap ilmu,

ulama sekaligus pendidikan dan pengajaran. Dan tidak mengejutkan pula,

jika umat Islam dinamakan dengan umat iqro’, umat yang berilmu

pengetahuan dan petunjuk, sebagai cara untuk beribadah, mendapatkan

hidayah, membuat peradaban dan memakmurkan bumi sebagai

(18)

3

Al-Qur‟an dan Hadits sebagai salah satu mata pelajaran Agama

Islam pada madrasah, yang memiliki karakter membaca, menerjemahkan

dan menerapkan isi kandungannya, perlu disampaikan dengan pendekatan

dan metode yang sedemikian rupa agar siswa memperoleh pemahaman

secara utuh dan terpadu antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

Melatih dan mengajarkan cara membaca Al-Qur‟an dengan fasih

dan benar sejak dini merupakan hal yang sangat penting karena membaca

Al-Qur‟an merupakan langkah awal dalam memahami Al-Qur‟an beserta

isi kandungannya dan dapat menimbulkan perasaan memiliki pada

Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup umat Islam sehingga dapat mengamalkan

ajaran-ajaran Islam yang terkandung didalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur‟an yang berfungsi sebagai petunjuk kebenaran bagi umat manusia

yang bersifat abadi supaya tidak ditinggalkan, sehingga diharapkan dapat

menciptakan generasi yang memiliki ilmu pengetahuan, iman dan taqwa

serta tidak buta teknologi. Rasulullah SAW bersabda:

ُوَمَّلَعَوَنآْرُقلْاَمَّلَعَتْنَمْمُكُرْيَخ

Artinya :Sebaik-baik kamu adalah yang mau belajar membaca Al Qur’an

dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori) (Syaikh Abu Bakar Jabir.

Penerjemah: Musthofa „Aini, dkk, 2017: 36).

Akan tetapi, seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran

Al-Qur‟an di sekolah-sekolah kurang efektif. Salah satu sebab dari ketidak

efektifan ini adalah kurangnya interaksi antara guru dan siswa ataupun

(19)

4

suasana yang kurang kondusif dalam proses belajar Al-Qur‟an,

ketegangan, sikap sungkan dan sikap egoistis. Akibatnya aktifitas belajar

mengajar hanya akan menjadi sebuah aktifitas yang monoton, tidak

menarik, dan membosankan.

Guru-guru di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu dalam melakukan

proses belajar mengajar menggunakan metode yang kurang bervariasi.

Khususnya pada mata pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits guru hanya

menggunakan metode ceramah sehingga siswa cepat merasa bosan.

Masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar mata pelajaran

Al-Qur‟an dan Hadits khususnya materi tajwid adalah belum semua anak

mempunyai bekal tajwid yang sama pada jenjang pendidikan sebelumnya,

karena latar belakang siswa berbeda, ada yang dari SD dan juga ada yang

dari MI.

Selain itu sebagian besar siswa kurang berani bertanya, kurang

berani menjawab pertanyaan, belum membaca materi yang akan dipelajari

di kelas, catatan kurang lengkap, enggan mengerjakan soal ke depan.

Siswa juga beranggapan bahwa mata pelajaran tajwid merupakan pelajaran

yang cukup sulit karena terlalu banyak hafalan, sehingga perlu usaha yang

lebih untuk memahaminya. Pada sisi lain dalam pembelajaran tajwid, guru

kurang memiliki kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang

dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa.

Karena latar belakang yang berbeda inilah, sehingga hasil belajar

(20)

5

(KKM) yang sudah ditentukan yaitu 75. Berdasarkan hasil pengamatan

yang dilakukan peneliti hanya terdapat 4 siswa yang tuntas (memenuhi

KKM) dari jumlah seluruh siswa yaitu 27 siswa. Maka dari itu untuk

meningkatkan hasil belajar siswa metode yang digunakan dalam proses

belajar mengajar materi tajwid ini menggunakan metode tutor sebaya,

dengan harapan akan meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga semua

siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah

ditentukan.

Untuk melepaskan diri dari kondisi tersebut, pertama-tama harus

dilakukan perubahan metode yang dalam proses pembelajaran. Salah satu

metode alternatif yang dapat diterapkan untuk mengajak siswa secara aktif

dalam pembelajaran adalah metode “tutor sebaya”. Metode ini

dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa siswa cenderung lebih terbuka

tentang dirinya kepada teman-temannya. Hal yang sama juga terjadi dalam

proses pembelajaran, siswa lebih bisa dan berani mengemukakan

permasalahannya kepada teman-temannya dari pada gurunya.

Pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru (Teacher Centered).

Dalam pembelajaran modern, justru siswa yang menjadi pusat

pembelajaran (Student Centered), sedangkan guru hanya sebagai fasilitator

dalam proses pembelajaran. Selain itu, teman memegang peranan penting

dalam keberhasilan belajar. terlebih lagi teman sekelas atau teman sebaya.

Teman sebaya dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua, disatu sisi

(21)

6

belajar mengajar, dan disisi lain dapat menjadi gangguan bagi teman yang

lain untuk belajar.

Dalam metode tutor sebaya siswa yang memiliki kemampuan lebih

dalam membaca Al-Qur‟an dapat menjadi tutor bagi siswa yang kurang

mampu dalam membaca Al-Qur‟an. Selanjutnya siswa bisa dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk terlibat secara aktif dalam

diskusi. Sementara guru berperan sebagai fasilitator, pendamping

sekaligus teman belajar. Guru harus hadir setiap kali kelompok

membutuhkannya sebagai teman diskusi, sumber rujukan atau

memberikan peneguhan atas hal-hal yang dicapai kelompok. Dalam

pembelajaran ini guru juga di tuntut untuk aktif, karena jika guru bersikap

pasif maka proses belajar Al-Qur‟an dengan metode ini tidak berjalan

dengan baik.

Mengacu pada pemikiran dan realita yang ada, peneliti tertarik

untuk memberikan tindakan yang membuat siswa dapat memahami tajwid

dengan baik dan benar. Berkaitan dengan latar belakang diatas,

menjadikan argumentasi pentingnya melakukan penelitian yang berjudul

Peningkatan Hasil Belajar Al-Qur’an dan Hadits Materi Tajwid dengan

Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs

Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran

(22)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah “Apakah penerapan metode tutor sebaya mata

pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat meningkatkan hasil

belajar siswa kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu

Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2018/2019?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui penerapan metode tutor sebaya mata pelajaran

Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten

Boyolali Tahun pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terkait penggunaan metode tutor

sebaya khususnya di lingkungan sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa:

1) Mengembangkan kemampuan proses belajar siswa dalam

pembelajaran membaca Al-Qur‟an.

2) Meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar untuk mempelajari

(23)

8

3) Memberikan pengalaman belajar melalui metode tutor sebaya.

4) Memberikan motivasi dan suasana baru pada siswa dalam

belajar.

5) Meningkatkan interaksi siswa melalui metode tutor sebaya.

b. Bagi guru PAI:

Dapat dijadikan alternatif dalam memilih metode

pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar

materi pokok tajwid.

c. Bagi peneliti:

Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas

tentang metode pengajaran yang efektif bagi siswa dalam hal

belajar dan mengajar.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis berasal dari dua kata “hypo” yang artinya di bawah dan

thesa” yang artinya kemenangan (Suharsimi Arikunto, 2002: 64). Jadi

hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat

kebenarannya. Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang

mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat

menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada

atau fakta, atau dengan kenyataan teori yang relevan. Jadi suatu

(24)

9

membenarkan. Setelah menelaah berbagai sumber, penulis

mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan metode tutor sebaya

mata pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester I di MTs

Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran

2018/2019”.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan metode tutor sebaya ini dikatakan berhasil apabila

indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat

dirumuskan penulis adalah:

a. Secara individu siswa dikatakan tuntas belajar apabilamemperoleh

nilai ≥ 75.

b. Secara keseluruhan siswa dikatakan tuntas apabila 85% dari

seluruh jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM).

F. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia.

Proses tersebut tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada suatu hal

yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan secara

psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang bersifat psikologis

(25)

10

berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah,

membandingkan, membedakan, menganalisis dan sebagainya.

Sedangkan aktifitas yang bersifat fisiologis yaitu aktifitas yang

merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan

eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya

(produk), apresiasi dan sebagainya. (Rusman, 2016: 12-13)

Sedangkan menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 2)

“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan

diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

alamiah”. Tetapi perubahan itu bisa di dapatkan seseorang karena

adanya usaha (proses).

Hasil belajar atau yang sering disebut dengan prestasi belajar

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar

merupakan hasil dari proses belajar. Kingsley membedakan hasil

belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan

kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita.

Sedangkan hasil belajar menurut Bloom et al. digolongkan menjadi

3 bagian yaitu: 1) Kognitif, yaitu hasil belajar yang ada kaitannya

dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Pada kategori ini

hasil belajar terdiri dari enam tingkatan yang sifatnya hierarkis,

(26)

11

evaluasi dan kreativitas. 2) Afektif, yaitu merujuk pada hasil belajar

yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Jenis hasil belajar ranah ini

meliputi: kepekaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap,

organisasi dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotor, yaitu

kemampuan gerak tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat

mulai dari gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara reflex

hingga gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas.

Melalui proses belajar diharapkan yang bisa terbentuk adalah

gerak-gerak yang kompleks menurut suatu kaidah tertentu hingga gerak-gerak

kreativitas. (Deni Kurniawan, 2014: 10-12)

2. Al-Qur‟an Hadits

Al-Qur‟an Hadits adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) yang menekankan pada kemampuan membaca dan

menulis Al-Qur‟an dan Hadits yang benar, serta hafalan terhadap

surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, pengenalan arti dan makna secara

sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits.

Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan unsur mata pelajaran

PAI pada madrasah yang memberikan pendidikan pada peserta didik

untuk memahami dan mencintai Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber

ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan

sehari-hari (Depag, 2006: 3).

Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits agar peserta didik gemar

(27)

12

mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya dan megamalkan

ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan

pedoman di seluruh aspek kehidupan.

3. Ilmu Tajwid

Pengertian tajwid secara bahasa adalah ucapan, lafal, bacaan

(W.J.S. Poerwadarminta, 2006: 1183). Ilmu tajwid adalah ilmu yang

dengannya kita dapat mengetahui bagaimana cara mengucapkan

huruf-huruf Al-Qur‟an, baik tebal tipisnya (tafkhim dan tarqiq), panjang

pendeknya (mad dan qoshornya), sifat-sifatnya, serta cara membaca

huruf-huruf tertentu apabila bertemu dengan huruf hijaiyyah lainnya

dengan baik (Abdurrohim, 2003: 2).

Tajwid adalah memperbaiki atau memperindah pengucapan setiap

huruf dan makhraj (tempat keluar) serta memberikan haq dan

mustahaq dari sifat-sifatnya. Ilmu tajwid adalah salah satu komponen

materi yang terdapat dalam materi Pendidikan Agama Islam yang

diberikan pada setiap tingkatan sekolah. Dalam ilmu tajwid

menjelaskan cara membaca bacaan dalam Al Qur‟an sehingga

pelafalan dan hukum bacaan dapat dibaca dengan benar serta sesuai

dengan kaidahnya.

Menurut Kurnaidi (2014: 40) Manfaat mempelajari ilmu tajwid

adalah menjaga lidah dari kesalahan ketika membaca Al Qur‟an.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Muzzammil: 4 berikut

(28)

13











Artinya: “… dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al Muzzammil: 4)













Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al

Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (Q.S. Al Qiyamah: 16)

4. Metode Tutor Sebaya

Pembelajaran metode tutor sebaya (peer teaching) adalah metode

belajar yang melibatkan siswa secara aktif, salah satu siswa akan

mengajari siswa lain yang mengalami kesulitan dalam memahami

materi yang diberikan oleh guru.

Tutor sebaya adalah sistem belajar kelompok, setiap kelompok

dipimpin oleh ketua kelompok, ketua kelompok bertanggung jawab

terhadap kelompoknya. Tutor sebaya adalah pembelajaran yang

dilakukan dengan cara seorang guru menunjuk beberapa siswa yang

memiliki kemampuan lebih dalam membaca Al-Qur‟an untuk menjadi

tutor bagi temannya yang belum mampu dalam membaca Al-Qur‟an.

Siswa yang ditunjuk oleh guru menjadi tutor salah satu diantara

kriterianya adalah memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat

dan menunjang situasi tutoring.

Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk

(29)

14

menggunakan metode tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih

mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi

sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk

mempelajari materi yang diajarkan dengan baik. Belajar dengan teman

sebaya dapat menghilangkan kecanggungan dan bagi siswa yang

menjadi tutor akan lebih menguasai pelajaran tersebut.

Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan di atas, ternyata metode

Tutor Sebaya memberikan kemudahan khusus bagi murid dalam

mengikuti proses belajar mengajar. Begitu pula dalam pelaksanaan

belajar mengajar materi Al-Qur‟an dan Hadits. Oleh karenanya melalui

penggunaan metode Tutor Sebaya, kesulitan-kesulitan yang dialami

dapat dibantu.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian

tindakan kelas (PTK) berbentuk dua siklus yang merupakan model

penelitian tindakan kelas dari Kemmis S dan Mc. Taggart. Setiap

siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan

(planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan

refleksi (reflecting). Tetapi semua itu harus diawali dengan refleksi

(30)

15

Gambar 1.1: Desain PTK Model Kemmis & Mc. Taggart

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah

05 Kemusu Kabupaten Boyolali yang berjumlah 27 siswa, yang terdiri

dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Secara rinci dapat di

lihat dalam tabel 1.1. Penelitian ini bertempat di MTs Muhammadiyah

05 Kemusu Kabupaten Boyolali tahun 2018/2019 yang dilakukan

pada semester 1 tanggal 16 Agustus 2018 dan 30 Agustus 2018. Planning

Acting

Observing Reflecting

Replanning

Acting Reflecting

(31)

16 Tabel 1.1

Daftar Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali

No Nama Jenis Kelamin

1 Amelia Devi M Perempuan

2 Budi Utomo Laki-laki

3 Choirul Anwar Laki-laki

4 Dafid Kurniawan Laki-laki

5 Diah Mira Fitriyani Perempuan

6 Endang Astuti Perempuan

7 Evan Hanafi Laki-laki

8 Feri Mahendra Laki-laki

9 Hendra Bekti Laki-laki

10 Hikmah Fitria Perempuan

11 Maulina Safitri Perempuan

12 Muh. Dio Saputro Laki-laki

13 Muh. Luqman Hakim Laki-laki

14 Muh. Nur Sholeh Laki-laki

15 Nimas Desi Perempuan

16 Nur Rohman Laki-laki

17 Riyo Saputra Laki-laki

18 Ruhmini Perempuan

19 Sartika Perempuan

20 Siti Alimah K. F Perempuan

21 Siti Rohani Perempuan

22 Suripto Laki-laki

(32)

17

24 Wisnu Laki-laki

25 Wuyung Sukowati Perempuan

26 Yoga Aryanto Laki-laki

27 Yudianto Laki-laki

3. Langkah-langkah Penelitian

a. Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah

yang diteliti, termasuk hasil pra penelitian. Kemudian

merencanakan tindakan yang akan dilakukan, termasuk menyusun

perangkat pembelajaran yang diperlukan dan lain-lain. Sebelum

pembelajaran dimulai terlebih dahulu diadakan refleksi awal untuk

mengetahui karakteristik siswa dan menentukan ketua kelompok

serta anggotanya.

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran di

kelas dengan menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari

kegiatan awal, inti hingga akhir. Pelaksanaan adalah menerapkan

apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di

kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan

harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan

tidak direkayasa.

Tahap ini merupakan pelaksanaan tindakan sebagaimana

(33)

18

urutan materi yang sudah ditentukan. Untuk menjamin

berlangsungnya dan mutu kegiatan pembelajaran, bila perlu

peneliti dapat memodifikasi tindakan yang terencana dengan tidak

mengorbankan tujuan pembelajaran. (Iskandar Agung, 2012: 228)

c. Pengamatan (Observing)

Prof. Supardi dalam Suyadi (2015: 63) menyatakan bahwa

observasi yang dimaksud pada tahap ini adalah pengumpulan data.

Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa

jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini, peneliti

harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara

mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data.

Observasi adalah pengamatan selama kegiatan pembelajaran

berlangsung yang dilakukan oleh kolaborator atau observer secara

bersamaan pada saat pembelajaran. Jika PTK dilakukan secara

kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator,

bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian,

antara tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan (tindakan

oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu

dan satu tempat atau kelas.

d. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data

(34)

19

demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh aspek yang

ditentukan.

Hasil dari pengamatan ini dijadikan dasar untuk melakukan

perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal pada siklus berikutnya.

Juga sebagai landasan apakah PTK ini sudah memenuhi target atau

perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. (Iskandar Agung, 2012:

230)

Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika

pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih

efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan

langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator.

4. Teknik Pengumpulan Data

Setiap orang memiliki kecenderungan untuk melihat apa yang

ingin dilihat, mendengar apa yang ingin di dengar, dan melakukan apa

yang menjadi keinginannya. Anggapan dasar ini sering mengganggu

peneliti sebagai manusia di dalam mengadakan pengamatan.

a. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu

(35)

20

Tes yang sudah distandarisasi adalah tes yang telah mengalami

proses validitas dan reliabilitas untuk suatu tujuan tertentu dan

untuk sekelompok siswa tertentu (Djamarah, 2002: 218).

Tes ini digunakan untuk memperoleh gambaran hasil belajar

siswa setelah ada perubahan aktivitas saat proses pembelajaran

selama satu siklus. Tes dilakukan setiap akhir siklus.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan

data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang

sedang berlangsung. Mengamati adalah menatap kejadian, gerak

atau proses. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan observasi

terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis

tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.

(Sugiyono, 2008: 146).

Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang

berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah

laku dan interaksi kelompok. Tipe-tipe pengamatan, yaitu

pengamatan berstruktur (dengan pedoman) dan pengamatan tidak

berstruktur (tidak menggunakan pedoman). (Hamzah B. Uno,dkk,

2012: 90)

Observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dan sikap

(36)

21

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar, maupun elektronik. Dalam penelitian ini

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang.

Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

dokumen tentang gambaran umum sekolah, keadaan guru dan

siswa. (Sugiyono, 2008: 329).

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai dokumen sekolah (profil, visi misi dan

program-program sekolah), daftar nama dan nilai awal peserta

didik sebelum pelaksanaan metode tutor sebaya.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah:

a. Silabus PAI kelas VIII

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas VIII

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

d. Lembar Tes

e. Lembar Observasi

6. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengurai (memecahkan) sesuatu

(37)

22

data yang sudah terkumpul untuk mengetahui seberapa besar

keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah

semua data yang diperoleh melalui hasil tes, observasi dan wawancara.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisis dengan cara sebagai

berikut:

1. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM)

Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM

pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa ≥ dari batas

KKM, yaitu 75, maka siswa tersebut telah mencapai KKM.

Apabila nilai siswa kurang dari 75, maka siswa tersebut tidak

mencapai batas KKM.

2. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal

Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas

tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi

berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar

ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal

dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan

berpedoman pada dua pertimbangan, yaitu: kemampuan peserta

didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka keberhasilan

(38)

23

siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah

seluruh siswa dengan nilai KKM 75. Untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar siswa, peneliti menggunakan statistik

deskriptif dengan mencari prosentase dari hasil belajar siswa,

sebagaimana rumus:

100%

F

P X

N

Keterangan:

P: Persentase

F: Jumlah siswa yang tuntas belajar

N: Jumlah semua siswa.(Djamarah, 2000: 226)

Penilaian rata-rata menurut Aqib (2009: 204), dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

X= x

N

Keterangan:

x

= Jumlah nilai keseluruhan siswa

N

= Jumlah siswa

(39)

24 H. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan laporan penelitian ini, maka

dibuat sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

Bagian awal skripsi, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul,

lembar persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan

keaslian tulisan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak,

daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini memuat aspek-aspek yang

lazimnya ada dalam laporan penelitian, yakni: Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis

Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Definisi Operasional, Metode

Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini memuat aspek tentang kajian

teori dan kajian pustaka.

Bab III Pelaksanaan Penelitian. Dalam bab ini memuat: Gambaran

Umum Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian dan Karakteristik Siswa,

Gambaran Pelaksanaan Penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini berisi:

Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab V Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari

kesimpulan, saran dan kata penutup.

Pada bagian akhir skripsi ini akan dimuat tentang daftar pustaka,

(40)

25 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar

a. Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku

manusia. Proses tersebut tidak akan pernah terjadi apabila tidak

ada suatu hal yang mendorong pribadi yang bersangkutan.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. (Syaiful

Bahri Djamarah, 2002: 141)

Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan

secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang

bersifat psikologis yaitu aktifitas yang merupakan proses

mental, misalnya aktifitas berpikir, memahami, menyimpulkan,

menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan,

menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang bersifat

fisiologis yaitu aktifitas yang merupakan proses penerapan atau

(41)

26

latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi

dan sebagainya. (Rusman, 2016: 12-13)

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan

sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau

tanpa sengaja dirancang. Kegiatan belajar tersebut dapat

dihayati atau dialami oleh orang yang sedang belajar. Belajar

yang dihayati oleh siswa ada hubungannya dengan usaha

pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Sedangkan menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 2)

“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang

dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi

tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan

seseorang secara alamiah”. Tetapi perubahan itu bisa di

dapatkan seseorang karena adanya usaha (proses).

Belajar adalah jendela dunia. Maka, dengan belajar orang

bisa mengetahui banyak hal, oleh sebab itu Islam sangat

menekankan tentang masalah belajar. Hal ini sesuai dengan

firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar ayat: 9 berikut:

(42)

27

Artinya: “Katakanlah hai Muhammad: "Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang

berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran

adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan

mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa.

perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh adanya

perubahan perilaku akibat belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan untuk

memperoleh perubahan tingkah laku pada diri individu sebagai

hasil dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan.

2) Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Agus Suprijono (2011: 4-5) Prinsip-prinsip belajar

terdiri dari perubahan perilaku, belajar merupakan proses dan

belajar merupakan bentuk pengalaman. Masing-masing prinsip

belajar tersebut adalah sebagai berikut:

a) Perubahan Perilaku

Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu

perubahan yang disadari.

(2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku

(43)

28

(3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

(4) Positif atau berakumulasi.

(5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan

dilakukan.

(6) Permanen atau tetap.

(7) Bertujuan dan terarah.

(8) Mencakup keseluruhan potensi manusia.

b) Belajar merupakan Proses

Belajar merupakan proses yang terjadi karena

didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar

adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan

organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari

beberapa komponen belajar.

c) Belajar merupakan Bentuk Pengalaman

Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman

pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta

didik dengan lingkungan.

3) Tujuan Belajar

Menurut Sardiman (1994: 28-29) dalam bukunya

menyatakan bahwa tujuan belajar adalah mendapatkan

pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan serta

pembentukan sikap. Beberapa tujuan belajar adalah sebagai

(44)

29

a) Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.

Pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai hal yang

tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat

mengembangkan kemampuan berpikir tanpa adanya

pengetahuan, begitupun sebaliknya, kemampuan berpikir

akan memperkaya pengetahuan.

b) Penanaman Konsep dan Keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga

memerlukan suatu keterampilan. Kemampuan dapat di didik

yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

c) Pembentukan Sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan

pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati

dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan

mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa

menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.

b. Hasil Belajar

1) Pengertian Hasil Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan

keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk

mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka

(45)

30

prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar

berlangsung.

Hasil belajar atau yang sering disebut dengan prestasi

belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,

sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar.

Kingsley membedakan hasil belajar siswa (individu) menjadi

tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan

dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Hasil belajar yang

digunakan dalam PTK ini adalah nilai langsung yang diperoleh

siswa pada saat melakukan penelitian, bukan nilai raport.

Menurut Oemar Hamalik (2007: 30) hasil belajar adalah

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang

dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari

sebelumnya dan tidak tahu menjadi tahu.

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh

siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu

proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu

bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Susanto

(46)

31

berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai

tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Sedangkan hasil belajar menurut Bloom et al. digolongkan

menjadi 3 bagian yaitu: 1) Kognitif, yaitu hasil belajar yang

ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau

intelektual. Pada kategori ini hasil belajar terdiri dari enam

tingkatan yang sifatnya hierarkis, meliputi: pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas.

2) Afektif, yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa

kepekaan rasa atau emosi. Jenis hasil belajar ranah ini meliputi:

kepekaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi

dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotor, yaitu kemampuan

gerak tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat mulai dari

gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara reflex hingga

gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas.

Melalui proses belajar diharapkan yang bisa terbentuk adalah

gerak-gerak yang kompleks menurut suatu kaidah tertentu

hingga gerak kreativitas. (Deni Kurniawan, 2014: 10-12)

Secara keseluruhan biasanya hasil belajar akan tampak

berupa:

a) Kebiasaan, seperti: peserta didik belajar bahasa berkali-kali

(47)

32

yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan

penggunaan bahasa yang baik dan benar.

b) Keterampilan, seperti: menulis dan berolah raga yang

meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu

memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran

yang tinggi.

c) Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan dan

memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra

secara objektif sehingga peserta didik mampu mencapai

pengertian yang benar.

d) Berpikir asosiatif, yakni berpikir dengan cara

mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan

menggunakan daya ingat.

e) Berpikir rasional dan kritis yakni menggunakan

prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab

pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa”

(why).

f) Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk

bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau

barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.

g) Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).

(48)

33

i) Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan

perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang,

benci, was-was dan sebagainya.

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang

telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar

mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil

belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa

perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan,

keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan, dan

sebagainya yang menuju pada perubahan positif.

2) Macam-macam Hasil Belajar

Menurut Agus Suprijono (2011: 5-6) dalam bukunya,

berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Macam-macam hasil belajar adalah sebagai

berikut:

a) Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan

pengetahuan dan bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan untuk

mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan

intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,

kemampuan analisis-sintesis, fakta-konsep dan

(49)

34

c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini

meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam

memecahkan masalah.

d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,

sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa

kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.

Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

sebagai standar perilaku.

Sedangkan ciri-ciri hasil belajar adalah sebagai berikut:

a) Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan,

kebiasaan, keterampilan sikap dan cita-cita.

b) Adanya perubahan mental dan perubahan jasmani.

c) Memiliki dampak pengajaran dan pengiring.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua

yaitu, faktor eksternal dan faktor internal. Di bawah ini akan

dijelaskan lebih luas tentang faktor-faktor tersebut. (Dimyati

(50)

35

a) Faktor Internal

Faktor yang terdapat dalam diri siswa adalah sebagai

berikut:

(1) Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian

tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan

penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu

mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak

atau mengabaikan.

(2) Motivasi belajar

Motivasi merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar.

(3) Konsentrasi belajar

Konsentrasi merupakan kemampuan memusatkan

perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut

tertuju pada isi bahan pelajaran, maupun proses

memperolehnya.

(4) Mengelola bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa

untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran

(51)

36

(5) Menyimpan perolehan hasil belajar

Merupakan kemampuan menyimpan isi pesan pelajaran

dan cara perolehan pelajaran.

(6) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Merupakan proses mengaktifkan pesan pelajaran yang

telah diterima.

(7) Kemampuan berprestasi

Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak

proses belajar.

(8) Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan

diri bertindak dan berhasil.

(9) Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya

kebiasaan belajar yang kurang baik. Hal ini dapat

diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan

diri.

b) Faktor Eksternal

Faktor yang berasal dari luar:

(1) Guru sebagai Pembina siswa belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya

mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya

(52)

37

(2) Prasarana dan sarana pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang

belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang

kesenian dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran

meliputi buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium

sekolah, dan berbagai pelajaran yang ada.

(3) Kebijakan penilaian

Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan

siswa. secara kejiwaan siswa terpengaruh atau terancam

tentang hasil belajar. oleh karena itu sekolah dan guru

diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan

keputusan hasil belajar siswa.

(4) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Lingkungan sosial siswa adalah suatu lingkungan

pergaulan yang dibentuk siswa-siswa di sekolah. Dalam

kehidupan lingkungan sosial siswa terjadi hubungan

seperti hubungan akrab, kerjasama, berkompetensi,

bersaing, konflik atau perkelahian.

Sedangkan menurut Sudjana (2002: 22) ada dua faktor yang

mempengaruhi hasil belajar. Kedua faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

a) Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. faktor ini

(53)

38

dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain: usia

kematangan dan kesehatan. Sedangkan faktor psikologis

antara lain: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan

kebiasaan belajar.

b) Faktor yang bersumber dari luar diri siswa. dapat

diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan

faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan

lingkungan fisik.

2. Al-Qur’an Hadits

Allah SWT dengan sifat rahman dan rahim-Nya melalui lisan

rasul-Nya, menurunkan dua pedoman yang harus dipahami untuk

diikuti dan dipedomani manusia dakam rangka mengemban kewajiban

hamba dan tugas-tugas kekhalifahan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hasyr ayat 7: yang dilarangnya, maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah

kepada Allah, sesumgguhnya hukum Allah sangatlah keras”.

(Q.S. Al-Hasyr: 7)

Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa manusia

diperintahkan untuk menjadikan Al-Qur‟an dan Al-Hadits sebagai

(54)

39

Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan hal yang harus

diperhatikan oleh setiap muslim, baik oleh diri sendiri, keluarga serta

untuk semua orang Islam. Hal tersebut dikarenakan Al-Qur‟an Hadits

merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama.

Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits harus ditanamkan semenjak kecil

dengan maksud agar di usia mendatang akan lebih terbiasa dan

memudahkan dalam mempelajari agama Islam yang komplek.

Al-Qur‟an Hadits adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) yang menekankan pada kemampuan membaca dan

menulis Al-Qur‟an dan Hadits yang benar, serta hafalan terhadap

surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, pengenalan arti dan makna secara

sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits.

Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan unsur mata pelajaran

PAI pada madrasah yang memberikan pendidikan pada peserta didik

untuk memahami dan mencintai Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber

ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan

sehari-hari (Depag, 2006: 3).

Al-Qur‟an Hadits sebagai mata pelajaran komponen dasar

madrasah tsanawiyah, dalam penyajiannya perlu adanya pendekatan

yang mencakup seluruh aspek bagi perkembangan dan pertumbuhan

anak didik. Adapun cakupan materi Al-Qur‟an Hadits pada setiap

(55)

40

a. Keimanan, mendorong peserta didik untuk mengembangkan

pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai

sumber kehidupan.

b. Pengamalan, mengkondisikan anak didik untuk mempraktekkan

dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi Al-Qur‟an dan Hadits

dalam kehidupan sehari-hari.

c. Pembiasaan, membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai

ajaran Islam.

d. Rasional, memfungsikan rasio peserta didik sehingga isi dan

nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami.

e. Emosional, menggugah perasaan atau emosi peserta didik dalam

menghayati kandungan Al-Qur‟an dan Hadits sehingga lebih

terkesan.

f. Fungsional, menyajikan materi pelajaran yang memberikan

manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan.

g. Keteladanan, menjadikan guru dan komponen madrasah lainnya

sebagai teladan dan cermin dari individu yang mengamalkan isi

Al-Qur‟an dan Hadits. (Depag, 2006: 4)

Peran dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai

landasan pengembangan spiritual untuk kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian

yang integral dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya

(56)

41

peserta didik, tetapi secara subtansial mata pelajaran Al-Qur‟an dan

Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada

peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai agama yang terkandung

dalam Al-Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun ruang lingkup materi/bahan kajian (karakteristik)

pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Tsanawiyah adalah

sebagai berikut:

a. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan

ilmutajwid.

b. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,

interpretasi ayat dan hadits dalam memperkaya khazanah

intelektual.

c. Menerapkan isi kandungan ayat, hadits yang merupakan unsur

pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits agar peserta didik gemar

membaca Al-Qur‟an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya,

memahami, meyakini kebenarannya dan mengamalkan ajaran dan

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan

pedoman dalam seluruh aspek kehidupan.

Secara fungsional pelajaran Al-Qur‟an Hadits memiliki beberapa

(57)

42

a. Sebagai pengajaran, yaitu menyampaikan informasi ilmu

pengetahuan dan pesan-pesan Al-Qur‟an Hadits tentang berbagai

disiplin ilmu pengetahuan.

b. Sebagai sumber nilai, yaitu sebagai landasan nilai sikap, nilai

keyakinan dan akhlak untuk terbentuknya insane yang utuh dalam

rangka mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat.

c. Sebagai sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan dan

semangat yang kuat dalam beramal dan lebih meyakini akan makna

perbuatan yang dilakukannya.

d. Sebagai pengembang daya pikir dan nalar anak didik sesuai dengan

tingkat perkembangannya, melalui proses pendidikan, membaca,

menghafal dan menerjemahkan Al-Qur‟an Hadits.

e. Sebagai perbaikan, yaitu dapat memberikan kekuatan dan

kemampuan untuk dapat menangkal berbagai hal yang dapat

menghambat anak didik dalam perkembangan menuju keimanan

dan ketaqwaan.

f. Sebagai pembiasaan, yaitu pemahaman ilmu pengetahuan,

penanaman dan pengembangan nilai-nilai Al-Qur‟an dalam kontek

lingkungan fisik dan sosial.

Di usia peserta didik yang masih belia memungkinkan mereka

untuk lebih cepat meresap, menghafal dan mengingat tentang apa

yang telah diajarkan Al-Qur‟an dan Hadits yang mereka dapatkan di

(58)

43

dalam kehidupan mereka sesuai dengan tuntutan dan anjuran dari

Al-Qur‟an dan Hadits. Dan diharapkan peserta didik dapat terhindar dari

pergaulan yang pada saat ini semakin bebas.

3. Ilmu Tajwid

a) Pengertian Ilmu Tajwid

Untuk mempelajari Al-Qur‟an, ada beberapa kaidah yang

harus diperhatikan. Kaidah-kaidah itulah yang disebut dengan ilmu

tajwid. Pengertian ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah

serta cara membaca Al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya.

Pengertian tajwid secara bahasa adalah ucapan, lafal, bacaan

(W.J.S. Poerwadarminta, 2006: 1183). Ilmu tajwid adalah ilmu

yang dengannya kita dapat mengetahui bagaimana cara

mengucapkan huruf-huruf Al-Qur‟an, baik tebal tipisnya (tafkhim

dan tarqiq), panjang pendeknya (mad dan qoshornya),

sifat-sifatnya, serta cara membaca huruf-huruf tertentu apabila bertemu

dengan huruf hijaiyyah lainnya dengan baik (Abdurrohim, 2003:

2).

Tajwid adalah memperbaiki atau memperindah pengucapan

setiap huruf dan makhraj (tempat keluar) serta memberikan haq

dan mustahaq dari sifat-sifatnya. Ilmu tajwid adalah salah satu

komponen materi yang terdapat dalam materi Pendidikan Agama

Islam yang diberikan pada setiap tingkatan sekolah. Dalam ilmu

(59)

44

sehingga pelafalan dan hukum bacaan dapat dibaca dengan benar

serta sesuai dengan kaidahnya.

Terdapat dua hukum yang berkaitan dengan ilmu tajwid.

Pertama, hukum mempelajari tajwid sebagai ilmu pengetahuan

hukumnya adalah fardhu kifayah. Kedua, hukum menerapkan ilmu

tajwid dalam membaca ayat-ayat Al-Qur‟an hukumnya fardhu „ain.

Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk memelihara

bacaan Al-Qur‟an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara

lisan dari kesalahan membaca. Sedangkan menurut Abu Rifqi

(2007: 6) tujuan mempelajari Ilmu tajwid adalah agar dapat

membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

Menurut Kurnaidi (2014: 40) Manfaat mempelajari ilmu

tajwid adalah menjaga lidah dari kesalahan ketika membaca Al

Qur‟an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al

Muzzammil: 4 berikut ini:



Artinya: “… dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al Muzzammil: 4)

Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al

(60)

45

b) Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Materi Tajwid Kelas VIII

Pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pokok bahasan tajwid

untuk kelas VIII semester I adalah difokuskan kepada hukum

bacaan Mad Iwad, Mad Layyin dan Mad Arid Lissukun. Mad

secara bahasa artinya memanjangkan dan menambah. Sedangkan

menurut istilah adalah memanjangkan suara dengan salah satu

huruf dari huruf-huruf mad.

(1) Mad Iwad

Iwad artinya ganti. Mad Iwad adalah mad yang terjadi

apabila ada fathah tanwin (

ً

) terletak pada akhir ayat atau

tanda waqaf (berhenti). Cara membacanya seperti mad thabi‟i

yaitu dua harakat atau satu alif. (Abu Rifqi, 2007: 38)

Mad iwad artinya ganti, yaitu mengganti suara fathah

tanwin dengan mad. Khusus fathah tanwin yang berada pada

(61)

46

(2) Mad Layyin

Mad Layyin disebut juga mad lin. Layyin artinya lunak.

Mad layyin adalah mad yang terjadi apabila ada wawu (

ْو

)

atau ya (

ْي

) mati yang didahului oleh huruf yang harakat

fathah.

Contoh:

ْيَأَرَأ

َت

ذِئَمْىَي

فْىَخ

ْمُهَمْىَق

ُزْيَغْلَا

(3) Mad Arid Lissukun

Arid Lissukun artinya bacaan panjang karena ada sukun.

Mad Arid Lissukun adalah mad yang terjadi apabila ada

huruf mad (

أي و

) yang terletak pada akhir ayat atau tanda

waqaf (berhenti). Yang perlu diperhatikan dalam mad arid

lissukun adalah setelah huruf mad itu harus ada huruf lain.

Huruf ini sebagai akhir pemberhentian bacaan. Cara

membaca mad arid lissukun ada tiga macam, yaitu boleh dua,

empat atau enam harakat. Yang paling utama adalah

(62)

47

Contoh:

َنْوُدِلبَخ

َنْىُحِلْفُملْا ُمُه

ِسبَّنلا ِكِلَم

َهْيِمَلبَعلْا ِّةَر

4. Metode Tutor Sebaya a. Pengertian Metode

Sebagai komponen dalam pengajaran, metode mempunyai

peran yang sangat penting dan patut dipertimbangkan guna

meningkatkan kualitas pembelajaran. tanpa adanya metode,

kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses secara baik. Oleh

karena itu, setiap guru hendaknya mempersiapkan metode untuk

mengajar sebelum guru melaksanakan pembelajaran.

Istilah metode sering kali disamakan dengan istilah

pendekatan, strategi dan teknik sehingga dalam penggunaannya

juga sering saling bergantian, yang pada intinya adalah suatu cara

untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan atau cara yang

tepat dan cepat untuk meraih tujuan pendidikan sesuai dengan

kebutuhan peserta didik. (Moh. Roqib, 2009: 90)

Metode secara bahasa berarti cara yang telah teratur dan

terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. (W.J.S.

Poerwadarwminta, 1999: 649). Selain itu metode juga dapat

diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam

menyampaikan materi dengan menggunakan bentuk tertentu,

Gambar

Gambar 1.1: Desain PTK Model Kemmis & Mc. Taggart
Tabel 1.1
Tabel 3.1 Data Guru MTs Muhammadiyah 05 Kemusu
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Siswa MTs Muhammadiyah 05 Kemusu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa partai- partai politik yang dibentuk di Indonesia belum bisa lepas dari politik aliran yang menunjukkan tingginya pluralitas spektrum ideologi dan kultur

Penelitian ini menyimpulkan bahwa seluruh subjek dalam penelitian kali ini pernah mengalami tekanan sosial yakni menerima stigma dan respon negatif yang memberikan

Metode: Dibuat desain sistem untuk mengobjektifikasi dan menguantifikasi pemeriksaan fisik, yang terdiri dari empat komponen: pemindaian tubuh pasien secara 3

Heaven and earth cry out Your name Nations rise up and seek Your face And Your kingdom is established As I live to know You more Now I will never be the same Spirit of God my

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.43/PUU-XIII/2015 TENTANG PROSES REKRUTMEN HAKIM TINGKAT PERTAMA.. TANPA MELIBATKAN

Jurnal ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma menerima artikel ilmiah dari hasilpenelitian, laporan/studi kasus, kajian/tinjauan pustaka, maupun penyegar ilmu kedokteran,

Tujuan penelitian ini antara lain: (1) mengetahui struktur dan komposisi vegetasi baik pohon maupun vegetasi penutup lantai ( lower crop community -LCC) di lokasi