PENINGKATAN HASIL BELAJAR AL-QUR’AN DAN HADITS MATERI TAJWID DENGAN METODE TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER I
DI MTs MUHAMMADIYAH 05 KEMUSU KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Devi Dahlianawati 111-14-022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
SALATIGA
v MOTTO
“Dan masing-masing orang memperolehderajat-derajat (seimbang) denganapa yang dikerjakannya.DanTuhanmutidaklengahdariapa
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, Skripsi ini penulis susun dan dipersembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, bapak Sujimanto dan ibu Ngatmiyati yang senantiasa membimbing, menasehati, mendo‟akan dan mencurahkan segala kasih sayangnya.
2. Kedua adikku tercinta, dekArgadan dek Syifa atas do‟a dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat selesai.
3. Dosen Pembimbing Skripsiku, Ibu Dra. Urifatun Anis, M. Pd.I. yang telah meluangkan waktu dan membimbing saya dengan penuh kesabaran hingga skripsi ini selesai.
4. Sahabat-sahabatku Nurul, Lina, Ika, Nurul Hidayah,dan seluruh teman-teman seangkatan PAI 2014 yang selalu menyemangati dan mendo‟akan saya. 5. Bapak Kyai Ahmad Afif Dimyati dan Ibu Nyai Maftuhah yang menjadi
orangtua kedua saya selama di PONPES API Al-Masykur yang selalu
mendukung serta mendo‟akan saya. Serta Teman-teman PONPES API
Al-Masykur yang selalu menyemangati saya.
6. Seseorang yang selalu ada dalam do‟a saya, yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
7. Teman-teman kamar Khadijah Ma‟had IAIN Salatiga, Nastiti, Fitri, Fatimah, Tika, Uky yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi dan doanya.
8. Teman-teman PPL SMP Negeri 9 Salatiga dan KKN Desa Klewor.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut Nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan Syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peningkatan Hasil BelajarAl-Qur’an dan Hadits Materi Tajwid dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkankepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw., kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan dalam bentuk yang sebaik-baiknya pada kehidupan kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman Islamiah yang terang benderang. Besarharapan agar menjadisalahsatugolonganumatbeliau yang
memperolehsyafa‟at di harikiamatnanti. Aamiin.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, motivasi serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang telah berkenan membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag.,selaku dosen Pembimbing Akademik. 5. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I., selaku dosen Pembimbing Skripsi.
ix ABSTRAK
Dahlianawati, Devi.2018. Peningkatan Hasil Belajar Al-Qur‟an dan Hadits Materi Tajwid dengan Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra. Urifatun Anis, M. Pd. I.
Kata Kunci : HasilBelajar, Al-Qur’an Hadits, Tajwid, Tutor Sebaya
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan metode tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid melalui metode tutor sebaya pada siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali yang terdiri dari 15 laki-lakidan 12 perempuan.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapanya itu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan cara membandingkan pencapaian hasil belajar tiap siklus dengan ditandai peningkatan kriteria ketuntasan klasikal (KKM) atau menggunakan deskriptif-kualitatif.
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Siswa Kelas VIIIMTs Muhammmadiyah 05 Kemusu ... 16
Tabel3.1 Data Guru MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ... 65
Tabel 3.2 JumlahSiswa MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ... 66
Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana ... 67
Tabel 3.4 Daftar Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu ... 68
Tabel 3.5 Nilai Harian (PraSiklus) Kelas VIII ... 70
Tabel 3.6 Rekapitulasi Nilai Ulangan Harian (PraSiklus) ... 71
Tabel 3.7 Lembar Observasi Siswa pada Siklus I ... 76
Tabel 3.8 Lembar Observasi Guru pada Siklus I ... 77
Tabel 3.9 Lembar Observasi Siswa pada Siklus II ... 83
Tabel 3.10 Lembar Observasi Guru pada Siklus II ... 85
Tabel4.1 Nilai Ulangan Harian (PraSiklus) ... 87
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 90
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siklus II ... 93
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain PTK Model Kemmis & Mc. Taggar ……….……. 19
Gambar 4.1 Histogram Persentase Ulangan Harian ………. 89
Gambar 4.2 Histogram Persentase Hasil Belajar Siklus I ……… 91
Gambar 4.3 Histogram Persentase Hasil Belajar Siklus II ……….. 94
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Silabus
2. Perhitungan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I danSiklus II 4. Lembar Observasi Aktivitas SiswaSiklus I
5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I 6. Lembar Observasi Aktivitas SiswaSiklus II 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II 8. Hasil Nilai Evaluasi Siklus I
9. Hasil Nilai Evaluasa siklus II 10. Dokumentasi
11. Lembar Konsultasi Skripsi 12. Surat Permohonan Ijin Penelitian 13. Surat Keterangan Penelitian 14. Nilai SKK Mahasiswa
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah menurunkan Al-Qur‟an untuk diimani, dipelajari, dibaca,
direnungkan dan dijadikan sebagai hukum. Al-Qur‟an juga dapat dijadikan
obat dari berbagai penyakit dan kotoran hati, serta hikmah lain yang
dikehendaki oleh Allah dalam menurunkannya. Al-Qur‟an adalah kitab
suci yang sempurna, serta berfungsi sebagai pelajaran bagi manusia,
pedoman hidup bagi setiap muslim dan petunjuk bagi orang yang
bertaqwa. Kemampuan membaca merupakan kemampuan khas manusia.
Kemampuan membaca menjadi penting dimiliki karena setiap aktifitas
belajar di sekolah pasti tidak lepas dari kegiatan membaca.
Pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 bahwa: “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”. (Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003 : 6).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya soal
bagaimana membentuk anak-anak muda menjadi generasi bangsa yang
berkompeten. Akan tetapi, pendidikan mencakup ranah praktis bagaimana
2
Pendidikan dan pengajaran dalam Islam bukanlah sesuatu yang
terpisah dari tujuan pendidikan agama dan petunjuk agama dalam
kehidupan, tetapi pendidikan merupakan sarana dan media Allah
memuliakan Adam atas semua makhluk lainnya, dan merupakan alat bagi
Nabi Muhammad untuk menyebarkan agama, mendidik generasi,
mengatur kehidupan dengan seluruh aspeknya sesuai dengan petunjuk
al-Qur‟an. (Hafidz dan Kastolani, 2009: 17)
Tujuan pendidikan Islam yaitu pendidikan Islam tidak hanya
bersifat teoritis saja tetapi juga bersifat praktis. Salah satunya yaitu
pembelajaran PAI dalam aspek Al-Qur‟an. Dalam pembelajaran Al
-Qur‟an terdapat beberapa aspek yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu
membaca, memahami, dan mengaplikasikan. Selain itu, hal paling utama
yang harus dipelajari oleh peserta didik yaitu memahami kandungan
Al-Qur‟an. Sebelum peserta didik dapat memahami kandungan Al-Qur‟an,
diharapkan mereka dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Kitab Al-Qur‟an dinamakan dengan sebutan al Qur’an al Karim,
tanda untuk membaca dan belajar, sebagai penghormatan terhadap ilmu,
ulama sekaligus pendidikan dan pengajaran. Dan tidak mengejutkan pula,
jika umat Islam dinamakan dengan umat iqro’, umat yang berilmu
pengetahuan dan petunjuk, sebagai cara untuk beribadah, mendapatkan
hidayah, membuat peradaban dan memakmurkan bumi sebagai
3
Al-Qur‟an dan Hadits sebagai salah satu mata pelajaran Agama
Islam pada madrasah, yang memiliki karakter membaca, menerjemahkan
dan menerapkan isi kandungannya, perlu disampaikan dengan pendekatan
dan metode yang sedemikian rupa agar siswa memperoleh pemahaman
secara utuh dan terpadu antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Melatih dan mengajarkan cara membaca Al-Qur‟an dengan fasih
dan benar sejak dini merupakan hal yang sangat penting karena membaca
Al-Qur‟an merupakan langkah awal dalam memahami Al-Qur‟an beserta
isi kandungannya dan dapat menimbulkan perasaan memiliki pada
Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup umat Islam sehingga dapat mengamalkan
ajaran-ajaran Islam yang terkandung didalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur‟an yang berfungsi sebagai petunjuk kebenaran bagi umat manusia
yang bersifat abadi supaya tidak ditinggalkan, sehingga diharapkan dapat
menciptakan generasi yang memiliki ilmu pengetahuan, iman dan taqwa
serta tidak buta teknologi. Rasulullah SAW bersabda:
ُوَمَّلَعَوَنآْرُقلْاَمَّلَعَتْنَمْمُكُرْيَخ
Artinya :“Sebaik-baik kamu adalah yang mau belajar membaca Al Qur’an
dan mengajarkannya”. (HR. Bukhori) (Syaikh Abu Bakar Jabir.
Penerjemah: Musthofa „Aini, dkk, 2017: 36).
Akan tetapi, seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran
Al-Qur‟an di sekolah-sekolah kurang efektif. Salah satu sebab dari ketidak
efektifan ini adalah kurangnya interaksi antara guru dan siswa ataupun
4
suasana yang kurang kondusif dalam proses belajar Al-Qur‟an,
ketegangan, sikap sungkan dan sikap egoistis. Akibatnya aktifitas belajar
mengajar hanya akan menjadi sebuah aktifitas yang monoton, tidak
menarik, dan membosankan.
Guru-guru di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu dalam melakukan
proses belajar mengajar menggunakan metode yang kurang bervariasi.
Khususnya pada mata pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits guru hanya
menggunakan metode ceramah sehingga siswa cepat merasa bosan.
Masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar mata pelajaran
Al-Qur‟an dan Hadits khususnya materi tajwid adalah belum semua anak
mempunyai bekal tajwid yang sama pada jenjang pendidikan sebelumnya,
karena latar belakang siswa berbeda, ada yang dari SD dan juga ada yang
dari MI.
Selain itu sebagian besar siswa kurang berani bertanya, kurang
berani menjawab pertanyaan, belum membaca materi yang akan dipelajari
di kelas, catatan kurang lengkap, enggan mengerjakan soal ke depan.
Siswa juga beranggapan bahwa mata pelajaran tajwid merupakan pelajaran
yang cukup sulit karena terlalu banyak hafalan, sehingga perlu usaha yang
lebih untuk memahaminya. Pada sisi lain dalam pembelajaran tajwid, guru
kurang memiliki kemampuan menciptakan suasana pembelajaran yang
dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa.
Karena latar belakang yang berbeda inilah, sehingga hasil belajar
5
(KKM) yang sudah ditentukan yaitu 75. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan peneliti hanya terdapat 4 siswa yang tuntas (memenuhi
KKM) dari jumlah seluruh siswa yaitu 27 siswa. Maka dari itu untuk
meningkatkan hasil belajar siswa metode yang digunakan dalam proses
belajar mengajar materi tajwid ini menggunakan metode tutor sebaya,
dengan harapan akan meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga semua
siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditentukan.
Untuk melepaskan diri dari kondisi tersebut, pertama-tama harus
dilakukan perubahan metode yang dalam proses pembelajaran. Salah satu
metode alternatif yang dapat diterapkan untuk mengajak siswa secara aktif
dalam pembelajaran adalah metode “tutor sebaya”. Metode ini
dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa siswa cenderung lebih terbuka
tentang dirinya kepada teman-temannya. Hal yang sama juga terjadi dalam
proses pembelajaran, siswa lebih bisa dan berani mengemukakan
permasalahannya kepada teman-temannya dari pada gurunya.
Pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru (Teacher Centered).
Dalam pembelajaran modern, justru siswa yang menjadi pusat
pembelajaran (Student Centered), sedangkan guru hanya sebagai fasilitator
dalam proses pembelajaran. Selain itu, teman memegang peranan penting
dalam keberhasilan belajar. terlebih lagi teman sekelas atau teman sebaya.
Teman sebaya dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua, disatu sisi
6
belajar mengajar, dan disisi lain dapat menjadi gangguan bagi teman yang
lain untuk belajar.
Dalam metode tutor sebaya siswa yang memiliki kemampuan lebih
dalam membaca Al-Qur‟an dapat menjadi tutor bagi siswa yang kurang
mampu dalam membaca Al-Qur‟an. Selanjutnya siswa bisa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk terlibat secara aktif dalam
diskusi. Sementara guru berperan sebagai fasilitator, pendamping
sekaligus teman belajar. Guru harus hadir setiap kali kelompok
membutuhkannya sebagai teman diskusi, sumber rujukan atau
memberikan peneguhan atas hal-hal yang dicapai kelompok. Dalam
pembelajaran ini guru juga di tuntut untuk aktif, karena jika guru bersikap
pasif maka proses belajar Al-Qur‟an dengan metode ini tidak berjalan
dengan baik.
Mengacu pada pemikiran dan realita yang ada, peneliti tertarik
untuk memberikan tindakan yang membuat siswa dapat memahami tajwid
dengan baik dan benar. Berkaitan dengan latar belakang diatas,
menjadikan argumentasi pentingnya melakukan penelitian yang berjudul
“Peningkatan Hasil Belajar Al-Qur’an dan Hadits Materi Tajwid dengan
Metode Tutor Sebaya pada Siswa Kelas VIII Semester I di MTs
Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
7 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah “Apakah penerapan metode tutor sebaya mata
pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu
Kabupaten Boyolali Tahun pelajaran 2018/2019?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui penerapan metode tutor sebaya mata pelajaran
Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas VIII Semester I di MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten
Boyolali Tahun pelajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan terkait penggunaan metode tutor
sebaya khususnya di lingkungan sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa:
1) Mengembangkan kemampuan proses belajar siswa dalam
pembelajaran membaca Al-Qur‟an.
2) Meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar untuk mempelajari
8
3) Memberikan pengalaman belajar melalui metode tutor sebaya.
4) Memberikan motivasi dan suasana baru pada siswa dalam
belajar.
5) Meningkatkan interaksi siswa melalui metode tutor sebaya.
b. Bagi guru PAI:
Dapat dijadikan alternatif dalam memilih metode
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar
materi pokok tajwid.
c. Bagi peneliti:
Penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas
tentang metode pengajaran yang efektif bagi siswa dalam hal
belajar dan mengajar.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari dua kata “hypo” yang artinya di bawah dan
“thesa” yang artinya kemenangan (Suharsimi Arikunto, 2002: 64). Jadi
hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya. Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang
mempunyai kekuatan dalam proses inkuiri. Karena hipotesis dapat
menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada
atau fakta, atau dengan kenyataan teori yang relevan. Jadi suatu
9
membenarkan. Setelah menelaah berbagai sumber, penulis
mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Penerapan metode tutor sebaya
mata pelajaran Al-Qur‟an dan Hadits materi tajwid dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester I di MTs
Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran
2018/2019”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode tutor sebaya ini dikatakan berhasil apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat
dirumuskan penulis adalah:
a. Secara individu siswa dikatakan tuntas belajar apabilamemperoleh
nilai ≥ 75.
b. Secara keseluruhan siswa dikatakan tuntas apabila 85% dari
seluruh jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM).
F. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia.
Proses tersebut tidak akan pernah terjadi apabila tidak ada suatu hal
yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan secara
psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang bersifat psikologis
10
berpikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah,
membandingkan, membedakan, menganalisis dan sebagainya.
Sedangkan aktifitas yang bersifat fisiologis yaitu aktifitas yang
merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan
eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya
(produk), apresiasi dan sebagainya. (Rusman, 2016: 12-13)
Sedangkan menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 2)
“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan
diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah”. Tetapi perubahan itu bisa di dapatkan seseorang karena
adanya usaha (proses).
Hasil belajar atau yang sering disebut dengan prestasi belajar
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,
karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar
merupakan hasil dari proses belajar. Kingsley membedakan hasil
belajar siswa (individu) menjadi tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan
kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita.
Sedangkan hasil belajar menurut Bloom et al. digolongkan menjadi
3 bagian yaitu: 1) Kognitif, yaitu hasil belajar yang ada kaitannya
dengan ingatan, kemampuan berpikir atau intelektual. Pada kategori ini
hasil belajar terdiri dari enam tingkatan yang sifatnya hierarkis,
11
evaluasi dan kreativitas. 2) Afektif, yaitu merujuk pada hasil belajar
yang berupa kepekaan rasa atau emosi. Jenis hasil belajar ranah ini
meliputi: kepekaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap,
organisasi dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotor, yaitu
kemampuan gerak tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat
mulai dari gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara reflex
hingga gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas.
Melalui proses belajar diharapkan yang bisa terbentuk adalah
gerak-gerak yang kompleks menurut suatu kaidah tertentu hingga gerak-gerak
kreativitas. (Deni Kurniawan, 2014: 10-12)
2. Al-Qur‟an Hadits
Al-Qur‟an Hadits adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang menekankan pada kemampuan membaca dan
menulis Al-Qur‟an dan Hadits yang benar, serta hafalan terhadap
surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, pengenalan arti dan makna secara
sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits.
Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan unsur mata pelajaran
PAI pada madrasah yang memberikan pendidikan pada peserta didik
untuk memahami dan mencintai Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber
ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari (Depag, 2006: 3).
Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits agar peserta didik gemar
12
mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya dan megamalkan
ajaran dan nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan
pedoman di seluruh aspek kehidupan.
3. Ilmu Tajwid
Pengertian tajwid secara bahasa adalah ucapan, lafal, bacaan
(W.J.S. Poerwadarminta, 2006: 1183). Ilmu tajwid adalah ilmu yang
dengannya kita dapat mengetahui bagaimana cara mengucapkan
huruf-huruf Al-Qur‟an, baik tebal tipisnya (tafkhim dan tarqiq), panjang
pendeknya (mad dan qoshornya), sifat-sifatnya, serta cara membaca
huruf-huruf tertentu apabila bertemu dengan huruf hijaiyyah lainnya
dengan baik (Abdurrohim, 2003: 2).
Tajwid adalah memperbaiki atau memperindah pengucapan setiap
huruf dan makhraj (tempat keluar) serta memberikan haq dan
mustahaq dari sifat-sifatnya. Ilmu tajwid adalah salah satu komponen
materi yang terdapat dalam materi Pendidikan Agama Islam yang
diberikan pada setiap tingkatan sekolah. Dalam ilmu tajwid
menjelaskan cara membaca bacaan dalam Al Qur‟an sehingga
pelafalan dan hukum bacaan dapat dibaca dengan benar serta sesuai
dengan kaidahnya.
Menurut Kurnaidi (2014: 40) Manfaat mempelajari ilmu tajwid
adalah menjaga lidah dari kesalahan ketika membaca Al Qur‟an.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al Muzzammil: 4 berikut
13
…
Artinya: “… dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al Muzzammil: 4)
Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al
Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (Q.S. Al Qiyamah: 16)
4. Metode Tutor Sebaya
Pembelajaran metode tutor sebaya (peer teaching) adalah metode
belajar yang melibatkan siswa secara aktif, salah satu siswa akan
mengajari siswa lain yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi yang diberikan oleh guru.
Tutor sebaya adalah sistem belajar kelompok, setiap kelompok
dipimpin oleh ketua kelompok, ketua kelompok bertanggung jawab
terhadap kelompoknya. Tutor sebaya adalah pembelajaran yang
dilakukan dengan cara seorang guru menunjuk beberapa siswa yang
memiliki kemampuan lebih dalam membaca Al-Qur‟an untuk menjadi
tutor bagi temannya yang belum mampu dalam membaca Al-Qur‟an.
Siswa yang ditunjuk oleh guru menjadi tutor salah satu diantara
kriterianya adalah memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat
dan menunjang situasi tutoring.
Tutur sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk
14
menggunakan metode tutor sebaya diharapkan setiap anggota lebih
mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi
sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk
mempelajari materi yang diajarkan dengan baik. Belajar dengan teman
sebaya dapat menghilangkan kecanggungan dan bagi siswa yang
menjadi tutor akan lebih menguasai pelajaran tersebut.
Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan di atas, ternyata metode
Tutor Sebaya memberikan kemudahan khusus bagi murid dalam
mengikuti proses belajar mengajar. Begitu pula dalam pelaksanaan
belajar mengajar materi Al-Qur‟an dan Hadits. Oleh karenanya melalui
penggunaan metode Tutor Sebaya, kesulitan-kesulitan yang dialami
dapat dibantu.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dilakukan dengan pendekatan penelitian
tindakan kelas (PTK) berbentuk dua siklus yang merupakan model
penelitian tindakan kelas dari Kemmis S dan Mc. Taggart. Setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan
(planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan
refleksi (reflecting). Tetapi semua itu harus diawali dengan refleksi
15
Gambar 1.1: Desain PTK Model Kemmis & Mc. Taggart
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Muhammadiyah
05 Kemusu Kabupaten Boyolali yang berjumlah 27 siswa, yang terdiri
dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Secara rinci dapat di
lihat dalam tabel 1.1. Penelitian ini bertempat di MTs Muhammadiyah
05 Kemusu Kabupaten Boyolali tahun 2018/2019 yang dilakukan
pada semester 1 tanggal 16 Agustus 2018 dan 30 Agustus 2018. Planning
Acting
Observing Reflecting
Replanning
Acting Reflecting
16 Tabel 1.1
Daftar Siswa Kelas VIII MTs Muhammadiyah 05 Kemusu Kabupaten Boyolali
No Nama Jenis Kelamin
1 Amelia Devi M Perempuan
2 Budi Utomo Laki-laki
3 Choirul Anwar Laki-laki
4 Dafid Kurniawan Laki-laki
5 Diah Mira Fitriyani Perempuan
6 Endang Astuti Perempuan
7 Evan Hanafi Laki-laki
8 Feri Mahendra Laki-laki
9 Hendra Bekti Laki-laki
10 Hikmah Fitria Perempuan
11 Maulina Safitri Perempuan
12 Muh. Dio Saputro Laki-laki
13 Muh. Luqman Hakim Laki-laki
14 Muh. Nur Sholeh Laki-laki
15 Nimas Desi Perempuan
16 Nur Rohman Laki-laki
17 Riyo Saputra Laki-laki
18 Ruhmini Perempuan
19 Sartika Perempuan
20 Siti Alimah K. F Perempuan
21 Siti Rohani Perempuan
22 Suripto Laki-laki
17
24 Wisnu Laki-laki
25 Wuyung Sukowati Perempuan
26 Yoga Aryanto Laki-laki
27 Yudianto Laki-laki
3. Langkah-langkah Penelitian
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan dimulai dari proses identifikasi masalah
yang diteliti, termasuk hasil pra penelitian. Kemudian
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, termasuk menyusun
perangkat pembelajaran yang diperlukan dan lain-lain. Sebelum
pembelajaran dimulai terlebih dahulu diadakan refleksi awal untuk
mengetahui karakteristik siswa dan menentukan ketua kelompok
serta anggotanya.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pelaksanaan tindakan adalah pelaksanaan pembelajaran di
kelas dengan menggunakan perangkat pembelajaran mulai dari
kegiatan awal, inti hingga akhir. Pelaksanaan adalah menerapkan
apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di
kelas. Hendaknya perlu diingat bahwa pada tahap ini, tindakan
harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan
tidak direkayasa.
Tahap ini merupakan pelaksanaan tindakan sebagaimana
18
urutan materi yang sudah ditentukan. Untuk menjamin
berlangsungnya dan mutu kegiatan pembelajaran, bila perlu
peneliti dapat memodifikasi tindakan yang terencana dengan tidak
mengorbankan tujuan pembelajaran. (Iskandar Agung, 2012: 228)
c. Pengamatan (Observing)
Prof. Supardi dalam Suyadi (2015: 63) menyatakan bahwa
observasi yang dimaksud pada tahap ini adalah pengumpulan data.
Dengan kata lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa
jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini, peneliti
harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara
mengumpulkan, dan alat atau instrument pengumpulan data.
Observasi adalah pengamatan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung yang dilakukan oleh kolaborator atau observer secara
bersamaan pada saat pembelajaran. Jika PTK dilakukan secara
kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh kolaborator,
bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian,
antara tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan (tindakan
oleh kolaborator), keduanya harus berlangsung dalam satu waktu
dan satu tempat atau kelas.
d. Refleksi
Refleksi adalah kegiatan mengevaluasi hasil analisis data
19
demi mencapai keberhasilan penelitian dari seluruh aspek yang
ditentukan.
Hasil dari pengamatan ini dijadikan dasar untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap rencana awal pada siklus berikutnya.
Juga sebagai landasan apakah PTK ini sudah memenuhi target atau
perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya. (Iskandar Agung, 2012:
230)
Refleksi atau evaluasi diri baru bisa dilakukan ketika
pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih
efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan
langsung atau diskusi dengan pengamat atau kolaborator.
4. Teknik Pengumpulan Data
Setiap orang memiliki kecenderungan untuk melihat apa yang
ingin dilihat, mendengar apa yang ingin di dengar, dan melakukan apa
yang menjadi keinginannya. Anggapan dasar ini sering mengganggu
peneliti sebagai manusia di dalam mengadakan pengamatan.
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
20
Tes yang sudah distandarisasi adalah tes yang telah mengalami
proses validitas dan reliabilitas untuk suatu tujuan tertentu dan
untuk sekelompok siswa tertentu (Djamarah, 2002: 218).
Tes ini digunakan untuk memperoleh gambaran hasil belajar
siswa setelah ada perubahan aktivitas saat proses pembelajaran
selama satu siklus. Tes dilakukan setiap akhir siklus.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang
sedang berlangsung. Mengamati adalah menatap kejadian, gerak
atau proses. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan observasi
terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis
tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya.
(Sugiyono, 2008: 146).
Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang
berhubungan dengan kondisi/interaksi belajar mengajar, tingkah
laku dan interaksi kelompok. Tipe-tipe pengamatan, yaitu
pengamatan berstruktur (dengan pedoman) dan pengamatan tidak
berstruktur (tidak menggunakan pedoman). (Hamzah B. Uno,dkk,
2012: 90)
Observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru dan sikap
21
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, gambar, maupun elektronik. Dalam penelitian ini
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
dokumen tentang gambaran umum sekolah, keadaan guru dan
siswa. (Sugiyono, 2008: 329).
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai dokumen sekolah (profil, visi misi dan
program-program sekolah), daftar nama dan nilai awal peserta
didik sebelum pelaksanaan metode tutor sebaya.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data adalah:
a. Silabus PAI kelas VIII
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas VIII
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
d. Lembar Tes
e. Lembar Observasi
6. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengurai (memecahkan) sesuatu
22
data yang sudah terkumpul untuk mengetahui seberapa besar
keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk perbaikan belajar siswa.
Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah
semua data yang diperoleh melalui hasil tes, observasi dan wawancara.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis dengan cara sebagai
berikut:
1. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Peneliti membandingkan pencapaian nilai dengan KKM
pada setiap siklusnya dengan ketentuan jika nilai siswa ≥ dari batas
KKM, yaitu 75, maka siswa tersebut telah mencapai KKM.
Apabila nilai siswa kurang dari 75, maka siswa tersebut tidak
mencapai batas KKM.
2. Pencapaian Kriteria Ketuntasan Klasikal
Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya jika dalam kelas
tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Tetapi
berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar
ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal
dengan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dengan
berpedoman pada dua pertimbangan, yaitu: kemampuan peserta
didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka keberhasilan
23
siswa telah mencapai kriteria ketuntasan klasikal 85% dari jumlah
seluruh siswa dengan nilai KKM 75. Untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa, peneliti menggunakan statistik
deskriptif dengan mencari prosentase dari hasil belajar siswa,
sebagaimana rumus:
100%
F
P X
N
Keterangan:
P: Persentase
F: Jumlah siswa yang tuntas belajar
N: Jumlah semua siswa.(Djamarah, 2000: 226)
Penilaian rata-rata menurut Aqib (2009: 204), dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
X= x
N
Keterangan:
x
= Jumlah nilai keseluruhan siswaN
= Jumlah siswa24 H. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan laporan penelitian ini, maka
dibuat sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
Bagian awal skripsi, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul,
lembar persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini memuat aspek-aspek yang
lazimnya ada dalam laporan penelitian, yakni: Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis
Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Definisi Operasional, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.
Bab II Landasan Teori. Dalam bab ini memuat aspek tentang kajian
teori dan kajian pustaka.
Bab III Pelaksanaan Penelitian. Dalam bab ini memuat: Gambaran
Umum Lokasi Penelitian, Subjek Penelitian dan Karakteristik Siswa,
Gambaran Pelaksanaan Penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini berisi:
Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab V Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari
kesimpulan, saran dan kata penutup.
Pada bagian akhir skripsi ini akan dimuat tentang daftar pustaka,
25 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar
a. Belajar
1) Pengertian Belajar
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku
manusia. Proses tersebut tidak akan pernah terjadi apabila tidak
ada suatu hal yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. (Syaiful
Bahri Djamarah, 2002: 141)
Belajar merupakan suatu aktifitas yang dapat dilakukan
secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktifitas yang
bersifat psikologis yaitu aktifitas yang merupakan proses
mental, misalnya aktifitas berpikir, memahami, menyimpulkan,
menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan,
menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktifitas yang bersifat
fisiologis yaitu aktifitas yang merupakan proses penerapan atau
26
latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi
dan sebagainya. (Rusman, 2016: 12-13)
Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan
sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja dirancang atau
tanpa sengaja dirancang. Kegiatan belajar tersebut dapat
dihayati atau dialami oleh orang yang sedang belajar. Belajar
yang dihayati oleh siswa ada hubungannya dengan usaha
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sedangkan menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 2)
“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang
dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah”. Tetapi perubahan itu bisa di
dapatkan seseorang karena adanya usaha (proses).
Belajar adalah jendela dunia. Maka, dengan belajar orang
bisa mengetahui banyak hal, oleh sebab itu Islam sangat
menekankan tentang masalah belajar. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surah Az-Zumar ayat: 9 berikut:
27
Artinya: “Katakanlah hai Muhammad: "Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran
adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan
mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa.
perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh adanya
perubahan perilaku akibat belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah usaha sadar yang dilakukan untuk
memperoleh perubahan tingkah laku pada diri individu sebagai
hasil dari pengalaman atau interaksi dengan lingkungan.
2) Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Agus Suprijono (2011: 4-5) Prinsip-prinsip belajar
terdiri dari perubahan perilaku, belajar merupakan proses dan
belajar merupakan bentuk pengalaman. Masing-masing prinsip
belajar tersebut adalah sebagai berikut:
a) Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu
perubahan yang disadari.
(2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku
28
(3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
(4) Positif atau berakumulasi.
(5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan
dilakukan.
(6) Permanen atau tetap.
(7) Bertujuan dan terarah.
(8) Mencakup keseluruhan potensi manusia.
b) Belajar merupakan Proses
Belajar merupakan proses yang terjadi karena
didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar
adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan
organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
beberapa komponen belajar.
c) Belajar merupakan Bentuk Pengalaman
Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman
pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta
didik dengan lingkungan.
3) Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (1994: 28-29) dalam bukunya
menyatakan bahwa tujuan belajar adalah mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan serta
pembentukan sikap. Beberapa tujuan belajar adalah sebagai
29
a) Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir.
Pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai hal yang
tidak bisa dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir tanpa adanya
pengetahuan, begitupun sebaliknya, kemampuan berpikir
akan memperkaya pengetahuan.
b) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga
memerlukan suatu keterampilan. Kemampuan dapat di didik
yaitu dengan banyak melatih kemampuan.
c) Pembentukan Sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan
pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati
dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan
mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh.
b. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan
keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk
mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka
30
prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung.
Hasil belajar atau yang sering disebut dengan prestasi
belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar.
Kingsley membedakan hasil belajar siswa (individu) menjadi
tiga jenis yaitu: 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan
dan pengertian, 3) sikap dan cita-cita. Hasil belajar yang
digunakan dalam PTK ini adalah nilai langsung yang diperoleh
siswa pada saat melakukan penelitian, bukan nilai raport.
Menurut Oemar Hamalik (2007: 30) hasil belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang
dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari
sebelumnya dan tidak tahu menjadi tahu.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh
siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Susanto
31
berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Sedangkan hasil belajar menurut Bloom et al. digolongkan
menjadi 3 bagian yaitu: 1) Kognitif, yaitu hasil belajar yang
ada kaitannya dengan ingatan, kemampuan berpikir atau
intelektual. Pada kategori ini hasil belajar terdiri dari enam
tingkatan yang sifatnya hierarkis, meliputi: pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas.
2) Afektif, yaitu merujuk pada hasil belajar yang berupa
kepekaan rasa atau emosi. Jenis hasil belajar ranah ini meliputi:
kepekaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi
dan pembentukan pola hidup. 3) Psikomotor, yaitu kemampuan
gerak tertentu. Kemampuan gerak ini juga bertingkat mulai dari
gerak sederhana yang mungkin dilakukan secara reflex hingga
gerak kompleks yang terbimbing hingga gerak kreativitas.
Melalui proses belajar diharapkan yang bisa terbentuk adalah
gerak-gerak yang kompleks menurut suatu kaidah tertentu
hingga gerak kreativitas. (Deni Kurniawan, 2014: 10-12)
Secara keseluruhan biasanya hasil belajar akan tampak
berupa:
a) Kebiasaan, seperti: peserta didik belajar bahasa berkali-kali
32
yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan
penggunaan bahasa yang baik dan benar.
b) Keterampilan, seperti: menulis dan berolah raga yang
meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu
memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran
yang tinggi.
c) Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan dan
memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra
secara objektif sehingga peserta didik mampu mencapai
pengertian yang benar.
d) Berpikir asosiatif, yakni berpikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan
menggunakan daya ingat.
e) Berpikir rasional dan kritis yakni menggunakan
prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab
pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa”
(why).
f) Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk
bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau
barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
g) Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
33
i) Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan
perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang,
benci, was-was dan sebagainya.
Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang
telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar
mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Hasil
belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa
perubahan atau peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan,
keuletan, ketabahan, penalaran, kedisiplinan, keterampilan, dan
sebagainya yang menuju pada perubahan positif.
2) Macam-macam Hasil Belajar
Menurut Agus Suprijono (2011: 5-6) dalam bukunya,
berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Macam-macam hasil belajar adalah sebagai
berikut:
a) Informasi verbal yaitu kemampuan mengungkapkan
pengetahuan dan bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan untuk
mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan
intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analisis-sintesis, fakta-konsep dan
34
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini
meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Sedangkan ciri-ciri hasil belajar adalah sebagai berikut:
a) Hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan,
kebiasaan, keterampilan sikap dan cita-cita.
b) Adanya perubahan mental dan perubahan jasmani.
c) Memiliki dampak pengajaran dan pengiring.
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua
yaitu, faktor eksternal dan faktor internal. Di bawah ini akan
dijelaskan lebih luas tentang faktor-faktor tersebut. (Dimyati
35
a) Faktor Internal
Faktor yang terdapat dalam diri siswa adalah sebagai
berikut:
(1) Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian
tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan
penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu
mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak
atau mengabaikan.
(2) Motivasi belajar
Motivasi merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar.
(3) Konsentrasi belajar
Konsentrasi merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut
tertuju pada isi bahan pelajaran, maupun proses
memperolehnya.
(4) Mengelola bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa
untuk menerima isi dan cara memperoleh ajaran
36
(5) Menyimpan perolehan hasil belajar
Merupakan kemampuan menyimpan isi pesan pelajaran
dan cara perolehan pelajaran.
(6) Menggali hasil belajar yang tersimpan
Merupakan proses mengaktifkan pesan pelajaran yang
telah diterima.
(7) Kemampuan berprestasi
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak
proses belajar.
(8) Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan
diri bertindak dan berhasil.
(9) Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya
kebiasaan belajar yang kurang baik. Hal ini dapat
diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan
diri.
b) Faktor Eksternal
Faktor yang berasal dari luar:
(1) Guru sebagai Pembina siswa belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya
mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya
37
(2) Prasarana dan sarana pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang
belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang
kesenian dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran
meliputi buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium
sekolah, dan berbagai pelajaran yang ada.
(3) Kebijakan penilaian
Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan
siswa. secara kejiwaan siswa terpengaruh atau terancam
tentang hasil belajar. oleh karena itu sekolah dan guru
diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan
keputusan hasil belajar siswa.
(4) Lingkungan sosial siswa di sekolah
Lingkungan sosial siswa adalah suatu lingkungan
pergaulan yang dibentuk siswa-siswa di sekolah. Dalam
kehidupan lingkungan sosial siswa terjadi hubungan
seperti hubungan akrab, kerjasama, berkompetensi,
bersaing, konflik atau perkelahian.
Sedangkan menurut Sudjana (2002: 22) ada dua faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Kedua faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Faktor yang bersumber dari dalam diri siswa. faktor ini
38
dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain: usia
kematangan dan kesehatan. Sedangkan faktor psikologis
antara lain: kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan
kebiasaan belajar.
b) Faktor yang bersumber dari luar diri siswa. dapat
diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan
faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan
lingkungan fisik.
2. Al-Qur’an Hadits
Allah SWT dengan sifat rahman dan rahim-Nya melalui lisan
rasul-Nya, menurunkan dua pedoman yang harus dipahami untuk
diikuti dan dipedomani manusia dakam rangka mengemban kewajiban
hamba dan tugas-tugas kekhalifahan.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Hasyr ayat 7: yang dilarangnya, maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah
kepada Allah, sesumgguhnya hukum Allah sangatlah keras”.
(Q.S. Al-Hasyr: 7)
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa manusia
diperintahkan untuk menjadikan Al-Qur‟an dan Al-Hadits sebagai
39
Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan hal yang harus
diperhatikan oleh setiap muslim, baik oleh diri sendiri, keluarga serta
untuk semua orang Islam. Hal tersebut dikarenakan Al-Qur‟an Hadits
merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama.
Pembelajaran Al-Qur‟an Hadits harus ditanamkan semenjak kecil
dengan maksud agar di usia mendatang akan lebih terbiasa dan
memudahkan dalam mempelajari agama Islam yang komplek.
Al-Qur‟an Hadits adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang menekankan pada kemampuan membaca dan
menulis Al-Qur‟an dan Hadits yang benar, serta hafalan terhadap
surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an, pengenalan arti dan makna secara
sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits.
Mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits merupakan unsur mata pelajaran
PAI pada madrasah yang memberikan pendidikan pada peserta didik
untuk memahami dan mencintai Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber
ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan
sehari-hari (Depag, 2006: 3).
Al-Qur‟an Hadits sebagai mata pelajaran komponen dasar
madrasah tsanawiyah, dalam penyajiannya perlu adanya pendekatan
yang mencakup seluruh aspek bagi perkembangan dan pertumbuhan
anak didik. Adapun cakupan materi Al-Qur‟an Hadits pada setiap
40
a. Keimanan, mendorong peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT sebagai
sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan anak didik untuk mempraktekkan
dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi Al-Qur‟an dan Hadits
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembiasaan, membiasakan sikap dan perilaku yang baik sesuai
ajaran Islam.
d. Rasional, memfungsikan rasio peserta didik sehingga isi dan
nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami.
e. Emosional, menggugah perasaan atau emosi peserta didik dalam
menghayati kandungan Al-Qur‟an dan Hadits sehingga lebih
terkesan.
f. Fungsional, menyajikan materi pelajaran yang memberikan
manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan.
g. Keteladanan, menjadikan guru dan komponen madrasah lainnya
sebagai teladan dan cermin dari individu yang mengamalkan isi
Al-Qur‟an dan Hadits. (Depag, 2006: 4)
Peran dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai
landasan pengembangan spiritual untuk kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian
yang integral dari pendidikan agama, memang bukan satu-satunya
41
peserta didik, tetapi secara subtansial mata pelajaran Al-Qur‟an dan
Hadits memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai agama yang terkandung
dalam Al-Qur‟an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun ruang lingkup materi/bahan kajian (karakteristik)
pembelajaran Al-Qur‟an Hadits di Madrasah Tsanawiyah adalah
sebagai berikut:
a. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan
ilmutajwid.
b. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman,
interpretasi ayat dan hadits dalam memperkaya khazanah
intelektual.
c. Menerapkan isi kandungan ayat, hadits yang merupakan unsur
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran Al-Qur‟an Hadits agar peserta didik gemar
membaca Al-Qur‟an dan Hadits dengan benar, serta mempelajarinya,
memahami, meyakini kebenarannya dan mengamalkan ajaran dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai petunjuk dan
pedoman dalam seluruh aspek kehidupan.
Secara fungsional pelajaran Al-Qur‟an Hadits memiliki beberapa
42
a. Sebagai pengajaran, yaitu menyampaikan informasi ilmu
pengetahuan dan pesan-pesan Al-Qur‟an Hadits tentang berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.
b. Sebagai sumber nilai, yaitu sebagai landasan nilai sikap, nilai
keyakinan dan akhlak untuk terbentuknya insane yang utuh dalam
rangka mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat.
c. Sebagai sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan dan
semangat yang kuat dalam beramal dan lebih meyakini akan makna
perbuatan yang dilakukannya.
d. Sebagai pengembang daya pikir dan nalar anak didik sesuai dengan
tingkat perkembangannya, melalui proses pendidikan, membaca,
menghafal dan menerjemahkan Al-Qur‟an Hadits.
e. Sebagai perbaikan, yaitu dapat memberikan kekuatan dan
kemampuan untuk dapat menangkal berbagai hal yang dapat
menghambat anak didik dalam perkembangan menuju keimanan
dan ketaqwaan.
f. Sebagai pembiasaan, yaitu pemahaman ilmu pengetahuan,
penanaman dan pengembangan nilai-nilai Al-Qur‟an dalam kontek
lingkungan fisik dan sosial.
Di usia peserta didik yang masih belia memungkinkan mereka
untuk lebih cepat meresap, menghafal dan mengingat tentang apa
yang telah diajarkan Al-Qur‟an dan Hadits yang mereka dapatkan di
43
dalam kehidupan mereka sesuai dengan tuntutan dan anjuran dari
Al-Qur‟an dan Hadits. Dan diharapkan peserta didik dapat terhindar dari
pergaulan yang pada saat ini semakin bebas.
3. Ilmu Tajwid
a) Pengertian Ilmu Tajwid
Untuk mempelajari Al-Qur‟an, ada beberapa kaidah yang
harus diperhatikan. Kaidah-kaidah itulah yang disebut dengan ilmu
tajwid. Pengertian ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah
serta cara membaca Al-Qur‟an dengan sebaik-baiknya.
Pengertian tajwid secara bahasa adalah ucapan, lafal, bacaan
(W.J.S. Poerwadarminta, 2006: 1183). Ilmu tajwid adalah ilmu
yang dengannya kita dapat mengetahui bagaimana cara
mengucapkan huruf-huruf Al-Qur‟an, baik tebal tipisnya (tafkhim
dan tarqiq), panjang pendeknya (mad dan qoshornya),
sifat-sifatnya, serta cara membaca huruf-huruf tertentu apabila bertemu
dengan huruf hijaiyyah lainnya dengan baik (Abdurrohim, 2003:
2).
Tajwid adalah memperbaiki atau memperindah pengucapan
setiap huruf dan makhraj (tempat keluar) serta memberikan haq
dan mustahaq dari sifat-sifatnya. Ilmu tajwid adalah salah satu
komponen materi yang terdapat dalam materi Pendidikan Agama
Islam yang diberikan pada setiap tingkatan sekolah. Dalam ilmu
44
sehingga pelafalan dan hukum bacaan dapat dibaca dengan benar
serta sesuai dengan kaidahnya.
Terdapat dua hukum yang berkaitan dengan ilmu tajwid.
Pertama, hukum mempelajari tajwid sebagai ilmu pengetahuan
hukumnya adalah fardhu kifayah. Kedua, hukum menerapkan ilmu
tajwid dalam membaca ayat-ayat Al-Qur‟an hukumnya fardhu „ain.
Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk memelihara
bacaan Al-Qur‟an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara
lisan dari kesalahan membaca. Sedangkan menurut Abu Rifqi
(2007: 6) tujuan mempelajari Ilmu tajwid adalah agar dapat
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.
Menurut Kurnaidi (2014: 40) Manfaat mempelajari ilmu
tajwid adalah menjaga lidah dari kesalahan ketika membaca Al
Qur‟an. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al
Muzzammil: 4 berikut ini:
Artinya: “… dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (Q.S. Al Muzzammil: 4)
Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al
45
b) Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Materi Tajwid Kelas VIII
Pada mata pelajaran Al-Qur‟an Hadits pokok bahasan tajwid
untuk kelas VIII semester I adalah difokuskan kepada hukum
bacaan Mad Iwad, Mad Layyin dan Mad Arid Lissukun. Mad
secara bahasa artinya memanjangkan dan menambah. Sedangkan
menurut istilah adalah memanjangkan suara dengan salah satu
huruf dari huruf-huruf mad.
(1) Mad Iwad
Iwad artinya ganti. Mad Iwad adalah mad yang terjadi
apabila ada fathah tanwin (
ً
) terletak pada akhir ayat atautanda waqaf (berhenti). Cara membacanya seperti mad thabi‟i
yaitu dua harakat atau satu alif. (Abu Rifqi, 2007: 38)
Mad iwad artinya ganti, yaitu mengganti suara fathah
tanwin dengan mad. Khusus fathah tanwin yang berada pada
46
(2) Mad Layyin
Mad Layyin disebut juga mad lin. Layyin artinya lunak.
Mad layyin adalah mad yang terjadi apabila ada wawu (
ْو
)atau ya (
ْي
) mati yang didahului oleh huruf yang harakatfathah.
Contoh:
ْيَأَرَأ
َت
ذِئَمْىَي
فْىَخ
ْمُهَمْىَق
ُزْيَغْلَا
(3) Mad Arid Lissukun
Arid Lissukun artinya bacaan panjang karena ada sukun.
Mad Arid Lissukun adalah mad yang terjadi apabila ada
huruf mad (
أي و
) yang terletak pada akhir ayat atau tandawaqaf (berhenti). Yang perlu diperhatikan dalam mad arid
lissukun adalah setelah huruf mad itu harus ada huruf lain.
Huruf ini sebagai akhir pemberhentian bacaan. Cara
membaca mad arid lissukun ada tiga macam, yaitu boleh dua,
empat atau enam harakat. Yang paling utama adalah
47
Contoh:
َنْوُدِلبَخ
َنْىُحِلْفُملْا ُمُه
ِسبَّنلا ِكِلَم
َهْيِمَلبَعلْا ِّةَر
4. Metode Tutor Sebaya a. Pengertian Metode
Sebagai komponen dalam pengajaran, metode mempunyai
peran yang sangat penting dan patut dipertimbangkan guna
meningkatkan kualitas pembelajaran. tanpa adanya metode,
kegiatan interaksi edukatif tidak akan berproses secara baik. Oleh
karena itu, setiap guru hendaknya mempersiapkan metode untuk
mengajar sebelum guru melaksanakan pembelajaran.
Istilah metode sering kali disamakan dengan istilah
pendekatan, strategi dan teknik sehingga dalam penggunaannya
juga sering saling bergantian, yang pada intinya adalah suatu cara
untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan atau cara yang
tepat dan cepat untuk meraih tujuan pendidikan sesuai dengan
kebutuhan peserta didik. (Moh. Roqib, 2009: 90)
Metode secara bahasa berarti cara yang telah teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. (W.J.S.
Poerwadarwminta, 1999: 649). Selain itu metode juga dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi dengan menggunakan bentuk tertentu,