• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pendidikan Kepribadian Menurut Abdullah Nashih Ulwan - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Metode Pendidikan Kepribadian Menurut Abdullah Nashih Ulwan - Test Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT

ABDULLAH NASHIH ULWAN

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh

NUR FARIDA LUTFIYATI 111 10 116

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

2

METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT

ABDULLAH NASHIH ULWAN

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun oleh

NUR FARIDA LUTFIYATI 111 10 116

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

6 MOTTO

ۚ ٍخاَجَسَد ٌَْيِعْىا اُ٘ذُٗأ َِيِزهىاَٗ ٌُْنٍِْْ اٍَُْ٘آ َِيِزهىا ُ هاللَّ ِعَفْشَي

شيِثَخ َُُ٘يََْعَذ اََِت ُ هاللََّٗ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadillah: 11)

طاْيى ٌٖعفّا طاْىا شيخ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain” (al Hadits)

(8)

7

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya yaitu, Ibu saya Siti Arofah dan bapak saya Sugeng Ahmad

yang selalu melimpahkan kasih sayangnya serta mendo‟akan saya dalam setiap

sujudnya.

2. Suami saya Arif Maslah yang telah meluangkan banyak waktunya untuk

membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Kedua anak saya, pertama Muhammad Kasyif Ubaidillah Alkafie dan anak kedua

saya Muhammad Harun Khoirul Wafa yang selalu menjadi penyemangat saya

dalam menyelesaikan studi ini.

4. Keluarga saya khususnya kakak saya Muhammad Syukron Effendi beserta

keluarga yang selalu mendukung saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Bulek Siti Zubaedah yang selalu menjadi ibu kedua saya beserta keluarga.

6. Bulek Muayyadah dan Mbak Imroatul Chosiah yang membantu saya dalam

pekerjaan rumah khususnya selama menyelesaikan tugas akhir ini.

(9)

8

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah

SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut

setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh

gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

4. Bapak Muh Hafidz sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas

mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

Dan semua pihak yang telah memotivasi dan membantu dalam

penyelesaian skripsi ini. Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau

(10)
(11)

10

DAFTAR ISI

SAMPUL………. i

HALAMAN BERLOGO……… ii

HALAMAN JUDUL………. iii

PERSETUJUAN PEMBIM

BING………... i

PENGESAHAN KELULUSAN……….. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………... vi

MOTTO………... vii

PERSEMBAHAN………... viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI……… xi

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah……… 1

B.

Rumusan Masalah………. 5

C.

Tujuan Penelitian……….. 6

D.

Manfaat Hasil Penelitian………... 6

E.

Penegasan Istilah………... 7

F.

Metode Penelitian………. 14

G.

Sistematika Penulisan………... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

PENDIDIKAN

1.

Pengertian Pendidikan……… 18

2.

Dasar Pendidikan……… 20

3.

Tujuan Pendidikan……….. 23

(12)

11

4.

Metode Pendidikan Dalam Islam……… 25

B.

KEPRIBADIAN

1.

Pengertian Kepribadian……….. 29

2.

Ciri-

ciri Kepribadian Yang Teguh………. 30

3.

Metode Meraih Pribadi Yang Baik………. 32

4.

Faktor Pembentuk Kepribadian……….. 35

5.

Prinsip Kependirian Yang Baik……….. 41

BAB III GAMBARAN UMUM ABDULLAH NASHIH ULWAN

A.

Riwayat Hidup………. 44

B.

Karya-

karya Abdullah Nashih Ulwan………. 45

C.

Deskripsi Kitab Tarbiyatul Aulad……….... 46

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA DATA

A.

Konsep Pendidikan Kepribadian Secara Umum……….. 50

1.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kperibadian... 50

2.

Hubungan Kepribadian DEngan Kebudayaan……… 53

3.

Hubungan Kepribadian Dengan Keragaman Individu 55

4.

Unsur-

unsur Kepribadian……… 56

5.

Aneka Warna Kepribadian……….. 59

6.

Tahap-tahap

Perkembangan Kepribadian…………... 60

7.

Tanggung Jawab Pendidikan Kepribadian………….. 61

B.

Metode Pendidikan Kepribadian Menurut Nashih Ulwan. 74

1.

Pendidikan Kepribadian Dengan keteladanan……… 78

2.

Pendidikan Kepribadian Dengan Adat Kebiasaan….. 81

3.

Pendidikan Kepribadian Dengan Nasihat…………... 83

(13)

12

4.

Pendidikan Kepribadian Dengan Perhatian………… 85

5.

Pendidikan Kepribadian Dengan Hukuman……….... 87

BAB V PENUTUP

A.

Kesimpulan……… 103

B.

Saran……… 104

(14)

13 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat

menjunjung tinggi pentingnya etika, moral, dan akhlak mulia pada pribadi

manusia. Kepribadian yang baik, dengan segala macam bentuk dan warnanya,

sangat diperlukan setiap tempat dan waktu: dalam hubungan dengan Allah.

Dengan hubungan sesama, dan dalam hubungan dengan masyarakat. Manusia

semua mempunyai akhlak dan perilaku yang baik di dalam hidup, dan

memperoleh ganjaran yang baik di akhirat kelak.

Adapun pertanyaan bagaimana menerapkan perangai dan tingkah laku

yang baik di dalam kehidupan sehari-hari, maka jawabanya adalah bahwa

yang menjadi landasan kita dalam hal ini adalah akal (hikmah), yaitu dengan

menggunakannya pada jalan yang benar; kemudian agama yaitu dengan

berpegang teguh kepada ajaran-ajarannya; dan juga akhlak dan kesopanan.

Imam Ali as berkata: “Akal adalah landasan yang paling kuat. Imam Ali as juga berkata: “Akal adalah kebaikan setiap orang.” Pada kesempatan lain, Imam Ali as juga berkata: “Agama dan kesopanan adalah buah dari akal”

(Mustofa, 1991:406).

Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan

atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang

(15)

14

Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya

yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di

kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan

anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh

seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh dan masih banyak lagi.

Memang manusia didunia diciptakan beragam bentuk, sifat, watak dan

tingkah lakunya. Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali

dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Kami mencoba mengenal

seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian

ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan

persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.

Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk

memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus

memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk.

Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang

kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga

gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.

(16)

15

Upaya yang dilakukan para pemikir untuk menerjemahkan atas hakikat manusia sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya. Pembahasan manusia seolah tak pernah habis dan mungkin tak akan pernah habis atas berbagai kajian yang dilakukan terhadapanya. Para pemikir yang berkontemplasi pada kajian mengenai manusia, bisa kita jumpai melalui salah satu disiplin ilmu yang bernama psikologi. Mempelajari psikologi berarti usaha untuk mengenal manusia dan tentu kita berusaha mengetahui aspek-aspek kepribadian (Sobur, 2011:19).

Ada berbagai rumusan yang sudah ditelurkan oleh berbagai ahli pikir tentang manusia. Antara pemikir yang satu dengan yang lainnnya atau aliran satu dengan yang lainnya memiliki ketidaksamaan. Perbedaan ini disebabkan kajian yang digelutinya masing-masing. Sebut saja para penganut teori psikoanalisis yang mengatakan bahwa manusia sebagai homo valens (manusia berkeinginan), para penganut teori behaviorisme yang menyebutkan bahwa manusia sebagai homo mechanicus / manusia mesin dan para penganut teori humanisme yang menyatakan bahwa manusia sebagai homo ludens / manusia bermaian (Yusuf dan Nurihsan, 2011:21-23).

(17)

16

adanya keterbatasan itulah yang mengharuskan manusia untuk selalu senantiasa meminta pertolongan kepada Allah SWT.

Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk lainnya (Ali, 2008:14). Oleh sebab itu, karena kesempurnaan yang dimiliki manusia, ia diberi amanat oleh Allah untuk mengemban tugas ganda, yaitu sebagai khalifah (wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khlmifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta medayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya) dan abdullah (orang yang taat dan patuh kepada Allah. Hakikat kehambaan

kepada Allah adalah ketaatan. Ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketudukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah. Dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Konsekuensi manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepadaNya.

Pengingkaran manusia dalam penghambaan diri kepada Allah akan mengakibatkan dia menghamba kepada dirinya, menghamba kepada hawa nafsunya atau menghamba kepada sesama makhluk Allah. Beberapa hal tersebut disebut perbuatan syirik, dimana dosa tersebut meruapak dosa yang paling besar). Kelebihan manusia dari makhluk lainnya disebutkan oleh Allah dalam QS.At-Tin ayat 4, sebagai berikut :

غّلاا اْقيخ ذقى

ٌي٘قذ ِغحا يف ُا

Artinya : "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya" (QS. At Tin: 4)

(18)

17

dengan melalui pendidikan. Karena pada hakiaktnya pendidikan berfungsi sebagai usaha untuk mengembangkan potensi individu dan sekaligus usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya, maka pendidikan juga menyangkut pembentukan kepribadian.

Pendidikan berkaitan dengan usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Sedangkan kepribadian berhubungan dengan pola tingkah laku (Jalaludin dan Abdulllah, 2012:190). Senada dengan itu, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam mengenai terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Ada 3 (tiga) unsur yang mendukung tegaknya Pendidikan Islam, pertama harus ada usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi

jasmani dan rohani secara berimbang. Kedua, usaha tersebut berdasarkan atas ajaran Islam. Ketiga, usaha tersebut bertujuan agar dididik pada akhirnya memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam / kepribadian muslim (Munarji, 2004:6-7).

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan penelitian

dengan judul: METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT

ABDULLAH NASHIH ULWAN.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang masalah secara definitif masalah yang

penulis teliti dapat dirumuskan, sebagai berikut :

1.Bagaimana metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih

Ulwan?

(19)

18 C. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan atau aktifitas pasti mempunyai tujuan yang hendak

dicapai untuk memberi arah pada penelitian supaya dapat berjalan lancar.

Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai melalui kegiatan

penelitian. Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, maka peneliti ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui pentingnya pendidikan kepribadian.

2. Mengetahui metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih

Ulwan dan relevansinya.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas

tentang pendidikan kepribadian. Dari informasi tersebut diharapkan dapat

memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu :

1. Secara Praktis,

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

keilmuan dan khasanah kepustakaan Islam serta memberikan informasi

tentang khasanah pengetahuan proses dan metode pembentukan

kepribadian dalam Islam menurut perspektif Abdullah Nashih Ulwan.

2. Secara Teoritik

a. Bagi Penulis

Penulis sangat berharap dapat membantu umat muslim membangun

(20)

19 b. Bagi Lembaga

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat bemanfaat bagi

para mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Program Studi

Pendidikan Agama Islam di kampus Institut Agama Islam Negeri

Salatiga khususnya, dan umumnya bagi siapa saja yang mencintai

keilmuan. Pendidikan yang memandang faktor pembawaan dan

lingkungan sama-sama berkontribusi besar dalam membangun

kepribadian.

E. Kajian Pustaka

Sebenarnya penelitian masalah pendidikan anak sudah banyak

penulis yang tertarik untuk menelitinya. seperti halnya konsep pendidikan

yang disajikan oleh Abdullah Nashih Ulwan yang menjadi fokus penelitian

penulis. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain:

1. MARINAH, (STAIN SALATIGA). Skripsi tahun 2000, dengan judul

KONSEP PENDIDIKAN ANAK MENURUT ABDULLAH NASHIH

ULWAN (Perspektif psikologi madzab ketiga). Di dalam tulisannya ia

membahas pendidikan anak menurut Ulwan yang dikomparasikan dengan

psikologi madzab ketiga yang dipelopori oleh Maslow. Adapun

kesimpulan dari penelitiannya adalah:

a. Konsep pendidikan yang diuraikan Abdullah Nashih Ulwan sejalan

dengan konsep yang diuraikan oleh Abraham Maslow atau psikologi

(21)

20

b. Perbedaan yang nampak dari kedua tokoh tersebut ada pada dimensi

latar belakang kehidupan. Ulwan bercorak religius atau tauhid,

sedangkan Maslow bercorak humanistik.

2. SRI INDARTI, (STAIN SALATIGA). Skripsi tahun 2003 dengan judul:

PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM (Studi Komparasi Dr. Abdullah

Nashih Ulwan dan Prof. Dr. Zakiah Daradjat). Dari komparasi kedua

tokoh tersebut diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Bahwa pendidikan merupakan upaya atau proses pembentukan akhlak

pada diri manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan berbagai

metode pendekatan yang pada akhirnya berorientasi pada pencapaian

kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Ulwan menggunakan pendekatan teologis integral, artinya selain

dengan pendekatan agama, Ulwan juga menyarankan untuk mengikuti

teladan rasul. Sedangkan Zakiah menggunakan pendekatan teologis

dipadu psikologis, sesuai keahliannya sebagai ahli psikoterapi, Zakiah

berharap pendidikan dapat tercapai dengan baik apabila mendekatkan

diri pada Sang Pencipta dan terapi sosialnya.

Kedua penelitian itu keduanya sama-sama memfokuskan

pada pendidikan setelah anak mencapai umur untuk dididik dan

bersifat umum. Oleh karena itu, penulis kali ini akan membahas

konsep pendidikan tanggung jawab– tanggung jawab pendidikan, metode-metode pendidikan serta kaidah-kaidah dasar dalam mendidik

(22)

21

keprbadian yang terkandung dalam kitab tarbiyatul aulad karangan

Nashih Ulwan.

F. Penegasan Istilah

Menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan

maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu

penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel

penelitian. Istilah yang perlu penjelasan sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pengertian pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani

yaitu padegogik artinya ilmu menuntun anak. Sedangkan Marimba

mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar

oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama (1989:23). Dari beberapa

pengertian menurut beberapa pakar, maka penulis menyimpulkan, bahwa

pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik untuk dirinya sendiri

ataupun orang lain guna menuju kesempurnaan dalam rangka

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

kecerdasan, kepribadian mulia, keterampilan serta berkembang ke arah

kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang

berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal

(23)

22

(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan

pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk

memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat

memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak

yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Pendidik secara terminology yang dipaparkan mempunyai

beberapa makna, di antara lain (Ramayulis, 2008:57-58):

a. Moh. Fadhil al Djamil menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang

yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baiksehingga

terangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan dimiliki manusia.

b. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul

pertangung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang

karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan

peserta didik. (Al-Jamali, tanpa tahun:74)

c. Sutari Imam Barnabib (1993:61) mengemukakan, bahwa pendidik

adalah setiap orang yang yang dengan sengaja mempengaruhi orang

lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik.

d. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidik adalah individu yang

akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku

(24)

23

e. Ahmad Tafsir (2013:18) mengatakan bahwa pendidk dalam islam

sama dengan teori di barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan peserta didik.

Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir

untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam

beserta lingkungannya

2. Kepribadian

Kepribadian secara etimologi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologi

berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno

untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.

Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain

sandiwara itu melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk

mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.

Pengertian secara terminologi menurut pendapat para ahli antara

lain: (Yusuf, 2009:126)

a. May mengartikan kepribadian sebagai “a social stimulus value”. Jadi menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu.

Dalam kata lain, pendapat orang lain yang menentukan kepribadian

(25)

24

b. McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian

adalah tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi

tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan.

c. Gordon W. allport mengemukakan, kepribadian adalah organisasi

dinamis dalam diri individul sebagai sistim psikofisis yang

menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap

lingkungan.

“Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang komleks dari

individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik (Sujanto,

2006:12). Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku

individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap

lingkungan secara unik. Keunikan peyesuaian tersebut sangat berkaitan

dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal sebagai

berikut:

a. Kerakter, yaitu kosenkuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku,

konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau

pendapat.

b. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya

meraksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

c. Sikap, sambutan terhapa objek yang bersifat positif, negative atau

(26)

25

d. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilanreaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,

marah, sedih atau putus asa.

e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan unutk menerima resiko dari

tindakan atau perbutan yang dilakukan.

f. Sosialibilitas, yaitu disposisipribadi yang berkaitan dengan hubungan

interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang

tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang

lain. (Yusuf, 2009:128).

Menurut penulis salah satu kata kunci dari defenisi kepribadian

adalah penyesuaian. Penyesuaian itu dapat diartikan sebagai suatu proses

respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam

upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan

emosional, frustasi dan konflik dan memelihara keharmonisan antara

pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan lingkungan.

3. Abdullah Nashih Ulwan

Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang tokoh muslim, ia

dilahirkan di kota Halab Suriah pada tahun 1928 tepatnya didaerah qodhi

askar. Beliau mempunyai nama lengkap Al-Ustadz Syaikh Abdullah

Nashih Ulwan. Abdullah Nashih Ulwan putra Syekh Ulwan yang pada

umur 15 beliau sudah menghafal al-Qur'an dan menguasai ilmu Bahasa

Arab dengan baik. Beliau sangat cemerlang dalam pelajaran dan selalu

(27)

26

2002:1). Beliau adalah orang yang pertama kali memperkenalkan mata

pelajaran Tarbiyah Islamiyah sebagai pelajaran dasar di sekolah. Dan pada

perkembangan selanjutnya, pelajaran Tarbiyah Islamiyah ini menjadi mata

pelajaran wajib yang harus diambil murid-murid di sekolah menengah di seluruh Suriyah. Beliau aktif sebagai da‟i di sekolahsekolah dan

masjid-masjid di daerah Halab.

Abdullah Nashih Ulwan merupakan pemerhati masalah pendidikan

terutama pendidikan anak dan dakwah Islam. Jenjang pendidikan yang

dilaluinya yakni setelah beliau menyelesaikan Sekolah Dasar dan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama, beliau melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas di Halab juga pada tahun 1949. Jurusan Ilmu Syari‟ah dan

Pengetahuan Alam. Kemudian melajutkan di Al-Azhar University (Mesir)

mengambil Fakultas Ushuluddin, yang selesai pada tahun 1952

diselesaikan selama 4 tahun, dengan gelar sarjana. Dan melanjutkan S-2

pada perguruan tinggi lulus pada tahun 1954 dan menerima ijazah

spesialis bidang pendidikan, setaraf dengan Master of Arts (MA).2 Pada

tahun yang sama (1954) ia belum sempat meraih gelar doktor pada

perguruan tinggi tersebut, karena diusir dari negeri Mesir karena ia

seorang aktivis dalam organisasi ikhwanul musliminyang dikenal ajarannya radikal, yaitu tahun 1954, Ulwan aktif menjadi seorang da‟i.

Pada tahun 1979 Abdullah Nashih Ulwan meninggalkan Suriah

menuju ke Jordan, di sana beliau tetap menjalankan dakwahnya dan pada

(28)

27

mendapatkan tawaran sebagai dosen di Fakultas Pengajaran Islam di

Universitas Abdul Aziz dan beliau menjadi dosen di sana. Beliau berhasil

memperoleh ijazah Doktor di Universitas Al-Sand Pakistan pada tahun 1982 dengan desertasi “Fiqh Dakwah wa Daiyah”. Setelah pulang

menghadiri pengkumpulan di Pakistan beliau merasa sakit di bagian dada,

lalu dokter mengatakan bahwa ia mengalami penyakit di bagian hati dan

paru-paru, lalu beliau dirawat di rumah sakit. Abdullah Nashih Ulwan

meninggal pada tanggal 29 Agustus 1987 M bertempatan dengan tanggal

5 Muharram 1408 H pada hari Sabtu jam 09.30 pagi di rumah sakit

Universitas Malik Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi dalam usia 59 tahun.

Jenazahnya di di bawa ke Masjidil Haram untuk dishalati dan dikebumikan

di Makkah (Ulwan, tanpa tahun.:542).

Jadi judul “Pendidikan Kepribadian Dalam Perspektif Abdullah Nashih Ulwan” adalah proses pembentukan kepribadian itu tidak hanya di pengaruhi

oleh satu faktor yang dominan saja misalnya, faktor lingkungan maupun

keturunan (hereditas) saja, melainkan kedua faktor tersebut (lingkungan dan

keturunan) sangat berpengaruh sekali demi pembentukan kepribadian yang

bagus sesuai aturan Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Dengan demikian, maksud dari judul skripsi ini adalah penulis berusaha mengkaji suatu konsep dari Abdullah

Nashih Ulwan dalam hal perkembangan kepribadian (tingkah laku) yang

prosesnya banyak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu antara faktor keturunan

dan lingkungan sekitar. Kemudian dari konsep tersebut penulis berusaha akan

(29)

28

pedoman Al-Qur‟an dan Al-Hadist, sehingga kita akan mengetahui dari segi kelemahan dan kelebihan dari teori dan/atau pandangan tersebut.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (Arikunto, 1995:332). Jenis penelitian ini sekedar membedakan dengan penelitian lapangan (field research).

Penelitian ini juga disebut penelitian kualitatif oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan menggunakan teknik penulisan/pendekatan deskriptif. Hal ini dimaksudkan tidak untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 1995:310).

2. Sumber Data

Mengingat studi ini seluruhnya bersifat kepustakaan, sumber

tersebut antara lain:

a. Sumber Primer

Yaitu sumber informasi langsung mempunyai wewenang dan

bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data atau

(30)

29

data primer yang digunakan adalah Buku berjudul “Pendidikan Anak dalam Islam” terjemahan dari “Tarbiyatul Aulad fil Islam” karya

Abdullah Nashih Ulwan, Jilid I dan II. Dan buku-buku tentang

pendidikan kepribadian dari pengarang lain.

b. Sumber Sekunder

Yaitu data informasi yang secara tidak langsung mempunyai

wewenang dan bertanggung jawab terhadap informasi yang ada

padanya (M. Ali, 1987:42). Dalam hal ini adalah data-data yang

bersumber pada penulis itu sendiri maupun karya-karya lain yang

berkaitan dengan penelitian tersebut, berupa: buku, jurnal, makalah,

artikel, internet dan sebagainya.

3. Teknik Penggalian Data

Data yang diperlukan dalam studi kepustakaan ini digali dari

sumbernya melalui riset kepustakaan (library research) yaitu mempelajari

dan menelaah secara mendalam kandungan karya dari Abdullah Nashih

Ulwan, yang termuat dalam sumber primer. Di samping itu, peneliti juga

mempelajari dan menelaah buku-buku dan tulisan-tulisan serta karya

ilmiah lainnya yang terkait dengan pokok masalah yang diteliti. Kemudian

data yang telah terhimpun di bahas dan di analisis.

4. Pengumpulan dan Analisa Data

Agar penelitian ini dapat terarah sistematis, maka penelitian ini

(31)

30

a. Melacak dan mengumpulkan data yang relevan dengan pemaknaan

pendidikan kepribadian. Oleh karena itu, buku acuan yang dijadikan sumber penulisan bukan hanya terbatas pada tulisan Abdullah Nashih Ulwan saja, tetapi mencakup buku tentang pendidikan secara umum maupun menurut para ahli dan juga buku-buku psikologi.

b. Memproses data yang terkumpul untuk diklasifikasikan berdasar kesamaan tema dan masalah, kemudian diberi tanda khusus untuk

memudahkan pengeditan (editing), sekaligus disiapkan secara sistematis.

c. Data yang selesai diolah, selanjutnya disusun secara sistematis

berdasar kerangka penulisan. d.

H. Sistematika Penulisan

Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN.

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran

yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara

lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,

(32)

31 BAB II : KAJIAN PUSTAKA.

Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang: Pertama, tinjauan tentang pendidikan meliputi pengertian pendidikan, tujuan pendidikan. Kedua, tinjauan tentang

kepribadian yang meliputi tentang pengertian kepribadian, tujuan pembentukan kepribadian dan metode pembentukan kepribadian. BAB III : GAMBARAN UMUM ABDULLAH NASHIH ULWAN

Bab ini berisi tentang riwayat hidup Abdullah Nashih Ulwan, karya-karya Abdullah Nashih Ulwan dan deskripsi singkat Kitab “Tarbiyatul Aulad Fil-Islam”.

BAB IV : ANALISA DATA

Dalam bab ini berisi tentang pembahasan: Pertama, metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih Ulwan. Kedua,

relevansi metode pendidikan kepribadian tersebut. BAB V : PENUTUP

Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir

(33)

32 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik

yang mendapat awalan pen dan akhiran an, sehingga menjadi pendidikan

yang berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik

(Poerwadarminta, 1991:250). Istilah ini sepadan dengan education dalam

bahasa Inggris. Jadi secara etimologi kata pendidikan, pengajaran

(education atau teaching) menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses

yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang

kepada orang lain.

Dalam mendefinisikan pendidikan kerap kali para para ahli

berbeda satu dengan yang lain. Hal ini terjadi karena ada suatu

ketergantungan si pemberi definisi dalam memahami atau menafsirkan

konsep pendidikan itu sendiri. Akan tetapi seberapa banyak perbedaan

dalam mendefinisikan pendidikan, penulis meyakini bahwa muaranya

nanti akan tetap sama yaitu tentang proses penyempurnaan yang lebih

baik.

Adapun pendidikan menurut Purwanto adalah segala usaha orang

dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan (1998:10).

(34)

33

dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia

(2009:15).

Sedangkan Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (1989:23). Dari beberapa pengertian menurut beberapa pakar, maka penulis menyimpulkan, bahwa pendidikan adalah segala usaha yang

dilakukan baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain guna menuju kesempurnaan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, kepribadian mulia, keterampilan serta berkembang ke arah kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Disisi lain, Marimba (1989:19) mengidentifikasikan unsur-unsur sebagai kegiatan kependidikan dalam lima unsur. Pertama, Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan

dilakukan secara sadar. Kedua, Adanya pendidik atau pembimbing atau penolong. Ketiga, Ada yang dididik atau si terdidik. Keempat, Bimbingan itu mempunyai dasar atau tujuan. Kelima, Dalam usaha itu tentu ada alat

yang dipergunakan.

Dalam makna yang lebih luas, hidup adalah pendidikan dan

pendidikan adalah hidup itu sendiri. Apapun yang dilakukan manusia masuk dalam kategori pendidikan walaupun tidak semuanya bisa terdeteksi. Karena belajar sesungguhnya merupakan suatu aktivitas

(35)

34

mental/psikis dalam interaksi dengan lingkungan yang

perubahan-perubahannya tercermin dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap (Roqib, 2009:121). Dan dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti prakteknya identik dengan sekolah, yaitu pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang diatur.

2. Dasar Pendidikan

Dasar adalah landasan berpijak atau tegaknya sesuatu supaya

menjadi kokoh berdiri. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam menetapkan dasar bagi suatu aktifitas, manusia akan berpedoman kepada pandangan

hidup dan hukum-hukum dasar yang dianut dalam kehidupannya. Dasar yang menjadi acuan pendidikan harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktifitas yang dicita-citakan.

Dalam agama Islam sumber yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah.

a. Al-Qur‟an

Al-qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhammad saw. Yang terkandung

ajaran-ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh

aspek kehidupan melalui ijtihad (Djarajat, 2008:19). Al-Qur‟an merupakan sumber segala-galanya yang telah diberikan oleh Allah

kepada umatnya agar senantiasa merujuk dan mencari segala

(36)

35

Al-Qur‟an merupakan pedoman normatif dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Kalam yang tertuang dalam Al-Qur‟an merupakan das solen yang harus diterjemahkan menjadi desain oleh ahli

pendidikan menjadi suatu rumusan pendidikan Islam yang dapat

menghantarkan pada tujuan pendidikan yang hakiki (Zubaedi, 2012:17).

Atas begitu pentingnya pendidikan, di dalam Al-Qur‟an telah merekam atas kemuliaan orang yang berpendidikan (memiliki ilmu).

َويِق اَرِإ اٍَُْ٘آ َِيِزهىا اَُّٖيَأ اَي

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang-orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadillah :11)

b. As-sunnah

Sunnah Rasulullah saw yang dijadikan landasan dalam

pendidikan adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan

Rasulullah saw dalam bentuk isyarat. Yang dimaksud dengan

pengakuan dalam isyarat suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat

atau orang lain dan Rasulullah membiarkan saja dan perbuatan atau

(37)

36

Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa sunnah nabi

menjadi landasan dan sumber kedua setelah Al-Qur‟an. Di dalam sunnah nabi juga berisi ajaran tentang aqidah, syariat dan kepribadian

seperti Al-Qur‟an yang juga berkaitan dengan masalah pendidikan. Yang lebih penting lagi dalam sunnah adalah bahwa di dalamnya

terdapat cerminan tingkah laku dan kepribadian Rasulullah saw yang

menjadi suri tauladan dan harus diikuti oleh setiap muslim sebagai satu

media kepribadian Islam. Oleh karena itu sunnah merupakan landasan

kedua cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu

membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya

mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk

sunnah yang berkaitan dengan pendidikan (Djarajat, 2008:21).

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu: berfikir dengan

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam

hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek

pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur‟an dan sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaedah-kaedah yaitu diatur

(38)

37

Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum

Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat.

Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan,

senantiasa berkembang. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan

perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan

mendesak, tidak saja di bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang

sistem dalam artian yang luas.

Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah adalah bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsip saja. Bila ternyata ada yang agak

terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan

yang prinsip itu. Sejak diturunkan sampai nabi Muhammad saw. wafat,

ajaran Islam telah tumbuh, dan berkembang melalui ijtihad yang

dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan

berkembang pula, sebaliknya ajaran Islam sendiri telah berperan

mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim (Djarajat,

2008:22).

3. Tujuan Pendidikan

Selain mempunyai dasar, aktifitas manusia pastilah mempunyai tujuan. Makna "tujuan" adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Kemudian yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam menurut Hamdani dan Fuad

(39)

38

Sedang tujuan pendidikan Islam menurut Imama Ghozali

sebagaimana dikutip oleh Abidin Rush ( 2009:60) adalah;

a. Mendekatkan diri kepada Allah, yang mewujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunah b. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.

c. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniawian dengan sebaik-baiknya

d. Membentuk manusia yang berkepribadian mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.

Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan oleh

Imam Ghozali tersebut di atas tidak lepas dari tujuan penciptaan manusia. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

ُُِٗذُثْعَيِى هلاِإ َظِّْ ْلْاَٗ هِِجْىا ُدْقَيَخ اٍََٗ

Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".(QS. Adz Dzariyat : 56)

Dari rumusan-rumusan tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang telah disebutkan di atas dapat penulis dapat mengambil pengertian , bahwa

inti dari tujuan pendidikan Islam adalah: Pertama, Terbentuknya kesadaran terhadap hakekat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepada-Nya, melalui kesadaran ini pada akhirnya

ia akan berusaha agar, potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat tetap terjaga kesuciannya samapai akhir hayatnya, sehingga ia hidup dalam keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman

(40)

39

khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat mewujudkan dalam

kehidupan sehari-hari, melalui kesadaran ini seseorang akan termotifasi untuk mengembangkan potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia, sehingga pada akhirnya ia akan mampu memimpin dirinya, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya.

4. Metode Pendidikan Dalam Islam

Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa, “al-amru bi sya’i

amru bi wasallihi, wa li al-wasall hukm al-maqashidi”. Artinya, perintah pada sesuatu (termasuk di dalamnya adalah pendidikan) maka perintah

pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama

halnya dengan apa yang dituju senada dengan adagium itu firman allah

SWT dinyatakan:

َ هاللَّ اُ٘قهذا اٍَُْ٘آ َِيِزهىا اَُّٖيَأ اَي

َُُ٘حِيْفُذ ٌُْنهيَعَى ِِٔييِثَع يِف اُٗذِٕاَجَٗ َحَييِعَْ٘ىا ِْٔيَىِإ اُ٘غَرْتاَٗ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan

berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat

keberuntungan” (Q.S Al-Maidah: 35).

(41)

40

َُُ٘حِيْفُذ ٌُْنهيَعَى ِِٔييِثَع يِف اُٗذِٕاَجَٗ َحَييِعَْ٘ىا ِْٔيَىِإ اُ٘غَرْتاَٗ

Artinya: “...dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya...”. (Q.S Al Maidah: 35)

Implikasi ayat tersebut dalam pendidikan adalah bahwa dalam

proses pendidikan diperlukan metode yang tepat, guna mengahantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Metode pendidikan dalam Islam mempunyai peranan yang penting sebab merupakan jembatan yang

menghubungkan pendidik dengan anak didik menuju ke tujuan pendidikan islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim (Qomar, 2003:396). Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat

untuk menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuan yang dicita-citakan.

Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan

Islam ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atas

cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik.

Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan mengahmbat

proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga

secara percuma. Karenanya, metode adalah syarat untuk efisiensinya

aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti metode adalah termasuk

persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai

secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut

benar-benar tepat (Al-Rasyidin dan Nizar, 2005:65).

Secara literer metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang

(42)

41

suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Adapun istilah

metodologi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu,

jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan (Uhbiyati, 1999:99).

Pada hakikatnya metode pendidikan Islam yaitu: jalan atau cara

yang ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam

kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim (Qomar,

2003:396-397). Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

(Patoni, 2004:107-109). Metode pendidikan Islami itu secara garis besar

terdiri dari lima, yaitu:

a. Metode Keteladanan (Uswatun Hasanah)

Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling

jitu dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Melalui metode

inilah para orang tua, pendidik atau da‟i memberi contoh atau teladan terhadap anak/peserta didiknya sebagaimana cara berbuat, berbuat,

bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan sebagainya.

Melalui metode ini maka anak/peserta didik dapat melihat,

menyaksikan dan meyakini cara yang sebenarnya. Sehingga mereka

dapat melaksanakan dengan baik dan lebih mudah (Muchtar, 2005:19).

b. Melalui Kebiasaan

Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan

manusia karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia, karena

(43)

42

kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di

lapangan-lapangan lain seperti untuk bekerja, memproduksi dan mencipta. Bila

pembawaan seperti itu tidak diberikan Tuhan kepada manusia, maka

tentu mereka akan mengahabiskan hidup mereka hanya untuk belajar

berjalan, berbicara dan berhitung.

Tetapi disamping itu kebiasaan juga merupakan faktor

penghalang terutama apabila tidak ada penggeraknya dan berubah

menjadi kelambanan yang memperlemah dan mengurangi reaksi jiwa.

Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik

pendidikan, lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik manjadi kebiasaan,

sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan tanpa susah payah, tanpa

kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan

(Uhbiyah, 2005:202).

Adapun syarat-syarat yang musti harus dilakukan dalam

mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan, yaitu:

1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Sejak usia bayi dinilai

waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini,

karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam

menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan

dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif

maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang

(44)

43

2) Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinue, teratur dan

berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah

kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor

pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan

dalam proses ini.

3) Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas,

jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.

4) Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya

secar berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai kata hati anak didik itu sendiri (Arief, 2002:114-115).

B. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadin

Kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang baik (Sujanto, 2006:189).

Begitu juga dengan orang Arab menyebut kepribadian dengan

(45)

44

pengertian kedua istilah tersebut belum bisa menjawab apa itu kepribadian karena masih bersifat umum dan kabur. Tetapi dalam bahasa Indonesia ada istilah yang cukup menjawab, walau belum cukup gambling, yaitu istilah jati diri yang berarti keadaan diri (sendiri) yang sebenarnya (sejati). Di sana kita dapati pengertian kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak, moral, budi pekerti, dan etika orang tersebut ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari di manapun ia berada. Artinya, etika, moral, norma, dan nilai yang dimiliki akan menjadi landasan perilaku seseorang sehingga tampak dan membentuk menjadi budi pekertinya sebagai wujud kepribadian orang itu (Ahmad Daes, 1989:9).

2. Ciri-ciri Kepribadian Yang Teguh

Al-Faqih Abu Laits berkata: “Tanda pribadi yang teguh adalah bila ia memelihara 10 hal, dengan mewajibkannya atas dirinya (Sitanggal, 1991:294-296);

a. Pertama, memelihara lidah dari menggunjing orang lain, karena firman Allah SWT:

b.

ةرغيلاٗ

اًضْعَت ٌُْنُضْعَت

Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing orang lain”.

c. Kedua, menjauhi buruk sangka, karena Nabi SAW bersabda:

(46)

45

ِإ

ُم اهي

َا ُٔهِّئَف ِِّهظىا َءُْ٘عَٗ ٌْ

ِثْيِذَحْىا َب َزْم

Artinya: “Hindarilah olehmu berburuk sangka, karena berburuk sangka adalah ucapan yang paling dusta”.

d. Ketiga, menjauhkan diri dari memperolok-olokkan orang lain, karena firman Allah SWT:

Artinya: “Janganlah suatu kaum memperolok-olokkan kaum lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih

baik dari mereka (yang memperolok-olokkan)”

e. Keempat, menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, karena firman Allah SWT:

ْيِى ْوُق

ا ٍِِْ اُّْ٘ضُغَي َِْيٍِِْْؤَُ

ٌِِْٕساَظْت

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya.”

f. Kelima, kejujuran lidah, karena firman Allah SWT:

اُْ٘ى ِذْعاَف ٌُْرْيُق اَرِإَٗ

Artinya: “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil.”

Artinya: “Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik.”

h. Ketujuh,jangan boros, karena firman Allah SWT:

ًاشْي ِزْثَذ ْس ِّزَثَذُ َلاَٗ

Artinya: ”Dan janganlah kamu hambur-hamburkan hartamu secara boros.”

i. Kedelapan, janganlah ingin diunggul-unggulkan maupun dibesarkan

(47)

46

اهذىا َلْيِذ

اًد اَغَف َلاَٗ ِعْس َلاْا يِف اًُّ٘يُع َُْٗ ُذْيِشُي َِْيِزهيِى اَُٖيَعْجَّ ُجَشِخ َلاْا ُس

َِْيِقهرَُْيِى ُحَثِقاَعْىاَٗ

Artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”

j. Kesembilan, memelihara shalat lima waktu, karena firman Allah SWT:

ف َاح

Artinya: “Peliharalah semua shalat (mu), dan peliharalah shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.”

3. Metode Meraih Pribadi Yang Baik

a.Mementingkan pendidikan rohani

Allah SWT telah menciptakan malaikat sebagai makhluk yang

hanya berdimensikan rohani, dan binatang sebagai makhluk yang

hanya berdimensikan materi. Akan tetapi, Allai SWT menciptakan

manusia sebagai makhluk yang berdimensikan rohani dan materi.

Malaikat adalah makhluk yang tidak mungkin berbuat maksiat

(48)

47

diperintahkan-Nya. Adapun binatang adalah makhluk yang

berwatakan materi, walaupun dia mempunyai roh yang merupakan

sumber hidup baginya dan juga rasa sampai tingkat tertentu.

Sedangkan manusia, Allah telah menciptakannya dengan susunan

yang memungkinkannya menerima ujian di alam dunia. Allah SWT

telah menjadikannya dengan perpaduan antara sisi rohani dan sisi

materi.

Sebagaimana dituntut menaruh perhatian terhadap sisi

materinya, supaya ia dapat mempertahankan kelangsungan hidupnyah,

ia juga dituntut menaruh perhatian terhadap sisi rohaninya, supaya

dari satu sisi tercipta Keseimbangan, tidak terlalu condong kepada sisi

materi, dan dari sisi lain supaya ia mempunyai hubungan dengan

Allah SWT dan berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Nya.

Sisi rohani mempunyai peranan penting di dalam pendidikan

jiwa. Oleh karena itu, kita mendapati bahwa orang yang mempunyai

hubungan yang dekat dengan Allah SWT jarang tertimpa kelainan

jiwa. Sedangkan orang mempunyai hubungan yang lemah

dengan-Nya, atau yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan-dengan-Nya,

seperti orang ateis, banyak yang tertimpa kelainan jiwa dengan

berbagai akibat yang menyertainya. Bahkan lebih jauh lagi, sisi rohani

akan memantulkan pengaruh-pengaruhnya pada raga manusia, dan

(49)

48

b. Menghitung diri dan mengawasi segala perbuatan

Rasulullah Saw bersabda: "bukan dari kalangan kami orang

yang tidak menghitung dirinya setiap hari dan malam." Sebagai

manusia kita sangat mungkin berbuat dosa dan kekhilafan di dalam

hidup ini, dengan senantiasa mengawasi Perbuatan kita dan

menghitung diri kita, kita dapat menyucikan diri terus melangkah

maju, menjauhi segala sesuatu yang tidak layak, menjadi orang-orang

yang mempunyai jiwa bersih, takwa, dan diridai oleih Allah SWT.

c.Melakukan introspeksi

Introspeksi adalah salah satu bentuk perhitungan diri, dan

merupakan alat terpenting bagi manusia dalam memperbaiki

kesalahan-kesalahannya. Bila orang tidak mempunyai penasihat dari

dalam dirinya, maka nasihat apapun tidak bermanfaat baginya. Bila

orang tidak mau menerima kritikan dari nuraninya sendiri, maka ia

akan dapat menerimanya dari orang lain. Dialah yang lebih mengenal

dirinya, jauh melebihi siapapun.

Di dalam hadis-hadis Rasulullah saw terdapat kandungan

berikut,"Barang siapa tidak mempunyai penasihat dari dalam dirinya

maka tidak akan bermanfaat baginya semua nasihat."

d. Menerima kritikan orang lain

Di samping melakukan introspeksi , seseorang juga harus mau

menerima kritikan yang dilontarkan orang lain. Orang yang mau

(50)

49

dan konstruktif. Mau menerima kritikan orang lain adalah pertanda

kelapangan dada, kesabaran, kemampuan mengendalikan diri, ke

dalam akal dan hikmah.

Dari sisi kritik manusia terbagi menjadi dua kelompok:

1) Orang yang mau menerima kritik

2) Orang yang lari dan tidak mau menerima kritik.

Seorang selayaknya mendidik dirinya untuk dapat menerima kritikan

objektif dari orang lain. Karena pada yang demikian itu terdapat

kebesaran jiwa, kelapangan dada, perbaikan terhadap perbuatan dan

tingkah laku, dan kemajuan di medan amal.

Sebaliknya, jika anda hendak mengkritik orang lain, kritiklah

dengan kritikan yang konstruktif, tidak menyakiti, tidak berlebihan,

dan tidak didasari oleh hawa nafsu. Janganlah kritikan yang anda

lontarkan menyimpang ataupun melebar dari pokok persoalan yang

sesungguhnya. Susun dan tujukan kritik anda pada sisi yang jelas.

e.Jangan merasa puas dengan diri pribadi

Tidak puas di sini bukanlah seseorang harus hidup dalam

keadaan gelisah dan tidak tenang, melainkan jangan menjadikan

kepuasan sebagai jalan menuju kelalaian, penyimpangan, dan surut

dari kebenaran, dan amal kebajikan. Merasa puas dengan diri sendiri

bisa membangkitkan rasa ego dan kecintaan terhadap diri yang

berlebihan, yang pada akhirnya menyebabkan ketidakridaan manusia

(51)

50

dengan dirinya [menyebabkan] banyak orang marah dan tidak puas

terhadapnya (Al-Musawi, 2002:64-68).

4. Faktor Pembentuk Kepribadian

Ada tiga faktor pembentuk kepribadian. Ali ra pernah berkata:

ًلاُجَس ِطاهْىا َذِْْع ُِْمَٗ ِطاهْىا هشَش ِظْفهْىا َذِْْع ُِْمَٗ ِطاهْىا َشْيَخ ِاللَّ َذِْْع ُِْم

ِطاهْىا ٍَِِ

a. Jadilah manusia paling baik di sisi Allah.

b. Jadilah manusia paling buruk dalam pandanganmu

c. Jadilah manusia biasa di hadapan orang lain.

Syah Abdul Qadir Al-Jailani berkata: “Bila engkau bertemu dengan seorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama dari

pada dirimu dan katakan dalam hatimu: Bolehk jadi dia lebih baik dari sisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya.” Jika dia orang

yang lebih kecil dan lebih muda umurnya dari pada kamu, maka

katakanlah dalam hatimu: Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat

dosa, maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik

dariku.

Bila dia orang yang lebih tua, maka hendaknya engkau

mengatakan dalam hati: Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada

Allah daripada diriku. Jika dia orang yang 'Alim, maka katakanlah dalam

hatimu: Orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih,

telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui

(52)

51

Bila dia orang bodoh, maka katakan dalam hatimup: Orang ini

durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka

kepada-Nya,padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa

umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan

Allah akhiri (apakah dengan khusnul khatimah atau dengan su'ul

khatimah). Bila dia orang kafir, maka katakan dalam hatimu: Aku tidak

tahu bisa jadi dia akan masuk islam, lalu menyudahi seluruh amalannya

dengan amal salih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu

menyudahi seluruh amalanku dengan amal yang buruk."

Dalam pandangan Islam semua manusia itu sama, tidak

dibeda-bedakan karena status sosial, harta, tahta, keturunan atau latar belakang

pendidikannya. Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah

yang paling tinggi kadar ketakwaannya di antara mereka. Menurut Moh.

Roqib dan Nurfuadi, Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian

seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal

dan eksternal:

a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu

sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau

bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan

sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.

Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari

(53)

52

Untuk menjadi muslim yang berkepribadian utuh, dituntut kemampuan

diri untuk menjadikan iman atau agama sebagai faktor terpenting pada

dirinya, sehingga (dengannya) dapat menghindarkan diri dari berbagai

tantangan, gangguan, dan ancaman serta cobaan hidup dan kehidupan.

Untuk itu diperlukan latihan dan pendidikan yang terus menerus serta

pembinaan yang berkepanjangan (Roqib dan Nurfuasi, 2009:28).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:

a. Faktor Biologis

Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan

keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti

keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah,

kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita

mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan

telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita

lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa

sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari

keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu

masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang

penting pada kepribadian seseorang.

b. Faktor Sosial

Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni

manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk

(54)

53

peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku

dimasyarakat itu.

Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang

disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga.

Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan

menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan

suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang

bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.

Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak

sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan

pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu

merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak

masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat

tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu

diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar

seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial

makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial

mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan

kepribadian.

c. Faktor Kebudayaan

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri

masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan

(55)

54

kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan

pembentukan kepribadian antara lain:

1) Nilai-nilai (Values)

Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang

dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam

kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu

masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan

kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.

2) Adat dan Tradisi.

Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping

menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh

anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan

bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.

3) Pengetahuan dan Keterampilan.

Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau

suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya

kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu

masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara

kehidupannya.

4) Bahasa

Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas,

bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan

(56)

55

dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena

bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat

menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan

bereaksi serta bergaul dengan orang lain.

5) Milik Kebendaan (material possessions)

Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju

dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan

hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian

manusia yang memiliki kebudayaan itu.

5. Prinsip Kependirian yang Baik

Hadits Hudzaifah Ibnu Yaman riwayat at-Turmudzy, tentang

perlunya prinsip kepribadian dalam kehidupan.

ََِغْحَا ُِْإ َُُْ٘ىُْ٘قَذ ًحَعهٍِا اُُّْْ٘٘نَذ َلا ً ص ِاللَّ ُهُْ٘عَس َهاَق َهاَق َحَفْيْزُخ َِْع

ِِْنَىَٗ اَََْْيَظ اََُْ٘يَظ ُِْاَٗ اهَْغْحَأ طاهْىا

َّْا اُِّْْ٘طَٗ

طاهْىا ََِغْحَا ُِْإ ٌُْنَغُف

َُْأ

)ٙذٍشرىا ٓٗس( اَُِْ٘يْظُذ َلاَف اُْٗءَاَعَا ُِْاَٗ اُِْْ٘غْحُذ

Hudzaifah berkata, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Janganlah kalian menjadi tidak berpendirian, kalian berkata, “Jika manusia berbuat baik, kamipun berbuat baik, dan jika manusia berbuat

dholim, kamipun berbuat dholim; akan tetapi tetaplah pada pendirian

kalian. Jika orang-orang berbuat kebaikan, berbuat baiklah kalian, dan

Referensi

Dokumen terkait

Abdullah Nashih „Ulwan tentang Materi dan Metode Pendidikan Seks Anak Usia Remaja dalam Kitab Tarbiyatul Aulād Fil Islā m dengan pendidikan Islam Saat ini ... Relevansi

Disamping itu, ada pula metode pendidikan Islam adalah jalan atau cara yang dapat ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik agar

Hukuman adalah metode terakhir dalam hal menanamkan nilai-nilai kesederhanaan di Pondok Pesantren Ummul Qura Amuntai apabila cara-cara yang lain sudah ditempuh, sebab

Abdullah Nasih Ulwan dengan Pendidikan Akhlak pada zaman sekarang dan memaparkan hasil analisis penelitian pemikiran metode Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Abdullah Nasih

bandwidth lokal maupun internasional sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dan juga suatu metode berpindahnya suatu ISP ke ISP lain secara otomatis apabila suatu

Halab selesai tahun 1949. Universitas al-Azar di Mesir mengambil fakultas Ushuluddin dapat terselesaikan pada tahun 1952. Di al-Azhar, Abdullah Nashih Ulwan melanjutkan

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap penguasaan siswa kepada pesan yang diberikan, dengan kata lain, dalam proses pembelajaran jika

Kaitannya dengan proses pengajaran, pemberian hukuman sebagai salah satu metode merupakan cara yang lazim ditempuh oleh seorang pendidik, dengan jalan memberi siksa yang bernilai