METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT
ABDULLAH NASHIH ULWAN
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh
NUR FARIDA LUTFIYATI 111 10 116
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2
METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT
ABDULLAH NASHIH ULWAN
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh
NUR FARIDA LUTFIYATI 111 10 116
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
6 MOTTO
ۚ ٍخاَجَسَد ٌَْيِعْىا اُ٘ذُٗأ َِيِزهىاَٗ ٌُْنٍِْْ اٍَُْ٘آ َِيِزهىا ُ هاللَّ ِعَفْشَي
شيِثَخ َُُ٘يََْعَذ اََِت ُ هاللََّٗ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Mujadillah: 11)
طاْيى ٌٖعفّا طاْىا شيخ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain” (al Hadits)
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya yaitu, Ibu saya Siti Arofah dan bapak saya Sugeng Ahmad
yang selalu melimpahkan kasih sayangnya serta mendo‟akan saya dalam setiap
sujudnya.
2. Suami saya Arif Maslah yang telah meluangkan banyak waktunya untuk
membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Kedua anak saya, pertama Muhammad Kasyif Ubaidillah Alkafie dan anak kedua
saya Muhammad Harun Khoirul Wafa yang selalu menjadi penyemangat saya
dalam menyelesaikan studi ini.
4. Keluarga saya khususnya kakak saya Muhammad Syukron Effendi beserta
keluarga yang selalu mendukung saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Bulek Siti Zubaedah yang selalu menjadi ibu kedua saya beserta keluarga.
6. Bulek Muayyadah dan Mbak Imroatul Chosiah yang membantu saya dalam
pekerjaan rumah khususnya selama menyelesaikan tugas akhir ini.
8
KATA PENGANTAR
Asslamu‟alaikum Wr. Wb
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah
SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut
setianya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
4. Bapak Muh Hafidz sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas
mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
Dan semua pihak yang telah memotivasi dan membantu dalam
penyelesaian skripsi ini. Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau
10
DAFTAR ISI
SAMPUL………. i
HALAMAN BERLOGO……… ii
HALAMAN JUDUL………. iii
PERSETUJUAN PEMBIM
BING………... i
PENGESAHAN KELULUSAN……….. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………... vi
MOTTO………... vii
PERSEMBAHAN………... viii
KATA PENGANTAR………. ix
DAFTAR ISI……… xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah……… 1
B.
Rumusan Masalah………. 5
C.
Tujuan Penelitian……….. 6
D.
Manfaat Hasil Penelitian………... 6
E.
Penegasan Istilah………... 7
F.
Metode Penelitian………. 14
G.
Sistematika Penulisan………... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
PENDIDIKAN
1.
Pengertian Pendidikan……… 18
2.
Dasar Pendidikan……… 20
3.
Tujuan Pendidikan……….. 23
11
4.
Metode Pendidikan Dalam Islam……… 25
B.
KEPRIBADIAN
1.
Pengertian Kepribadian……….. 29
2.
Ciri-
ciri Kepribadian Yang Teguh………. 30
3.
Metode Meraih Pribadi Yang Baik………. 32
4.
Faktor Pembentuk Kepribadian……….. 35
5.
Prinsip Kependirian Yang Baik……….. 41
BAB III GAMBARAN UMUM ABDULLAH NASHIH ULWAN
A.
Riwayat Hidup………. 44
B.
Karya-
karya Abdullah Nashih Ulwan………. 45
C.
Deskripsi Kitab Tarbiyatul Aulad……….... 46
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISA DATA
A.
Konsep Pendidikan Kepribadian Secara Umum……….. 50
1.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kperibadian... 50
2.
Hubungan Kepribadian DEngan Kebudayaan……… 53
3.
Hubungan Kepribadian Dengan Keragaman Individu 55
4.
Unsur-
unsur Kepribadian……… 56
5.
Aneka Warna Kepribadian……….. 59
6.
Tahap-tahap
Perkembangan Kepribadian…………... 60
7.
Tanggung Jawab Pendidikan Kepribadian………….. 61
B.
Metode Pendidikan Kepribadian Menurut Nashih Ulwan. 74
1.
Pendidikan Kepribadian Dengan keteladanan……… 78
2.
Pendidikan Kepribadian Dengan Adat Kebiasaan….. 81
3.
Pendidikan Kepribadian Dengan Nasihat…………... 83
12
4.
Pendidikan Kepribadian Dengan Perhatian………… 85
5.
Pendidikan Kepribadian Dengan Hukuman……….... 87
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan……… 103
B.
Saran……… 104
13 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang santun karena dalam Islam sangat
menjunjung tinggi pentingnya etika, moral, dan akhlak mulia pada pribadi
manusia. Kepribadian yang baik, dengan segala macam bentuk dan warnanya,
sangat diperlukan setiap tempat dan waktu: dalam hubungan dengan Allah.
Dengan hubungan sesama, dan dalam hubungan dengan masyarakat. Manusia
semua mempunyai akhlak dan perilaku yang baik di dalam hidup, dan
memperoleh ganjaran yang baik di akhirat kelak.
Adapun pertanyaan bagaimana menerapkan perangai dan tingkah laku
yang baik di dalam kehidupan sehari-hari, maka jawabanya adalah bahwa
yang menjadi landasan kita dalam hal ini adalah akal (hikmah), yaitu dengan
menggunakannya pada jalan yang benar; kemudian agama yaitu dengan
berpegang teguh kepada ajaran-ajarannya; dan juga akhlak dan kesopanan.
Imam Ali as berkata: “Akal adalah landasan yang paling kuat. Imam Ali as juga berkata: “Akal adalah kebaikan setiap orang.” Pada kesempatan lain, Imam Ali as juga berkata: “Agama dan kesopanan adalah buah dari akal”
(Mustofa, 1991:406).
Seandainya dalam semua segi, setiap orang sama seperti kebanyakan
atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat seseorang
14
Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya
yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di
kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami/istri dan
anak-anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh
seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh dan masih banyak lagi.
Memang manusia didunia diciptakan beragam bentuk, sifat, watak dan
tingkah lakunya. Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali
dibuat gambaran yang umum tentang kepribadian. Kami mencoba mengenal
seseorang dengan mengetahui struktur kepribadiannya. Struktur kepribadian
ini dapat diketahui melalui pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan
persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang.
Oleh karena itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk
memahami dan menjelaskan tingkah laku diri sendiri dan orang lain.kita harus
memahami defenisi dari kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk.
Selain itu kita membutuhkan teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang
kepribadian agar tembentuk suatu kepribadian yang baik. Sehingga
gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap individu dapat dihindari.
15
Upaya yang dilakukan para pemikir untuk menerjemahkan atas hakikat manusia sudah berlangsung sejak berabad-abad lamanya. Pembahasan manusia seolah tak pernah habis dan mungkin tak akan pernah habis atas berbagai kajian yang dilakukan terhadapanya. Para pemikir yang berkontemplasi pada kajian mengenai manusia, bisa kita jumpai melalui salah satu disiplin ilmu yang bernama psikologi. Mempelajari psikologi berarti usaha untuk mengenal manusia dan tentu kita berusaha mengetahui aspek-aspek kepribadian (Sobur, 2011:19).
Ada berbagai rumusan yang sudah ditelurkan oleh berbagai ahli pikir tentang manusia. Antara pemikir yang satu dengan yang lainnnya atau aliran satu dengan yang lainnya memiliki ketidaksamaan. Perbedaan ini disebabkan kajian yang digelutinya masing-masing. Sebut saja para penganut teori psikoanalisis yang mengatakan bahwa manusia sebagai homo valens (manusia berkeinginan), para penganut teori behaviorisme yang menyebutkan bahwa manusia sebagai homo mechanicus / manusia mesin dan para penganut teori humanisme yang menyatakan bahwa manusia sebagai homo ludens / manusia bermaian (Yusuf dan Nurihsan, 2011:21-23).
16
adanya keterbatasan itulah yang mengharuskan manusia untuk selalu senantiasa meminta pertolongan kepada Allah SWT.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Allah yang paling sempurna diantara makhluk lainnya (Ali, 2008:14). Oleh sebab itu, karena kesempurnaan yang dimiliki manusia, ia diberi amanat oleh Allah untuk mengemban tugas ganda, yaitu sebagai khalifah (wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khlmifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta medayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya) dan abdullah (orang yang taat dan patuh kepada Allah. Hakikat kehambaan
kepada Allah adalah ketaatan. Ketundukan dan kepatuhan. Ketaatan, ketudukan dan kepatuhan manusia itu hanya layak diberikan kepada Allah. Dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Konsekuensi manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepadaNya.
Pengingkaran manusia dalam penghambaan diri kepada Allah akan mengakibatkan dia menghamba kepada dirinya, menghamba kepada hawa nafsunya atau menghamba kepada sesama makhluk Allah. Beberapa hal tersebut disebut perbuatan syirik, dimana dosa tersebut meruapak dosa yang paling besar). Kelebihan manusia dari makhluk lainnya disebutkan oleh Allah dalam QS.At-Tin ayat 4, sebagai berikut :
غّلاا اْقيخ ذقى
ٌي٘قذ ِغحا يف ُا
Artinya : "Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya" (QS. At Tin: 4)
17
dengan melalui pendidikan. Karena pada hakiaktnya pendidikan berfungsi sebagai usaha untuk mengembangkan potensi individu dan sekaligus usaha untuk mewariskan nilai-nilai budaya, maka pendidikan juga menyangkut pembentukan kepribadian.
Pendidikan berkaitan dengan usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Sedangkan kepribadian berhubungan dengan pola tingkah laku (Jalaludin dan Abdulllah, 2012:190). Senada dengan itu, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam mengenai terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Ada 3 (tiga) unsur yang mendukung tegaknya Pendidikan Islam, pertama harus ada usaha yang berupa bimbingan bagi pengembangan potensi
jasmani dan rohani secara berimbang. Kedua, usaha tersebut berdasarkan atas ajaran Islam. Ketiga, usaha tersebut bertujuan agar dididik pada akhirnya memiliki kepribadian utama menurut ukuran Islam / kepribadian muslim (Munarji, 2004:6-7).
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul: METODE PENDIDIKAN KEPRIBADIAN MENURUT
ABDULLAH NASHIH ULWAN.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah secara definitif masalah yang
penulis teliti dapat dirumuskan, sebagai berikut :
1.Bagaimana metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih
Ulwan?
18 C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan atau aktifitas pasti mempunyai tujuan yang hendak
dicapai untuk memberi arah pada penelitian supaya dapat berjalan lancar.
Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai melalui kegiatan
penelitian. Sesuai dengan pokok permasalahan tersebut, maka peneliti ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui pentingnya pendidikan kepribadian.
2. Mengetahui metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih
Ulwan dan relevansinya.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentang pendidikan kepribadian. Dari informasi tersebut diharapkan dapat
memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu :
1. Secara Praktis,
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
keilmuan dan khasanah kepustakaan Islam serta memberikan informasi
tentang khasanah pengetahuan proses dan metode pembentukan
kepribadian dalam Islam menurut perspektif Abdullah Nashih Ulwan.
2. Secara Teoritik
a. Bagi Penulis
Penulis sangat berharap dapat membantu umat muslim membangun
19 b. Bagi Lembaga
Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat bemanfaat bagi
para mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Program Studi
Pendidikan Agama Islam di kampus Institut Agama Islam Negeri
Salatiga khususnya, dan umumnya bagi siapa saja yang mencintai
keilmuan. Pendidikan yang memandang faktor pembawaan dan
lingkungan sama-sama berkontribusi besar dalam membangun
kepribadian.
E. Kajian Pustaka
Sebenarnya penelitian masalah pendidikan anak sudah banyak
penulis yang tertarik untuk menelitinya. seperti halnya konsep pendidikan
yang disajikan oleh Abdullah Nashih Ulwan yang menjadi fokus penelitian
penulis. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain:
1. MARINAH, (STAIN SALATIGA). Skripsi tahun 2000, dengan judul
KONSEP PENDIDIKAN ANAK MENURUT ABDULLAH NASHIH
ULWAN (Perspektif psikologi madzab ketiga). Di dalam tulisannya ia
membahas pendidikan anak menurut Ulwan yang dikomparasikan dengan
psikologi madzab ketiga yang dipelopori oleh Maslow. Adapun
kesimpulan dari penelitiannya adalah:
a. Konsep pendidikan yang diuraikan Abdullah Nashih Ulwan sejalan
dengan konsep yang diuraikan oleh Abraham Maslow atau psikologi
20
b. Perbedaan yang nampak dari kedua tokoh tersebut ada pada dimensi
latar belakang kehidupan. Ulwan bercorak religius atau tauhid,
sedangkan Maslow bercorak humanistik.
2. SRI INDARTI, (STAIN SALATIGA). Skripsi tahun 2003 dengan judul:
PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM (Studi Komparasi Dr. Abdullah
Nashih Ulwan dan Prof. Dr. Zakiah Daradjat). Dari komparasi kedua
tokoh tersebut diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Bahwa pendidikan merupakan upaya atau proses pembentukan akhlak
pada diri manusia untuk mendekatkan diri pada Allah dengan berbagai
metode pendekatan yang pada akhirnya berorientasi pada pencapaian
kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Ulwan menggunakan pendekatan teologis integral, artinya selain
dengan pendekatan agama, Ulwan juga menyarankan untuk mengikuti
teladan rasul. Sedangkan Zakiah menggunakan pendekatan teologis
dipadu psikologis, sesuai keahliannya sebagai ahli psikoterapi, Zakiah
berharap pendidikan dapat tercapai dengan baik apabila mendekatkan
diri pada Sang Pencipta dan terapi sosialnya.
Kedua penelitian itu keduanya sama-sama memfokuskan
pada pendidikan setelah anak mencapai umur untuk dididik dan
bersifat umum. Oleh karena itu, penulis kali ini akan membahas
konsep pendidikan tanggung jawab– tanggung jawab pendidikan, metode-metode pendidikan serta kaidah-kaidah dasar dalam mendidik
21
keprbadian yang terkandung dalam kitab tarbiyatul aulad karangan
Nashih Ulwan.
F. Penegasan Istilah
Menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan
maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu
penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel
penelitian. Istilah yang perlu penjelasan sebagai berikut :
1. Pendidikan
Pengertian pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu padegogik artinya ilmu menuntun anak. Sedangkan Marimba
mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama (1989:23). Dari beberapa
pengertian menurut beberapa pakar, maka penulis menyimpulkan, bahwa
pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik untuk dirinya sendiri
ataupun orang lain guna menuju kesempurnaan dalam rangka
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
kecerdasan, kepribadian mulia, keterampilan serta berkembang ke arah
kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang
berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal
22
(ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan
pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Pendidik secara terminology yang dipaparkan mempunyai
beberapa makna, di antara lain (Ramayulis, 2008:57-58):
a. Moh. Fadhil al Djamil menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang
yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baiksehingga
terangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan dimiliki manusia.
b. Marimba mengartikan pendidik sebagai orang yang memikul
pertangung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang
karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan
peserta didik. (Al-Jamali, tanpa tahun:74)
c. Sutari Imam Barnabib (1993:61) mengemukakan, bahwa pendidik
adalah setiap orang yang yang dengan sengaja mempengaruhi orang
lain untuk mencapai kedewasaan peserta didik.
d. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidik adalah individu yang
akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku
23
e. Ahmad Tafsir (2013:18) mengatakan bahwa pendidk dalam islam
sama dengan teori di barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan peserta didik.
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir
untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam
beserta lingkungannya
2. Kepribadian
Kepribadian secara etimologi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologi
berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Persona biasanya dipakai oleh para pemain sandiwara pada zaman kuno
untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa para pemain
sandiwara itu melalui kedoknya berusaha menembus keluar untuk
mengekspresikan satu bentuk gambaran manusia tertentu.
Pengertian secara terminologi menurut pendapat para ahli antara
lain: (Yusuf, 2009:126)
a. May mengartikan kepribadian sebagai “a social stimulus value”. Jadi menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu.
Dalam kata lain, pendapat orang lain yang menentukan kepribadian
24
b. McDougal dan kawan-kawannya berpendapat, bahwa kepribadian
adalah tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi
tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan.
c. Gordon W. allport mengemukakan, kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam diri individul sebagai sistim psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap
lingkungan.
“Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang komleks dari
individu, sehingga nampak di dalam tingkah lakunya yang unik (Sujanto,
2006:12). Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku
individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap
lingkungan secara unik. Keunikan peyesuaian tersebut sangat berkaitan
dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri, yaitu meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Kerakter, yaitu kosenkuen tidaknya dalam mematuhi etika prilaku,
konsisten atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
b. Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat lambatnya
meraksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
c. Sikap, sambutan terhapa objek yang bersifat positif, negative atau
25
d. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilanreaksi emosional terhadap
rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung,
marah, sedih atau putus asa.
e. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan unutk menerima resiko dari
tindakan atau perbutan yang dilakukan.
f. Sosialibilitas, yaitu disposisipribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang
tertutup atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain. (Yusuf, 2009:128).
Menurut penulis salah satu kata kunci dari defenisi kepribadian
adalah penyesuaian. Penyesuaian itu dapat diartikan sebagai suatu proses
respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam
upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan
emosional, frustasi dan konflik dan memelihara keharmonisan antara
pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan lingkungan.
3. Abdullah Nashih Ulwan
Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang tokoh muslim, ia
dilahirkan di kota Halab Suriah pada tahun 1928 tepatnya didaerah qodhi
askar. Beliau mempunyai nama lengkap Al-Ustadz Syaikh Abdullah
Nashih Ulwan. Abdullah Nashih Ulwan putra Syekh Ulwan yang pada
umur 15 beliau sudah menghafal al-Qur'an dan menguasai ilmu Bahasa
Arab dengan baik. Beliau sangat cemerlang dalam pelajaran dan selalu
26
2002:1). Beliau adalah orang yang pertama kali memperkenalkan mata
pelajaran Tarbiyah Islamiyah sebagai pelajaran dasar di sekolah. Dan pada
perkembangan selanjutnya, pelajaran Tarbiyah Islamiyah ini menjadi mata
pelajaran wajib yang harus diambil murid-murid di sekolah menengah di seluruh Suriyah. Beliau aktif sebagai da‟i di sekolahsekolah dan
masjid-masjid di daerah Halab.
Abdullah Nashih Ulwan merupakan pemerhati masalah pendidikan
terutama pendidikan anak dan dakwah Islam. Jenjang pendidikan yang
dilaluinya yakni setelah beliau menyelesaikan Sekolah Dasar dan Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama, beliau melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkatan Atas di Halab juga pada tahun 1949. Jurusan Ilmu Syari‟ah dan
Pengetahuan Alam. Kemudian melajutkan di Al-Azhar University (Mesir)
mengambil Fakultas Ushuluddin, yang selesai pada tahun 1952
diselesaikan selama 4 tahun, dengan gelar sarjana. Dan melanjutkan S-2
pada perguruan tinggi lulus pada tahun 1954 dan menerima ijazah
spesialis bidang pendidikan, setaraf dengan Master of Arts (MA).2 Pada
tahun yang sama (1954) ia belum sempat meraih gelar doktor pada
perguruan tinggi tersebut, karena diusir dari negeri Mesir karena ia
seorang aktivis dalam organisasi ikhwanul musliminyang dikenal ajarannya radikal, yaitu tahun 1954, Ulwan aktif menjadi seorang da‟i.
Pada tahun 1979 Abdullah Nashih Ulwan meninggalkan Suriah
menuju ke Jordan, di sana beliau tetap menjalankan dakwahnya dan pada
27
mendapatkan tawaran sebagai dosen di Fakultas Pengajaran Islam di
Universitas Abdul Aziz dan beliau menjadi dosen di sana. Beliau berhasil
memperoleh ijazah Doktor di Universitas Al-Sand Pakistan pada tahun 1982 dengan desertasi “Fiqh Dakwah wa Daiyah”. Setelah pulang
menghadiri pengkumpulan di Pakistan beliau merasa sakit di bagian dada,
lalu dokter mengatakan bahwa ia mengalami penyakit di bagian hati dan
paru-paru, lalu beliau dirawat di rumah sakit. Abdullah Nashih Ulwan
meninggal pada tanggal 29 Agustus 1987 M bertempatan dengan tanggal
5 Muharram 1408 H pada hari Sabtu jam 09.30 pagi di rumah sakit
Universitas Malik Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi dalam usia 59 tahun.
Jenazahnya di di bawa ke Masjidil Haram untuk dishalati dan dikebumikan
di Makkah (Ulwan, tanpa tahun.:542).
Jadi judul “Pendidikan Kepribadian Dalam Perspektif Abdullah Nashih Ulwan” adalah proses pembentukan kepribadian itu tidak hanya di pengaruhi
oleh satu faktor yang dominan saja misalnya, faktor lingkungan maupun
keturunan (hereditas) saja, melainkan kedua faktor tersebut (lingkungan dan
keturunan) sangat berpengaruh sekali demi pembentukan kepribadian yang
bagus sesuai aturan Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Dengan demikian, maksud dari judul skripsi ini adalah penulis berusaha mengkaji suatu konsep dari Abdullah
Nashih Ulwan dalam hal perkembangan kepribadian (tingkah laku) yang
prosesnya banyak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu antara faktor keturunan
dan lingkungan sekitar. Kemudian dari konsep tersebut penulis berusaha akan
28
pedoman Al-Qur‟an dan Al-Hadist, sehingga kita akan mengetahui dari segi kelemahan dan kelebihan dari teori dan/atau pandangan tersebut.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (Arikunto, 1995:332). Jenis penelitian ini sekedar membedakan dengan penelitian lapangan (field research).
Penelitian ini juga disebut penelitian kualitatif oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan menggunakan teknik penulisan/pendekatan deskriptif. Hal ini dimaksudkan tidak untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan (Arikunto, 1995:310).
2. Sumber Data
Mengingat studi ini seluruhnya bersifat kepustakaan, sumber
tersebut antara lain:
a. Sumber Primer
Yaitu sumber informasi langsung mempunyai wewenang dan
bertanggung jawab terhadap pengumpulan dan penyimpanan data atau
29
data primer yang digunakan adalah Buku berjudul “Pendidikan Anak dalam Islam” terjemahan dari “Tarbiyatul Aulad fil Islam” karya
Abdullah Nashih Ulwan, Jilid I dan II. Dan buku-buku tentang
pendidikan kepribadian dari pengarang lain.
b. Sumber Sekunder
Yaitu data informasi yang secara tidak langsung mempunyai
wewenang dan bertanggung jawab terhadap informasi yang ada
padanya (M. Ali, 1987:42). Dalam hal ini adalah data-data yang
bersumber pada penulis itu sendiri maupun karya-karya lain yang
berkaitan dengan penelitian tersebut, berupa: buku, jurnal, makalah,
artikel, internet dan sebagainya.
3. Teknik Penggalian Data
Data yang diperlukan dalam studi kepustakaan ini digali dari
sumbernya melalui riset kepustakaan (library research) yaitu mempelajari
dan menelaah secara mendalam kandungan karya dari Abdullah Nashih
Ulwan, yang termuat dalam sumber primer. Di samping itu, peneliti juga
mempelajari dan menelaah buku-buku dan tulisan-tulisan serta karya
ilmiah lainnya yang terkait dengan pokok masalah yang diteliti. Kemudian
data yang telah terhimpun di bahas dan di analisis.
4. Pengumpulan dan Analisa Data
Agar penelitian ini dapat terarah sistematis, maka penelitian ini
30
a. Melacak dan mengumpulkan data yang relevan dengan pemaknaan
pendidikan kepribadian. Oleh karena itu, buku acuan yang dijadikan sumber penulisan bukan hanya terbatas pada tulisan Abdullah Nashih Ulwan saja, tetapi mencakup buku tentang pendidikan secara umum maupun menurut para ahli dan juga buku-buku psikologi.
b. Memproses data yang terkumpul untuk diklasifikasikan berdasar kesamaan tema dan masalah, kemudian diberi tanda khusus untuk
memudahkan pengeditan (editing), sekaligus disiapkan secara sistematis.
c. Data yang selesai diolah, selanjutnya disusun secara sistematis
berdasar kerangka penulisan. d.
H. Sistematika Penulisan
Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN.
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran
yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara
lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian,
31 BAB II : KAJIAN PUSTAKA.
Pada bab II ini penulis akan mengemukakan tinjauan teoritis tentang: Pertama, tinjauan tentang pendidikan meliputi pengertian pendidikan, tujuan pendidikan. Kedua, tinjauan tentang
kepribadian yang meliputi tentang pengertian kepribadian, tujuan pembentukan kepribadian dan metode pembentukan kepribadian. BAB III : GAMBARAN UMUM ABDULLAH NASHIH ULWAN
Bab ini berisi tentang riwayat hidup Abdullah Nashih Ulwan, karya-karya Abdullah Nashih Ulwan dan deskripsi singkat Kitab “Tarbiyatul Aulad Fil-Islam”.
BAB IV : ANALISA DATA
Dalam bab ini berisi tentang pembahasan: Pertama, metode pendidikan kepribadian menurut Abdullah Nashih Ulwan. Kedua,
relevansi metode pendidikan kepribadian tersebut. BAB V : PENUTUP
Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir
32 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik
yang mendapat awalan pen dan akhiran an, sehingga menjadi pendidikan
yang berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik
(Poerwadarminta, 1991:250). Istilah ini sepadan dengan education dalam
bahasa Inggris. Jadi secara etimologi kata pendidikan, pengajaran
(education atau teaching) menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses
yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain.
Dalam mendefinisikan pendidikan kerap kali para para ahli
berbeda satu dengan yang lain. Hal ini terjadi karena ada suatu
ketergantungan si pemberi definisi dalam memahami atau menafsirkan
konsep pendidikan itu sendiri. Akan tetapi seberapa banyak perbedaan
dalam mendefinisikan pendidikan, penulis meyakini bahwa muaranya
nanti akan tetap sama yaitu tentang proses penyempurnaan yang lebih
baik.
Adapun pendidikan menurut Purwanto adalah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan (1998:10).
33
dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia
(2009:15).
Sedangkan Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (1989:23). Dari beberapa pengertian menurut beberapa pakar, maka penulis menyimpulkan, bahwa pendidikan adalah segala usaha yang
dilakukan baik untuk dirinya sendiri ataupun orang lain guna menuju kesempurnaan dalam rangka mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, kepribadian mulia, keterampilan serta berkembang ke arah kedewasaan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Disisi lain, Marimba (1989:19) mengidentifikasikan unsur-unsur sebagai kegiatan kependidikan dalam lima unsur. Pertama, Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan
dilakukan secara sadar. Kedua, Adanya pendidik atau pembimbing atau penolong. Ketiga, Ada yang dididik atau si terdidik. Keempat, Bimbingan itu mempunyai dasar atau tujuan. Kelima, Dalam usaha itu tentu ada alat
yang dipergunakan.
Dalam makna yang lebih luas, hidup adalah pendidikan dan
pendidikan adalah hidup itu sendiri. Apapun yang dilakukan manusia masuk dalam kategori pendidikan walaupun tidak semuanya bisa terdeteksi. Karena belajar sesungguhnya merupakan suatu aktivitas
34
mental/psikis dalam interaksi dengan lingkungan yang
perubahan-perubahannya tercermin dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap (Roqib, 2009:121). Dan dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti prakteknya identik dengan sekolah, yaitu pengajaran formal dalam kondisi-kondisi yang diatur.
2. Dasar Pendidikan
Dasar adalah landasan berpijak atau tegaknya sesuatu supaya
menjadi kokoh berdiri. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam menetapkan dasar bagi suatu aktifitas, manusia akan berpedoman kepada pandangan
hidup dan hukum-hukum dasar yang dianut dalam kehidupannya. Dasar yang menjadi acuan pendidikan harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktifitas yang dicita-citakan.
Dalam agama Islam sumber yang terpenting dari pendidikan Islam adalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah.
a. Al-Qur‟an
Al-qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada nabi Muhammad saw. Yang terkandung
ajaran-ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh
aspek kehidupan melalui ijtihad (Djarajat, 2008:19). Al-Qur‟an merupakan sumber segala-galanya yang telah diberikan oleh Allah
kepada umatnya agar senantiasa merujuk dan mencari segala
35
Al-Qur‟an merupakan pedoman normatif dalam pelaksanaan pendidikan Islam. Kalam yang tertuang dalam Al-Qur‟an merupakan das solen yang harus diterjemahkan menjadi desain oleh ahli
pendidikan menjadi suatu rumusan pendidikan Islam yang dapat
menghantarkan pada tujuan pendidikan yang hakiki (Zubaedi, 2012:17).
Atas begitu pentingnya pendidikan, di dalam Al-Qur‟an telah merekam atas kemuliaan orang yang berpendidikan (memiliki ilmu).
َويِق اَرِإ اٍَُْ٘آ َِيِزهىا اَُّٖيَأ اَي
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang-orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujadillah :11)
b. As-sunnah
Sunnah Rasulullah saw yang dijadikan landasan dalam
pendidikan adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan
Rasulullah saw dalam bentuk isyarat. Yang dimaksud dengan
pengakuan dalam isyarat suatu perbuatan yang dilakukan oleh sahabat
atau orang lain dan Rasulullah membiarkan saja dan perbuatan atau
36
Dari uraian di atas dapatlah dipahami bahwa sunnah nabi
menjadi landasan dan sumber kedua setelah Al-Qur‟an. Di dalam sunnah nabi juga berisi ajaran tentang aqidah, syariat dan kepribadian
seperti Al-Qur‟an yang juga berkaitan dengan masalah pendidikan. Yang lebih penting lagi dalam sunnah adalah bahwa di dalamnya
terdapat cerminan tingkah laku dan kepribadian Rasulullah saw yang
menjadi suri tauladan dan harus diikuti oleh setiap muslim sebagai satu
media kepribadian Islam. Oleh karena itu sunnah merupakan landasan
kedua cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu
membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya
mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk
sunnah yang berkaitan dengan pendidikan (Djarajat, 2008:21).
c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu: berfikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari‟at Islam untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam
hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur‟an dan sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaedah-kaedah yaitu diatur
37
Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum
Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat.
Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan,
senantiasa berkembang. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan
perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan
mendesak, tidak saja di bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang
sistem dalam artian yang luas.
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran
Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟an dan sunnah adalah bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsip saja. Bila ternyata ada yang agak
terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan
yang prinsip itu. Sejak diturunkan sampai nabi Muhammad saw. wafat,
ajaran Islam telah tumbuh, dan berkembang melalui ijtihad yang
dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan
berkembang pula, sebaliknya ajaran Islam sendiri telah berperan
mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan muslim (Djarajat,
2008:22).
3. Tujuan Pendidikan
Selain mempunyai dasar, aktifitas manusia pastilah mempunyai tujuan. Makna "tujuan" adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau kelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Kemudian yang dimaksud dengan tujuan pendidikan Islam menurut Hamdani dan Fuad
38
Sedang tujuan pendidikan Islam menurut Imama Ghozali
sebagaimana dikutip oleh Abidin Rush ( 2009:60) adalah;
a. Mendekatkan diri kepada Allah, yang mewujudnya adalah kemampuan dan dengan kesadaran diri melaksanakan ibadah wajib dan sunah b. Menggali dan mengembangkan potensi atau fitrah manusia.
c. Mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban tugas keduniawian dengan sebaik-baiknya
d. Membentuk manusia yang berkepribadian mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela.
Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan oleh
Imam Ghozali tersebut di atas tidak lepas dari tujuan penciptaan manusia. Sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
ُُِٗذُثْعَيِى هلاِإ َظِّْ ْلْاَٗ هِِجْىا ُدْقَيَخ اٍََٗ
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".(QS. Adz Dzariyat : 56)
Dari rumusan-rumusan tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang telah disebutkan di atas dapat penulis dapat mengambil pengertian , bahwa
inti dari tujuan pendidikan Islam adalah: Pertama, Terbentuknya kesadaran terhadap hakekat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepada-Nya, melalui kesadaran ini pada akhirnya
ia akan berusaha agar, potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat tetap terjaga kesuciannya samapai akhir hayatnya, sehingga ia hidup dalam keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman
39
khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat mewujudkan dalam
kehidupan sehari-hari, melalui kesadaran ini seseorang akan termotifasi untuk mengembangkan potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia, sehingga pada akhirnya ia akan mampu memimpin dirinya, keluarga, masyarakat dan alam sekitarnya.
4. Metode Pendidikan Dalam Islam
Dalam adagium ushuliyah dikatakan bahwa, “al-amru bi sya’i
amru bi wasallihi, wa li al-wasall hukm al-maqashidi”. Artinya, perintah pada sesuatu (termasuk di dalamnya adalah pendidikan) maka perintah
pula mencari mediumnya (metode), dan bagi medium hukumnya sama
halnya dengan apa yang dituju senada dengan adagium itu firman allah
SWT dinyatakan:
َ هاللَّ اُ٘قهذا اٍَُْ٘آ َِيِزهىا اَُّٖيَأ اَي
َُُ٘حِيْفُذ ٌُْنهيَعَى ِِٔييِثَع يِف اُٗذِٕاَجَٗ َحَييِعَْ٘ىا ِْٔيَىِإ اُ٘غَرْتاَٗ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan
berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat
keberuntungan” (Q.S Al-Maidah: 35).
40
َُُ٘حِيْفُذ ٌُْنهيَعَى ِِٔييِثَع يِف اُٗذِٕاَجَٗ َحَييِعَْ٘ىا ِْٔيَىِإ اُ٘غَرْتاَٗ
Artinya: “...dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya...”. (Q.S Al Maidah: 35)
Implikasi ayat tersebut dalam pendidikan adalah bahwa dalam
proses pendidikan diperlukan metode yang tepat, guna mengahantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Metode pendidikan dalam Islam mempunyai peranan yang penting sebab merupakan jembatan yang
menghubungkan pendidik dengan anak didik menuju ke tujuan pendidikan islam yaitu terbentuknya kepribadian muslim (Qomar, 2003:396). Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat
untuk menghantarkan kegiatan pendidikan ke arah tujuan yang dicita-citakan.
Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan
Islam ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atas
cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik.
Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan mengahmbat
proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga
secara percuma. Karenanya, metode adalah syarat untuk efisiensinya
aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti metode adalah termasuk
persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai
secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut
benar-benar tepat (Al-Rasyidin dan Nizar, 2005:65).
Secara literer metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang
41
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Adapun istilah
metodologi berasal dari bahasa Yunani logos yang berarti akal atau ilmu,
jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan (Uhbiyati, 1999:99).
Pada hakikatnya metode pendidikan Islam yaitu: jalan atau cara
yang ditempuh untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam
kepada anak didik agar terwujud kepribadian muslim (Qomar,
2003:396-397). Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
(Patoni, 2004:107-109). Metode pendidikan Islami itu secara garis besar
terdiri dari lima, yaitu:
a. Metode Keteladanan (Uswatun Hasanah)
Metode ini merupakan metode yang paling unggul dan paling
jitu dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Melalui metode
inilah para orang tua, pendidik atau da‟i memberi contoh atau teladan terhadap anak/peserta didiknya sebagaimana cara berbuat, berbuat,
bersikap, mengerjakan sesuatu atau cara beribadah dan sebagainya.
Melalui metode ini maka anak/peserta didik dapat melihat,
menyaksikan dan meyakini cara yang sebenarnya. Sehingga mereka
dapat melaksanakan dengan baik dan lebih mudah (Muchtar, 2005:19).
b. Melalui Kebiasaan
Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan
manusia karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia, karena
42
kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di
lapangan-lapangan lain seperti untuk bekerja, memproduksi dan mencipta. Bila
pembawaan seperti itu tidak diberikan Tuhan kepada manusia, maka
tentu mereka akan mengahabiskan hidup mereka hanya untuk belajar
berjalan, berbicara dan berhitung.
Tetapi disamping itu kebiasaan juga merupakan faktor
penghalang terutama apabila tidak ada penggeraknya dan berubah
menjadi kelambanan yang memperlemah dan mengurangi reaksi jiwa.
Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik
pendidikan, lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik manjadi kebiasaan,
sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan tanpa susah payah, tanpa
kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan banyak kesulitan
(Uhbiyah, 2005:202).
Adapun syarat-syarat yang musti harus dilakukan dalam
mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan, yaitu:
1) Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Sejak usia bayi dinilai
waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini,
karena setiap anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam
menerima pengaruh lingkungan sekitarnya dan secara langsung akan
dapat membentuk kepribadian seorang anak. Kebiasaan positif
maupun negatif itu akan muncul sesuai dengan lingkungan yang
43
2) Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontinue, teratur dan
berprogram. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah
kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten. Oleh karena itu faktor
pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan
dalam proses ini.
3) Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas,
jangan memberi kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.
4) Pembiasaan yang pada mula hanya bersifat mekanistis, hendaknya
secar berangsur-angsur dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang disertai kata hati anak didik itu sendiri (Arief, 2002:114-115).
B. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadin
Kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang baik (Sujanto, 2006:189).
Begitu juga dengan orang Arab menyebut kepribadian dengan
44
pengertian kedua istilah tersebut belum bisa menjawab apa itu kepribadian karena masih bersifat umum dan kabur. Tetapi dalam bahasa Indonesia ada istilah yang cukup menjawab, walau belum cukup gambling, yaitu istilah jati diri yang berarti keadaan diri (sendiri) yang sebenarnya (sejati). Di sana kita dapati pengertian kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Kepribadian seseorang akan berpengaruh terhadap akhlak, moral, budi pekerti, dan etika orang tersebut ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari di manapun ia berada. Artinya, etika, moral, norma, dan nilai yang dimiliki akan menjadi landasan perilaku seseorang sehingga tampak dan membentuk menjadi budi pekertinya sebagai wujud kepribadian orang itu (Ahmad Daes, 1989:9).
2. Ciri-ciri Kepribadian Yang Teguh
Al-Faqih Abu Laits berkata: “Tanda pribadi yang teguh adalah bila ia memelihara 10 hal, dengan mewajibkannya atas dirinya (Sitanggal, 1991:294-296);
a. Pertama, memelihara lidah dari menggunjing orang lain, karena firman Allah SWT:
b.
ةرغيلاٗ
اًضْعَت ٌُْنُضْعَت
Artinya: “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing orang lain”.
c. Kedua, menjauhi buruk sangka, karena Nabi SAW bersabda:
45
ِإ
ُم اهي
َا ُٔهِّئَف ِِّهظىا َءُْ٘عَٗ ٌْ
ِثْيِذَحْىا َب َزْم
Artinya: “Hindarilah olehmu berburuk sangka, karena berburuk sangka adalah ucapan yang paling dusta”.
d. Ketiga, menjauhkan diri dari memperolok-olokkan orang lain, karena firman Allah SWT:
Artinya: “Janganlah suatu kaum memperolok-olokkan kaum lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari mereka (yang memperolok-olokkan)”
e. Keempat, menahan pandangan dari hal-hal yang diharamkan, karena firman Allah SWT:
ْيِى ْوُق
ا ٍِِْ اُّْ٘ضُغَي َِْيٍِِْْؤَُ
ٌِِْٕساَظْت
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: hendaklah mereka menahan pandangannya.”
f. Kelima, kejujuran lidah, karena firman Allah SWT:
اُْ٘ى ِذْعاَف ٌُْرْيُق اَرِإَٗ
Artinya: “Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil.”
Artinya: “Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik.”
h. Ketujuh,jangan boros, karena firman Allah SWT:
ًاشْي ِزْثَذ ْس ِّزَثَذُ َلاَٗ
Artinya: ”Dan janganlah kamu hambur-hamburkan hartamu secara boros.”
i. Kedelapan, janganlah ingin diunggul-unggulkan maupun dibesarkan
46
اهذىا َلْيِذ
اًد اَغَف َلاَٗ ِعْس َلاْا يِف اًُّ٘يُع َُْٗ ُذْيِشُي َِْيِزهيِى اَُٖيَعْجَّ ُجَشِخ َلاْا ُس
َِْيِقهرَُْيِى ُحَثِقاَعْىاَٗ
Artinya: “Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
j. Kesembilan, memelihara shalat lima waktu, karena firman Allah SWT:
ف َاح
Artinya: “Peliharalah semua shalat (mu), dan peliharalah shalat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya.”
3. Metode Meraih Pribadi Yang Baik
a.Mementingkan pendidikan rohani
Allah SWT telah menciptakan malaikat sebagai makhluk yang
hanya berdimensikan rohani, dan binatang sebagai makhluk yang
hanya berdimensikan materi. Akan tetapi, Allai SWT menciptakan
manusia sebagai makhluk yang berdimensikan rohani dan materi.
Malaikat adalah makhluk yang tidak mungkin berbuat maksiat
47
diperintahkan-Nya. Adapun binatang adalah makhluk yang
berwatakan materi, walaupun dia mempunyai roh yang merupakan
sumber hidup baginya dan juga rasa sampai tingkat tertentu.
Sedangkan manusia, Allah telah menciptakannya dengan susunan
yang memungkinkannya menerima ujian di alam dunia. Allah SWT
telah menjadikannya dengan perpaduan antara sisi rohani dan sisi
materi.
Sebagaimana dituntut menaruh perhatian terhadap sisi
materinya, supaya ia dapat mempertahankan kelangsungan hidupnyah,
ia juga dituntut menaruh perhatian terhadap sisi rohaninya, supaya
dari satu sisi tercipta Keseimbangan, tidak terlalu condong kepada sisi
materi, dan dari sisi lain supaya ia mempunyai hubungan dengan
Allah SWT dan berpegang teguh kepada ajaran-ajaran-Nya.
Sisi rohani mempunyai peranan penting di dalam pendidikan
jiwa. Oleh karena itu, kita mendapati bahwa orang yang mempunyai
hubungan yang dekat dengan Allah SWT jarang tertimpa kelainan
jiwa. Sedangkan orang mempunyai hubungan yang lemah
dengan-Nya, atau yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan-dengan-Nya,
seperti orang ateis, banyak yang tertimpa kelainan jiwa dengan
berbagai akibat yang menyertainya. Bahkan lebih jauh lagi, sisi rohani
akan memantulkan pengaruh-pengaruhnya pada raga manusia, dan
48
b. Menghitung diri dan mengawasi segala perbuatan
Rasulullah Saw bersabda: "bukan dari kalangan kami orang
yang tidak menghitung dirinya setiap hari dan malam." Sebagai
manusia kita sangat mungkin berbuat dosa dan kekhilafan di dalam
hidup ini, dengan senantiasa mengawasi Perbuatan kita dan
menghitung diri kita, kita dapat menyucikan diri terus melangkah
maju, menjauhi segala sesuatu yang tidak layak, menjadi orang-orang
yang mempunyai jiwa bersih, takwa, dan diridai oleih Allah SWT.
c.Melakukan introspeksi
Introspeksi adalah salah satu bentuk perhitungan diri, dan
merupakan alat terpenting bagi manusia dalam memperbaiki
kesalahan-kesalahannya. Bila orang tidak mempunyai penasihat dari
dalam dirinya, maka nasihat apapun tidak bermanfaat baginya. Bila
orang tidak mau menerima kritikan dari nuraninya sendiri, maka ia
akan dapat menerimanya dari orang lain. Dialah yang lebih mengenal
dirinya, jauh melebihi siapapun.
Di dalam hadis-hadis Rasulullah saw terdapat kandungan
berikut,"Barang siapa tidak mempunyai penasihat dari dalam dirinya
maka tidak akan bermanfaat baginya semua nasihat."
d. Menerima kritikan orang lain
Di samping melakukan introspeksi , seseorang juga harus mau
menerima kritikan yang dilontarkan orang lain. Orang yang mau
49
dan konstruktif. Mau menerima kritikan orang lain adalah pertanda
kelapangan dada, kesabaran, kemampuan mengendalikan diri, ke
dalam akal dan hikmah.
Dari sisi kritik manusia terbagi menjadi dua kelompok:
1) Orang yang mau menerima kritik
2) Orang yang lari dan tidak mau menerima kritik.
Seorang selayaknya mendidik dirinya untuk dapat menerima kritikan
objektif dari orang lain. Karena pada yang demikian itu terdapat
kebesaran jiwa, kelapangan dada, perbaikan terhadap perbuatan dan
tingkah laku, dan kemajuan di medan amal.
Sebaliknya, jika anda hendak mengkritik orang lain, kritiklah
dengan kritikan yang konstruktif, tidak menyakiti, tidak berlebihan,
dan tidak didasari oleh hawa nafsu. Janganlah kritikan yang anda
lontarkan menyimpang ataupun melebar dari pokok persoalan yang
sesungguhnya. Susun dan tujukan kritik anda pada sisi yang jelas.
e.Jangan merasa puas dengan diri pribadi
Tidak puas di sini bukanlah seseorang harus hidup dalam
keadaan gelisah dan tidak tenang, melainkan jangan menjadikan
kepuasan sebagai jalan menuju kelalaian, penyimpangan, dan surut
dari kebenaran, dan amal kebajikan. Merasa puas dengan diri sendiri
bisa membangkitkan rasa ego dan kecintaan terhadap diri yang
berlebihan, yang pada akhirnya menyebabkan ketidakridaan manusia
50
dengan dirinya [menyebabkan] banyak orang marah dan tidak puas
terhadapnya (Al-Musawi, 2002:64-68).
4. Faktor Pembentuk Kepribadian
Ada tiga faktor pembentuk kepribadian. Ali ra pernah berkata:
ًلاُجَس ِطاهْىا َذِْْع ُِْمَٗ ِطاهْىا هشَش ِظْفهْىا َذِْْع ُِْمَٗ ِطاهْىا َشْيَخ ِاللَّ َذِْْع ُِْم
ِطاهْىا ٍَِِ
a. Jadilah manusia paling baik di sisi Allah.b. Jadilah manusia paling buruk dalam pandanganmu
c. Jadilah manusia biasa di hadapan orang lain.
Syah Abdul Qadir Al-Jailani berkata: “Bila engkau bertemu dengan seorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama dari
pada dirimu dan katakan dalam hatimu: Bolehk jadi dia lebih baik dari sisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya.” Jika dia orang
yang lebih kecil dan lebih muda umurnya dari pada kamu, maka
katakanlah dalam hatimu: Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat
dosa, maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik
dariku.
Bila dia orang yang lebih tua, maka hendaknya engkau
mengatakan dalam hati: Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada
Allah daripada diriku. Jika dia orang yang 'Alim, maka katakanlah dalam
hatimu: Orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih,
telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui
51
Bila dia orang bodoh, maka katakan dalam hatimup: Orang ini
durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka
kepada-Nya,padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa
umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan
Allah akhiri (apakah dengan khusnul khatimah atau dengan su'ul
khatimah). Bila dia orang kafir, maka katakan dalam hatimu: Aku tidak
tahu bisa jadi dia akan masuk islam, lalu menyudahi seluruh amalannya
dengan amal salih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu
menyudahi seluruh amalanku dengan amal yang buruk."
Dalam pandangan Islam semua manusia itu sama, tidak
dibeda-bedakan karena status sosial, harta, tahta, keturunan atau latar belakang
pendidikannya. Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah
yang paling tinggi kadar ketakwaannya di antara mereka. Menurut Moh.
Roqib dan Nurfuadi, Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal
dan eksternal:
a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu
sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau
bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan
sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari
52
Untuk menjadi muslim yang berkepribadian utuh, dituntut kemampuan
diri untuk menjadikan iman atau agama sebagai faktor terpenting pada
dirinya, sehingga (dengannya) dapat menghindarkan diri dari berbagai
tantangan, gangguan, dan ancaman serta cobaan hidup dan kehidupan.
Untuk itu diperlukan latihan dan pendidikan yang terus menerus serta
pembinaan yang berkepanjangan (Roqib dan Nurfuasi, 2009:28).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
a. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan
keadaan jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti
keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah,
kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Kita
mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan
telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita
lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa
sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari
keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu
masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang
penting pada kepribadian seseorang.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni
manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk
53
peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku
dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang
disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga.
Dalam perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan
menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan
suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang
bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak
sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan
pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu
merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak
masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat
tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu
diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar
seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial
makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan
kepribadian.
c. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri
masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan
54
kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian antara lain:
1) Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang
dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam
kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu
masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
2) Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping
menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh
anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan
bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadian seseorang.
3) Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau
suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya
kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu
masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.
4) Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas,
bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
55
dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena
bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat
menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan
bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
5) Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju
dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan
hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian
manusia yang memiliki kebudayaan itu.
5. Prinsip Kependirian yang Baik
Hadits Hudzaifah Ibnu Yaman riwayat at-Turmudzy, tentang
perlunya prinsip kepribadian dalam kehidupan.
ََِغْحَا ُِْإ َُُْ٘ىُْ٘قَذ ًحَعهٍِا اُُّْْ٘٘نَذ َلا ً ص ِاللَّ ُهُْ٘عَس َهاَق َهاَق َحَفْيْزُخ َِْع
ِِْنَىَٗ اَََْْيَظ اََُْ٘يَظ ُِْاَٗ اهَْغْحَأ طاهْىا
َّْا اُِّْْ٘طَٗ
طاهْىا ََِغْحَا ُِْإ ٌُْنَغُف
َُْأ
)ٙذٍشرىا ٓٗس( اَُِْ٘يْظُذ َلاَف اُْٗءَاَعَا ُِْاَٗ اُِْْ٘غْحُذ
Hudzaifah berkata, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Janganlah kalian menjadi tidak berpendirian, kalian berkata, “Jika manusia berbuat baik, kamipun berbuat baik, dan jika manusia berbuat
dholim, kamipun berbuat dholim; akan tetapi tetaplah pada pendirian
kalian. Jika orang-orang berbuat kebaikan, berbuat baiklah kalian, dan