RELEVANSI METODE PENDIDIKAN ISLAM
MENURUT ‘ABDULLAH NASHIH ULWAN UNTUK REMAJA
SKRIPSI
Oleh:
Hidha Fildatun Azizah
NPM: 20120720213
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) strata Satu
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Hidha Fildatun Azizah
NPM: 20120720213
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (TARBIYAH)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa
: Hidha Fildatun Azizah
Nomor Mahasiswa
: 20120720213
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya sendiri dan belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 06 September 2016
Yang membuat pernyataan
v
َلِإ ُعْدُا
َِب ُمَلْعَأ َوُ َكَبَر َنِإ ْنَسْحَأ َيِ َِِلاِب ْمُِْْداَجَو ِةَنَسَْْاِةَظِعْوَمْلاَو ِةَمْكِْْاِب َكِبَر ِليِبَس
ْن
َنيِدَتْهُمْلاِب ُمَلْعَأ َوَُو ِهِلْيِبَس ْنَع َلَض
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Kedua Orang tua ku yaitu bapak H.
Musta’in dan Ibu
Hj. Dwi noryani, semoga seluruh
tetesan keringan dan air mata kalian untuk anakmu ini akan dibalas dengan Jannah-Nya..
Keluarga ku yaitu Mbak novi dan Mbak nina serta adek-adek ku: Amri, Faris dan Mirzaq
semoga selalu sayang sama hilda.
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah Yogyakarta
vii
HALAMAN NOTA DINAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
ABSRAK ... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Rumusan Masalah ... 6
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
D.
Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A.
Tinjauan Pustaka ... 9
B.
Kerangka Teori ... 11
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian ... 29
B.
Sumber Penelitian ... 29
viii
2
Data Sekunder ... 29
C.
Pendekatan Pendekatan ... 30
D.
Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Biografi Abdullah Nasikh Ulwan ... 32
1
Riwayat Hidup ... 32
2
Corak Pemikiran ... 34
3
Karya-karya Abdullah Nasikh Ulwan ... 35
4
Deskripsi Sinkat Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam ... 37
B.
Metode Pendidikan Menurut Abdullah Nasikh Ulwan ... 38
1
Metode Keteladanan ... 39
2
Metode Adat Kebiasaan ... 40
3
Metode nasihat ... 40
4
Metode Perhatian danPengawasan ... 43
5
Metode Hukuman ... 44
C.
Psikologi Remaja
1
Definisi Remaja ... 45
2
Karakterisrik Remaja ... 46
a.
Perkembangan Fisik ... 46
b.
Ciri-ciri Seks Sekunder ... 47
c.
Perkembangan Kognitif ... 47
d.
Perkembangan Emosi ... 48
ix
D.
ANALISIS METODE PENDIDIKAN MENURUT ABDULLAH NASIKH
ULWAN DITINJAU DARI ASPEK PSIKOLOGI REMAJA ... 50
1
Metode Mendidik Remaja Dengan Keteladanan ... 53
2
Metode Mendidik Remaja Dengan Kebiasaan ... 54
3
Metode Mendidik Remaja Dengan Nasihat ... 55
4
Metode Mendidik Remaja Dengan Pengawasan ... 56
5
Metode Mendidik Remaja Dengan Hukuman ... 56
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ... 60
B.
Saran ... 61
C.
Kata Penutup ... 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
psikologi remaja dan ketiga, untuk mengetahui relevansi metode pendidikan Islam menurut ‘Abdullah Nashih Ulwan untuk remaja.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber primer penelitian adalah Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Data dikumpulkan dengan cara dokumentasi. Teknik analisis menggunakan kajian isi dengan tahapan: 1) mengumpulkan data yang sesuai dengan kerangka berfikir peneliti. 2) Menyeleksi data. 3) Menyusun data sesuai alur pikir peneliti. 4) Mengintrepetasikan data sesuai konteks yang berkembang.
Hasil penelitian: 1) Lima metode mendidik anak menurut ‘Abdullah Nashih Ulwan yaitu metode dengan keteladanan, adat kebiasaan, nasihat, perhatian dan pengawasan serta hukuman. 2) Perkembangan psikologi remaja terjadi dalam aspek fisik ditandai adanya ketertarikan dengan lawan jenis, aspek kognitif dengan berfikir idealis dan mudah mengkritik, aspek emosi ditandai kurang bisa mengatur emosi, aspek moral ditandai rasa ingin dihargai dan diakui, aspek sosial ditandai mulai bergabung dengan komunitas yang sama serta aspek religiusitas ditandai rasa kagum terhadap seseorang yang taat beragama 3) Diantara lima metode pendidikan Islam menurut ‘Abdullah Nashih Ulwan yang relevan untuk remaja adalah metode keteladanan, kebiasaan dan nasihat.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan
yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa.
Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai
tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah
masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai
fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologi dan kognitif
(Soetjianingsih, 2007:1).
John W. Santrock (2003: 26) mengemukakan bahwa “Remaja
(adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara
masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif dan sosial-emosional. Dalam kebanyakan budaya, remaja
dimulai pada kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18-22
tahun”. Sedangkan menurut Mappiare (1982) masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22
tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu remaja awal dengan usia 12 tahun sampai 17 tahun, remaja akhir
Remaja dalam Islam dikategorikan sebagai fase baligh, usia
seseorang telah memiliki kesadaran penuh akan dirinya, sudah mengetahui
dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk , sehingga ia
diberi beban tanggung jawab atas perbutan yang dilakukan (taklif). Tidak
ada batas usia yang tetap mengenai kapan waktunya memasuki usia balig,
karena setiap remja berbeda-beda tetapi berkisar antar 15-18
tahun(Al-Jauziyah, 2012: 539-540). Sebagaimana dalam hadist riwayat Ali bin Abi
Thalib
ُر ِﻓ َﻊ
ْﻟا
َﻘ َﻠ
َﻢ
َﻋ ْﻦ
َﺛ
َﻼ
َﺛ ٍﺔ
َﻋ ِﻦ
ﱠﻨﻟا
ِﺋﺎ
َﺣ ﻢ
ﱠﱴ
َﻳ
ْﺴ َـﺘ
ْﻴ ِﻘ
َﻆ
َو
َﻋ ِﻦ
ﱠﺼﻟا
ﱠِﱯ
َﺣ
ﱠﱴ
َﻳ
ِﺸ
َﺐ
َو
َﻋ ِﻦ
ْﻟا َﻤ
ْﻌ ُﻄ
ِفﻮ
َﺣ
ﱠﱴ
َـﻳ ْﻌ
ِﻘ
َﻞ
(نﺎﺨﻴﺸﻟا ﻩاور)
Suatu perbuatan dianggap ada dari tiga hal, yaitu dari seseorang yang sedang tidur hingga dia terbangun, dari seorang anak kecil hingga dia bermimpi basah dan dari seseorang yang gila hingga dia sadar.
Secara psikologi remaja sudah memiliki kemampuan dalam
memahami beban taklif, baik menyangkut dasar-dasar kewajiban,
jenis-jenis kewajiban, dan prosedur atau cara pelaksanaannya. Kemampuan
tersebut menunjukkan kematangan akal pikiran, dan kesadaran sesorang
dalam berperilaku sehingga dia pantas diberi taklif.
Selain hal tersebut remaja juga merupakan harapan bagi masa
depan kehidupan, baik masa depan di dalam rumah tangga maupun dalam
masyarakat serta bernegara. Maju mundurnya suatu negara yang akan
datang diamanatkan kepada bagaimana generasi muda dalam memimpin
dan menjalankan roda perputaran kebijakan suatu pemerintahan
3
seharusnya menjadi perhatian khusus bagi para pendidik agar tidak
berputus asa dalam mendidik para remaja.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk
mencapai kemampuan bersikap secara dewasa. Diantara tugas-tugas
perkemabangan masa remaja menurut Hurlock adalah mampu menerima
keadaan fisiknya, mampu menerima dan memahami peran seks usia
dewasa, mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis, mencapai kemandirian emosional dan ekonomi,
mengembangkan konsep dan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran di masyarakat serta mempersiapkan diri untuk memasuki
pernikahan (Ali, 2005: 10).
Melihat harapan mulia yang diamanahkan kepada remaja serta beban
psikologi yang mereka tanggung akibat perubahan-perubahan baik itu
perubahan fisik, rohani, pikiran, perasaan dan sosial maka para pendidik
diharuskan selalu mendampingi dalam masa-masa kritis ini. Para pendidik
tetap memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan islam terhadap
remaja sebagai benteng pertahanan dari adanya perubahan-perubahan
tersebut. Walaupun tidak dipungkiri mendidik anak usia remaja sangat
tidak mudah karena egoisme dalam diri remaja sedang berada di
puncaknya. Sehingga perlunya para pendidik remaja menggunakn
Mendidik anak merupakan tanggung jawab yang berat. Rasulullah
SAW telah menyebutkan dengan tepat tanggung jawab itu yaitu sebagian
seorang pemimpin harus berhati-hati terhadap yang dipimpinnya. Orang
tua harus terus menerus mengawasi dan memperhatikan sehingga yakin
bahwa anak remajanya tidak tersesat dan jatuh. Seseorang tidak bisa
dibiarkan tumbuh dan berkembang begitu saja tanpa merawat dan
membembing. Karena anak bisa tumbuh liar tak terkendali. Pendidikan
merupakan tanggung jawab dan kewajiban orang tua karena anak sebagai
amanah Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam sebuah hadits:
َأ
ْﻛ ِ
ﺮ ُﻣ
َأ اﻮ
ْو َﻻ
َد ُﻛ
ْﻢ
َو َأ
ْﺣ
ِﺴ
ُﻨ
َأ اﻮ
َد َـﺑ
ُﻬ ْﻢ
َﻓ ِﺈ
ﱠﻧ َﺄ ْو
َﻻ َ
د ُﻛ
ْﻢ
َﻫ ِﺪ
ﱠﻳ ٌﺔ
ِإ َﻟ ْﻴ
ُﻜ
ْﻢ
(ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑإ ﻩاور)
Hormatilah anak-anakmu sekalian dan perhatikanlah pendidikan mereka, karena anak-anakmu sekalian adalah karunia Allah SWT kepadamu . (HR. Ibnu Majah) (Al-Khafidz Abi Abdillah, tt: 391). Hadits tersebut mengandung perintah untuk pada orang tua untuk
memperhatikan pendidikan dan mengarahkan anak-anakny kepada akhlak
mulia sesuai ajaran agama Islam. Sekalipun anak memiliki kesiapan yang
besar untuk menjadi baik, sekalipun fitrahnya bersih dah lurus, tapi tidak
tertuntun kepada prinsip pendidikan yang utama selagi pendidik tidak
memiliki akhlak dan nilai kemuliyaan. Semua pengharapan yang positif
dalam diri anak tidak dapat terpenuhi tanpa adanya bimbingan yang
memadai, selaras dan seimbang.
Peran pendidik terutama orang tua sangat besar terhadap pendidikan
remaja, karena fase ini merupakan fase kritis kehidupan individu, maka
5
dan ikut mengawasi, membimbing dan mengarahkan agar remaja tidak
terjerumus kepada hal-hal yng merusak agama, jiwa dan akalnya. Tugas
berat orang tua kepada anak ini disampaiakan Allah secara langsung dalam
firman-Nya:
َﻳ َأﺎ
ﱡـﻳ َﻬ
ﱠﻟاﺎ
ِﺬ ْﻳ
َﻦ
َﻣآ ُﻨ
ُﻗ اﻮ
َأ اﻮ
ْـﻧ ُﻔ
َﺴ
ُﻜ
ْﻢ َ
و َأ
ْﻫ ِﻠ ْﻴ
ُﻜ
ْﻢ َﻧ
ًرﺎ
َو ا
ُـﻗ ْﻮ ُد
َﻫ
ﱠﻨﻟا ﺎ
ُسﺎ
َو
ِْﳊا
َﺠ
َرﺎ ٌة
َﻋ
َﻠ ْـﻴ
َﻬ ﺎ
َﻣ َﻼ
ِﺋ
َﻜ
ٌﺔ
ِﻏ
َﻼ
ٌظ
ِﺷ
َﺪ
ٌدا
َﻻ
َـﻳ ْﻌ
ُﺼ
َنﻮ
َﷲا
َﻣ
َأ ﺎ
َﻣ َﺮ ُﻫ
ْﻢ
َو َـﻳ
ْﻔ َﻌ ُﻠ
َنﻮ
َﻣ
ُـﻳ ﺎ
ْﺆ َﻣ ُﺮ
ْو َن
:ﱘﺮﺤﺘﻟا)
٦
(
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alalh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan sealalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahrim: 6).
Bentuk penjagaan orang tua terhadap anak-anak remaja adalah selalu
mengawasi, memberi tauladan baik serta menjadi patner yang siap
membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapi remaja. Hal yang paling
penting adalah selalu memberikan pendidikan islam kepada remaja sebagai
pengingat dan bekal melewati masa-masa kritis remaja agar dia tidak
hanyut dalam indahnya masa remaja yang penuh fatamorgana. Menurut
Rouseau dalam penerapan pendidikan harus didasarkan pada alam dimana
anak itu hidup (Rifa’i, 1984: 18). Mendidik remaja tidak semudah dalam
mendidik anak kecil atau orang dewasa, sehingga perlu metode pendidikan
yang sesuai dengan perubahan psikologi remaja.
‘Abdullah Nasih Ulwan merupakan ulama ahli bidang pedidikan,
yang karyanya sudah terkenal dan menjadi rujukan para pendidik di setiap
Aulad Fil Islam”, yang di dalamnya memuat metode-metode yang berpengaruh terhadap anak. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai relevansi metode pendidikan islam menurut ‘Abdullah Nashih
Ulwan untuk remaja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1 Bagaimana metode pendidikan yang ditawarkan oleh ‘Abdullah Nasih
Ulwan?
2 Bagaimana perkembangan psikologi remaja?
3 Bagaimana relevansi metode pendidikan Islam menurut ‘Abdullah
Nashih Ulwan untuk remaja?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1 Untuk mengetahui metode pendidikan Islam menurut Abdullah
Nasih Ulwan?
2 Untuk Mendekripsikan perkembangan psikologi remaja.
3 Untuk mengetahui relevansi metode pendidikan Islam ‘Abdullah
Nasih Ulwan untuk remaja.
D. Kegunaan Penelitian
1 Kegunaan secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khazanah ilimu pengetahuan, wawasan dan kepustakaan Islam
7
2 Kegunaan secara praktis, hasil dari penelitian ini dapat digunakan
sebagai rujukan metode mendidik remaja bagi konselor anak, pendidik
lembaga pendidikan formal maupun non formal, orang tua dan juga
sebagai tambahn ilmu bagi para pembaca.
E. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini akan disusun secara sistematis, runtut dan terarah.
Oleh karena itu, maka penelitian ini dituliskan dengan sistematika berikut
ini:
Bab pertama, berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian serta sistematika pembahasan.
Bab kedua, memuat uraian tentang tinjauan pustaka dan kerangka
teori yang relevan dan terkait dengan judul.
Bab ketiga, memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan,
mencakup jenis penelitian, sumber penelitian, metode pengumpulan data
serta analisis data yang digunakan.
Bab keempat, merupakan hasil dan pembahasan. Pada bab ini akan
diuraikan biografi ‘Abdullah Nashih Ulwan dan buku karyanya yang
berjudul “Tarbiyatul Aulad Fil Islam” kemudian dipaparkan juga secara
rinci kondisi psikologis remaja dalam ranah emosi, spiritual, intelektual,
sosial dan moral. Selanjutnya relevasi metode pendidikan menurut
Bab kelima merupakan penutup, yang memuat kesimpulan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjaun pustaka dilakukan agar tidak terjadi pengulangan
penelitian terhadap objek yang sama. Adapun penelitian tentang metode
pendidikan islam bagi remaja ini telah dilakuaknan oleh beberapa peneliti,
diantaranya:
Hirpan (2007) tentang Pendidikan Sosial Dalam Kitab Tarbiyatul
Aulad Fil Islam Karya ‘Abdullah Nasih Ulwan Telaah Materi Dan
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif kepustakaan,
dengan menggunakan pendekatan filosofis dan historis. Metode
pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Penelitian ini
menghasilkan kesimpulan bahwa pendidikan sosial menjadi acuan dalam
pendidikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat.
Selanjutnya, N. Hartini (2011) tentang Metodologi Pendidikam
Anak Dalam Pandangan Islam (Studi Cara Rasulullah saw Mendidik
Anak). Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa
terdapat metode-metode dalam mendidik anak yang disarikan dari
berbagai pendapat ahli pendidikan yang besumber dari contoh yang
diajarkan oleh Rasulullah saw semasa hidupnya.
Selanjutnya, Rohmat Hidayat (2012) tentang Pengaruh Masa
Sumberjaya Kabupaten Majalengka. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dengan pendekatan empirik dan menggunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi,
dan angket. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan Perilaku masa
pubertas kelas XI di SMA Negeri 1 Sumberjaya Kabupaten
Majalengka sebesar 72,4% dan ini dikategorikan kuat atau tinggi.
Kemudian, Yuni Irawati (2013) tentang Metode Pendidikan
Karakter Islami Terhadap Anak Menurut Abdullah Nasih Ulwan Dalam
Buku Pendidikan Anak Dalam Islam Dan Relevansinya Terhadap
Pendidikan Nasional. Penelitian ini merupakan penelitian library reseach,
pendekatan yang digunakan dengan data kualitatif. Adapun pendekatannya
dalah filosofis dedagogis. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah
adanya relevansi terhadap tujuan pendidikan nasional yaitu sama-sama
meghantarkan pada pendidikan keimanan (iman, taqwa dan ruh sehat) dan
pendidikan intelektual (moral dan sosial).
Yang terakhir, Sulkhan Sofyan (2015) tentang Materi dan Metode
pendidikan Anak Menurut Abdullah Nasih Ulwan ditinjau dari Perspektif
Catur Pusat Pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka
dengan menggunakn pendekatan kualitatif. Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan ada beberapa materi pendidikan yaitu keimanan, moral, fisik,
rasio, jiwa, sosial dan seksual. Sedangkan lima metode mendidik yaitu
keteladanan, adat, nasehat, perhatian dan hukuman. Dari materi dan
11
Dari penelusuran penelitian-penelitian yang ada, belum ada satupun
yang membahas metode pendidikan remaja menurut ‘Abdullah Nashih
Ulwan dalam buku Pendidikan anak dalam Islam dalam tinjauan psikologi.
Sehingga kiranya penting untuk diadakan penelitian pada objek ini.
B. Kerangka Teoritik
1. Metode Pendidikan islam
a. Pengertian Metode dan Pendidikan Islam
Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (2002:740).
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam dijelaskan bahwa
metode berasal dari dua kata yakni meta dan hodos. Meta berarti
melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian,
metode dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan
bahwa metode adalah sarana untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin
tersebut (Nata, 1997: 91). Metode dalam bahasa Arab memiliki
arti Ṭarīqatun, manhajun, dan nidhāmun (Warson, 1997: 849).
Kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat
pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik (2002: 263).
Dalam bahasa Inggris, pendidikan diartikan education, sedangkan
dalam bahasa Arab diartikan dengan kata tarbiyah, yang berarti
memelihara, membesarkan dan mendidik sekaligus mengandung
makna mengajar (‘allama ta’līm). Istilah lain yang biasa
digunakan adalah istilah ta’dīb yang berarti susunan (Nata,
1997: 4-5).
Menurut Ahmad Marimba pendidikan itu sebagai “suatu
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh guru terhadap
perkembangan jasmani dan ruhani murid menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”. Berdasarkan definisi tersebut,
pendidikan memiliki beberapa unsur yaitu usaha, guru, murid,
dasar dan tujuan.
Dalam buku Al-Ghazali Berbicara tentang Pendidikan
Islam merumuskan pengertian pendidikan menurut al-Ghazali
sebagai berikut:
13
Pendidikan Islam merupakan usaha sadar yang dilaksanakan
berlandaskan ajaran Islam untuk membimbing dan membina
manusia agar menjadi manusia muslim dan mukmin yang dapat
meningkatkan rohani (jiwa), akal dan hawa nafsunya sehingga ia
mampu hidup lebih baik produktif bagi kebutuhan diri, keluarga,
dan masyarakat (Hartini, 2011: 30).
Sedangkan tujuan dari pendidikan Islam sejalan dengan QS.
Al-Baqarah ayat 201 dan Al-Qashas ayat 77, diantaranya agar
peserta adalah agar peserta didik dapat menjadi hamba Allah yang
mampu meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat, agar peserta
didik memiliki ilmu, iman dan amal shaleh serta memiliki
ketrampilan dan kemandirian sehingga mampu menghadapi
kehidupan dunia dengan baik (Anis, 2012: 183).
b. Macam-macam metode Pendidikan Islam
Secara mendasar bahwa sifat dari sebuah metode dengan
tujuan pendidikan agama Islam setidaknya harus didasarkan pada
tiga aspek (Langgulung, 1995: 16). Yaitu:
1) Asumsi dasar manusia
2) Teori pertumbuhan dan perkembangan
3) Aspek pendidik sebagai pelajar
Metode pendidikan yang digunakan oleh Rasulullah saw
40 metode pendidikan dan pengajaran Rasulullah saw. dalam
karyanya. Macam-macam metode yang dipaparkan adalah:
1) Metode modeling dan etika mulia (keteladanan)
2) Metode pengajaran graduasi (pentahapan sesuai tingkatan)
3) Metode situasional dan kondisional
4) Metode selektif dan proporsional
5) Metode interaktif dialogis (tanya jawab)
6) Metode pertanyaan (berpikir logis dan rasional)
7) Metode pertanyaan untuk menyelami kecerdasan dan
pemahaman
8) Metode analogi
9) Metode tasybih (membuat persamaan antara beberapa hal
yang berbeda)
10) Metode menulis (menggambar)
11) Metode bahasa lisan dan isyarat (anggota tubuh)
12) Metode demonstrasi dengan alat peraga
13) Metode pre tes
14) Metode jawaban proporsional
15) Metode jawaban secara panjang lebar
16) Metode menjawab diluar konteks dan tema
17) Metode pengulangan pertanyaan
18) Metode menggunakan metode jawaban orang lain
15
20) Metode membenarkan kasus dengan sikap diam
21) Metode memilih momentum kondusif
22) Metode humor
23) Metode meyakinkan dengan cara bersumpah
24) Metode mengulang-ulang materi
25) Metode mengubah posisi, dan mengulang pertanyaan
26) Metode membangkitkan perhatian dengan mengulangi
penjelasan dan menunda jawaban
27) Metode membangkitkan perhatian dengan memegang
tangan peserta didik
28) Metode membangkitkan kuriositas dengan membiarkan
sesuatu tetap tidak jelas
29) Metode penjelasan secara global dan detail
30) Metode penyebutan bilangan secara global
31) Metode nasehat dan peringatan
32) Metode motivasi dan ultimatum
33) Metode cerita
34) Metode memberikan kata pengantar
35) Metode bahasa isyarat
36) Metode konsistensi dan prioritas tehadap pendidikan
perempuan
37) Metode menampakkan kemarahan
39) Metode menggunakan bahasa asing
40) Metode menampilkan kepribadian luhur
Adapun Metode mendidik peserta didik yang bersumber dari
Al-Qur’an maupun hadits Rasul menurut Awy’ A. Qolawun dalam
buku karyanya ada 35 metode, diantaranya:
1) Praktik secara langsung (Dakwah bil Haal)
2) Memberikan pelajaran secara gradual
3) Menghindari kejenuhan murid
4) Memperhatikan perbedaan kemampuan dan tingkat setiap
murid
5) Dialog dan tanya jawab
6) Diskusi dan lialektika
7) Observasi terhadap kecerdasan murid
8) Analogi atau kiasan
9) Alegori dan persamaan
10) Visualisasi dengan gambar
11) Menggunkan isyarat gerak tangan saat menerangkan
12) Penggunaan alat peraga
13) Memberikan keterangan langsung
14) Menjawab setiap pertanyaan dan menstimulus murid agar
berani bertanya
15) Menjawab satu pertanyaan dengan dua jawab atau lebih
17
17) Meminta murid untuk mengulangi pertanyaan
18) Melatih kepekaan murid dengan melempar alih pertanyaan
19) Melakukan tes dan uji coba
20) Melakukan konsesus terhadap sesuatu dengan tanpa kata
21) Mencari dan memanfaatkan momentum yang baik
22) Selingan joke, kelakar, dan bercanda gurau saat mengajar
23) Memantapkan keterangan dengan sumpah
24) Mengulangi keterangan sampai tiga kali
25) Menarik perhatian murid dengan mengubah posisi mengajar
26) Menarik perhatian dengan mengulang-ulang memanggil nama
si murid
27) Menarik perhatian murid dengan memegang tangan atau
pundaknya
28) Memancing rasa penaasaran murid
29) Menyebut akibat terlebih dahulu sebelum menyebut sebab
30) Mengglobalkan sesuatu kemudian merincikannya
Peneliti juga menemukan beberapa macam metode yang
semisal dengan 40 metode di atas, akan tetapi lebih umum
yakni metode pendidikan Islam. Adapun metode pendidikan Islam
yang disebutkan oleh Abdurrahman An-Nahlawi dalam kitab
Uṣūl at-Tarbiyyah alIslāmiyyah wa Asālībihā fil Bait wal
Madrasah wal Mujtama’ adalah:
2) Metode kisah qur’ani dan nabawi
3) Metode perumpamaan qur’ani dan nabawi
4) Metode keteladanan
5) Metode aplikasi dan pengamalan
6) Metode ‘ibrah dan nasehat
7) Metode targib wa tarhib (An-Nahlawi, 1995:204).
Adapun metode pendidikan Islam yang menurut peneliti paling
ringkas dan relevan dengan keadaan remaja zama sekarang adalah
metode yang diuarikan oleh Abdullah Nasih Ulwan dalam buku
karyanya, diantara metodenya adalah:
1) Metode keteladanan
2) Metode adat kebiasaan
3) Metode nasehat
4) Metode perhatian
5) Metode hukuman (Ulwan, 1984: 616).
c. Ruang lingkup Pendidikan Islam
1) Pendidikan Iman
Pendidikan iman adalah mengikat anak dengan
dasar-dasar keimanan, memniasakan dengan rukun iman
dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat agar anak
memiliki shibghah keimanan dalam jiwanya.
Dasar keimanan yang dimaksud adalah segala
19
berupa seluruh masalah ghaib yang tidak terindra manusia.
Adapun rukun Islam adalah setiap ibadah yang berupa
badani maupun materi. Sedangkan yang dimaksud dasar
syariat adalah segala yang berhubungan dengan sistem dan
aturan Allah dan ajarannya.
Pemahaman yang menyeluruh tentang pendidikan
keimanan ini hendaknya didasarkan kepada wasiat-wasiat
Rasulullah Saw dan petunjuk di dalam menyampaikan
dasar keimanan dan rukun Islam kepada Anak (Ulwan,
1984: 151)
2) Pendidikan Moral
Pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar
moral dan keutamaan sikap serta watak (tabiat) yang harus
dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak. Mulai
ditanamkannya pendidikan moral ini pada anak mulai dari
masa pemula hingga menjadi sorang mukallaf.
Apabila seorang anak tumbuh dan berpijak pada
landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut,
ingat, pasrah dan berserah diri kepada Allah semata, maka
ia memliki bekal pengetahuan dalam menerima setiap
kemuliyaan yang Allah berikan. Hal ini telah dibuktikan
dengan kebiasaan yang dilakukan oleh para pendidik
dan mendapat keberhasilan yang luar biasa (Ulwan, 1984:
177)
3) Pendidikan Fisik
Beberapa dasar ilmiah yang digariskan Islam dalam
mendidik fisik anak-anak, supaya pendidik dapat
mengetahui besar tanggung jawab dan amanat yang
diberikan Allah kepada mereka. Diantaranya adalah:
Kewajiban memberi nafkah kepada keluarga dan anak,
mengikuti aturan-aturan yang sehat dalam makan dan
minum, melindungi anak dari penyakit menular,
membiasakan anak untuk olah raga dan membiasakan anak
untuk zuhud atau tidak berlarut dalam kenikmatan (Ulwan,
2007: 213-226)
Apabila para pendidik sudah mencurahkan
perhatian dan tanggung jawab dalam pendidikan fisik ini,
maka generasi yang terbina akan memiliki kekuatan fisik,
sehat dan bersemangat dalam menjalani hidup dan belajar
(Ulwan, 2007: 259)
4) Pendidikan Rasio
Pendidikan rasio (akal) adalah membentuk pola
pikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, seperti:
ilmu-ilmu agama, kebudayaan dan peradaban (Ulwan,2007:
21
Tanggung jawab pendidik dalam memberikan
pendidikan rasio ini tidak kalah penting dibandingkan
pendidikan iman, moral dan fisik, karena dari kejernihan
berfikir dan ketajaman akal, anak anak tumbuh menjadi
pribadi yang matang.
5) Pendidikan Kejiwaan
Pendidikan kejiwaan bagi anak adalah mendidik
anak semenjak mulai mengerti supaya bersikap berani
terbuka, mandiri, suka menolong, bisa mengendalikan
amarah dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan jiwa
dan moral (Ulwan, 2007: 363).
Islam memerintahkan para pendidik untuk
membebaskan anak dari segala faktor yang mengahalangi
kmuliyaan anak, mengahancurkan dan kebencian. Diantara
faktor-faktor tersebut adalah sifat minder, sifat penakut,
sifat kurang percaya diri, sifat dengki dan sifat pemarah
(Ulwan,2007: 363).
6) Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial dimaksudkan untuk mengajari
anak sejak kecil agar terbiasa berpegang teguh pada etika
sosial yang utama dasar-dasar kejiwaan yang mulia,
keimanan yang tulus, sebagaimana yang dikemukakan
Ulwan bahwa:
ﻰﻠﻋ ﻞﻘﻌﻳ نأ ﺪﻨﻣ ﺪﻟﻮﻟا ﻪﻴﺑﺮﺗ ﻪﻴﺴﻔﻨﻟا ﺔﻴﺑﱰﻟﺎﺑ دﻮﺼﻘﳌا
،ﺔﺣاﺮﺼﻟاو ةأﺮﳉا
ﺐﺣو ،لﺎﻤﻜﻟﺎﺑ رﻮﻌﺸﻟا و ،ﺔﻋﺎﺠﺸﻟاو
و ،ﺐﻀﻐﻟا ﺪﻨﻋ طﺎﺒﻀﻧﻻاو ،ﻦﻳﺮﺧﻷا ﲑﳋا
ﻰﻠﻜﺑ ﻰﻠﺤﺘﻟا
قﻼﻃﻹا ﻰﻠﻋ ﺔﻴﺴﻔﻨﻟا ﻞﺋ ﺎﻀﻔﻟا
Dari kalimat di atas dapat kita pahami bahwa pendiidkansosial ini memiliki tujuan supaya seorang anak tampil di
masyarakat sebagi sosok yang mampu berinteraksi sosial
dengan baik, beradab, seimbang, berakal yang matang dan
berperilaku yang bijaksana (Ulwan, 2015: 289).
2. Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal
dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh untuk mencapai
kematangan”. Hurlock mengatakan adolescence sesungguhnya
memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik. Pandangan ini juga didukung oleh Piget, dia
mengatakan remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintregrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak
merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
23
Remaja (adolescence) menurut John W. Santrock diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan
sosial-emosional. Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai pada kira-kira
usia 10-13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18-22 tahun” (Santrok,
2003: 26).
Menurut Diane E. Papalia dkk, masa remaja (adolescence) adalah
peralihan masa perkembangan yang berlangsung sejak usia 10 atau 11,
atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan
awal, serta melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif dan
psikososial yang saling berkaitan (Papalia, Olds dan Feldman, 2009: 8).
Suatu analisis cermat mengenai semua aspek perkembangan
dalam masa remaja, yang secara global berlangsung antar umur 12-21
tahun, dengan pembagian 12-15 tahun remaja awal, 15-18 tahun masa
remaja pertengahan, 18-21 tahun remaja akhir (Monks, Knoers dan
Haditomo, 2000: 46).
Namun kebanyakan ahli memandang semua spek perkembangan
dalam masa remaja harus dibagi dalam dua periode, karena terdapat
ciri-ciri perilaku yang cukup banyak berbeda dari kedua periode
tersebut. Pembagian ini biasanya menjadi: periode remaja awal (early
adolesence) yaitu berkisar antara umur 13-17 tahun, dan periode ramaja
Diantara karakteristik masa remaja di antaranya adalah masa ini
merupakan periode penting, masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, periode perubahan psikologi dan biologis, usia bermasalah,
pencarian identitas, usia yang ditakutkan, tidak realistik dalam
menghadapi kehidupan, ambang dari masa dewasa (Sukmawati, tt: ).
Ciri-ciri perilaku yang menonjol pada usia remaja ini, terutama
dalam perilaku sosialnya adalah teman sebaya punya arti yang amat
penting bagi diri remaja. Mereka lambat laun akan mengikuti
kebiasan-kebiasaan yang dilakukan oleh teman-temannya, baik itu hal baik
maupun buruk. Sehingga pengaruh tersebut dapat menggantikan pola
perilaku yang dipelajari di rumah (Irwanto, 1997: 47-48).
Sedangkan dilihat dari fisiologinya, ciri-ciri remaja ditandai
dengan munculnya tanda kelmain primer, tanda kelamin sekunder dan
tanda kelamin tertier (Monks, Knoers dan Haditomo, 2000: 222).
3. Psikologi
Ilmu jiwa atau psikologi merupakan salah satu disiplin ilmu-ilmu
sosial. Jiwa itu abstrak, tidak dapat dilihat dan tidak bisa dipastikan
dimana letaknya. Kita tidak tahu adanya jiwa itu kecuali melalui gejala
kognitif, afektif dan psikomotorik. Beberapa ahli menyajikan definisi
secara bervariasi:
a. Menurut Sarlito Wiraman Sarwono, psikologi adalah ilmu yang
25
dengan lingkungan, yaitu tingkah laku manusia yang sudah
dewasa.
b. Clifford T. Morgan menjelaskan bahwa psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia dengan hewan.
c. Edwin G. Boring dan Herbert S. Langeveld mengemukakan bahwa
psikologi adalah studi tentang hakikat manusia.
Dari beberapa definisi di atas dapat di simpulkan bahwa psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang meneliti dan mempelajari mengenai
tingkah laku dan pengalaman organisme manusia tatkala berinteraksi
dengan lingkungan . Baik lingkungan dirinya sendiri, manusia lain,
hewan, tumbuhan (Tumanggor, 2014: 1-2).
Ilmu Jiwa atau psikologi dibagi menjadi dua,yang pertama yaitu
psikologi teoritis ‘theoritical psychology’ yang kajiannya mengandung
paradigma, konsep, proposisi dan yang kedua psikologi praktis ‘aplied
psychology’. Berikut uraian pembagian psikologi, diantaranya:
a. Psikologi teoeritis ini digolongkan menjadi dua, yaitu psikologi
umum yaitu ilmu yang menguraikan dan menyelidiki kegiatan
psikis dari manusia dewasa normal dan beradab. Sedangkan
psikologi khusus yaitu menguraikan dan menyelidiki segi-segi
1) Psikologi perkembangan, yaitu ilmu jiwa yang membahas
segi-segi perkembangan mulai dari yang kecil sampai
dewasa serta usia lanjut.
2) Psikologi kepribadian atau tipologi, yaitu ilmu jiwa yang
menguraikan struktur kepribadian manusia sebagai salah
satu keseluruhan, serta mengenai jenis atau tipe
kepribadian.
3) Psikologi sosial, yaitu ilmu jiwa yang menguraikan tentang
kegiatan manusia dalam lingkungannya dengan situasi
sosial, seperti situasi kelompok, massa dan pembentuakn
kelembagaan dan pranata sosial.
4) Psikologi pendidikan, yaitu ilmu jiwa yang menguraikan
dan menyelidiki kegiatan manusia dalam situasi
pendidikann dan proses belajar mengajar.
5) Psikologi diferensiasi, yaitu ilmu jiwa yang menguraikan
tentang perbedaan individu dalam kecakapan, intelegensi,
ciri kepribadaian lainnya dan mengenai cara-cara untuk
menetukan perbedaan tersebut.
6) Psychopathology, yaitu ilmu jiwa yang menguraikan
kelainan, gangguan, serta penyakit jiwa seseorang.
7) Anthropo psychologys, yaitu membahas kejiwaan manusia
dalam budaya kesukubangsaan dimana orang yang
27
b. Psikologi Praktis
Psikologi ini terbagi dalam beberapa cabang yang ilmu langsung
dapat dipraktikan, diantaranya adalah:
1) Psychodiagnotic, yaitu ilmu jiwa yang digunakan seseorang
dalam memilih jabatan atau studi.
2) Psikologi klinis dan bimbingan psikologi, yaitu ilmu jiwa
yang membahas usaha menolong seorang pasien atau
penderita ksulitan psikis dalam menghadapi penyakit yang
diderita.
3) Mental hygiene dan psychotherapy, yaitu ilmu jiwa yang
membahas tentang konsepsi jiwa yang sehat serta cara
penyembuhan berbagai penyakit jiwa dengan tekniknya
yang khas.
4) Industrial psychology, yaitu ilmu jiwa yang membahas
psikologi kepemimpinan seleksi pegawai/buruh dalam
perusahaan, menemukan cara pendidikan yang terbaik
untuk tenagak skill, meyelesaikan kesulitan para pegawai.
5) Educational psycology, yaitu ilmu jiwa yang khusus
tentang usaha membantu dalam hal: seleksi dan penyaluran
calon dll.
6) Religious psychology, yaitu ilmu jiwa yang membahas
agama dan bagaimana tingkat atau kadar kesadaran serta
jenis pengalaman agama dalam hidup
Dengan berbagai pengertian di atas, maka psikologi tidak
hanya memiliki satu penegrtian dan satu macam akan tetapi
ilmu jiwa ini sudah memiliki cabang-cabang yang luas
(Tumanggor, 2014: 34-37). Sedangkan fokus pembahasan
dalam penelitian ini adalah psikologi perkembangan remaja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pnelitian
1 Jenis Penelitian
Penelitian ini sepenuhnya merupakan penelitian pustaka (library
research), yaitu penelitian yang objek utamanya adalah bahan-bahan
pustaka meliputi sumber primer, sekunder dan pendukung. Karena itu,
bahan dan materi penelitian akan diperoleh dari penelusuran
kepustakaan berupa buku-buku, artikel dan tulisan lain yang berkaitan
dengan subjek penelitian (Zed, 2008: 2). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, sedangkan sifat penelitian ini adalah
diskriptif-analitis, yaitu penelitian yang menjelaskan, menganalisa dan
menafsirkan data yang ada (Nata, 2010: 214).
2 Sumber penelitian
a.Data Primer
Buku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku
pendidikan Islam yaitu Tarbiyatul Aulad Fil Islam karangan
Abdullah Nasih Ulwan.
b.Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa
buku-buku atau karya ilmiah lain yang di dalamnya terdapat
1) Human Development Perkembangan Manusia karya Diane
E. Papalia dkk.
2) Psikologi Perkembangan Remaja Dari Segi Kehidupan
Sosial karya Melly Sri Sulastri Rifai.
3) Rasulullah Saw Guru Paling Kreatif, Inovatif dan Sukses
Mengajar karya Awy’ A. Qolawun.
4) Metodologi Studi Islam karya Abuddin Nata.
5) Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan pemikirana Tokoh
karya Heri Gunawan.
6) Tafsir Ayat-ayat Al-Qur’an karya Muhammad anis.
7) Dll.
c.Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan menggunakan psikologis, yaitu
pendekatan yang berpandangan bahwa manusia didik dan
makhluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan ruhaniah dan melalui proses pendidikan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik kajian isi (content
analysis). Holsti mendefinisikan bahwa kajian isi adalah teknik
apa pun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha
menemuka karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan
31
Teknik ini merupakan proses memilih, membandingkan
menggabungkan, memilih berbagai pengertian hingga ditemukan
pengertian yang relevan dengan fokus penelitian. (Abdurrahman.
[ed.], 2006: 224).
Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Mengumpulkan data-data yang berdasarkan kerangka
berfikir (teori) yang digunakan oleh peneliti.
b) Menyeleksi data-data yang ditemukan agar ditemukan
data yang relevan dengan fokus pembahasan.
c) Menyusun data sesuai dengan alur pikir peneliti.
d) Menginterpretasikan data sesuai dengan konteks yang
A. Biografi ‘Abdullah Nashih Ulwan
Pemikiran tentang pendidikan oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka
dalam beberapa dekade terakhir ini, sudah mulai nampak dan sedikit
menggeliat. Terbukti dengan lahirnya karya-karya brilian dari rahim para
tokoh pemikir Islam serta kontribusi pemikirannya yang tiada nilainya.
‘Abdullah Nashih Ulwan adalah wakil dari tokoh-tokoh pemikir Islam
tersebut dengan karyanya yang salah satu dari karyanya adalah kitab
Tarbiyatul Aulad fil Islam, dengan kajian yang cukup fenomenal. Karya
tersebut mampu mendongkrak popularitas ‘Abdullah Nashih Ulwan ke
level yang lebih tinggi.
1 Riwayat ‘Abdullah Nashih Ulwan
‘Abdullah Nashih Ulwan dilahirkan di sebuah kota kecil di
daerah Qadhi Askar yang terletak di Harab, Suriah, pada tahun 1928
M atau bertepatan dengan tahun 1349 H (Abdullah, 1990: 159).
Padang pasir yang tandus merupakan saksi sejarah atas kelahirannya.
Dari tanah tandus inilah lahir seorang ‘Abdullah Nashih Ulwan
dengan membawa sejuta harapan bagi keluarganya. Kelahiran
‘Abdullah Nashih Ulwan merupakan suatu kebanggaaan bagi
keluarganya, masyarakat Qadhi Askar serta masyarakat muslim di
dunia. ‘Abdullah Nashih Ulwan dibesarkan di lingkungan yang
33
dalam bergaul, berinteraksi antar sesama manusia di lingkunag
masyrakat.
Diceritakan di beberapa referensi, bahwa ayahnya Sa’id
‘Ulwan adalah sosok seorang yang dikenal di kalangan masyarakat
sebagai seorang ulama dan tabib (dokter) yang disegani
(http//www.bicaramuslim.com.dalam Google.com., 2006). Selain
menyampaikan risalah Islam, beliau juga menjadi tumpuan masyrakat
karena banyak memberi informasi tentang dunia kesehatan dan
sekaligus dokter yang mengobati berbagai macam penyakit dengan
racikan kayu bakar yang kemudian menjadi obat mujarab dalam dunia
pengobatan alternatif di saat itu. Said Ulwan ketika mengobati
pasiennya lidahnya senantiasa membaca Al-Qur’an dan menyebut
Allah.
‘Abdullah Nashih Ulwan memasuki Universitas al-Azhar dan
memperoleh ijazah pertama dalam Fakultas Usuluddin pada tahun
1952. Kemudian pada tahun 1959 beliau menerima ijazah setaraf
Master Of Arts (MA) dalam spesialis pendidikan. Sebagai seorang
yang haus akan ilmu, beliau melanjutkan studinya pada Universitas
al-Azhar untuk mengambil gelar doktor . Akan tetapi pada pertengahan
studinya beliau diusir dari Mesir oleh presiden Jamal Abdunnasir pada
tahun 1954 (Ibnu Jamin, 2008: 25)
‘Abdullah Nashih Ulwan menjadi orang yang pertama yang
pelajaran asas dalam pembelajaran dan seterusnya mata peljaran
Tarbiyah Islamiyah ini menjadi mata peljaran yang wajib diambil oleh
siswa menengah di Syiria. ‘Abdullah Nashih Ulwan memiliki
hubungan yang erat dengan ulama-ulama Syiria serta menjadi anggota
di Majlis Ulama Syiria. ‘Abdullah Nashih Ulwan adalah orang giat
dalam gerakan Islam, mengabdikan diri untuk dakwah dan bergabung
dalam gerakan yang eksis di mesir sekitar tahun 1952 sampai tahun
1954, yaitu Ikhwanul Muslimin, sebuah organisasi yang
mengedepankan nilai akhlak di berbagai aspek kehidupan (Saidan,
2011: 126).
2 Corak pemikiran
Pemikiran merupakan hasil sebuah proses berpikir yang
dialami seseorang dalam menghadapi tantangan dan fenomena
kehidupan sekitar. Semakin besar tantangan seseorang dalam
hidupnya maka semakin besar juga untuk melakukan sebuah
alternatif–alternatif perlawanan, demikian pula sebaliknya. Dalam
proses berpikir seorang intelektual tentunya ada banyak hal yang
dapat mempengaruhi pola pikirnya. Dan pola pikir yang sangat
dominan diantaranya adalah latar belakang pendidikan yang dialami
seorang intelektual. Demikian juga ‘Abdullah Nashih Ulwan
merupakan seorang organisatoris dan intelektual yang mengalami
35
‘Abdullah Nashih Ulwan adalah seorang tokoh yang
kebanyakan karya tulisnya berkisar pada masalah dakwah dan
pendidikan. Pemikiran-pemikirannya tentang pendidikan anak yang
bermuat dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Masalah pendidikan
memang masalah yang besar. Pendidikan bukan sesuatu yang
sembarangan, sehingga ketika kita menyebut istilah pendidikan itu
berarti menyangkut masalah orang tua, pendidik (guru), masyarakat
atau mungkin negara. Pendidikan pada hakekatnya menyangkut
masalah paling mendasar tentang manusia (Hasyim, 1994: 9).
‘Abdullah Nashih Ulwan adalah salah satu pemikir yang
murni. Beliau mendasarkan ide dan pemikirannya dalam al-Qur’an
dan Hadist Rasulullah saw, kemudian mengilustrasikan penjelasan
pada apa yang dilakukan Rasulullah saw, para sahabat dan ulama
salaf. Beberapa pemikirannya ada yang mengambil referensi dari
pemikirannya ada yang mengambil referensi dari pemikir barat, akan
tetapi hanya digunakan untuk menerangkan pada hal tertentu saja,
seperti menguatkan kebenaran Islam dan eksistensi daulah Islam
(Zaid, 1992: 119).
Corak pemikiran ‘Abdullah Nashih Ulwan terbentuk ketika ia
belajar di Mesir, saat Ikhwanul muslimin menjadi gerakan yang
menonojol disana dan sebagai ikon kebangkitan Islam di dunia,
dengan ajaran inti kembali kepada Al Qur’an dan Sunna. ‘Abdullah
memberikan pengaruh terhadap pemikirannya, salah satunya
pendidikan yang ia tuangkan dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam
yang menitik beratkan dan bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah.
Penguatan terhadap pemikiran ‘Abdullah Nashih Ulwan yang
tergolong salaf ini terdeteksi melalui organisasi Ikhwanul Muslimin,
sebagaimana yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa Ikhwanul
Muslimin merupakan sebuah gerakan yang berpaham salaf (Nata,
2001: 193).
3. Karya-karyanya.
‘Abdullah Nashih Ulwan, sebagaimana tokoh-tokoh lainnya,
mempunyai karya yang banyak beserakan di koleksi
perpustakaan-perpustakaan kampus. Karya tersebut cukup banyak karena kedalaman
ilmu yang dimiliki ‘Abdullah Nashih Ulwan dan kecintaanya terhadap
dunia jurnalistik. ‘Abdullah Nashih Ulwan telah menghasilkan karya
hampir lima puluh buah kitab yang membicarakan/membahas
berbagai macam hal. Diantara kitab-kitab yang terkenal antara lain
(Ulwan, 2015: 905) sebagai berikut:
1. Adab al-Khitabah wa al-Zifaf wa Wuquq al-Zaujain
2. Ahkam al-Zakah ‘ala Dhau’
3. Akhlaqiyah ad-Da’iyah
4. Al-Ukhuwwah al-Islamiyah
5. Al-Islam Syari’ah az-Zaman Wa al-Makan
37
7. Al-Islam Wa al-Hubb
8. Al-Islam Wa Al-Qadhiyyah Al-Filisthiniyyah
9. Af al Al-Insan Baina Al-Jabr Wa Al-Ikhtiyar
10. Ila Kulli Abin Ghayur
11. Ila Waratsati Al-Anbiya Wa Ad-Du’ah Ilallah
12. Baina Al-‘Amal Al Fardi Al-‘Amal Al-Jama’i
13. Tarbiyah Al-Aulad Fi Al-Islam
14. Ta’addud Al-Zaujat Fi-Al Islam Wa al-Hikmah Ta’addud Zaujat
an-Nabi Saw
15. At-Takaful Al-Ijtima’I Fi Al-Islam
16. ‘Aaqabat Al-Zawaj Wa Thuruq Mu ‘alajatiha
17. ‘Aqabat Fi Thariq Al-Dau’ah
18. Shifat Al-Da’iyah Al-Nafsiyah
19. Ruhaniyyah Al-Da’iyah
20. Tsaqafah Al-Da’iyah
4 Deskripsi singkat kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam
Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam merupakan buku asli dari
buku yang telah diterjemahkan dengan judul Pendidikan Anak Dalam
Islam karangan ‘Abdullah Nashih Ulwan. Buku ini diterjemahkan
oleh Drs. Jamaluddin Miri L.c. Sebelum mengkaji buku tersebut,
maka erlebih dulu perlu diberikan deskripsi singkat dari isi buku
Buku terjemahan Tarbiyatul Aulad Fil Islam buku yang
telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul Pendidikan
Anak Dalam Islam diterbitkan oleh pustaka Amani Jakarta, yang telah
dicetak sebanyak tiga kali pada tahu 2007 dalam dua jilid dengan no
ISBN 979-95419-6 dan tebal buku jilid 1 sebanyak 640 halaman dan
jilid II sebanyak 719 halaman. Buku terjemahan Tarbiyatul Aulad Fil
Islam memiliki keunikan karakteristik tersendiri yaitu terletak di
uraian yang menggambarkan totalitas dan keutamaan Islam bagi umat
Islam.
Buku ini disusun dalam tiga bagian secara kronologis. Setiap
bagian memuat beberapa pasal dan setiap pasal mengandung bebrapa
topik pembahasan. Judul-judul dan pasal-pasal dalm setiap bagian
dalam buku ini tersusun sebagai berikut:
Bagian pertama terdiri dari empat pasal:
Pasal I : Perkawinan ideal dan kaitannya dengan pendidikan
Pasal II : Perasaan Psikologi terhadap anak
Pasal III: Hukum umum dalam hubungannya dengan anak yang baru
lahir
Pasal IV :Sebab-sebab kenakalan pada anak-anak dan
penaggulangannya.
Bagian kedua: tanggung jawab terbesar bagi para pendidik,
bagian ini terdiri dari tujuh pasal:
39
Pasal II : Tanggung jawab pendidikan moral.
Pasal III : Tanggung jawab pendidikan fisik.
Pasal IV : Tanggung jawab pendidikan intelektual.
Pasal V : Tanggung jawab pendidikan psikologis.
Pasal VI : Tanggung jawab pendidikan sosial.
Pasal VII : Tanggung jawab pendidikan seksual
Bagian ketiga, terdiri dari tiga pasal dan penutup:
Pasal I: Metode yang berpengaruh terhadap anak
Pasal II: Kaidah-kaidah Asasi dalam pendidikan
Pasal III: Usulan edukatif yang harus disampaikan
Demikianlah garis besar dari kitab Tarbiyatul al-Aulad Fi Al-Islam.
Dalam setiap pasal memiliki pembahasan yang penting dan topik yang
bermanfaat. Semuanya bertujuan untuk menjelaskan metode yang
paling utama dalam pendidikan yang tepat bagi anak.
B. Metode pendidikan menurut ‘Abdullah Nashih Ulwan
1 Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang
berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan
membentuk aspek moral, spiritual, sosial pada anak. Mengingat
pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang segala
tindak tanduk, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak. Bahkan segala
kepribadian anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ulwan
(2005:607) bahwa:
,ﺎﻴﻘﻠﺧ ﺪﻟﻮﻟا داﺪﻋإ ﰱ ةﺮﺛﺆﳌا ﻞﺋﺎﺴﻟا ﻊﳒأ ﻦﻣ ﻲﻫ ﺔﻴﺑﱰﻟا ﰱ ةوﺪﻘﻟا
ﻨﻳﻮﻜﺗ و
ﻧ ﻪ
ﺮﻈﻧ ﰲ ﻰﻠﻋﻷا ﻞﺜﳌا ﻮﻫ ﰊﺮﳌاﻷ ﻚﻟذ ...ﺎﻴﻋﺎﻤﺘﺟإو ﺎﻴﺴﻔ
ﻮﻠﺳ ﻩﺪﻠﻘﻳ .ﺪﻟﻮﻟا ﲔﻋ ﰱ ﺔﳊﺎﺼﻟا ةﻮﺳﻷاو ﻞﻔﻄﻟا
ﺎﻴﻘﻠﺣ ﻪﻴﻛﺎﳛو ﺎﻴﻛ
ﻪﺳﺎﺴﺣإو ﻪﺴﻔﻧ ﰱ ﻊﺒﻄﻨﺗ ﻞﺑ ... ﺮﻌﺸﻳ ﻻ وأ ﺮﻌﺸﻳ ﺚﻴﺣ ﻦﻣ
!يرﺪﻳﻻ وأ يرﺪﻳ ﺚﻴﺣ ﻦﻣ ﺔﻳﻮﻨﻌﳌاو ﺔﻴﺴﳊاو ﺔﻴﻠﻌﻔﻟاو ﺔﻴﻟﻮﻘﻟا ﻪﺗرﻮﺻ
Keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baikburuknya anak. Jika pendidik adalah seorang yang jujur, dapat
dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhi maksiat maka anak
juga akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur, dapat dipercaya,
berakhlak mulia, berani dan menjauhi maksiat. Begitu sebaliknya jika
pendidik adalah seorang pembohong, pengkhianat, kikir dan penakut
maka anak juga akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak jauh dari
kepribadian pendidiknya.
Allah Swt telah mengajarkan dan Dia adalah peletak metode
samawi yang tiada bandingnya. Rasulullah yang diutus untuk
menyampaikan risalah kepada umat manusia adalah seorang pendidik
yang memiliki sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral maupun
intelektual. Sehingga umat manusia harus meneladani,mempelajari,
memenuhi panggilannya dan menggunakn metodenya dalam hal
41
baik bagi umat muslim di sepanjang sejarah dan bagi umat manusia di
setiap saat dan tempat sebagai petunjuk hidup.
َﻟ َﻘ
ْﺪ
َﻛ
َنﺎ
َﻟ
ُﻜ
ْﻢ
ِﰲ
َر
ُﺳ
ِلﻮ
ِﷲا
ُأ
ْﺳ َﻮ
ٌة
َﺣ
َﺴ َﻨ
..ٌﺔ
ﻷا)
: باﺰﺣ
٢١
(
Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri tauladan yang baik... (Al-Ahzab: 21)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa adanya teladan hidup yang memiliki
akhlak yang sempurna dan jiwa yang mulia dapat menundang
ketertarikan pada dan rasa takjub anak didik.
2 Metode dengan adat kebiasaan
Setiap anak yang dilahirkan sesungguhnya telah membawa
fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, dan beriman kepada Allah
tanpa kemaksiatan sedikitpun. Sebagaimana di jelaskan dalam
firman-Nya:
َﻓ َﺄ ِﻗ
ْﻢ َ
و
ْﺟ َﻬ
َﻚ
ِﻟ
ﱢﺪﻠ
ْﻳ ِﻦ
َﺣ ِﻨ
ْـﻴ ًﻔ
ِﻓ ﺎ
ْﻄ َﺮ
َت
ِﷲ
ﱠﻟا
ِﱵ
َﻓ
َﻄ
َﺮ
ﱠﻨﻟا
ِسﺎ
َﻋ
َﻠ ْـﻴ َﻬ
َﻻ ﺎ
َـﺗ ْﺒ
ِﺪ ْﻳ
َﻞ
َِﳋ ْﻠ
ِﻖ
ِﷲا
َذ
ِﻟ
َﻚ
ﱢﺪﻟا
ْﻳ ُﻦ
ْﻟا
َﻘ ﱢﻴ
ُﻢ
َو َﻟ
ِﻜ
ﱠﻦ
َﷲا
َأ
ْﻛ َـﺜ
َﺮ
ﱠﻨﻟا
ِسﺎ
َﻻ
َـﻳ ْﻌ
َﻠ ُﻤ
َنﻮ
:موﺮﻟا)
٣٠
(
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qs. Ar-Rum: 30)Ulwan (1984:635) menjelaskankan dalam kitab Tarbiyatul
Aulad Fil Islam bahwa:
مﻼﺳﻹا قﻼﺧﺄﻳ قﻼﺨﺘﻳو ,ﻖﳊا نﺎﳝﻹا ﻰﻠﻋ
ﺔﻤﻗ ﱃا ﻞﺼﻳو ,
ﺔﻴﺗاﺬﻟا مرﺎﻜﻟاو ,ﺔﻴﺴﻔﻨﻟا ﻞﺋﺎﻀﻔﻟا
Dari penjelasan di atas, keberhasilan seorang anak yaitu ketikaia tumbuh dengan iman yang benar, berhias dengan etika Islam,
sampai pada puncak spiritual yang tinggi tidak akan lepas dari dua
bekal dari pendidik, yaitu pendidikan Islam yang utama dan
lingkungan yang baik.
Pembiasaan merupakan penanaman kecakapan-kecakapan
berbuat dan mengucapkan sesuatu agar cara-cara yang tepat dapat
dikuasai oleh anak. Pembiasaan dapat memberi dampak yang lebih
kuat daripada hanya sekdar penanaman cara-cara berbuat dan
pengucapan (Mukodi, 2011: 68).
Selain pembiasaan yang diterapkan di rumah, faktor
lingkungan juga sangat mendukung terbentuknya kebiasaan baik
buruknya anak. Apabila lingkungan dan teman tempat bersosialisasi
anak mengajarkan kebaikan maka anak juga akan terbiasa melakukan
kebaikan dan takut bermaksiat. Inilah yang dimaksud faktor
lingkungan sosial, baik di sekolah maupun tempat yang lain (Ulwan,
1984: 636).
Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik
dalam mengajarkan kebaikan kepada anak didik dan membiasakan
berbudi luhur. Yaitu mengikuti sistem stimulasi kepada anak dengan
43
metode targhib (pemberian pujian atau hal yang disenangi) dan
adakalanya menggunakan metode tarhib (pemberian peringatan atau
sesuatu yang ditakuti). Para pendidik pada kesempatan tertentu ketika
anak sudah berada di luar batas, terpakasa harus memberikan hukuman
jika dipandang akan mendatangkan mashlahat untuk anak (Ulwan,
1984: 650).
3 Metode mendidik dengan nasihat
Metode mendidik anak dengan nasihat, sesungguhnya telah di
ajarkan oleh Allah Swt dalam setiap firman-Nya yang termuat dalam
al-qur’an yang mulia. Al-Qur’an memiliki pengaruh yang amat kuat
pada jiwa dan hati. Karena ketika seorang muslim mendengarkan
bacaan al-Qur’an dan menghayatinya serta mengerti maknanya maka
jiwanya akan tertarik dan ruhnya akan bergetar. Sehingga dirinya akan
timbul janji kepada Allah untuk melaksanakan apa yang dinasehatkan
dan diwasiatkan , menunaikan perintahnya dan menjauhi larangannya
(Ulwan, 1984: 653).
Ulwan (1984: 665-690) menjelaskan beberapa macam metode
mendidik anak dengan menggunakan nasehat yang dicontohkan dalam
al-Qur’an, diantaranya adalah:
a. Pengarahan dengan kata penguat, seperti dalam firman Allah :
ِإ ﱠن
ِﰲ
َذ
ِﻟ
َﻚ
ََﻷ َﻳ
ِتﺎ
ِﻟ
َﻘ ْﻮ
ِم
َـﻳ َـﺘ َﻔ
ﱠﻜ
ُﺮ ْو
َن
:ﺪﻋﺮﻟا ).
٣
(
b. Pengarahan dengan pernyataan yang mengandung kecaman, seperti firman Allah:
َأ ْم
َﺗ ْﺄ ُﻣ
ُﺮ ُﻫ
ْﻢ َأ
ْﺣ
َﻼ
ُﻣ ُﻬ
ْﻢ
َِ َﺬ
َأ ا
ْم
ُﻫ ْﻢ
َـﻗ
ْﻮ ٌم
َﻃ
ُﻏﺎ
ْﻮ َن
:رﻮﻄﻟا)
٣٢
(
Apakah mereka diperintahkan oleh pikiran-pikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas?(Qs. At-Thuur: 23).
c. Pengarahan dengan argumen-argumen logika, seperti firman Allah:
َﻟ ْﻮ
َﻛ
َنﺎ
ِﻓ ْﻴ
ِﻬ
َﻤ
َأ ﺎ
َِﳍ ٌﺔ
ِإ
َﷲا ﻻ
َﻟ َﻔ
َﺴ
َﺪ َﺗ
َﻓ ﺎ
ُﺴ ْﺒ
َﺤ
َنﺎ
ِﷲا
َر
ﱢب
ْﻟا
َﻌ ْﺮ
ِش
َﻋ ﱠﻤ
َﻳ ﺎ
ِﺼ
ُﻔ
َنﻮ
:ءﺎﻴﺒﻧﻷا)
٢٢
(
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak bisana. Maka Maha suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan (Qs. Al-Anbiya’: 22).
d. Pengarahan dengan keuniversalan Islam, seperti firman Allah:
َﺷ ْﻦِﻣ ِبﺎَﺘِﻜْﻟا ِﰱ ﺎَﻨْﻃﱠﺮَـﻓ ﺎَﻣ
:مﺎﻌﻧﻷا) ٍءْﻲ
٣٨
(
Tiadalah kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab (Qs. Al-An’am: 23)
e. Pengarahan dengan yurisprudensi, seperti firman Allah:
َو َأ ْﻣ
ُﺮ ُﻫ
ْﻢ
ُﺷ
َرﻮ
َـﺑ ى
ْـﻴ َـﻨ ُﻬ
ْﻢ
:ىرﻮﺸﻟا)
٣٨
(
Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka (Qs. Asy-Syuura: 38).
Rasulullah saw mencurahkan perhatian yang besar terhadap
masalah nasihat, dan mengarahkan para pendidik agar menyampaiakan
setiap materi dan ajakannya dengan melihat situasi serta kondisi anak
didik. Karena ketika situasi atau kondisi anak didik belum siap
menerima nasihat, maka tidak ada dampaknya sedikitpun. Bahkan
akan membuat anak semakin menjauh dan berdampak buruk dalam
45
Di dalam memberikan nasihat, hendaknya pendidik juga harus
memperhatikan kata-kata yang digunakan. Pemberian nasihat
hendaklah dilakukan dengan jiwa yang bersih, hati yang lapang dan
akal yang sadar tanpa adanya emosi terhadapa anak. Penggunaan
bahasa yang kurang tepat akan berpengaruh pada sampainya nasihat
tersebut terhadap objek yang dinasihati (Sulhan, 2011: 30).
4 Metode mendidik dengan perhatian atau pengawasan.
Mendidik dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan
perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah serta
moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan
sosial, di samping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani
dan kemampuannya, sebagaimana dikutip dari Ulwan (1984:691)
bahwa:
ﺔﻈﺣﻼﳌﺎﺑ ﺔﻴﺑﱰﻟاﺎﺑ دﻮﺼﻘﳌا
ﻦﻳﻮﻜﺘﻟا ﰲ ﻪﺘﻣزﻼﻣو ﺪﻟﻮﻟا ﺔﻘﺣﻼﻣ
ﻲﺴﻔﻨﻟا داﺪﻋﻹا ﰲ ﻪﺘﻈﺣﻼﻣو ﻪﺘﺒﻗاﺮﻣو ,ﻲﻗﻼﺧﻷاو يﺪﻴﻘﻌﻟا
ﻪﻟﺎﺣو ﻪﻌﺿو ﻦﻋ ﺮﻤﺘﺴﳌا لﺎﺌﺴﻟار ,ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﻹاو
ﺔﻴﺑﺮﺗ ﰲ
ﻲﻤﻠﻌﻟا ﻪﻠﻴﺼﲢو ﺔﻴﻤﺴﳉا
Metode pendidikan ini merupakan salah satu asas yang kuatdalam membentuk manusia yang seimbang, yaitu metode yang
memberikan semua haknya sesuai dengan posisinya masing-masing.
Pada hakikatnya dalam syariat Islam telah memberikan
anak-anaknya dalam segala aspek kehidupan dan pendidikannya.
Sebagaimana perintah Allah Swt dalam firman-Nya:
َﻳ
َأ ﺎ
ﱡـﻳ َﻬ
ﱠﻟا ﺎ
ِﺬ ْﻳ
َﻦ
َأ َﻣ ُﻨ
ُﻗ اﻮ
ﻮا
َأ ْـﻧ
ُﻔ
َﺴ
ُﻜ
ْﻢ
َو َأ ْﻫ
ِﻠ ْﻴ
ُﻜ
ْﻢ َﻧ
ًرﺎ
َو ا
ُﻗ
ُدﻮ
َﻫ
ﱠﻨﻟاﺎ
ﺎ
ُس
َو
ِْﳊا
َﺠ
َرﺎ ُة
َﻋ َﻠ ْـﻴ
َﻬ
َﻣ ﺎ
َﻼ
ِﺋ َﻜ
ٌﺔ
ِﻏ
َﻼ
ٌظ
ِﺷ
َﺪ
ٌدا
َﻻ َـﻳ
ْﻌ
ُﺼ
َنﻮ
ﷲا
ﺎَﻣ
َنﻮُﻠَﻌْﻔَـﻳَو ْﻢُﻫَﺮَﻣَأ
َﻣ ﺎ
ُـﻳ ْﺆ َﻣ
ُﺮ
َنو
:ﱘﺮﺤﺘﻟا)
٦
(
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Qs. At-Tahrim: 6)
Berdasarkan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw,
dalam perhatian dan pengawasan ada beberapa aspek yang